Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Psikososial pada Anak Prasekolah yang mengikuti dan

tidak mengikuti PAUD Kelurahan Jatirahayu Bekasi


Achmad Damayanto1*, Riri Maria2

1. Achmad Damayanto: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia


Depok, Jawa Barat – 16424
2. Riri Maria, S.Kep, MANP: Keilmuan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
*email: achmad.damayanto@ui.ac.id

Abstrak
Tingkat partisipasi anak prasekolah pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih terbilang rendah, di mana lebih
dari 70% anak Indonesia belum berpartisipasi. Padahal, perkembangan psikososial anak pada tahap prasekolah akan
menjadi dasar kondisi psikososial seseorang ketika dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
keikutsertaan anak dalam PAUD dengan perkembangan psikososial anak prasekolah. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Jatirahayu, Bekasi
dengan jumalh responden 130 orang anak prasekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,7% anak yang mengikuti
PAUD memiliki perkembangan psikososial yang baik. Hasil uji Chi Square menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara keikutsertaan anak dalam PAUD dan perkembangan psikososial anak prasekolah (p= 0.014, α=
0.05).

Kata Kunci: PAUD, Pendidikan anak usia dini, perkembangan psikososial, prasekolah

Abstract
Pre-school aged children participation in Early Childhood Education (ECE) is still relatively low in Indonesia, in
which more than 70% of them have not yet participated. Whereas, psychosocial development during the pre-school
aged will be the foundation of their psychosocial condition in adulthood. The aim of this research is to discover the
corelationship between the participation of pre-school aged children in ECE and their psychosocial development. The
descriptive-correlative method was used in this research, with the cross sectional approach. This research was
conducted in Jatirahayu, Bekasi, with 130 pre-school aged children respondents. The result shows that 66.7% of them
who participated in ECE have good psychosocial development. The result of Chi Square shows that there is a
significant correlation between the participation of pre-school aged children in ECE and their psychosocial
development (p= 0.014, α= 0.05).

Keywords: ECE, early childhood education, pre-school, psychosocial development.

Pendahuluan Fase prasekolah merupakan salah satu tahap


perkembangan pada anak usia tiga sampai
Pertumbuhan dan perkembangan manusia
merupakan sesuatu yang dapat diprediksi. enam tahun (Wong, 2009). Tahap
perkembangan anak pada fase ini meliputi
Proses tersebut terjadi pada manusia dan
perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik
bersifat individual. Kesuksesan atau
kegagalan individu dalam menyelesaikan kasar dan halus), dan psikososial. Pada fase
ini perkembangan psikososial anak akan
suatu fase akan mempengaruhi kemampuan
melalui tahap antara inisiatif dan rasa bersalah
untuk menyelesaikan fase-fase berikutnya
(Erickson dalam Wong, 2009). Anak berusaha
(Potter & Perry, 2005).
mendapatkan perasaan inisiatif tanpa harus
merasa bersalah ketika harus melakukan

Perkembangan psikososial..., Achmad Damayanto, FIK UI, 2013.


