Anda di halaman 1dari 12

yayasan biji sesawi indonesia (mustard seed international)

 YBSI PAPUA
o
o
o
o
 DOCUMENTATION
o
o
 KONTAK KAMI
 POST STYLE
 FEATUREGADGETMOBILE
 GADGET
 MOBILE
 PAGES
 CATEGORIES
 BUDDYPRESS
 FORUM

 YBSI PAPUA
o
o
o
o
 DOCUMENTATION
o
o
 KONTAK KAMI
 POST STYLE
 FEATUREGADGETMOBILE
 GADGET
 MOBILE
 PAGES
 CATEGORIES
 BUDDYPRESS
 FORUM
Responsive Advertisement

BIOGRAFI JOHNN GOTTLOB GEISSLER


( RASUL PAPUA )
YAYASAN BIJI SESAWI INDONESIA 10 years ago
BAB I PENDAHULUAN Johnn Geissler dan Carl Wilhelmn Ottow dikenal sebagai rasul-rasul pertama yang
membawa injil ke Tanah Papua di Mansinam pada tanggal 5 Februari 1855. Ottow dan Geissler memiliki
kecintaan yang luar biasa kepada Tuhan dan kepada orang papua. Dengan kesederhanaan dan dalam
kelemahan mereka datang ketanah papua. Kendatipun demikian, mereka juga datang dengan dengan keyakinan
akan kuasa dan pembaharuan Firman Tuhan dan Roh Kudus yang mampu mengubah hati dan tabiat manusia.
Mereka melayani dalam kesabaran, kesetiaan dan dalam semangat yang tak kenal lelah dan menyerah. Melalui
beberapa informasi dan terutama dalam buku Fajar Merekah di Tanah Papua, penulis mencoba untuk
meringkas hidup dan karya Ottow dan Geissler dalam mengemban tanggung jawab amanat agung Yesus
Kristus. Dalam penyajian yang singkat bahkan mungkin lebih cocok dikatakan sebagai ringkasan Biografi,
penulis ingin melihat sejauh mana kita dapat belajar dan memetik hikmah dari tokoh misionaris yang datang
jauh dari jerman untuk orang papua ( indonesia) dan merefleksikannya dalam hidup dan pelayanan kita dewasa
ini. Karena sejarah adalah pondasi dari kelangsungan hidup manusia dalam hal mengemban misi amanat
AgungNya. Yang menjadi pertanyaan retorik bagi kita adalah “ bagaimana kita sebagai generasi penerus di era
post modern dan dunia kontemporer ini dapat melanjutkan visi pembebasan dan pelayanan yang holistis itu?
Biarlah melalui biografi ini, kita bisa menemukan jawaban yang tepat dan bermanfaat dalam gereja dan
pelayanan kita. Tuhan Yesus memberkati BAB II MENEMUKAN JALAN HIDUP YANG TERBAIK “Aku
ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu.... yaitu rancangan damai
sejahtera..... untuk memberikan kepadamu masa depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11) Firman Tuhan
yang menegaskan bahwa masadepan itu sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang, terbukti genap dalam
hidup dan pengabdian Ottow dan Geissler. Tidak dapat dibayangkan bahwa beliau yang adalah seorang anak
desa akhirnya dipanggil, dianggkat dan di teguhkan menjadi rasul bagi pelayanannya di tanah Papua. Sejak
hidup beliau terbukti bahwa Tuhan sendirilah yang telah menjamah hambaNya dan menemukan jalan hidup
yang akan di paparkan dalam bab ini. A. LATAR BELAKANG KELUARGA DAN PERTOBATAN Oleh
rahmat Allah pada tanggal 18 February 1830 di Langenreichenbach dekat Tongau, seorang bayi lahir dari
pasangan seorang penjahit sepatu dan tukang batu yang miskin dan tanggal 24 pada bulan yang sama ia di
babtiskan. Ia memiliki 7 saudara laki-laki dan diantaranya telah meniggal dalam usia yang muda. Dari usia
yang muda, orang tuanya sudah mengajar untuk bekerja, pergi kesekolah dan ke gereja. Sejak usia masih
muda, Ottow mempunyai keinginan untuk pergi ke Berlin dan belajar suatu keahlian disana. Pada tahun 1844,
beberapa hari setelah di sidi, ia berangkat ke Berlin. Di sana ia bertemu dengan seorang tukang kayu dan
