Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TEKNIK BUDIDAYA HEWAN

KERBAU (Bubalus bubalis)

Disusun Oleh:

Nama kelompok: 3

Vicky Andriani / 1700008015

Nur Khafifah Dewi / 1700008097

Ika Restina / 1700008101

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
2020
A. Pendahuluan

Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia.
Kerbau sangat bermanfaat bagi petani di Indonesia yaitu sebagai tenaga kerja untuk
mengolah sawah, penghasil daging dan susu, serta sebagai tabungan untuk keperluan di masa
depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun 2016 di Indonesia sebanyak 1.335.124 ekor yang
menyebar di seluruh provinsi di Indonesia tetapi tidak merata jumlahnya. Berdasarkan hasil
pendataan sapi potong, sapi perah, dan kerbau Tahun 2016 populasi kerbau yang ada di Jawa
Barat berjumlah 102.571 ekor. Walaupun populasi kerbau yang tidak merata di sebagian
besar wilayah Indonesia, produksi daging nasional terlihat bahwa total produksi daging
kerbau Tahun 2016 sebanyak 0,6 juta ton (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementrian Pertanian, 2017).
Kerbau tersebar hampir di seluruh wilayah di indonesia. Berdasarkan hasil pendataan
sapi potong, sapi perah, dan kerbau (PSPK) 2011, populasi kerbau adalah 1,3 juta ekor.
Populasi di Sumatera sebanyak 512.816 ekor atau 39,30 %. Dari data populasi di Sumatra
tersebut 2,89% berada di provinsi Riau (Kementan, 2011).
Daging kerbau merupakan salah satu sumber pangan hewani yang cukup strategis
dalam komponen pemenuhan pangan nasional. Permintaan terhadap daging terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk. Namun
demikian, sampai saat ini tidak ada penjual yang memasarkan daging kerbau secara spesifik.
Sehingga diduga bahwa daging yang dijual di pasar adalah daging kerbau namun penjual
menyebutnya daging sapi agar masyarakat membelinya. Terbatasnya pasokan bakalan kerbau
diduga disebabkan oleh penurunan populasi kerbau yang terjadi seiring dengan berkurangnya
fungsi dan peranan kerbau dalam usahatani, serta berkurangnya lahan baik sebagai lahan
garapan maupun sumber pakan kerbau (Kusnadi, dkk., 2005).

B. Dasar Pemilihan Bibit

1.  Berdasarkan Silsilah (pedigree)


Silsilah : catatan prestasi produksi tetua (induk dan pejantan)
Catatan dilakukan oleh perusahaan-perushaan besar (di Indonesia  biasa dilakukan pada
ternak perah; ternak potong masih jarang)
Catatan pada ternak potong  :
Berat lahir                           Berat dewasa
Berat sapih                         Bobot potong
PBBH
2.   Berdasarkan Eksterior (bentuk luar)
Berdasarkan pengamatan, yaitu dengan melihat, memegang / meraba bagian-bagian tertentu

C. Tempat hidupnya

Berdasarkan tempat hidupnya, kerbau dibagi menjadi dua, yaitu kerbau rawa/lumpur
(swamp buffalo) yang dikenal sebagai kerbau tipe potong dan kerbau sungai(riverine buffalo)
sebagai kerbau tipe perah. Menurut Ditjen PKH, populasi kerbau sungai atau kerbau perah
hanya ditemukan di Sumatera Utara sekitar 5.000 ekor, sedangkan kerbau rawa/ lumpur
tersebar di seluruh Indonesia dengan populasi sekitar 1,4 juta ekor, terutama di Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Mufiidah et al (2013) menyatakan bahwa kerbau
memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan sapi, karena mampu bertahan hidup dalam
kawasan yang relatif sulit terutama dalam hal ketersediaan dan kualitas pakan. Kemudian
kerbau juga mempunyai mekanisme sendiri dalam memepertahankan suhu tubuhnya, yaitu
dengan cara berkubang.

