FK. BID. 35-16 Ali H-Min PDF
FK. BID. 35-16 Ali H-Min PDF
SKRIPSI
Oleh
Fatimah Nuril Alifah
NIM 011211232006
SKRIPSI
Oleh
Fatimah Nuril Alifah
NIM 011211232006
SKRIPSI
Oleh
Fatimah Nuril Alifah
NIM 011211232006
23 Juni 2016
MOTTO
Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi
jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang
dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakal
~(QS. Ali-‘imran : 160)~
Ketika sesuatu yang kita inginkan tidak terjadi, maka bukan berarti itu tidak akan
terjadi selama-lamanya, boleh jadi, itu disimpan di waktu yang lebih spesial.
Karena segala sesuatu yang baik, selalu tiba di waktu terbaiknya. Mungkin agar
kita lebih siap, juga mungkin agar kita lebih pandai bersyukur
~Tere Liye~
vii
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan
Faktor Psikososial Terhadap Kejadian Post Partum Blues Di Ruang Nifas RSUD
dr. Abdoer Rahem Situbondo” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
UNAIR.
bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu perkenankanlah saya
1. Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA. selaku rektor Universitas
2. Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Pendidikan Bidan.
viii
6. Sunarsih, Dip.Mw., S.Pd., M.Kes. selaku ketua penguji skripsi yang telah
10. Tony Wahyudi, dr., M.Kes. selaku direktur RSUD dr. Abdoer Rahem
penelitian.
11. Amirah, Amd. Keb. selaku kepala ruangan seruni yang telah memberikan
12. Responden yang telah bersedia menjadi subyek penelitian dan meluangkan
13. Bripda Hafid yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk segera
ix
14. Teman kos Kedung Tarukan Baru 3c yang selalu siap sedia membantu
15. Teman Program Studi Pendidikan Bidan angakatan 2012 jalur A dan 2014
jalur B yang selalu kompak dan memberikan warna baru dalam dunia
pengalaman baru.
16. Semua pihak terkait yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun saya
berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun skripsi ini. Semoga dapat
RINGKASAN
Post partum blues adalah sindroma gangguan afektif ringan yang terjadi
pada awal pasca melahirkan. Hal ini merupakan masalah yang wajar terjadi
setelah melahirkan. Tanda dan gejala yang muncul yaitu reaksi sedih atau disforia,
menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung
menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, dan gangguan nafsu makan. Gejala ini
mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya menghilang dalam kurun
waktu beberapa hari. Namun dapat berubah menjadi keadaan yang lebih berat.
Gejala post partum blues merupakan hasil suatu mekanisme multi faktorial yang
terdiri dari faktor hormonal, faktor aktivitas fisik, dan faktor psikososial.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross
sectional. Populasinya adalah ibu nifas hari kedua post partum di ruang nifas
RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada tanggal 1 – 31 Maret 2016. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling selama satu
bulan yang mendapatkan responden sebanyak 60 orang ibu nifas. Variabel
independent adalah faktor psikososial dan variabel dependent adalah post partum
blues. Instrumen menggunakan kuisioner umum untuk mengetahui faktor
psikososial dan kuisioner edinburgh postnatal depression scale (EPDS) untuk
mengetahui kejadian post partum blues. Data dianalisis secara univariat dan
bivariat. Uji yang digunakan adalah chi square dengan tingkat kemaknaan α=0,05
Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 65% ibu nifas mengalami post
partum blues. Dari variabel didapatkan masing-masing nilai p yaitu usia dengan
p=0,015, paritas dengan p=0,038, pendidikan dengan nilai p=0,513, pekerjaan
dengan nilai p=0,019, pendapatan dengan nilai p=0,009. Variabel dengan nilai
p<0,05 menunjukkan adanya hubungan antara variabel tersebut dengan kejadian
post partum blues.
Simpulan faktor psikososial yang banyak menyebabkan kejadian post
partum blues adalah faktor ekonomi rendah. Oleh karena itu, untuk mengurangi
angka kejadian post partum blues perlu meningkatkan status ekonomi.
xi
ABSTRACT
Post Partum blues are a mild affective disorder syndrome that occurs in
the early post partum period. This is a naturally problem that occurs after
childbirth. Signs and symptoms are reactions of sadness or dysphoria, crying,
irritability, anxiety, feelings lability, tend to blame themselves, sleep disorder, and
appetite disorder. These symptoms appear after childbirth and disappear within a
few days. Post partum blues happen bocause of multi factorial, consisting of
hormonal factors, physica lactivity factors, and psychosocial factors.
It is an observational analytical study with cross sectional design. The
population is the second day post partum woman in dr. Abdoer Rahem Situbondo
Hospital on 1-31 March 2016. Number of sample are 60 respondents according to
the criteria of the sample. Independent variable is psychosocial factors, dependent
variable is post partum blues. This study use general questionnaire and edinburgh
postnatal depression scale (EPDS) questionnaire. Data analysis use chi square.
The results shows as much as 65% of post partum mother experience post
partum blues. Each variable obtained p values are age p=0,015, parity p=0,038,
education p=0,513,jobs p=0,019, revenue p=0,009. Variables with p<0,05 shows
there is significantly relation between these variables and post partum blues.