menerimanya sebagai seorang murid. Majikannya menyuruhnya pergi kegereja untuk ikut kebaktian sekolah
minggu dewasa. Pada saat akan memasuki rumah itu, ia melihat sebuah tulisan yang sangat berkesan di
dinding rumah: “ Pergilah keseluruh dunia dan beritakan injil”. Mulai saat itulah ia mengalami hal yan luar
biasa dan mendapat sentuhan dari hati Allah. Karena menikmati suatu persekutuan yang indah dalam rumah
tersebut. Demikianlah waktu berlalu smpai Tuhan memimpinnya ke dalam suatu pertemuan dimana acara
pertukaran tahun 1849 ke 1850 dirayakan. Pada waktu itu matanya menjadi terbuka dan Roh kudus bekerja
secara luar biasa. Ia semakin menyadari akan keberdosaannya. Kemudian ia berubah menjadi pribadi yang
mengasihi Tuhan. Ia semakin sadar akan ketidakmampuannya untuk percaya kepada Yesus dari kekuatan dan
pikirannya sendiri, tetapi bahwa hanya belas kasihanNYa dan darahNya yang mahal yang menyelamatkan
manusia yang terhilanbg dan berdosa. Maka mulailah timbul dalam hatinya untuk menjadikan dirinya milik
Yesus dan taat kepadaNya serta melayaniNya dalam tubuh dan jiwa. Ia mulai berdoa untuk keluarganya, agar
mereka juga menyadari keberdosaan mereka dan menyerahkan mereka dalam pemeliharaan Yesus. Kemudian
ia mulai berdoa untuk orang-orang kafir yang malang dan terhilang itu. Keterhilangan mereka begitu
mengusikjiwanya, sehingga pada suatu hari merasa didorong untuk pergi dan mengambil bagian dalam
pembangunan kerajaan Allah. Akan tetapi ia ragu-ragu dan pesimis karena menyadari bahwa dirinya adalah
orang miskin dan tidak mampu. Akhirnya ia pasrah dan berdoa saja. Ia sangat rajin berdoa dan
memngumpulkan persembahan untuk membiayai misiopnaris yang di utus. Kebiasaannya untuk memberi
dengan tujuan yan baik ini terjadi sebagai berikut: sebagai seorang murid, saya terkadang diberikan uang tip
(uang saku), memang itu tidak banyak, tetapi uang itu tidak saya gunakan untuk jajan, melainkan saya
persembahkan untuk pekerjaan misi. Dan semakin banyak saya memberi, maka semakin banyak saya terima
pada setiap minggu berikutnya. Suatu hari ia memiliki uang satu taler ( uang logam berharga) didalam saku
saya. Setelah saya mendengar tentang ora ng kafir yang malang dan memerlukan keselamatan, maka taler
itupun saya persembahkan. Tidak lama kemudian saya mendapat taler itu kembali dengan cara yang luar biasa.
Firman Tuhan yng tertulis sungguh digenapi. “ berilah maka engkau akan diberi”. Pada saat ia telah
menyelesaikan pendidikan dan menjadi ahli tukang kayu, ia membagi gajinnya menjadi tiga bagian: bagian
pertama ia berikan untuk misi, bagian kedua ia berikana untuik orang miskin dan bagian ketiga ia pakai untuk
keperluannya. Dan ia merasa tidak pernah mengalami kekurangan serta tidak pernah menyesali tealh
membagikan uangnya demikian. B. PANGGILAN UNTUK MENJADI MISIONARIS Pada tanggal 14
agustus 1851 pada suatu acara misi di Blumberg, ia mendengar sebuah khotbah dengan teks: “pergilah
keseluruh dunia” pada saat ia mendengar khotbah itu semua keraguanya menjadi hilang dan ia mulai
merasakan panggilan Tuhan. Ada suara yang terdengar dari telinganya” kamu harus pergi dan Tuhan
menginginkanmu”. Pada tanggal 27 Oktober 1851 ia tinggal di rumah Gosssner yang adalah pemimpin misi di
sebuah rumah sakit. Disanalah ia belajar tentang Firman Tuhan secara mendalam dan belajar tentang misi.
