2. Pelaksanaan P 2 A
Pada waktu itu masyarakat Desa Damarwulan mayoritas beragama Islam,
tetapi tidak semua aktif menekuni agamanya. Mungkin juga pemerintah
tahu bahwa masyarakat Indonesia dipandang kurang menekuni agama.
Maka waktu itu sekitar tahun 1967 dari pihak pemerintah mengadakan
Proyek Pembinaan Agama (P2A). Pemuka-pemuka Agama Islam giat
melaksanakan program tersebut (P2A), dengan tujuan agar umat Islam
tekun melaksanakan Syariat Islam.
II. PERISTIWA-PERISTIWA MENJELANG BERDIRINYA JEMAAT
KRISTEN
Daftar tersebut dikirim ke GITJ Kelet untuk mendapat pelayanan GITJ Kelet.
Dari Kelet Pak Hadi diberi Al Kitab yang sudah setengah pakai (rusak).
Setiap sore Al Kitab tersebut dibaca dan didengarkan orang-orang yang
berkumpul.
Suatu hari ada mukjizat terjadi. Pada waktu itu musim hujan. Rumah Pak
Hadi yang waktu itu digunakan untuk berkumpul sering dihantam-hantam
angin dari barat. Suatu sore ada angin kencang dari barat, sehingga rumah
Pak Hadi banyak yang bocor karena angin itu. Pak Hadi spontan
membelokkan angin dengan berteriak “ngalor ! (ke utara) ”, seketika itu juga
angin membelok ke utara.
Beberapa hari kemudian ada peninjauan dari Kelet untuk membuktikan
kenyataan mengenai daftar yang telah dikirim. Yang datang waktu itu adalah
Bapak Suwignyo Hadisiswanto, Bapak Soemadi DS dan Bapak Soeradi.
Semuanya adalah guru SD.
Bapak-bapak dari Kelet ini mengadakan wawancara dengan beberapa orang
yang berkumpul untuk mempertimbangkan kepositipannya mendirikan
Jemaat.
Adapun hasil dari wawancara, mereka setuju mendirikan Jemaat Kristen di
Damarwulan Dukuh Ngipik. Maka pada hari Minggu Pahing tanggal 10
Maret 1968 oleh Majelis GITJ Kelet diresmikanlah atau dibuka GITJ
Damarwulan Dukuh Ngipik Kecamatan Keling Kabupaten Jepara sebagai
Jemaat Kristen dengan :
SUSUNAN PENGURUS PERIODE 1968 – 1971
Sudah bukan suatu yang aneh lagi, dimana ada hal baru yang dianggap merugikan
mesti ada reaksi. Demikian juga dengan berdirinya Jemaat di Damarwulan Dukuh
Ngipik ini. Banyak rintangan yang dihadapi. Di dalam sejarah gereja ini tidak
semua rintangan dipaparkan. Hanya dua hal yang sangat mengesandan perlu
diketahui dan diingat.
1. Dituduh melindungi orang PKI
Bapak K. Hadiwijoto waktu itu selaku ketua PNI (Partai Nasional
Indonesia) Desa Damarwulan.
Beberapa orang PNI ada yang berguru ke dukun yang bernama Mbah Suro
Blora. Dari Blora orang-orang tersebut mendapat “ikat kepala hitam” (iket
wulung). Tanggal 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia (PKI)
memberontak Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia. Karena
pemberontakan ini, pemerintah membubarkan PKI dan PKI menjadi
“partai terlarang” di Indonesia. Program pemerintah adalah menumpas
PKIsampai ke akar-akarnya. Sungguh menakutkan orang yang tersangkut
PKI. Kegiatan yang berbau PKI harus dikikis habis dari Negara Kesatuan
ini. Sampai-sampai melamar pekerjaanpun harus pakai keterangan “Tidak
Tersengkut G30S/PKI (Gerakan 30 September PKI).
Orang-orang yang mendapat “iket wulung” dari Mbah Suro tadi dituduh
sebagai orang PKI. Orang-orang ini minta perlindungan kepada K.
Hadiwijoto selaku ketua PNI. Bapak K. Hadiwijoto melindungi dan
mengakui bahwa orang-orang tersebut memang benar-benar anggota PNI,
bukan PKI.
Masalah politik ini penyelesaiannya sampai ke Koramil Keling. Masalah
yang dikaitkan dengan partai terlarang. Sungguh berat bagi gereja yang
baru berdiri. Berulang-ulang Bapak K. Hadiwijoto dipanggil ke Koramil
Keling.
