Anda di halaman 1dari 3

The Mahuzes adalah sebuah film dokumenter yang diproduksi oleh Watchdoc image pada

tahun 2015. Film ini bercerita tentang kehidupan masyarakat Papua khususnya masyarakat
marga Mahuze yang kehidupan kesehariannya bergantung pada hutan, tetapi karena
pembukaan lahan besar-besaran untuk pabrik dan industri, tanah milik mereka yang menjadi
tempat masarakat Mahuze mencari makanan mulai rusak dan hilang.

Pada laporan ini, narasi yang diberikan akan berfokus kepada seorang tokoh pemuka agama
nasrani di Malind. Dia bernama Nico Rumbayan. Nico Rumbayan pada flm dokumenter ini
berperan sebagai pemuka agama nasrani yang bertugas menmipin kegiatan-kegiatan
keagamaan. Selain memimpin kegiatan keagamaan, Nico rumbayan juga berperan sebagai
mediator antara marga di Malind terkait batas-batas wilayah mereka.

Scene 1

 Latar setting
Kamera memperlihatkan bird view dari sebuah gerjea yang ada di Malind. Gereja tersebut
terletak di sebuahan terbuka dikelilingi hutan. Di samping kanan gereja tersebut tedapat
sebuah bangunan yang nampaknya merupakan rumah warga. Gereja tersebut terlihat sudah
tua terlihat dari atap birunya yang sudah mulai ditutupi karat. Warna cat tembok dari gereja
tersebut sudah terlihat pudar.

 Latar suasana
Pada awal scene diperlihatkan pemandangan gereja dari atas dengan latar suara seorang pria
tengah berbicara mengenai semangat memperjuangkan tanah milik mereka (warga Malind)
yang bersengketa dengan perusahaan untuk dialihfungsikan. Kamera berpindah ke sebuah
ruangan yang berisikan para warga yang dengan hikmatnya mendengarkan Nico Rumbayan
membacakan perjanjian atau ikrar antar marga untuk menyelasikan semua ertikaian dan
bersama bersatu utuk melindungi tanah adat. Suasana ruangan yang dipenuhi warga tersebut
sangatlah tenang karena para warga dengan hikmat mendengarkan kesepakatan yang
dibacakan oleh Nico Rumbayan.

 Interaksi
Di ruangan tersebut terdapat sekitar sebelas orang termasuk NicoRumbayan. Beberapa orang
duduk di kursi yang mengelilingi meja dengan kain merah muda, dan sebagian lainnya duduk
di lantai. Nico Rumbayan yang seorang pemuka agama bertindak sebagai mediator antara
warga. Ia membacakan kesepakatan dan ikrar untuk melindungi tanah adat mereka, sementara
warga lainterlihat tenang mendengarkan. Interaksi tersebut digambarkan dengan monolog
Nico Rumbayan yang berbunyi.

“Kami warga Aterob Anggamonob dan Endob sepakat bahwa patok yang di tanam di wilayah
Bolakajaotrala sebagai tempat perdamaian.”

“Kedua, patok ini menjadi kekuatan bersama untuk melindungi tanah adat.”

“Kesepuluh, warga adat wajib memperjuangkan hak-hak tanah mereka dari segala pengaruh
investasi yang meruskan peradaban masyarakat marga Aterob Anggamonob dan Endob.”

“Itulah hasil keputusan yang diperolah melalui pertemuan pagi, siang, sampai sore ini.”
Scene 2

 Latar Setting
Pada scene kali ini bertempat di gereja yang pada sacene 1 sudah ditunjukan sebelumnya.
Jika pada scene 1 hanya memperlihatkan bagian luar gereja secara sekilas, pada scene 2 kali
ini diperlihatkan rupa dalam gereja. Di luar gereja terdapat lonceng besi yang berfungsi
sebagai sarana memanggil orang-orang untunk beribadah. Gereja tersebut memiliki pintu
masuk yang memiliki kusen kayu berwarna cokelat. Di samping kanan dan kiri pintu masuk
terdapat dua buah jendela yang dihiasi dengan kusen kayu dengan warna serupa.
Kusen-kusen kayu tersebut nampak mulai dimakan usia. Di dalam bangunan gereja tersebut
terdapat deretan kursi kayu panjang di bagian kanan dan kiri bangunan. Kursi-kursi kayu
tersebut berfungsi sebgai tempat duduk jamaat yang melakukan ibadah. Di ujung ruangan
terdapat panggung. Di atas pangung tersebut terdapat meja dengan taplak berwarna hijau
menutupinya dan terdapat sebuah microphone di atas meja terseut. Di sudut kanan ruangan
terdapat pot tanaman yang berukuran sedang.