Berulang kali Gossner diminta untuk mengutus para misionaris ke indonesia dan matanya selalu tertuju pata
Ottow dan akhirnya dalam waktu yang singkat ia mengutus Ottow ke Belanda. Pada bula februari 1852 ia
berpamitan dengan kedua orang tuanya. Ibu menyambutnya dengan tangisan dan hampir tidak mampu untuk
berbicara. Ayahnya yang ia jumpai menjadi lemas dan lunglai. Akan tetapi Tuhan menguatkan dan menghibur
mereka, sehingga pada akhirnya perpisahan itu menjadi lebih mudah dari pada yang di bayangkan. C.
PERJALANAN DARI BERLIN KE TANAH PAPUA Tanah papua adalah tanah tujuan dan kerinduan
Geissler. Akan tetapi perjalanan kesana adalah panjang dan banyak tantangan yang harus dijalani. Sehinga ia
membutuhkan waktu tiga tahun untk tiba kesana. Pemimpin misinya Gossner sendiri menulis, “ mata kita
tertuju ketanah papua, tetapi karena tanah papua waktu itu masih tertutup, maka mereka harus tinggal di jawa
dulu. Di samping itu makasar di pulau sulawesi juga menjadi perhentian kita, tetapi apabila Tuhan kehendaki,
kita harapkan mereka dapat sampai ke tanah papua dimana belum ada misionaris”. Perjalanan dari Berlin ke
Belanda sebagian besar ditempuh dengan berjalan kaki untuk menghembat biaya. Pada tanggal 25 April 1852
mereka sampai di Hemmen di kediaman pendeta Heldring dari misi belanda. Dan pada tanggal 7 oktober 1852,
mereka tiba di selat jawa. Mereka melayani sementara waktu disana dan membuka sekolah misi di batavia. Ini
merupakan persiapan yang baik untuk mereka ketanah papua nantinya. Disamping itu ia juga sudah
menyesuaikan diri dnegan iklim yang panas. Akhirnya pada bulan april 1854, ada kesempatan untuk
meninggalkan jawa dan terbukalah kemungkinan untuk mencapai tanah merinduan mereka yaitu papua. Di
batavia ada seorang saudagar bernama Ring yang atelah mendirikan sebuah perkumpulan misi. Ring mendapat
informasi, bahwa di pulau kecil mansinam dekat manokwari hidup orang-orang yang tebuka. Orang-orang di
manokwari mengakui sultan dari tidore juga tidak keberatan apabila para pengajar kristen datang ke mansinam.
Bagitulah surat jalan dari pemerintah belanda diberikan sampai ke ternate. Di tidore di harapkan , bahwa sultan
dapat memberikan surat jalan sampai ke mansinam. Berbagai barang di kemas oleh Geissler dan Ottow dan
juga hadiah-hadiah untuk para kepala suku, beserta modal uang sebanyak 300 gilden dan surat-surat pengantar.
Ottow dan Geissler sangat bersukacita atas berita keberangkatan mereka ketanah papua. Ottow menulis:”
berita ini begitu menyenangkan sebagaimana bagi seorang pelaut yang akhirnya menemukan daratan.”
Akhirnya, pada bulan januari 1855, mereka menumpang kapal ternate dan tiba di mansinam pada tanggal 5
februari 1855., tiga tahun sebelumnya Geisler berangkat dari jerman. Begitu lama waktu yang dibutuhkan
hingga sampai ketempat tujuan mereka. Geisler menulis kepada Gossner “ kalian tidak dapat membayangkan
betapa besarnya sukacita kami pada saat akhirnya dapat melihat tanah tujuan kami. Minggu pagi pada jam 6
bersamaan dengan fajar yang merekah jangkar dibuang untuk berlabuh di teluk Doreri. Matahari terbit dengan
indahnya. Ya, semoga matahari yang sebenarnya, yaitu rahmat Tuhan menyinari kami dan orang-orang kafir
yang malang itu, yang telah sekian lama merana di dalam kegelapan. Semoga sang gembala setia
mengumpulkan mereka di bawah tongkatNya yang lembut! Di dalam nama Tuhan kami menginjak tanah ini!”.
