Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN MAGANG MAHASISWA JURUSAN KESEHATAN

LINGKUNGAN
TAHUN 2017/2018

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI KEMENTERIAN


KESEHATAN RI
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan magang ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil kegiatan
magang mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jambi.

Jambi, November 2017

Pembimbing Lapangan Pembimbing Institusi


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmatNya lah laporan magang Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Jambi
Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Kesehatan
Lingkungan Tahun 2017 dapat diselesaikan dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan instansi
magang yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Dan tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan seluruh pihak yang telah
membantu menyelesaikan laporan ini. Tanpa dukungan dari berbagai pihak
mungkin laporan ini tidak bisa selesai tepat waktu.
Kami menyadari bahwa di dalam penyelesaian laporan ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dan memberi
dorongan kepada kami agar dilain waktu kami dapat membuat dan
menyempurnakan laporan berikutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua
pihak khususnya yang membutuhkan informasi tentang KKP. Atas perhatian dsn
kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Jambi, November 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
2 Sesuai dengan Visi PROGRAM Studi DIII Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan kemenkes Jambi yaitu “ Institusi Yang
Meghasilkan Tenaga Ahli Madya Kesehatan Lingkungan yang
berkualitas dan kompeten di Tingkat Nasional Tahun 2018’’, maka
salah satu misi kesehatan lingkungan adalah menyelenggarakan
pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan,
kemampuan mengembangkan IPTEK dan kompeten di bidang
Kesehatan Lingkungan dalam Pembangunan Daerah dan Nasional.
3 Upaya yang dilakukan untuk mencapai visi dan misi tersebut adalah
menyelenggarakan kegiatan magang. Kegiatan magang merupakan
suatu penerapan ilmu dan teknologi oleh mahasiswa dalam bidang
kesehatan lingkungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
danpeningkatan status kesehatan masyarakat Dalam prosesnya
mahasiswa diharapkan memahami mengenai pelaksanaan kegiatan
kesehatan lingkungan di lokasi magang,mampu mengenal masalah,
menentukan kualitas masalah, merumuskan alternatif terbaik dalam
pemecahan masalah lingkungan. Kemudian menyusun rencana
kegiatan sesuai dengan keahlian yang dimiliki, dengan memperhatikan
segala sumber daya yang ada di lokasi magang.
4 KKP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Tugas KKP yaitu Pengendalian kekarantinaan dan
surveilans epidemiologi, Pengendalian factor risiko lingkungan,
5 Pelaksanaan upaya kesehatan lintas wilayah. Salah satu peran Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) Jambi sebagai pusat pelayanan sanitasi
pelabuhan merupakan ujung tombak dalam pemecahan masalah
kesehatan khususnya kesehatan lingkungan di pelabuhan, maka peran
KKP sangat besar dan tinggi. Besarnya tanggung jawab dan peran
KKP menjadikan KKP sebagai sarana pengembangan kemampuan
dan sumber pengalaman bagi tenaga kesehatan. Oleh karena itu
diperlukan pengalaman bagi mahasiswa Program Studi DIII Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jambi di KKP dalam bentuk kegiatan
magang.

2.1 TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku
kuliah dan diterapka melalui magang kkp
B. Tujuan Khusus
Dalam proses belajar mengajar melalui magang kkp ini, diharapkan
mahasiswa mampu :
1. Melakukan penangkapan nyamuk dan identifikasi nyamuk
2. Mengetahui pengendalian lalat
3. Mengetahui cara penangkapan tikus
4. Melakukan pemeriksaan TPM
5. Melakukan perhitungan kebisingan dan partikulat debu
6. Mengetahui cara penggunaan fogging
7. Melakukan pemeriksaan sanitasi kapal
8. mengetahui cara identifikasi nyamuk dan jentik
9. Menyusun dan menyajikan laporan

1.4 Ruang lingkup


Laporan ini menggambarkan tentang Melakukan penangkapan,
nyamuk dan identifikasi nyamuk,Mengetahui pengendalian lalat,
Mengetahui cara penangkapan tikus,Melakukan pemeriksaan TPM,
Melakukan perhitungan kebisingan dan partikulat debu, Mengetahui cara
penggunaan fogging, Melakukan pemeriksaan sanitasi kapal, mengetahui
cara identifikasi nyamuk dan jentik, Menyusun dan menyajikan laporan di
Kantor Kesehatan Pelabukan Kelas III Jambi
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Klasifikasi tikus
A. Klasisifikasi Tikus :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Bandicota

Ordo Rodentia merupakan ordo dari kelas Mammalia yang terbesar karena
memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu 2.000 spesies (40 %) dari 5.000
spesies untuk seluruh kelas Mammalia. Dari 2.000 spesies Rodentia, hanya
kurang lebih 150 spesies tikus yang ada di Indonesia dan hanya 8 spesies yang
paling berperan sebagai host (vektor) dari agent patogen terhadap manusia dan
hama pertanian.  Delapan spesies tersebut yaitu Rattus norvegicus (tikus
riol/got/selokan/kota), Rattus-rattus diardii (tikus rumah/atap), Mus musculus
(mencit rumah), Rattus exulans (tikus ladang), Bandicota indica (tikus wirok),
Rattus tiomanicus (tikus pohon), Rattus argentiventer (tikus sawah), Mus
caroli (mencit ladang)

Rattus norvegicus, Rattus rattus dan Mus musculus mempunyai distribusi


geografi yg menyebar diseluruh dunia sehingga disebut sebagai hewan
kosmopolit. Sisanya hanya sekitar Asia dan Asia Tenggara saja. Tikus wirok,
tikus riul, tikus sawah dan mencit ladang termasuk hewan terestrial yang
dicirikan dengan ekor relatif pendek terhadap kepala dan badan serta tonjolan
pada telapak kaki yang relatif kecil dan halus. Tikus pohon, tikus rumah (atap),
tikus ladang dan mencit rumah termsuk hewan arboreal yang dicirikan dengan
ekor yang panjang serta tonjolan pada telapak kaki yang besar dan kasar. Salah
satu ciri terpenting dari Ordo Rodentia (hewan pengerat) adalah
kemampuannya untuk mengerat benda-benda yang keras. Maksud mengerat
untuk mengurangi pertumbuhan gigi serinya terus menerus. Pertumbuhan gigi
seri yang terus menerus disebabkan oleh tidak adanya penyempitan pada
bagian pangkalnya sehingga terdapat celah yang disebut diastema. Diastema
berfungsi untuk membuang kotoran yg ikut terbawa dengan pakannya masuk
kedalam mulut. Rodentia tidak mempunyai gigi taring, sehingga ada celah
antara geraham dan gigi seri (diastema).

B. Penyakit-Penyakit Yang Tergolong Rodent Borne Diseases, Adalah :


a. Penyakit Pes (Plague)
Di dalam siklus penyakit ini tikus berperan sebagai “host”. Epizootic
umumnya terjadi pada Rattus rattus diardii (Politzer, 1954). Apabila tikus
banyak yang mati, pinjal yang dalam hidupnya memerlukan darah kemudian
pindah ke manusia. Bila pinjal-pinjal tersebut mengandung baksil per yaitu
Yersinia (Pasteurella) pestis, (Goldenberg, 1968), maka bisa menular kepada
manusia. Pes ini pada manusia disebut pes bubo ”bubonic plague” dan
disamping itu ada pula yang disebut pes paru-paru ”pneumonic plague atau
lung plague” dan pes septichaemia – ”septichaemic plague” (Baltazard et.al.,
1956). Bila pes bubo ini dibiarkan saja (tidak diobati), bisa menjalar ke paru-
paru, timbullah pes paru-paru skunder (secondary lung plague) yang sangat
ditakuti, karena bisa menular melalui udara. Pes inilah yang biasanya
menyebabkan epidemi dan menimbulkan banyak korban. Pada keadaan yang
luar biasa dimana baksil pes telah meracuni seluruh pembuluh darah, bisa
menyebabkan pes septichaemi. Penderita bisa meninggal secara tiba-tiba dalam
keadaan yang sangat mengerikan. Mungkin inilah yang menyebabkan kenapa
penyakit pes zaman dahulu disebut ”penyakit setan atau black death”. Sebelum
penyakit pes tersebut pindah ke manusia melalui perantaraan pinjal tikus
(Xenophsylla spp, Nosopsyllus fasciatus, dan pinjal tikus lainnya) dari
”host”nya yang terkenal (di Indonesia) yaitu R.r diardi. Di dalam tubuh tikus
penyakit pes tersebut dapat bersiklus secara abadi pada tubuh beberapa jenis
binatang lainnya (”rodent”) (Kartman dan Prince, 1956; Quan, et.al., 1954).
Jenis-jenis binatang pengerat ini tidak semuanya akan mati bila kena
penyakit pes. Binatang tersebut berfungsi sebagai pembawa (”carrier atau
vehicle”) baksil pes. Di Indonesia R. exulans telah diketahui sebagai pembawa
penyakit pes di daerah Boyolali (Tumer, et.al., 1974), sedangkan di Amerika
dikenal jenis-jenis lainnya yaitu : Citellus variegates dan C beechevi (Stark,
et.al., 1967). Hal inilah antara lain yang menyebabkan mengapa bidang
kesehatan banyak menaruh perhatian kepada binatang mengerat dan melakukan
penelitian-penelitian.
Penyakit pes yang abadi pada berjenis-jenis binatang pengerat di alam
terbuka yang umumnya jauh dari kehidupan manusia disebut “sylvatic plague”
atau “campestral plague” (Politzer, 1954). Tempat-tempat di alam dimana
binatang mengerat selalu mengandung bibit penyakit disebut “foci” (jamak)
atau ”focus” (tunggal). Mengetahui sumber dan pergerakan penyakit-penyakit
tersebut ke manusia sangat menarik bagi para “epidemiologist” sedangkan
mengetahui jenis-jenis binatang yang terlibat beserta situasi habitatnya sangat
menarik bagi para “mammalogist” dan “animal ecologist”. Pekerjaan untuk
mengetahui dimana ada foci tersebut disebut “foci detection” dan data yang
diperoleh sangat berguna untuk melakukan program pemberantasan penyakit
pes. Inilah salah satu kegunaan dari binatang pengerat tersebut, disamping
sebagai binatang percobaan di laboratorium juga digunakan dalam evaluasi
kegiatan di lapangan (melakukan pooling test).
b. Leptospirosis
Penyakit ini di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda banyak
menimpa pekerja-pekerja pada tempat-tempat penggalian tanah, terutama
tanah-tanah yang lembab ataupun yang berair, seperti misalnya got-got dan
tambang-tambang. Pada saat itu tikus yang menularkan penyakit ini adalah R.
novergicus. Terakhir penyakit ini memperlihatkan dirinya kembali di
kecamatan Kayu Agung, kabupaten Ogan Komering Ilir, sekitar tahun 1970.
Dengan adanya sistem adanya ”trapping” yang meluas ditemukan banyak R.
exulans yang terjangkit Leptospirosis. Di Malaysia ”host”nya yang terkenal
adalah R. novergicus dan R. argentiventer (Harrison, 1962). Leptospira
berkembang biak pada ginjal tikus. Kemidian Leptospira ini dikeluarkan
melalui urine dan akan tetap hidup untuk beberapa waktu lamanya di tanah
yang lembab/basah ataupun di air. Penularan kepada manusia terjadi melalui
selaput lendir atau luka di kulit. Pada dewasa ini penyakit tersebut sudah tidak
begitu kelihatan lagi namun diduga penyakit tersebut masih berkembang biak
terus di hutan diantara rodentia liar.
c. Scrub typhus
Seperti halnya pada penyakit pes, ” scrub typhus” tidak hanya melibatkan
tikus. Penyakit ini disebabkan oleh Rickettsia yang hidup pada salah satu
vektor (”mite”) yang bernama Trombicula akamushi atau T. deliensis
(Harrison, 1962). Di Malaysia sudah diketahui bahwa vektor penyakit ini hidup
pada R. Argentiventer sedangkan di Singapura yang biasa dikenal sebagai
”host” adalah R.r diardi. Kedua jenis Trombicula ini pada stadium dewasa
hidup bebas di tanah, tetapi stadium larvanya hidup dari darah tikus.
Bila seekor Trombicula mengidap Rickettsia, maka panyakit ini akan
berkembang biak dan terbawa pada telur dan anak-anaknya. Larva yang baru
diteteskan dalam keadaan lapar dapat mencari host baru, mungkin saja
larvanya yang membawa Rickettsia ini mengisap darah manusia kerena tidak
menemukan tikus. Pada waktu itu Rickettsia ditularkan pada manusia yang
akhirnya menderita penyakit Scrub typhus
d. Murine typhus
Penyebab penyakit ini adalah Rickettsia mooseri, (Mackie, et. Al., 1946).
Penyakit ini sangat dekat hubungannya dengan penyakit Pes hingga mungkin
sekali infeksinya terjadi secara bersamaan, karena mempunyai vektor dan host
yang sama terkenalnya yaitu X. Cheopis dan R. r diardii (Harrison, 1962).
e. Rat bite fever
Penyakit ini adalah sejenis demam yang disebabkan oleh Spirillium minus
yang masuk melalui gigitan tikus, (Mickie, et.al., 1946). Penyakit ini walaupun
dinyatakan ada di Indonesia, tetapi belum banyak diketahui dan diperhatikan.
C.Makanan Tikus
Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang banyak,
baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-
bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain.
Seekor tikus dapat merusak 283 bibit padi per hariatau 103 batang padi bunting
per hari. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi
kayu. Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah serangga dan hewan-
hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk
pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan
makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan
seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari
kandungan air dan gizi dalam makanannya.Tikus merupakan hewan yang aktif
pada maam hari sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada
malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga
terhadap benda-benda yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang
demikian, maka makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa
ditemui. Dia akan mencicipi dulu makanan yang baru ditemuinya.
Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia
dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan
yang digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang
digunakan adalah benda-benda alami yamg banyak terdapat di alam. Dan bila
makanan yang dimakan tersebut membuat keracunan dengan cepat maka dia akan
mengeluarkan suara kesakitan dan tanda bahaya kepada teman-temannya. Maka
dari itu untuk penggunaan pestida kimia sebaiknya digunakan pestisida yang
membunuh secara perlahan, dimana tikus tersebut akan mati dalam beberapa hari,
sehingga tikus tersebut tidak merasa kapok dan tidak akan tahu kalau makanan
yang dimakannya ternyata beracun.
Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan
yang sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus
akan merasa aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus
membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda
di sekitar jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang
dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
D. Indera Pada Tikus
-   Indera Penglihatan Tikus
Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata tikus
mempunyai pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta
warna, artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih.
Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam.
Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi
yang merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam
merupakan warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam
melihat benda-benda yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter.

-     Indera Penciuman Tikus

Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau


makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi
untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari
sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya.

- Indera Pendengaran Tikus

Pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan


frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara
yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara, yaitu :

   Suara-suara pada saat akan melakukan perkawina


     Suara-suara menandakan adanya bahaya
  Suara-suara pada saat menemukan makanan
   Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan
E. Sarang Tikus
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama
untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam
keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun
pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai
minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-
daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok;
semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang dib Sarang
tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak dan
kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan makanan.
F. Perkembangbiakan
Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam
arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat,
kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4
– 12 ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di
lapangan. Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap
kawin lagi.
G. Tanda-tanda Keberadaan Tikus
Untuk mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan mencegah
kemungkinan bahaya dari makanan yang tercemar oleh tikus adalah sebagai
berikut:

- Droping

Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat/ruangan yang diperiksa.


Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas, tanpa disertai bau
yang mencolok, tinja tikus yang masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih
lembut (agak lunak), makin lama maka tinja akan semakin keras.

- Run ways

Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat disebut
run ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama, bila melalui
lubang diantara eternit rumah, maka jalan yang dilaluinya lambat laun menjadi
hitam.

-   Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus dalam
aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat jalan
misalnya lubang dinding.

- Borrow

Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus seperti
dinding, lantai, perabotan dan lain-lain.

-    Bau

Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau urinnya.

