Anda di halaman 1dari 9

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 KERANGKA KONSEP

Sindroma
Down

Kelainan Kromosom
Trisomi 21

IQ Rendah Oligodonsia

OH Buruk Maloklusi

Relasi Relasi Relasi


Gingivitis Karies Gigi Gigi Skeletal
Anterior Posterior

Keterangan :

Variabel yang tidak diteliti

Variabel yang diteliti


3.2 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional Deskriptif.

3.3 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional study.

3.4 LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian dilakukan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, bertempat di :

1. Sekolah Luar Biasa Pembina Tingkat Provinsi SLB Bagian C

(Tunagrahita) Makassar.

2. Sekolah Luar Biasa (SLB-C) Katolik Rajawali Yayasan Joseph Makassar.

3. Sekolah Luar Biasa D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Makassar.

4. Sekolah Luar Biasa Prima Karya Antang Makassar.

3.5 WAKTU PENELITIAN

Waktu dilakukannya penelitian pada bulan Maret-April tahun 2012.

3.6 POPULASI PENELITIAN

Populasi penelitian yang digunakan adalah semua anak sindroma down yang

terdaftar bersekolah di :

1. Sekolah Luar Biasa Pembina Tingkat Provinsi SLB Bagian C

(Tunagrahita) Makassar.

2. Sekolah Luar Biasa (SLB-C) Katolik Rajawali Yayasan Joseph Makassar.

46
3. Sekolah Luar Biasa D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Makassar.

4. Sekolah Luar Biasa Prima Karya Antang Makassar.

3.7 METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling.

Purposive sampling adalah teknik sampling non-random yang digunakan oleh

peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam

pengambilan sampelnya. Pada penelitian ini, sampel diambil dari 4 sekolah

luar biasa yang mewakili kota Makassar dengan cara mengikuti arah mata

angin (utara, timur, selatan, dan barat). Arah Utara di wakili oleh Sekolah Luar

Biasa D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Makassar. Arah Timur

diwakili oleh Sekolah Luar Biasa (SLB-C) Katolik Rajawali Yayasan Joseph

Makassar. Arah Selatan diwakili oleh Sekolah Luar Biasa Pembina Tingkat

Provinsi SLB Bagian C (Tunagrahita) Makassar. Arah Barat diwakili oleh

Sekolah Luar Biasa Prima Karya Antang Makassar.

3.8 SAMPEL PENELITIAN

Sampel penelitian yang digunakan adalah semua anak sindroma Down yang

hadir saat pemeriksaan dilakukan di sekolah :

1. Sekolah Luar Biasa Pembina Tingkat Provinsi SLB Bagian C

(Tunagrahita) Makassar.

2. Sekolah Luar Biasa (SLB-C) Katolik Rajawali Yayasan Joseph Makassar.

3. Sekolah Luar Biasa D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Makassar.

47
4. Sekolah Luar Biasa Prima Karya Antang Makassar.

3.9 KRITERIA SAMPEL

1. Kriteria Inklusi :

a) Anak sindroma Down yang cukup kooperatif

b) Anak sindroma Down yang berusia 6-20 tahun.

2. Kriteria Eksklusi :

a) Anak sindroma Down yang tidak bersedia berpartisipasi.

3.10 ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Alat Oral Diagnostic

2. Handskun dan masker

3. Alkohol

4. Betadine

5. Alat tulis menulis

6. Lembaran formulir pemeriksaan

3.11 PENENTUAN VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel Bebas: Anak sindroma Down

2. Variabel Tergantung: Karies gigi

Relasi gigi anterior

3.12 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

48
1. Anak sindroma Down adalah semua anak yang telah didiagnosa oleh pihak

sekolah mengalami sindroma Down dan bersekolah di beberapa sekolah

luar biasa yang telah ditentukan oleh peneliti.

2. Karies gigi adalah lubang / kavitas pada gigi permanen yang tampak secara

klinis, dihitung, dan dianalisis dengan menggunakan indeks DMF-T.30

3. Relasi gigi anterior adalah hubungan gigi anterior rahang atas dan rahang

bawah pada saat oklusi yang dilihat langsung secara klinis.28

3.14 PROSEDUR PENELITIAN

1. Sebelum penelitian dilaksanakan, survei awal dilakukan untuk mengetahui

dan mendata jumlah sekolah luar biasa di Kota Makassar.