D. PELAYANAN DI TANAH PAPUA Pada tanggal 5 Februari 1855 Geisler dan rekannya Ottow tiba di
mansinam yang letaknya berhadapan dengan dore (manokwari). Sebagai tempat tinggal sementara, merteka
memakai sebuah gubuk peninggalan para pelaut di tepi pantai. Situasi yang dihadapi mereka sangat sulit.
Kapal yang mengantar mereka telah kembali. Mereka tidak bisa berkomunikasi dengan penduduk setempat.
Mereka terpisah dari dunia luar dan berada di tempat yang terpencil, dimana hanya beberapa bulan sekali ada
kapal yang lewat. Tiba saatnya untuk memulai pekerjaan mereka. Pertama-tama mereka harus mencari kayu di
hutan untuk membuat perahu dan membangun rumah. Tetapi karena mereka tidak berpengalaman memilih
kayu, mereka sangat kesulitan.kemudian suatu hari anak yang mendampingi mereka Fritz jatuh sakit dan
kemudian Ottow terkena kelengar matahari, sehingga hampir meninggal. Menghadapi situasi sulit ini Geisler
menulis: “ saya sudah memikirkan dari apa saya harus membuat peti mayat, tetapi saya berdoa kepada Tuhan:
Tuhan saya membutuhkan dia dn orang-orang kafir ini membutuhkan dia! Demi kerajaanMu pulihkanlah dia
kembali !”. dan Tuhan mendengar doa kemudian mendengarkan seruan doa hambaNya dan Ottow menjadi
sembuh! Tidak lama kemudian Gesler yang kena giliran sakit. Tamu yan jahat, yaitu demam malaria.
Disamping itu ia terkena borok (abses) yang membahayakan dikakinya dan yang sangat menyakitkan. Juga
Ottow berulang kali terkena radang otak. Demikianlah mereka berbaring dalam kesakitan, lemah dan tanpa
pertolongan apapun digubuk mereka di mansinam. Penduduk asali juga tidak mau menolong tetapi mereka
acuh tak acuh bahkan tidak mau memberi mereka segelas airpun. Akhirnya datang kapal yang membawanya
ke ternate walaupun sangat berat. Tetapi setelah mendengar penjelasan dari residen belanda bahwa ia memiliki
kebebasan untuk datang ke mansinam ia menyetujuinya. Sampai pada tanggal 12 januari 1856 ia baru kembali
lagi ke mansinam dengan beberapa tukang untuk membangun rumah disana. Pada saat ia melihat pesisir pantai
Tanah Papua yang adalah tanah kerinduanya, ia menuliskan puisi berikkut tepat pada tanggal 11 Februari 1856
yang terambil dari buku hariannya.: “Oh , tanahku yang tercinta, hari ini kupandang engaku lagi KepadaMu
Tuhan allah yan mahatinggi kuucapkan syukur dan kunyanyikan lagu sukacita Karena engaku sendirilah yang
memimpinku kesana Hanya Engkaulah yang patut menerima syukur Engkau mengujiku dan sepertinya aku
kalah Sangat berat bagiku segalanya, tetapi Engkau menolongku dan Memberi kemenangan Walaupun
penderitaanku berat dan aku menghadap ajalku Tetapi Engkau besertaku, meskipun aku tidak melihatMu Oh
tanahku yang kucinta, betapa cepatnya aku harus meninggalkanmu Betapa beratnya perpisahan itu bagiku yang
tepaksa harus kulakukan Tuhan memimpinku ketempat yang tidak ku kehendaki Tetapi tidak ada lain pillihan
kecuali pergi kesana Oh, tanahku, lama aku tak dapat melihatmu dan harus meninggalkanmu Oh, saudaraku
yang kekasih (Ottow) betapa lama aku harus membiarkanmu menungguku Tetapi kini aku sudah hampir tiba
dan mengharapkan dapat melihatmu Ya segera, mungkin juga hari ini, itulah keinginan dan permohonanku
Inilah hari yang indah yang telah lama aku dambakan Sejak aku harus pergi dan inilah hari yang akku
mohonkan Oh, semoga aku masih dapat menyumbangkan satu batu bagi pembangunan Bagi kerajaan Tuhanku
