Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PORTOFOLIO

TAHANAN & PROPULSI KAPAL

“ Perbandingan Performance (kinerja) antara ‘Screw Propeller’


dengan ‘Water Jet Propeller’ “

NAMA : SYAIFUDDIN SALEH


NRP : 4208100096

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER
2010
Tugas Tahanan dan Propulsi Kapal
“ Perbandingan Performance (kinerja) antara „Screw Propeller‟ dengan „Waterjet Propeller‟ “

Pendahuluan

Salah satu indikator keberhasilan dalam rancang-bangun kapal adalah tercapainya


kecepatan servis kapal (Vs) sesuai dengan yang direncanakan. Dan parameter utama yang
sangat menentukan terhadap kecepatan servis kapal tersebut, adalah rancangan Sistem
Propulsi Kapal (Sistem Penggerak Kapal).

Secara umum, Sistem Propulsi Kapal terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu :

1. Main Engines (Motor Induk)


2. Transmission Systems (Sistem Transmisi Daya)
3. Propulsor (Alat Gerak Kapal).

Prinsip kerja dari Sistem Propulsi Kapal adalah sebagai berikut; Main Engines
sebagai sumber daya utama memberikan daya output-nya ke Propulsor melalui Sistem
Transmisi Daya. Besarnya daya yang diserap oleh Propulsor tergantung pada besarnya
efisiensi system transmisi tersebut. daya yang diserap oleh Propulsor inilah yang
selanjutnya digunakan untuk mendorong kapal. Salah satu jenis Propulsor (Alat Gerak
Kapal) yang sering digunakan untuk menggerakan kapal sampai dengan saat ini adalah
Screw Propeller (Baling-baling ulir).

Gaya dorong (Thrust) pada Screw Propeller (Baling-baling ulir) terjadi sebagai
akibat adanya perbedaan distribusi tekanan antara bagian punggung daun baling-baling dan
bagian muka daun baling-baling. Distribusi tekanan pada daerah/bagian muka daun
baling-baling adalah relatif lebih besar dibandingkan dengan distribusi tekanan pada
daerah/bagian punggung daun baling-baling, sehingga hal ini menyebabkan timbulnya
Gaya Angkat (Lift Force). Proyeksi vector gaya angkat tersebut pada sumbu lateral kapal,
yang kemudian disebut dengan gaya dorong kapal (Thrust).

Sampai dengan saat ini, khalayak luas beranggapan bahwa besarnya gaya dorong
kapal (Thrust) adalah berbanding lurus dengan daya yang diserap oleh Baling-baling.
Sehingga bilamana diinginkan adanya peningkatan kecepatan servis kapal, maka
diperlukan adanya kenaikan gaya dorong (Thrust) kapal. Dan kenaikan tersebut, membawa
pada kebutuhan kenaikan daya dorong kapal. Selanjutnya, kebutuhan terhadap
meningkatnya daya dorong kapal pada akhirnya memberikan konsekuensi pada
peningkatan kebutuhan daya output dari Main Engines (Motor Induk). Hal ini tentunya
akan merugikan pada nilai kompetisi ekonomis kapal.

SYAIFUDDIN SALEH / 4208100096


1|P age
Tugas Tahanan dan Propulsi Kapal
“ Perbandingan Performance (kinerja) antara „Screw Propeller‟ dengan „Waterjet Propeller‟ “

Pengenalan Alat Gerak Kapal (Propulsor)

Secara mendasar alat gerak kapal dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu : alat
gerak kapal yang non-mekanik dan yang mekanik. Alat gerak kapal yang non-mekanik
adalah Dayung dan Layar. Sedangkan alat gerak kapal yang mekanik, adalah sebagai
berikut :

1. Fixed Pitch Propeller

2. Ducted Propeller

3. Contra-rotating Propeller

4. Overlapping propeller

5. Controllable Pitch Propeller

6. Waterjet Propulsion System

7. Cyclodial Propeller

8. Paddle Wheels

9. Superconducting Electric Propulsion System

10. Azimuth Podded Propulsion System

Sejarah Perkembangan Propulsor

Awal sejarah perkembangan tentang alat gerak kapal mungkin dapat ditarik jauh
hingga kisaran 287 – 212 SM yang mana seorang Archimedes menemukan piranti untuk
memindahkan air dari danau ke saluran irigasi pertanian Syiracuse di Sicily. Alat ini
kemudian dikenal dengan sebutan “Archimedean Screw Pumps”.