The conclusion, the most cause of post partum blues incidence from
psychosocial factors are low economic status. Therefore, to reduce the incidence
of post partum blues need to improve the economic status.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman sampul dalam ............................................................................... i
Halaman prasyarat gelar .............................................................................. ii
Halaman surat pernyataan ........................................................................... iii
Halaman lembar persetujuan ....................................................................... iv
Halaman penetapan panitia penguji ............................................................ v
Halaman lembar pengesahan....................................................................... vi
Halaman motto ............................................................................................ vii
Halaman ucapan terima kasih ..................................................................... viii
Halaman ringkasan ...................................................................................... xi
Halaman abstract ......................................................................................... xii
Halaman daftar isi ....................................................................................... xiii
Halaman daftar tabel ................................................................................... xvi
Halaman daftar gambar ............................................................................... xvii
Halaman daftar lampiran ............................................................................. xviii
Halaman daftar singkatan, istilah dan arti lambang .................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan penelitian ......................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 4
1.4 Manfaat penelitian ....................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5
2.1 Konsep Dasar Nifas ..................................................................... 5
2.1.1 Pengertian ............................................................................ 5
2.1.2 Perubahan Fisiologis ............................................................ 5
2.1.3 Perubahan Psikologis ........................................................... 11
2.2 Latar Pelakang Psikososial Wanita.............................................. 12
2.2.1 Sosial Ekonomi .................................................................... 12
2.2.2 Kehamilan Yang Tidak Diinginkan ..................................... 14
2.2.3 Dukungan Sosial Suami dan Keluarga ................................ 15
2.3 Konsep Dasar Post Partum Blues ................................................ 16
2.3.1 Pengertian ............................................................................ 16
2.3.2 Jenis Gangguan Psikologi .................................................... 17
2.3.3 Faktor Penyebab Post Partum Blues .................................... 18
2.3.4 Gejala Post Partum Blues..................................................... 19
2.3.5 Pemeriksaan Penunjang Post Partum Blues ......................... 20
2.3.6 Penatalaksanaan Post Partum Blues..................................... 22
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ................................... 25
3.1 Kerangka Konsep Penelitian........................................................ 25
3.2 penjelasan kerangka konsep ........................................................ 25
3.3 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 26
BAB 4 METODE PENELITIAN................................................................ 27
4.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 27
xiii
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Definisi operasional variabel................................................... 30
Tabel 5.1 Tabel distribusi frekuensi usia................................................. 35
Tabel 5.2 Tabel distribusi frekuensi paritas............................................. 36
Tabel 5.3 Tabel distribusi frekuensi pendidikan..................................... 36
Tabel 5.4 Tabel distribusi frekuensi pekerjaan...................................... 37
Tabel 5.5 Tabel distribusi frekuensi pendapatan..................................... 37
Tabel 5.6 Tabel distribusi frekuensi status kehamilan............................ 37
Tabel 5.7 Tabel distribusi frekuensi dukungan suami dan keluarga....... 38
Tabel 5.8 Tabel distribusi frekuensi post partum blues........................... 38
Tabel 5.9 Tabel analisis data antara usia dan post partum blues............. 39
Tabel 5.10 Tabel analisis data antara paritas dan post partum blues......... 40
Tabel 5.11 Tabel analisis data antara pendidikan dan post partum blues. 40
Tabel 5.12 Tabel analisis data antara pekerjaan dan post partum blues.... 41
Tabel 5.13 Tabel analisis data antara usia dan post partum blues............. 42
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan faktor psikososial terhadap 25
kejadian post partum blues di ruang nifas RSUD dr. Abdoer
Rahem Situbondo...................................................................
Gambar 4.1 Rancangan penelitian hubungan faktor psikososial terhadap 27
kejadian post partum blues di ruang nifas RSUD dr Abdoer
Rahem Situbondo...................................................................
Gambar 4.2 Kerangka operasional hubungan faktor psikososial terhadap 32
kejadian post partum blues di ruang nifas RSUD dr Abdoer
Rahem Situbondo...................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal kegiatan penelitian.................................................. 56
Lampiran 2 Surat permohonan ijin studi pendahuluan........................... 57
Lampiran 3 Surat balasan ijin studi pendahuluan................................... 58
Lampiran 4 Surat keterangan melaksanakan studi pendahuluan............ 59
Lampiran 5 Permohonan kelaikan etik................................................... 60
Lampiran 6 Keterangan kelaikan etik..................................................... 61
Lampiran 7 Permohonan ijin penelitian................................................. 62
Lampiran 8 Surat balasan ijin penelitian................................................ 63
Lampiran 9 Surat keterangan melaksanakan penelitian......................... 64
Lampiran 10 Lembar permohonan menjadi responden............................ 65
Lampiran 11 Lembar persetujuan menjadi responden.............................. 66
Lampiran 12 Lembar kuisioner................................................................ 67
Lampiran 13 Hasil analisis data................................................................ 73
Lampiran 14 Lembar konsultasi pembimbing I........................................ 83
Lampiran 15 Lembar konsultasi pembimbing II...................................... 84
xviii
% : persen
< : kurang dari
ASI : Air Susu Ibu
EPDS : Edinburgh Postnatal Depression Scale
KB : Keluarga Berencana
mL : mililiter
RSU : Rumah Sakit Umum
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
WHO : World Health Organization
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
didambakan oleh seorang ibu yang akan menjadi suatu kondisi yang sangat
ketika hamil dan bersalin. Hal ini terjadi karena wanita dua kali lebih rentan
mengalami depresi dibanding laki-laki. Selain itu, kehamilan dan persalinan juga
merupakan kejadian terpenting dalam siklus hidup seorang wanita yang dapat
menimbulkan stres hebat. Pada suatu studi terhadap 360 ibu hamil, didapatkan
10% dari mereka mengalami depresi saat kehamilan dan hanya 6,8% yang
Salah satu macam depresi pasca persalinan adalah post partum blues yang
merupakan tahap awal dari post partum depression dan post partum psikosis.
Menurut Evy Rakaryani (2006), hal ini merupakan masalah yang wajar terjadi
setelah melahirkan. Namun post partum blues dapat terjadi dalam kondisi dan
Jepang 8%. Di Asia, prevalensi terjadinya post partum blues antara 26-85%
dimana Malaysia dan Pakistan menjadi peringkat yang terendah dan tertinggi.
dilakukan oleh Uke Riska pada tahun 2006 di RSUD dr. Soetomo didapatkan
hasil 54,84% responden mengalami post partum blues dengan faktor psikososial
selanjutnya dilakukan oleh Nurul Azizah pada tahun 2010 di RSUD Sidoarjo
didapatkan hasil 55,8% dan penelitian oleh Sari Priyanti pada tahun 2013 di
Oktober 2015 di ruang nifas RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo didapatkan hasil
yaitu 4 dari 10 ibu nifas hari kedua mengalami post partum blues dengan riwayat
persalinan pervaginam tanpa tindakan operatif. Namun faktor psikososial apa saja
yang mempengaruhi post partum blues di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo
Post partum blues atau sering disebut maternity blues atau baby blues
merupakan suatu sindroma gangguan afektif ringan yang terjadi pada awal pasca
persalinan. Tanda dan gejala yang muncul yaitu reaksi sedih atau disforia,
menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, dan gangguan nafsu makan. Gejala ini
mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya menghilang dalam kurun
waktu beberapa hari. Namun dapat berubah menjadi keadaan yang lebih berat.