sesuatu. Memperkenalkan anak dengan teman baik daripada anak prasekolah yang tidak
sebayanya dapat mengoptimalkan mengikuti Playgroup berdasarkan
perkembangan psikososial anak pada usia penelitiannya di Taman Kanak-kanak Dharma
prasekolah. Salah satu upaya yang dapat Wanita Desa Tambakmas Kecamatan
dilakukan adalah dengan memasukkan anak Sukomoro Kabupaten Magetan.
ke dalam kelompok bermain atau belajar. Perkembangan psikososial yang didefinisikan
Salah satu bentuk kelompok bermain dan sebagai faktor-faktor yang berkaitan dengan
belajar yang saat ini sedang dikembangkan lingkungan sosial atau interaksi dengan orang
dan menjadi program Kementerian lain yang dapat memberikan pengaruh
Pendidikan di Indonesia adalah Pendidikan terhadap perilaku individu (Djohan, 2006).
Anak Usia Dini (PAUD). PAUD merupakan Pada fase ini anak akan melalui
suatu upaya pembinaan yang ditujukan perkembangan dalam perubahan interaksi
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia dengan keluarga, konsep diri, permainan
enam tahun yang dilakukan melalui kelompok, dan membedakan gender.
pemberian rangsangan pendidikan untuk Perkembangan psikososial mempunyai
membantu pertumbuhan dan perkembangan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan
jasmani dan rohani agar anak memiliki pada tahap perkembangan selanjutnya. Oleh
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih karena itu anak dapat diberikan stimulus
lanjut (UU RI No. 20, 2003). PAUD melalui PAUD, sehingga anak tidak
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan mengalami keterlambatan dalam
dasar yang memiliki fungsi utama perkembangan psikososial.
mengembangkan semua aspek perkembangan Namun, sampai saat ini PAUD belum
anak, meliputi perkembangan kognitif, mendapat perhatian yang layak dari kalangan
bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial masyarakat, terutama kalangan orang tua.
dan emosional (Dirjen PAUD kemendiknas, Berdasarkan data Dirjen PAUD kemendiknas
2010). Hasil penelitian Apriana (2009) (2011), layanan PAUD baru menyentuh
menunjukkan bahwa anak yang mengikuti 53,70% atau sekitar 15,5 juta anak di
PAUD memiliki perkembangan kognitif yang Indonesia. Lebih lanjut lagi, sebesar 25,66%
lebih baik berdasarkan tes Intelligence anak mengikuti Taman Pendidikan Al-Quran
Quotient (kecerdasan intelektual/IQ) di (TPQ) yang sesungguhnya bukan merupakan
Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan layanan PAUD dan baru 28,04% atau 8,1 juta
Banyumanik, Semarang. Selain itu, Rudiati, anak Indonesia yang mendapat layanan
Sunarsih dan Arna (2012) juga menyatakan PAUD formal maupun informal. Hal ini
bahwa perkembangan psikososial anak berarti lebih dari 70% anak Indonesia yang
prasekolah yang mengikuti Playgroup lebih

Perkembangan psikososial..., Achmad Damayanto, FIK UI, 2013.


belum mengikuti pendidikan anak pada usia Metode Penelitian
dini. Bahkan tingkat partisipasi daerah Jawa Desain penelitian yang digunakan adalah
Barat hanya 39,84% (Dirjen PAUD deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
kemendiknas, 2011). Salah satunya di Kota sectional yang bertujuan untuk
Bekasi, Angka Partisipasi Kasar (APK) menggambarkan ada tidaknya hubungan antar
PAUD masih rendah, yaitu berada di angka variabel yang akan diteliti. Metode
41,84% atau sekitar 90.480 anak dengan usia pengambilan sampel dalam penelitian ini
dua sampai enam tahun. Sehingga masih adalah cluster sampling untuk menentukan
terdapat 59,16% atau 125.775 anak dengan RW mana saja yang akan menjadi sampel.
usia dua sampai enam tahun yang belum Selanjutnya, dilakukan quota sampling untuk
mendapatkan layanan PAUD. menentukan individu yang akan menjadi
Kelurahan Jatirahayu yang berada di Pondok sampel, yaitu peneliti mengambil subjek yang
Melati, Bekasi memiliki jumlah penduduk sesuai dengan kriteria inklusi sesuai kuota
anak yang tinggi, yaitu sekitar 7.799 (0-4 yang ditetapkan. Jumlah sampel dalam
tahun 3.706, 5-9 tahun 4.093) jiwa. penelitian ini adalah 30 orang orang tua yang
Berdasarkan observasi terhadap beberapa memiliki anak usia prasekolah. Alat
keluarga, peneliti menemukan bahwa terdapat pengumpul data dalam penelitian ini
keluarga yang tidak mengikutsertakan menggunakan kuesioner.
anaknya ke PAUD. Anak yang tidak ikut serta Kuesioner bagian I berisi tentang data
dalam PAUD terlihat kurang dapat demografi responden (usia orang tua,
bersosialisasi dengan teman sebaya. Terdapat pendidikanorang tua, pekerjaan orang tua, dan
pula anak yang memukul teman sebaya usia anak) dan variabel penelitian
karena memperebutkan mainan yang (keikutsertaan pada PAUD). Kuesioner
sebelumnya mereka mainkan bersama. Selain bagian II berisikan pertanyaan yang
itu, terdapat anak yang selalu ingin ditemani mengukur perkembangan psikososial anak
oleh orang tuanya, sehingga anak akan prasekolah yang peneliti modifikasi
menangis atau takut jika dibiarkan bermain berdasarkan Psychosocial Development of
sendiri dengan teman sebayanya. Sedangkan Karen Refugee Children (Tanaka, 2013) dan
saat melakukan observasi di PAUD, anak social skills scale of the preschool and
terlihat lebih berani dan dapat bersosialisasi kindergarden behavior scales (Merell, 2009)
dengan baik bersama teman-teman sebayanya. agar sesuai dengan kondisi penelitian.
Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk Kuesioner berisikan 26 pertanyaan terkait
melakukan penelitian terkait hubungan antara perkembangan psikososial anak. Telah
PAUD dengan perkembangan psikososial dilakukan uji reabilitas dan validitas terhadap
pada anak.

