Anda di halaman 1dari 12

Selasa, 28 Agustus 2012

Pasang Surut Daerah Rawa


1.  Penyebab Terjadinya Pasang Surut

Pasang surut adalah fenomena alam yakni berupa naik turunnya muka air laut secara periodik akibat dari gaya
tarik menarik antara bumi (air dipermukaan) dengan benda-benda langit terutama bulan dan matahari. Naik
turunnya muka air laut ini memasuki muara sungai dan selanjutnya merambat ke arah sungai dan anak sungai
termasuk saluran buatan.
Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan menyebabkan bumi-bulan menjadi satu sistem kesatuan yang beredar
secara bersama sekeliling sumbu perputaran bersama. Sumbu perputaran ini ialah titik berat dari sistem bumi-
bulan yang berada di bumi dengan jarak 1718 km di bawah permukaan bumi.Selama peredaran tersebut tiap-tiap
titik di bumi beredar sekeliling pusatnya dalam suatu orbit yang berbentuk lingkaran dengan radius yang sama
dengan radius dari revolusi pusat massa bumi sekeliling sumbu perputaran bersama. Gambar 1 menunjukkan
revolusi pusat massa bumi sekeliling sumbu perputaran bersama. Dilihat titik P yang berada dipermukaan bumi.
Selama gerak revolusi pusat massa bumi C sekeliling sumbu perputaran bersama G (tidak disertai dengan rotasi)
titik P beredar sekeliling Cp dengan orbit lintasan berbentuk suatu lingkaran dengan radius yang sama dengan
orbit massa bumi sekeliling sumbu perputaran bersama (CG). Dalam peredaran tersebut titik C1 bergerak ke C2
dan P1 juga bergerak ke P2. Demikian juga karena C2 bergerak ke C3, P2 juga bergerak ke P3, demikian
seterusnya. Orbit yang dilintasi adalah P1,P2,P3 dan seterusnya. Titik-titik yang lainnya, misalnya saja Q juga
beredar sekeliling Cq, dengan radius sama dengan radius orbit pusat massa bumi sekeliling sumbu perputaran
bersama (CG), dengan demikian radius orbit peredaran setiap titik yang ditinjau di bumi adalah sama sehingga
gaya sentrifugal (Fc) yang ditimbulkan oleh peredaran setiap titik yang ditinjau di bumi adalah sama sehingga
gaya sentrifugal (Fc) yang ditimbulkan oleh peredaran tersebut adalah sama besar.

Gambar 1. Revolusi Pusat Massa Bumi pada Sumbu Perputaran

Dengan adanya perputaran tersebut maka pada setiap titik di bumi bekerja gaya sentrifugal (Fc) yang  besar dan
arahnya sama. Arah gaya tersebut adalah berlawanan dengan posisi bulan. Selain itu karena ada pengaruh
gravitasi bulan, setiap titik di bumi mengalami gaya tarik (Fg) dengan arah menuju pusat massa bulan, sedang
besar gaya tergantung pada jarak antara titik yang ditinjau dan pusat masa bulan. Gambar menunjukan tiap titik
di bumi yang mengalami gaya sentrifugal dan gaya tarik bulan. Gaya pembangkit pasang surut adalah resultan
dari kedua gaya tersbut.

