Anda di halaman 1dari 22

PERENCANAAN DESAIN CASING DENGAN METODE PERENCANAAN DESAIN CASING DENGAN METODE

GRAFIS PADA PEMBORAN BERARAH SUMUR “MRHS” GRAFIS PADA PEMBORAN BERARAH SUMUR “MRHS”
LAPANGAN “RH” LAPANGAN “RH”

PROPOSAL SKRIPSI

PROPOSAL
SKRIPSI Diajukan guna memenuhi syarat
Penulisan Skripsi untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada
Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta

Oleh :
M Ridwan Hadi Syahputra
113160132/TM

Disetujui Untuk Jurusan Teknik Perminyakan


Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta
Oleh Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :

M Ridwan Hadi Syahputra


113160132/ TM

Mengetahui,
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
Ketua Jurusan Teknik Perminyakan
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
Dr. Boni Swadesi, S.T., M.T.
2020 NIP. 2 7112 98 0198 1

i ii
KATA PENGANTAR I. JUDUL
PERENCANAAN DESAIN CASING DENGAN METODE GRAFIS PADA
PEMBORAN BERARAH SUMUR “MRHS” LAPANGAN “RH”

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
II. LATAR BELAKANG
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
Setelah pemboran mencapai kedalaman yang diinginkan, maka program
yang berjudul PERENCANAAN DESAIN CASING DENGAN METODE
selanjutnya adalah pemasangan casing. Pemasangan casing ini dilakukan untuk
GRAFIS PADA PEMBORAN BERARAH SUMUR “MRHS” LAPANGAN
mencegah problem yang mungkin terjadi pada saat operasi pemboran, misalnya
“RH”
runtuhnya lubang bor, lost circulation, kick, menutup tekanan abnormal dan lain
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
sebagainya. Oleh karenanya pemasangan casing menjadi hal yang cukup penting.
memberikan dukungan baik secara moral maupun material, sehingga penyusunan
Perencanaan casing pada sumur meliputi grade, berat persatuan panjang
proposal skripsi ini dapat selesai dengan baik ;
dan tipe sambungan casing. Perencanaan casing ini dilakukan untuk mendapatkan
1. Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.S., selaku Rektor UPN “Veteran”
casing yang memenuhi syarat teknis maupun ekonomis. Secara teknis, casing harus
Yogyakarta.
mampu menahan gaya-gaya yang bekerja pada casing seperti external pressure,
2. Dr. Ir. Sutarto, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral.
internal pressure dan tension load. Sebelum casing dipasang ke dalam sumur,
3. Dr. Boni Swadesi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Perminyakan.
terlebih dahulu dilakukan penentuan diameter casing, panjang casing dan
4. Dr. Ir. Drs. H. Herianto, M.T. selaku Dosen Pembimbing 1.
perencanaan casing. Hal ini bertujuan agar casing yang terpasang dapat mengatasi
5. Ir. Agus Widyarso, M.T. selaku Dosen Pembimbing 2.
problem yang terjadi dan memberikan tingkat keamanan yang tinggi bagi
6. Dr. Boni Swadesi, S.T., M.T. selaku Dosen Wali.
kelangsungan proses pemboran tahap selanjutnya dan tahap produksi nantinya.
7. Staf pengajar Jurusan Teknik Perminyakan UPN ”Veteran” Yogyakarta.
Penentuan diameter casing menggunakan grafik pemilihan ukuran casing
8. Rekan-rekan angkatan 2016 ”SPEARHEADS”.
dan bit oleh Neil J. Adam, sedangkan perencanaan panjang casing membutuhkan
Penulis meyakini sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih terdapat
data tekanan pori (Pp), tekanan rekah (Pr), lithology dan korelasi sumur di dekatnya.
banyak kekurangannya, sehingga kritik dan saran yang membangun akan sangat
Berdasarkan tekanan pori, maka dapat ditentukan harga tekanan hidrostatis lumpur
berarti bagi penulis.
pemboran yang harus digunakan. Penentuan grade, nominal weight dan tipe
Akhirnya, semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
sambungan dengan menggunakan data tekanan pori, tekanan rekah dan berat
semua pihak yang memerlukannya.
lumpur yang digunakan.
Penentuan ukuran diameter dan panjang casing yang tepat serta desain
Yogyakarta, 03 Maret 2020
casing yang baik, maka diharapkan akan diperoleh suatu rangkaian casing yang
kuat untuk menahan beban-beban yang akan bekerja pada casing.

M Ridwan Hadi Syahputra

iii
III. RUMUSAN MASALAH a. Bit dan casing program
1. Mendesain casing yang sesuai dan memenuhi syarat secara teknis dan b. Program BHA dan BOP
ekonomis pada sumur “MRHS” lapangan “RH”. c. Program lumpur
2. Mendesain casing dengan metode grafis untuk meminimalisir problem  Data pelaksanaan pemboran pada sumur baru (sumur MRHS) yang meliputi
yang akan timbul dikemudian hari. data-data sebagai berikut : letak geografis lapangan, kondisi geologi
lapangan, stratigrafi lapangan, nama lokasi, nama sumur, daerah/region,
IV. MAKSUD DAN TUJUAN jenis sumur, jenis rig dan kapasitas rig yang digunakan, sistem peralatan
Maksud penelitian ini adalah untuk merencanakan program desain casing pemboran (sistem tenaga, sistem angkat, sistem putar, sistem sirkulasi, jenis
dalam operasi pemboran berarah sumur ”MRHS” pada lapangan ”RH”. Tujuan dan kapasitas pompa. Data pelaksanaan pemboran yang meliputi :
dilakukannya perencanaan casing suatu sumur baru adalah untuk mendapatkan a. Pemboran trayek conductor
casing yang memenuhi syarat secara teknis maupun ekonomis, sehingga b. Pemboran trayek surface
diharapkan casing yang digunakan akan meminimalkan problem yang mungkin c. Pemboran trayek intermediate
timbul di kemudian hari. d. Pemboran trayek production
2. Perancanaan desain casing pada sumur “MRHS” di lapangan “RH” dengan
V. BATASAN MASALAH menggunakan metode grafis :
Dilakukan untuk merencanakan desain casing dalam operasi pemboran  Menghitung Beban Tekanan
berarah sumur “MRHS” pada lapangan “RH” berdasarkan metode grafis sehingga  Burst Load
didapatkan hasil yang optimum.  Collapse Load
 Menghitung Beban Berat
VI. METODELOGI  Tension Load
Metodologi dalam penulisan penelitian perancanaan desain casing pada  Menghitung Beban Tekanan dan Berat
pemboran berarah sumur “MRHS” di lapangan “RH” adalah sebagai berikut :  Biaxial Load
1. Pengumpulan data pemboran yang terdiri dari : 3. Melakukan perencanaan desain casing dengan metode grafis sehingga
 Data perencanaan pemboran pada sumur baru (sumur MRHS) yang meliputi didapatkan hasil yang optimum. Hasil yang optimum ditunjukkan dengan
data-data sebagai berikut : letak geografis lapangan, kondisi geologi memenuhi syarat secara teknis dan keekonomian. Dan juga diharapkan dapat
lapangan, stratigrafi lapangan, nama lokasi, nama sumur, daerah/region, meminimalisir problem yang akan timbul dikemudian hari.
jenis sumur, jenis rig dan kapasitas rig yang digunakan, sistem peralatan 4. Menyimpulkan bahwa hasil perencanaan desain casing pada pemboran berarah
pemboran (sistem tenaga, sistem angkat, sistem putar, sistem sirkulasi, jenis sumur “MRHS” lapangan “RH” sudah optimum.
dan kapasitas pompa. Data program perencanaan pemboran yang diperlukan Dalam Gambar 6.1. adalah flowchart yang digunakan untuk perencanaan
meliputi : desain casing pada pemboran sumur MRHS.
Pengumpulan Data Pemboran
(Pf, Prf, Mw, Trajektori, VII. TINJAUAN PUSTAKA
Kedalaman)
7.1. Perencanaan Casing
Menentukan Casing Setting Depth Perencanaan casing dilakukan setelah selesainya pemboran suatu sumur
(Berdasarkan Pf, Prf, EMW & Potensi
Problem Pemboran) sampai kedalaman yang ditentukan. Casing merupakan suatu selubung yang terbuat