yang ku kasihi! Tuhan tolonglah dan janganlah menjauh dariku!” Ahkirnya, Geissler menemukan saudaranya
Ottow kembali walau ia dalam keadaan sakit. Sejak kepergian Geissler ke ternate, Ottow selalu sakit, tetapi ia
bertahan dalam kesabaran dan kesetiaan. Dengan dibantu oleh 5 orang tukang, pada tanggal 18 Februari 1856
tiang penjuru pertama di rumah misi di mansinam didirikan. Dan pada tanggal 6 Juli 1856 rumah misi tersebut
selesai dan siap untuk di huni. Tetapi baru saja mereka memasuki rumah itu, Geisler jatuh sakit dan terkena
infeksi limpah yang sangat berat. Akan tetapi mereka tetap menyerahkannya kepada Tuhan dan tidak mau
menyerah. Degan tetap bertahan mereka telah meletakkan dasar bagi pembangunan Kerajaan Allah di tempat
yang gelap, kafir dan terisolasi itu. Banyak permasalahan dan penyakit yang mereka hadapi. Mereka harus
menyesuaikan diri dengan udara, makanan dan belajar bahasa. Mereka harus selalu berjaga-jaga untuk
menghadapi suku papua yang kanibal. Mereka harus sering menahan kelaparan, dan bahaya yang selalu
mengancam hidup mereka. Mereka melakukan ini hanya karena mereka prihatin dan penuh belas kasihan.
Mereka ingin supaya semua orang yang masih dalam kegelapan mengalami terang dan memiliki hidup di
dalam kekekalan yang Yesus janjikan. Berkat ketekunan dan ketabahan mereka, bahasa orang papua untuk
pertama kalinya secara ilmiah diteliti oleh Ottow dan Geissler. Bahasa papua yang pertama di teliti adalah
bahasa Numfor (Mafoor). Sehingga pafa tahun 1858, yaitu tiga tahun sesudah kedatangan mereka ke Papua,
Ottow dan Geissler dapat menyerahkan kepada komisi ilmu pengetahuan Belanda yang di utus ke mansinam
sebuah kamus dengan 1500 kata dalam bahasa Numfor. Pelayanan yang dilakukan oleh Ottow dan Geisler
sebagai misionaris adalah dalam situasi yang sangat sulit dengan berbagai ancaman bahaya dan kecurigaan
ditengah bangsa yang buas. Kesaksian hidup mereka adlah khotbah yang utama yang ditandai dengan sikap
kasih, dan pelayanan sosial-diakonia secara praktis. Mereka tidak putus asa, walaupun dicurigai dan tidak
pernah mendapat ucapan terima kasih dari penduduk setempat. Merek mengunjungi orang sakit, merawat dan
menyembuhkan mereka. Selain itu mereka juga membantu penduduk setempat dengan berbagai ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Metode pemberitaan
injil yang di praktekkan oleh Geissler adalah pola kesaksian hidup pribadi, pengajaran melalui sekolah dan
khotbah berdasarkan Alkitab pada ibadah. Selain itu Geissler banyak berdiskusi secara biologis dalam bentuk
tanya jawab dengan kepala suku, penduduk setempat atau setiap orang yang tertarik kepada pemberitaan injil.
Dalam pemberitaan injil, Geissler menekankan keberdosaan manusia dan keterhilangannya tanpa Kristus.
Dalam proses beriman kepada Kristus, Geissler memberikan penekanan kepada pertobatan dan kelahian baru.
Setiap manusia dipanggil untuk bertobat dan meninggalkan kebiasaan dosa dan berpaling kepada Kristus serta
mengikuti perintah-perintahNya. Setelah memberitakan Injil dan mengajar dalam jangka waktu yang lama
serta menguji pemahaman para pendengarnya akan isi Injil, barulah Geissler memanggil mereka untuk
mengambil keputusan untuk percaya kepada Kristus. Dalam pelayanannya sebagai misionaris, Geissler terus-
menerus menekankan pentingnya dan besarnya kuasa doa. Dan dasar segala pelayanan geissler adalah suatu
