Budidaya Kerbau
Budidaya Kerbau
Disusun Oleh:
Nama kelompok: 3
Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia.
Kerbau sangat bermanfaat bagi petani di Indonesia yaitu sebagai tenaga kerja untuk
mengolah sawah, penghasil daging dan susu, serta sebagai tabungan untuk keperluan di masa
depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun 2016 di Indonesia sebanyak 1.335.124 ekor yang
menyebar di seluruh provinsi di Indonesia tetapi tidak merata jumlahnya. Berdasarkan hasil
pendataan sapi potong, sapi perah, dan kerbau Tahun 2016 populasi kerbau yang ada di Jawa
Barat berjumlah 102.571 ekor. Walaupun populasi kerbau yang tidak merata di sebagian
besar wilayah Indonesia, produksi daging nasional terlihat bahwa total produksi daging
kerbau Tahun 2016 sebanyak 0,6 juta ton (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementrian Pertanian, 2017).
Kerbau tersebar hampir di seluruh wilayah di indonesia. Berdasarkan hasil pendataan
sapi potong, sapi perah, dan kerbau (PSPK) 2011, populasi kerbau adalah 1,3 juta ekor.
Populasi di Sumatera sebanyak 512.816 ekor atau 39,30 %. Dari data populasi di Sumatra
tersebut 2,89% berada di provinsi Riau (Kementan, 2011).
Daging kerbau merupakan salah satu sumber pangan hewani yang cukup strategis
dalam komponen pemenuhan pangan nasional. Permintaan terhadap daging terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk. Namun
demikian, sampai saat ini tidak ada penjual yang memasarkan daging kerbau secara spesifik.
Sehingga diduga bahwa daging yang dijual di pasar adalah daging kerbau namun penjual
menyebutnya daging sapi agar masyarakat membelinya. Terbatasnya pasokan bakalan kerbau
diduga disebabkan oleh penurunan populasi kerbau yang terjadi seiring dengan berkurangnya
fungsi dan peranan kerbau dalam usahatani, serta berkurangnya lahan baik sebagai lahan
garapan maupun sumber pakan kerbau (Kusnadi, dkk., 2005).
C. Tempat hidupnya
Berdasarkan tempat hidupnya, kerbau dibagi menjadi dua, yaitu kerbau rawa/lumpur
(swamp buffalo) yang dikenal sebagai kerbau tipe potong dan kerbau sungai(riverine buffalo)
sebagai kerbau tipe perah. Menurut Ditjen PKH, populasi kerbau sungai atau kerbau perah
hanya ditemukan di Sumatera Utara sekitar 5.000 ekor, sedangkan kerbau rawa/ lumpur
tersebar di seluruh Indonesia dengan populasi sekitar 1,4 juta ekor, terutama di Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Mufiidah et al (2013) menyatakan bahwa kerbau
memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan sapi, karena mampu bertahan hidup dalam
kawasan yang relatif sulit terutama dalam hal ketersediaan dan kualitas pakan. Kemudian
kerbau juga mempunyai mekanisme sendiri dalam memepertahankan suhu tubuhnya, yaitu
dengan cara berkubang.
D. Pemeliharaan
E. Perkawinan
waktu-waktu yang tepat untuk mengawinkan kerbau adalah sebagai berikut:
Siklus birahi kerbau adalah sekitar 21 hari, maka apabila pada kesempatan birahi kerbau tidak
sempat dikawinkan, maka sebaiknya pada birahi berikutnya (sekitar 21 hari) kerbau tersebut
dikawinkan.
1. Kerbau gelisah
2. Ribut, dan melenguh
3. Nafsu makan kurang
4. Vulpa (alat kelamin bagian luar) membengkak, merah dan mengeluarkan lendir/cairan
bening
5. Berusaha melepaskan diri dari ikatan/kandangnya
6. Berusaha menaiki betina lain atau mendekati jantan
Menurut Subiyanto (2010), penyebaran dan perkembangan ternak kerbau tidaklah secepat
ternak sapi, dikarenaka beberapa hal, yaitu:
1) Ada anggapan bahwa ternak kerbau adalah ternak yang liar dan ganas, yang sebenarnya
kalau tidak disakiti kerbau adalah ternak yang jinak dan lembut, seperti halnya ternak
kesayangan (pet animal) sehingga tidak jarang kita lihat anak-anak bermain menunggang
kerbau dan si kerbau tetap asyik merumput atau mandi.
2) Kerbau hanya dapat dipelihara di daerah yang banyak airnya atau dekat air. Sebenarnya
kerbau suka melumpur tetapi mereka dapat hidup, tumbuh dan berproduksi secara normal
diluar kondisi tersebut, asalkan pada waktu panas atau musim kemarau terdapat tempat untuk
berteduh.