berdiri sendiri sehingga tanda dan gejala post partum blues merupakan hasil suatu
perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin, dan kortisol. Faktor kedua yaitu
faktor aktivitas fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh
terjadinya post partum blues adalah kurangnya dukungan suami dan keluarga
terhadap ibu mulai masa kehamilan hingga pasca persalinan (Nirwana, 2011).
dilakukan untuk mendeteksi secara dini terjadinya post partum blues sehingga
dapat dilakukan suatu penatalaksanaan yang baik agar ibu tidak jatuh pada kondisi
yang lebih buruk, serta untuk mengetahui faktor psikososial yang mempengaruhi
sebagai berikut : apakah ada hubungan faktor psikososial terhadap kejadian post
partum blues pada pasien di ruang nifas RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo?
psikologis pada ibu post partum terutama pada ibu yang mengalami post partum
kejadian post partum blues sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan
penatalaksanaan yang baik dan para institusi terkait dapat meningkatkan kualitas
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, dimulai beberapa jam
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6 –
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan.
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
1. Uterus
(a) Involusi
disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat otot
polos uterus berkontraksi. Uterus yang pada waktu hamil beratnya kira-kira 11
kali lebih berat dari sebelum hamil, pada saat berinvolusi kira-kira menjadi 500
gram pada 1 minggu setelah melahirkan, dan 350 gram pada 2 minggu setelah
Jensen, 2004).
(b) Kontraksi
intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas oleh kelenjar
pertama pasca persalinan intensitas kontraksi uterus bisa berkurang menjadi tidak
teratur. Karena itu penting sekali mempertahankan kontraksi uterus selama masa
(c) Afterpains
tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan
biasanya menimbulkan nyeri yang cukup lama pada awal puerperium. Rasa nyeri
setelah persalinan ini lebih terasa setelah ibu melahirkan pada uterus yang terlalu
teregang (misalnya pada bayi besar, kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan
(d) Lochea
Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari
uterus tidak boleh melebihi jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi.
Setelah waktu tersebut, aliran lochea yang keluar harus semakin berkurang.
Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris desidua serta debris
trofoblastik. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3-4 hari
(lochea serosa). Lochea serosa terdiri atas darah lama (old blood), serum, leukosit,
dan debris jaringan. Setelah 10 hari bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning
sampai putih (lochea alba). Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel,
mucus, serum, dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi
trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul
untuk kehamilan yang akan datang. Regresi endometrium selesai akhir minggu
ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta yang biasanya tidak
(f) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas jam
pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Muara serviks, yang berdilatasi waktu, menutup secara
bertahap. Dua jari mungkin masih dapat dimasukkan ke dalam muara serviks pada
hari 4-6 pasca partum, tetapi hanya tangkai kuret yang dapat dimasukkan pada
akhir minggu ke-2. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti
vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula teregang akan kembali ke
ukuran semula sebelum hamil, 6 – 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada minggu keempat, walau tidak akan menonjol seperti pada
penopang dasar panggul yang robek atau teregang saat ibu melahirkan
4. Sistem endokrin
Pada wanita tidak menyusui, terjadi ovulasi dini, yakni dalam 27 hari
waktu rata-rata terjadinya ovulasi sekitar 190 hari (Bobak, Laudermilk, Jensen,
2004).
5. Sistem urinarius
mengalami dilatasi dan statis urine yang dihubungkan dengan resiko infeksi,
hamil diaferensis dan diuresis. Trauma jalan lahir, efek anestesi dan rasa takut
6. Sistem kardiovaskuler
tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi beberapa hari
pertama post partum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 post
7. Sistem hematologi
15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000 –
30.000 yang merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama. Hal ini
dapat meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan
tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2 – 3 hari
post partum, konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2,00% atau lebih. Total
kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira-kira 700 – 1.500 ml (100 –
200 ml hilang pada saat persalinan, 500 – 800 ml hilang pada minggu pertama
post partum, dan 500 ml hilang pada saat masa nifas). (Bahiyatun, 2009)
8. Tanda vital
Tekanan darah harus dalam keadaan stabil. Suhu turun secara perlahan dan
stabil pada 24 jam post partum. Nadi menjadi setelah persalinan (Bahiyatun,
2009).
9. Payudara
perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi pada wanita yang sedang
dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI tidak berlangsung
sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan
menyebabkan stres emosional terhadap ibu baru, bahkan menyulitkan bila terjadi
transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post partum yaitu :
4. Pengaruh budaya
Satu atau dua hari post partum, ibu cenderung pasif dan tergantung. Ia
pengalaman persalinan.
1. Taking In
(a) Periode ini terjadi 1 – 2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif
melahirkan
(c) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur
(d) Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya
2. Taking Hold
(a) Pada hari ke 2 – 4 post partum. Perhatian ibu terfokus pada kemampuannya
untuk menjadi orang tua yang sukses dan lebih bertanggung jawab terhadap
bayinya
3. Letting Go
(a) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap
sosial ekonomi yang disusun berdasar riset badan independen. SES diperoleh dari
ialah karena orang indonesia cenderung merasa tidak nyaman jika ditanya tentang
berapa pendapatannya. Ada yang suka mengecilkan dan ada pula yang cenderung
dan pendapatan.
berikut :
1. Pekerjaan
segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai
imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya.
bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja
2. Pendidikan
mengetahui mana yang baik dan mana yang dapat menjadikan seseorang menjadi
berguna baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain yang
membutuhkannya.
3. Pendapatan
sifatnya reguler dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi,
(a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja
(b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,
(c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.