Tidak dari baja campuran yang dipasang pada sumur pemboran yang berfungsi
Apakah Casing Setting
Depth Sudah Aman? melindungi lubang sumur. Casing dipasang dari mulai permukaan sampai ke

Ya
bawah, ukuran dan jumlah casing yang dipasang tergantung dari daerah yang
Menghitung Beban Burst & Collapse yang Safety Factor Design, bersangkutan, kedalaman sumur, dan karakteristik formasi.
Bekerja pada Casing Kedalaman Trajek,

Plotting Beban Burst & Collapse Desain


7.1.1. Fungsi Casing
Memilih Grade Casing yang Mampu
Spesifikasi Casing (NW, Casing dalam penggunaannya memiliki fungsi sebagai berikut:
Menahan Beban Burst & Collapse
Coupling, Grade, OD)
Dengan Metode Grafis 1. Mencegah gugurnya dinding sumur

Tidak
2. Mencegah terkontaminasinya air tanah oleh lumpur pemboran
Apakah Grade Casing
yang dipilih Mampu Menahan 3. Menutup zona bertekanan abnormal dan zona lost
Beban Burst & Collapse?
4. Membuat diameter sumur tetap
Ya

Menghitung Beban Tension


Safety Factor Design, 5. Mencegah hubungan langsung antar formasi
Kedalaman Trajek (MD &
yang Bekerja pada Casing
TVD), Spesifikasi Casing
6. Tempat kedudukan BOP dan peralatan produksi
Menghitung Beban Biaxial Koreksi Kekuatan Burst
yang Bekerja pada Casing & Collapse Rating Casing
7.1.2. Jenis Casing
Menghitung Safety Factor Beberapa Jenis Casing adalah conductor,surface, intermediate, production,
Desain Casing Setelah
dikoreksi dengan Beban liner dan tie back string dengan fungsinya antara lain :
Biaxial
a. Conductor Casing

Tidak
Pada umumnya casing ini berdiameter besar, yaitu 16 inch sampai 30 inch
Apakah Grade Casing
yang dipilih Memiliki Nilai Safety dan dipasang dengan cara dipancangkan biasa oleh vibrating hammer. Fungsinya :
Factor Desain yang sudah
ditentukan? 1. Khusus di offshore adalah untuk melindungi drill string dari air laut,
dipasang dari platform hingga dasar laut.
Ya
2. Di onshore sebagai pelindung apabila tanah dekat permukaan tidak
Diperoleh Desain Casing yang
Mampu Menahan Beban Burst, cukup kuat atau mudah gugur, seperti rawa-rawa, gambut dan
Collapse dan Tension yang Bekerja
sebagainya.
Gambar 6.1 b. Surface Casing
Diagram Alir Proses Perencanaan untuk Optimasi Casing Design
Letak kedalaman pemasangan casing ini ditentukan oleh peraturan setempat
yang menentukan pada kedalaman berapa casing tersebut harus dipasang. Casing d. Tie Back String
ini disemen hingga ke permukaan. Drilling Liner sering digunakan sebagai bagian dari casing produksi
Fungsinya : dibandingkan dengan menambah rangkaian pipa dari permukaan sampai zona
1. Melindungi air tanah dari kontaminasi oleh lumpur pemboran. produksi. Prosedur ini dilakukan ketika :
2. Tempat kedudukan BOP dan well head. 1. Memproduksikan hidrokarbon di belakang liner.
3. Menyangga seluruh berat rangkaian casing berikutnya yang telah 2. Zona dibagian bawah tidak menguntungkan.
dimasukkan ke dalam sumur.
c. Intermediate Casing 7.1.3. Casing Setting Depth
Fungsi intermediate casing ialah menutup formasi-formasi yang dapat Perencanaan pertama dalam desain sumur adalah seleksi kedalaman di mana
menimbulkan kesulitan selama operasi pemboran berlangsung, seperti sloughing casing di-run dan disemen. Drilling engineer dalam perencanaan setting
shale, lost circulation, tekanan abnormal, kontaminasi lumpur dan sebagainya. depth casing harus mempertimbangkan kondisi geologi, seperti : tekanan formasi
Suatu sumur dapat mempunyai lebih dari satu intermediate casing, hal ini dan fracture gradient, hole problem, dan hal-hal lainnya. Dari program ini
tergantung pada kondisi yang dihadapi selama pemboran. diharapkan pelaksanaan pemboran akan berjalan dengan aman. Selama operasi
d. Production Casing pemboran berlangsung, sering terjadi masalah lost circulation akibat pecahnya
Casing ini juga disebut dengan oil string. Apabila dipasang sampai tepat di formasi di bawah kaki casing. Ini merupakan akibat yang ditimbulkan oleh
atas formasi produktif maka hal ini disebut openhole completion, sedangkan apabila underground blowout. Masalah lain yang sering terjadi ialah terjepitnya rangkaian
dipasang sampai ke dasar formasi produktif maka ini dinamakan perforated casing casing akibat pemakaian lumpur dengan densitas yang tinggi untuk mengimbangi
completion. Fungsinya : tekanan formasi yang abnormal. Kedua masalah di atas sering timbul akibat setting
1. Memisahkan lapisan yang mengandung minyak dari lapisan-lapisan depth casing yang kurang tepat. Kesalahan dari program setting depth casing juga
lainnya. akan menyebabkan failure rangkaian casing, yang disebabkan setting depthnya
2. Melindungi alat-alat produksi yang terdapat di bawah permukaan seperti terlalu dalam atau terlalu dangkal. Masalah lain yang timbul dan berkaitan dengan
pompa dan sebagainya. setting depth casing adalah biaya casing yang meningkat dan diameter sumur
e. Liner terakhir tidak sesuai dengan keinginan yang dicapai.
Liner pada pokoknya mempunyai fungsi yang sama dengan production
casing, tetapi tidak dipasang hingga ke permukaan. Salah satu alasan mengapa 7.1.3.1. Penempatan Kedalaman Casing
dipergunakan liner adalah alasan biaya, karena lebih pendek maka harganya lebih a. Conductor Casing
murah. Apabila pada akhir pemboran diperoleh ukuran lubang yang sangat kecil Perencanaan penempatan conductor casing didasarkan pada kebijaksanaan
sementara itu sumur tidak terlalu dalam maka diperlukan ukuran casing dengan pemerintah, dimana yang salah satunya adalah air tanah sekitar daerah pemboran
toleransi yang sangat kecil. Untuk persoalan semacam ini dapat dipergunakan liner. supaya tidak tercemar akibat operasi pemboran tersebut. Selain itu juga conductor
casing dipasang dengan mempertimbangkan keadaan formasi sekitarnya. Contoh
apabila daerah tersebut berupa rawa maka penempatan conductor casing ini harus
dipasang di bawah kedalaman air tanah di daerah tersebut, begitu juga untuk dapat juga dipasang sampai permukaan, jika diperlukan seperti dua intermediate
pemboran di laut. Pemasangan conductor casing ini mulai dari permukaan sampai string.
beberapa meter dari dasar laut.
b. Surface Casing 7.1.4. Spesifikasi Casing
Penentuan casing depth surface tergantung dari peraturan pemerintah Dalam mengetahui spesifikasi casing, ada beberapa hal yang harus
setempat yang menetapkan kedalaman minimum, praktek rutin di lapangan, kondisi diketahui seperti grade, berat casing, panjang joint casing, dan tipe sambungan.
geologi dan problem selama pemboran berlangsung. Casing setting depth surface
didasarkan dari fungsinya untuk menahan tekanan bila terjadi kick pada kedalaman 7.1.4.1. Grade
pemboran berikutnya, karena surface casing akan menerima beban terbesar. API telah mengelompokkan grade casing berdasarkan tensile strengthnya,
c. Intermediate Casing seperti terlihat pada Tabel 7.1. Akan tetapi ada juga yang tidak mengikuti
Pemakaian intermediate casing disebut juga dengan protective casing, standar API tersebut, seperti yang terlihat pada Tabel 7.2.
karena fungsi utamanya adalah menutupi formasi yang lemah. Casing ini mula-
mula digunakan untuk melindungi dari formasi yang bertekanan abnormal, dimana Tabel 7.1. Karakteristik Casing API Grade
(Rudi Rubiandini, 2012.)
lumpur yang berat digunakan untuk mengontrol tekanan. Guna intermediate casing
yang lainnya adalah :
1. Digunakan untuk melindungi pada formasi yang bertekanan abnormal.
2. Menghindari lost circulation atau stuck pipe pada formasi yang lemah.
3. Mengisolasi zona garam atau zona yang menyebabkan problem, seperti
heaving dan sloughing shale.
d. Production Casing dan Liner
Production casing sering disebut juga dengan oil string, casing ini
dipasang di atas, atau di tengah-tengah atau dibawah pay zone, dimana mempunyai
fungsi untuk mengalirkan migas dan sebagai penampung minyak dari reservoir Tabel 7.2. Karakteristik Casing Non-API Grade
(Rudi Rubiandini, 2012)
sebelum dialirkan, selain itu mempunyai fungsi : Mengisolasi zone produksi dari
formasi yang lainnya, dan memproteksi peralatan tubing produksi. Drilling liner
dipasang dengan fungsi yang sama seperti pada intermediate casing. Casing ini
tidak dipasang sampai permukaan, biasanya overlaping dengan intermediate casing
dengan panjang 300-500 ft. Liner ini dipasang untuk menghemat biaya yang
berfungsi untuk mengontrol gradien tekanan atau fracture. Ketika akan membuat
lubang bor di bawah liner, hal yang perlu diingat adalah kekuatan casing diatasnya
seperti intermediate casing terhadap gaya-gaya bursting dan collapse. Casing ini
Pada standar API, sebagai contoh grade H-40 mempunyai minimum yield Sebagai ilustrasi, sebuah casing dengan diameter luar (OD) 9,625 in dan
strength 40.000 psi dan L-80 mempunyai minimum yield strength sebesar 80.000 ketebalan 0,545 in tertulis mempunyai "nominal weight" sebesar 53,5 lb/ft, padahal
psi. Tidak demikian pada standar Non-API, sebagai contoh S-80 mempunyai menurut persamaan (1) hasilnya adalah :
minimum yield strength sebesar 53.000 psi.
wa = 10,68 (9,625 - 0,545).(0.545) = 52,85 lb/ft.................................(7.3)
7.1.4.2. Berat Casing
Berat casing tanpa sambungan berbanding lurus dengan ketebalan casing, Akibat penambahan berat sambungan, maka terdapat pertambahan berat
dengan hubungan sebagai berikut : sebesar 0,65 lb/ft. Demikian pula dalam perhitungan berat casing dalam lumpur,
beratnya dihitung menggunakan persamaan (2), misalnya pada lumpur dengan berat
Wa = 10,68 . (OD - t) . t ......................................................................(7.1) 10 ppg, maka :