D. Pemeliharaan

1. Kandang Ternak Kerbau


Cara ternak kerbau yang baik juga menyiapkan kandang  ideal. Kandang yang ideal
memenuhi syarat tenis dan memiliki nilai ekonomis. Ideal maksudnya memenuhi syarat tentu
saja tidak memerlukan biaya mahal, mengingat usaha harus juga mempertimbangkan
anggaran.

Syarat kandang kerbau yang baik:


 Terpisah dari rumah dan keramaian dengan jarak cukup jauh
 Bahan kandang boleh dari kayu atau bambu dengan atap dari genting atau atap
seng/asbes
 Lantai diratakan dengan semen, lantai kandang di buat lebih tinggi dari permukaan
tanah sekitar
 Kandang dilengkapi dengan dinding dan tempat makan dan minum
 Buat ventilasi dengan dalam kandang agar agar aliran udara berjalan baik
 Buat juga saluran pembuangan dalam dan luar kandang agar tidak becek

2. Pakan Kerbau yang baik


Pakan kerbau yang baik pada umumnya terdiri dari bahan hijauan, limbah pertanian dan
penguat.
a. Pakan kerbau dari hijauan
Pakan hijauan kerbau dewasa dengan berat badan 350 kg – 500 kg dapat diberikan
bahan hijauan rumput segar sebanyak 35 kg - 50 kg/hari (10% dari berat badan).
Pemberian pakan bisa diberi 2 kali sehari, pagi dan sore. Hijauan dapat berupa
berbagai macam rumput alami atau rumut budidaya, misalnya rumput gajah, rumput
raja.
b. Pakan kerbau dari limbah pertanian
Jika pakan ternak hijauan sulit didapat misalnya saat musim kemarau, boleh diberikan
limbah pertanian seperti jerami padi dengan pengolahan terlebih dahulu.
c. Pakan kerbau untuk penguat
Pakan penguat biasanya berupa dedak, jagung, tetes tebu, bungkil kelapa, bungkil
kacang tanah, dan ampas tahu.

E. Perkawinan
waktu-waktu yang tepat untuk mengawinkan kerbau adalah sebagai berikut:

WAKTU BIRAHI WAKTU MENGAWINKAN

Pagi hari sebelum jam 12 siang Hari itu juga

Sore hari itu jugaatau besok pagi sebelum jam 12


Sore hari sesudah jam 14 siang
siang

Siklus birahi kerbau adalah sekitar 21 hari, maka apabila pada kesempatan birahi kerbau tidak
sempat dikawinkan, maka sebaiknya pada birahi berikutnya (sekitar 21 hari) kerbau tersebut
dikawinkan.

Ciri-ciri berahi kerbau adalah sebagai berikut:

1. Kerbau gelisah
2. Ribut, dan melenguh
3. Nafsu makan kurang
4. Vulpa (alat kelamin bagian luar) membengkak, merah dan mengeluarkan lendir/cairan
bening
5. Berusaha melepaskan diri dari ikatan/kandangnya
6. Berusaha menaiki betina lain atau mendekati jantan

F. Penyakit dan Kendala Budidaya Kerbau

A. Kendala Budidaya kerbau


Selain manfaatnya, dalam budidaya kerbau juga terdapat beberapa kendala yang pastinya
dirasakan oleh pembudidaya, belum lagi masalah penyakit yang terdapat pada kerbau
sehingga menghambat kualitas dalam pemanfaatannya. Berikut ini beberapa kendala dalam
membudidaya kerbau:

Kendala dalam beternak kerbau menurut Wiyatna (2002) adalah:

1) Penyempitan lahan pongonan, 2


2) Kualitas sumber daya rendah,
3) Produktifitas rendah,
4) Akses kepemodal sulit,
5) Penggunaan teknologi rendah.
Menurut Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa Kerapatan kelenjar keringat kerbau
hanyalah sepersepuluh dari yang dimiliki sapi, sehingga pelepasan panas dengan cara
berkeringat tidak banyak membantu. Selain itu, kerbau mempunyai bulu yang sangat jarang,
sehingga mengurangi perlindungannya terhadap sinar matahari langsung. Hal inilah yang
menyebabkan kerbau kurang tahan terhadap sengatan sinar matahari atau udara yang dingin.
Ternak Kerbau tidak tahan dengan panas dan sinar matahari langsung, kerbau sangat suka
dengan air, mereka suka berkubang di dalam air yang tidak mengalir atau lumpur, khususnya
pada saat udara panas di siang hari dan pada malam hari.