Bentuk Desain “Archimedean Screw Pumps”

SYAIFUDDIN SALEH / 4208100096


2|P age
Tugas Tahanan dan Propulsi Kapal
“ Perbandingan Performance (kinerja) antara „Screw Propeller‟ dengan „Waterjet Propeller‟ “

Kemudian di Abad ke XV-an, seorang bernama Leonardo da Vinci (1452-1519)


telah membuat sketsa teknis tentang prinsip-prinsip ulir (screw principle) seperti yang
digunakan sebagai helicopter rotor. Beberapa tahun kemudian di tahun 1661, Toogood dan
Hayes dari Britain telah mematenkan (claimed patent) temuannya yang mana prinsip
screw menggunakan helical surfaces (Archimedean screws) sebagai propeller. Selanjutnya,
seorang ahli fisika dari Inggris yang bernama Hooke di tahun 1680 menyarankan untuk
menggunakan Archimedean screw pada sistem penggerak kapal (ship propulsion).

Ide Baling-baling Leonardo Da Vinci

Selanjutnya di sekitar tahun 1802 - 1804, Pak C. Steves seorang berkebangsaan


Amerika telah menggunakan screw propeller yang mana bentuknya mirip dengan screw
propeller sekarang ini untuk menggerakkan twin screw steamer dengan ukuran panjang 7.5
meter. Di tahun 1828, pak R. Wilson seorang petani dari skotlandia telah sukses
mendemonstrasikan prinsip-prinsip screw propeller.

Pada tahun 1836, seorang petani dari Inggris yang bernama Pak P. Smith telah
menerapkan secara praktis untuk yang pertama kali. Dia menggunakan single bladed screw
yang terbuat dari kayu yang mana dapat berputar secara dua arah. Di tahun yang sama
1836, pak J. Ericsson, seorang ahli teknik dari Swedia mengembangkan fore-runner of
contra-rotating propeller (dua roda dengan tiga daun helicoidal berputar dengan arah yang
berlawanan). Pada tahun 1839, pak Smith melengkapi kapalnya yang berbobot 237 ton,
dengan Archimedes screw props, yang mana hasilnya sukses luar biasa dan hal ini
kemudian menggeser aplikasi dari Paddle propulsion systems ke Screw propulsion system.

SYAIFUDDIN SALEH / 4208100096


3|P age
Tugas Tahanan dan Propulsi Kapal
“ Perbandingan Performance (kinerja) antara „Screw Propeller‟ dengan „Waterjet Propeller‟ “

Baling-baling Ericsson, Fore Runner Contrarotating Propeller

Perkembangan dari steam engines (1840-1850) telah memberikan kontribusi untuk


penggunaan screw propellers secara efektif. Di tahun 1845, kapal Great Britain adalah
kapal dengan screw propeller pertama yang melintasi lautan Atlantic. Selanjutnya, pada
tahun 1880, Thorny croft telah merancang propellers yang bentuknya sama dengan
propellers saat ini.

Baling-baling Ulir dengan Prinsip Ulir dari Smith

Selanjutnya mulai tahun 1880 hingga 1970, bentuk dasar dari propeller tidak
banyak mengalami perubahan. Baru kemudian di era 1970 hingga 1990-an, dimana terjadi
kondisi “Fuel crisis” dan pertimbangan-pertimbangan terhadap “environmental effects”
(misalnya : low noise, vibrations dan emissions) telah memberikan impact pada rancangan
bentuk propeller dan stern configurations, yang mana juga membawa pada perkembangan
mengenai unconventional propellers.

SYAIFUDDIN SALEH / 4208100096


4|P age
Tugas Tahanan dan Propulsi Kapal
“ Perbandingan Performance (kinerja) antara „Screw Propeller‟ dengan „Waterjet Propeller‟ “

Perkembangan selanjutnya dari Propulsor ini kemudian melahirkan aneka jenis alat
gerak kapal (Propulsor) itu sendiri seperti, Fixed Pitch Propellers (FPP), Ducted Propeller,
Contra-rotating Propellers, Overlapping Propellers, Controlable Pitch Propellers (CPP),
yang ke-semuanya ini merupakan bagian dari Screw Propeller.

Fixed Pitch Propeller s Ducted Propeller

Contrarotating Propellers

Overlapping Propellers Controlable Pitch Propellers

SYAIFUDDIN SALEH / 4208100096


5|P age
Tugas Tahanan dan Propulsi Kapal
“ Perbandingan Performance (kinerja) antara „Screw Propeller‟ dengan „Waterjet Propeller‟ “

Perbandingan Kinerja Screw Propeller dengan Waterjet Propeller

Selain Screw Propeller dikenal pula Sistem Propulsi WaterJet (Waterjet Propulsion
System). Prinsip operasi dari waterjet, air dihisap melalui sistem ducting oleh internal
pump yang mana terjadi penambahan energi pada air. Kemudian, air tersebut disemprotkan
ke belakang dengan kecepatan yang tinggi. Gaya dorong (Thrust) yang dihasilkan
merupakan hasil dari penambahan momentum yang diberikan ke air.