Dimana :  10 
Wm   1  53,5  45,33 lb / ft
Wa = Berat casing di udara, lb/feet  65,5  .................................................(7.4)
OD = Diameter luar casing, inch
t = Ketebalan casing, inch
7.1.4.3. Panjang Joint
Harga perkiraan panjang joint adalah range dari setiap seksi pipa. Ukuran-
Akan tetapi berat yang tercantum pada tabel casing adalah "Nominal
ukuran range normal adalah 1, 2 atau 3. Pada Tabel 7.3 menggunakan range
Weight", yaitu berat casing ditambah dengan berat sambungan.
standar API.
Demikian pula pada saat casing dalam lubang selalu terendam dalam
lumpur, maka beratnya akan berkurang karena gaya angkat, sehingga berat casing
Tabel 7.3. Panjang Joint Tiap Range Casing
dalam lumpur menjadi : (Rabia. H. 1985)

   Range Length Range Min (ft) Average Length (ft) Variasi Panjang (ft)
Wm   1  m  Wa ..........................................................................(7.2)
 65,5  1 15 – 25 22 6
2 25 – 34 31 5
dimana: 3 Over – 34 42 6
Wm = berat casing, lb/ft
ρm = densitas lumpur, ppg
7.1.4.4. Tipe Sambungan Casing
Casing mempunyai tiga macam diameter yaitu, diameter luar (OD),
diameter dalam (ID) dan drift diameter. Drift diameter adalah diameter maksimal
suatu benda dapat dimasukkan ke dalam casing. Drift diameter lebih kecil dari (Adam, J. Neal. 1985)
b. Buttress Thread and Coupling
diameter dalam, diameter ini berguna untuk menentukan diameter bit untuk
Sambungan ini memiliki bentuk ulir seperti trapesium dan mempunyai lima
melanjutkan pemboran setelah terpasang suatu casing. Diameter luar (OD) casing
ulir per inchi. Buttress thread and coupling digunakan untuk tension load yang
diukur pada body casing bukan pada sambungan casing atau pada coupling casing.
besar dan rangkaian casing yang panjang.
Sedangkan diameter dalam (ID) casing diukur pada bagian dalam dari casing.
Casing dihubungkan dengan cara thread and coupled atau intergral connected.
Dimana cara thread and coupled adalah cara menghubungkan kedua ulir (thread)
casing dengan suatu penghubung (coupling), cara thread and coupled ada tiga tipe
yaitu :
a. Round Thread and Coupling
Bentuk ulirnya melingkar dan memiliki ulir sebanyak delapan ulir per inchi.
Tipe sambungan ini ada dua macam yaitu long thread coupling dan short thread
coupling. Bentuk ulir pada round thread and coupling berbentuk seperti huruf V
dengan sudut sebesar 65°.

Gambar 7.2
Gambar 7.1 Dimensi Dari Tipe Sambungan Buttress Thread
Dimensi Dari Tipe Sambungan Round Thread
(Adam, J. Neal. 1985)
c. Extreme Line Casing
Sambungan ini mempunyai thread yang menyatu dengan body casing.
Bentuk thread berbentuk trapesium atau persegi dan mempunyai lima ulir tiap
inchi. Extreme line casing ini mempunyai ketahanan yang besar terhadap
kebocoran.
Sedangkan untuk intergral connected, sambungannya tidak menggunakan
peralatan coupling secara terpisah. Pada ujung dari sambungan casing mempunyai
ulir sehingga pin pada ujung sambungan casing dapat dibaut atau disambung ke box
pada ujung sambungan casing yang lain.