2. Komponen Harmonik dari Pasang Surut

Pasangan matahari-bumi akan menghasilkan fenomena pasut yang mirip dengan fenomena yang diakibatkan oleh
pasangan bumi-bulan. Perbedaan yang utama adalah gaya pembangkit pasut yang disebabkan oleh matahari
hanya sebesar separuh kekuatan yang disebabkan oleh bulan. Hal ini disebabkan oleh jarak bumi-bulan yang jauh
lebih dekat dibanding dengan jarak matahari-bumi walaupun massa matahari jauh lebih besar daripada bulan. 
Jarak bumi-matahari (dbm) = 149785000 km
Jarak bumi-bulan (dbb) = 384,385 km
Massa bulan (mb) = 7,3 x 1019 metric ton
Massa matahari (mm) = 2,2 x 1027 metric ton
Gaya pembangkit pasut = massa / (jarak3)
Gaya pembangkit pasut dari bulan (Fb) = mb/(dbb3) = 1281 N
Gaya pembangkit pasut dari matahari (Fm) = mm/(dbm3) = 655 N
Maka gaya pembangkit pasut dari matahari hanya separuh (50%) dari gaya pembangkit pasut dari bulan.
Oleh karena posisi bulan dan matahari terhadap bumi berubah-ubah maka resultan gaya pasut yang dihasilkan
dari gaya tarik kedua benda angkasa tersebut tidak sesederhana yang diperkirakan. Tetapi karena rotasi bumi,
revolusi bumi terhadap matahari dan revolusi bulan terhadap bumi sangat teratur, maka resultan gaya pembangkit
pasut yang rumit tadi dapat diuraikan sebagai hasil gabungan sejumlah komponen harmonik pasut (harmonic
constituents). Komponen harmonik ini dapat dibagi menjadi empat komponen yaitu tengah harian, harian, dan
periode panjang
Tabel 1. Komponen Harmonik Pasang Surut 
  

No Spesies Komponen Nama Komponen Simbol Periode


1 Tengah Harian Principal lunar M2 12,4
2 Tengah Harian Principal solar S2 12,0
3 Tengah Harian Larger lunar elliptic N2 12,7
4 Tengah Harian Luni solar semi diurnal K2 11,97
5 Harian Luni solar diurnal K1 23,9
6 Harian Principal lunar diurnal O1 25,8
7 Harian Principal solar diurnal P1 24,1
8 Harian Larger lunar elliptic Q1 26,9
9 Periode Panjang Lunar fornightly Mf 328
10 Periode Panjang Lunar monthly Mm 661
11 Periode Panjang Solar Semi Annual Ssa 2191
12 Perairan Dangkal M4 6,21
13 Perairan Dangkal MS4 6,20

3. Grafik Pasang Surut

Untuk mempermudah dalam hal pemahaman data pasang surut maka data pasang surut umumnya disajikan
dalam bentuk grafik (kurva). Gambar menunjukkan contoh hasil pencatatan muka air laut sebagai fungsi waktu
(kurva pasang surut).

Gambar 2. Kurva Pasang Surut


Penjelasan.

       Tinggi pasang surut (tidal range) adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah
(lembah air surut) yang berturutan.
        Periode pasang surut (wave periode) adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata
ke posisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut bisa 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit, yang
tergantung pada tipe pasang surut. Periode pada mana muka air naik disebut pasang, sedang pada saat air turun
disebut surut.
Secara kuantitaif, tipe pasut di suatu perairan dapat ditentukan oleh perbandingan antara amplitudo (tinggi
gelombang) unsur-unsur pasut tunggal utama dengan amplitudo unsur-unsur pasut ganda utama. Perbandingan
ini dikenal sebagai bilangan Formzahl yang mempunyai formula sebagai berikut:
F = (O1+K1)/(M2+S2)
 Dimana: 
O1   = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan 
K1   = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan danmatahari 
M2   = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
S2    = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
F     = bilangan Formahzl
Jika nilai F berada antara:
        < 0,25      : Pasut bertipe ganda (semi diurnal)
0,25 – 1,25      : Pasut bertipe campuran condong ke ganda
1,25 – 3,00      : Pasut bertipe campuran condong ke tunggal
        >3,00       : Pasut bertipe tunggal (diurnal)
Keterangan tambahan:
Untuk memperoleh O1, K1, M2, dan S2 dengan mudah kita bisa menggunakan suatu program yaitu ERGTIDE
serta program tambahan yang sejenis untuk memperoleh MSL dapat menggunakan ERGRAM dan ERGELV.
Namun kita harus mendapatkan tinggi muka air dalam tiap jam minimal 15 hari. Semakin lama pengukuran yang
kita lakukan terhadap tinggi muka air, maka hasil akan semakin lebih akurat.