 Latar Suasana
Di dalam gereja sedang diadakan ibadah. Masyarakat di sekitar gereja ramai
berbondong-bondong untuk mengikuti ibadah di gereja. Dari orang tua hingga anak kecil
datang ke gereja. Susana di dalam gerejabegitu ramai. Terdengar nyanyian-nyanyian pujian
yang dilantunkan para jamaat yang datang. Suasana khidmat dan khusyuk menyelimuti isi
bangunan gereja tersebut.

 Interaksi
Nico Rumbayan yang merupakan pemuka agama di daerah tersebut. Pada awal scene
diperlihatkan Nico Rumbayan yang sedang membunyikan lonceng untuk memanggil warga
sekitar untuk melaksanakan ibadah. Setelah itu diperlihatkan Nico Rumbayan yang sudah
mengenakan pakaian pastur berwarna hijau sedang mengiringi rombongan anak-anak berbaju
putih yang berbaris memsuki gereja sambil menyanyikan lagu kebaktian. Di dalam gereja
sudah menunggu banyak jemaat yang ikut menyanyikan lagu kebaktian juga. Setelah itu Nico
Rumbayan memanjatkan doa agar masyarakat di sana dilindungi dan diberkati dan berdoa
agar tanah milik adat tidak diambil oleh para pengembang untuk dijadikan area industri.
Dapat dilihat seperti perkataan di bawah.

“Untuk mempertahankan hak-hak dasar hidup mereka, hutan tanah dan sumber kehidupan
mereka dari segala serangan ivestasi.”

Setelah itu Nico Rumbayan memberkati para jemaat yang hadir dengan mneyipratkan air suci
dan membacakan doa dari atas panggung kecil, sementara para jemaat berlutut di depan
panggung kecil sambil memejamkan mata.

Scene 3

 Latar Setting
Scene ini adalah scene di mana terakhir kali diperlihatkan peran Nico Rumbayan pada film
dokumenter The Mahuzes ini. Scene ini berlatarkan waktu pada malam hari. Berlatar
pekarangan gereja yang diterangi lampu gereja dan lampu-lampu dari teras ruamh warga
yang ada di sekitar gereja. Di pekarangan gereja sudah diletakan meja panjang dan
kursi-kursi plastik untuk makan. Di atas meja sudah dihidangkan berbagai macam lauk yang
siap disantap oleh para warga.
 Latar Suasana
Malam itu suasana daerah dekat hutan yang kesannya sepi menjadi lumayan ramai karena
diadakannya syukuran dan doa bersama oleh para warga untuk bersyukur karena
kesalahpahaman antar warga yang awalnya saling tuduh dalam sengketa lahan akhirnya
diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Di malam itu terlihat kebersamaan para warga yang
duduk bersama sambil menyantap hidangan yang disediakan. Orang tua saling bercengkrama
dan anak-anak asyik bermain-main. Suasana pada malam itu menggambarkan ketenangnan
dan kehangatan antara warga.

 Interaksi
Pad malam perjamuan tersebut dilaksanakan juga doa berjamaah yang dipimipin oleh pastor
gereja, yaitu Nico Rumbayan. Nico Rumbayan terlihat duduk di ujun mja dan memimpin doa
sebelum makan. Sambil berdiri, Nico Rumbayan memimpin doa agar masyarakat adat selalu
diberkati dan dilindungi untuk melindungi tanah adat.

“Seluruh marga Mahuze tetap menunjukan rasa kepedulian dan perjuangan untuk melindungi
tanah, hutan, rawa, dan seluruh sumber kehidupa bagi kelangsungan hidup seluruh marga
Mahuze.”

Setelah itu scene ditutup dengan kegiatan makan bersama oleh par warga marga Mahuze.

Anda mungkin juga menyukai