7.1.5. Pembebanan Pada Casing


Dalam perencanaan casing, perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada Gambar 7.3.
Internal pressure
casing sangat penting untuk dipertimbangkan karena akan mempengaruhi (Rabia, 2002)
keberhasilan operasi pemasangan casing dan penggunaannya selama produksi
Hal pertama yang dilakukan dalam perhitungan burst load adalah
minyak dan gas bumi berlangsung.
menghitung tekanan burst di permukaan, menggunakan rumus dibawah ini :
Dengan diketahuinya besarnya gaya-gaya yang bekerja pada casing maka
a) Tekanan Burst di permukaan,
dapat dipilih ukuran casing, berat, grade dan tipe sambungannya sesuai dengan
kebutuhan. Gaya-gaya tersebut antara lain pembebanan burst, pembebanan
Pb @surface = (Gf x CSD) + (Gg x (CSD – D) ................................ (7.5)
collapse, pembebanan tension dan efek biaxial.

Selanjutnya, menghitung tekanan burst pada kaki casing atau casing shoe
7.1.5.1. Internal pressure
dengan menggunakan rumus dibawah ini :
Internal pressure adalah tekanan yang diterima casing dari dalam casing.
Dalam perencanaan casing dianggap bahwa internal pressure adalah tekanan
b) Tekanan Burst pada kaki casing
formasi yang berasal dari trayek casing berikutnya, disaat terjadi kick. Gambaran
internal pressure yang diderita oleh casing dapat dilihat pada Gambar 7.3.
Pb @shoe = Gf x CSD....................................................................... (7.6)
Kekuatan yang dipunyai casing untuk menahan internal pressure disebut
dengan Internal yield pressure resistance. Apabila internal pressure yang terjadi
Setelah mendapatkan nilai tekanan burst dari perhitungan diatas, maka kita
pada casing lebih besar dari pada kekuatan casing untuk menahannya, maka casing
dapat menghitung desain tekanan burst di permukaan dan di kaki casing dengan
akan pecah atau Bursting.
menggunakan rumus dibawah ini
c) Desain tekanan Burst di permukaan Pada kedalaman nol atau di permukaan external pressure adalah nol, karena tinggi
kolom lumpur yang menekan casing tidak ada, seperti pada Gambar 7.4.
BPD @surface/TOL = Pb @surface/TOL x Safety factor ................. (7.7) Kekuatan yang dipunyai casing untuk menahan external pressure disebut dengan
maximum collapse resistance. Apabila external pressure yang terjadi pada casing
d) Desain tekanan Burst pada kaki casing lebih besar dari pada kekuatan casing untuk menahannya, maka casing akan
mengkerut atau collapse.
BPD @shoe= Pb @shoe x Safety factor ........................................... (7.8) Hal pertama yang dilakukan dalam perhitungan collapse load adalah
menghitung tekanan burst di permukaan, menggunakan rumus dibawah ini:
Hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah plot harga Pb @surface dan Pb a) Pada kedalaman nol atau di permukaan external pressure adalah nol, karena
@shoe pada grafik. Garis yang dihasilkan adalah Burst load line. Dan plot harga tinggi kolom lumpur yang menekan casing tidak ada.
BPD @surface dan BPD @shoe pada grafik yang sudah dibuat. Garis yang
dihasilkan adalah Burst load line design. Pc @surface = 0 ............................................................................... (7.9)

7.1.5.2. External pressure Apabila pada kedalaman top of liner, maka external pressure adalah :
External pressure adalah tekanan yang diterima casing dari luar. Dalam desain
casing, sebagai external pressure dianggap tekanan hidrostatis lumpur di luar Pc @TOL = 0,052 x ρm x DTOL ....................................................... (7.10)
rangkaian casing, sehingga external pressure terbesar dirasakan casing di dasar
lubang dan kondisi yang terburuk terjadi disaat casing kosong atau tekanan di Selanjutnya, menghitung tekanan collapse pada kaki casing atau casing
dalam casing adalah nol. shoe dengan menggunakan rumus dibawah ini :

b) Beban Collapse pada kaki casing

Pc @shoe = 0,052 x ρm x D ............................................................ (7.11)

Setelah mendapatkan nilai tekanan collapse dari perhitungan diatas, maka


kita dapat menghitung desain tekanan collapse di permukaan atau pada kedalama
top of liner dan di kaki casing dengan menggunakan rumus dibawah ini :

c) Desain tekanan Collapse di permukaan


Gambar 7.4.
External pressure
(Rabia, 2002) CPD @surface/TOL= Pc @surface/TOL x Safety factor ................. (7.12)
d) Desain tekanan Collapse pada kaki casing Apabila beban tension pada casing telah melampaui minimum yield
strengthnya maka casing akan mengalami deformasi permanen. Deformasi akan
CPD @shoe = Pc @shoe x Safety factor ......................................... (7.13) terjadi pada sambungan casing, yaitu pada bagian ulir terakhir, karena luas
penampang ulir pada bagian itu minimum. Pada umumnya, pemboran tidak
Hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah plot harga Pc @surface dan Pc menghasilkan lubang yang benar-benar lurus, melainkan ada penyimpangan
@shoe pada grafik. Garis yang dihasilkan merupakan Collapse load line. Dan plot (deviasi). Casing yang dipasang pada lubang yang mengalami deviasi akan
harga CPD @surface dan CPD @shoe pada grafik. Garis yang dihasilkan memperbesar beban tension casing tersebut. Dalam perencanaan casing untuk
merupakan Collapse load line design. lubang yang mengalami deviasi, beban tension yang ditimbulkan pada casing
sekitar titik belok tersebut harus memperhitungkan setiap section yang melewati
7.1.5.3. Tension Load (Beban Tarik) dan ditempatkan pada titik belok tersebut. Tetapi casing berada diatas titik belok
Tension load (gaya tarikan), atau tensile load yang dibebankan oleh casing yang tidak dipengaruhi. Pengaruh pembelokan lubang terhadap beban tension akan
adalah berat casing yang menggantung di dalam lubang sumur. Makin panjang lebih besar khususnya pada casing berdiameter besar daripada casing berdiameter
casing maka tension load yang dibebankan casing yang teratas makin besar. kecil.
Tension load yang terbesar dirasakan oleh rangkaian casing adalah yang paling Setiap sambungan pada casing harus mampu menahan beban rangkaian casing
atas, sehingga kemungkinan putus adalah pada joint teratas. di bawahnya dan beban tarik terbesar terjadi pada bagian paling atas dari rangkaian.
Pada saat casing dimasukkan ke dalam sumur maka lumpur yang berada Bagian terlemah rangkaian casing terhadap beban tarik yang bekerja padanya
didalam lubang bor akan memberikan gaya keatas terhadap casing, sehingga adalah pada bagian sambungan, sehingga beban yang ditanggung disebut juga joint
terdapat titik netral pada rangkaian casing tersebut. Rangkaian casing akan lebih load. Kekuatan casing dalam menahan suatu beban tarik disebut juga joint strength.
ringan jika berada di dalam lumpur dibandingkan dengan rangkaian casing di udara Untuk menentukan kekuatan casing dalam menahan beban tarik, API
bebas. Hukum Archimedes : Benda dalam suatu cairan akan berkurang beratnya menganjurkan rumus-rumus empiris sebagai berikut :
sebesar berat cairan yang dipisahkannya. Karena bagian yang tertipis dari suatu  Untuk casing round thread dengan Short Thread & Coupling :
casing adalah pada sambungan (joint), maka tension load disebut juga dengan joint
load. Kekuatan casing untuk menahan joint load, disebut dengan joint strength. Fjs = 0.80 Cs Aj (33.7-de) [24.45 + 1 / (t-h)] ...................(7.14)
Casing yang dipasang harus mempunyai joint strength yang lebih besar dari tension
load (joint load), agar casing tidak putus. Casing mempunyai kekuatan untuk  Untuk casing round thread dengan Long Thread & Coupling :
menahan joint load. Kekuatan ini disebut dengan joint strength. Joint strength
casing tergantung pada : Fjl = 0.80 Cl Aj (25.58 – de) [24.45 + 1 / (t-h)] ...............(7.15)
- Diameter luar
- Berat nominal Keterangan :
- Jenis sambungan Fjs, fjl = Joint strength minimum, lb
- Grade Cs, Cl = Konstanta grade casing bersangkutan
Aj = Luas penampang melintang dinding pipa pada lingkar 6. Panjang maksimum yang mampu ditahan casing, ft
sempurna ulir yang terkecil (root thread area), in²
de = Diameter luar casing, inch Lmax = Wmax / BN ...................................................................... (7.21a)
t = ketebalan dinding casing, inch
h = tinggi ulir, inch (API 0.0715) 7. Panjang maksimum yang mampu ditahan casing akibat kombinasi casing, ft