-       Tikus hidup

Tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar.


Ditemukannya Bangkai tikus baru atau lama di tempat yang diamati.

2. Menghitung Kepadatan Lalat

A. Pengertian Lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera,
yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat
mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat dijumpai merata
hampir diseluruh permukaan bumi. Diperkirakan diseluruh dunia terdapat lebih
kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat terdapat di Indonesia. Jenis
lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca
domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan
lalat latrine (Fannia canicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan
dalam masalah kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit
saluran pencernaan.
Fly Grill adalah alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat,
membutuhkan waktu permenit atau perdetik. Buat warna putih pembuangan
sampah atau pembuangan air 3-5 pengamanan pengembangan( < 50 Padat)
(>20 sangat Padat.) pengendalian = (Lem, Lilin,kipas Air). Pengendalian alat
kimia : brinting atau penyemprotan.
B.Jenis-jenis lalat
Jenis-jenis lalat antara lain :
a. Lalat rumah (Musca domestica)
Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah.
Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit
disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan
lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan
jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Dalam waktu
4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai
bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm.
Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur Seekor lalat biasanya diletakkkan
dalam retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak
terkena sinar matahari. Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu
12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium
sambil memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu
berubah menjadi pupa.
Larva-larva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-
350C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat
yang lebih dingin dan lebih kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang,
dan berwarna. merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium
yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga
3 hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa
keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-
jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi
dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat
dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu
4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus
hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan. Lalat rumah bisa
membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang lembab dan
hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium pembiakan yang
disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang
disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang
terdapat dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga
mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium pembiakan yang
paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti sempurna bisa
menjadi medium pembiakan lalat rumah.
Disamping itu sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung
zat-zat organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat
rumah bisa terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam.
Sebagian terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat
pembiakannya, tetapi beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup
2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka
paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Mereka
melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan
berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang
ternak dan gudang-gudang.
a. Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans)
Menurut Sucipto (2011) bahwa, lalat kandang:
1. Lalat ini bentuknya menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur
mulutnya yang berfungsi menusuk dan menghisap darah.
2. Lalat ini merupakan penghisap darah ternak yang dapat menurunkan
produksi susu. Kadang-kadang menyerang manusia dengan menggigit pada
daerah lutut atau kaki bagian bawah.
3. Lalat kandang dewasa berukuran panjang 5-7 mm, mempunyai bagian
mulut (proboscis) meruncing untuk menusuk dan menghisap darah.
4. Bagian toraksnya terdapat garis gelap yang diantaranya berwarna terang
5. Sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung tidak tajam ke arah kosta
mendekati vena 3.
6. Antenanya terdiri atas tiga ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk
silinder dan dilengkapi dengan arista yang memiliki bulu hanya pada bagian
atas.Siklus hidup dari lalat kandang juga hampir sama dengan siklus hidup
lalat pada umumnya. Yang membedakannya yakni pada lama
berlangsungnya siklus, jarak terbang, serta ada siklus pradewasa (pupa).
Dan cenderung menghisap darah. Tahap larva berlangsung selama 1-3
minggu, kemudian menjadi pupa dan akan muncul stadium pradewasa
setelah satu minggu atau lebih, dan siklus hidup berkisar 3-5 minggu pada
kondisi optimal. Saat dewasa lalat ini menghisap darah hewan dan
cenderung tetap di luar rumah di tempat yang terpapar sinar matahari serta
termasuk penerbang yang kuat dan bisa melakukan perjalanan jauh dari
tempat perindukan.
c.Lalat Hijau (Phenisial)
Menurut Sucipto (2011) bahwa Lalat hijau termasuk kedalam family
Calliphoridae serta terdiri atas banyak jenis, umumnya berukuran dari sedang
sampai besar dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Warna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau abdomen gelap.
2. Lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang
berasal dari hewan dan jarang berkembang biak di tempat kering atau
bahan buah-buahan.
3. Jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah besar.
4. Lalat ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris lumbriocoides,
Trichuris trichiura dan cacing kait pada bagian tubuh luarnya dan pada
lambung lalat.
d. Lalat Daging (Sarchopaga)
Menurut Sucipto (2011) bahwa Lalat daging termasuk dalam family
Sarcophagidae dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm
panjangnya.
2. Lalat ini mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal toraks, dan perutnya
mempunyai corak seperti papan catur.
3. Bersifat viviparous dan mengeluarkan larva hidup pada tempat
perkembangbiakannya seperti daging, bangkai, kotoran dan sayuran yang sedang
membusuk.
4. Siklus hidup lalat ini berlangsung 2-4 hari. Lambungnya mengandung telur
cacing Ascaris lumbricoidesdan cacing cambuk.
a. Lalat Kecil (Fannia)
Lalat Fannia canicularis dan Fannia scalaris dikenal dengan nama Litte house
flies. Lalat ini berkembang biak di tempat kotoran basah hewan piara, orang atau
unggas, atau buah-buahan yang sedang membusuk. Lalat ini lebih menyukai
keadaan sejuk dan lebih lembab dibandingkan jenis-jenis Musca. Lalat ini juga
menghabiskan waktunya lebih banyak di dalam hunian manusia, dan tempat
jantan berkeliling di sekitar lampu-lampu yang menggantung (Sucipto,
2011).Pada umumnya segala jenis atau spesies lalat memiliki kecenderungan pola
hidup dan siklus hidup yang hampir sama. Namun pada keadaan-keadaan tertentu
dan tempat-tempat tertentu ada lalat yang mampu bertahan kuat dibandingkan
dengan lalat-lalat yang lainnya. Tapi hal ini tidak mempungkiri bahwa spesies-
spesies lalat yang telah disebutkan diatas merupakan vektor pembawa penyakit
dan merupakan hewan pengganggu yang harus dikendalikan sehingga perlu
diketahui siklus dan pola hidupnya agar mudah untuk dikendalikan.
C.Siklus Hidup Lalat
Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur,
larva, pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna
putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan
menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam .Pada suhu
rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C). Telur yang menetas
akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari
phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang
dingin guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah menjadi kepompong
yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak.
Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C.
Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900
meter, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat
dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak
gelap hitam dipunggungnya.
Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal
lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada
umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa
sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi
sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.

D. Tempat Perindukan Lalat


Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah basah,
kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara
kumulatif (dikandang).
1. Kotoran Hewan
Tempat perindukan lalat rumah yang paling utama adalah pada
kotoran hewan yang lembab dan masih baru (normal nya lebih kurang
satu minggu).
2. Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan
3. Disamping lalat suka hinggap juga berkembang baik pada sampah, sisa
makanan, buahbuahan yang ada didalam rumah maupun dipasar.
4. Kotoran Organik
Kotoran organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia. Sampah
dan makanan ikan adalah merupakan tempat yang cocok untuk
berkembang biaknya lalat.
5. Air Kotor
Lalat Rumah berkembang biak pada pemukaan air kotor yang terbuka.
E. Pola Penyebaran Lalat
1. Pola Distribusi
Musca domestica dan Chrysomya megachepala adalah lalat yang tersebar
secara kosmopolitan dan bersifat sinantropik yang artinya lalat ini mempunyai
hubungan ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena zat-zat makanan
yang dibutuhkan lalat sebagian besar ada pada makanan manusia.
Lalat lebih aktif pada tempat yang terlindung dari cahaya daripada tempat yang
langsung terkena cahaya matahari. Penyebaran yang luas dari kedua jenis lalat
ini dimungkinkan karena daya adaptasinya yang tinggi. Kepadatan lalat di
suatu daerah, sangat dipengaruhi oleh: tempat perindukan, cahaya matahari,
temperatur dan kelembaban. Kepadatan lalat akan tinggi jika temperatur antara
20-25 C. Populasi menurun apabila temperatur > 450C dan < 100C. Pada
temperatur yang sangat rendah, lalat tetap hidup dalam kondisi dorman pada
stadium dewasa atau pupa. Kebiasaan & distribusi lalat pada Siang hari akan
berada di sekitar tempat makan & tempat perindukan di mana juga terjadi
perkawinan & istirahat. Penyebaran dipengaruhi oleh reaksinya terhadap
cahaya, temperatur, kelembaban, textur dan warna permukaan yang disenangi
untuk istirahat. Aktivitas lalat: bertelur, berkawin, makan dan terbang, terhenti
pada temperature di bawah 15oC. Lalat umumnya aktif pada kelembaban udara
yang rendah. Pada temperatur di atas 20oC lalat akan berada di luar rumah, di
tempat yang ternaung dekat dengan udara bebas. Pada waktu tidak makan lalat
akan istirahat pada permukaan horisontal atau pada kabel yang membentang
atau tempat-tempat yang vertikal dan pada atap di dalam rumah khususnya
malam hari.
2.Ketahanan Hidup
Tergantung pada musim dan temperatur: Lalat dewasa hidup 2-4 minggu
pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin yaitu bisa mencapai 3
bulan, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu
450C. Lalat melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa,
dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti
kandang ternak dan gudang-gudang. Pada stadium telur biasanya tidak tahan
terhadap suhu yang ekstrim dan akan mati bila berada dibawah 50C dan di
atas 400C. Lamanya tahap instar larva sangat tergantung pada suhu dan
kelembaban lingkungan.Pada suhu -20C larva dapat bertahan beberapa hari ,
di bawah suhu 100C larva tidak dapat berkembang menjadi pupa.
F. Ekologi Tentang Lalat
Dengan memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan lalat
sebagai karier penyakit dan dapat pula membantu kita dalam perencanaan
pengawasan. Lalat dewasa aktif pada siang hari dan selalu berkelompok. Pada
malam hari biasanya istirahat walaupun mereka dapat beradaptasi dengan
cahaya lampu yang lebih terang.
1) Tempat peristirahatan
Pada Waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang
membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk
mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi
beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumputrumput dan tempat yang
sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan
tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik.
Didalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat
listik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada
ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter
2) Fluktuasi Jumlah lalat
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai
cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya
sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhya pada temperatur
dan kelembaban jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperatur
20 º C – 25 º C dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10 º C
atau > 49 º C serta kelembaban yang optimum 90 %.
G. Teknik Pengendalian dan Pemberantasan Lalat
1) Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal
yang sangat penting dalam usaha menganggulangi berkembangnya
populasi lalat baik dalam lingkungan peternakan maupun pemukiman.
Selain murah dan sederhana juga efektif serta tidak menimbulkan efek-
efek samping yang membahayakan lingkungan (Sitanggang, 2001).
a. Mengurangi atau menghilangkan tempat perndukan lalat.
b. Kandang ternak
c. Kandang harus dapat dibersihkan
d. Lantai kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap hari
e. Terdapat saluran air limbah yang baik (HAKLI, 2009).
2) Kandang ayam dan burung
a. Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya
terkumpul disangkar, kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup
agar kandang tetap kering
b. Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara
interval (disarankan setiap hari) dibersihkan (DEPKES, 1992).
3) Timbunan kotoran ternak
Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke permukaan tanah pada
temperatur tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat. Sebagai upaya
pengendalian, kotoran sebaiknya diletakkan pada permukaan yang
keras/semen yang dikelilingi selokan agar lalat dan pupa tidak bermigrasi
ke tanah sekelilingnya. Pola penumpukan kotoran sacara menggunung
dapat dilakukan untuk mengurangi luas permukaan. Tumpukan kotoran
sebaiknya ditutupi plastik untuk mencegah lalat meletakkan telurnya dan
dapat membunuh larva karena panas yang diproduksi oleh tumpukan
kotoranakibat proses fermentasi (HAKLI, 2009).
4. Kotoran Manusia
Jamban yang memenuhi syarat kesehatan sangat diperlukan guna
mencegah perkembangbiakan lalat pada tempat-tempat pembuangan faces.
Jamban setidaknya menggunakan model leher angsa dan berseptic tank.
Selain itu, pada pipa ventilasi perlu dipasang kawat kasa guna mencegah
lalat masuk dan berkembang biak di dalam septic tank (HAKLI, 2009).
Daerah-daerah pengungsian merupakan daerah yang sangat potensial
untuk tempat perindukan lalat. Hal ini dikarenakan secara umum pada
daerah tersebut jarang sekali ditemukan jamban-jamban yang memenuhi
syarat kesehatan, bahkan banyak diantaranya yang hanya menggunakan
lahan terbuka sebagai jamban. Sebaiknya, bila fasilitas jamban tidak
ada/tidak sesuai, masyarakat pengungsi dapat melakukan buang air besar
pada jarak ± 500 meter dengan arah angin yang tidak mengarah ke dekat
tempat perindukan atau timbunan makanan dan 30 meter dari sumber air
bersih dengan membuat lubang dan menutupnya secara berlapis agar tidak
menimbulkan bau yang dapat merangsang lalat unutk datang dan
berkembang biak (DEPKES, 1992).
5) Sampah basah dan sampah organic
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola
dengan baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem
pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah tidak ada, sampah
dapat dibakar atau dibuang ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap
minggu sampah yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan
tanah. Dalam cuaca panas, larva lalat ditempat sampah dapat menjadi pupa
hanya dalam waktu 3 –4 hari (DEPKES, 1992).
Membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong sampah
merupakan hal yang penting karena lalat masih dapat berkembang biak pada
tempat tersebut. Pembuangan sampah akhir pada TPA yang terbuka perlu
dilakukan dengan pemadatan sampah terlebih dahulu dan ditutup setiap hari
dengan tanah setebal 15 – 30 cm. Hal ini bertujuan untuk penghilangan
tempat perkembang biakan lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah
adalah harus berjarak beberapa kilometer dari rumah penduduk(DEPKES,
1992).