Perkembangan psikososial..., Achmad Damayanto, FIK UI, 2013.


kuesioner kepada 30 orang kemudian 4 tahun 39 30
5 tahun 43 33,1
dilakukan perbaikan. 6 tahun 23 17,7
Total 130 100%
Data demografi, keikutsertaan dalam PAUD Jenis Kelamin Anak
dan perkembangan psikososial anak akan Laki-laki 61 46,9
Perempuan 69 53,1
dianalisis menggunakan analisis univariat. Total 130 100%
Serta analisis bivariat untuk keikutsertaan
dalam PAUD dan perkembangan psikososial Tabel 3 Keikutsertaan responden dalam

anak. PAUD di Kelurahan Jatirahayu, Bekasi, 2013


(n=130)
Variabel n Prosentase
Hasil Penelitian (%)
Keikutsertaan PAUD
Tabel 1 Karateristik responden berdasarkan Ikut 70 53,8
Tidak ikut 60 46,2
usia orang tua, pendidikan orang tua, dan Total 130 100%
jenis pekerjaan orang tua di Kelurahan
Jatirahayu, Bekasi, 2013 (n=130) Tabel 4 Perkembangan psikososial anak
prasekolah di Kelurahan Jatirahayu, Bekasi,
Variabel n Prosentase
(%) 2013 (n=130)
Usia Orang Tua Variabel n Prosentase
20-29 29 22,3 (%)
30-39 81 62,3 Perkembangan psikososial
40-49 19 14,6 baik 72 55,4
50-59 1 0,8 kurang 58 44,6
Total 130 100% Total 130 100%
Pendidikan Orang Tua
SD 11 8,5
SMP 20 15,4 Tabel 5 Hubungan keikutsertaan anak dalam
SMA 68 52,3
Perguruan tinggi 31 23,8 PAUD dengan perkembangan psikososial
Total 130 100%
anak prasekolah di Kelurahan Jatirahayu,
Pekerjaan Orang Tua
Pegawai negeri 4 3,1 Bekasi, 2013 (n=130)
Pegawai swasta 31 23,8
Wiraswasta 25 19,2 Perkembangan psikososial
Ikut Total P
Baik Kurang OR
Ibu rumah tangga 70 53,8 PAUD
n % n % n %
value
Total 130 100% Ikut 44 66,7 22 33,3 66 100
Tidak ikut 28 43,7 36 56,3 64 100 0,389 0,014
Jumlah 72 55,4 58 44,6 130 100

Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan


usia dan jenis kelamin di Kelurahan
Jatirahayu, Bekasi, 2013 (n=130) Pembahasan

Variabel n Prosentase Responden penelitian yang terlibat dalam


(%)
Usia Anak penelitian ini adalah orang tua yang memiliki
3 tahun 25 19,2 anak dengan usia prasekolah (3-6 tahun) di

Perkembangan psikososial..., Achmad Damayanto, FIK UI, 2013.