Prosedur untuk menghitung beban tension adalah sebagai berikut : Lmax = Wmax –Tension load total / BN ....................................... (7.21b)
1. Bouyancy factor
Dimana :
BF = 1 – (ρm/65,5) ......................................................................... (7.16) OD : Diameter luar, inch
ID : Diameter dalam, inch
2. Panjang casing terkoreksi sudut inklinasi atau adanya deviasi lubang, ft L : Panjang casing, ft
α : Sudut deviasi lubang, °
L = TVD / cos α ............................................................................. (7.17) ρm : Densitas lumpur, ppg
BF : Bouyancy factor
3. Berat casing di udara, lbs T : Beban tension, lbs
BN : Berat nominal casing, lb/ft
Wa = Ls x BN ................................................................................. (7.18) Fj : Joint strength casing, lbs
Nj : Safety factor untuk mencegah casing putus
4. Berat casing didalam lumpur, lbs 65,5 : Densitas besi/baja, ppg.

Wm (Tension load) = Ls x BN x BF ................................................ (7.19) Jika dalam trayek pemboran terdiri dari beberapa section, maka untuk
perhitungan beban tension adalah sebagai berikut :
5. Berat maksimum yang mampu ditahan casing, lbs
Section 1 :
Wmax = Fj / Nj ............................................................................. (7.20a)  ρm 
Wm1 = BF1.L1.W1  1  L1 . w 1 ............................................. (7.22)
 65,5 
Berat maksimum yang mampu ditahan casing akibat adanya deviasi lubang, Section 2:
lbs
 ρm 
Wm2  1  L 2 . w 2  Wm1 ..................................................... (7.23)
 65,5 
Wmax= (Fj x cos α / Nj) ................................................................ (7.20b)
Section 3: Dimana :

 ρm  Wt = Beban tension total plus deviasi lubang, lbs


Wm3  1  L 3 . w 3  Wm2 .................................................... (7.24)
 65,5  Wm = Beban tension load dalam lumpur, lbs

Jadi beban tension di permukaan : 7.1.5.4. Biaxial Stress


Gaya-gaya yang bekerja pada casing yang terdapat di dalam sumur terjadi
Ts = Wm1 + Wm2 + Wm3 ................................................................ (7.25) secara kombinasi. Beban burst atau collapse terjadi serentak dengan beban tension
atau compression. Kombinasi dan pengaruh gaya-gaya ini pada casing ditunjukkan
Ts = Ts1 + Ts2 + Ts3 ........................................................................ (7.26) pada kurva ellips seperti terlihat pada Gambar 7.6.

Dimana :
Wm : Berat casing dalam lumpur, lbs
w/BN : Unit berat casing, lbs/ft

Adapun persamaan untuk menentukan besarnya beban tension akibat deviasi


lubang adalah sebagai berikut :

BL = 63 x BN x de x Φ ................................................................... (7.27)

Dimana :
Gambar 7.5.
BL : Beban tension akibat deviasi lubang, lbs Kurva Ellips Beban Biaxial
de : Diameter casing, inch (Bourgoyne, Adam T. Jr, dkk. 1986.)

BN : Berat Nominal casing, lb/ft Terlihat bahwa adanya tension akan menurunkan collapse resistance dan
Φ : Perubahan sudut, 0/100 ft. menaikkan burst resistance. Sedangkan compression akan menurunkan burst
resistance dan menaikkan collapse resistance. Pada umumnya hanya pengaruh
Beban tension akibat dari deviasi lubang harus ditambahkan pada setiap tension terhadap penurunan collapse resistance yang diperhitungkan dalam
seksi casing yang melewatinya dan seksi casing yang ditempatkan tepat pada perencanaan, Gambar 7.5.
kedalaman lubang dimana terjadi deviasi.
7.1.5.5. Angka Keselamatan
Wt = Wm + BL ............................................................................... (7.28) Angka keselamatan bertujuan untuk mencegah kerusakan casing akibat
adanya gaya gaya yang bekerja pada casing. Angka keselamatan terhadap burst,
collapse dan tension yang dikeluarkan oleh Petroleum Equipment and Service  Casing yang dipasang di dalam lubang sumur harus memenuhi syarat
adalah seperti pada Tabel 7.4. secara teknis. Maksudnya adalah casing harus dapat menahan semua
Angka keselamatan dikalikan dengan gaya-gaya yang bekerja, tetapi bila gaya-gaya yang bekerja padanya dan tahan terhadap korosi serta tahan
dengan resistancenya maka dibagi. Menurut Hills angka keselamatan dipilih sesuai terhadap temperature tinggi, supaya casing tidak rusak.
dengan empat faktor:  Casing yang dipasang di dalam lubang sumur harus memenuhi syarat
1. Ketelitian dari strength data yang digunakan untuk desain. Makin tepat secara ekonomis. Maksudnya biaya casing yang seminimal mungkin.
harga minimumnya, maka safety factor cukup kecil saja.  Langkah-langkah dalam kajian casing adalah sebagai berikut :
2. Ketelitian dari pada asumsi yang digunakan untuk pembebanan. Makin  Tentukan atau perkirakan gaya dan tekanan yang akan didapatkan casing.
besar asumsi pembebanan yang digunakan dengan harga maksimum  Pilih casing yang mempunyai kekuatan yang sedikit lebih besar dari pada
yang terjadi sebenarnya, makin kecil safety factornya. gaya dan tekanan yang menyerang casing.
3. Perbandingan antara kondisi-kondisi percobaan dengan yang  Gaya-gaya dan tekanan yang didapatkan casing adalah sebagai berikut :
sebenarnya. Jika praktek sebenarnya memberikan beban yang sama - Tension load
tipenya dengan yang dilakukan saat percobaan, maka safety factornya - External pressure
boleh kecil. - Internal pressure
4. Akibat yang ditimbulkan jika terjadi kegagalan. Jika gagal dapat - Biaxial Stress
menimbulkan bahaya bagi pekerja dan kerugian ekonominya, maka Untuk gaya-gaya dan tekanan-tekanan yang mempengaruhi casing melebihi
safety factor harus besar. kekuatannya, maka casing akan rusak. Kerusakan-kerusakan casing tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 7.4. Angka Keselamatan - Casing putus
(Bourgoyne, Adam T. Jr, dkk. 1986.)
- Casing collapse
Angka Keselamatan - Casing bursting
Beban
Tinggi Rendah Rata-rata Oleh karena itu casing harus dikaji untuk menghadapi gaya-gaya dan
Burst (Ni) 1.25 0.875 1.1 tekanan-tekanan tersebut. Gaya-gaya dan tekanan-tekanan tersebut adalah :
Collapse (Nc) 1.25 0.7 1.0 - External pressure
Tension (Nj) 2.0 1.6 1.8 - Internal pressure
- Joint load
7.1.6. Perencanaan Casing Dalam menghadapi gaya-gaya dan tekanan-tekanan yang mempengaruhi
Setelah lubang dibuat sampai kedalaman tertentu maka diturunkan casing, casing harus mempunyai kekuatan untuk menghadapinya. Kekuatan
rangkaian casing untuk menyelubungi dinding lubang. Casing diturunkan secara tersebut adalah sebagai berikut :
bertahap yang kemudian disambungkan. - Joint strength
 Prinsip dasar perencanaan casing adalah sebagai berikut : - Collapse resistance
- Internal yield pressure sesuai dengan ukuran casing yang direncanakan. Kemudian plotkan harga collapse
Mengingat biaya untuk rangkaian casing sangat mahal, rangkaian casing resistance pada collapse load line dalam grafik yang telah dibuat, seperti pada
yang dipilih harus semurah mungkin. Jadi dalam mengkaji rangkaian casing, dipilih Gambar 7.6.
casing yang dapat menahan gaya-gaya dan tekanan-tekanan yang bekerja pada
rangkaian casing dengan biaya semurah mungkin. Agar biaya untuk casing bias
semurah mungkin dan tidak cepat rusak, maka rangkaian casing dapat
dikombinasikan. Langkah-langkah penggambaran desain casing adalah :
1. Membuat internal gradient line
2. Membuat collapse load line
3. Membuat burst load line
4. Memilih casing yang akan dipasang
5. Memeriksa beban tarikan (beban tension)