Menurut Subiyanto (2010), penyebaran dan perkembangan ternak kerbau tidaklah secepat
ternak sapi, dikarenaka beberapa hal, yaitu:

1) Ada anggapan bahwa ternak kerbau adalah ternak yang liar dan ganas, yang sebenarnya
kalau tidak disakiti kerbau adalah ternak yang jinak dan lembut, seperti halnya ternak
kesayangan (pet animal) sehingga tidak jarang kita lihat anak-anak bermain menunggang
kerbau dan si kerbau tetap asyik merumput atau mandi.

2) Kerbau hanya dapat dipelihara di daerah yang banyak airnya atau dekat air. Sebenarnya
kerbau suka melumpur tetapi mereka dapat hidup, tumbuh dan berproduksi secara normal
diluar kondisi tersebut, asalkan pada waktu panas atau musim kemarau terdapat tempat untuk
berteduh.

3) Kerbau juga sering disebut ternak yang hanya cocok untuk daerah tropis, kenyataannya
kerbau dapat bertahan hidup dan berkembang di daerah dingin di pegunungan dan di negara
sub tropis.

4) Kerbau adalah ternak sebagai beban bagi orang miskin, padahal kerbau disamping dapat
menghasilkan daging juga menghasilkan susu, dadih di Sumatra Barat berasal dari susu
kerbau. Susu kerbau mempunyai kandungan lemak dan Bahan Kering Bebas Lemak (SNF)
lebih tinggi dari pada sapi.

B. Penyakit dalam budidaya kerbau


Kesehatan pada hewan budidaya ternak kerbau juga harus di perhatikan, walaupun pada
umumnya lebih tahan dari penyakit. Namun ada beberapa penyakit khusus yang justru
mengincar kerbau seperti:

1. Antrax

Penyebab : Bakteri Antrax

Gejala : Bengkak pada dada leher dan perut, keluar darah dari lubang hidung, rongga mulut,
anus dan kelamin menjelang kehamilan.

Pencegahan : Vaksinasi Antrax.

2. Brucellosis

Penyebab : Kuman Brucella

Gejala : Biasanya terjadi keguguran pada kebuntingan 5 – 8 bulan.


Pencegahan : Pemeriksaan darah secara berkala, menjaga kebersihan kandang ternak, dan
Vaksinasi.

3. Penyakit Ngorok

Penyebab : Kuman Pasteurella multocida

Gejala : Gangguan pernapasan/ngorok

pencegahan : vaksinasi

F. Pemanfaatan dan Pemanenan Kerbau

A. Pemanfaatan
Kerbau dapat dikategorikan ternak yang banyak fungsi. Kerbau merupakan ternak pedaging,
karena mempunyai kemampuan baik dalam konversi pakan ke daging serta jumlah karkasnya
besar. Selain itu kerbau juga merupakan ternak yang mempunyai kemampuan baik dalam
menghasilkan susu. Kemudian telah menjadi rahasia umum, bahwa kerbau sering
dimanfaatkan tenaganya. Kerbau menjadi alat pendukung pertanian masyarakat desa, seperti
membajak sawah, mengangkut barang dll. Bukan itu saja, beberapa daerah di Indonesia
menjadikan kerbau sebagai ternak adat. Salah satunya di Toraja, Sulawesi Selatan , kerbau
menjadi ternak persembahan dalam upacara adat, sehingga harganya bisa sangat mahal
(Matondang, 2015).