3. Pemeriksaan Hygiene Sanitasi Makanan (TPM) di Rumah Makan


A. Pengertian Rumah Makan
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/MENKES/SK/Vll/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah
makan dan restoran pada pasal (1) terdapat pengertian rumah makan dan
restoran. Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang
lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di
tempat usahanya.
Kebersihan di Rumah makan sangat penting, mengingat salah satu fungsi
dari rumah makan yaitu sebagai tempat menjual makanan dan dihidangkan
kepada pembeli. Sebagaimana tempat umum lainnya, rumah makan perlu
mendapat pengawasan khusus mengenai keadaan sanitasinya. Bila tidak
maka akan menimbulkan hal – hal yang tidak diinginkan seperti timbulnya
penyakit menular
B. Tujuan Sanitasi Rumah Makanan
Adapun tujuan dari sanitasi rumah makan adalah :
1. Agar makanan dan minuman yang dihasilkan restoran dan rumah makan dalam
keadaan bersih dan aman dikonsumsi
2. Mencegah terjadinya gangguan penyakit dan keracunan yang ditimbulkan atau
disebabkan oleh pengotoran makanan dan minuman selama proses pengolahan
dan penyajian
3. Meningkatkan hygiene perseorangan penjamah makanan dan perilaku sehat
penjamah makanan

C. Persyaratan Sanitasi Rumah Makan/Restoran


1. Lokasi
Rumah makan tidak berada pada arah angin dan pada jarak kurang
dari 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau dan cemaran lain.
2. Bangunan
Harus terpisah dengan tempat tinggal termasuk tempat tidur,
kokoh/kuat/permanen, rapat serangga dan tikus.
3. Pembagian Ruang
Terdiri dari dapur dan ruang makan, ada toilet, ada gudang bahan
makanan, ada ruang karyawan, ada ruang administrasi, dan ada gudang
peralatan.
4. Lantai
Harus bersih, kedap air, tidak licin, rata, kering, konus ( tidak
membentuk sudut mati)
5. Dinding
Harus kedap air, rata, bersih
6. Ventilasi
Tersedia dan berfungsi baik, menghilangkan bau tak enak, cukup
menjamin rasa nyaman
7. Pencahayaan / Penerangan
Tersebar merata disetiap ruangan, intensitas cahaya 10 fc, tidak
menyilaukan.
8. Atap
Tidak menjadi sarang tikus dan serangga, tidak bocor, cukup
landai.
9. Langit-langit
Tinggi minimal 2,4 meter, rata dan bersih, tidak terdapat lubang-
lubang
10. Pintu
Rapat serangga dan tikus, menutup dengan baik dan membuka arah
luar, terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.
11. Tempat pencuci bahan makanan
Tersedia air pencuci yang cukup, terbuat dari bahan yang kuat,
aman dan halus, air pencuci yang dipakai mengandung larutan cuci hama
12. Locker karyawan
Tersedia locker karyawan dari bahan yang kuat, mudah
dibersihkan, dan mempunyai tutup rapar, jumlahnya cukup, letak locker
dalam ruang tersendiri, locker untuk karyawan pria dan wanita terpisah.
13. Peralatan pencegah masuknya serangga dan tikus
Setiap lubang ventilasi dipasang kawat kassa serangga, dipasang
terali tikus, persilangan pipa dan dinding ditutup rapat, tempat tandon air
mempunyai tutup dan bebas jentik nyamuk.
14. Dapur
Bersih,ada fasilitas penyimpanan makanan, tersedia penyimpanan
makanan panas, ukuran dapur cukup memadai, ada cukup dan cerobong
asap, terpasang tulisan pesan-pesan hygiene bagi penjamah/karyawan.
15. Ruang makan
Perlengkapan ruang makan selalu bersih,ukuran ruang makan
minimal 0,85 m2 perkursi tamu, pintu masuk buka tutup otomatis,
tersedia fasilitas cuci tangan yang memenuhi estetika, tempat peragaan
makanan jadi tertutup.
16. Gudang makanan
Tidak terdapat bahan lain selain bahan makanan, tersedia rak-rak
penempatan bahan makanan sesuai dengan ketentuan, kapasitas gudang
cukup memadai, rapat serangga dan tikus.
17. Bahan makanan
Kondisi fisik baik, angka kuman dan bahan kimia makanan
memenuhi persyaratan yang ditentukan, bahan makanan berasal dari
sumber resmi, bahan makanan kemasan terdaftar pada Depkes. RI
18. Makanan jadi
Kondisi fisik makanan jadi baik, angka kuman dan bahan kimia
makanan memenuhi persyaratan yang ditentukan, makanan jadi kemasan
tidak ada tanda-tanda kerusakan dan terdaftar pada Depkes. RI
19. Proses pengolahan
Tenaga pengolah memakai pakaian kerja dengan benara dan cara
kerja yang bersih, pengambialan makanan jadi menggunakan alat yang
khusus, mengguanakan peralatan dengan benar.
20. Penyimpanan bahan makanan
Suhu dan kelembaban penyimpanan sesuai dengan persyaratan
jenis makanan, ketebalan penyimpanan sesuai dengan persyaratan jenis
makanan, penempatan terpisah dengan makanan jadi, tempat bersih dan
terpelihara, disimpan dalam aturan sejenis dan disusun dalam rak-rak.
21. Penyimpanan makanan jadi
Suhu dan waktu penyimpanan dengan persyaratan jenis makanan
jadi, cara penyimpanan tertutup.
22. Cara Penyajian :Suhu penyajian makanan hangat tidak kurang dari 600C,
pewadahan dan penjamah makanan jadi menggunakan alat yang bersih, cara
membawa dan penyajian makanan dengan tertutup, penyajian makanan harus
pada tempat yang bersih.
23. Ketentuan peralatan
Cara pencucian, pengeringan dan penyimpanan memenuhi
persyaratan agar selalu dalam keadaan bersih sebelum digunakan,
peralatan dalam keadaan baik dan utuh, peralatan makan dan minum tidak
boleh mengandung angka kuman yang melebihi nilai ambang batas yang
ditentukan, permukaan alat yang kontak langsung dengan makanan tidak
ada sudut mati dan halus, peralatan yang kontak langsung dengan
makanan tidak mengandung zat beracun.
24. Pengetahuan/sertifikat hygiene sanitasi makanan
Pemilik/pengusaha perna mengikuti kursus/temu karya, supervisor
pernah mengikuti kursus, semua penjamah makanan pernah mengikuti
kursus, salah seorang penjamah pernah mengikuti kursus
25. Air bersih harus sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia yang berlaku. Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan
dan tersedia pada setiap tempat kegiatan.
26. Pembuangan air limbah. Sistem pembuangan air limbah harus baik,
saluran terbuat dari bahan kedap air, tidak merupakan sumber pencemar,
misalnya memakai saluran tertutup, septic tank dan riol. Saluran air limbah
dari dapur harus dilengkapi perangkap lemak.
27.Toilet.
Toilet tidak berhubungan langsung dengan dapur, ruang persiapan
makanan, ruang tamu dan gudang makanan. Toilet untuk wanita terpisah
dengan toilet untuk pria, begitu juga toilet pengunjung terpisah dengan
toilet untuk tenaga kerja. Toilet dibersihkan dengan deterjen dan alat
pengering seperti kain pel, tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu
rokok dan sabun. Lantai dibuat kedap air, tidak licin mudah dibersihkan.
Air limbah dibuangkan ke septic tank, riol atau lubang peresapan yang
tidak mencemari air tanah. Saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap
air. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bak penampung
dan saluran pembuangan. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan
air bersih dalam keadaan cukup dan peturasan harus dilengkapi dengan air
yang mengalir.
28. Jamban harus dibuat dengan tipe leher angsa dan dilengkapi dengan air
penggelontoran yang cukup serta sapu tangan kertas (tissue). Jumlah toilet
untuk pengunjung dan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
29. Tempat sampah. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak
mudah berkarat, mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus
untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk.
Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang
dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.
30. Disediakan juga tempat pengumpul sampah sementara yang terlindung
dari serangga dan hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau
oleh kendaraan pengangkut sampah.
31. Tempat cuci tangan. Jumlah tempat cuci tangan untuk tamu disesuaikan
dengan kapasitas tempat duduk dengan satu tempat cuci tangan untuk 1-60
orang dengan setiap penambahan 150 orang ditambah satu fasilitas ini.
Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun/sabun cair dan alat pengering.
Apabila tidak tersedia fasilitas cuci tangan dapat disediakan : sapu tangan
kertas yang mengandung alkohol, lap basah dengan dan air hangat. Tersedia
tempat cuci tangan khusus untuk karyawan dengan kelengkapan seperti
tempat cuci tangan yang jumlahnya disesuaikan dengan banyaknya karyawan
yaitu 1 sampai 10 orang, 1 buah; dengan penambahan 1 buah untuk setiap
penambahan 10 orang atau kurang. Fasilitas cuci tangan ditempatkan
sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh tamu atau karyawan. Fasilitas
cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, bak penampungan yang
permukaannya halus, mudah dibersihkan dan limbahnnya dialirkan ke saluran
pembuangan yang tertutup.
32. Tempat mencuci peralatan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak
berkarat dan mudah dibersihkan. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi
dengan air panas dengan suhu 40°C – 80°C dan air dingin yang bertekanan 15
psi (1,2 kg/cm2). Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran
pembuangan air limbah. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari tiga bilik/bak
pencuci yaitu untuk mengguyur, menyabun, dan membilas.
33. Tempat pencuci bahan makanan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak
berkarat dan mudah dibersihkan, bahan makanan dicuci dengan air mengalir
atau air yang mengandung larutan kalium permangat 0,02%. Tempat
pencucian dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah.
34. Fasilitas penyimpanan pakaian (locker) karyawan terbuat dari bahan yang
kuat, aman, mudah dibersihkan dan tertutup rapat. Jumlah loker dhsesuaikan
dengan jumlah karyawan, dan ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan
dapur dan gudang serta dibuat terpisah untuk pria dan wanita.
35. Peralatan pencegahan masuknya serangga dan tikus tempat penyimpanan
air bersih harus tertutup sehingga dapat menahan masuknya tikus dan
serangga termasuk juga nyamuk Aedes aegypti serta albopictus. Setiap
lubang pada bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah masuknya
serangga (kawat kasa berukuran 32 mata per inchi) dan tikus (teralis dengan
jarak 2 cm). Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat sehingga tidak
dapat dimasuki serangga.

D.Upaya Progam Penanganan Makanan


Upaya-upaya program pengamanan makanan meliputi pengamatan setiap tahap
dari rantai peredaran makanan dari petani sampai meja makan guna menurunkan
bahaya yang diakibatkan oleh makanan tersebut. Titik kritis dalam kegiatan
pengawasan makanan adalah meliputi :
- Seleksi dan penerimaan bahan makanan
- Penyimpanan, penanganan, dan menyiapkan bahan makanan
- Memasak dengan efektif
- Penanganan setelah dimasak
- Membersihkan dan sanitasi bahan makanan dan makanan jadi, termasuk
pelayanan mengkemas makanan
- Hygiene penjamah
- Pelatihan penjamah makanan. Selain restoran/rumah makan memilki sertifikat
laik sehat dan grading, penjamah makanan juga wajib memilki sertifikat kursus
penjamah makanan (Depkes, 2003)
4. FOGGING
A. Pengertian fogging dan swinfog

Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektife


dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain
itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama
waktu yang cukup  sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Alat
yang digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal fog machine
(swing fog) dan ultra low volume ground sprayer mounted (ULV).

Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog


yang dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam
bangunan rumah atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang
berada dihalaman maupun didalam rumah terpapar dengan isektisida dan
dapat dibasmi. Upaya untuk menekan laju penularan penyakit DBD salah
satunya ditunjukkan untuk mengurangi kepadatan vektor DBD secara
kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan (fogging) yaitu
menggunakan alat yang diberi nama swingfog.

B. Prosedur dan tata laksana pelaksanaan pengasapan atau fogging


antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai langkah awal pengasapan/fogging dalam suatu area tertentu,
dengan membuat gambaran atau memetakan area yang disemprot. Area yang
tercakup sedikitnya berjarak 200 meter di dalam radius rumah yang
terindikasi sebagai lokasi dengue. Kemudian dilakukan peringatan kepada
warga terlebih dahulu untuk keluar ruamh dengan terlebih dahulu menutup
makanan atau mengeluarkan piaraan.
2. Berbagai bahan insektisida yang dipergunakan dalam pelaksanaan
operasional fogging fokus adalah golongan sintentik piretroit
dengan dosis penggunaan 100 ml/Ha. Semaentara perbandingan campuran
100 ml : 10 liter solar.
3. Sasaran fogging adalah semua ruangan baik dalam bangunan rumah
maupun di luar bangunan (halaman/pekarangan), karena obyek sasaran adalah
nyamuk yang terbang. Sifat kerja dari fogging adalah knock down effect yang
artinya setelah nyamuk kontak dengan partikel (droplet) isektisida diharapkan
mati setelah 24 jam.
4. Terdapat dua macam peralatan yang digunakan untuk pengasapan atau
fogging antara lain mesin fog dan ULV (Ultra Low Volume). Mesin fog
dipergunakan untuk keperluan operasional fogging dari rumah ke rumah
(door to door operation). Untuk keperluan ini dipergunakan swing fog
machine SN 11, KeRF fog machine, pulls fog dan dina fog.
Beberapa jenis peralatan ini mempunyai prinsip kerja yang sama yakni
menghasilkan fog (kabut) racun serangga sebagai hasil kerja semburan gas
pembakaran yang memecah larutan racun serangga (bahan kimia yang
digunakan), menjadi droplet yang sangat halus dan berwujud sebagai fog.
Rata-rata alokasi waktu yang diperlukan dengan penggunaan peralatan ini
adalah 2-3 menit untuk setiap rumah dan halamannya. Sementara Ultra Low
Volume (ULV) menghasilkan cold fog. hasil ini didaptkan dengan
mekanisme terjadinya  tekanan mekanik biasa terhadap racun serangga
melewati system nozzle. Dengan alat ini droplet racun serangga yang
dihasilkan jauh lebih halus daripada fog biasa. ULV sangat cocok
dipergunakan pada area out door atau luar ruangan.
5. Menurut Depkes RI (2005), untuk membatasi penularan virus dengue
dilakukan dua siklus pengasapan atau penyemprotan, dengan interval satu
minggu. Penentuan siklus ini dengan asumsi, bahwa pada penyemprotan
siklus pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue atau nyamuk
infektif, dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Kemudian akan segera
diikuti dengan munculnya nyamuk baru yang akan mengisap darah penderita
viremia yang masih ada yang berpotensi menimbulkan terjadinya penularan
kembali, sehingga perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan
yang kedua dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan yang pertama, agar
nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat
menularkan pada orang lain.

5.SANITASI KAPAL
Sarana transportasi yang dianggap sebagai lingkungan tempat tinggal
sementara yang memiliki waktu menetap relative lama adalah kapal laut.
Sesuai dengan keadaan tersebut, serta amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1962 tentang Karantina Laut, maka sanitasi di kapal merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam mendukung pengawasan kesehatan
khususnya manusia di dalamnya maupun masyarakat pada umumnya.
Setiap orang yang berada di kapal harus menjaga sanitasi dan kesehatan
kapal seperti sarana sanitasi, suplai makanan dan kebersihan lingkungan di
kapal. Sanitasi kapal tidak mungkin terwujud tanpa kerjasama setiap Anak
Buah Kapal (ABK). Nahkoda berkewajiban menjaga kondisi sanitasi setiap
saat dan secara berkala memeriksa kondisi sanitasi di atas kapal (CDC, 2003).
Sanitasi kapal merupakan salah satu bagian integral dari perilaku
kesehatan terhadap sanitasi. Mengacu pada dasar tersebut determinan perilaku
sanitasi kapal dapat mengacu pada konsep determinan perilaku kesehatan yang
dikemukakan Blum (1979), bahwa derajat kesehatan masyarakat salah satunya
dipengaruhi oleh faktor perilaku dan lingkungan selain pelayanan kesehatan
dan keturunan.
Menurut Permenkes No. 530/Menkes/Per/VII/1987, sanitasi kapal adalah
segala usaha yang ditujukan terhadap faktor lingkungan di kapal untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan. Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis
kapal baik kapal penumpang, maupun kapal barang. Pemeriksaan sanitasi kapal
dimaksudkan untuk pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh Surat Izin
Kesehatan Berlayar (SIKB). Hasil pemeriksaan dinyatakan berisiko tinggi atau
risiko rendah, jika kapal yang diperiksa dinyatakan risiko tinggi maka
diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC) setelah dilakukan
tindakan sanitasi dan apabila faktor risiko rendah diterbitkan Ship Sanitation
Exemption Control Certificate (SSCEC), dan pemeriksaan dilakukan dalam
masa waktu enam bulan sekali (WHO, 2007).
Adapun institusi yang memiliki kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Menurut Permenkes
No.356/Menkes/IV/2008, bahwa KKP mempunyai tugas melaksanakan
pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular
potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja
Pelabuhan / Bandara dan Lintas Batas, serta pengendalian dampak kesehatan
lingkungan.
Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung jawab pemilik kapal melalui
nakhoda kapal dan anak buah kapal. ABK bertanggung jawab terhadap
kebersihan kapal dan sarana lainnya yang mendukung sanitasi kapal.
Peningkatan sanitasi kapal adalah usaha merubah keadaan lingkungan alat
angkut yang dapat berlayar menjadi lebih baik sebagai usaha pencegahan
penyakit dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit. Tujuan
peningkatan sanitasi kapal menurut permenkes No. 530/Menkes/Per/VII/1987
adalah:

1.  Meniadakan / menghilangkan sumber penularan penyakit di dalam


kapal.
2.  Agar kapal tetap bersih sewaktu mau berangkat maupun sedang
berlayar.
3. Supaya penumpang maupun ABK senang berada didalamnya, bagi
penumpang.
International Health Regulations (IHR) 2005 menekankan pengawasan di
pintu keluar masuk suatu negara melalui pelabuhan maupun lintas batas. Untuk
itu Sertifikat Sanitasi kapal (SSCC dan SSCEC) diperlukan sebagai alat bantu
suatu negara dalam mengurangi faktor risiko penyebaran penyakit akibat dari
pelayaran kapal Nasional dan Internasional.
Menurut IHR tahun 2005, kapal yang sudah dinyatakan layak sanitasinya
akan diberikan sertifikat sanitasi sesuai dengan IHR tahun 2005, sertifikat Ship
Sanitation Control Exemption Certificate (SSCEC) berlaku maksimal selama 6
bulan. Masa berlaku ini dapat diperpanjang satu bulan jika pemeriksaan atau
pengawasan yang diminta tidak dapat dilaksanakan di pelabuhan. 
Dalam rangka pemeriksaan dan pengawasan sanitasi kapal yang baik
diperlukan adanya pencegahan dan pengawasan yang terus-menerus dengan
melakukan koordinasi yang terpadu dan terarah baik dari awak kapal maupun
pemilik kapal itu sendiri. Adapun standar dalam pemeriksaan sanitasi kapal
laut berdasarkan Ditjen PPM dan PLP Depkes RI (1989) adalah sebagai
berikut: 
Dek: Tiap hari dek dibersihakn sedikitnya satu kali, bila basah
dikeringkan, kotoran / sampah tidak boleh berserakan dan semua barang-
barang / alat-alat diatur dengan rapi. Dek yang bersih dan rapi selain mencegah
penyakit kecelakaan juga memberikan kesan awal yang baik bagi setiap
pengunjung serta membuat orang / penumpang betah tingal di dalam kapal.
Kamar ABK dan Penumpang:   Ventilasi dan penerangan yang cukup
serta kebersihan dapat menjamin kesehatan, kesejahteraan serta keamanan
ABK maupun penumpang. Bila penerangan secara alami tidak mencukupi,
maka diberikan penerangan secara mekanis dengan menggunakan lampu neon.
Alat penerangan di dalam kapal tidak boleh menggunakan lilin atau lampu
minyak.
Tujuan adanya ventilasi adalah untuk memasukkan udara segar dan
mengeluarkan udara yang kotor. Bila kamar tidak mempunyai sistem ventilasi
yang baik, akan menimbulkan beberapa keadaan yang dapat merugikan
kesehatan seperti sesak nafas.
 Kamar Mandi dan Kakus sebaiknya setiap waktu dalam keadaan bersih.
Di dalam kamar mandi juga sebaiknya tersedia pembersih lantai atau kreolin
5% dalam larutan air dan selalu tersedia air bersih yang cukup serta memenuhi
syarat kesehatan. Diusahakan agar penyaluran air kotor lancar. Diusahakan
agar penyaluran air kamar mandi dan kakus tidak diperkenankan sebagai
tempat penyimpanan. Di samping itu, kran harus berfungsi dengan baik, lantai
tidak boleh licin dan tidak diperkenankan para penumpang untuk mencuci alat
makan dalam kamar mandi / kakus.
Dapur merupakan tempat penyimpanan dan tempat pencucian alat-alat
dapur (alat makan / minum, dan sebagainya). Makanan dan minuman yang
disediakan, diolah, disimpan dan disajikan harus secara hygienis untuk
memperkecil kemungkinan timbulnya penyakit seperti disentri, cholera, typus,
keracunan dan sebagainya.
Kamar Pendingin, thermometer ditempatkan di kamar pendingin dengan
suhu ruangan 100C.
Tempat Penyimpanan Makanan yang tak membusuk:      Selain bersih
tempat penyimpanan makanan juga memerlukan ventilasi yang cukup,
makanan yang berserakan akan menarik tikus dan serangga; Pengaturan barang
harus sedemikian rupa, sehingga tikus tidak bersembunyi / bersarang di antara
barang-barang;  Pestisida dan sejenisnya dilarang disimpan di tempat
penyimpanan makanan. 
Pengelola makanan:     Mempunyai perilaku hygienis dan saniter yaitu:
selalu mencuci tangan bila kotor, menutup hidung dan mulut sewaktu batuk /
bersin dan tidak merokok sewaktu bertugas;Personal hygienis harus
diperhatikan yaitu: tidak menderita penyakit menular, berpakain bersih, badan,
rambut tangan dan kuku bersih;  Bila ada pengelola makanan yang terdapat
dibebaskan sementara dari food handling, maka pengelola tersebut tidak dapat
mengelola makanan sampai ia tidak lagi merupakan sumber penularannya.
 Persediaan air bersih:  Air bersih sangat diperlukan dalam berbagai
kegiatan di kapal untuk kegiatan memasak air minum dan makanan, mencuci,
keperluan mandi dan sebagainya. Diantara kegunaan-kegunaaan air tersebut,
yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk
keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan
khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia

6. PENANGKAPAN NYAMUK DAN IDENTIFIKASI NYAMUK


A. Bagian-bagian tubuh nyamuk yang di pakai untuk mengenal jenis
Nyamuk antara lain
1. Ukuran dan bagian-bagian tubuh nyamuk
2. Percabangan urat sayap
3. Bentuk, jumlah dan warna sisik atau bulu-bulu yang terdapat pada
bagian-bagian tubuh nyamuk.
Siklus hidup nyamuk, sejak dari telur hungga menjadi nyamuk
dewasa sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang
berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat empat stadia, yaitu :
Stadium dewasa → telur → pupa / kepompong
Keterangan :
Stadium dewasa sebagai nyamuk yang hidup dialam bebas, sedangkan
ketiga stadium yang hidup dan berkembang didalam air.
Berdasarkan kesenangannya nyamuk suka mencari darah, dikenal 2
golongan nyamuk yaitu :
1. Nyamuk yang senang mencari darah orang
2. Nyamuk yang senang mencari darah binatang
Waktu keaktifan mencari darah bagi nyamuk berbeda-beda, di bedakan
atas:
1. Nyamuk yang aktif pada waktu malam hari misalnya : Anopheles dan
Culex
2. Nyamuk yang aktif pada waktu siang hari misalnya : Aedes
Untuk tiap jenis nyamuk tipe breeding places yang berlainan.
Nyamuk Culex dapat berkembang disembarang tempat air, Aedes hanya
mau di tempat air yang airnya cukup bersih dan tidak kontak langsung
dengan tanah. Mansonia senag di kolam, rawa-rawa, danau yang banyak
tanaman airnya. Sedangkan Anopheles kesenanganya untuk memilih
breeding places sangat bervariasi.

B.Ciri-ciri Nyamuk
Nyamuk Aedes :
1. Hampir seluruh bagian tubuh terdapat warna putih keperak-perakan
dapat digunakan sebagai alat (pedoman) identifikasi aedes
2. Pada kai terdapat garis-garis putih
3. Fedding Habitat Jam 09.00-11.00 Wib (Pagi) dan 16.00-17.00 Wib
(Sore) mangsanya khusus manusia.
4. Jarak terbang maksimal 200 meter dari sarang
5. Reesting Places : di dalam rumah terutama di tempat-tempat yang gelap
dan lembab, di dinding-dinding rumah, gorden, yang warna-warna gelap.
Nyamuk Anopheles :
1. Palpinya hampir sama panjang dengan Probocis
2. Sayap bernoda
3. Posisi mengigit istirahat tidak sejajar (membentuk sudut)
C. Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera;
genera termasuk Anopheles,Culex, , Aedes,. Nyamuk mempunyai dua
sayap bersisik, tubuhyang langsing, dan enam kaki panjang; antar spesies
berbeda-beda tetapi jarang sekalimelebihi 15 mm. Nyamuk mengalami
empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa .
a. Telur
Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang
kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan
menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi
sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk
nyamuk mulai mengerami telurnya. Telur-telur itu panjangnya kurang dari
1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu.
beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung
membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Telur berada pada
masa periode inkubasi (pengeraman). inkubasi sempurna terjadi pada
musim dingin. Setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir
dalam waktu yang sama. Sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara
keseluruhan menjadi larva nyamuk.
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat
yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan
meletakkan telur dari nyamuk berbeda – beda tergantung dari jenisnya.
1. Nyamuk Aedes
Meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau
menempel pada permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas
permukaan air dan tempatnya
2. Nyamuk anopeles
Meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan
tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung.
3. Nyamuk culex
Meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombolan dan bersatu
berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung, sedangkan jentiknya
menggantung di air
b. Larva
Larva nyamuk memiliki kepala yang berkembang dengan baik. Larva
bernapas melaluispirakel yang terletak pada segmen perut kedelapan, atau
melalui siphon, dan karena itu harus sering muncul ke permukaan.. Larva
menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk makanganggang ,
bakteri , dan mikro-organisme lain. Mereka menyelam di bawah
permukaan hanya bila terganggu. Larva berenang dengan gerakan
tersentak-sentak dari seluruh tubuh. Larva berkembang melalui empat
tahap, atau instar , setelah itu mereka bermetamorfosis menjadi
kepompong. Pada akhir setiap instar, yang berganti bulu larva, exoskeleton
shedding mereka, atau kulit, untuk memungkinkan pertumbuhan lebih
lanjut.
c. Pupa
Setelah berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini
dinamakan "fase pupa". Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap
kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan
kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu
digunakan untuk alat pernafasan Kepala dan dada digabung menjadi
cephalothorax dengan perut melengkung di bawahnya Seperti halnya
larva, pupa harus datang ke permukaan sering untuk bernapas, yang
mereka lakukan melalui sepasang terompet pernafasan pada cephalothorax
tersebut. Selama tahap ini pupa tidak makan. Setelah beberapa hari, pupa
naik ke permukaan air, nyamuk dewasa muncul. Nyamuk harus keluar dari
air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah
menyentuh permukaan air.
d. Dewasa
Nyamuk memiliki mulut yang disesuaikan untuk menembus kulit
tumbuhan dan hewan. Sementara laki-laki biasanya nektar dan jus
tanaman, wanita perlu mendapatkan gizi dari menghisap darah sebelum
dia dapat menghasilkan telur.
Durasi dari telur menjadi dewasa bervariasi antara spesies dan sangat
dipengaruhi oleh suhu lingkungan.. Nyamuk dapat berkembang dari telur
menjadi dewasa dalam sebagai hanyalima hari, tetapi biasanya 10-14 hari
dalam kondisi tropis. Variasi ukuran tubuh nyamuk dewasa tergantung
pada kerapatan populasi larva dan suplai makanan di dalam air. Panjang
dewasa bervariasi tetapi jarang lebih besar dari 16 mm (0,6 in) , dan berat
sampai dengan 2,5 mg. Semua nyamuk memiliki tubuh langsing dengan
tiga bagian: kepala , dada dan perut.
Nyamuk betina juga akan memakan sumber gula untuk energi tetapi
biasanya memerlukan darah untuk pengembangan telur. Setelah
menghisap darah, nyamuk betina akan beristirahat selama beberapa hari
untuk pematangan telur. Proses ini tergantung pada suhu, namun biasanya
berlangsung 2-3 hari dalam kondisi tropis..
kepala memiliki mata, banyak-tersegmentasi antena . antena ini
untuk mendeteksi bau host. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya
memiliki probosis panjang untuk menembus kulit untuk menghisap darah.
Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur, kebanyakan
nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang
diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian
mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah.
7. KEBISINGAN DAN DEBU
A. Pengertian Udara
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan
troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia
yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup
dan unsur lingkungan hidup lainnya (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
1999). Sedangkan menurut BPLH (Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup) kota Bekasi, udara ambien adalah udara sekitar kita di lapisan
troposfer yang apa adanya yang sehari-hari kita hirup. Dalam keadaan
normal, udara ambien ini akan terdiri dari gas nitrogen (78%), oksigen
(20%), argon (0,93%) dan gas karbon dioksida (0,03%).Kadar zat, energi,
dan/atau komponen lainyang ada di udara bebas tersebut disebut dengan
mutu udara ambien, sedangkan keadaan mutu udara di suatutempat pada
saat dilakukan inventarisasi disebut sebagai status mutu udara ambien
(Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999). Baku mutu udara ambien
adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,dan/atau komponen yang ada
atau yang seharusnya ada dan/atauunsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udaraambien. Dalam upaya yang dilakukan
agarudara ambien dapat memenuhi fungsi sebagaimana mestinya, perlu
dilakukan adanya suatu perlindungan mutu udara ambien sesuai dengan
yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999.
Kualitas Fisik Udara dalam Ruang adalah nilai parameter yang
mengindikasikan kondisi fisik udara dalam rumah seperti kelembaban,
pencahayaan, suhu dan partikulat debu. Persyaratan kualitas udara dalam
ruang yang meliputi kualitas fisik adalah :
1) Suhu udara,
2) Pencahayaan,
3) Kelembaban,
4) Kebisingan,
5) Partikulat Debu.
B. Hubungan Tingkat Kebisingan terhadap Kesehatan
Setiap orang memiliki kepekaan sendiri-sendiri terhadap
kebisingan, terutama nada yang tinggi, karena dimungkinkan adanya
reaksi psikologis seperti stres, kelelahan, hilang efisiensi dan ketidak
tenangan. Disamping itu sumber kebisingan yang tinggi memberikan
pengaruh sehingga dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja,
mengganggu komunikasi atau percakapan antar pekerja, Mengurangi
konsentrasi, Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara
maupun permanen, dan tuli akibat kebisingan.
Pengaruh utama dari kebisingan terhadap kesehatan adalah
kerusakan pada indera pendengar, yang menyebabkan ketulian progresif.
Gangguan kebisingan dapat dikelompokkan sebagai berikut
1) Gangguan Fisiologis.
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat
bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat
terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidakdapat
didengar secara jelas sehingga dapat menimbulkankecelakaan kerja.
Pembicara terpaksa berteriak-, selain memerlukantenaga ekstra juga
menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapatmengganggu cardiac
output dan tekanan darah.
2) Gangguan Psikologis.
Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan psikologis.
Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan jiwa,
sulit konsentrasi dan berfikir.
3) Gangguan Patologis Organis.
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap
alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang
bersifat sementara hingga permanen.
C. Hubungan Tingkat Kepadatan Debu terhadap Kesehatan
Debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak dapat
diabaikan. Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat
menimbulkan kerugian besar serta dapat menyebabkan pengurangan
kenyamanan kerja. Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut
sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate
Matter/SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.
Dalam kasus pencemaran udara (indoor and outdoor pollution)
debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan
untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun
terhadap kesehatan dankeselamatan kerja. Partikel debu akan berada di
udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang layang di
udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan.
Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu
daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia
sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit
karena merupakan campuran dariberbagai bahan dengan ukuran dan
bentuk yang relatif berbeda beda.Ukuran debu sangat berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit padasaluran pernafasan. Adapun jenis
penyakit akibat kerja yang diakibatkanoleh debu diantaranya adalah
Pneumokoniosis, Silikosis, Anthrakosilikosis, Asbestosis, Berryliosis,
Byssinosis, Stannosis, Siderosis. Efek debu terhadap kesehatan sangat
tergantung pada Solubity (mudah larut), komposisi kimia, konsentrasi
debu, dan ukuran partikel debu. Partikel debu memiliki dampak terhadap
kesehatan seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan
dan kanker pada paru-paru, bronchitis khronis, emfisema paru, asma
bronchial, dan gangguan kardiovaskular
C. Kebisingan
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. MenurutKeputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri standart tingkat kebisingan di
ruang kerja tanpa pelindung maksimal 85 dBA.
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan Sound
Level Meter. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur tingkat
tekanan bunyi. Tekanan bunyi adalah penyimpangan dalam tekanan
atmosfir yang disebabkan oleh getaran partikel udara karena adanya
gelombang yang dinyatakan sebagai amplitudo dari fluktuasi tekanan.
Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara (Mukono,
2006) :
1) Cara sederhana
Menggunakan alat sound level meter selama 10 menit. Pengukuran
dan pembacaan dilakukan setiap 5 detik.
2) Cara langsung
Cara tersebut lebih canggih dan menggunakan alat Integrating Sound
Level Meter.
Sumber bising dalam pengendalian kebisingan lingkungan dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Bising interior
Bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesin-
mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-
alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang
ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor kompresor
pendingin, pencuci piring dan lain-lain.
2) Bising eksterior
Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut,
maupun udara, dan alat-alat konstruksi.
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan kebisingan, yaitu :
a. Jarak
Gelombang bunyi memerlukan waktu untuk merambat. Dalam
kasus di permukaan bumi, gelombang bunyi merambat melalui
udara. Dalam perjalanannya, gelombang bunyi akan mengalami
penurunan intensitas karena gesekan dengan udara.
b. Serapan Udara
Udara mempunyai massa. Udara mengisi ruang kosong diatas bumi
dan digunakan oleh suara untuk merambat. Namun adanya udara
juga sebagai penghambat gelombang suara. Gelombang suara akan
mengalami gesekan dengan udara. Udara yang kering akan lebih
menyerap udara daripada udara lembab, karena adanya uap air akan
memperkecil gesekan antara gelombang bunyi dengan massa udara.
Udara yang bersuhu rendah akan lebih menyerap suara daripada
udara bersuhu tinggi, karena suhu rendah membuat udara menjadi
lebih rapat sehingga gesekan terhadap gelombang bunyi akan lebih
besar.
c. Angin
Arah angin akan mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang
diterima oleh pendengar. Arah angin yang menuju pendengar akan
mengakibatkan suara terdengar lebih keras, begitu juga sebaliknya.
d. Permukaan Bumi
Permukaan bumi yang berupa tanah dan rumput, merupakan
barrier yang sangat alami. Suara yang datang akan terserap
langsung. Sebaliknya, permukaan yang tertutup aspal jalan akan
langsung memantulkan bunyi.
D. Partikulat Debu
Partikulat debu merupakan partikel padat yang terbentuk karena
adanya kegiatan alami atau mekanik seperti penghalusan, penghancuran,
peledakan pengayaan atau pengeboran. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran Dan Industri standart kandungan debu maksimal
didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai
berikut : Debu total 0,15 mg/m.
Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan
kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat
menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan,
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau
40 jam seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada praktek
higiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja
sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan. Standar
yang ditetapkan oleh Environmental Protection Agent (EPA) tahun 2006,
Nilai Ambang Batas (NAB) menurut EPA tahun 2006 untuk PM10 adalah
150 µg/m3 (0,15 mg/m3) dan untuk PM2,5 adalah 35 µg/m3 (0,035 mg/m3).
Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui
kesesuaian kadar debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya
dengan kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja. Hal
ini penting dilaksanakan mengingat bahwa hasil pengukuran ini dapat
dijadikan pedoman pihak pengusaha maupun instansi terkait lainnya dalam
membuat kebijakan yang tepat untuk menciptakan lingkungan kerja yang
sehat bagi pekerja, sekaligus menekan angka prevalensi penyakit akibat
kerja.
Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite
particulate matter adalah partikel debu yang hanya berada sementara di
udara, partikel ini segera mengendap karena ada daya tarik bumi.
Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan
tidak mudah mengendap (Yunus, 1997). Sumber- sumber debu dapat
berasal dari udara, tanah, aktivitas mesin maupun akibat aktivitas manusia
yang tertiup angin.
Sumber kontaminan debu yang berasal dari luar ruangan umumnya
berasal dari emisi/ gas buang kendaraan bermotor. Partikel yang berasal
dari kendaraan bermotor umumnya berukuran 0.01-5 mikron. Menurut
Ruzer (2005), partikel dengan ukuran lebih dari 50 mikron terdeposit pada
jalanan. Sehingga apabila roda kendaraan bergesekan dengan jalan akan
mebuat pergerakan partikel dengan diameter lebih besar ke atas (udara
bebas).
Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya
perbedaan daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan
mengendapnya di paru juga akan berbeda pula. Demikian juga tingkat
kerusakan yang ditimbulkannya juga akan berbeda pula. Faridawati (1995)
mengelompokkanpartikel debu menjadi dua yaitu debu organik dan
anorganik, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Jenis Debu
No. Jenis Debu Contoh (Jenis Debu)
1. Organik:
a. Alamiah
1. Fosil Batubara, karbon hitam,
2. Bakteri arang granit.
3. Jamur TBC, antraks, enzim,
4. Virus bacillus.
5. Sayuran Histoplasmosis,
6. Binatang kriptokokus, thermophilic.
b. Sintesis Cacar air, Q fever,
1. Plastik psikotosis.
2. Reagen Padi, serat nanas, alang-
alang.
Kotoran burung, ayam.