7.1.7. Pemilihan Casing


Burst load line berpotongan dengan collapse load line. Dibawah titik potong
(titik C) sampai dasar lubang gaya atau tekanan dominan yang membebani casing
adalah external pressure. Sehingga casing-casing yang dipilih harus mempunyai
collapse resistance yang sedikit lebih besar dari external pressure, supaya casing Gambar 7.6.
Pemilihan Casing Dibawah Titik C.
tidak collapse. Sedangkan untuk casing diatas titik potong (titik C) sampai ke (Rabia, 2002)
permukaan tekanan yang dominan membebani casing adalah internal pressure.
Sehingga casing-casing yang dipilih harus mempunyai internal yield pressure yang 7.1.7.2. Pemilihan Casing Di Atas Titik Perpotongan Collapse Load Line dan
sedikit lebih besar dari internal yield pressure yang membebani casing, supaya Burst Load Line
casing tidak bursting. Pemilihan casing dilakukan terlebih dahulu untuk yang Langkah selanjutnya adalah memilih casing yang akan dipasang dari titik
dibawah titik C sampai kedalaman casing yang direncanakan, kemudian baru perpotongan collapse load line dan burst load line atau disebut dengan titik C ke
dilanjutkan untuk kedalaman diatas titik C ke permukaan. permukaan. Casing yang dipilih harus mempunyai Internal yield pressure yang
lebih besar dari burst load pressure, supaya casing tidak bursting. Kemudian
7.1.7.1. Pemilihan Casing Dibawah Titik Perpotongan Collapse Load Line dan plotkan harga internal yield pressure pada burst load line dalam grafik yang telah
Burst Load Line dibuat, seperti pada Gambar 7.7. Dan hasil keseluruhan plot harga collapse
Dalam pemilihan casing dibawah titik perpotongan collapse load line dan resistance dan internal yield pressure bisa dilihat seperti pada Gambar 7.8.
burst load line, pilih casing yang mempunyai collapse resistance yang lebih besar
dari external pressure, lihat pada Tabel Standar API Casing, collapse resistance
7.1.8. Prosedur Perhitungan Desain Casing
7.1.8.1. Burst Load
a). Tekanan Burst di permukaan

Pb @surface (Pf) = Gf x D ……………………………………....(7.29)

b). Tekanan Burst pada kaki casing

Pb @shoe = Pb @surface – (D x Gg) ……………………………(7.30)

d). Desain tekanan Burst di permukaan

Gambar 7.7. BPD @surface/TOL = Pb @surface/TOL x Safety factor ……………(7.31)


Pemilihan Casing Diatas Titik C.
(Rabia, 2002)
e). Desain tekanan Burst pada kaki casing

BPD @shoe = Pb @shoe x Safety factor …………………………...(7.32)

Plot harga Pb @surface dan Pb @shoe pada grafik. Garis yang dihasilkan
adalah Burst load line. Dan plot harga BPD @surface dan BPD @shoe pada
grafik yang sudah dibuat. Garis yang dihasilkan adalah Burst load line
design.

7.1.8.2. Collapse Load


a). Pada kedalaman nol atau di permukaan external pressure adalah nol, karena
tinggi kolom lumpur yang menekan casing tidak ada.

Pc @surface = 0 ……………………………………........................(7.33)
Gambar 7.8.
Pemilihan Casing Secara Grafis.
(Rabia, 2002)
Pada kedalaman top off liner dan akibat adanya deviasi lubang, maka
Keterangan titik C ialah Titik perpotongan collapse load line dan burst load line. external pressure adalah :
Pc @TOL = 0,052 x ρm x DTOL …………………………………..(7.34) Berat casing didalam lumpur akibat adanya deviasi lubang, lbs

b). Beban Collapse pada kaki casing Wm (Tension load) = Ls x BN x BF x cos α ………………….….…..(7.41)

Pc @shoe = 0,052 x ρm x D ……………………………………... (7.35) 4). Luas penampang casing, in2

c). Desain tekanan Collapse di permukaan A = ¼ x 3,14 x (OD2– ID2) …………………………………......(7.42)

CPD @surface/TOL= Pc @surface/TOL x Safety factor ………….....(7.36) 7.1.8.3.1. Joint Strength Load :
1). Berat maksimum yang mampu ditahan casing, lbs
d). Desain tekanan Collapse pada kaki casing Wmax = Fj / Sf …………………………………………....................(7.43)

CPD @shoe = Pc @shoe x Safety factor …………………………...(7.37) 2). Berat maksimum yang mampu ditahan casing akibat adanya deviasi lubang,
lbs
Plot harga Pc @surface dan Pc @shoe pada grafik. Garis yang dihasilkan
merupakan Collapse load line. Dan plot harga CPD @surface dan CPD Wmax = (Fj x cos α / Sf)………………………………......................(7.44)
@shoe pada grafik. Garis yang dihasilkan merupakan Collapse load line
design. 3). Panjang maksimum yang mampu ditahan casing, ft

7.1.8.3. Tension Load Lmax = Wmax / BN ………………………………...........................(7.45)


1). Bouyancy factor
4). Panjang maksimum yang mampu ditahan casing akibat kombinasi casing ft.
BF = 1 – (ρm/65,5) ……………………………………................(7.38)
Lmax = Wmax –Tension load total/ BN …………………….......….(7.46)
2). Berat casing di udara, lbs
Keterangan :
Wa = Ls x BN ……………………………………........................(7.39) OD : Diameter luar, inch
ID : Diameter dalam, inch
3). Berat casing didalam lumpur, lbs L : Panjang casing, ft
ρm : Densitas lumpur, ppg
Wm (Tension load) = Ls x BN x BF……………………………..…...(7.40) BF : Bouyancy factor
A : Luas penampang dinding casing, inch2 Keterangan :
T : Beban tension, lbs Wm : Berat casing dalam lumpur, lbs
BN : Berat nominal casing, lb/ft w/BN : Unit berat casing, lbs/ft.
Fj : Joint strength casing, lbs
Sf : Safety factor untuk mencegah casing putus 7.1.8.4. Biaxial Load
65,5 : Densitas besi/baja, ppg. Perencanaan ini diuji mengikuti urutan terhadap beban burst, beban
collapse, beban tension dan terakhir beban biaxial. Sehingga apabila ada salah satu
Jika dalam trayek pemboran terdiri dari beberapa section, maka untuk langkah pengujian dari tiga beban diatas yang tidak dapat dipenuhi maka desain
perhitungan beban tension adalah sebagai berikut : harus diulang dari beban burst dan selanjutnya kembali seperti langkah semula diuji
Section 1 : terhadap beban collapse, tension dan beban biaxial hingga terpenuhi semuanya.
Wm1 = BF1 .L1 . W1 Untuk menghitung besarnya penurunan collapse resistance suatu casing pada
beban tension tertentu dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut :
 ρm  1. Faktor beban axial
 1  L1 . w 1 ……………………………………...............(7.47)
 65,5 
X = (Beban tension / Pipe body yield strength) …………….......(7.51)
Section 2 :
2. Memasukkan harga X ke dalam grafik biaxial stress pada Gambar 7.9 yang

 ρm  sudah tersedia, sehingga didapat harga faktor collapse strength (Y).


Wm2  1  L 2 . w 2  Wm1 …………………………………….(7.48)
 65,5 

Section 3 :

 ρm 
Wm3  1  L 3 . w 3  Wm2 …………………………………….(7.49)
 65,5 

Jadi beban tension di permukaan :

Ts = Wm1 + Wm2 + Wm3

Gambar 7.9.
Ts = TsI + TsII + TsIII…………………………………….................(7.50) Analisa Biaxial Stress.
(Bourgoyne, Adam T. Jr, dkk. 1986.)
3. Collapse resistance hasil koreksi terhadap beban tension Tabel 7.5.
Pasangan harga % Yield Strength (X) dan % Nominal Resistance (Y)
(Rudi Rubiandini, 2012.)
CRC = Faktor collapse strength (Y) x Collapse resistance...............(7.52)
x y x y x y x y x y
0,000 1,000 0,200 0,929 0,400 0,818 0,600 0,659 0,800 0,427
0,005 0,999 0,205 0,927 0,405 0,815 0,605 0,654 0,805 0,420
0,010 0,997 0,210 0,925 0,410 0,812 0,610 0,650 0,810 0,412
0,015 0,996 0,215 0,922 0,415 0,808 0,615 0,645 0,815 0,405
0,020 0,995 0,220 0,920 0,420 0,805 0,620 0,640 0,820 0,398
0,025 0,993 0,225 0,918 0,425 0,801 0,625 0,635 0,825 0,390
0,030 0,992 0,230 0,915 0,430 0,798 0,630 0,630 0,830 0,382
0,035 0,990 0,235 0,913 0,435 0,794 0,635 0,625 0,835 0,374
0,040 0,989 0,240 0,910 0,440 0,791 0,640 0,620 0,840 0,366
0,045 0,987 0,245 0,908 0,445 0,787 0,645 0,615 0,845 0,358
0,050 0,986 0,250 0,905 0,450 0,784 0,650 0,609 0,850 0,350
0,055 0,984 0,255 0,903 0,455 0,787 0,655 0,604 0,855 0,342
0,060 0,983 0,260 0,900 0,460 0,776 0,660 0,599 0,860 0,334
0,065 0,981 0,265 0,898 0,465 0,773 0,665 0,594 0,865 0,325
0,070 0,980 0,270 0,895 0,470 0,769 0,670 0,588 0,870 0,316
0,075 0,978 0,275 0,893 0,475 0,765 0,675 0,583 0,875 0,307
0,080 0,976 0,280 0,890 0,480 0,761 0,680 0,577 0,880 0,298
0,085 0,975 0,285 0,887 0,485 0,757 0,685 0,572 0,885 0,289
0,090 0,973 0,290 0,885 0,490 0,754 0,690 0,566 0,890 0,280
0,095 0,971 0,295 0,882 0,495 0,750 0,695 0,561 0,895 0,270
0,100 0,969 0,300 0,879 0,500 0,746 0,700 0,555 0,900 0,261
0,105 0,968 0,305 0,876 0,505 0,742 0,705 0,549 0,905 0,251
0,110 0,966 0,310 0,874 0,510 0,738 0,710 0,543 0,910 0,241
0,115 0,964 0,315 0,871 0,515 0,734 0,715 0,538 0,915 0,230
0,120 0,962 0,320 0,868 0,520 0,730 0,720 0,532 0,920 0,220
0,125 0,960 0,325 0,865 0,525 0,725 0,725 0,526 0,925 0,209
0,130 0,958 0,330 0,862 0,530 0,721 0,730 0,520 0,930 0,198
Gambar 7.10.
Biaxial Stress. 0,135 0,956 0,335 0,859 0,535 0,717 0,735 0,513 0,935 0,187
(Rudi Rubiandini, 2012.) 0,140 0,954 0,340 0,856 0,540 0,713 0,740 0,507 0,940 0,175
0,145 0,952 0,345 0,853 0,545 0,709 0,745 0,501 0,945 0,163 Tabel IX-1
0,150 0,950 0,350 0,850 0,550 0,704 0,750 0,495 0,950 0,151 Rencana Pelaksanaan Tugas Akhir

0,155 0,948 0,355 0,847 0,555 0,700 0,755 0,488 0,955 0,139
Maret 2020 April 2020
0,160 0,946 0,360 0,844 0,560 0,696 0,760 0,482 0,960 0,126
Kegiatan Minggu Minggu
0,165 0,944 0,365 0,841 0,565 0,691 0,765 0,475 0,965 0,112
1 2 3 4 1
0,170 0,942 0,370 0,838 0,570 0,687 0,770 0,469 0,970 0,098
Persiapan Data
0,175 0,940 0,375 0,835 0,575 0,682 0,775 0,462 0,975 0,084
Pengolahan Data
0,180 0,938 0,380 0,831 0,580 0,678 0,780 0,455 0,980 0,069
Analisa Data
0,185 0,936 0,385 0,828 0,585 0,673 0,785 0,448 0,985 0,053
Penyusunan Laporan
0,190 0,934 0,390 0,825 0,590 0,668 0,790 0,441 0,990 0,036
Presentasi
0,195 0,931 0,395 0,822 0,595 0,664 0,795 0,434 0,995 0,019