kehidupan rohani (spiritualitas) yang sungguh. Khotbah-khotbah yang disampaikan Geissler bersifat
sederhana, praktis, dan mudah dipahami dengan memakai contoh/ ilustrasi, tetapi memiliki makna rohani yang
dalam. E. PERJALANAN PULANG KEJERMAN DAN KERUMAH BAPA DI SORGA Baru pada tanggal
16 Agustus 1869 Geissler dapat meninggalkan Mansinam. Saatnya tiba dimana ia sudah meninggalkan eropa
selama 17 tahun dan menetap di papua dalam membawa terang yang berawal dari fajar yang merekah di
mansinam tanah papua. Kini perpisahan dengan orang yang dulunya asing menjadi terharu karena kekerabatan
yang sangat erat dan kasih yang dalam. Mereka yang dulu kafir dan terhilang kini didapat kembali dan sedang
melambaikan tangan perpisahan dengan orang yang menemukan mereka sehingga mereka menjadi orang yang
di kasihi Tuhan dan mendapat kehidupan yang baru. Perjalanan ke Belanda berjalan baik dan Geissler
sekeluarga tiba di Utrect 17 Mei 1870. sukacita dari teman-teman dari misi di sana sangatlah besar. Beberapa
hari kemkudian ia berangkat dari ultect menuju Siegen. Kesehatan nya semakin memburuk sehingga beberapa
minggu kemudian ia meninggal dunia. Pada tanggal 11 Juni 1870 Geisler meninggal dunia dan berpulang
kerumah Bapa di sorga dalam usia 40 tahun. Ayahnya segera datang ketika mendengar bahwa anaknya yang
sangat di rindukannyasakit keras. Namun ia terlambat dan tidak dapat bertemu dengan anaknya lagi. Ia hanya
dapat memandang wajah anaknya yang dikasihinya yang terbaring kaku dan tenang. BAB III PENUTUP DAN
REFLEKSI Minggu pagi itu, ketika fajar merekah, 5 Februari 1855, dua penginjil berkebangsaan Jerman, Carl
Wilhem Ottow dan Johan Gottlob Geissler. menginjakkan kaki untuk pertama kali di Pulau Mansinam. Pulau
itu terletak di sebelah timur laut "Kepala Burung". Sambil bertelut, mereka dengan khusyuk mengucapkan
"Doa Sulung", yang sampai sekarang tetap diingat setiap orang Papua: "Dalam Nama Tuhan Kami
Menginjakkan Kaki di Tanah Ini!" ("Im Namen Gottes betreten wir dieses Land!"). Betapa tidak. Inilah luapan
kegembiraan dan keterharuan, ketika perjuangan yang begitu lama dan melelahkan, pada akhirnya membawa
mereka ke tempat itu. Geissler menulis: "Kalian tidak dapat membayangkan betapa besarnya suka cita kami
pada saat akhirnya dapat melihat tanah tujuan kami. Minggu pagi, jam 6 bersamaan dengan fajar yang merekah
jangkar dibuang untuk berlabuh di Teluk Doreri. Matahari terbit dengan indahnya. Ya, semoga matahari yang
sebenarnya, yaitu rahmat Tuhan menyinari kami dan orang-orang kafir yang malang itu, yang telah sekian
lamanya berada di dalam kegelapan..." Ya, persiapan untuk tiba di Tanah itu tidak main-main. Secara ketat
mereka dipersiapkan, baik fisik maupun mental oleh Yohanes Gossner, pendeta dari Berlin dan Ottho Gerhard
Heldring, pendeta tukang. Dua pendeta itu adalah pengeritik keras terhadap cara-cara penginjilan
konvensional, yang terlampau menekankan pada pendidikan teologi, profesionalitas, dan besarnya gaji. Bagi
Gossner dan Heldring, jauh lebih penting adalah motivasi dan keyakinan kepada Allah bahwa Ia sendirilah
yang akan menguatkan hamba-hambanya. Maka, ketika Minggu pagi itu, setelah menempuh perjalanan dari
Jerman selama tiga tahun, dan menginjakkan kaki di Tanah itu, itulah titik-balik penting bahkan menentukan
dalam sejarah orang-orang Papua. Cukup alasan untuk melihat Papua sebagai "Tanah Kristen", sebab