(d) Pendapatan yang berupa barag yaitu : pembayaran upah dan gaji yang
Biasanya pasangan akan merasa sangat bahagia bila istri dipastikan hamil,
bahwa kadang kehamilan tak ubahnya mimpi buruk yang menjadi kenyataan,
berujung pada fakta yang dirasakan bagai sebuah tragedi. Suatu realitas kehidupan
yang tidak hanya menyangkut diri wanita, tetapi juga keluarga bahkan masyarakat
sekitarnya.
meskipun kehamilan didapatkan dalam pernikahan. Antara lain jumlah anak sudah
cukup banyak, merasa umur terlalu tua untuk hamil, riwayat kehamilan atau
membuat cacat pada anak, riwayat melahirkan anak cacat (mungkin lebih dari satu
kali), pasangan suami istri di ambang perpecahan, dan kegagalan penggunaan alat
KB atau kontrasepsi. Hal lain yang lebih menyedihkan adalah kehamilan hasil
perkosaan atau kehamilan pada ibu cacat mental. Hasil hubungan sesama anggota
keluarga sedarah (incest) kadang juga dijumpai, serta rasa malu akibat kehamilan
1. Dukungan suami
(d) Suami memperhatikan kesehatan istri, yakni menanyakan keadaan istri atau
(g) Suami menghibur atau menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi
istri
(a) Ayah ibu kandung, maupun mertua sangat mendukung kehamilan ini
(b) Ayah ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini
(c) Seluruh anggota keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi
(d) Walaupun ayah ibu kandung maupun mertua di daerah lain, sangat
didambakan dukungan melalui telepon, surat atau pun doa dari jauh
(e) Selain itu, ritual tradisional dalam periode ini seperti upacara tujuh bulanan
pada beberapa orang, mempunyai arti tersendiri yang tidak boleh diabaikan
2.3.1. Pengertian
Post partum blues adalah suatu stres psikologis ringan pada wanita pasca
persalinan. Periode ketidakenakan badan pada hari pertama atau kedua pasca
melahirkan, dicirikan oleh kebahagiaan yang luar biasa dan perasaan yang sangat
Post partum blues adalah gangguan suasana hati yang berlangsung selama
3 sampai 6 hari pasca melahirkan. Post partum sendiri sudah dikenal sejak lama,
savage pada tahun 1875 telah menulis referensi di literature kedokteran mengenai
suatu keadaan disforia ringan pasca salin yang disebut sebagai “milk fever”
karena gejala disforia muncul secara bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini post
partum blues atau sering disebut juga maternity blues atau baby blues yang
dimengerti sebagai sindroma gangguan afektif ringan yang sering tampak dalam
Terjadi pada hari pertama sampai hari sepuluh setelah melahirkan dan
hanya bersifat sementara, dengan gejala gangguan mood, rasa marah, mudah
menangis, sedih, nafsu makan menurun, sulit tidur (Arfian, 2012). Keadaan ini
akan terjadi beberapa hari saja setelah melahirkan dan biasanya akan hilang dalam
beberapa hari.
bersalah, lelah, cemas, dan tidak mampu merawat dirinya dan bayinya. Keadaan
2012).
Depresi berat yaitu dengan gejala proses pikir yang dapat mengancam dan
pertolongan dari tenaga profesional yaitu psikiater dan pemberian obat (Arfian,
2012).
berdiri sendiri sehingga gejala dan tanda post partum blues sebenarnya adalah
1. Faktor hormonal
Salah satu penyebab baby blues adalah faktor biokomia tubuh dan stresor
yang terjadi saat ibu tersebut hamil dan melahirkan. Sedangkan stresor kehidupan
itu sendiri merupakan salah satu stresor besar dalam hidup. Perubahan hormon
terjadi dan tidak dapat dihindari karena itulah yang normal terjadi pada ibu hamil
Setelah bersalin, kadar hormon kortisol (hormon pemicu stres) pada ibu
naik sehingga mendekati kadar orang yang sedang mengalami depresi. Disaat
yang sama hormon laktogen dan prolaktin yang memicu produksi ASI sedang
meningkat. Sementara pada saat yang sama kadar progesteron sangat rendah.
Pertemuan kedua hormon ini akan menimbulkan keletihan fisik pada ibu dan
memicu stres.
2. Faktor demografi
Meliputi umur dan paritas. Ibu primi yang tidak mempunyai pengalaman
dalam mengasuh anak, ibu yang berusia remaja adalah yang beresiko terkena post
3. Faktor psikologis
tertuju pada anak yang baru lahir. Padahal usai persalinan ibu merasa lelah dan
penampilan fisik si kecil karena tidak sesuai dengan yang diinginkan juga bisa
4. Faktor fisik
mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tidak jarang terjaga di
tengah malam. Apalagi jika tidak ada suami atau anggota keluarga yang lain
(Nirwana, 2011).
5. Faktor sosial
Gejala post partum blues ringan hanya terjadi dalam hitungan jam atau 1
minggu pertama setelah melahirkan, gejala ini dapat sembuh dengan sendirinya,
sedangkan pada beberapa kasus post partum depresion dan post partum psikosis,
bisa sampai mencelakai diri sendiri bahkan anaknya, sehingga pada penderita
kedua jenis gangguan mental terakhir perlu perawatan yang ketat di rumah sakit
(Afrianto, 2012).
Gejala-gejala post partum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap
seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke 3 atau hari ke 6 etelah
menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan, tidak mau
merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap
hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit
membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang
baru saja dilahirkan, insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala ini mulai muncul
setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara
beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih tetap berlangsung selama
beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression
(Murtiningsih, 2012).
Untuk mengukur kejadian post partum blues menggunakan alat yaitu The
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), yaitu alat ukur yang telah teruji
mengalami depresi postpartum baik situasi klinis atau dalam penelitian (Cox dkk,
ini sangat berguna untuk skrining tahap awal, maupun penggunaan secara lebih
pada waktu-waktu yang lain, dan mengidentifikasi ayah yang mengalami depresi
pada tiga rumah sakit umum, yaitu RSU dr. Cipto mangunkusumo, RSU
penelitian ini adalah 102 wanita postpartum yang diambil secara random setiap
hari, selama waktu validasi yaitu 2-10 Maret 1998 (kusumadewi dkk, 1998).
dan 61,6% spesifitas, yang berarti bahwa kemampuan EPDS di indonesia untuk
penggunaan EPDS di indonesia adalah valid dan reabel sebagai instrumen untuk
dkk, 1998). Namun perlu diperhatikan bahwa EPDS sebaiknya digunakan sebagai
1. Ibu diminta untuk menggaris bawahi jawaban yang paling sesuai dengan
membaca.