Dan Ramilnya waktu itu bernama Azuswar. Bapak ini berbadan tinggi
besar dan kekar, kulit kehitaman, rambut agak keriting, kumis hitam dan
tebal. Berwibawa, sesuai dengan tugasnya menjaga kesatuan bangsa.
Bapak K. Hadiwijoto tetap bersemangat tinggi meski Ngipik – Keling
berjalan kaki ia hadapi dengan tegar tanpa gentar. Sesuai sifat pemberani
yang ia punya.
Lebih-lebih bekal doa yang ia bawa. Ia membawa bekal do’a begini :
“Tuhan Yesus, dalam sidang nanti saya mengahdapi banyak pertanyaan,
janganlah aku yang menjawab, tetapi Tuhan lah yang menjawab memakai
mulutku (Gusti Yesus, ing sidang mangke kula ngadepi kathah pitakenan,
sampun kula ingkang njawab, nanging Paduka ingkang njawab ngagem
cangkem kawula)”.
Atas berkat pertolongan Tuhan Yesus, dalam penyelesaiannya masalah ini
dibantu Bapak TF Sudaryanto, warga Gereja GITJ Kelet, seorang guru
SD, juga Wanra ( LIMNAS ) Desa Kelet.
Demikian Tuhan Yesus menolong penyelesaian masalah ini dengan baik.
9. Tahun 1986 gedung gereja di renovasi total. Dana dari warga gereja dan
pemerintah 2,5 juta.
10. Susunan majelis periode 1986 – 1991
Ketua umum : Bapak K. Hadiwijoto
Ketua I : Bapak Djaman Budisono
Ketua II : Bapak Darwijoto
Ketua III : Bapak Martono
Sekretaris : Bapak Johanes Kamino
Bendahara : Bapak Sartawi
Anggota : Bapak Sastro Suki
Bapak Suto Parso
Bapak Maryono
Ketua : Waris
Wakil : Poniah
Jumlah anggota : 23 orang
Waris Poniah
Lahir : xx – xx – 19xx
(foto bapak/ibu
darwiyoto)
............
Lahir : 03 – 06 – 1936
13. Susunan majelis periode 1991 – 1996
Ketua umum : Bapak K. Hadiwijoto
Ketua I : Bapak Djaman Budisono
Ketua II : Bapak Darwijoto
Ketua III : Bapak Martono
Sekretaris : Bapak Johanes Kamino
Bendahara : Bapak Sartawi
Anggota : Bapak Suto Parso
Bapak Maryono
Bapak Andres K.
Ibu Sripah
Ibu Suginah
Ibu Titi Ariyani
14. Pada tahun 1994 GITJ Damarwulan ditempati kuliah terbuka PTE
(Pendidikan Theologia Ekstensif) dari Yayasan Christopherus Semarang
cabang Jepara. Dosennya adalah Bapak Pdt. Bambang Eko Mulyono,
S.Th dengan Ibu Pdt. Debora, S.Th. siswanya ada 14 diantaranya adalah :
1) Y. Kamino
2) Djaman BS
3) Sumarjono
4) Darsono
5) A. Kusnadi
6) Sunar
7) Martono
8) Sartawi
9) Maryono
Tanggan 11 Mei 1988, Bapak J. Kamino, Bapak Djaman BS, dan Bapak
Sumarjono wisuda di Salatiga. Dari 4 orang ini yang melanjutkan S1
hanya seorang Bapak yang bertalenta seni pujian dan kidung ialah Bapak
Sumarjono. Ia sudah mempelajari/menyerap materi sebagian besar
Theologia. Berarti Bapak Sumarjono satu-satunya majelis waktu itu yang
punya bekal melayani Jemaat.
Pengalaman yang diperoleh ini diterapkan dengan teman-teman
pelayan/majelis. Dan terbukti gereja makin mencapai visi dan misi
“GEREJA YANG HIDUP BERAKAR KUAT, TUMBUH
BERKEMBANG BERBUAH LEBAT”.
Tahun 2001 PTE pindah ke GITJ Klepu. Mahasiswanya dari Klepu dan
dari gereja lain.
15. Susunan majelis periode 1996 – 2001
Ketua umum : Bapak K. Hadiwijoto
Ketua I : Bapak Djaman Budisono
Ketua II : Bapak Pdt. Darwijoto
Ketua III : Bapak Sunar
Sekretaris I : Bapak Johanes Kamino
Sekretaris II : Bapak Sumarjono
Bendahara I : Bapak Andres
Bendahara II : Bapak Darsono
Anggota : Bapak Suto Parso
Bapak Maryono
Bapak Sunar
Bapak Sartawi
Bapak Martono