Kelurahan Jatirahayu, Bekasi. Jumlah Pendidikan yang cukup membuat orang tua
responden yang ikut serta dalam penelitian ini dapat memberikan pola asuh yang sesuai
adalah sebanyak 130 orang. Karakteristik dengan perkembangan anak.
yang digali dalam penelitian ini adalah Karakteristik orang tua responden yang lain
karakteristik orang tua dan karakteristik anak. yaitu jenis pekerjaan orang tua. Hasil
Karakteristik orang tua meliputi usia, peneilitan menunjukkan bahwa 70 (53.8%)
pendidikan dan pekerjaan orang tua. Sedang orang tua memiliki pekerjaan sebagai ibu
karakteristik anak meliputi usia dan jenis rumah tangga. Pekerjaan sebagai ibu rumah
kelamin anak. tangga memberi banyak waktu pada orang
Hasil analisis menggambarkan bahwa usia tua, khususnya ibu untuk memberikan
orang tua responden berkisar antara 20-59 perhatian dan pendidikan pada anak. Hasil ini
tahun. Sebagian besar orang tua responden didukung oleh penelitian Utama (2012) yang
berusia antara 30-39 tahun (62.3%). Hal ini menyatakan bahwa alasan utama wanita
sesuai dengan himbauan Badan keluar dari pekerjaan adalah karena adanya
Kependudukan dan Keluarga Berencana suami dan anak. Wanita berusaha
Nasional (BKKBN), bahwa usia ideal untuk memberikan fokus utamanya terhadap
hamil berada direntang usia 20-30 tahun. pemenuhan kebutuhan dan kasih sayang
Sehingga pada usia 30-39 tahun anak akan kepada suami dan anak, sehingga perannya
memasuki usia prasekolah. sebagai ibu dirasa lebih penting daripada
pekerjaannya.
Berdasarkan hasil analisis terlihat pula bahwa
rata-rata orang tua responden berpendidikan Hasil analisis pada karakteristik anak
SMA (52.3%). Hasil ini juga sesuai dengan didapatkan hasil bahwa responden didominasi
peraturan pemerintah terkait pendidikan wajib oleh anak usia 5 tahun sejumlah 43 orang
belajar 9 tahun (Peraturan Pemerintah (33.1%). Hasil ini sesuai dengan teori yang
Republik Indonesia No. 47, 2008). dikemukakan Wong (2009), bahwa anak usia
Pendidikan rata-rata yang dimiliki orang tua prasekolah berada pada rentang usia 3-6
responden sudah lebih baik daripada tahun. Tingginya prosentase anak usia 5 tahun
peraturan pemerintah yang hanya mewajibkan di PAUD disebabkan oleh presepsi sebagian
pendidikan sampai jenjang SMP. Selain itu, orang tua yang merasa perlu memberikan
Utami (2008) juga mendukung penelitian ini pendidikan sebelum anaknya memasuki
melalui pernyataannya, bahwa semakin jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) di
tingginya pendidikan orang tua maka usia 7 tahun.
kesempatan anak prasekolah untuk mencapai Berdasarkan jenis kelamin, responden
perkembangan psikososial juga semakin baik. didominasi oleh perempuan, yaitu sejumlah

Perkembangan psikososial..., Achmad Damayanto, FIK UI, 2013.


69 orang (53.1%). Namun hasil ini bertolak enam tahun yang dilakukan melalui
belakang dengan data Badan Pusat Statistik pemberian rangsangan pendidikan untuk
RI (2011) bahwa jumlah laki-laki usia 0-9 membantu pertumbuhan dan perkembangan
tahun di Indonesia lebih besar daripada jasmani dan rohani agar anak memiliki
perempuan. Selain itu berdasarkan data kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
statistik yang didapatkan dari Kelurahan lanjut. Pemerintah secara eksplisit telah
Jatirahayu menunjukkan bahwa jumlah laki- menghimbau kepada masyarakat untuk
laki usia 0-9 tahun lebih besar daripada memberikan pendidikan kepada anak sejak
perempuan. usia dini, sehingga anak memiliki
kemampuan yang memadai untuk mengikuti
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendidikan lebih lanjut.
sebagian besar anak usia prasekolah di
Kelurahan Jatirahayu, Bekasi mengikuti Namun keikutsertaan anak dalam PAUD
PAUD yaitu 53,8% (n=130). Keikutsertaan masih terbilang rendah jika dibandingkan
dalam PAUD memang harus ditingkatkan dengan harapan keikutsertaan anak dalam
setiap tahunnya. Hal ini merujuk pada PAUD berdasarkan Kerangka Besar
pernyataan UNICEF (United Nations Pembangunan PAUD Indonesia Periode
International Children's Emergency Fund) 2011-2025, yaitu sebesar 67,4% anak
Indonesia (2012) terkait pentingnya terlayani oleh fasilitas PAUD pada tahun
pendidikan yang berkontribusi pada 2013. Bahkan sebanyak 3.298.428 (40,5%)
peningkatan kesejahteraan anak, penurunan anak usia 5-6 tahun di Indonesia telah
kemiskinan dan ketidaksetaraan. mengikuti pendidikan SD/MI (Data PDSP
Keikutsertaan anak dalam PAUD dapat dalam Dirjen PAUD Kemendiknas, 2011).
meningkatkan kesiapan anak untuk Terdapat beberapa faktor yang menurut
bersekolah di tingkat lanjut dan terbukti peneliti dapat menjadi pemicu rendahnya
sebagai sebuah strategi yang mampu keikutsertaan anak dalam PAUD, antara lain
meningkatkan pembangunan ekonomi dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang
sosial sebuah masyarakat. pentingnya PAUD, ketersediaan layanan
PAUD yang kurang mencukupi, dan faktor
Indonesia sendiri telah memiliki UU yang
ekonomi.
mengatur keberadaan PAUD. UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Ulfa (2012) dalam penelitiannya yang
Nasional dalam pasal 1, butir 14 dinyatakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pengetahuan orang tua tentang PAUD
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan terhadap keikutsertaan anak dalam PAUD di
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia Desa Kebonagung Kecamatan Kajen