5. EPDS dapat diberikan kepada ibu tiap waktu dari setelah persalinan hingga
bayi baru lahir atau kasus post partum blues. Terjadinya gejala-gejala yang
komplikasi
dinamakan post partum depression dengan karakteristik bisa terjadi mimpi buruk
lebih sering, insomnia lebih sering, phobia terus-menerus, dan irasional dan dapat
berlanjut pada post partum psikosis, dimana sudah terjadi pada tahap yang
mengancam jiwa baik si ibu dan bayi. Post partum psikosis bisa menetap sampai
setahun dan bisa juga selalu kambuh gangguan kejiwaan setiap pasca persalinan.
terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang “berjuang” sendiri
dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang
salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang
untuk minta pertolongan, sering kali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat
atau tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri
sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka
kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang
bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau
kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi.
(murtiningsih, 2012).
segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan
merujuk para ahli psikologi / konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang
memadai dari para petugas obstetri, yaitu dokter dan bidan / perawat sangat
2012)
Post partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dangan
menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan,
ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, membicarakan rasa cemas dan
BAB 3
Usia
Paritas
Pendidikan
Koping stres (-)
Pekerjaan
adaptasi (-)
Pendapatan
Dukungan suami dan
keluarga
Status kehamilan
Post partum blues
Status pernikahan
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan faktor psikososial terhadap kejadian post
terjadinya post partum blues meliputi faktor hormonal, faktor aktivitas fisik, dan
25
faktor psikososial ibu, yang terdiri dari usia, paritas, tingkat pendidikan,
stres dan menyebabkan kelelahan fisik ditambah dengan kelelahan pada saat
persalinan dan mengasuh bayi dapat memicu terjadinya post partum blues.
Adapun pengaruh lain misalnya usia dan paritas yang mempengaruhi pengalaman
suami dan keluarga, dan status kehamilan juga turut mempengaruhi kejadian post
partum blues.
pada bayi baru lahir sedangkan ibu sangat membutuhkan perhatian. Kekecawaan
terhadap keadaan dan kondisi fisik bayi yang tidak sesuai juga dapat memicu post
partum blues.
penelitian ini dibatasi pada faktor psikososial ibu yang meliputi usia, paritas,
kehamilan terhadap terjadinya post partum blues. Status pernikahan tidak diteliti
kejadian post partum blues di ruang nifas RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo.
BAB 4
METODE PENELITIAN
diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran terhadap gejala dan fenomena dari
subyek penelitian.
ya
Post partum blues
tidak
Ibu nifas
4.3.1. Populasi
telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas
27
yang dirawat pada tanggal 1 – 31 Maret 2016 di ruang nifas RSUD dr. Abdoer
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang dirawat di ruang nifas
RSUD Dr. Abdoer Rahem Situbondo sebanyak 60 ibu nifas yang memenuhi
kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dan
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi pada
karena teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan cara consecutive
sampling dimana subjek yang memenuhi kriteria inklusi untuk diteliti dimasukkan
ke dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sampai jumlah responden yang
dibutuhkan oleh peneliti terpenuhi. Waktu yang digunakan oleh peneliti selama 1
bulan.
Situbondo.
kehidupan individu, baik yang bersifat psikologis maupun sosial yang mempunyai
Variabel
dependent :
Post partum Kesedihan atau Kuisioner
Nominal 1. Post partum blues jika
blues keadaan Edinburgh skor ≥13
emosional ibu Postnatal 2. Tidak post partum
nifas Deepression blues jika skor <13
Scale Cara penilaian terlampir
(EPDS) pada teknik dan prosedur
pengumpulan data
4.7. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
kuisioner. Instrumen yang digunakan untuk menilai kejadian post partum blues
beratnya gejala. Untuk soal nomor 1, 2 dan 4 diberi nilai : 0 untuk jawaban a, 1
bentuk tabel. Data akan dianalisa menggunakan uji chi-squre dengan tingkat
apabila hasil uji statistik didapatkan p ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan HI diterima,
yang berarti ada hubungan faktor psikososial ibu dengan kejadian post partum
blues.
Sampling :
Consecutive sampling
Informed consent
Penyajian hasil
Gambar 4.2 Kerangka operasional hubungan faktor psikososial terhadap kejadian
consent) untuk menjadi responden penelitian. Oleh karena itu perlu mengajukan
lembar persetujuan. Jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan
mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (kuisioner) yang diisi
dimengerti.
4.11.2. Data diambil bukan pada puncak kejadian post partum blues.
BAB 5
Dalam bab ini akan menampilkan hasil dan analisis data penelitian yang
Post Partum Blues”. Data yang diperoleh yaitu data umur, usia, paritas,
keluarga. Data tersebut didapatkan dengan cara menyebar kuisioner kepada 60 ibu
suami dan keluarga, dan status kehamilan) dan variabel dependent yaitu post
partum blues, maka digunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan p<0,05.
dirawat di ruang nifas RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada tanggal 1-31
Maret 2016 sesuai dengan variabel faktor psikososial yang terdiri dari usia,
status kehamilan.
5.1.1. Usia
Jumlah 60 100%
35
Usia dibagi menjadi dua kategori yaitu usia kurang dari 25 tahun dan 25
tahun ke atas. Dari tabel 5.1 diketahui bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar
5.1.2. Paritas
Primipara 22 36,7%
Multipara 38 63,3%
Jumlah 60 100%
Paritas dibagi menjadi dua kategori yaitu primipara dan multipara. Dari
tabel 5.2 diketahui bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar (63,3%) atau sebanyak
5.1.3. Pendidikan
SD 19 31,7%
SMP 18 30%
Jumlah 60 100%
Pendidikan dibagi menjadi tiga kategori yaitu SD, SMP, dan SMA ke atas.
Dari tabel 5.3 diketahui bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar (38,3%) atau
5.1.4. Pekerjaan
rumah tangga termasuk dalam kategori tidak bekerja. Dari tabel 5.4 diketahui
bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar (75%) atau sebanyak 45 ibu nifas tidak
bekerja.
5.1.5. Pendapatan
ke atas. Dari tabel 5.5 diketahui bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar (51,7%)
atau sebanyak 31 ibu nifas memiliki pendapatan keluarga dibawah UMR dengan
Diterima 59 98,3%
Jumlah 60 100%
Status kehamilan dibagi menjadi dua kategori yaitu tidak diterima dan
diterima. Dari tabel 5.6 diketahui bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar (98,3%)
atau sebanyak 59 ibu nifas dapat menerima tentang kehamilan dan kelahirannya.
Variabel ini tidak dapat dianalisis karena tidak memenuhi syarat uji.