X. RENCANA DAFTAR ISI


VIII. HASIL YANG DIHARAPKAN
1. Perencanaan desain casing diharapkan untuk mendapatkan casing
HALAMAN JUDUL
yang memenuhi syarat secara teknis maupun ekonomis. Secara teknis,
HALAMAN PENGESAHAN
casing harus mampu menahan gaya–gaya yang bekerja pada casing
KATA PENGANTAR
seperti internal pressure, external pressure, tension load dan biaxial
RINGKASAN
load berdasarkan safety factor burst dan collapse, safety factor
HALAMAN PERSEMBAHAN
tension. Secara ekonomis, casing yang direncanakan harus
DAFTAR ISI
mempunyai biaya seminimal mungkin tapi harus tetap aman bila
DAFTAR GAMBAR
ditinjau secara teknis.
DAFTAR TABEL
2. Dapat memberikan rekomendasi casing yang sesuai dan efektif
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................
digunakan pada operasi pemboran sumur selanjutnya di lapangan
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................
”RH” yang ditinjau dari segi teknis dan ekonomisnya.
1.2. Maksud dan Tujuan .......................................................
1.3. Metodologi ...................................................................
IX. JADWAL KEGIATAN
1.4. Hasil yang diharapkan ...................................................
Untuk menyelesaikan tugas akhir ini, maka permohonan melaksanakan tugas
1.5. Sistematika Penulisan ....................................................
akhir akan direncanakan selama 1 bulan terhitung mulai tanggal 08 Maret 2020 –
BAB II. TINJAUAN LAPANGAN ...................................................
08 April 2020. Jadwal pelaksanaan tugas akhir dapat berubah menyesuaikan
2.1. Letak Geografis Lapangan .............................................
kondisi perusahaan.
2.2. Tujuan Pemboran ..........................................................
2.3. Stratigrafi ......................................................................
BAB III. TEORI DASAR DESAIN CASING .................................... 3.4.3.3. Pemilihan Casing Berdasarkan Sumur ..
3.1. Perencanaan Casing ...................................................... 3.4.4. Tension Load ........................................................
3.1.1. Fungsi Casing ................................................... 3.4.5. Beban Biaxial .......................................................
3.1.2. Klasifikasi Casing ............................................. 3.4.6. Safety Factor ........................................................
3.1.2.1. Conductor Casing ............................... 3.4.7. Prosedur Perhitungan Desain Casing ....................
3.1.2.2. Surface Casing .................................... 3.4.7.1. Burst Load ..........................................
3.1.2.3. Intermediate Casing ............................ 3.4.7.2. Collapse Load .....................................
3.1.2.4. Production Casing .............................. BAB IV. PERENCANAAN DESAIN CASING SUMUR X LAPANGAN
3.1.2.5. Liner ................................................... Y ..........................................................................................
3.2. Spesifikasi Casing ......................................................... 4.1. Data-data Sumur ...........................................................
3.2.1. Diameter ............................................................ 4.1.1. Trajectory Data ....................................................
3.2.2. Berat Nominal ................................................... 4.1.2. Tekanan Pori dan Tekanan Rekah .........................
3.2.3. Tipe Sambungan ................................................ 4.2. Penentuan Casing Setting Depth ...................................
3.2.3.1. Round Thread and Coupling (RT&C) ... 4.2.1. Production Casing ................................................
3.2.3.2. Butters Thread and Coupling (BT&C) ... 4.2.2. Intermediate Casing .............................................
3.2.3.3. Extreme Line Casing ........................... 4.2.3. Intermediate Casing Liner ....................................
3.2.4. Grade ................................................................ 4.2.4. Surface Casing .....................................................
3.2.5. Range Length .................................................... 4.2.5. Conductor Casing ................................................
3.3. Penentuan Kedalaman Penempatan Casing ................... 4.3. Desain Casing .............................................................
3.3.1. Tekanan Formasi .................................................. 4.3.1. Data Casing I .......................................................
3.3.2. Tekanan Overburden ............................................ 4.3.2. Data Casing II ......................................................
3.3.3. Tekanan Hidrostatik ............................................. 4.3.3. Data Casing III .....................................................
3.3.4. Tekanan Rekah Formasi ....................................... 4.3.4. Data Casing IV ....................................................
3.3.5. Langkah-langkah Penentuan Casing Setting Depth .. 4.3.5. Data Casing V ......................................................
3.3.5.1. Penempatan Kedalaman Casing .......... BAB V. PEMBAHASAN ..................................................................
3.4. Perencanaan Desain Casing .......................................... 5.1. Perencanaan Casing I .....................................................
3.4.1. Internal Pressure ................................................. 5.2. Perencanaan Casing II ....................................................
3.4.2. External Pressure ................................................. 5.3. Perencanaan Casing III ...................................................
3.4.3. Pemilihan Casing ................................................. 5.4. Perencanaan Casing IV ..................................................
3.4.3.1. Pemilihan Casing Di bawah Titik C ..... 5.5. Perencanaan Casing V ....................................................
3.4.3.2. Pemilihan Casing Di atas Titik C ......... BAB VI. KESIMPULAN ...................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 8. C.C. Hair, B.E. Schwind. “Evaluation and Design Optimization of
LAMPIRAN ........................................................................................ Perforated Casing”. 25th Annual Offshore Technology Conference, 3 – 6
May, Houston, Texas. 1993.
XI. RENCANA DAFTAR PUSTAKA 9. Moroni, Luigi., Alain Denax, “Re-design of Casing Program Due to
Dalam mengerjakan tugas akhir ini, penulis memerlukan referensi – Enhanced Shale and Salt Stability”, SPE/IADC Middle East Drilling
referensi sebagai berikut guna menjadi acuan dalam pengerjaan tugas akhir Technology Conference & Exhibition, 26 – 28 October, Manama, Bahrain.
nantinya. Berikut adalah rencana daftar pustaka yang akan digunakan oleh penulis. 2009.
10. O. Utsalo, O. Olamigoke, “An Excel Based Casing Design Application”,
DAFTAR PUSTAKA SPE Nigeria Annual International Conference and Exhibition, 05 – 07
Agustus, Lagos, Nigeria. 2014.
11. Rabia, Hussain. “Fundamentals of Casing Design”. Kluwer Group. 1987.
(Chapter 4 Page 89 – 94, Chapter 5 Page 95 – 130).
1. Adam. J. Neal. “Drilling Engineering a Complete Planning Approach”.
12. Rahman, S.S. Chilingarian, G.V., “Casing Design Theory and Practice”,.
PennWell Publishing Company, Tulsa, Oklahoma. 1985. (Chapter 7 Page
Elsevier. Amsterdam, Netherlands. 1995. (Chapter 1, 2, 3)
301 – 350)
13. Rubiandini, R., “Teknik Pemboran II”, Jurusan Teknik Perminyakan,
2. American Petroleum Institute. “API Specification 5CT, Specification for
Institut Teknologi Bandung. 2012.
Casing and Tubing”. 8th Edition. API Publishing Services, Washington
D.C. 2005.
3. A.S. Halal, D.J. Warling and R.R. Wagner. “Minimum Cost Casing
Design”. SPE Annual Technical Conference and Exhibition, 6 – 9 October,
Denver, Colorado. 1996.
4. Bernt S. Aadnoy, Eirik Kaarstad, and Mesfin Belayneh. “Multiple Criteria
Casing Seat Selection Method”. IADC/SPE Drilling Conference and
Exhibition, 6 – 8 March, San Diego, California, USA. 2012.
5. BG Group. “Well Engineering and Production Operations Management
System (Casing Design Manual)”. WSD CD 01 Version 2.20. 2001.
(Chapter 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, and 11)
6. Bourgoyne, Adam T. Jr, dkk. “Applied Drilling Engineering”. USA: SPE
Textbook Series, First Printing, Richardson, Texas. 1986.
7. B.S. Aadnoy, T. Soteland, Rogaland U., and B. Ellingsen. “Casing Point
Selection at Shallow Depth”. SPE/IADC Drilling Conference, February 28
– March 03, New Orleans, Louisiana. 1989.

Anda mungkin juga menyukai