bukankah Injil yang membawa perubahan dari "gelap" kepada "Terang"? Bahwa dengan dimotivasi oleh cinta-
kasih Kristus sebagaimana diberitakan Injil, upaya-upaya pendidikan dan kesehatan dirintis di Tanah Papua,
kendati masih sangat sederhana. Tentu saja itu tidak berarti tidak ada kesulitan. Sebaliknya, luar biasa
kesulitan-kesulitan yang mereka alami. Malaria yang ganas mesti dihadapi. Geissler menderita borok bernanah
pada kakinya yang tidak sembuh-sembuh. Lalu sakit tuberkulosis yang sulit disembuhkan. Selain itu sikap
permusuhan dari orang-orang Papua yang tidak menyetujui kehadiran mereka, di samping perang antar suku
yang juga membahayakan jiwa keduanya. Dibutuhkan waktu 50 tahun sebelum orang Papua pertama
dibaptiskan. Ottow meninggal karena malaria pada 1862, sedangkan Geissler menyusul kemudian sementara ia
mengambil cuti di Jerman pada 1870. Itulah pula sebabnya, setiap 5 Februari dirayakan secara luas di seluruh
Tanah Papua. Lebih-lebih dalam tiga tahun terakhir ini, di mana seluruh denominasi, termasuk Gereja Katolik
Roma di Tanah Papua ikut merayakannya. Hari itu dilihat sebagai "Hari Pekabaran Injil", yang oleh
Pemerintah Provinsi Papua dinyatakan sebagai Hari Libur Resmi di seluruh wilayah Papua. Ada beberapa hal
yang bisa kita ambil sebagai refleksi dari pelayanan mereka adalah sebagai berikut: Pelayanan yang dilakukan
oleh Ottow dan Geisler sebagai misionaris adalah dalam situasi yang sangat sulit dengan berbagai ancaman
bahaya dan kecurigaan ditengah bangsa yang buas. Kesaksian hidup mereka adlah khotbah yang utama yang
ditandai dengan sikap kasih, dan pelayanan sosial-diakonia secara praktis. Mereka tidak putus asa, walaupun
dicurigai dan tidak pernah mendapat ucapan terima kasih dari penduduk setempat. Merek mengunjungi orang
sakit, merawat dan menyembuhkan mereka. Selain itu mereka juga membantu penduduk setempat dengan
berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Metode pemberitaan injil yang di praktekkan oleh Geissler adalah pola kesaksian hidup pribadi, pengajaran
melalui sekolah dan khotbah berdasarkan Alkitab pada ibadah. Selain itu Geissler banyak berdiskusi secara
biologis dalam bentuk tanya jawab dengan kepala suku, penduduk setempat atau setiap orang yang tertarik
kepada pemberitaan injil. Dalam pemberitaan injil, Geissler menekankan keberdosaan manusia dan
keterhilangannya tanpa Kristus. Dalam proses beriman kepada Kristus, Geissler memberikan penekanan
kepada pertobatan dan kelahian baru. Setiap manusia dipanggil untuk bertobat dan meninggalkan kebiasaan
dosa dan berpaling kepada Kristus serta mengikuti perintah-perintahNya. Setelah memberitakan Injil dan
mengajar dalam jangka waktu yang lama serta menguji pemahaman para pendengarnya akan isi Injil, barulah
Geissler memanggil mereka untuk mengambil keputusan untuk percaya kepada Kristus. Dalam pelayanannya
sebagai misionaris, Geissler terus-menerus menekankan pentingnya dan besarnya kuasa doa. Dan dasar segala
pelayanan geissler adalah suatu kehidupan rohani (spiritualitas) yang sungguh. Khotbah-khotbah yang
disampaikan Geissler bersifat sederhana, praktis, dan mudah dipahami dengan memakai contoh/ ilustrasi,
tetapi memiliki makna rohani yang dalam.
Share This:
Facebook Twitter Whatsapp Pinterest Linkedin Print
About YAYASAN BIJI SESAWI INDONESIA
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking
layout and robust design

Posting Lebih BaruPosting Lama

Post Comment
 BLOGGER
 DISQUS
 FACEBOOK

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Profil Ketua YBSI

Selamat Datang Bersama Kami Di Pendidikan Yayasan Biji Sesawi Indonesia - Papua. SMA Kristen Wamena,
SMP KBS, SMTK BS Dan SSB-PKBM. , click here →

Social Counter

 3.5kLikes
 2.8kSubscribes
 849Followers
 1.7kFollowers
 524Followers
 286Subscribes

 POPULAR MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN SOLUSI PEMECAHANNYA


Informasi Penerimaan Siswa Baru Tahun 2022-2023 SMA Kristen Wamena


berani mencoba
 Hubungan Antara Pengembalaan Dengan Pengembangan Pendidikan Kristen


Visi Misi dan Tujuan SMA Kristen Wamena

Subscribe Us

Categories

Artikel (3)

Statistik Blog

19,812

Facebook YBSI Papua

Kelengkapan Fasilitas Belajar, SMAKR SMP SMTK

Featured Post
All Doc Perpisahan 2023/24

Most Popular

 BIOGRAFI JOHNN GOTTLOB GEISSLER ( RASUL PAPUA )


BAB I PENDAHULUAN Johnn Geissler dan Carl Wilhelmn Ottow dikenal sebagai rasul-rasul
pertama yang membawa injil ke Tanah Papua di Mansina...
 MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN SOLUSI PEMECAHANNYA
MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN SOLUSI PEMECAHANNYA A. Rendahnya
Kualitas Sarana Fisik Untuk Sarana Fisik Misalnya, Bany...
 PENERAPAN 14 PRINSIP DEMING UNTUK MANAJEMEN MUTU DI SMA KRISTEN
WAMENA PAPUA
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DAN LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN MUTU
TERPADU DI SMA KRISTEN WAMENA 14 PRINSIP DEMING UNTUK MANAJEMEN MUTU
1. Tumbu...


berani mencoba
 SAMBUTAN ACARA PENAMATAN SISWA
Puji Tuhan,,, Atas berkat dan rahmat Allah yang maha kuasa, hari ini anak-anak boleh mendengarkan
hasil selama mereka di didik di SM...

Diberdayakan oleh Blogger.




 Home
 About
 Contact
 Advertise

Blog Archive

Tags

ArtikelpedidikanStudi
Facebook

Random Posts

randomposts





Bagikan
YBSIPAPUA
Selamat Datang Bersama Kami Di Pendidikan Yayasan Biji Sesawi Indonesia - Papua. SMA Kristen Wamena,
SMP KBS, SMTK BS Dan SSB-PKBM.

ybsipapua@gmail.com

Comments
Formulir Kontak
Nama

Email *

Pesan *

Created By SoraTemplates | Distributed By YbsiPapua

Anda mungkin juga menyukai