Jumlah 60 100%
Dukungan suami dan keluarga dibagi menjadi dua kategori yaitu tidak ada
dukungan dan ada dukungan. Dari tabel 5.7 diketahui bahwa dari 60 ibu nifas
mendapatkan dukungan penuh dari suami dan keluarga. Variabel ini tidak dapat
Ya 39 65%
Tidak 21 35%
Jumlah 60 100%
Post partum blues dibagi menjadi dua kategori yaitu mengalami post
partum blues dan tidak mengalami post partum blues. Dari tabel 5.8 diketahui
bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar (65%) atau sebanyak 39 ibu nifas
psikososial yang terdiri dari usia, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan
terhadap post partum blues pada ibu nifas yang dirawat di ruang nifas RSUD dr.
Abdoer Rahem Situbondo pada tanggal 1-31 Maret 2016. Jika nilai p<0,05 maka
Tabel 5.9 tabel analisis data antara usia dan post partum blues
Dari tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar
(33,3%) atau sebanyak 20 ibu nifas yang berumur 20-35 tahun mengalami post
partum blues. Dengan nilai p sebesar 0,024 yang menunjukkan bahwa ada
hubungan usia dengan kejadian post partum blues. Ibu dengan usia kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun (usia resiko tinggi) mempunyai kemungkinan 4,038
Tabel 5.10 tabel analisis data antara paritas dan post partum blues
Dari tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar
(35%) atau sebanyak 21 ibu nifas multipara mengalami post partum blues.
Dengan nilai p sebesar 0,038 yang menunjukkan bahwa ada hubungan paritas
Tabel 5.11 tabel analisis data antara pendidikan dan post partum blues
Dari tabel 5.11 dapat diketahui bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar
(25%) atau sebanyak 15 ibu nifas dengan pendidikan terakhir SMA ke atas
mengalami post partum blues. Dengan nilai p sebesar 0,418, maka tidak terdapat
perbedaan proporsi kejadian post partum blues yang bermakna anatara pendidikan
SD dan pendidikan SMP. Nilai p kedua sebesar 0,798, maka tidak terdapat
perbedaan proporsi kejadian post partum blues yang bermakna anatara pendidikan
Tabel 5.12 tabel analisis data antara pekerjaan dan post partum blues
Dari tabel 5.12 dapat diketahui bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar
(55%) atau sebanyak 33 ibu nifas yang tidak bekerja mengalami post partum
blues. Dengan nilai p sebesar 0,019 yang menunjukkan bahwa ada hubungan
pekerjaan dengan kejadian post partum blues. Ibu nifas yang tidak bekerja
Tabel 5.13 tabel analisis data antara usia dan post partum blues
Dari tabel 5.13 dapat diketahui bahwa dari 60 ibu nifas sebagian besar
(41,7%) atau sebanyak 25 ibu nifas yang memiliki pendapatan keluarga kurang
dari UMR Kabupaten Situbondo mengalami post partum blues. Dengan nilai p
kejadian post partum blues. Ibu dengan pendapatan keluarga rendah mempunyai
BAB 6
PEMBAHASAN
post partum. Secara umum pada usia remaja memiliki pengetahuan yang terbatas
kesehatan yang ada. Selain itu pada usia tersebut juga belum cukup mencapai
kematangan fisik, mental, peran dan aktivitas baru sebagai ibu dalam merawat
anaknya. Semakin muda usia ibu melahirkan semakin mudah ibu mengalami post
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani
dan Irawati (2013) menyatakan bahwa kejadian post partum blues lebih banyak
dialami oleh wanita yang berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
(81,8%). Dengan hasil penelitian didapatkan angka signifikasi 0,024 yang berarti
terdapat hubungan yang bermakna antara usia saat melahirkan dengan kejadian
post partum blues. Usia yang beresiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan
yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai kemungkinan
Post partum blues dapat terjadi pada semua ibu post partum dari suku dan
ras manapun dan dapat terjadi pada ibu primipara maupun multipara (Henshaw,
2003). Ibu primipara merupakan kelompok yang paling rentan mengalami depresi
post partum dibanding ibu Multipara. Post partum blues pada ibu primipara dapat
43
dipicu oleh perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi dan timbulnya
oleh Sari Priyanti (2013) menyatakan bahwa post partum blues lebih banyak
dialami oleh ibu dengan primipara (32,5%). Dengan hasil penelitian didapatkan
angka signifikasi 0,038 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara
Wanita yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan peran dan aktivitas
post partum (Savage, 2008). Untuk itu perlu diberikan pendidikan kesehatan
tentang cara-cara perawatan bayi agar ibu dapat beradaptasi dengan peran
barunya.
terhadap kejadian post partum blues. Wanita dengan pendidikan tinggi dapat
menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan
rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-
mengalami post partum blues ialah responden dengan latar belakang pendidikan
terakhir SMA ke atas sebesar 25%. Dengan hasil penelitian didapatkan angka
signifikasi 0,513 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
oleh Sari Priyanti (2013) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
Pekerjaan merupakan suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi
seseorang. Tuntutan peran ganda wanita sebagai ibu rumah tangga dan wanita
penderitaan psikis.
mengalami post partum blues ialah wanita yang tidak bekerja. Dengan hasil
penelitian didapatkan angka signifikasi 0,019 yang berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara pekerjaan dengan kejadian post partum blues. Wanita yang tidak
bekerja mempunyai kemungkinan 4,125 kali lebih mengalami post partum blues.
rendah, sedangkan pada hasil pendidikan pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa
banyak wanita dengan pendidikan tinggi yang tidak bekerja. Kejadian post partum
blues bisa terjadi dikarenakan minimnya iformasi yang didapat dari lingkungan
mempengaruhi cara berpikir dan cara pandang terhadap diri dan lingkungannya.
Penelitian yang dilakukan Reid dan Oliver (2007) didapatkan bahwa yang
mengalami post partum blues yaitu yang berpendidikan di bawah SMA yang
berpengaruh terhadap kurangnya informasi yang didapat oleh responden. Hal ini
dengan pekerjaan dimana secara umum seorang yang bekerja maka pengetahuan
akan tinggi karena banyak mendapatkan informasi penting yang dapat menunjang
pengetahuannya.
mempengaruhi depresi ibu setelah melahirkan. Selain itu bisa berasal dari keadaan
karena mereka menimbulkan perubahan baru dalam hidup seorang wanita. Pitriani
bahwa post partum blues sebagian besar terdapat pada responden yang memiliki
status sosial ekonomi kurang yaitu sebanyak 11 responden (37,9%), dan hanya 4
dilakukan oleh (Syafrina, 2011) mengatakan bahwa ada hubungan antara status
hasil angka signifikasi 0,009 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna
antara pendapatan dengan kejadian post partum blues. Keluarga yang memiliki
blues.
Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Bobak (2005) bahwa dengan
kehamilan yang diharapkan maka seorang ibu akan semakin siap untuk persalinan
dan menjadi ibu. Persiapan untuk persalinan dan menjadi ibu akan sangat
menentukan apakan seseorang mengalami post partum blues atau tidak. Adanya
persiapan yang baik membuat ibu post partum akan mampu menghadapi masa
Dari penelitian ini didapatkan data yang tidak memenuhi syarat untuk
dilakukan uji signifikasi antar variabel. Dari 60 responden hanya ada satu
responden yang menyatakan tidak dapat menerima kehamilan dan kelahiran ini.
Hal ini dapat terjadi karena setiap orang memiliki mekanisme koping stres yang
direct action, positif reapraisal dan self critism. Skrinner (Sarafino, 2006)
dukungan, informasi, bantuan berupa nasehat kepada orang lain yang bertujuan
reappraisal adalah melihat sisi positif dari masalah yang dialami dengan
critism adalah larut dalam permasalahan dan menyalahkan diri sendiri atas
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Yuliani & Irawati (2013)
(yang diinginkan dan tidak diinginkan) dengan terjadinya post partum blues
dengan p 0,027 yang berarti secara umum terdapat hubungan antara status
Namun terdapat penelitian lain yang dilakukan oleh Sari Priyanti (2013)
kehamilan (yang diinginkan dan tidak diinginkan) dengan terjadinya pos tpartum
Partum Blues
dari suami dan keluarga. Dukungan suami dan keluarga sangat penting pada ibu
post partum dalam menjalani perawatan dirinya dan bayinya. Dukungan suami
dan keluarga yang tinggi berupa perhatian, komunikasi dan hubungan emosional
yang intim, merupakan faktor yang paling bermakna bagi ibu post partum untuk
Dukungan atau sikap positif dari pasangan dan keluarga akan memberi kekuatan
Dukungan suami merupakan strategi koping yang sangat penting pada saat
mengalami stres dan berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress
perempuan setelah menjalani. Oleh sebab itu dukungan atau sikap positif dari
pasangan dan keluarga akan memberi kekuatan tersendiri bagi ibu post partum
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang tidak dapat dilakukan uji
signifikasi dikarenakan data tidak memenuhi syarat uji. Dari 60 ibu nifas
keseluruhan responden terdapat 39 (65%) mengalami post partum blues. Hal ini
dapat terjadi karena dipengaruhi oleh faktor lainnya meskipun seluruh responden
mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga baik itu dukungan emosional,
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fatimah (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan suami
dengan kejadian post partum blues dengan nilai p 0,033. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Azizah (2010) menyatakan adanya hubungan dukungan suami dan
keluarga terhadap kejadian post partum blues dengan nilai p 0,000. Penelitian
terbaru yang dilakukan oleh Priyanti (2013) menyatakan ada hubungan dukungan
keluarga terhadap kejadian post partum blues dengan nilai p 0,011. Namun pada
penelitian ini juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara hubungan
dukungan suami terhadap kejadian post partum blues dengan nilai p 0,064.
diri ibu yang telah melewati persalinan. Sehingga untuk menyeimbangkan dan
menyesuaikan diri diperlukan adanya perilaku koping yang dapat membantu ibu
post partum dalam kondisi seimbang, sehingga tidak mengalami gangguan dalam
tahap perkembangannya yaitu post partum depression dan post partum psikosis
(Hasjanah, 2013).
BAB 7
PENUTUP
7.1. Kesimulan
7.1.2. Kejadian post partum blues di ruang nifas RSUD dr. Abdoer Rahem
7.1.3. Ada hubungan antara usia, paritas, pekerjaan, dan pendapatan terhadap
kejadian post partum blues. Tidak ada hubungan antara pendidikan terhadap
kejadian post partum blues. Dukungan suami dan keluarga dan status
kehamilan tidak dapat dilakukan analisis karena tidak memenuhi syarat uji.
yang rendah dapat menjadi beban yang besar ketika menghadapi persalinan.
7.2. Saran
psikologis post partum yang dialami oleh pasien karena tingkat kejadian yang
sangat tinggi. Petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan kepada ibu nifas
beserta keluarganya tentang perubahan psikologis yang terjadi ibu post partum
51
agar dapat merawat diri dan bayinya di rumah, serta suami dan keluarga tetap
Penelitian selanjutnya dapat menggali lebih luas tentang faktor lain yang
dapat menimbulkan post partum blues dan dapat menggali lebih dalam faktor
psikososial yang seperti apa yang lebih banyak memberikan pengaruh terhadap
kejadian post partum blues. Pengambilan data lebih baik dilakukan pada puncak
post partum blues yaitu hari ke 3-5 post partum dan dipantau bagaimana
DAFTAR PUSTAKA
Ariesta Asri, 2015, peran suami saat istri alami baby blues, diakses pada tanggal
17 februari 2016 pukul 12.45 WIB dari
http://lifestyle.okezone.com/read/2015/08/03/196/1189794/peran-suami-
saat-istri-alami-baby-blues
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005).Buku ajar keperawatan
maternitas. (Maria & Peter, Penerjemah). Edisi 4.Jakarta : EGC.
Cunningham, G. F et al. (2006) Osbtetri williams. Edisi 21st ed, vol. 2. Jakarta:
EGC
Hasnajah, Y. (2013) Coping pada ibu yang mengalami baby blues syndrome.
Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Ahmad Dahlan
Hidayat, AA, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika
Kusumadewi, I., Irawati R, Elvira SD, Wibisono, S. 2010. Validation Study The
Edinburgh Postnatal Depression Scale. Jiwa, Indonesian Psychiatric
Quartely. XXX : 2 hal 99-110
Mansur, H.(2009). Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan. Jakarta: selemba
Medika.