2. Peneliti menentukan sampel melalui kriteria sampel inklusi. Sampel

kemudian dipilih dengan teknik purposive sampling.

3. Setelah sampel penelitian ditentukan dan didapatkan, penelitian dinyatakan

dimulai. Peneliti mencatat alamat sekolah sampel, dan melakukan

kunjungan pertama, yaitu berupa sosialisasi kepada pihak sekolah yang

bersangkutan, tentang maksud dan tujuan mengadakan penelitian tersebut.

4. Pada Sekolah Luar Biasa (SLB) terdapat penderita sindroma Down. Pada

tiap sekolah, pasien yang diambil adalah penderita sindroma Down dengan

usia anak, yaitu 5-20 tahun.

5. Pemeriksaan intraoral dengan melihat gambaran klinis ada tidaknya karies

pada gigi berdasarkan indeks DMFT dan melihat relasi gigi anterior pada

saat oklusi secara klinis.

49
6. Dilakukan pengisian formulir pemeriksaan, penghitungan dan pengolahan

data secara manual.

3.15 ALUR PENELITIAN

Mengurus surat izin


Sampel
Survei awal penelitian dan
ditentukan melakukan
penelitian: dilakukan berdasarkan kunjungan pertama,
untuk mengetahui jumlah, teknik berupa sosialisasi
dan mendata jumlah sampling, dan kepada pihak sekolah
sekolah luar biasa di kriteria seleksi yang bersangkutan,
Kota Makassar sampel. tentang maksud dan
tujuan mengadakan
penelitian tersebut.

Penelitian Seluruh sampel


berakhir ketika yang telah
seluruh sampel ditentukan,
Pengolahan dan yang telah dilakukan
analisis data ditentukan telah pemeriksaan
diperiksa secara intraoral secara
intraoral. klinis.

3.16 KRITERIA PENILAIAN

1. Prevalensi karies dihitung dengan menggunakan rumus prevalensi karies

dan penilaian status karies dengan skor DMF-T serta diinterpratsikan

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh WHO.

a. Prevalensi karies = Total anak yang memiliki karies x 100%

Total anak yang diperiksa

50
b. Penilaian status karies untuk gigi permanen dengan menggunakan

Indeks DMF-T, yaitu :

D = decayed = terkena karies

M = missing = hilangnya suatu elemen karena karies

F = filled = ditumpat

T = tooth = gigi

DMF-T = D+M+F

DMF-T rata-rata = Jumlah D + M + F

Jumlah sampel
c. WHO memberikan kategori status karies berdasarkan perhitungan

DMF-T, yaitu:

1. Sangat rendah : 0,0 – 1,1

2. Rendah : 1,2 – 2,6

3. Moderat : 2,7 – 4,4

4. Tinggi : 4,5 – 6,5

5. Sangat Tinggi : > 6,6

2. Penilaian relasi gigi anterior di lihat dari jumlah relasi gigi anterior yang

terbanyak, dengan rumus sebagai berikut.

Prevalensi relasi gigi anterior =

Total anak yang memiliki relasi gigi anterior terbanyak x 100%

Total anak yang diperiksa

Relasi gigi anterior yang dimaksud, yaitu :30,31

51
a. Anterior openbite  Dalam bidang vertikal, gigi insisivus bawah

tidak menyentuh gigi insisivus atas dan tidak beroklusi ketika gigi-

geligi posteriornya saling beroklusi.

b. Anterior crossbite  Hubungan labiolingual dari gigi-geligi anterior

yang saling berhadapan berlawanan dengan keadaan normalnya.

c. Edge to edge  maloklusi yang ditandai oleh beroklusinya insisivus

atas dan bawah pada ujung insisalnya dan tidak overlap.

d. Labioversi  relasi gigi anterior dimana terjadi protrusi dari gigi

anterior maksila.

e. Crowding  relasi gigi anterior dimana terjadi hubungan yang

berantakan dan berdesakan oleh karena tidak proporsionalnya dimensi

mesiodistal secara keseluruhan dari gigi-geligi dengan ukuran maksila

atau mandibula.

f. Normal  relasi gigi anterior dimana terjadi hubungan oklusi yang

ideal.

3.17 DATA PENELITIAN

1. Jenis data : Data primer

2. Penyajian data : Dara disajikan dalam bentuk tabel.

3. Pengolahan data : Data diolah secara manual.

52

Anda mungkin juga menyukai