Perkembangan psikososial..., Achmad Damayanto, FIK UI, 2013.


Kabupaten Pekalongan. Hasil penelitian melalui hubungan dengan teman sebaya,
menyatakan bahwa 42 responden yang harga diri, perilaku mengikuti aturan, aktivitas
berpengetahuan kurang, hampir seluruhnya kelompok, kemampuan sosial, kontrol diri
(97,6%) tidak mengikutsertakan anaknya pada dan emosi. Perkembangan anak dikatakan
pendidikan anak usia dini. Hal ini baik apabila anak mampu menyelesaikan
memperkuat pernyataan bahwa pengetahuan tugas perkembangannya (Erickson dalam
orang tua terkait PAUD sangat penting. Papalia, et. al., 2008).
Pengetahuan terkait pentingnya keikutsertaan
Pada penelitian ini didapatkan hasil p value =
anak dalam PAUD perlu ditingkatkan pada
0,014 maka dapat disimpulkan bahwa ada
orang tua, sehingga meningkatkan kesadaran
perbedaan proporsi perkembangan psikososial
mereka untuk memasukkan anaknya dalam
pada anak yang mengikuti PAUD dengan
PAUD.
anak yang tidak mengikuti PAUD (ada
Faktor lain yang dapat memicu rendahnya hubungan yang signifikan antara
keikutsertaan anak dalam PAUD adalah keikutsertaan anak dalam PAUD dengan
kurangnya fasilitas PAUD di masyarakat. perkembangan psikososial anak prasekolah)
Berdasarkan data Dirjen PAUD Kemendiknas
Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan
(2011) baru terdapat 237.176 lembaga PAUD
Tanaka (2013) dalam penelitiannya mengenai
di Indonesia. Jumlah tersebut tidak berimbang
penilaian perkembangan psikososial pada
jika melihat jumlah anak usia dini pada tahun
anak yang mengikuti taman kanak-kanak di
2009 telah mencapai angka 28.854.400 orang
Thailand. Hasil penelitian tersebut
anak.
menyatakan bahwa anak yang mengikuti
Hasil penelitian menunjukkan bahwa taman kanak-kanak dengan periode waktu
sebagian besar anak prasekolah di Kelurahan yang lama memiliki perkembangan
Jatirahayu, Bekasi memiliki perkembangan psikososial yang lebih baik dibandingkan
psikososial yang baik yaitu sebesar 55,4% anak yang mengikuti taman kanak-kanak
(n=130). Hal ini didukung oleh pernyataan dengan periode waktu dibawah satu tahun.
Newman (1991) mengenai perkembangan Bimbingan pendidik dan lebih seringnya
psikososial pada anak prasekolah, dimana interaksi dengan anak lain membuat anak
pada usia tersebut tugas perkembangan anak prasekolah lebih mudah meningkatkan
meliputi identifikasi jenis kelamin, perkembangan psikososialnya.
perkembangan awal moral, harga diri, dan
Penelitian lain yang mendukung dilakukan
kelompok bermain. Selain itu Tanaka (2013)
oleh Rudiati, Sunarsih, dan Arna (2009) di
juga menyatakan bahwa perkembangan
Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Desa
psikososial anak prasekolah dapat diukur

Perkembangan psikososial..., Achmad Damayanto, FIK UI, 2013.


Tambakmas Kecamatan Sukomoro dididik secara membaur (dengan gender yang
Kabupaten Magetan dengan jumlah sampel 30 berbeda) memiliki perkembangan psikososial
responden yang berusia 5-7 tahun. Hasil yang lebih baik dibandingkan dengan anak
penelitian tersebut menyatakan bahwa pada yang dididik dalam lingkungan gender yang
kelompok anak prasekolah yang mengikuti sama. Hal ini sesuai dengan pendidikan anak
TK melalui playgroup sebagian besar dalam PAUD, dimana anak belajar dan
mempunyai perkembangan psikososial bermain dalam sebuah kelompok yang
dengan kategori baik (60%). Sedangkan pada berisikan anak-anak yang berbeda gender.
kelompok anak prasekolah yang mengikuti Namun Trinataliswati, Kasiati, dan Retnowati
TK tanpa melalui playgroup sebagian besar (2010) dalam penelitiannya di Desa Sumber
mempunyai perkembangan psikososial Porong Lawang dengan tujuan mengetahui
dengan kategori cukup (50%). Sehingga dapat perbedaan kemampuan bersosialisasi pada
disimpulkan bahwa perkembangan psiososial anak prasekolah dengan riwayat PAUD dan
anak prasekolah yang mengikuti TK melalui tanpa PAUD menggunakan metode studi
playgroup lebih baik daripada tanpa perbandingan (comparative study)
playgroup. menemukan hasil yang berbeda. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa
Penelitian serupa yang mendukung juga
sebagian besar (64,3%) anak prasekolah
pernah dilakukan oleh Dewi (2010) di TK Sri
dengan riwayat PAUD memiliki kemampuan
Lestari, Dukuh Kupang Surabaya pada 30
bersosialisasi yang baik, sedangkan pada anak
anak prasekolah dengan tujuan untuk
prasekolah yang tidak memiliki riwayat
mengetahui perbedaan tingkat kematangan
PAUD didapatkan setengah (50%) dari
sosial anak prasekolah berdasarkan
jumlah anak memiliki kemampuan
keikutsertaanya dalam PAUD. Hasil
bersosialisasi yang cukup. Berdasarkan uji
penelitian tersebut menunjukkan adanya
analisa statistik mann-withney u test
perbedaan yang signifikan pada kematangan
didapatkan nilai taraf signifikasi 0,218 > 0,05
sosial antara anak yang ikut PAUD dengan
yang berarti tidak ada perbedaan kemampuan
anak yang tidak mengikuti PAUD, dimana
bersosialisasi anak prasekolah dengan riwayat
tingkat kematangan sosial anak yang
PAUD dan tanpa riwayat PAUD. Hasil yang
mengikuti PAUD lebih baik.
berbeda dapat terjadi karena beberapa hal,
Selain itu, Calder (2006) melakukan diantaranya desain penelitian yang berbeda,
penelitian mengenai pengaruh pendidikan populasi yang berbeda, atau terdapat faktor
pada sekelompok anak dengan gender yang lain yang mempengaruhi perkembangan
berbeda terhadap perkembangan psikososial. psikososial pada anak prasekolah.
Hasil penelitian menyatakan bahwa anak yang

Perkembangan psikososial..., Achmad Damayanto, FIK UI, 2013.


Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kelurahan Jatirahayu Bekasi. Hasil penelitian
Istiqomah dan Mukhoirotin (2012) mengenai menunjukkan bahwa dari total 130 anak,
pengaruh pola asuh orang tua terhadap sebanyak 70 anak telah mengikuti PAUD.
perkembangan kognitif dan perkembangan Sebagian besar responden memiliki
psikososial anak usia prasekolah di TK Plus perkembangan psikososial yang baik.
Mutiara Ilmu Pandaan Pasuruan menyatakan Kemudian, sebagian besar responden yang
bahwa, perbedaan kecepatan berkembang mengikuti PAUD memiliki perkembangan
anak dapat dipengaruhi oleh cinta dan kasih psikososial yang baik dibandingkan anak
dari orang tua atau pola asuh. Kemampuan yang tidak mengikuti PAUD.
orang tua memberikan pola asuh yang sesuai
akan mengoptimalkan perkembangan
Ucapan Terima Kasih
psikososial anak. Selain itu, teman sebaya
juga memberikan kontribusi terhadap 1. Ibu Dewi Irawati, MA., PhD. selaku dekan
perkembangan psikososial anak. Interaksi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
rutin dengan sekelompok orang akan Indonesia.
membawa anak untuk condong berkembang 2. Ibu Riri Maria, S.Kep., MANP. selaku
sesuai dengan dominasi perkembangan dosen pembimbing yang telah
kelompok. menyediakan waktu, tenaga, dan
Faktor lain yang turut berpengaruh dalam pikirannya guna untuk mendidik anak
perkembangan psikososial adalah didiknya.
bertambahnya usia anak. Salah satu hasil 3. Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed. selaku
penelitian yang ditemukan Tanaka (2012) koordinator mata ajar Skripsi & Kepala
yaitu bahwa skor skala perkembangan Program Studi S1 Keperawatan yang telah
psikososial meningkat dengan bertambahnya memberikan bimbingannya.
usia pada laki-laki dan perempuan. Sehingga
4. Seluruh jajaran pengurus Kelurahan
dapat dikatakan pola ini terjadi sesuai dengan
Jatirahayu, Bekasi yang telah mengizinkan
peningkatan perkembangan pada sektor yang
peneliti meneliti fenomena yang ada pada
lainnya.
anak prasekolah.

5. Keluarga, Saudara, dan Teman-teman


Kesimpulan Reguler 2009 FIK UI yang sudah
Berdasarkan hasil penelitian dapat membantu dan memberikan dukungan
disimpulkan bahwa keikutsertaan anak dalam kepada peneliti selama proses penelitian.
PAUD memiliki hubungan dengan
perkembangan psikososial anak prasekolah di

Perkembangan psikososial..., Achmad Damayanto, FIK UI, 2013.


Daftar Pustaka Merrell, K. W. (2009). Behavioral, Social, and
Emotional Assessment of Children and
Apriana, R. (2009). Hubungan Pendidikan Anak Adolesents (3th ed). New York: Routledge
Usia Dini (PAUD) dengan Perkembangan Taylor and Francis Group
Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Muzaqi. (2010). Penerapan Soft Skill Bagi
Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik, Tenaga Pendidik dalam Pembelajaran Anak
Semarang. Usia Dini. JPNF, 7, 31-38
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. (2010). Newman, B. M., & Newman, P. R. (1991).
Kewarganegaraan Penduduk Indonesia. Development Through Life: a Psychosocial
Berk, L. E. (2001). Development Through The Approuch (5th ed). California: Brooks/Cole
Lifespan (2nd ed). Boston: Allyn and Bacon Publishing
Burns, N. & Grove, S. K. (2009). The practice of Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian
nursing research. St.Louis : Saunders Elsevier. kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Calder, L. A. (2006). A Comparative Study of the Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldman, R.D.
Impact on Academic and Psychosocial (2008). Human development (Psikologi
Development of Eighth Grade Students perkembangan). Ed.9. (Terj: A.K.Anwar,
Involved in Single Gender Versus Co- (2008)). Jakarta: Kencana.
educational Classroom Setting. ProQuest Polit, D.F., Beck, C.T., & Hungler, B.P. (2001).
Journal Essentials of nursing research: Method,
Cross, T. L. (2001). Gifted children and erikson's appraisal, and utilization. 5th Ed. Philadelphia
theory of psychosocial development. Gifted : Lippincott.
Child Today, 24(1), 54. Potter, P.A., & Perry, A. G. (2005). Fundamental
Dahlan, M. S. (2010). Besar sampel dan cara Nursing : Concept, Proses, and Practice. Sixth
pengambilan sampel dalam penelitian edition. St.Louis: Mosby Year Book.
kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Penerbit Produk Perundang-undangan Republik Indonesia.
Salemba Medika http://www.setneg.go.id/
Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini index.php?option=com_perundangan&id=323
Kementrian Pendidikan Nasional. (2011). &task=detail&catid=1&Itemid=42&tahun=200
Kerangka Besar Pembangunan PAUD 3 yang di akses pada 24 September 2012 pukul
Indonesia Periode 2011-2025. 20.45
Djohan. (2006). Terapi Musik; Teori dan Aplikasi. Profil Direktorat PPAUD.
Yogyakarta: Penerbit Galangpress http://www.paud.kemdiknas.go.id/ yang di
akses pada 24 September 2012 pukul 20.30
Goleman, D. (1995). Emotional Intellegence: Why
It can Matter more than IQ. New York: Puspita, W. A. (2010). Pendidik Pendidikan Anak
Bantam Books Usia Dini (PAUD) sebagai Model Perilaku
Anak Usia Dini. JPNF, 7, 39-50
Gunarsa, S. D. (2008). Dasar dan Teori
Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Rahman, U. (2009). Karakteristik Perkembangan
Mulia Anak Usia Dini. Jurnal Lentera Pendidikan, 12,
1, 46-57
Hurlock, E. B. (2004). Psikologi perkembangan:
Suatu pendekatan sepanjang rentang Rudiati, Sunarsih, Arna, Y. D. (2009). Perbedaan
kehidupan (5th ed.). Yogyakarta: Erlangga. perkembangan psikososial prasekolah dengan
Ispa, J. M., Thornburg, K. R., & Gray, M. M.
PADU dari playgroup dan tanpa playgrup.
(1990). Relations between early childhood care
arrangements and college students' Jurnal Penelitian Politeknik Kesehatan, 7, 1,
psychosocial development and academic
43-4
performance. Adolescence, 25(99), 529-42.
Istiqomah, S. N. & Mukhoirotin. (2012). Santrock, J. W. (2008). Life span development
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan (12th ed.). Newyork: McGraw Hill.
Perkembangan Kognitif dan Psikososial Anak
Usia Prasekolah Di Tk Plus Mutiara Ilmu
Pandaan Pasuruan. Journal Eduhealth, 2, 1

Perkembangan psikososial..., Achmad Damayanto, FIK UI, 2013.


Sears, W. M. D. (2005). The Successful Child
(edisi terjemahan). Jakarta: PT. Kresna Prima
Persada.
Sutjiningsih, C. H. (2013). Perkembangan Anak
Sejak Pertumbuhan Sampai dengan Kanak-
Kanak Akhir. Jakarta: Prenada
Tanaka, A. (2013). Assessment of the
Psychosocial Development of Children
Attending Nursery Schools in Karen Refugee
Camps in Thailand. Springer Scince Journal
Trinataliswati, Kasiati, & Retnowati, L. (2010).
Perbedaan Kemampuan Bersosialisasi pada
Anak Prasekolah dengan Riwayat Paud dan
Tanpa Riwayat Paud di Desa Sumber Porong
Lawang. Jurnal Keperawatan, 1, 2.
Ulfa, M. (2012). Pengaruh Pengetahuan Ibu
tentang Paud terhadap Keikutsertaan Anak
Usia 2 – 3 Tahun pada Pendidikan Anak Usia
Dini Nonformal di Desa Kebonagung
Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan.
Karya Tulis Ilmiah. Pekalongan: Program
Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Unicef Indonesia. (2012). Ringkasan Kajian:
Pendidikan dan Perkembangan Anak Usia
Dini.
Utami, R. B. (2008). Pengaruh tingkat pendidikan
dan tipe pola asuh orang tua terhadap
perkembangan psikososial anak prasekolah di
Taman Kanak – kanak Aisyiyah II Nganjuk.
Tesis. Surakarta: Program Studi Kedokteran
Keluarga Program Pascasarjana, Universitas
Sebelas Maret.
Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D.,
Winkelstein, L. M., & Schwartz, P. (2009).
Buku ajar keperawatan pediatrik Wong (6th
ed.). (E. K. Yudha, D. Yulianti, N. B. Subekti,
E. Wahyuningsih, M. Ester, Penyunt., & N. J.
Agus Sutarna, Penerj.) Jakarta: EGC.

Perkembangan psikososial..., Achmad Damayanto, FIK UI, 2013.

Anda mungkin juga menyukai