Anda di halaman 1dari 3

Bagaimana saya bisa belajar desain UX/UI?

Hmm, design is art & science. Jadi, untuk menjadi desainer keren harus senantiasa
mengasah kepekaan & jiwa seni, sekaligus melengkapinya dengan ilmu dan teknik yang
diperlukan untuk memecahkan masalah.

Berikut ini adalah sedikit tips, jika ingin menjadi UI/UX atau digital product designer:

● Belajarlah tentang creative problem-solving. To design is to solve


problems. Inilah pembeda desain dan seni. Desain lebih obyektif
sedangkan seni lebih subyektif, mendesain adalah upaya untuk
memecahkan masalah-masalah. Ada anggapan bahwa bisa
menggambar atau menggunakan aplikasi grafis maka berarti jago
desain, wah belum tentu! Jadi kenali dulu masalah yang dihadapi, bisa
dengan belajar design thinking atau lainnya. Misalnya, ingin mendesain
aplikasi finansial, maka seorang desainer perlu tahu lebih dahulu
masalah finansial apa saja yang sekiranya dihadapi baik oleh pengguna
maupun pemangku kepentingan seperti bank, institusi pembayaran, dll.
Kemudian desainer merumuskan hipotesis-hipotesis untuk
memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan tentang brainstorming,
mind-mapping, wireframing, sketching, information architecture, serta
bagaimana melakukan riset sangat berguna dalam tahap ini.
● Pelajari design principles, patterns, serta best-practices. Karena desain
sebagian besar menyangkut urusan manusia, maka desainer perlu
mempertimbangkan kebiasaan-kebiasaan hidup manusia. Meskipun
media dan kanvas yang digunakan berganti, ada prinsip-prinsip serta
konvensi desain yang tetap dipakai. Dengan penyesuaian, prinsip dan
best-practices tipografi dalam desain cetak (print design) misalnya, tetap
dapat digunakan untuk situs web atau media digital lainnya.
Mempertimbangkan & menggunakan best-practices juga dapat
mengurangi waktu yang dibutuhkan oleh pengguna untuk mempelajari
produk kita. Misalnya lagi, tombol daya (on-off) pada mesin yang kita
gunakan. Karena kita sudah terbiasa berinteraksi dengan mesin yang
menggunakan tombol on-off, maka jika dihilangkan (misalnya dari
televisi, mesin cuci, komputer, dll.) atau letaknya sedikit tersembunyi,
tentunya jadi sedikit membingungkan. Itulah yang kemudian dinamakan
dengan Norman-door effect yang sebaiknya dihindari.
● Pelajari guidelines. Guidelines ini dapat pula diartikan sebagai pedoman
atau kumpulan best-practices. Google misalnya, merumuskan Material,
kemudian Apple dengan HIG (Human Interface Guidelines) dan
Microsoft dengan Fluent Design System. Mempelajari guidelines yang
disusun berdasarkan penelitian yang telah teruji adalah salah satu jalan
pintas untuk belajar mendesain dengan baik & cepat.
● Asah kemampuan menggunakan aplikasi atau peranti untuk mendesain
. Tentu saja boleh menggunakan peranti apa saja asalkan tujuan
tercapai. Namun, ada dua poin yang perlu diperhatikan. Pertama,
gunakan peranti yang tepat. Bisa saja menggunakan Photoshop untuk
mendesain situs web, namun akan jauh lebih efektif & efisien
menggunakan aplikasi yang memang ditujukan untuk mendesain
antarmuka (UI), Sketch atau Adobe XD misalnya. Jangan menggunakan
sendok untuk mencangkul. Kedua, gunakan aplikasi yang cenderung
umum atau mainstream. Mengapa? Karena desainer hampir pasti akan
bekerja dan berkolaborasi dengan pihak lain. Jangan sampai alat yang
digunakan sudah ditinggalkan dan akhirnya menghambat kolaborasi.
● Cari inspirasi, kemudian ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Jangan takut
atau malu untuk meniru karena tidak ada yang benar-benar baru di dunia
ini. Sebelum Picasso terkenal dengan gaya kubismenya, dia juga
mempelajari gaya melukis realisme, dll., seperti halnya pelukis pada
umumnya. Namun, jangan hanya sekedar meniru, tetapi modifikasi atau
adaptasikanlah desain yang kita tiru sesuai dengan masalah yang kita
hadapi. Dengan ketekunan, nanti kita dapat menemukan gaya kita
sendiri dan berinovasi. Selain itu, inspirasi tidak selalu datang dari media
yang serupa, apples to apples, tetapi bisa juga datang dari ranah yang
berbeda, misalnya arsitektur atau cabang desain lainnya. Jadi jangan
hanya mencari inspirasi di Dribbble, Behance, atau Instagram saja. Tips
berikutnya masih berhubungan juga dengan hal ini.
● Berkawanlah dengan orang yang mempunyai minat yang sama dan
bergabunglah dalam komunitas. Seorang kawan dosen bercerita bahwa
sebagian besar mahasiswanya justru mendapat ilmu yang lebih berguna
untuk kelak memasuki dunia industri, dari komunitas dibandingkan dari
kampus atau institusi akademis. Selain itu, potensi untuk mendapatkan
klien juga lebih terbuka.
● Pelajari disipilin ilmu yang lain. Misalnya animasi, fotografi,
pemrograman, bisnis, pemasaran, dll. yang sekiranya berhubungan.
Designer is a communicator. Jadi asah juga kemampuan menulis,
bercerita, dan berbicara di depan publik. Di dalam disiplin UX pun dikenal
adanya UX Writing, jadi tidak melulu perkara grafis dan visual. Seringkali
desainer juga dituntut untuk mempresentasikan konsep kepada klien,
itulah kenapa kemampuan berbicara dan mengemukakan gagasan juga
diperlukan. Jangan menjadi “Jack of all trades, master of none” tetapi
jadilah “Jack of all trades, master of some”. :)
● Perbanyak membaca. Ini sudah tidak perlu diperjelas lagi. :)

Begitulah. Semoga berguna. Jawaban ini mungkin akan diperbaiki dengan penambahan
sejumlah resources. Insyaallah.

Anda mungkin juga menyukai