Sistem Propulsi Waterjet (Waterjet Propulsion System)

Sebenarnya sistem propulsi water jet telah lama dikenal dan digunakan sebagai
sistem penggerak untuk berbagai jenis kapal, namun aplikasi secara luas masih terbentur
pada efisiensi propulsifnya yang relatif rendah jika dibandingkan dengan sistem propulsi
kapal yang menggunakan propeller, terutama pada saat kecepatan kapal yang relatif
rendah.

Sistem Waterjet ini lebih disukai daripada suatu baling-baling konvensional. Sebab
suatu baling-baling konvensional mengalami cavitation pada kecepatan sangat tinggi ( 45
knots), tetapi di dalam waterjet unit pada pompanya tidak terjadi kavitasi. Sistem propulsi
Waterjet memiliki kemampuan untuk meningkatkan olah-gerak kapal.

SYAIFUDDIN SALEH / 4208100096


6|P age
Tugas Tahanan dan Propulsi Kapal
“ Perbandingan Performance (kinerja) antara „Screw Propeller‟ dengan „Waterjet Propeller‟ “

Adapun perbandingan kinerja antara Screw propeller dengan Waterjet Propeller


dapat dilihat pada tabel perbandingan di bawah ini :

No Faktor Pembanding Screw Propeller Waterjet Propeller

1. Resistance Relatif Besar Kecil

2. Kemampuan Akselerasi Kurang baik Relatif Baik

3. Kemampuan Manouvering Kurang baik Baik

4. Daerah Operasi Dalam Dalam & Dangkal

5. Kavitasi Terjadi Tidak terjadi

6. Getaran & Kebisingan Besar Kecil

7. Efisiensi Propulsif Tinggi Rendah

Seiring dengan kemajuan IPTEK saat ini penggunaan sistem propulsi water jet
sebagai penggerak kapal menunjukkan kecenderungan yang meningkat, baik dalam hal
besarnya ukuran kapal, tipe/jenis kapal ataupun usaha-usaha secara teknis guna
meningkatkan kecepatan kapal yang lebih tinggi.

Aplikasi dari sistem propulsi water jet ini sering dijumpai terutama untuk kapal –
kapal yang dirancang berkecepatan tinggi, karena berdasarkan penelitian – penelitian yang
telah dilaksanakan menunjukkan bahwa sistem propulsi water jet memiliki keistimewaan
yang tidak ada kaitannya dengan efisiensi propulsifnya.

SYAIFUDDIN SALEH / 4208100096


7|P age
Tugas Tahanan dan Propulsi Kapal
“ Perbandingan Performance (kinerja) antara „Screw Propeller‟ dengan „Waterjet Propeller‟ “

Kesimpulan

Jadi kesimpulan yang dapat diperoleh tentang Perbandingan Performance


(Kinerja) antara Screw Propeller dengan Waterjet Propeller adalah sebagai berikut :

1. Screw Propeller banyak dijadikan propulsor utama karena memiliki efisiensi yang
lebih tinggi dibanding dengan Waterjet Propeller.
2. Seiring perkembangan IPTEK efisiensi pada Waterjet Propeller dapat ditingkatkan
terutama pada saat kecepatan tinggi.
3. Waterjet Propeller memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan Screw
Propeller meliputi besar tahanan kapal (Ship Resistance), kemampuan akselerasi
dan olah gerak kapal (Manouvering), daerah operasi, tingkat kebisingan dan
getaran, serta pada kavitasi.

SYAIFUDDIN SALEH / 4208100096


8|P age
Tugas Tahanan dan Propulsi Kapal
“ Perbandingan Performance (kinerja) antara „Screw Propeller‟ dengan „Waterjet Propeller‟ “

Daftar Pustaka

1. Pengenalan Sistem Propulsi Kapal oleh Ir. Suryo Widodo Adji, M.Sc, CEng.
FIMareST
2. Waterjet Propulsion System oleh Ir. Suryo Widodo Adji, M.Sc, CEng. FIMareST
3. Propulsi Kapal oleh Dr. I Made Ariana, ST, MT
4. Baling-baling Kapal Bersirip Oleh Suprapto
5. http://www.frihatnolo_mukti.blogspot.com/baling-baling kapal.html
6. http://www.google.co.id/resistance/picture.jpg

SYAIFUDDIN SALEH / 4208100096


9|P age

Anda mungkin juga menyukai