Politetrafluoretilen, toluene
diisosianat.
Minyak isopropyl, pelarut
organik.
2. Anorganik:
a. Silika bebas
1. Crystaline Quarz, trymite cristobalite.
2. Amorphous Diatom aceous earth, silica
b. Silika gel.
1. Fibosis
2. Lain-lain Asbestosis, sillinamite, talk
c. Metal Mika, kaolin, debu semen
1. Inert
2. Bersifat keganasan Besi, barium, titanium,
aluminium, seng.
Arsen, kobal, nikel,
uranium, khrom.
Sumber: Suma’mur (1996)
Alat pengukuran kadar debu di udara bermacam-macam, tetapi
pada praktikum ini menggunakan alat EPAM 5000. EPAM 5000 Haz Dust
adalah alat monitoring debu dengan ukuran TSP, PM10, PM2.5 dan
PM1.0. Alat ini menggunakan hamburan cahaya untuk mengukur
konsentrasi partikel dan memberikan langsung real-time penentuan dan
rekaman data konsentrasi partikel udara dalam miligram per meter kubik
(mg/m3). Aplikasi EPAM 5000 Haz Dust sangat cocok di pakai di dalam
ruangan maupun di luar ruangan. EPAM 5000 Haz Dust merupakan
teknologi yang sangat canggih dilengkapi dengan software, Filter paper,
Kabel data dan penudukung lainnya. EPAM 5000 Haz Dust merupakan
alat monitoring debu yang mudah dibawa kemana-mana dan tidak
menggunakan power listrik karena sudah dilengkapi dengan baterai dan
daya tahan baterai sampai 24 jam. Fitur EPAM 5000 adalah sebagai
berikut :
1. Pengaturannya cepat dan mudah.
2. Sangat sensitif dan akurat 0.001-20.0 mg/m 3 untuk partikel 0.1 sampai
100 pM.
3. Udara internal sampel pompa untuk 4 LPM (Liter Per Menit).
4. Unik partikulat aerodinamis ukuran sensor real-time dan in-line kaset
Filter 47mm yang memungkinkan bersamaan gravimetri sampling.
5. Korelasi yang tinggi dengan metode EPA PM10 dan TEOM.
6. Kapasitas baterai 24 jam.
7. Pemantauan berkelanjutan dengan AC adapter.
8. Audible alarm sirene.
9. Mudah untuk menggunakan analisisa data dari perangkat lunak.
10. Opsional Transmisi Wireless Data ke Komputer.

Sedangkan aplikasi EPAM 5000 adalah sebagai berikut :


1. Mengukur off-site partikulat migrasi.
2. Survei untuk PM2.5 dan PM10.
3. Pemantauan pembentukan debu selama pengeboran dan penggalian.
4. Mengevaluasi pengendalian polusi dan peralatan.
5. Menemukan dan mengidentifikasi "hot spot".
6. Tanggap darurat.
7. Menentukan tingkat perlindungan dan produksi pernapasan.
8. Survei tempat kerja untuk kepatuhan OSHA / EPA untuk menentukan
area yang bermasalah.
9. Mengevaluasi pekerja paparan kontaminan udara.
10. Pelengkap instrumen untuk semua EPA dan OSHA dalam prosedur
pengambilan sampel udara partikulat pribadi dan ambien.
11. Berguna dalam semua penelitian kesehatan dan keselamatan
lingkungan dan pekerjaan.
8.PEMERIKSAAN KUALITAS AIR
A. AIR
Air merupakan kebutuhan utama di dalam kehidupan dan tidak ada
satupun makhluk hidup di dunia yang tidak membutuhkan air. Sebagian besar
tubuh manusia terdiri dari air dengan ukuran rata - rata sebanyak 90 % dari
berat badannya. Ukuran tubuh orang dewasa 55-60%, berat badan terdiri dari
air, anak-anak sekitar 65% sedangkan untuk bayi sekitar 80% . Air bersih
dibutuhkan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup manusia untuk melakukan
segala kegiatan, sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari
segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai untuk keperluan
sehari-hari.
Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga
harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia
pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu. PERMENKES Nomor 492/
Menkes/ Per/ IV 2010 pada BAB I pasal 1 jelas dikatakan pengawasan
eksternal adalah pengawasan yang dilakukan terhadap air minum dengan
sistem jaringan perpipaan, depot air minum, air minum bukan jaringan
perpipaan untuk tujuan komersial dan bukan non komersial oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota dan Kantor Kesehatan Pelabuhan.Khusus wilayah
kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan dan menurut Permenkes No. 2348 Tahun
2011, salah satu tugas pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah pengawasan
air bersih/ minum. Karena itu Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak
secara berkala melakukan pengawasan Air Bersih di wilayah perimeter, buffer,
dan alat angkut (kapal/ pesawat) sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadi
kasus penyakit yang disebabkan oleh kualitas air dan sarana air bersih yang
tidak memenuhi syarat..
Parameter pemeriksaan

1. Parameter Fisik
Berdasarkan hasil penelitian parameter fisik yaitu warna, bau, rasa,
keruh, suhu, dan TDS semuanya memenuhi syarat baik Perimeter, Buffer
maupun di kapal hal ini sesuai dengan RI No. 492 / Menkes / Per / IV /
2010 tentang persyaratan kualitas air minum yaitu tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa. Salah satu indikator pencemaran air secara umum
dapat dilihat dari air yang berwarna, berbau, berasa, keruh, suhu, dan TDS.
ini membuktikan bahwa pencemaran secara umum tidak terjadi pada air
bersih dari sarana yang digunakan di perimeter, buffer, dan Kapal. Hal ini
berarti dari segi parameter fisik yaitu warna, bau, dan rasa, keruh, suhu,
dan TDS memenuhi syarat kesehatan dari sarana air bersih yang diteliti
aman untuk dikonsumsi.
2. Parameter Kimia

Pengukuran parameter kimia yaitu :Nitrit / Nitrat, Besi, Amonium,


Kesadahan, Sisa Chlor, Timbal, dan pH hasil penelitian yang ada di Perimeter,
Buffer, semuanya memenuhi syarat sesuai dengan RI No. 492 / Menkes / Per /
IV / 2010 tentang persyaratan kualitas air minum.

a. pH (Derajat Keasaman)

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan


tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang
terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.
Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan
larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
internasional.

Jadi, apa arti pH bagi air? Pada dasarnya, nilai pH menunjukkan


apakah air memiliki kandungan padatan rendah atau tinggi. pH dari air
murni adalah 7. Secara umum, air dengan nilai pH lebih rendah dari 7
dianggap asam dan nilai pH lebih dari 7 dianggap basa. Nilai pH normal
untuk air permukaan biasanya antara 6,5 s/d 8,5 dan air tanah dari 6 s/d
8,5.

Alkalinitas adalah ukuran kapasitas air untuk bertahan dari


perubahan pH yang mungkin terjadi danmembuat air menjadi lebih asam.
Ukuran dari alkalinitas dan pH air diperlukan untuk menilai ke-korosifan
dari air. Secara umum, air dengan nilai pH rendah (<6,5) berupa asam,
mengandung padatan rendah, dan korosif. Karena itu, air seperti ini
mengandung ion logam seperti besi, mangan, tembaga, timbal, dan seng ..
atau dengan kata lain logam beracun tingkatan tinggi. Ini dapat
menyebabkan kerusakan dini pada pipa logam, dan memiliki masalah
berhubungan dengan rasa yang asam atau rasa logam, noda pada baju, dan
noda pada tempat cucian di dapur dan pembuangan. Yang lebih penting,
ada suatu resiko kesehatan yang berhubungan dengan racun ini. Cara
utama untuk menyelesaikan masalah pH rendah ini adalah dengan
penggunaan penetralisir.Penetralisir menyalurkan suatu larutan dalam air
untuk mencegah air bereaksi dengan sistem perpipaan pada rumah tangga
yang membuat korosi pada barang elektronik. Kimia penetralisir adalah
soda api. Penetralisiran dengan soda api akan menaikkan kandungan
natrium dari air. Air dengan pH >8,5 mengindikasikan air mengandung
padatan tinggi. Air padatan tinggi tidak menyebabkan resiko pada
kesehatan, tetapi dapat menimbulkan masalah pada keindahan. Masalah ini
berupa rasa alkali pada air (membuat kopi menjadi lebih pahit), formasi
pada piring, peralatan, wadah pencuci, kesulitan untuk membuat sabun dan
detergen berbusa, dan formasi dari presipirasi yang tidak larut pada baju.

Selain itu nilai pH berhubungan dengan sistem metabolisme tubuh


Anda..Umumnya sel-sel tubuh tidak cocok dengan air ber-pH jauh dari
netral.kita penting mengetahui ph air yang akan kita minum karena Ph
adalah tingkatan yang menunujukkan asam atau basa nya suatu larutan
yang di ukur pada skal 0-14 .untuk ph air minum skala yang sesuai dengan
stndar kesehatan adalah 6,5 - 8,5,jika dibawah 6,5 maka dikatakan air tsb
bersifat asam dan diatas 8,5 adalah basa.Tinggi atau rendah nya ph air
dipengaruhi oleh senyawa /kandungan dalam air tsb.mari kita mengenaal
lebih jauh tentang ph air ini.Ph air minum mineral yg sesuai standar
depkes adalah antara 6,5 - 8,5Ph air minum demineral/murni/reverse
osmosis adalah antara 5,0 s/d 7,5.Namun untuk air minum ph yang paling
ideal adalah 7,0 yang dikatakan sebagai pH netral.

b. Klorida
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor
mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan
negatif) Cl−. Garam dari asam klorida HCl mengandung ion klorida;
contohnya adalahgaram meja, yang adalah natrium klorida dengan formula
kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl−.
Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu
ataulebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti
kloridadapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling
sederhanadari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl),
sedangkan contohsederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah
klorometana(CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.( Sumber :
Wikipedia :http://www.anakunhas.com/2011/10/pengertian-klorida.html)
Asam klorida adalah zat atau larutan yang sangat korosif, yang
merupakansejenis asam kuat dari gas hidrogen klorida (HCI). Cairan zat
asam kloridahampir mirip dengan zat asam yang terdapat dalam lambung,
karena asamklorida sangat mudah merusak zat lain, maka dalam
penyimpanannyamemerlukan penanganan yang teliti.
Kalau didalam tubuh kita, asam klorida terdapat dalam organ
lambung,disini fungsi asam klorida adalah melarutkan atau mencerna
makanansehingga dapat diserap oleh tubuh kita. Tapi mengapa dinding
lambungsendiri tidak mengalami kerusakan akibat asam klorida? Hal ini
karena dalam dinding lambung terdapat lapisan yang bernama mukosa,
yang melindungidinding lambung dari korosi asam. Apabila lapisan
mukosa gagal bekerja,maka akan dapat menyebabkan sakit nyeri lambung
yang sering kita sebutdengansakit maag. Sumber
c. Nitrit (NO2)
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan
nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh
karena itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen.
Kandungan nitrit pada perairan alami mengandung nitrit sekitar 0.001
mg/L. kadar nitrit yang lebih dari 0.06 mg/L adalah bersifat toksik bagi
organisme perairan. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya
proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen
terlarut yang rendah. Nitrit yang dijumpai pada air minum dapat berasal
dari bahan inhibitor korosi yang dipakai di pabrik yang mendapatkan air
dari sistem distribusi PDAM. Nitrit juga bersifat racun karena dapat
bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen, disamping itu juga nitrit membentuk nitrosamin
(RRN-NO) pada air buangan tertentu dan dapat menimbulkan kanker.
Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami, yang
merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air
menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama
menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh
karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat
adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah
maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen,
termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun
manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang
mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah
bermigrasi dengan air bawah tanah.
Bahan makanan yang tercemar oleh nitrit ataupun bahan makanan
yang diawetkan menggunakan nitrat dan nitrit dapat menyebabkan
methemoglobinemia simptomatik pada anak-anak. Walaupun sayuran
jarang menjadi sumber keracunan akut, mereka memberi kontribusi >70%
nitrat dalam diet manusia tertentu. Kembang kol, bayam, brokoli, dan
umbi-umbian memiliki kandungan nitrat alami lebih banyak dari sayuran
lainnya. Sisanya berasal dari air minum (+ 21%) dan dari daging atau
produk olahan daging (6%) yang sering memakai natrium nitrat (NaNO3)
sebagai pengawet maupun pewarna makanan. Methemoglobinemia
simptomatik telah terjadi pada anak-anak yang memakan sosis yang
menggunakan nitrit dan nitrat secara berlebihan 1,2.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

SANITASI TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN


Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada
Tanggal : 1 November 2017
Pukul : 11.30 WIB
Lokasi : CV.GOOD FOOD

Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan yang dilakukan di CV.GoodFood sukses
Perkasa bertujuan untuk mengetahui factor resiko yang akan berpengaruh
kepada tingkat kerja pegawai . dengan demikian diperlukan pengukuran
kebisingan . setelah dilakukan pengukuran diperoleh hasil pengukuran
kebisingan di Ruang pembuatan Roti CV.GoodFood didapat hasil 66.46
dBA sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup kep-48
MENLH/1996 kebisingan diperdagangan dan jasa tingkat kebisingan yang
diperbolehkan 70 dBA sehingga hasil pengukuran di Ruang pembuatan
Roti CV.GoodFood memenuhi syarat.

Pengukuran Pencahayaan
Pengukuran pencahayaan yang dilakukan di CV.GoodFood Sukses
Perkasa di peroleh hasil sebagai berikut .

No Lokasi Hasil
1 Ruang packing 129,55 lux
2 Ruang pemanggangan 78,9 lux

Menurut keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor


1405/MENKES/SK/XI/2002 pencahayaan di ruangan perkantoran dan
industri yang diperbolehkan min 100 lux , sehingga didapat hasil dari data
diatas, diruangan packing CV.GoodFood Memenui syarat , sedangkan di
ruangan pemanggangan dibawah nilai ambang batas yang diperuntukan .

Pengukuran suhu dan kelembapan


Pengukuran suhu dan kelembapan yang dilakukan di CV.GoodFood
Sukses Perkasa diperoleh hasil pengukurannya memenuhi syarat , untuk
suhu di peroleh hasil rata rata dari 4 ruangan yang diukur didapat 29 0C .
sesuai dengan standar yang ada di Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor.1405 /MENKES/SK/XI/2002 tentang pedoman penyehatan Udara
dalam Ruang kerja dan Industri Nilai Ambang Batas (NAB) untuk suhu
yang di perbolehkan 18-300C .

Pengukuran kelembapan yang dilaksanakan di CV.GoodFood Sukses


Perkasa memenuhi syarat , diperoleh hasil rata-rata dari 4 ruangan yang
diukur didapat 60%. sesuai dengan standar yang ada di Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor.1405 /MENKES/SK/XI/2002 tentang pedoman
penyehatan Udara dalam Ruang kerja dan Industri Nilai Ambang Batas
(NAB) untuk kelembapan yang diperbolehkan 40 %-60%.

Pengukuran Kualitas Udara


Pengukuran kualitas udara di CV. GoodFood menggunakan HAZ-DUST
partikulat PM 2,5 mengukur lokasi ruang packing maksimum 0,041 mg/m3
,minimum 0,006 mg/m3, T.W.A 0,025 mg/m3 dan diruang dapur
(pemasakan) maksimum 0,066 mg/m3, minimum 0,002 mg/m3, T.W.A
0,043 mg/m3.

Tempat Pengolahan Makanan

CV.GoodFood termasuk golongan jasa boga golongan C, dalam


Permenkes 715 tahun 2003 Batas Penilaian Golongan C Yaitu sampai
dengan nomor 44 dengan nilai bobot 100 . untuk nilai dari hasil
penjumlahan uraian yang telah memenuhi syarat , golongan C engan
ketentuan minimal 92 atau 92%. Dengan demikian berdasarkan permenkes
715 tahun 2003 memenuhi syarat atau standar dengan jumlah nilai 93 .

Kesimpulan
Proses kegiatan magang mahasiswa poltekkes kemenkes jambi jurusan
kesehatan lingkungan di KKP Jambi yang melakukan praktek lapangan di
CV.GoodFood Sukses Perkasa Jl.Soekarno Hatta Talang Bakung,
Kec.Jambi Selatan, Jambi . Dilaksanakan pada tanggal 1 November 2017
dan diperoleh kesimpulan untuk pengukuran kebisingan di Ruang
pembuatan Roti CV.GoodFood memenuhi syarat. Untuk pengukuran
Pencahayaan di ruang packing CV.GoodFood Memenuhi syarat ,
sedangkan di ruangan pemanggangan dibawah nilai ambang batas yang
diperuntukan. Untuk suhu dan kelembapan memenuhi syarat yang telah
ditentukan. Untuk pengukuran Pengukuran kualitas udara di CV.
GoodFood menggunakan HAZ-DUST partikulat PM 2,5 mengukur lokasi
ruang packing maksimum 0,041 mg/m3 ,minimum 0,006 mg/m3, T.W.A
0,025 mg/m3 dan diruang dapur (pemasakan) maksimum 0,066 mg/m3,
minimum 0,002 mg/m3, T.W.A 0,043 mg/m3. Untuk tempat pengolahan
makanan memenuhi syarat. Untuk penyediaan air bersih memenuhi syarat
kecuali Mn yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan. Untuk
pengukuran kepadatan lalat termasuk kategori tingkat kepadatan rendah
dan tidak perlun dilakukan tindakan. Untuk pengendalian tikus diperoleh
tikus Suncus Murinus ( cecurut ). Untuk survey larva nyamuk diperoleh 1
pupa.

Saran

1. Untuk penjamah makanan di CV.GoodFood sebaiknya


menggunakan APD.
2. Perlunya dilakukan pengurasan bak agar jentik tidak dapat
berkembang biak.
3. Sebaiknya CV.GoodFood melakukan pengendalian tikus dengan
cara memasang perangkap dan menutup saluran pembuangan air
limbah.
4. Sebaiknya penjamah makanan tidak menggunakan make up pada
saat bekerja.

PEMERIKSAAN AIR PARAMETER KIMIA


Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada
Tanggal : 7 November 2017
Pukul : 08.30 wib – 09.30 wib
Lokasi : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Jambi
Data Sampel Air
Sumber : Sumur bor pH 7,5 suhu 28,30C
Pukul : 08.43 wib
Lokasi : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Jambi
Pengambil sampel : Wiki Pratama

A. Pengujian klorin Cl2


Alat dan bahan :
1. Alat yang digunakan
• Water Test Kit
2. Bahan yang diperlukan:
• Sampel air10 ml
• DPD Free Chlorine Reagen 1 tablet

Metode :
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 1 tabung sampel air sebagai blanko
3. Mengambil alat Water Test Kit dan memasukkan aquades sebanyak 10 ml
ke dalam comparator test
4. Memasukkan sampel airsebanyak 10 ml ke dalam Tabung Sampel
5. Memasukkan 1 tablet DPD Free Chlorine Reagen ke dalam Tabung
Sampel diamkan selama 2 menit
6. Membandingkan warna yang sama antara blanko dan tabung Sampel
7. Melihat angka yang tertera pada Comparator
8. Mencatat angkanya sebagai nilai sisa chlor

Hasil :
Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel tidak ada perubahan warna
yang signifikan diperoleh hasil besarnya nilai sisa chlor dalam sampel
airadalah 0,1 mg/liter

B. Pengujian Mn (mangan)
Alat dan bahan :
1. Alat yang digunakan
• Comparator Test Kit
2. Bahan yang diperlukan:
• Sampel airMn 10 ml
• Free Manganese Reagent 1 tablet

Metode :
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 1 tabung sampel air sebagai blanko
3. Mengambil alat Water Test Kit dan memasukkan aquades sebanyak 10 ml
ke dalam comparator test
4. Memasukkan sampel airsebanyak 10 ml ke dalam Tabung Sampel
5. Memasukkan 1 tablet Manganese Reagent ke dalam Tabung Sampel
diamkan selama 20 menit
6. Membandingkan warna yang sama antara Comparator Control dan tabung
Sampel
7. Melihat angka yang tertera pada Comparator
8. Mencatat angkanya sebagai nilai mangan

Hasil :
Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel terjadi perubahan warna,
warna sampel menjadi biru diperoleh hasil besarnya nilai mangan dalam
sampel airadalah 10 mg/liter

C. Pemeriksaan Kualitas Air Secara Kimia Fe ( Besi )


Alat
a. countour comperator kit-fe
b. ATK (alat, tulis, kerja)
c. Comparator
d. Cool box
e. Kertas label
f. Formulir
g. Jerigen dan label

Bahan
a. Reagen iron 1
b. Reagen iron 2
c. Air sampel
Prosedur Kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Bilas botol sampel dengan menggunakan air sampel
c. Masukan sampel airkedalam 2 (dua) wadah sampel masing-masing 10 ml,
1 (satu) wadah sebagai blanko dan 1 (satu) sebagai sampel.
d. Tambahkan satu tablet Iron MR nomor 1 kedalam wadah sampel
hancurkan dan goncang
e. Tambahkan satu tablet Iron MR nomor 2 kedalam wadah sampel
hancurkan dan goncang
f. Dan diamkan selama 10 menit
g. Masukkan disk kedalam Number facing operator lalu letakkan blanko
tanpa tablet di daerah yang tidak berarsir, Lalu letakkan sampel dengan tablet
di tempat yang berarsir putar disk untuk menemukan warna yang tepat
h. Baca hasil di bagian bawah kanan sudut
i. Catat hasil

Hasil
Didapatkan hasil sampel berwarna kuning atau orange dengan kadar Fe 0,5
pada air sampel.

D. Pemeriksaan Kualitas Air Secara Kimia Sulphide


Alat
a. Countour comperator kit
b. ATK (alat, tulis, kerja)
c. Comparator
d. Cool box
e. Kertas label
f. Formulir
g. Jerigen dan label
1. Bahan
a. Sulphide 1
b. Sulphide 2
c. Air sampel

Prosedur kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Bilas botol smapel dengan menggunakan air sampel
c. Masukan sampel airkedalam 2 (dua) wadah sampel masing-masing 10 ml,
1 (satu) wadah sebagai blanko dan 1 (satu) sebagai sampel.
d. Tambahkan 1 tablet sulfhide nomor 1 dan 1 tablet sulphide nomor 2
hancurkan lalu goncang
e. Diamkan selama 10 menit untuk mengetahui warna yang dihasilkan
f. Masukkan disk kedalam Number facing operator lalu letakkan blanko
tanpa tablet di daerah yang tidak berarsir, Lalu letakkan sampel dengan tablet
di tempat yang berarsir putar disk untuk menemukan warna yang tepat
g. Baca hasil di bagian bawah kanan sudut
h. Catat hasil

Hasil
Didapatkan hasil sampel berwarna Unggu dengan kadar Sulphide 0,05 pada
air sampel.

E. Pemeriksaan Kualitas Air Secara Kimia Fluoride


Alat
a. countour comperator kit
b. ATK (alat, tulis, kerja)
c. Comparator
d. Cool box
e. Kertas label
f. Formulir
g. Jerigen dan label
Bahan
a. Fluoride 1
b. Fluotide 2
c. Air sampel

Prosedur kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Bilas botol smapel dengan menggunakan air sampel
c. Masukan sampel airkedalam 2 (dua) wadah sampel masing-masing 10 ml,
1 (satu) wadah sebagai blanko dan 1 (satu) sebagai sampel.
d. Tambahkan 1 tablet Flouride nomor 1 kedalam wadah hancurkan dan
goncang
e. Tambahkan 1 tablet Flouride nomor 2 kedalam wadah hancurkan dan
goncang
f. Diamkan selama 5 menit untuk mengetahui warna yang dihasilkan
g. Masukkan disk kedalam Number facing operator lalu letakkan blanko
tanpa tablet di daerah yang tidak berarsir, Lalu letakkan sampel dengan tablet
di tempat yang berarsir putar disk untuk menemukan warna yang tepat
h. Baca hasil di bagian bawah kanan sudut
i. Catat hasil

Hasil
Didapatkan Hasil sampel berwarna merah dengan kadar flouride 1,5 pada air
sampel.

F. Pengujian Nitrit
Alat dan bahan :
1. Alat yang digunakan
• Water Test Kit
2. Bahan yang diperlukan:
• Sampel air10 ml
• Reagents tablet
Metode :
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Memasukkan sampel airsebanyak 10 ml ke dalam Tabung Sampel
3. Memasukkan 1 tablet reagen ke dalam Tabung Sampel diamkan selama 10
menit
4. Membandingkan warna yang sama antara blanko dan tabung Sampel
5. Melihat angka yang tertera pada Comparator
6. Mencatat angkanya sebagai nilai Nitrit

Hasil :
Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel, tidak ada perubahan warna
yang cukup signifikan diperoleh hasil besarnya nilai Nitrit dalam sampel
airadalah 0,02 mg/liter

G. Pengujian Nitrat
Alat dan bahan :
1. Alat yang digunakan
• Water Test Kit
2. Bahan yang diperlukan:
• Sampel air10 ml
• Reagents tablet
Metode :
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Mengisi botol reaksil dengan sampel airsebanyak 1 ml
3. Menambahkan 19 ml aquades kedalam botol sampel.
4. Menambahkan 1 sendok ukuran 0,1 g kedalam botol reaksi
5. Menambahkan 1 Nitratest tablet hancurkan hingga homogen. Tunggu
hingga mengendap selama 2 menit.
6. Memasukkan sampel kedalam botol sampel menambahkan nitrikal tunggu
10 menit.
7. Memasukkan tabung sampel ke dalam Komparator Nitrat.
8. Membandingkan warna yang sama antara blanko dan tabung Sampel
9. Melihat angka yang tertera pada Comparator
10. Mencatat angkanya sebagai nilai Nitrat

Hasil :
Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel, terjadi perubahan warna yaitu
abu-abu muda diperoleh hasil besarnya nilai Nitrit dalam sampel airadalah 1,0
mg/liter

ANALIS DATA
Dari pemeriksaan air diperoleh data:
Kadar
Maksimum
Pemeriksaan Hasil Satuan Yang Keterangan
Diperbolehka
n
Dibawah
Cl 0,1 mg/L 250
NAB
Melebihi
Mn 10 mg/L 0,1
NAB
Sesuai
Sulfida 0,05 mg/L 0,05
NAB
Melebihi
Fe 0,5 mg/L 0,3
NAB
Sesuai
Fluorida 1,5 mg/L 1,5
NAB
Dibawah
Nitrit 0,02 mg/L 1,0
NAB
Dibawah
Nitrat 1,0 mg/L 10
NAB

Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan pada tabel sudah di seuaikan menurut


Permenkes No. 492 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air
KESIMPULAN
Berdasarkan Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air, Dari pemeriksaan air parameter kimia maka
disimpulkan bahwa kandungan sulfida dan fluorida sesuai dengan kadar
maksimun yang diperbolehkan.

SANITASI KAPAL
Gambaran Umum Wilayah
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Wilayah Kerja Talang Duku terletak
di Desa Talang Duku, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambiyang
mempunyai luas wilayah 271 Hektar atau 2,71 Km2..
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Wilayah Kerja Muara Sabak terletak
di Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara geografis terletak pada 0°53’ -
1°41’ LS dan 103°23 - 104°31 BT.Kabupaten Tanjung Jabung Timur
mempunyai luas wilayah 5.445 Km², Pelabuhan Muara Sabak terletak pada
posisi 010 07,51” LS - 1030 51,01” BT terletak +10 mil dari Muara Sungai
Batang hari.
Kegiatan Magang
Pemeriksaan sanitasi kapal
1) Tabulasi data
Tabel 3.2.1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal TB. ABDILLAH
Tidak
No Jenis Pemeriksaan Ada Ket
Ada
1 Faktor risiko V
Kelengkapan dokumen
a) sertifikat P3K Kapal V
b) Buku Kesehatan V
2
c) Daftar Vaksinasi V
d) Catatan Perjalanan V
e) Data Umum Kapal V
Fasilitas Medik
a) Ruang Pemeriksaan V
3
b) Tenaga Kesehatan V
c) Obat-obatan V
Dilakukkan tindakan
4 V
penyehatan
5 Jenis tindakan penyehatan yang
dilakukan
a) Hapus tikus V
b) Hapus serangga V
c) Hapus Kuman V
d) Hapus Kontaminasi Bahan V
Berbahaya

Tabel 3.2.1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal MV. SRIWIJAYA 8


Tidak
No Jenis Pemeriksaan Ada Ket
Ada
1 Faktor risiko V
2 Kelengkapan dokumen
a) sertifikat P3K Kapal V
b) Buku Kesehatan V
c) Daftar Vaksinasi V
d) Catatan Perjalanan V
e) Data Umum Kapal V
3 Fasilitas Medik
a) Ruang Pemeriksaan V
b) Tenaga Kesehatan V
c) Obat-obatan V
4 Dilakukkan tindakan
V
penyehatan
5 Jenis tindakan penyehatan yang
dilakukan
a) Hapus tikus V
b) Hapus serangga V
c) Hapus Kuman V
d) Hapus Kontaminasi Bahan V
Berbahaya

2) Analisa data
Pada Tabel 3.2.1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal dilakukan di Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) Wilayah Kerja Talang Duku yang dilaksanakan pada
tanggal 1-2 November 2017 , pukul 10.21 WIB. Dari tabel berikut dapat
disimpulkan bahwa Sanitasi Kapal TB.ABDILLAH dan Kapal MV.
SRIWIJAYA 8 memenuhi syarat.

Pelaksanaan kegiatan
Pelaksaan praktek magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Jambi
Wilayah Kerja Talang duku dilakukan selama 2 hari tepatnya padai tanggal
01 November 2017. Berikut waktu pelaksanaan praktek :
Inspeksi Sanitasi Sanitasi Kapal TB.ABDILLAH :
Hari/tanggal : Rabu, 1 November 2017
Jam : 10.21 WIB s/d selesai
Inspeksi Sanitasi Kapal MV. SRIWIJAYA 8:
Hari/tanggal : Kamis, 2 November 2017
Jam : 14.56 WIB s/d selesai

Survey Tingkat Kepadatan Jentik Dan Nyamuk

I. PERSIAPAN

A. Sumber Daya Manusia


Syarat:
 Fungsional Sabitarian, Entomolog.

Penunjang:
 Kader yang sudah dilatih.
 Pengemudi/supir yang memiliki SIM A

B. Sarana Dan Prasarana


1. Sarana dan Prasarana Pengamatan
Peralatan :

 Mobil khusus vektor  Pipet Panjang dengan


kontrol karet penghisap
 Senter  Pipet sedang
 Pipet kecil  Cover glass
 Cawan petri  Mikroskop Binokuler
 Botol kosong kecil  Mikroskop Stereo
 Loupe  Kertas label
 Alat tulis  Kaleng/gelas plastik
 Glass objek untuk

Bahan :

 Alkohol  Formulir
 Xylol  Surat tugas

2. Sarana dan Prasarana Pemberantasan

Peralatan :

 Mobil khusus vektor  Gelas ukur


kontrol  Corong
 Thernnal Fogging  Ember
 ULV  Kacamata safety
 Masker  Pengaduk
 Helmet  Tool Kit
 Sepatu safety  Alat pemadam api ringan
 Senter (APAR)
 Pakaian kerja  Timbangan
 Sarung tangan  Sendok
 Jerigen

Bahan :

 Insektisida  Bahan bakar


 Larvisida  Surat tugas
 Pelarut

II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN


A. Pemetaan
 Pemetaan daerah perimeter dan daerah buffer yang merupakan
tempat perindukan potensial Nyamuk Aedes aegypti.
 Membagi daerah pengawasan untuk memudahkan
pengawasan/pemberantasan secara intensif.
B. Pengamatan
1. Survey Aedes aegypti Stadium Larva
 Petugas yang akan melakukan pemerisaan kedalam bangunan
milik instansi Pemerintah/Swasta harus izin terlebih dahulu
kepada petugas di instansi tersebut.
 Periksa container yang ada pada semua bangunan di lingkungan
Pelabuhan/Bandara.
 Apabila ada kontainere positif jentik dengan investasi campuran
pilihlah seekor yang diperkirakan jentik Nyamuk Aedes (bergerak
lamban tetapi apabila disinari akan bergerak lincah seperti huruf
“S”, berwarna putih keabu-abuan dengan ukuran 0,5-1 cm,
bergerak menjauhi sinar/cahaya dan apabila istirahat posisinya
hampir tegak lurus dengan permukaan air).
 Jentik yang diperkirakan Aedes diambil dengan pipet panjang
dan dimasukan kedalam botol kecil serta diberi label (nama
bangunan dan tanggal pengambilan).
 Tulislah semua nama bangunan, container (baik positif maupun
negative larva) yang diperiksa kedalam fomulir.

a. Identifikasi Jentik/Larva
 Siapkan mikroskop binokuler
 Letakkan larva yang akan diperiksa pada cawan petri
 Ambil larva dengan pinset kecil
 Letakkan larva pada objek glass
 Teteskan xylol pada larva
 Tutup dengan cover glass
 Periksa dengan lensa pembesaran 10 X
 Untuk identifikasi lihat kunci identifikasi Nyamuk Aedes aegypti
 Lakukan identifikasi larva dilaboratorium sesuai dengan ciri –
cirinya
b. Penghitungan Indeks (House Index/HI, Countainer Index/CI,
Breteau Index/BI)
 Hitunglah House Index, Container Index dan Breteau Index
selanjutnya tulis kedalam laporan.
- House Index : Persentase antara rumah dimana ditemukan
jentik terhadap seluruh rumah yang diperiksa.
Rumah positif jentik
HI = X 100%
Jumlah rumah diperiksa

- Container Index : persentase antara kontainer dimana


ditemukan jentik terhadap seluruh kontainer yang diperiksa.
Kontainer positif jentik
CI = X 100%
Jumla h kontainer diperiksa

- Breteau Index : jumlah kontainer yang positif per seratus


rumah.
Kontainer positif jentik
BI = X 100%
Jumla h ruma h diperiksa

 Apabila Indeks Larva Aedes > 0% untuk daerah Perimeter dan


> 1% untuk daerah Buffer, maka direkomendasikan untuk
dilakukan pengendalian.
 Survey Aedes stadium telur dilakukan jika infestasi A. Aegypti
di daerah pengawasan rendah sekali atau sukar ditemukan
larva ( BI < 5 ) dengan dilakukan pemasangan ovitrap
( perangkap telur ).
 Pengamatan Aedes aegypti stadium larva dilakukan pagi hari
secara teratur setiap bulan sekali pada setiap wilayah
pengamatan.
c. Analisis Hasil
Indikator kepadatan (Density Figure) populasi Aedes sp
merujuk pada WHO tahun 1972
No Tingkat House Countainer Breteau
Kepadatan Index Index Index
% % %

1 Rendah 1–3 1–2 1–4

2 Sedang 4–7 3–5 5–9

3 Sedang 8 – 17 6–9 10 – 19

4 Sedang 18 – 28 10 – 14 20 – 34

5 Sedang 29 - 37 15 - 20 35 – 49

6 Tinggi 38 – 49 21 – 27 50 – 74

7 Tinggi 50 – 59 28 – 31 75 – 99

8 Tinggi 60 – 76 32 – 40 100 –
199

9 Tinggi 77 + 41 + 200 +

B. Pengamatan Kehidupan Tikus Dan Pinjal


I. PERSIAPAN

A. Sumber Daya Manusia


Syarat:
 Fungsional sanitarian, Entomologi
Penunjang :

 Kader yang sudah dilatih


 Pengemudi/supir yang memiliki SIM A

B. Sarana Dan Prasarana


Peralatan :
 Kendaraan roda 4  Kantong
 Kendaraan roda 2  Baskom
 Perangkap  Sisir
 Timbangan  Kunci identifikasi
 Mikroskop  Baju
 Object glass  Sarung tangan
 Petridish  Masker
 Penyedot pinjal  Kaca slide
 Tabung gelas  Cover glass
 Botol- botol vial untuk  Tanda-tanda pemasangan
parasit lain racun
 Penggaris  Formulir dan ATK
 Kapas

Bahan :

 Chloroform
 Umpan
 Racun tikus
 Alkohol
 Lysol/sabun

II. LANGKAH –LANGKAH PELAKSANAAN

2.1. Di Pelabuhan/Bandara

A. Pemetaan

 Pemetaan daerah yang menjadi lokasi pengawasan /


pemberantasan.
 Membagi daerah pengawasan untuk memudahkan
pengawasan/pemberantasan secara intensif (bagi KKP dengan
daerah yang luas).
 Bagi KKP dengan daerah tidak terlalu luas,tidakperlu membuat
pembagian daerah pengawasan.
 Peta yang dibuat memuat situasi gudang, gedung dan bangunan
lain yang ada di pelabuhan/bandara, tempat sampah, tempat
pengelolahan makanan, saluran air, tempatpenumpukan barang
dan lokasi penumpukan barang di area terbuka.
B. Pengamatan Tikus Dan Pinjal

1. PengamatanTikus Dan Pinjal


 Siapkan perangkapyang telah diberi umpan : kelapa bakar,
ikan asin, buah (usahakan diganti setiap pemasangan selama
5 hari berturut-turut).
 Pemsangan perangkap pada sore hari, terutama di gudang –
gudang yang dilakukansetiap 40 hari selama 5 hari berturut
turut yang dapat mencakup seluruh area pelabuhan. Untuk
pelabuhan besar dapat dibagimenjadi 2-4 bagian sesuai
dengan keadaan masing masing bagian, yang dikerjakan
dalam 5 hari berturut turut dan dapat diselesaikan dalam
jangka waktu 1 bulan.
- jumlah perangkap yang di pasang antara 100-300
buah/hari (sesuai dengan kebutuhan). Pada setiap
kegiatan jumlah perangkap yang di pasang minimal 100
buah dan maksimal 300 buah perangkap tergantung luas
area.
- Tiap jarak 10 m dipasang 1 perangkap
- Pasangkan umpan pada seluruh perangkap yang akan di
pasang.
 Perangkap diambil keesokan harinya sebelum aktivitas mulai
ramai (pagi hari)
 Catat jumlah perangkap yang hilang.
 Pisahkan perangkap yang berisi tikus dan dimasukkan ke
dalam karung kain dan diberi label.
- Lakukan identifikasi tikus dan pinjal.
- Perangkap yang berisi tikus dan telah kosong harus di cuci
dan dikeringkan sebelum digunakan kembali
- Seluruh umpan harus diganti kembali
 Menghitung kepadatan tikus = tikus tertangkap/jumlah
perangkap yang terpasang

2. Identifikasi tikus dan pinjal


 Tikus yang sudah diberi tanda/label lalu dibunuh (secara
mekanik atau menggunakan kapas yang telah diberi
choloform dan dimasukkan dalam karung, kemudian di tunggu
beberapa menit sampai tikus tidak bergerak lagi.
 Lakukan penyisiran pada tikus menggunakan sisir khusu
untuk kutu agar mudah mendapatkan ectoparasite
(pinjal,fleks,chingger).
 Melakukan identifikasi tikus untuk megetahui spesiesnya
(panjang tikus keseluruhan,panjang ekor,panjang
kaki,panjang telinga,menghitung jumlah mamae,mengukur
besar testis dan menimbang berat tikus) dan kewaspadaan
terhadap adanya kasus import.
 Menghitung jumlah pinjal dan tentukan indeks pinjal (bila
indeks pinjal lebih dari 1,lakukan pemberantasan).
 Menentukan spesies pinjal guna pemeriksaan jenis pinjal
untuk mengetahui apakah ada pinjal import dari negara lain
yang terbawa oleh kapal.

Indeks pinjal (flea indeks)


Indek pinjal = jumlah pinjal yang ditemukan/jumlah tikus yang
tertangkap.

3. Kunci Identifikasi Tikus


1. Mencit rumah Mus musculus Linnaeus
 Panjang ujung kepala sampai ekor kurang dari 175 mm,
ekor 81–108 mm, kaki belakang 12–18 mm, telinga 8–
12 mm.
 Rumus mamae 3 + 2 = 10. Warna rambut badan atas
dan bawah coklat kelabu. Terdapat di dalam rumah ;
dalam almari, dan tempat penyimpanan lainnya

2. Tikus riol Rattus norvegicus (Berkenhout)


Panjang ujung kepala sampai ekor 300–400 mm, ekor
170-230 mm, kaki belakang 42–47 mm, telinga 18–22 mm.
Rumus mamae 3+3 = 12. Warna rambut badan atas
coklat kelabu, rambut bagian perut kelabu. Banyak dijumpai
di saluran air/riol/got di daerah pemukiman kota dan pasar.

3. Tikus rumah Rattus rattus diardii (Jentik)


Panjang total ujung kepala sampai ujung ekor 220–370
mm, ekor 101-180 mm, kaki belakang 20–39 mm, telinga 13–
23 mm. Rumus mamae 2 + 3 = 10. Warna rambut badan atas
coklat tua dan rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu.
Tikus jenis ini banyak dijumpai di rumah (atap, kamar, dapur)
dan gudang. Kadang-kadang ditemukan pula di kebun sekitar
rumah.

4. Tikus ladang Rattus exulans (Peale)


Panjang ujung kepala sampai ekor 139–365 mm, ekor
108–147 mm, kaki belakang 24–35 mm, telinga 11–28 mm.
Rumus mamae 2+2 = 8. Warna rambut badan atas coklat
kelabu, rambut bagian perut putih kelabu. Terdapat di semak-
semak dan kebun/ladang sayur-sayuran dan pinggiran hutan,
kadang-kadang masuk ke rumah.

5. Tikus wirok Bandicota indica (Bechstein)


Panjang ujung kepala sampai ekor 400 – 580 mm,
ekor 160 – 315 mm, kaki belakang 47 – 53 mm, telinga 29 –
32 mm. Rumus mamae 3 + 3 = 12. Warna rambut badan atas
dan rambut bagian perut coklat hitam.Rambutnya agak jarang
dan rambut di pangkal ekor kaku seperti ijuk. Banyak dijumpai
di daerah berawa, padang alang-alang, dan kadang-kadang di
kebun sekitar rumah.

6. Tikus sawah Rattus argentiventer (Robinson & Kloss)


Panjang ujung kepala sampai ekor 270–370 mm, ekor,
130 - 192 mm, kaki belakang 32 – 39 mm, telinga 18–21
mm. Rumus mamae 3 + 3 = 12. Warna rambut badan atas
coklat muda berbintik-bintik putih, rambut bagian perut putih
atau coklat pucat. Terdapat di sawah dan padang alang-alang

C. Inspeksi sanitasi masjid/mushola


a. Pengertian Masjid/Mushola

b. Persyaratan Kesehatan Tempat Ibadah


Komponen inspeksi sanitasi meliputi :

1. Letak
2. Kontruksi
3. Persyaratan Bagian dalam

Tempat ibadah, rumah ibadah, tempat peribadahan adalah sebuah


tempat yang di gunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut
ajaran agama mereka masing-masing.

Menjamin keadaan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan seperti :

1. Penyediaan Air Bersih


a. Kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih
b. Kualitas dan penempatan jamban/kakus
c. Kualitas dan penempatan sarana pembungan air limbah

2. Pembuangan kotoran
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung
berjarak 10-15 meter dari sumber air.
b. Tidak berbau
c. Cukup luas dan lantai miring kearah lubang jongkok sehingga
tidak mencemari tanah di sekitarnya
d. Mudah di bersihkan dan aman penggunaannya
e. Di lengkapi dinding dan atap pelindung, dan dinding kedap air
f. Cukup penerangannya
g. Lantai kedap air
h. Ventilasi yang cukup
i. Tersedia air dan alat pembersih

3. Pengelolaan limbah cair


Kualitas dan penempatan sarana pembungan air limbah
harus memenuhi syarat. Sarana pembuangan limbah cair harus kedap
air dan tertutup. Dalam hal ini pengelola atau pengurus tempat-tempat
ibadah tersebut perlu dan harus di berikan pengetahuan tentang
kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat
umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan
kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar. Pengawasan mutu
lingkungan tempat umum. Termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan . dengan serta dari pengurus tempat-tempat ibdah
diharapkan:

a. Berubahnya atau terkendalinya atau hilang semua unsur fisik dan


lingkungan yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat
memberi pengaruh buruk terhadap ksehatan.
b. Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah
c. Terlaksanya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan
lingkungan
d. Telaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempa-
tempat umum.

4. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas
tanggung jawab, berkelanjutan, manfaat, keadilan, kesadaran,
kebersamaan keselamatan, keamanan dan nilai ekonomi. Pengelolaan
sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kuliatas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Penyelenggaraan pengelolaan sampah antara lain berupa pepenyediaan
tempat penampungan sampah, alat angkut sampah, tempat
penampungan sementara, tempat pengelolaan sampah terpadu, dan
tempat pemrosesan akhir.
5. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu
Peraturan pemerintah No. 374 tahun 2010 menyatakan
bahwa vektor merupakan arthropada yang dapat menularkan,
memindahkan atau jadi sumber penularan penyakit pada manusia. Jadi di
tempat ibadah juga harus tidak ada tempat bersarangnya vektor seperti
nyamuk, tikus kecoa dan lain sebagainya.

6. Kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik


Untuk mendirikan sebuah banguan tempat ibadah ada aturan
dan mekanisnya, yaitu harus memenuhi persyaratan administrasi dan
persyaratan teknis bangunan gedung dan harus ada perhatian khusus
dari pemerintah pusat mengenai persyaratan bangunan. Lantai, atap dan
dinding harus bersih dan kuat. Jarak langit-langit 2,5 m dari lantai.

D. Mengukur Kepadatan Lalat


I. PERSIAPAN
a. sumber daya manusia
 Fungsional sanitarian,entomolog.
b. Sarana dan prasarana pengamatan
Peralatan

 Fly grill
 Counter
 Hygrometer
 Thermometer
 Anemometer
 Kendaraan
Bahan
 Formulir
 Surat tugas
c. Sarana dan prasarana pemberantasan
Peralatan
 Mobil
 Mist blower
 Ember
 Pengaduk
 Pakaian kerja
 Alat pelindung diri (masker,helmet,kacamata dan sarung tangan)
 Lem lalat

Bahan
 Insektisida
 Pelarut

II. LANGKAH_LANGKAH PELAKSANAAN


a. pengamatan
pelaksanaan survei kepadatan lalat di pelabuhan
 Buat pemetaan daerah potensial lalat
 Siapkan kelengkapan fly grill dan peralatan lainnya
 Periksa seluruh kelengkapan sebelum melaksanakan kegiatan
 Lakukan pengukuran suhu,kelembaban udara dan kecepatan angin
 Catat hasil pengukuran pada formulir yang tersedia
 Letakkan fly grill di tempat yang potensial lalat seperti : TPS kontainer
sampah,tempat penjualan makanan
 Biarkan flygrill di hinggapi lalat selama 30 detik
 Hitung lalat yang hinggap pada flygrill pada fly grill denan menggunakan
counter
 Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali di setiap lokasi.
 Catata dlam formulir pemeriksaan
 Lima nilai tertinggi di hitung rata-ratanya
 Cocokkan dengan indeks dan interpretasikan sbb

78
no Rata-rata indeks

1 0-2 rendah
2 3-5 sedang
3 6-20 tinggi
4 20 keatas Sangat tinggi

Setelah dilakukan survei kepadatan dilakukan analisis hasil serta


rekomendasi,apabila kepadatan tinggi atau sangat tinggi maka dilakukan
tindakan pengendalian.

Interpretasi hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi (Blok
Grill) sebagai berikut :
a) 0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah
b) 3 – 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap tempat – tempat berkembangbiakan lalat ( tumpukan
sampah , kotoran hewan dan lain – lain )
c) 6 – 20 : Tinggi / padat dan perlu pengamanan
terhadap tempat – tempat berkembangbiakan lalat dan
bila mungkin direncanakan upaya
pengandaliannya.
d) >21 : Sangat tinggi / sangat padat dan perlu
dilakukan pengamanan terhadap tempat – tempat
perkembangbiakan lalat dan tindakan pengendalian
lalat.

HASIL

1) Survey Tingkat Kepadatan Jentik /Larva Nyamuk Aedes Aegypti


 Lokasi Survey = Pelabuhan Muara Sabak
 Hari / Tanggal = Selasa, 31 Oktober 2017
 Hasil Survei

Tabel 3.2 Hasil Survei Tingkat Kepadatan Jentik /Larva Nyamuk Aedes Aegypti
di pemukiman Wilker Muara Sabak

79
No Hasil Survei Jumlah
1. Rumah yang diperiksa 71
2. Container 149
3. Rumah ada jentik 8
4. Container ada jentik 11

 House Indeks (HI)

Rumah positif jentik


HI = X 100%
Jumlah rumah diperiksa

= = 11,3 %

71

 Container Index (CI):

Kontainer positif jentik


CI = X 100%
Jumla h container diperiksa

= 11/ 149 x 100% = 7,4 %

Jadi, tingkat kepadatan jentik berdasarkan HI dan CI berada pada tingkat


sedang, maka direkomendasikan untuk dilakukan pengendalian.

 Hasil Identifikasi larva dan nyamuk


1. Jentik

80
j

Jentik yang ditemukan merupakan jentik Aedes Aegypti, dengan ciri-ciri:


- Pada saat di beri cahaya jentik aedes aegypti bergerak cepat ke dasar air.
- Memiliki sifon
- Memiliki comb yang berbaris
- Memiliki duri comb trisula (bercabang tiga)
- Memiliki pecten
- Memiliki bulu tube

2. Nyamuk

Nyamuk yang di tangkap merupakan nyamuk Aedes Aegypti, dengan ciri-ciri:


- Adanya corak loreng-loreng putih dan hitam pada kaki dan bagian tubuh
lainnya
- Memiliki tiga garis putih pada toraknya

2) Inspeksi sanitasi Mushola Nurul Falah


Nama Tempat Ibadah : Mushola Nurul Falah
Alamat : Muara Sabak
Nama Pengurus : Dermawan
Tanggal/jam pemeriksaan : Jumat, 03 November 2017

Tabel 3.3 Hasil Inspeksi sanitasi bangunan Mushola Nurul Falah, di wilker Muara
Sabak

81
NO VARIABEL UPAYA SKORE
I. PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN
BANGUNAN
UMUM
1 Lokasi 36
2 Lingkungan/ halaman 36
BAGIAN DALAM
1 Lantai 60
2 Dinding 50
3 Atap 54
4 Langit-langit 45
5 Pagar 40
6 Pencahayaan 80
7 Ventilasi 80
8 Tersedia perlengkapan ibadah 80
II. FASILITAS SANITASI
1 Air bersih 108
2 Pembuangan air limbah 95
3 Tempat sampah 0
4 Jamban dan urinoir 80
TOTAL BOBOT 844

Pengamatan KehidupanKeterangan :

0 s/d 699 = Tidak memenuhi syarat kesehatan

700 s/d 1000 = Memenuhi syarat kesehatan

Berdasarkan inspeksi sanitasi yang dilakukan tempat ibadah tersebut sudah


memenuhi syarat.

Pembahasan :

 Lokasi sesuai dengan rencana tata letak kota.


 Lingkungan/halaman bersih, rapi dan drainase berfungsi dengan baik serta tidak
terdapat genangan air.
 Lantai bersih, kuat, kedap air, permukaan rata, dan tidak licin.
 Dinding bersih, permukaan yang selalu kontak dengan air kedap air, dan berwarna
terang.
 Atap tidak bocor, tidak memungkinkan genangan air.
 Tinggi langit-langit dari lantai 2,5 m tetapi ada retakan pada langit-langit
 Pagar kuat dan terpelihara
 Pencahayaan cukup terang
 Ventilasi terdapat perlengkapan untuk mengatur sirkulasi udara dan kondisi udara
ruang terasa nyaman.
 Tersedia perlengkapan ibadah bersih dan tertata rapi serta tersedia cukup untuk
orang yang melakukan ibadah.
 Tersedia air bersih yang cukup, memenuhi syarat fisik serta air wudhu keluar
melalui kran-kran khusus.

82
 Pembuangan air limbah mengalir dengan lancar,kedap air dan sistem tertutup.
 Tersedia tempat sampah dengan jumlah yang cukup, terbuat dari bahan yang kuat,
tahan karat, kedap air dan tertutup serta tersedia TPS yang memenuhi syarat.
 Jamban dan urinior bersih dan tidak berbau, lantai kedap air, miring kearah saluran
pembuangan serta jamban pria dan wanita terpisah.

3) Pengamatan Tikus Dan Pinjal

Lokasi ; Pelabuhan Muara Sabak

Tabel 3.4 Pengamatan Tikus Dan Pinjal Di KKP Wilker Muara Sabak

No Tanggal Jumlah perangkap Jenis Jumlah


Umpan Tikus
Tertangkap

1 Selasa, 31 Oktober 10 perangkap Roti 0


2017
2 Rabu, 01 10 perangkap Ikan asin 0
November 2017
3 Kamis, 02 10 perangkap Ikan asin 0
November 2017
Jumlah 0

Pemasangan perangkap tikus dilakukan selama tiga hari dengan jumlah


perangkap 10 perangkap per hari dengan menggunakan umpan roti dan ikan asin.
Setelah dilakukan pemasangan perangkap selama dua hari tidak tertangkap tikus.

I. Magang di Wilker Talang Duku


1) Pengukuran Kepadatan Lalat
Pelaksanaan kegiatan pengendalian dan pemberantasan lalat berupa
pengendalian dengan cara melakukan penghitungan kepadatan lalat. Tindakan
pemberantasan sementara belum dapat dilakukan karena belum tersedia bahan
desinfektan untuk pemberantasan.

Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat di KKP Wilker Talang Duku

Penguk Periode Waktu Jml


No T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10
uran

83
1. P1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 3
2. P2 1 0 1 1 0 2 0 1 1 0 7
2. P3 0 1 2 0 0 1 1 0 0 0 4

Tabel 3.6. Hasil pengukuran tertinggi Kepadatan Lalat pada titik pengukuran 1 di

KKP Wilker Talang Duku

P1 T2 T4 T7 T8 T9 Total(X)
Jumlah 1 1 1 0 0 3

Hasil rata – rata kepadatan lalat P1 dari 5 titik tertinggi

I = (X)/5

I = 3/5 = 0,6

Tabel 3.7 Hasil pengukuran tertinggi Kepadatan Lalat pada titik pengukuran 2 di KKP

Wilker Talang Duku

P2 T1 T3 T4 T6 T8 Total(X)
Jumlah 1 1 1 2 1

Hasil rata – rata kepadatan lalat P2 dari 5 titik tertinggi

I = (X)/5

I = 6/5 = 1,2

Tabel 3.8 Hasil pengukuran tertinggi Kepadatan Lalat pada titik pengukuran 3 di KKP

Wilker Talang Duku

P2 T2 T3 T6 T7 T8 Total(X)
Jumlah 1 2 1 1 0 4

Hasil rata – rata kepadatan lalat P2 dari 5 titik tertinggi

I = (X)/5

I = 4/5 = 0,8

84
Hasil Rata-Rata Total

I Total = 0,6 + 1,2 + 0,8 = 2,6 = 0,86

3 3

Jadi dari hasil pengukuran kepadatan lalat di area pemukiman wilker talang

duku “rendah” atau tidak menjadi masalah. Pengukuran di lakuakan di daerah sekitar

TPS di wilker KKP Talang Duku. Pengukuran dilakukan di tiga titik, dimana P1

dilakukan di dekat pembuangan sampah di KKP wilker Talang Duku, P2 dilakukan di

depan KKP wilker Talang Duku, dan P3 dilakukan di samping KKP wilker Talang

Duku.

85
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Dalam kegitan Magang Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Jambi tahun 2017 ini, kami masih banyak mendapatkan kendala baik dalam pelaksanaan
praktikum maupun kendala dalam penulisan laporan. Hal-hal yang telah dipelajari dalam
kegiatan perkuliahan di kampus dapat disesuaikan dengan kegiatan pada saat magang.
Kami mendapatkan tambahan ilmu pada saat turun dilapangan
Berdasarkan uraian dari pembahasan dan analisa pada bab-bab
sebelumnya maka ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. KKP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2. Survey tingkat kepadatan jentik /larva nyamuk aedes aegypti dilakukan untuk
mengetahui tingkat kepadatan nyamuk di suatu wilker pelabuhan agar dapat
direkomendasikan dilakukan pengendalian atau tidak.
3. Sanitasi tempat-tempat umum di wilker KKP dilakukan untuk mengawasi TTU
di wilker dan menginformasikan hasil pengamatan serta upaya tindak lanjut
kepada pengelola dan tembusan kepada Adpel/Kepala Bandara serta instansi
terkait.
4. Pemeriksaan tikus diatas kapal dilakukan pada saat melakukan perpanjangan
SSCC/SSCEC atau pemeriksaan dilakukan pada saat kedatangan kapal dari
daerah terjangkit/ luar negeri. Apabila ditemukan tanda-tanda kehidupan tikus
atau adanya tikus maka direkomendasikan untuk dilakukan tindakan tindakan
Derattisasi yang pelaksanaannya oleh Badan Usaha Swasta (BUS) dengan
pengawasan dari petugas KKP.
5. Pengamatan/pemeriksaan keberadaan lalat di kapal dilakukan bersamaan
dengan kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal dan pemeriksaan kapal dalam
rangka penerbitan SSCC. Apabila ditemukan kehidupan lalat di atas
kapal/pesawat direkomendasikan untuk dilakukan tindakan Disenseksi.
Sementara apabila kepadatan lalat tinggi/sangat tinggi di pelabuhan maka
dilakukan tindakan pengendalian.

86
6. Pemeriksaan kualitas air bersih di atas kapal dilakukan pada saat
pemeriksaan sanitasi kapal dalam rangka penerbitan SSCC/SSCEC dan atau
pada saat pemeriksaan sanitasi kapal saat kepadatan kapal dari luar
negeri/daerah terjangkit. Hasil pemeriksaan ditindaklanjuti dengan
menginformasikan hasil pengawasan kepada pengelola dan tembusan
Administrator Pelabuhan/Administrator Bandara serta Pemerintah Daerah/Ka.
Dinkes setempat.
7. Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memantau kebisingan di kawasan
Perimeter, Buffer digunakan sebagai kontrol/pembanding (diluar wilayah
perimeter dan Buffer), umumnya di lingkungan pemukiman atau perumahan.
Hasilnya Desiminasi pada instansi terkait di lingkungan Pelabuhan/bandara.
8. Pemeriksaan sanitasi kapal bertujuan untuk mengetahui keadaan sanitasi
kapal dan menetapkan rekomendasi hasil sanitasi berupa penerbitan SSCEC
atau tindakan penyehatan umtuk penerbitan SSCC.

SARAN
1. Sebaiknya formulir untuk pemeriksaan sanitasi kapal dibuat sesuai jenis
kapal. Cotohnya: kapal barang, kapal penumpang, kapal feri maupun
tongkang.
2. Perlu menambah dan memperbaiki fasilitas-fasilitas dan sarana prasarana di
KKP Jambi khususnya sarana pemeriksaan kualitas lingkungan seperti
kualitas udara dan tanah.
3. Perlu diadakan penambahan pegawai untuk mengisi lowongan kerja pada
satuan kerja-satuan kerja dan pos-pos kerja dalam wilayah operasional kantor
unit penyelenggaran pelabuhan Jambi, agar kegiatan-kegiatan yang berjalan
dapat berlangsung dengan baik.

87

Anda mungkin juga menyukai