B. Pemanenan
Kerbau di panen saat sudah cukup umur dan mencapai berat maksimal dan menghasilkan
produk berupa daging, kulit, susu dan lain-lain. Penanganan pascapanen berternak kerbau
adalah memelihara anak ternak setelah umur penyapihan untuk dijadikan bibit (induk).
Sementara anak yang kurang baik dapat dibesarkan atau langsung dijual.

Hasil Panen Tambahan

Kotoran ternak. Hasil Panen Tambahan dalam budidaya ternak kerbau adalah kotorannya.
Kotoran ini dapat digunakan sebagai bahan pupuk organik, pupuk kompos dan sumber
energi. Di beberapa daerah tertentu di Indonesia, budidaya ternak kerbau merupakan lambang
status bagi pemiliknya. Bahkan, tanduknya yang indah, melingkar setengah lingkaran dengan
ujungnya yang runcing, tidak jarang dipajang secara berjejer di tiang depan rumah mereka
sebagai simbol prestise tuan rumah yang bersangkutan

G. Analisis Ekonomi

Harga dan Pembiayaan budidaya kerbau


Dalam suatu usaha hal utama yang paling penting adalah biaya. Pada usaha ini biaya-biaya
yang di butuhkan berupa biaya pemeliharaan, produksi, peralatan, sarana dan prasarana, serta
biaya pakan yang dipenuhi dari modal sendiri.

Sumber penerimaan terbesar dan utama adalah dari penjualan daging dan dari hasil penjualan
pupuk kandang. Besar kecilnya usaha penggemukan kerbau akan sangat tergantung pada
jumlah daging yang diproduksi dan harga penjualan daging kerbau.

Penerimaan dari hasil penjualan daging diperoleh dari perkalian antara jumlah daging yang
diperoleh selama satu periode masa penggemukan dengan harga daging selama periode
penggemukan tersebut. Penerimaan lainnya berasal pupuk kandang dalam waktu 90 hari.
Harga daging di tingkat peternak berkisar Rp 105.000/kg, harga pupuk kandang Rp 1.500/Kg
(Kusnadi, dkk. 2005)
Daftar Pustaka

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. (2017). statistik peternakan dan
kesehatan hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementrian Pertanian RI.

Hardjosubroto, E. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Gramedia widiasarana


Indonesia, Jakarta.

Kementan BPS. 2011. Rilis Hasil Awal PSPK 2011: ditjennak.pertanian.go.id (diakses 14
April2020, jam 19:30 WIB)

Kusnadi A, Kusumaningrum DA, Sianturi RG, Triwulaningsih E. 2005. Fungsi dan peranan
kerbau dalam sistem usaha tani di Provinsi Banten. Di dalam: Potensi Kerbau
menunjang Kecukupan Daging Nasional. Prosiding Seminar dan Lokakarya
Nasional Kerbau; Bogor 12-13 Sep 2005. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. hlm 316-322.

Matondang, Rasali dan Chalid T. 2015. Pemanfaatan Ternak Kerbau untuk Mendukung
Peningkatan Produksi Susu. 42 J. Litbang Pert. Vol. 34 No : 41-49.

Mufiidah N, Ihsan MN, Nugroho H. 2013. Produktivitas Induk Kerbau Rawa


(Bubalus bubalis) Ditinjau Aspek Kinerja Reproduksi dan Ukuran Tubuh di
Kecamatan Tempursari Kabupaten Lumajang. Jurnal Ternak Tropika 14(1): 21-28.

Subiyanto, 2010. Populasi Kerbau Semakin Menurun. http://www.ditjennak.go.


id/buletin/artikel_3.pdf. Diakses mei 2015.

Sunari. 2007. Beternak Kerbau. Edisi Keempat. Penerbit Ganeca Exact. Surabaya.

Wiyatna, M. F. 2002. Potensi dan Strategi Pengembangan Kerbau Di Kabupaten Sumedang


Provinsi Jawa Barat. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai