Laporan Magang Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan
Laporan Magang Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan
LINGKUNGAN
TAHUN 2017/2018
Laporan magang ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil kegiatan
magang mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jambi.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmatNya lah laporan magang Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Jambi
Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Kesehatan
Lingkungan Tahun 2017 dapat diselesaikan dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan instansi
magang yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Dan tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan seluruh pihak yang telah
membantu menyelesaikan laporan ini. Tanpa dukungan dari berbagai pihak
mungkin laporan ini tidak bisa selesai tepat waktu.
Kami menyadari bahwa di dalam penyelesaian laporan ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dan memberi
dorongan kepada kami agar dilain waktu kami dapat membuat dan
menyempurnakan laporan berikutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua
pihak khususnya yang membutuhkan informasi tentang KKP. Atas perhatian dsn
kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
2 Sesuai dengan Visi PROGRAM Studi DIII Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan kemenkes Jambi yaitu “ Institusi Yang
Meghasilkan Tenaga Ahli Madya Kesehatan Lingkungan yang
berkualitas dan kompeten di Tingkat Nasional Tahun 2018’’, maka
salah satu misi kesehatan lingkungan adalah menyelenggarakan
pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan,
kemampuan mengembangkan IPTEK dan kompeten di bidang
Kesehatan Lingkungan dalam Pembangunan Daerah dan Nasional.
3 Upaya yang dilakukan untuk mencapai visi dan misi tersebut adalah
menyelenggarakan kegiatan magang. Kegiatan magang merupakan
suatu penerapan ilmu dan teknologi oleh mahasiswa dalam bidang
kesehatan lingkungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
danpeningkatan status kesehatan masyarakat Dalam prosesnya
mahasiswa diharapkan memahami mengenai pelaksanaan kegiatan
kesehatan lingkungan di lokasi magang,mampu mengenal masalah,
menentukan kualitas masalah, merumuskan alternatif terbaik dalam
pemecahan masalah lingkungan. Kemudian menyusun rencana
kegiatan sesuai dengan keahlian yang dimiliki, dengan memperhatikan
segala sumber daya yang ada di lokasi magang.
4 KKP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Tugas KKP yaitu Pengendalian kekarantinaan dan
surveilans epidemiologi, Pengendalian factor risiko lingkungan,
5 Pelaksanaan upaya kesehatan lintas wilayah. Salah satu peran Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) Jambi sebagai pusat pelayanan sanitasi
pelabuhan merupakan ujung tombak dalam pemecahan masalah
kesehatan khususnya kesehatan lingkungan di pelabuhan, maka peran
KKP sangat besar dan tinggi. Besarnya tanggung jawab dan peran
KKP menjadikan KKP sebagai sarana pengembangan kemampuan
dan sumber pengalaman bagi tenaga kesehatan. Oleh karena itu
diperlukan pengalaman bagi mahasiswa Program Studi DIII Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jambi di KKP dalam bentuk kegiatan
magang.
2.1 TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku
kuliah dan diterapka melalui magang kkp
B. Tujuan Khusus
Dalam proses belajar mengajar melalui magang kkp ini, diharapkan
mahasiswa mampu :
1. Melakukan penangkapan nyamuk dan identifikasi nyamuk
2. Mengetahui pengendalian lalat
3. Mengetahui cara penangkapan tikus
4. Melakukan pemeriksaan TPM
5. Melakukan perhitungan kebisingan dan partikulat debu
6. Mengetahui cara penggunaan fogging
7. Melakukan pemeriksaan sanitasi kapal
8. mengetahui cara identifikasi nyamuk dan jentik
9. Menyusun dan menyajikan laporan
Ordo Rodentia merupakan ordo dari kelas Mammalia yang terbesar karena
memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu 2.000 spesies (40 %) dari 5.000
spesies untuk seluruh kelas Mammalia. Dari 2.000 spesies Rodentia, hanya
kurang lebih 150 spesies tikus yang ada di Indonesia dan hanya 8 spesies yang
paling berperan sebagai host (vektor) dari agent patogen terhadap manusia dan
hama pertanian. Delapan spesies tersebut yaitu Rattus norvegicus (tikus
riol/got/selokan/kota), Rattus-rattus diardii (tikus rumah/atap), Mus musculus
(mencit rumah), Rattus exulans (tikus ladang), Bandicota indica (tikus wirok),
Rattus tiomanicus (tikus pohon), Rattus argentiventer (tikus sawah), Mus
caroli (mencit ladang)
- Droping
- Run ways
Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat disebut
run ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama, bila melalui
lubang diantara eternit rumah, maka jalan yang dilaluinya lambat laun menjadi
hitam.
- Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus dalam
aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat jalan
misalnya lubang dinding.
- Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus seperti
dinding, lantai, perabotan dan lain-lain.
- Bau
Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau urinnya.
A. Pengertian Lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera,
yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat
mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat dijumpai merata
hampir diseluruh permukaan bumi. Diperkirakan diseluruh dunia terdapat lebih
kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat terdapat di Indonesia. Jenis
lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca
domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan
lalat latrine (Fannia canicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan
dalam masalah kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit
saluran pencernaan.
Fly Grill adalah alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat,
membutuhkan waktu permenit atau perdetik. Buat warna putih pembuangan
sampah atau pembuangan air 3-5 pengamanan pengembangan( < 50 Padat)
(>20 sangat Padat.) pengendalian = (Lem, Lilin,kipas Air). Pengendalian alat
kimia : brinting atau penyemprotan.
B.Jenis-jenis lalat
Jenis-jenis lalat antara lain :
a. Lalat rumah (Musca domestica)
Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah.
Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit
disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan
lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan
jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Dalam waktu
4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai
bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm.
Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur Seekor lalat biasanya diletakkkan
dalam retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak
terkena sinar matahari. Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu
12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium
sambil memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu
berubah menjadi pupa.
Larva-larva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-
350C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat
yang lebih dingin dan lebih kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang,
dan berwarna. merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium
yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga
3 hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa
keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-
jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi
dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat
dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu
4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus
hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan. Lalat rumah bisa
membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang lembab dan
hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium pembiakan yang
disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang
disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang
terdapat dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga
mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium pembiakan yang
paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti sempurna bisa
menjadi medium pembiakan lalat rumah.
Disamping itu sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung
zat-zat organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat
rumah bisa terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam.
Sebagian terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat
pembiakannya, tetapi beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup
2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka
paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Mereka
melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan
berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang
ternak dan gudang-gudang.
a. Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans)
Menurut Sucipto (2011) bahwa, lalat kandang:
1. Lalat ini bentuknya menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur
mulutnya yang berfungsi menusuk dan menghisap darah.
2. Lalat ini merupakan penghisap darah ternak yang dapat menurunkan
produksi susu. Kadang-kadang menyerang manusia dengan menggigit pada
daerah lutut atau kaki bagian bawah.
3. Lalat kandang dewasa berukuran panjang 5-7 mm, mempunyai bagian
mulut (proboscis) meruncing untuk menusuk dan menghisap darah.
4. Bagian toraksnya terdapat garis gelap yang diantaranya berwarna terang
5. Sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung tidak tajam ke arah kosta
mendekati vena 3.
6. Antenanya terdiri atas tiga ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk
silinder dan dilengkapi dengan arista yang memiliki bulu hanya pada bagian
atas.Siklus hidup dari lalat kandang juga hampir sama dengan siklus hidup
lalat pada umumnya. Yang membedakannya yakni pada lama
berlangsungnya siklus, jarak terbang, serta ada siklus pradewasa (pupa).
Dan cenderung menghisap darah. Tahap larva berlangsung selama 1-3
minggu, kemudian menjadi pupa dan akan muncul stadium pradewasa
setelah satu minggu atau lebih, dan siklus hidup berkisar 3-5 minggu pada
kondisi optimal. Saat dewasa lalat ini menghisap darah hewan dan
cenderung tetap di luar rumah di tempat yang terpapar sinar matahari serta
termasuk penerbang yang kuat dan bisa melakukan perjalanan jauh dari
tempat perindukan.
c.Lalat Hijau (Phenisial)
Menurut Sucipto (2011) bahwa Lalat hijau termasuk kedalam family
Calliphoridae serta terdiri atas banyak jenis, umumnya berukuran dari sedang
sampai besar dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Warna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau abdomen gelap.
2. Lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang
berasal dari hewan dan jarang berkembang biak di tempat kering atau
bahan buah-buahan.
3. Jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah besar.
4. Lalat ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris lumbriocoides,
Trichuris trichiura dan cacing kait pada bagian tubuh luarnya dan pada
lambung lalat.
d. Lalat Daging (Sarchopaga)
Menurut Sucipto (2011) bahwa Lalat daging termasuk dalam family
Sarcophagidae dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm
panjangnya.
2. Lalat ini mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal toraks, dan perutnya
mempunyai corak seperti papan catur.
3. Bersifat viviparous dan mengeluarkan larva hidup pada tempat
perkembangbiakannya seperti daging, bangkai, kotoran dan sayuran yang sedang
membusuk.
4. Siklus hidup lalat ini berlangsung 2-4 hari. Lambungnya mengandung telur
cacing Ascaris lumbricoidesdan cacing cambuk.
a. Lalat Kecil (Fannia)
Lalat Fannia canicularis dan Fannia scalaris dikenal dengan nama Litte house
flies. Lalat ini berkembang biak di tempat kotoran basah hewan piara, orang atau
unggas, atau buah-buahan yang sedang membusuk. Lalat ini lebih menyukai
keadaan sejuk dan lebih lembab dibandingkan jenis-jenis Musca. Lalat ini juga
menghabiskan waktunya lebih banyak di dalam hunian manusia, dan tempat
jantan berkeliling di sekitar lampu-lampu yang menggantung (Sucipto,
2011).Pada umumnya segala jenis atau spesies lalat memiliki kecenderungan pola
hidup dan siklus hidup yang hampir sama. Namun pada keadaan-keadaan tertentu
dan tempat-tempat tertentu ada lalat yang mampu bertahan kuat dibandingkan
dengan lalat-lalat yang lainnya. Tapi hal ini tidak mempungkiri bahwa spesies-
spesies lalat yang telah disebutkan diatas merupakan vektor pembawa penyakit
dan merupakan hewan pengganggu yang harus dikendalikan sehingga perlu
diketahui siklus dan pola hidupnya agar mudah untuk dikendalikan.
C.Siklus Hidup Lalat
Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur,
larva, pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna
putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan
menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam .Pada suhu
rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C). Telur yang menetas
akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari
phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang
dingin guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah menjadi kepompong
yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak.
Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C.
Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900
meter, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat
dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak
gelap hitam dipunggungnya.
Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal
lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada
umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa
sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi
sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.
5.SANITASI KAPAL
Sarana transportasi yang dianggap sebagai lingkungan tempat tinggal
sementara yang memiliki waktu menetap relative lama adalah kapal laut.
Sesuai dengan keadaan tersebut, serta amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1962 tentang Karantina Laut, maka sanitasi di kapal merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam mendukung pengawasan kesehatan
khususnya manusia di dalamnya maupun masyarakat pada umumnya.
Setiap orang yang berada di kapal harus menjaga sanitasi dan kesehatan
kapal seperti sarana sanitasi, suplai makanan dan kebersihan lingkungan di
kapal. Sanitasi kapal tidak mungkin terwujud tanpa kerjasama setiap Anak
Buah Kapal (ABK). Nahkoda berkewajiban menjaga kondisi sanitasi setiap
saat dan secara berkala memeriksa kondisi sanitasi di atas kapal (CDC, 2003).
Sanitasi kapal merupakan salah satu bagian integral dari perilaku
kesehatan terhadap sanitasi. Mengacu pada dasar tersebut determinan perilaku
sanitasi kapal dapat mengacu pada konsep determinan perilaku kesehatan yang
dikemukakan Blum (1979), bahwa derajat kesehatan masyarakat salah satunya
dipengaruhi oleh faktor perilaku dan lingkungan selain pelayanan kesehatan
dan keturunan.
Menurut Permenkes No. 530/Menkes/Per/VII/1987, sanitasi kapal adalah
segala usaha yang ditujukan terhadap faktor lingkungan di kapal untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan. Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis
kapal baik kapal penumpang, maupun kapal barang. Pemeriksaan sanitasi kapal
dimaksudkan untuk pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh Surat Izin
Kesehatan Berlayar (SIKB). Hasil pemeriksaan dinyatakan berisiko tinggi atau
risiko rendah, jika kapal yang diperiksa dinyatakan risiko tinggi maka
diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC) setelah dilakukan
tindakan sanitasi dan apabila faktor risiko rendah diterbitkan Ship Sanitation
Exemption Control Certificate (SSCEC), dan pemeriksaan dilakukan dalam
masa waktu enam bulan sekali (WHO, 2007).
Adapun institusi yang memiliki kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Menurut Permenkes
No.356/Menkes/IV/2008, bahwa KKP mempunyai tugas melaksanakan
pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular
potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja
Pelabuhan / Bandara dan Lintas Batas, serta pengendalian dampak kesehatan
lingkungan.
Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung jawab pemilik kapal melalui
nakhoda kapal dan anak buah kapal. ABK bertanggung jawab terhadap
kebersihan kapal dan sarana lainnya yang mendukung sanitasi kapal.
Peningkatan sanitasi kapal adalah usaha merubah keadaan lingkungan alat
angkut yang dapat berlayar menjadi lebih baik sebagai usaha pencegahan
penyakit dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit. Tujuan
peningkatan sanitasi kapal menurut permenkes No. 530/Menkes/Per/VII/1987
adalah:
B.Ciri-ciri Nyamuk
Nyamuk Aedes :
1. Hampir seluruh bagian tubuh terdapat warna putih keperak-perakan
dapat digunakan sebagai alat (pedoman) identifikasi aedes
2. Pada kai terdapat garis-garis putih
3. Fedding Habitat Jam 09.00-11.00 Wib (Pagi) dan 16.00-17.00 Wib
(Sore) mangsanya khusus manusia.
4. Jarak terbang maksimal 200 meter dari sarang
5. Reesting Places : di dalam rumah terutama di tempat-tempat yang gelap
dan lembab, di dinding-dinding rumah, gorden, yang warna-warna gelap.
Nyamuk Anopheles :
1. Palpinya hampir sama panjang dengan Probocis
2. Sayap bernoda
3. Posisi mengigit istirahat tidak sejajar (membentuk sudut)
C. Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera;
genera termasuk Anopheles,Culex, , Aedes,. Nyamuk mempunyai dua
sayap bersisik, tubuhyang langsing, dan enam kaki panjang; antar spesies
berbeda-beda tetapi jarang sekalimelebihi 15 mm. Nyamuk mengalami
empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa .
a. Telur
Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang
kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan
menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi
sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk
nyamuk mulai mengerami telurnya. Telur-telur itu panjangnya kurang dari
1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu.
beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung
membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Telur berada pada
masa periode inkubasi (pengeraman). inkubasi sempurna terjadi pada
musim dingin. Setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir
dalam waktu yang sama. Sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara
keseluruhan menjadi larva nyamuk.
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat
yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan
meletakkan telur dari nyamuk berbeda – beda tergantung dari jenisnya.
1. Nyamuk Aedes
Meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau
menempel pada permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas
permukaan air dan tempatnya
2. Nyamuk anopeles
Meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan
tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung.
3. Nyamuk culex
Meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombolan dan bersatu
berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung, sedangkan jentiknya
menggantung di air
b. Larva
Larva nyamuk memiliki kepala yang berkembang dengan baik. Larva
bernapas melaluispirakel yang terletak pada segmen perut kedelapan, atau
melalui siphon, dan karena itu harus sering muncul ke permukaan.. Larva
menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk makanganggang ,
bakteri , dan mikro-organisme lain. Mereka menyelam di bawah
permukaan hanya bila terganggu. Larva berenang dengan gerakan
tersentak-sentak dari seluruh tubuh. Larva berkembang melalui empat
tahap, atau instar , setelah itu mereka bermetamorfosis menjadi
kepompong. Pada akhir setiap instar, yang berganti bulu larva, exoskeleton
shedding mereka, atau kulit, untuk memungkinkan pertumbuhan lebih
lanjut.
c. Pupa
Setelah berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini
dinamakan "fase pupa". Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap
kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan
kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu
digunakan untuk alat pernafasan Kepala dan dada digabung menjadi
cephalothorax dengan perut melengkung di bawahnya Seperti halnya
larva, pupa harus datang ke permukaan sering untuk bernapas, yang
mereka lakukan melalui sepasang terompet pernafasan pada cephalothorax
tersebut. Selama tahap ini pupa tidak makan. Setelah beberapa hari, pupa
naik ke permukaan air, nyamuk dewasa muncul. Nyamuk harus keluar dari
air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah
menyentuh permukaan air.
d. Dewasa
Nyamuk memiliki mulut yang disesuaikan untuk menembus kulit
tumbuhan dan hewan. Sementara laki-laki biasanya nektar dan jus
tanaman, wanita perlu mendapatkan gizi dari menghisap darah sebelum
dia dapat menghasilkan telur.
Durasi dari telur menjadi dewasa bervariasi antara spesies dan sangat
dipengaruhi oleh suhu lingkungan.. Nyamuk dapat berkembang dari telur
menjadi dewasa dalam sebagai hanyalima hari, tetapi biasanya 10-14 hari
dalam kondisi tropis. Variasi ukuran tubuh nyamuk dewasa tergantung
pada kerapatan populasi larva dan suplai makanan di dalam air. Panjang
dewasa bervariasi tetapi jarang lebih besar dari 16 mm (0,6 in) , dan berat
sampai dengan 2,5 mg. Semua nyamuk memiliki tubuh langsing dengan
tiga bagian: kepala , dada dan perut.
Nyamuk betina juga akan memakan sumber gula untuk energi tetapi
biasanya memerlukan darah untuk pengembangan telur. Setelah
menghisap darah, nyamuk betina akan beristirahat selama beberapa hari
untuk pematangan telur. Proses ini tergantung pada suhu, namun biasanya
berlangsung 2-3 hari dalam kondisi tropis..
kepala memiliki mata, banyak-tersegmentasi antena . antena ini
untuk mendeteksi bau host. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya
memiliki probosis panjang untuk menembus kulit untuk menghisap darah.
Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur, kebanyakan
nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang
diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian
mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah.
7. KEBISINGAN DAN DEBU
A. Pengertian Udara
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan
troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia
yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup
dan unsur lingkungan hidup lainnya (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
1999). Sedangkan menurut BPLH (Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup) kota Bekasi, udara ambien adalah udara sekitar kita di lapisan
troposfer yang apa adanya yang sehari-hari kita hirup. Dalam keadaan
normal, udara ambien ini akan terdiri dari gas nitrogen (78%), oksigen
(20%), argon (0,93%) dan gas karbon dioksida (0,03%).Kadar zat, energi,
dan/atau komponen lainyang ada di udara bebas tersebut disebut dengan
mutu udara ambien, sedangkan keadaan mutu udara di suatutempat pada
saat dilakukan inventarisasi disebut sebagai status mutu udara ambien
(Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999). Baku mutu udara ambien
adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,dan/atau komponen yang ada
atau yang seharusnya ada dan/atauunsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udaraambien. Dalam upaya yang dilakukan
agarudara ambien dapat memenuhi fungsi sebagaimana mestinya, perlu
dilakukan adanya suatu perlindungan mutu udara ambien sesuai dengan
yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999.
Kualitas Fisik Udara dalam Ruang adalah nilai parameter yang
mengindikasikan kondisi fisik udara dalam rumah seperti kelembaban,
pencahayaan, suhu dan partikulat debu. Persyaratan kualitas udara dalam
ruang yang meliputi kualitas fisik adalah :
1) Suhu udara,
2) Pencahayaan,
3) Kelembaban,
4) Kebisingan,
5) Partikulat Debu.
B. Hubungan Tingkat Kebisingan terhadap Kesehatan
Setiap orang memiliki kepekaan sendiri-sendiri terhadap
kebisingan, terutama nada yang tinggi, karena dimungkinkan adanya
reaksi psikologis seperti stres, kelelahan, hilang efisiensi dan ketidak
tenangan. Disamping itu sumber kebisingan yang tinggi memberikan
pengaruh sehingga dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja,
mengganggu komunikasi atau percakapan antar pekerja, Mengurangi
konsentrasi, Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara
maupun permanen, dan tuli akibat kebisingan.
Pengaruh utama dari kebisingan terhadap kesehatan adalah
kerusakan pada indera pendengar, yang menyebabkan ketulian progresif.
Gangguan kebisingan dapat dikelompokkan sebagai berikut
1) Gangguan Fisiologis.
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat
bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat
terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidakdapat
didengar secara jelas sehingga dapat menimbulkankecelakaan kerja.
Pembicara terpaksa berteriak-, selain memerlukantenaga ekstra juga
menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapatmengganggu cardiac
output dan tekanan darah.
2) Gangguan Psikologis.
Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan psikologis.
Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan jiwa,
sulit konsentrasi dan berfikir.
3) Gangguan Patologis Organis.
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap
alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang
bersifat sementara hingga permanen.
C. Hubungan Tingkat Kepadatan Debu terhadap Kesehatan
Debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak dapat
diabaikan. Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat
menimbulkan kerugian besar serta dapat menyebabkan pengurangan
kenyamanan kerja. Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut
sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate
Matter/SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.
Dalam kasus pencemaran udara (indoor and outdoor pollution)
debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan
untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun
terhadap kesehatan dankeselamatan kerja. Partikel debu akan berada di
udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang layang di
udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan.
Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu
daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia
sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit
karena merupakan campuran dariberbagai bahan dengan ukuran dan
bentuk yang relatif berbeda beda.Ukuran debu sangat berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit padasaluran pernafasan. Adapun jenis
penyakit akibat kerja yang diakibatkanoleh debu diantaranya adalah
Pneumokoniosis, Silikosis, Anthrakosilikosis, Asbestosis, Berryliosis,
Byssinosis, Stannosis, Siderosis. Efek debu terhadap kesehatan sangat
tergantung pada Solubity (mudah larut), komposisi kimia, konsentrasi
debu, dan ukuran partikel debu. Partikel debu memiliki dampak terhadap
kesehatan seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan
dan kanker pada paru-paru, bronchitis khronis, emfisema paru, asma
bronchial, dan gangguan kardiovaskular
C. Kebisingan
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. MenurutKeputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri standart tingkat kebisingan di
ruang kerja tanpa pelindung maksimal 85 dBA.
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan Sound
Level Meter. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur tingkat
tekanan bunyi. Tekanan bunyi adalah penyimpangan dalam tekanan
atmosfir yang disebabkan oleh getaran partikel udara karena adanya
gelombang yang dinyatakan sebagai amplitudo dari fluktuasi tekanan.
Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara (Mukono,
2006) :
1) Cara sederhana
Menggunakan alat sound level meter selama 10 menit. Pengukuran
dan pembacaan dilakukan setiap 5 detik.
2) Cara langsung
Cara tersebut lebih canggih dan menggunakan alat Integrating Sound
Level Meter.
Sumber bising dalam pengendalian kebisingan lingkungan dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Bising interior
Bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesin-
mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-
alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang
ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor kompresor
pendingin, pencuci piring dan lain-lain.
2) Bising eksterior
Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut,
maupun udara, dan alat-alat konstruksi.
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan kebisingan, yaitu :
a. Jarak
Gelombang bunyi memerlukan waktu untuk merambat. Dalam
kasus di permukaan bumi, gelombang bunyi merambat melalui
udara. Dalam perjalanannya, gelombang bunyi akan mengalami
penurunan intensitas karena gesekan dengan udara.
b. Serapan Udara
Udara mempunyai massa. Udara mengisi ruang kosong diatas bumi
dan digunakan oleh suara untuk merambat. Namun adanya udara
juga sebagai penghambat gelombang suara. Gelombang suara akan
mengalami gesekan dengan udara. Udara yang kering akan lebih
menyerap udara daripada udara lembab, karena adanya uap air akan
memperkecil gesekan antara gelombang bunyi dengan massa udara.
Udara yang bersuhu rendah akan lebih menyerap suara daripada
udara bersuhu tinggi, karena suhu rendah membuat udara menjadi
lebih rapat sehingga gesekan terhadap gelombang bunyi akan lebih
besar.
c. Angin
Arah angin akan mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang
diterima oleh pendengar. Arah angin yang menuju pendengar akan
mengakibatkan suara terdengar lebih keras, begitu juga sebaliknya.
d. Permukaan Bumi
Permukaan bumi yang berupa tanah dan rumput, merupakan
barrier yang sangat alami. Suara yang datang akan terserap
langsung. Sebaliknya, permukaan yang tertutup aspal jalan akan
langsung memantulkan bunyi.
D. Partikulat Debu
Partikulat debu merupakan partikel padat yang terbentuk karena
adanya kegiatan alami atau mekanik seperti penghalusan, penghancuran,
peledakan pengayaan atau pengeboran. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran Dan Industri standart kandungan debu maksimal
didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai
berikut : Debu total 0,15 mg/m.
Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan
kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat
menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan,
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau
40 jam seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada praktek
higiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja
sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan. Standar
yang ditetapkan oleh Environmental Protection Agent (EPA) tahun 2006,
Nilai Ambang Batas (NAB) menurut EPA tahun 2006 untuk PM10 adalah
150 µg/m3 (0,15 mg/m3) dan untuk PM2,5 adalah 35 µg/m3 (0,035 mg/m3).
Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui
kesesuaian kadar debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya
dengan kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja. Hal
ini penting dilaksanakan mengingat bahwa hasil pengukuran ini dapat
dijadikan pedoman pihak pengusaha maupun instansi terkait lainnya dalam
membuat kebijakan yang tepat untuk menciptakan lingkungan kerja yang
sehat bagi pekerja, sekaligus menekan angka prevalensi penyakit akibat
kerja.
Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite
particulate matter adalah partikel debu yang hanya berada sementara di
udara, partikel ini segera mengendap karena ada daya tarik bumi.
Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan
tidak mudah mengendap (Yunus, 1997). Sumber- sumber debu dapat
berasal dari udara, tanah, aktivitas mesin maupun akibat aktivitas manusia
yang tertiup angin.
Sumber kontaminan debu yang berasal dari luar ruangan umumnya
berasal dari emisi/ gas buang kendaraan bermotor. Partikel yang berasal
dari kendaraan bermotor umumnya berukuran 0.01-5 mikron. Menurut
Ruzer (2005), partikel dengan ukuran lebih dari 50 mikron terdeposit pada
jalanan. Sehingga apabila roda kendaraan bergesekan dengan jalan akan
mebuat pergerakan partikel dengan diameter lebih besar ke atas (udara
bebas).
Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya
perbedaan daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan
mengendapnya di paru juga akan berbeda pula. Demikian juga tingkat
kerusakan yang ditimbulkannya juga akan berbeda pula. Faridawati (1995)
mengelompokkanpartikel debu menjadi dua yaitu debu organik dan
anorganik, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Jenis Debu
No. Jenis Debu Contoh (Jenis Debu)
1. Organik:
a. Alamiah
1. Fosil Batubara, karbon hitam,
2. Bakteri arang granit.
3. Jamur TBC, antraks, enzim,
4. Virus bacillus.
5. Sayuran Histoplasmosis,
6. Binatang kriptokokus, thermophilic.
b. Sintesis Cacar air, Q fever,
1. Plastik psikotosis.
2. Reagen Padi, serat nanas, alang-
alang.
Kotoran burung, ayam.
Politetrafluoretilen, toluene
diisosianat.
Minyak isopropyl, pelarut
organik.
2. Anorganik:
a. Silika bebas
1. Crystaline Quarz, trymite cristobalite.
2. Amorphous Diatom aceous earth, silica
b. Silika gel.
1. Fibosis
2. Lain-lain Asbestosis, sillinamite, talk
c. Metal Mika, kaolin, debu semen
1. Inert
2. Bersifat keganasan Besi, barium, titanium,
aluminium, seng.
Arsen, kobal, nikel,
uranium, khrom.
Sumber: Suma’mur (1996)
Alat pengukuran kadar debu di udara bermacam-macam, tetapi
pada praktikum ini menggunakan alat EPAM 5000. EPAM 5000 Haz Dust
adalah alat monitoring debu dengan ukuran TSP, PM10, PM2.5 dan
PM1.0. Alat ini menggunakan hamburan cahaya untuk mengukur
konsentrasi partikel dan memberikan langsung real-time penentuan dan
rekaman data konsentrasi partikel udara dalam miligram per meter kubik
(mg/m3). Aplikasi EPAM 5000 Haz Dust sangat cocok di pakai di dalam
ruangan maupun di luar ruangan. EPAM 5000 Haz Dust merupakan
teknologi yang sangat canggih dilengkapi dengan software, Filter paper,
Kabel data dan penudukung lainnya. EPAM 5000 Haz Dust merupakan
alat monitoring debu yang mudah dibawa kemana-mana dan tidak
menggunakan power listrik karena sudah dilengkapi dengan baterai dan
daya tahan baterai sampai 24 jam. Fitur EPAM 5000 adalah sebagai
berikut :
1. Pengaturannya cepat dan mudah.
2. Sangat sensitif dan akurat 0.001-20.0 mg/m 3 untuk partikel 0.1 sampai
100 pM.
3. Udara internal sampel pompa untuk 4 LPM (Liter Per Menit).
4. Unik partikulat aerodinamis ukuran sensor real-time dan in-line kaset
Filter 47mm yang memungkinkan bersamaan gravimetri sampling.
5. Korelasi yang tinggi dengan metode EPA PM10 dan TEOM.
6. Kapasitas baterai 24 jam.
7. Pemantauan berkelanjutan dengan AC adapter.
8. Audible alarm sirene.
9. Mudah untuk menggunakan analisisa data dari perangkat lunak.
10. Opsional Transmisi Wireless Data ke Komputer.
1. Parameter Fisik
Berdasarkan hasil penelitian parameter fisik yaitu warna, bau, rasa,
keruh, suhu, dan TDS semuanya memenuhi syarat baik Perimeter, Buffer
maupun di kapal hal ini sesuai dengan RI No. 492 / Menkes / Per / IV /
2010 tentang persyaratan kualitas air minum yaitu tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa. Salah satu indikator pencemaran air secara umum
dapat dilihat dari air yang berwarna, berbau, berasa, keruh, suhu, dan TDS.
ini membuktikan bahwa pencemaran secara umum tidak terjadi pada air
bersih dari sarana yang digunakan di perimeter, buffer, dan Kapal. Hal ini
berarti dari segi parameter fisik yaitu warna, bau, dan rasa, keruh, suhu,
dan TDS memenuhi syarat kesehatan dari sarana air bersih yang diteliti
aman untuk dikonsumsi.
2. Parameter Kimia
a. pH (Derajat Keasaman)
b. Klorida
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor
mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan
negatif) Cl−. Garam dari asam klorida HCl mengandung ion klorida;
contohnya adalahgaram meja, yang adalah natrium klorida dengan formula
kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl−.
Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu
ataulebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti
kloridadapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling
sederhanadari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl),
sedangkan contohsederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah
klorometana(CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.( Sumber :
Wikipedia :http://www.anakunhas.com/2011/10/pengertian-klorida.html)
Asam klorida adalah zat atau larutan yang sangat korosif, yang
merupakansejenis asam kuat dari gas hidrogen klorida (HCI). Cairan zat
asam kloridahampir mirip dengan zat asam yang terdapat dalam lambung,
karena asamklorida sangat mudah merusak zat lain, maka dalam
penyimpanannyamemerlukan penanganan yang teliti.
Kalau didalam tubuh kita, asam klorida terdapat dalam organ
lambung,disini fungsi asam klorida adalah melarutkan atau mencerna
makanansehingga dapat diserap oleh tubuh kita. Tapi mengapa dinding
lambungsendiri tidak mengalami kerusakan akibat asam klorida? Hal ini
karena dalam dinding lambung terdapat lapisan yang bernama mukosa,
yang melindungidinding lambung dari korosi asam. Apabila lapisan
mukosa gagal bekerja,maka akan dapat menyebabkan sakit nyeri lambung
yang sering kita sebutdengansakit maag. Sumber
c. Nitrit (NO2)
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan
nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh
karena itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen.
Kandungan nitrit pada perairan alami mengandung nitrit sekitar 0.001
mg/L. kadar nitrit yang lebih dari 0.06 mg/L adalah bersifat toksik bagi
organisme perairan. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya
proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen
terlarut yang rendah. Nitrit yang dijumpai pada air minum dapat berasal
dari bahan inhibitor korosi yang dipakai di pabrik yang mendapatkan air
dari sistem distribusi PDAM. Nitrit juga bersifat racun karena dapat
bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen, disamping itu juga nitrit membentuk nitrosamin
(RRN-NO) pada air buangan tertentu dan dapat menimbulkan kanker.
Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami, yang
merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air
menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama
menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh
karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat
adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah
maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen,
termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun
manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang
mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah
bermigrasi dengan air bawah tanah.
Bahan makanan yang tercemar oleh nitrit ataupun bahan makanan
yang diawetkan menggunakan nitrat dan nitrit dapat menyebabkan
methemoglobinemia simptomatik pada anak-anak. Walaupun sayuran
jarang menjadi sumber keracunan akut, mereka memberi kontribusi >70%
nitrat dalam diet manusia tertentu. Kembang kol, bayam, brokoli, dan
umbi-umbian memiliki kandungan nitrat alami lebih banyak dari sayuran
lainnya. Sisanya berasal dari air minum (+ 21%) dan dari daging atau
produk olahan daging (6%) yang sering memakai natrium nitrat (NaNO3)
sebagai pengawet maupun pewarna makanan. Methemoglobinemia
simptomatik telah terjadi pada anak-anak yang memakan sosis yang
menggunakan nitrit dan nitrat secara berlebihan 1,2.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan yang dilakukan di CV.GoodFood sukses
Perkasa bertujuan untuk mengetahui factor resiko yang akan berpengaruh
kepada tingkat kerja pegawai . dengan demikian diperlukan pengukuran
kebisingan . setelah dilakukan pengukuran diperoleh hasil pengukuran
kebisingan di Ruang pembuatan Roti CV.GoodFood didapat hasil 66.46
dBA sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup kep-48
MENLH/1996 kebisingan diperdagangan dan jasa tingkat kebisingan yang
diperbolehkan 70 dBA sehingga hasil pengukuran di Ruang pembuatan
Roti CV.GoodFood memenuhi syarat.
Pengukuran Pencahayaan
Pengukuran pencahayaan yang dilakukan di CV.GoodFood Sukses
Perkasa di peroleh hasil sebagai berikut .
No Lokasi Hasil
1 Ruang packing 129,55 lux
2 Ruang pemanggangan 78,9 lux
Kesimpulan
Proses kegiatan magang mahasiswa poltekkes kemenkes jambi jurusan
kesehatan lingkungan di KKP Jambi yang melakukan praktek lapangan di
CV.GoodFood Sukses Perkasa Jl.Soekarno Hatta Talang Bakung,
Kec.Jambi Selatan, Jambi . Dilaksanakan pada tanggal 1 November 2017
dan diperoleh kesimpulan untuk pengukuran kebisingan di Ruang
pembuatan Roti CV.GoodFood memenuhi syarat. Untuk pengukuran
Pencahayaan di ruang packing CV.GoodFood Memenuhi syarat ,
sedangkan di ruangan pemanggangan dibawah nilai ambang batas yang
diperuntukan. Untuk suhu dan kelembapan memenuhi syarat yang telah
ditentukan. Untuk pengukuran Pengukuran kualitas udara di CV.
GoodFood menggunakan HAZ-DUST partikulat PM 2,5 mengukur lokasi
ruang packing maksimum 0,041 mg/m3 ,minimum 0,006 mg/m3, T.W.A
0,025 mg/m3 dan diruang dapur (pemasakan) maksimum 0,066 mg/m3,
minimum 0,002 mg/m3, T.W.A 0,043 mg/m3. Untuk tempat pengolahan
makanan memenuhi syarat. Untuk penyediaan air bersih memenuhi syarat
kecuali Mn yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan. Untuk
pengukuran kepadatan lalat termasuk kategori tingkat kepadatan rendah
dan tidak perlun dilakukan tindakan. Untuk pengendalian tikus diperoleh
tikus Suncus Murinus ( cecurut ). Untuk survey larva nyamuk diperoleh 1
pupa.
Saran
Metode :
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 1 tabung sampel air sebagai blanko
3. Mengambil alat Water Test Kit dan memasukkan aquades sebanyak 10 ml
ke dalam comparator test
4. Memasukkan sampel airsebanyak 10 ml ke dalam Tabung Sampel
5. Memasukkan 1 tablet DPD Free Chlorine Reagen ke dalam Tabung
Sampel diamkan selama 2 menit
6. Membandingkan warna yang sama antara blanko dan tabung Sampel
7. Melihat angka yang tertera pada Comparator
8. Mencatat angkanya sebagai nilai sisa chlor
Hasil :
Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel tidak ada perubahan warna
yang signifikan diperoleh hasil besarnya nilai sisa chlor dalam sampel
airadalah 0,1 mg/liter
B. Pengujian Mn (mangan)
Alat dan bahan :
1. Alat yang digunakan
• Comparator Test Kit
2. Bahan yang diperlukan:
• Sampel airMn 10 ml
• Free Manganese Reagent 1 tablet
Metode :
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 1 tabung sampel air sebagai blanko
3. Mengambil alat Water Test Kit dan memasukkan aquades sebanyak 10 ml
ke dalam comparator test
4. Memasukkan sampel airsebanyak 10 ml ke dalam Tabung Sampel
5. Memasukkan 1 tablet Manganese Reagent ke dalam Tabung Sampel
diamkan selama 20 menit
6. Membandingkan warna yang sama antara Comparator Control dan tabung
Sampel
7. Melihat angka yang tertera pada Comparator
8. Mencatat angkanya sebagai nilai mangan
Hasil :
Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel terjadi perubahan warna,
warna sampel menjadi biru diperoleh hasil besarnya nilai mangan dalam
sampel airadalah 10 mg/liter
Bahan
a. Reagen iron 1
b. Reagen iron 2
c. Air sampel
Prosedur Kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Bilas botol sampel dengan menggunakan air sampel
c. Masukan sampel airkedalam 2 (dua) wadah sampel masing-masing 10 ml,
1 (satu) wadah sebagai blanko dan 1 (satu) sebagai sampel.
d. Tambahkan satu tablet Iron MR nomor 1 kedalam wadah sampel
hancurkan dan goncang
e. Tambahkan satu tablet Iron MR nomor 2 kedalam wadah sampel
hancurkan dan goncang
f. Dan diamkan selama 10 menit
g. Masukkan disk kedalam Number facing operator lalu letakkan blanko
tanpa tablet di daerah yang tidak berarsir, Lalu letakkan sampel dengan tablet
di tempat yang berarsir putar disk untuk menemukan warna yang tepat
h. Baca hasil di bagian bawah kanan sudut
i. Catat hasil
Hasil
Didapatkan hasil sampel berwarna kuning atau orange dengan kadar Fe 0,5
pada air sampel.
Prosedur kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Bilas botol smapel dengan menggunakan air sampel
c. Masukan sampel airkedalam 2 (dua) wadah sampel masing-masing 10 ml,
1 (satu) wadah sebagai blanko dan 1 (satu) sebagai sampel.
d. Tambahkan 1 tablet sulfhide nomor 1 dan 1 tablet sulphide nomor 2
hancurkan lalu goncang
e. Diamkan selama 10 menit untuk mengetahui warna yang dihasilkan
f. Masukkan disk kedalam Number facing operator lalu letakkan blanko
tanpa tablet di daerah yang tidak berarsir, Lalu letakkan sampel dengan tablet
di tempat yang berarsir putar disk untuk menemukan warna yang tepat
g. Baca hasil di bagian bawah kanan sudut
h. Catat hasil
Hasil
Didapatkan hasil sampel berwarna Unggu dengan kadar Sulphide 0,05 pada
air sampel.
Prosedur kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Bilas botol smapel dengan menggunakan air sampel
c. Masukan sampel airkedalam 2 (dua) wadah sampel masing-masing 10 ml,
1 (satu) wadah sebagai blanko dan 1 (satu) sebagai sampel.
d. Tambahkan 1 tablet Flouride nomor 1 kedalam wadah hancurkan dan
goncang
e. Tambahkan 1 tablet Flouride nomor 2 kedalam wadah hancurkan dan
goncang
f. Diamkan selama 5 menit untuk mengetahui warna yang dihasilkan
g. Masukkan disk kedalam Number facing operator lalu letakkan blanko
tanpa tablet di daerah yang tidak berarsir, Lalu letakkan sampel dengan tablet
di tempat yang berarsir putar disk untuk menemukan warna yang tepat
h. Baca hasil di bagian bawah kanan sudut
i. Catat hasil
Hasil
Didapatkan Hasil sampel berwarna merah dengan kadar flouride 1,5 pada air
sampel.
F. Pengujian Nitrit
Alat dan bahan :
1. Alat yang digunakan
• Water Test Kit
2. Bahan yang diperlukan:
• Sampel air10 ml
• Reagents tablet
Metode :
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Memasukkan sampel airsebanyak 10 ml ke dalam Tabung Sampel
3. Memasukkan 1 tablet reagen ke dalam Tabung Sampel diamkan selama 10
menit
4. Membandingkan warna yang sama antara blanko dan tabung Sampel
5. Melihat angka yang tertera pada Comparator
6. Mencatat angkanya sebagai nilai Nitrit
Hasil :
Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel, tidak ada perubahan warna
yang cukup signifikan diperoleh hasil besarnya nilai Nitrit dalam sampel
airadalah 0,02 mg/liter
G. Pengujian Nitrat
Alat dan bahan :
1. Alat yang digunakan
• Water Test Kit
2. Bahan yang diperlukan:
• Sampel air10 ml
• Reagents tablet
Metode :
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Mengisi botol reaksil dengan sampel airsebanyak 1 ml
3. Menambahkan 19 ml aquades kedalam botol sampel.
4. Menambahkan 1 sendok ukuran 0,1 g kedalam botol reaksi
5. Menambahkan 1 Nitratest tablet hancurkan hingga homogen. Tunggu
hingga mengendap selama 2 menit.
6. Memasukkan sampel kedalam botol sampel menambahkan nitrikal tunggu
10 menit.
7. Memasukkan tabung sampel ke dalam Komparator Nitrat.
8. Membandingkan warna yang sama antara blanko dan tabung Sampel
9. Melihat angka yang tertera pada Comparator
10. Mencatat angkanya sebagai nilai Nitrat
Hasil :
Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel, terjadi perubahan warna yaitu
abu-abu muda diperoleh hasil besarnya nilai Nitrit dalam sampel airadalah 1,0
mg/liter
ANALIS DATA
Dari pemeriksaan air diperoleh data:
Kadar
Maksimum
Pemeriksaan Hasil Satuan Yang Keterangan
Diperbolehka
n
Dibawah
Cl 0,1 mg/L 250
NAB
Melebihi
Mn 10 mg/L 0,1
NAB
Sesuai
Sulfida 0,05 mg/L 0,05
NAB
Melebihi
Fe 0,5 mg/L 0,3
NAB
Sesuai
Fluorida 1,5 mg/L 1,5
NAB
Dibawah
Nitrit 0,02 mg/L 1,0
NAB
Dibawah
Nitrat 1,0 mg/L 10
NAB
SANITASI KAPAL
Gambaran Umum Wilayah
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Wilayah Kerja Talang Duku terletak
di Desa Talang Duku, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambiyang
mempunyai luas wilayah 271 Hektar atau 2,71 Km2..
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Wilayah Kerja Muara Sabak terletak
di Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara geografis terletak pada 0°53’ -
1°41’ LS dan 103°23 - 104°31 BT.Kabupaten Tanjung Jabung Timur
mempunyai luas wilayah 5.445 Km², Pelabuhan Muara Sabak terletak pada
posisi 010 07,51” LS - 1030 51,01” BT terletak +10 mil dari Muara Sungai
Batang hari.
Kegiatan Magang
Pemeriksaan sanitasi kapal
1) Tabulasi data
Tabel 3.2.1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal TB. ABDILLAH
Tidak
No Jenis Pemeriksaan Ada Ket
Ada
1 Faktor risiko V
Kelengkapan dokumen
a) sertifikat P3K Kapal V
b) Buku Kesehatan V
2
c) Daftar Vaksinasi V
d) Catatan Perjalanan V
e) Data Umum Kapal V
Fasilitas Medik
a) Ruang Pemeriksaan V
3
b) Tenaga Kesehatan V
c) Obat-obatan V
Dilakukkan tindakan
4 V
penyehatan
5 Jenis tindakan penyehatan yang
dilakukan
a) Hapus tikus V
b) Hapus serangga V
c) Hapus Kuman V
d) Hapus Kontaminasi Bahan V
Berbahaya
2) Analisa data
Pada Tabel 3.2.1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal dilakukan di Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) Wilayah Kerja Talang Duku yang dilaksanakan pada
tanggal 1-2 November 2017 , pukul 10.21 WIB. Dari tabel berikut dapat
disimpulkan bahwa Sanitasi Kapal TB.ABDILLAH dan Kapal MV.
SRIWIJAYA 8 memenuhi syarat.
Pelaksanaan kegiatan
Pelaksaan praktek magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Jambi
Wilayah Kerja Talang duku dilakukan selama 2 hari tepatnya padai tanggal
01 November 2017. Berikut waktu pelaksanaan praktek :
Inspeksi Sanitasi Sanitasi Kapal TB.ABDILLAH :
Hari/tanggal : Rabu, 1 November 2017
Jam : 10.21 WIB s/d selesai
Inspeksi Sanitasi Kapal MV. SRIWIJAYA 8:
Hari/tanggal : Kamis, 2 November 2017
Jam : 14.56 WIB s/d selesai
I. PERSIAPAN
Penunjang:
Kader yang sudah dilatih.
Pengemudi/supir yang memiliki SIM A
Bahan :
Alkohol Formulir
Xylol Surat tugas
Peralatan :
Bahan :
a. Identifikasi Jentik/Larva
Siapkan mikroskop binokuler
Letakkan larva yang akan diperiksa pada cawan petri
Ambil larva dengan pinset kecil
Letakkan larva pada objek glass
Teteskan xylol pada larva
Tutup dengan cover glass
Periksa dengan lensa pembesaran 10 X
Untuk identifikasi lihat kunci identifikasi Nyamuk Aedes aegypti
Lakukan identifikasi larva dilaboratorium sesuai dengan ciri –
cirinya
b. Penghitungan Indeks (House Index/HI, Countainer Index/CI,
Breteau Index/BI)
Hitunglah House Index, Container Index dan Breteau Index
selanjutnya tulis kedalam laporan.
- House Index : Persentase antara rumah dimana ditemukan
jentik terhadap seluruh rumah yang diperiksa.
Rumah positif jentik
HI = X 100%
Jumlah rumah diperiksa
3 Sedang 8 – 17 6–9 10 – 19
4 Sedang 18 – 28 10 – 14 20 – 34
5 Sedang 29 - 37 15 - 20 35 – 49
6 Tinggi 38 – 49 21 – 27 50 – 74
7 Tinggi 50 – 59 28 – 31 75 – 99
8 Tinggi 60 – 76 32 – 40 100 –
199
9 Tinggi 77 + 41 + 200 +
Bahan :
Chloroform
Umpan
Racun tikus
Alkohol
Lysol/sabun
2.1. Di Pelabuhan/Bandara
A. Pemetaan
1. Letak
2. Kontruksi
3. Persyaratan Bagian dalam
2. Pembuangan kotoran
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung
berjarak 10-15 meter dari sumber air.
b. Tidak berbau
c. Cukup luas dan lantai miring kearah lubang jongkok sehingga
tidak mencemari tanah di sekitarnya
d. Mudah di bersihkan dan aman penggunaannya
e. Di lengkapi dinding dan atap pelindung, dan dinding kedap air
f. Cukup penerangannya
g. Lantai kedap air
h. Ventilasi yang cukup
i. Tersedia air dan alat pembersih
4. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas
tanggung jawab, berkelanjutan, manfaat, keadilan, kesadaran,
kebersamaan keselamatan, keamanan dan nilai ekonomi. Pengelolaan
sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kuliatas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Penyelenggaraan pengelolaan sampah antara lain berupa pepenyediaan
tempat penampungan sampah, alat angkut sampah, tempat
penampungan sementara, tempat pengelolaan sampah terpadu, dan
tempat pemrosesan akhir.
5. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu
Peraturan pemerintah No. 374 tahun 2010 menyatakan
bahwa vektor merupakan arthropada yang dapat menularkan,
memindahkan atau jadi sumber penularan penyakit pada manusia. Jadi di
tempat ibadah juga harus tidak ada tempat bersarangnya vektor seperti
nyamuk, tikus kecoa dan lain sebagainya.
Fly grill
Counter
Hygrometer
Thermometer
Anemometer
Kendaraan
Bahan
Formulir
Surat tugas
c. Sarana dan prasarana pemberantasan
Peralatan
Mobil
Mist blower
Ember
Pengaduk
Pakaian kerja
Alat pelindung diri (masker,helmet,kacamata dan sarung tangan)
Lem lalat
Bahan
Insektisida
Pelarut
78
no Rata-rata indeks
1 0-2 rendah
2 3-5 sedang
3 6-20 tinggi
4 20 keatas Sangat tinggi
Interpretasi hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi (Blok
Grill) sebagai berikut :
a) 0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah
b) 3 – 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap tempat – tempat berkembangbiakan lalat ( tumpukan
sampah , kotoran hewan dan lain – lain )
c) 6 – 20 : Tinggi / padat dan perlu pengamanan
terhadap tempat – tempat berkembangbiakan lalat dan
bila mungkin direncanakan upaya
pengandaliannya.
d) >21 : Sangat tinggi / sangat padat dan perlu
dilakukan pengamanan terhadap tempat – tempat
perkembangbiakan lalat dan tindakan pengendalian
lalat.
HASIL
Tabel 3.2 Hasil Survei Tingkat Kepadatan Jentik /Larva Nyamuk Aedes Aegypti
di pemukiman Wilker Muara Sabak
79
No Hasil Survei Jumlah
1. Rumah yang diperiksa 71
2. Container 149
3. Rumah ada jentik 8
4. Container ada jentik 11
= = 11,3 %
71
80
j
2. Nyamuk
Tabel 3.3 Hasil Inspeksi sanitasi bangunan Mushola Nurul Falah, di wilker Muara
Sabak
81
NO VARIABEL UPAYA SKORE
I. PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN
BANGUNAN
UMUM
1 Lokasi 36
2 Lingkungan/ halaman 36
BAGIAN DALAM
1 Lantai 60
2 Dinding 50
3 Atap 54
4 Langit-langit 45
5 Pagar 40
6 Pencahayaan 80
7 Ventilasi 80
8 Tersedia perlengkapan ibadah 80
II. FASILITAS SANITASI
1 Air bersih 108
2 Pembuangan air limbah 95
3 Tempat sampah 0
4 Jamban dan urinoir 80
TOTAL BOBOT 844
Pengamatan KehidupanKeterangan :
Pembahasan :
82
Pembuangan air limbah mengalir dengan lancar,kedap air dan sistem tertutup.
Tersedia tempat sampah dengan jumlah yang cukup, terbuat dari bahan yang kuat,
tahan karat, kedap air dan tertutup serta tersedia TPS yang memenuhi syarat.
Jamban dan urinior bersih dan tidak berbau, lantai kedap air, miring kearah saluran
pembuangan serta jamban pria dan wanita terpisah.
Tabel 3.4 Pengamatan Tikus Dan Pinjal Di KKP Wilker Muara Sabak
Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat di KKP Wilker Talang Duku
83
1. P1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 3
2. P2 1 0 1 1 0 2 0 1 1 0 7
2. P3 0 1 2 0 0 1 1 0 0 0 4
Tabel 3.6. Hasil pengukuran tertinggi Kepadatan Lalat pada titik pengukuran 1 di
P1 T2 T4 T7 T8 T9 Total(X)
Jumlah 1 1 1 0 0 3
I = (X)/5
I = 3/5 = 0,6
Tabel 3.7 Hasil pengukuran tertinggi Kepadatan Lalat pada titik pengukuran 2 di KKP
P2 T1 T3 T4 T6 T8 Total(X)
Jumlah 1 1 1 2 1
I = (X)/5
I = 6/5 = 1,2
Tabel 3.8 Hasil pengukuran tertinggi Kepadatan Lalat pada titik pengukuran 3 di KKP
P2 T2 T3 T6 T7 T8 Total(X)
Jumlah 1 2 1 1 0 4
I = (X)/5
I = 4/5 = 0,8
84
Hasil Rata-Rata Total
3 3
Jadi dari hasil pengukuran kepadatan lalat di area pemukiman wilker talang
duku “rendah” atau tidak menjadi masalah. Pengukuran di lakuakan di daerah sekitar
TPS di wilker KKP Talang Duku. Pengukuran dilakukan di tiga titik, dimana P1
depan KKP wilker Talang Duku, dan P3 dilakukan di samping KKP wilker Talang
Duku.
85
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam kegitan Magang Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Jambi tahun 2017 ini, kami masih banyak mendapatkan kendala baik dalam pelaksanaan
praktikum maupun kendala dalam penulisan laporan. Hal-hal yang telah dipelajari dalam
kegiatan perkuliahan di kampus dapat disesuaikan dengan kegiatan pada saat magang.
Kami mendapatkan tambahan ilmu pada saat turun dilapangan
Berdasarkan uraian dari pembahasan dan analisa pada bab-bab
sebelumnya maka ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. KKP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2. Survey tingkat kepadatan jentik /larva nyamuk aedes aegypti dilakukan untuk
mengetahui tingkat kepadatan nyamuk di suatu wilker pelabuhan agar dapat
direkomendasikan dilakukan pengendalian atau tidak.
3. Sanitasi tempat-tempat umum di wilker KKP dilakukan untuk mengawasi TTU
di wilker dan menginformasikan hasil pengamatan serta upaya tindak lanjut
kepada pengelola dan tembusan kepada Adpel/Kepala Bandara serta instansi
terkait.
4. Pemeriksaan tikus diatas kapal dilakukan pada saat melakukan perpanjangan
SSCC/SSCEC atau pemeriksaan dilakukan pada saat kedatangan kapal dari
daerah terjangkit/ luar negeri. Apabila ditemukan tanda-tanda kehidupan tikus
atau adanya tikus maka direkomendasikan untuk dilakukan tindakan tindakan
Derattisasi yang pelaksanaannya oleh Badan Usaha Swasta (BUS) dengan
pengawasan dari petugas KKP.
5. Pengamatan/pemeriksaan keberadaan lalat di kapal dilakukan bersamaan
dengan kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal dan pemeriksaan kapal dalam
rangka penerbitan SSCC. Apabila ditemukan kehidupan lalat di atas
kapal/pesawat direkomendasikan untuk dilakukan tindakan Disenseksi.
Sementara apabila kepadatan lalat tinggi/sangat tinggi di pelabuhan maka
dilakukan tindakan pengendalian.
86
6. Pemeriksaan kualitas air bersih di atas kapal dilakukan pada saat
pemeriksaan sanitasi kapal dalam rangka penerbitan SSCC/SSCEC dan atau
pada saat pemeriksaan sanitasi kapal saat kepadatan kapal dari luar
negeri/daerah terjangkit. Hasil pemeriksaan ditindaklanjuti dengan
menginformasikan hasil pengawasan kepada pengelola dan tembusan
Administrator Pelabuhan/Administrator Bandara serta Pemerintah Daerah/Ka.
Dinkes setempat.
7. Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memantau kebisingan di kawasan
Perimeter, Buffer digunakan sebagai kontrol/pembanding (diluar wilayah
perimeter dan Buffer), umumnya di lingkungan pemukiman atau perumahan.
Hasilnya Desiminasi pada instansi terkait di lingkungan Pelabuhan/bandara.
8. Pemeriksaan sanitasi kapal bertujuan untuk mengetahui keadaan sanitasi
kapal dan menetapkan rekomendasi hasil sanitasi berupa penerbitan SSCEC
atau tindakan penyehatan umtuk penerbitan SSCC.
SARAN
1. Sebaiknya formulir untuk pemeriksaan sanitasi kapal dibuat sesuai jenis
kapal. Cotohnya: kapal barang, kapal penumpang, kapal feri maupun
tongkang.
2. Perlu menambah dan memperbaiki fasilitas-fasilitas dan sarana prasarana di
KKP Jambi khususnya sarana pemeriksaan kualitas lingkungan seperti
kualitas udara dan tanah.
3. Perlu diadakan penambahan pegawai untuk mengisi lowongan kerja pada
satuan kerja-satuan kerja dan pos-pos kerja dalam wilayah operasional kantor
unit penyelenggaran pelabuhan Jambi, agar kegiatan-kegiatan yang berjalan
dapat berlangsung dengan baik.
87