4. Jenis-Jenis Pasang Surut

Berdasarkan siklus hariannya, ada tiga jenis pasang-surut di laut, yaitu  pasang-surut setengah harian (semi-
diurnal), harian (diurnal), dan campuran (mixed).
a. Pasang Surut Setengah Harian (Semi diurnal)
Di daerah yang memiliki pasang surut harian (diurnal), dalam suatu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut yang terjadi pada siang dan malam hari.
b. Pasang Surut Harian (Diurnal)
Pada daerah dengan pasang-surut harian (diurnal), dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
yang terjadi pada siang dan malam hari.
c. Pasang Campuran (Mixed)
Pada daerah dengan pasang harian (diurnal), dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut yang
terjadi pada siang dan malam hari. Pasang-surut campuran ditandai oleh suatu perbedaan ketinggian pasang-surut
yang cukup besar antara dua pasang-surut yang terjadi dalam satu hari. Pasang-surut type campuran dapat
didominasi oleh pasang-surut semi-diurnal ataudiurnal, namun pasang surut jenis campuran umumnya lebih
didominasi atau lebih mendekati pasang-surut type diurnal.

5. Terminologi Pasang Surut


  
Jika pada suatu lokasi muara, sungai atau saluran dilakukan pegamatan pasang-surut, terdapat bebarapa
terminologi/peristilahan yang terkait dengan padang-surut.
a.    Pasang (Flood Tide) 
 Yaitu pasang yang masuk (incoming tide) dari laut ke muara, sungai atau saluran dan menimbulkan kenaikan
muka air (pasang-naik) di muara, sungai atau saluran.
b.    Surut (Eeb Tide) 
Yaitu pasang yang keluar (outgoing tide) dari laut ke muara, sungai atau saluran dan menimbulkan kenaikan
muka air (pasang-naik) di muara, sungai atau saluran.
c.    Periode Pasang Surut (Tidal Period) 
Yaitu interval waktu antara dua air pasang-surut yang berurutan.
d.    Tunggang Pasang (Tidal Range) 
Yaitu perbedaan antara Pasang Tertinggi (Higher High Water/HHW) dan Pasang Terendah (Lower Low
Water/LLW), yang teramati dalam suatu periode pengamatan.
e.    Ketidaksamaan Harian (Diurnal Inequality) 
Yaitu mengacu pada perbedaan tinggi dari dua air pasang atau dari dua permukaan air terendah dari tiap hari.
f.    Pasang-Surut Purnama (Spring Tide) 
Terjadi karena setiap periode 14,3 hari atau secara kasarnya 15 hari, tinggi air pasang yang terjadi adalah jauh
lebih tinggi sedang permukaan air surut adalah lebih rendah dari yang terjadi pada hari-hari lainya, kondisi
demikian disebut pasang-surut purnama dan hal itu diakibatkan oleh posisi bulan muda atau bulan purnama, yang
terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi jika dibariskan, ketiganya berada pada satu garis lurus).
g.    Pasang-Surut Perbani (Neap Tide) 
Yaitu kebalikan dari pasang surut purnama, tinggi air pasang naik jauh lebih rendah sedang tinggi air surut adaah
lebih tinggi dari yang terjadi pada hari-hari lainnya. Kondisi pasang surut (Neap Tide) terjadi setiap periode 14,3
hari atau secara kasarnya 15 hari. Pasang-surut perbani tersebut diakibatkan oleh posisi bulan muda atau bulan
purnama yang terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi jika dibariskan, ketiganya membentuk garis perpotongan
dengan sudut 90 derajat.
h.    Pasang Surut Bersemi Ekuinoksial (Equinoctial Spring Tides) 
Yaitu pasang-bersemi ekstra yaitu pasang bersemi yang tinggi dan terjadi dua kali satu tahun yaitu ketika awal
musim semi dan pada saat automnal equinox (panjang waktu siang dan malam sama lamanya).
i.    Elevasi Acuan Pasang-Surut (Tide Datum) 
Yaitu mengacu pada ketinggian pasang-surut, elevasi acuan yang dipilih pada umumnya yang jangka panjang
rata-rata dari beberapa elevasi pasang-surut seperti Lower Low Water (MLLW). MLLW adalah rata-rata dari
permukaan air terendah pada suatu periode 19 tahun. MLLW adalah pada umumnya elevasi acuan nol.
 
6. Karakteristik Pasang Surut di Indonesia
 
Karakteristik pasang surut di sepanjang pantai Indonesia bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Di
Kalimantan Barat Pontianak mempunyai pasang surut diurnal yaitu sekali pasang dan sekali surut setiap hari.
Semakin ke Utara berubah menjadi pasang surut semi-diurnal yaitu dua kali pasang dan dua kali surut setiap
harinya (Tanjung Datu). Di tempat lainnya mempunyai pasang surut campuran dimana pasang surut kadang-
kadang didominasi oleh pasang surutdiurnal maupun semi-diurnal (pemangkat). Kisarannya bervariasi secara
tetap setiap dua mingggu dan mencapai maksimum pada pasang purnama (spring tide) dan minimum pada
pasang mati (neap tide). Kisaran ini dipengaruhi oleh perubahan musim. Kisaran pasang surut bervariasi dari
tempat ke tempat lain, pada pantai Utara Jawa hanya sekitar 1,00 m. Pada pantai Timur Sumatera dan pantai
Selatan Kalimantan bervariasi antara 2,00 – 3,00 m dan pada pantai Selatan Irian Jaya dapat mencapai sekitar
6,00 m.
 
7. Tujuan Dilakukannya Pengamatan Pasang Surut
Pasang Surut adalah fenomena naik turunnya muka air laut yang disebabkan oleh gaya tarik dari benda-benda
langit (matahari dan bulan). Pengamatan pasut dilakukan untuk memperoleh model tinggi muka air laut di suatu
titik. Berdasarkan model tersebut, akan dapat ditetapkan bidang-bidang referensi vertikal yang sesuai dengan
keperluan. Jadi, bidang referensi vertikal diperoleh dari pengamatan di satu titik yang kemudian dianggap
mewakili pola pasut laut untuk suatu kawasan perairan tertentu. Pengamatan pasut dilakukan dengan mengambil
sampel data tinggi muka air laut pada suatu periode waktu tertentu. Periode pengamatan pasut yang lazim
dilakukan untuk keperluan praktis adalah 15 piantan atau 29 piantan. Piantan adalah terminologi selang waktu
pengamatan pasut. Dengan 1 piantan adalah pengamatan pasut selama 1 hari. Batasan penting yang mendasari
periodisasi ini adalah bahwa pada selang waktu tersebut bulan yang dianggap sebagai benda langit yang paling
berpengaruh dalam membangkitkan pasut telah menyelesaikan setengah atau satu kali revolusinya terhadap
bumi.
Tinggi muka air laut sesaat dalam interval waktu tertentu dilakukan pencatatan atau direkam. Interval waktu
pencatatan tinggi muka air laut biasanya adalah 15 atau 30 menit, dengan pengamatan manual. Pada jam-jam
berselang 15 atau 30 menit tersebut dicatat tinggi muka air laut terhadap suatu pengamat. Selain itu dicatat pula
posisi titik pengamat dan tanggal, bulan, dan tahun pengamatannya. Catatan tinggi muka air laut sesaat tersebut
kemudian menjadi sample dari populasi tinggi muka air laut di titik yang diamati.
Secara garis besar, tujuan pengamatan pasut adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan permukaan air laut rata-rata dan ketinggian titik pasut (tidal datum plane) lainnya untuk
keperluan survey dan rekayasa dengan melakukan satu sistem pengikatan terhadap bidang referensi tersebut
2.      Memberikan data untuk peramalan pasut dan arus serta mempublikasikan data ini dalam tabel tahunan
untuk arus dan pasut
3.      Menyelidiki perubahan kedudukan air laut dan gerakan kerak bumi
4.      Meyediakan informasi yang menyangkut keadaaan pasut untuk proyek teknik
5.      Memberikan data yang tepat untuk studi muara sungai tertentu
6.      Melengkapi informasi untuk penyelesaian masalah hukum yang berkaitan dengan batas-batas wilayah yang
ditentukan berdasar pasut. 
 
8. Pengamatan Pasang Surut
Sebelum melakukan pengamatan pasang surut, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Studi Pustaka (untuk rencana survey pendahuluan)
Studi rencana lokasi stasiun pasut yang digambarkan pada peta Indonesia. Dengan menggunakan buku informasi
pelabuhan di Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Dephub, dapat diketahui
bahwa lokasi tersebut dapat dilakukan survey pendahuluan atau tidak (dermaga beton sangat baik untuk
konstruksi rumah pasut)
2.  Survei Pendahuluan (untuk mengurus perijinan)
Dilakukan pada pelabuhan yang dimaksud. Ada bermacam instansi pemilik/pengelola pelabuhan seperti
Administrator Pelabuhan (Dephub, Ditjen Hubla, PT. Pelindo (I, II, III, IV dan cabang-cabangnya) Pelabuhan,
Pelelangan Ikan, TNI AL, dan lain-lain. Data yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
a.      Informasi rencana pengembangan pelabuhan
b.      Kondisi dermaga
c.       Kedalaman air laut (dicari lebih dari 2 meter tersurut)
d.      Variasi pasang dan surut  setempat (unutk memasang palem/meteran pasut
e.      Perijinan. Bila kondisi pelabuhan cukup memungkinkan untuk didirikan stasiun pasut dilanjutkan dengan
perijinan instansi setempat.
3.      Perencanaan bangunan stasiun pasut.
Bentuk dan konstruksi bangunan stasiun pasut sangat tergantung pada kondisi dermaga tempat stasiun pasut yang
akan dibangun
4.      Pembangunan stasiun pasut dan titik ikat pasut
Setiap bangunan stasiun pasut harus dilengkapi dengan titik ikat pasut (TIP) berupa pilar beton dengan baut
ketinggian dari kuningan.
5.      Instalasi alat rekam data pasut.
Pada langkah ini selain instalasi alat rekam data pasut, dilakukan juga kursus singkat bagi calon operator
setempat yang akan mengoperasikan alat tersebut. Pada saat uji operasi ini minimal 24 jam pengamatan secara
teratur dikontrol sehingga bila terjadi pertanyaan oleh calon operator masih dapat dijelaskan.
6.      Pengukuran sipat datar dari palem pasut ke titik ikat pasut.
Ini sangat penting bagi kelengkapan informasi pasut. Titik ikat pasut menjadi titik acuan ketinggian di lapangan.

9. Analisis Pasang Surut


a. Model Matematik Pasang Surut
Analisa pasang surut dilakukan untuk menemukan pola-pola harmonik atau periodic pada periodisasi gerak
vertical muka air laut.. Oleh karena itu analisa pasut sering disebut juga dengan analisa harmonic. Jika faktor
meteorologist dihilangkan dari model gelombang pasut maka akan diperoleh pernyataan sebagai berikut:
Dimana:
YP (t) = tinggi muka air karena pasut saat t
Y0 = tinggi muka air rata-rata (mean sea level)
Ai = amplitude komponen pasut ke-i
Ti = periode komponen pasut ke-i
t = waktu
n = jumlah komponen

b. Metode Penentuan Konstanta Harmonik


 Dari pengamatan pasang surut yang telah dilakukan dengan interval waktu tertentu, maka persamaan tersebut
diatas dapat ditentukan komponen harmonik pasutnya (Amplitudonya). Ada beberapa cara hitung data pasut
antara lain yaitu dengan cara konvensional (dengan mengambil harga rata-rata dari semua data pengamatan,
dimana harga tersebut menyatakan kedudukan permukaan air laut rata-rata), metode admiralthy dan
metode least square. Dengan perkembangan komputer dan software untuk hitungan, sangat membantu
pengolahan data pasut. Bervariasinya tingkat pengetahuan pengguna data pasut terhadap perpasutan
menyebabkan sedikit kesulitan dalam membuat model sajian informasi pasut. Hasil hitungan pasut yang sering
dihasilkan dan sering dibutuhkan oleh pengguna data adalah konstanta harmonik, mean sea level, chart datum,
daftar tertinggi dan terendah muka air laut serta prediksi pasut. 

c. Metode Admiralthy
Metode admiralty merupakan analisis yang berlaku untuk pengamatan 15 atau 29 piantan. Metode ini
dikembangkan oleh A.T. Doodson, Direktur Tidal Institute di Liverpool dan digunakan untuk keperluan kantor
hidrografi Inggris, yaitu British Admiralty, sehingga karenanya dikenallah metode ini sebagai metode admiralthy.
Metode ini mengembangkan sistematika pengolahan data pengamatan pasut dengan bantuan skema dan table-
tabel penggali. Perhitungan pendekatan dengan metode admiralthy ini dibagi menurut hasil data yang didapat
melaluhi pengamatan pasang surut yaitu:
1. Perhitungan 15 hari (piantan) atau biasa disebut perhitungan seri pendek, dilakukan bila data pengamatan di
lapangan diperoleh hanya mencapai minimal 15 hari pengamatan atau selama 15 x 24 jam.
2. Perhitungan 29 hari (piantan) atau biasa disebut perhitungan seri panjang, dilakukan bila data pengamatan
pasang surut yang diperoleh di lapangan mencapai hitungan 29 hari atau selama 29 x 24 jam.
Sebelum melakukan perhitungan, yaitu memasukkan data ketinggian air tiap jam ke dalam blangko perhitungan
pendekatan, harus dilakukan pengkoreksian akan kebenaran datanya melaluhi kurva yang diplot pada kertas
millimeter. Dalam hal ini data pasut yang dianggap kurang sempurna/menyimpang langsung dapat diperbaiki.
Selanjutnya data yang sudah disempurnakan siap untuk dihitung. Mengerjakan isian yang telah disediakan pada
blangko pendekatan misalnya : Nama tempat, lama pengamatan, (29 hari atau 15 hari).

d. Metode Least Square
 
Metode least square yang juga sering disebut dengan metode kuadrat terkecil.  Metode ini juga merupakan
analisis harmonik, sehingga mengabaikan pula faktor meteorologis dalam penghitungannya. Pada metode least
square ini, persamaan matematis sebelumnya dituliskan kembali sebagai berikut:

 
Dimana:
k = jumlah komponen pasut
tk = waktu pengamatan tiap jam, dengan tk = 0 sebagai waktu tengah-tengah pengamatannya
Ai = amplitude komponen pasut ke-i
Bi = amplitude komponen pasut ke-i

Garis regresi terbaik atau model pasut hasil hitungan (YP(tk) akan mendekati bentuk pasut pengamatannya jika
kuadrat kesalahannya minimum, yang diekspresikan dengan persamaan:

 
Keunggulan dari metode least square adalah sebagai berikut:
1.      Gap yang biasanya terjadi pada pengamatan dapat ditolerir
2.      Fleksible dalam jumlah data yang disertakan dalam hitungan yang biasanya minimum sebulan pengamatan
3.     Tidak ada asumsi yang diterapkan untuk data pengamatan di luar range least square fitting yang dilakukan
4.      Fleksibilitas dalam sampling rate data, yang mana biasanya sampling rate per jam tetapi dapat juga diset
ting dalam sampling rate yang lebih rapat misalnya per satu menit.
 
10. Definisi Ketinggian Acuan yang Dipakai
 
Ketinggian acuan yang dipakai dalam ilmu hidrooseanografi dalam menggambarkan pasang-surut di suatu
daerah antara lain:
Tabel 2 : Tinggi Acuan Pasang Surut
 

Singkata
No. Nama Definisi
n
1 Mean Sea Level MSL Tinggi rata-rata muka air rata-rata.
Dihitung berdasarkan rata-rata muka air
selama 20 tahun
2 Mean High Water Level MHWL Tinggi rata-rata muka air tinggi (diatas
MSL). Dihitung berdasarkan rata-rata
muka air tinggi selama 20 tahun.
3 Mean Low Water Level MLWL Tinggi rata-rata muka air rendah
(dibawah MSL). Dihitung berdasarkan
rata-rata muka air rendah selama 20
tahun.
4 Mean High Water Spring MHWS Tinggi rata-rata pasang purnama, yaitu
harga rata-rata muka air tertinggi sewaktu
pasang purnama  dalam jangka waktu
panjang (20 tahun)
5 Mean Low Water Spring MLWS Tinggi rata-rata air rendah saat purnama,
yaitu harga rata-rata muka air
rendah sewaktu pasang purnama dalam
jangka waktu panjang (20 tahun)
6 Highest High Water Level HHWL Muka air tertinggi. Diambil sebagai
muka air tertinggi selama pengamatan 20
tahun
7 Lowest Low Water Level LLWL Muka air terendah. Diambil sebagai
muka air terendah selama pengamatan 20
tahun
Diposkan oleh Ari Satria Prabowo di 21.39 

PASANG SURUT
Diposkan oleh Rida di 23.36  

Halo...hari ini aku bakal nulis tentang tugas Proses Pantai aku yang menjadi beban hidup selama 3 minggu
kemarin yaitu tentang PASANG SURUT....

Apa itu Pasang surut?

Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasidan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan
semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan.

Perioda Pasang Surut?

Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang
berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. 

Trus kapan sih terjadinya?

Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat
itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut
purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi,
bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan
pasang rendah  yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4. 
Nah contoh ilustrasinya kayak gituuu deh...hehe

Apa aja tipe pasang surut?

Pasang surut itu terbagi menjadi beberapa tipe menurut frekuensi pasang dan surutnya per hari.

1. Pasang surut harian ganda (semi  diurnal tide)

Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hamper sama dan pasang surut
terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Jenis harian
tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata, antara Sumatra dan Kalimantan.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit.
Pada jenis harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat Malaka sampai ke Laut Andaman.

3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal)


Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pada
pasang-surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) misalnya terjadi di
sebagian besar perairan Indonesia bagian timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal)

Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk
sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.
Sedangkan jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal) contohnya terdapat
di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
                                                        Ilustrasi Tipe Pasang Surut Harian

Selain itu, tipe pasang surut juga dikategorikan dengan Bilangan Formzhal, yaitu dengan rumus :

Dimana

O = amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

K1 =amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari 

M2= amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan 

S2=amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari 

 F ≤ 0.25      : Pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides)


 0,25<F≤1.5 : Pasang surut tipe campuran condong harian ganda (mixed mainly semidiurnal tides)
 1.50<F≤3.0 : Pasang surut tipe campuran condong harian tunggal (mixed mainly diurnal tides)
 F > 3.0        : Pasang surut tipe tunggal (diurnal tides)
Nah...pasti bingung kan apa itu komponen pasang surut.... hehe
Oke..apasih komponen pasang surut itu?

Komponen pasang surut adalah komponen-komponen yang menyebabkan terjadinya pasang surut yang bersifat
periodik, mempunyai amplitudo dan fasa. Gini, jadi kan pembentuk pasang surut itu ada banyak, nah kalau
misalnya yang disebabkan gaya tari bulan, namanya M2.

Si M2 ini punya Amplitudo dan Fasa..kek fungsi sin/cos.....

Nih contoh komponen O2 dalam fungsi sinus

O2 = 0.8(sin 3t+85) 

Nih contoh grafiknya

Nantinya pasang surut itu merupakan penjumlahan dari semua komponen pasang surutnya, sehingga dapat
dinyatakan dalam rumus :

dimana :

Z= elevasi muka air (sebenernya ini zeta, cuman males cari simbolnya hehe)
So= elevasi muka air rata-rata (MSL)

Hn=amplitudo konstituen ke n

Wn=frekuensi konstituen ke n

alfa n = fasa konstituen ke n

Jadi intinya, elevasi pasang surut itu adalah penjumlahan seluruh elevasi komponen-komponen pasang surut dan
elevasi muka air rata-rata nya.

Nih contohnya hasil si penjumlahan itu...

Banyak sih komponen pasang surut, tapi kata DISHIDROS komponen utamanya ada 9 yaitu,
M2,S2,N2,K2,K1,O1,P1,M4,MS4.......

Anda mungkin juga menyukai