Nadia Felecia, 2011, post partum depresi berbeda dengan post partum blues,
diakses pada tanggal 17 februari 2016 pukul 12.45 WIB dari
http://female.kompas.com/read/2011/01/10/11330549/quotpostpartum.dep
ressionquot.berbeda.dari.quotbaby.bluesquot
Nirwana Ade B, 2011. Psikologi Ibu Bayi dan Anak. Yogyakarta : Nuha medika
Nurul Azizah, 2010, Hubungan Latar Belakang Psikososial Ibu Dengan Kejadian
Post Partum Blues, skripsi, Universitas Airlangga
Sari Priyanti, 2013, Pengaruh Faktor Psikososial Dan Cara Persalinan Terhadap
Terjadinya Post Partum Blues Di RSUD Ra. Bosoeni Mojokerto, tesis,
Universitas Airlangga
Stone, S. D., Menken, A. E., 2008, Perinatal and Postpartum Mood Disorders :
Perspectives and Treatment Guide for the Health Care Practitioner,
Springer Publishing Company, NY, 67-70
Sylvia. 2006. Depresi pasca persalinan dan dampaknya pada keluarga. Jakarta FK-
UI.Di akses tanggal tanggal 03 Februari 2015 dari http://dppm.uii.ac.id
Uke Riska Setyowati, 2006, Studi Faktor Kejadian Post Partum Blues Pada Ibu
Pasca Salin, Skripsi, Universitas Airlangga.
56
Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
Kegiatan
2015 2015 2015 2015 2015 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016
Pengajuan lingkup
peminatan skripsi
Proses bimbingan
dan penyusunan
usulan penelitian
Penyerahan usulan
penelitian ke penguji
Ujian usulan
penelitian
Pengambilan data
penelitian
Proses pengolahan
data
Proses analisis data
Proses bimbingan
dan penyusunan
hasil penelitian
Seminar hasil
penelitian
Pembuatan artikel
Kepada :
Ibu nifas yang dirawat di ruang nifas RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo
NIM : 011211232006
Dengan ini penulis mengajukan permohonan kepada ibu untuk menjadi responden
Responden Penulis
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Alamat :
Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh penulis maka dengan ini saya
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dan tekanan dari
Peneliti Responden
Saksi
....................................................
DATA UMUM
RIWAYAT PERSALINAN
STATUS KEHAMILAN
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah ibu menginginkan kehamilan dan kelahiran ini?
Apakah suami ibu menginginkan kehamilan dan kelahiran
2
ini?
3 Apakah ibu senang dengan kehamilan dan kelahiran ini?
Apakah suami ibu senang dengan kehamilan dan kelahiran
4
ini?
Jika terdapat jawaban TIDAK pada salah satu soal no 1 – 4, maka pilih jawaban
5. mengapa anda tidak senang dan tidak menginginkan kehamilan dan kelahiran
ini?
d. Alasan ekonomi
No Pertanyaan Ya Tidak
SUAMI
6 Apakah suami selalu mendukung ibu untuk menjaga
kehamilan ini?
7 Apakah suami pernah menyakiti ibu?
8 Apakah suami mengantarkan ibu saat periksa kehamilan?
9 Apakah suami mengelus perut ibu ketika merasa kesakitan?
10 Apakah suami menghibur atau menenangkan ibu saat
menghadapi masalah?
11 Apakah suami membantu ibu mengerjakan tugas atau
pekerjaan sehari-hari?
12 Apakah suami berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi?
13 Apakah suami menemani saat melahirkan?
KELUARGA
14 Apakah keluarga selalu mendukung ibu untuk menjaga
kehamilan ini?
15 Apakah keluarga pernah menyakiti ibu?
16 Apakah keluarga mengantarkan ibu saat periksa
kehamilan?
17 Apakah keluarga mengelus perut ibu ketika merasa
kesakitan?
18 Apakah keluarga menghibur atau menenangkan ibu saat
menghadapi masalah?
19 Apakah keluarga membantu ibu mengerjakan tugas atau
pekerjaan sehari-hari?
20 Apakah keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi?
21 Apakah keluarga menemani saat melahirkan?
Petunjuk pengisian
Ketika anda mempunyai bayi, kami ingin tahu bagaimana perasaan anda. Silahkan
beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap mendekati dengan perasaan
anda selama 7 hari terakhir ini, bukan hanya perasaan anda pada hari ini.
1. Saya bisa tertawa dan melihat segi-segi lucu dari segala sesuatu, misalnya
hari .....
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Sangat jarang
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Sangat jarang
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Jarang
d. Tidak pernah
4. Saya merasa cemas dan khawatir dengan alasan yang tidak jelas ....
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering kali
5. Saya merasa ketakutan atau panik dengan alasan yang tidak jelas .....
a. Sangat sering
b. Kadang-kadang
c. Ya, jarang
d. Tidak pernah
7. Saya merasa sedih dan tidak bahagia sehingga sulit tidur ...
b. Kadang-kadang
c. Jarang sekali
d. Tidak pernah
b. Ya, kadang-kadang
c. Jarang sekali
d. Tidak pernah
9. Saya merasa sedih dan tidak bahagia sehingga saya menangis .....
b. Ya, kadang-kadang
c. Jarang sekali
d. Tidak pernah
b. Ya, kadang-kadang
c. Jarang sekali
d. Tidak pernah
ANALISIS UNIVARIAT
Statistics
N Valid 60 60 60 60 60 60
Missin
0 0 0 0 0 0
g
Statistics
dikungan_keluarga pendidikan_gol3
N Valid 60 60
Missing 0 0
Frequency Table
ppb
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
status_kehamilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
dikungan_keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pendidikan_gol3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
ANALISIS BIVARIAT
Case Processing Summary
Cases
ppb * usia
Crosstab
usia
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,05.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
ppb * paritas
Crosstab
paritas
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,70.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
ppb * pekerjaan
Crosstab
pekerjaan
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,25.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
ppb * pendapatan
Crosstab
pendapatan
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,15.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
ppb * status_kehamilan
Crosstab
status_kehamilan
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,35.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
ppb * dikungan_keluarga
Crosstab
dikungan_keluar
ga
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 60
Risk Estimate
Value
ppb * pendidikan_gol3
Crosstab
pendidikan_gol3
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Risk Estimate
Value