3) Kerbau juga sering disebut ternak yang hanya cocok untuk daerah tropis, kenyataannya
kerbau dapat bertahan hidup dan berkembang di daerah dingin di pegunungan dan di negara
sub tropis.
4) Kerbau adalah ternak sebagai beban bagi orang miskin, padahal kerbau disamping dapat
menghasilkan daging juga menghasilkan susu, dadih di Sumatra Barat berasal dari susu
kerbau. Susu kerbau mempunyai kandungan lemak dan Bahan Kering Bebas Lemak (SNF)
lebih tinggi dari pada sapi.
1. Antrax
Gejala : Bengkak pada dada leher dan perut, keluar darah dari lubang hidung, rongga mulut,
anus dan kelamin menjelang kehamilan.
2. Brucellosis
3. Penyakit Ngorok
pencegahan : vaksinasi
A. Pemanfaatan
Kerbau dapat dikategorikan ternak yang banyak fungsi. Kerbau merupakan ternak pedaging,
karena mempunyai kemampuan baik dalam konversi pakan ke daging serta jumlah karkasnya
besar. Selain itu kerbau juga merupakan ternak yang mempunyai kemampuan baik dalam
menghasilkan susu. Kemudian telah menjadi rahasia umum, bahwa kerbau sering
dimanfaatkan tenaganya. Kerbau menjadi alat pendukung pertanian masyarakat desa, seperti
membajak sawah, mengangkut barang dll. Bukan itu saja, beberapa daerah di Indonesia
menjadikan kerbau sebagai ternak adat. Salah satunya di Toraja, Sulawesi Selatan , kerbau
menjadi ternak persembahan dalam upacara adat, sehingga harganya bisa sangat mahal
(Matondang, 2015).
B. Pemanenan
Kerbau di panen saat sudah cukup umur dan mencapai berat maksimal dan menghasilkan
produk berupa daging, kulit, susu dan lain-lain. Penanganan pascapanen berternak kerbau
adalah memelihara anak ternak setelah umur penyapihan untuk dijadikan bibit (induk).
Sementara anak yang kurang baik dapat dibesarkan atau langsung dijual.
Kotoran ternak. Hasil Panen Tambahan dalam budidaya ternak kerbau adalah kotorannya.
Kotoran ini dapat digunakan sebagai bahan pupuk organik, pupuk kompos dan sumber
energi. Di beberapa daerah tertentu di Indonesia, budidaya ternak kerbau merupakan lambang
status bagi pemiliknya. Bahkan, tanduknya yang indah, melingkar setengah lingkaran dengan
ujungnya yang runcing, tidak jarang dipajang secara berjejer di tiang depan rumah mereka
sebagai simbol prestise tuan rumah yang bersangkutan
G. Analisis Ekonomi
Sumber penerimaan terbesar dan utama adalah dari penjualan daging dan dari hasil penjualan
pupuk kandang. Besar kecilnya usaha penggemukan kerbau akan sangat tergantung pada
jumlah daging yang diproduksi dan harga penjualan daging kerbau.
Penerimaan dari hasil penjualan daging diperoleh dari perkalian antara jumlah daging yang
diperoleh selama satu periode masa penggemukan dengan harga daging selama periode
penggemukan tersebut. Penerimaan lainnya berasal pupuk kandang dalam waktu 90 hari.
Harga daging di tingkat peternak berkisar Rp 105.000/kg, harga pupuk kandang Rp 1.500/Kg
(Kusnadi, dkk. 2005)
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. (2017). statistik peternakan dan
kesehatan hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementrian Pertanian RI.
Kementan BPS. 2011. Rilis Hasil Awal PSPK 2011: ditjennak.pertanian.go.id (diakses 14
April2020, jam 19:30 WIB)
Kusnadi A, Kusumaningrum DA, Sianturi RG, Triwulaningsih E. 2005. Fungsi dan peranan
kerbau dalam sistem usaha tani di Provinsi Banten. Di dalam: Potensi Kerbau
menunjang Kecukupan Daging Nasional. Prosiding Seminar dan Lokakarya
Nasional Kerbau; Bogor 12-13 Sep 2005. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. hlm 316-322.
Matondang, Rasali dan Chalid T. 2015. Pemanfaatan Ternak Kerbau untuk Mendukung
Peningkatan Produksi Susu. 42 J. Litbang Pert. Vol. 34 No : 41-49.
Sunari. 2007. Beternak Kerbau. Edisi Keempat. Penerbit Ganeca Exact. Surabaya.