Anda di halaman 1dari 15

Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

BAB VI
KAJIAN HUKUM & KELEMBAGAAN

6.1 KAJIAN HUKUM

Pada bagian Kajian Hukum, akan dibahas kerangka hukum yang terkait dengan pengelolaan
persampahan di Kota Tangerang dan hambatan-hambatan hukum yang mungkin terjadi saat
pelaksanaan proyek.

6.1.1 Pembagian Urusan Persampahan antar Tingkat Pemerintahan


Sesuai dengan Undang-Undang No 18 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Sampah, kegiatan
pengelolaan sampah merupakan kewajiban pihak Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
termasuk dengan pembiayaan penyelenggaraannya. Penyelenggaraan pengelolaan sampah
ini dapat dilakukan secara masing-masing oleh tiap-tiap Pemerintah Daerah/Kabupaten/Kota
ataupun bermitra antara satu dan lain.

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terdapat


pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kota untuk sub urusan persampahan. Adapun pembagiannya adalah sebagai
berikut:
1) Pemerintah Pusat
a. Penetapan pengembangan sistem pengelolaan persampahan secara nasional;
b. Pengembangan sistem pengelolaan persampahan lintas daerah provinsi, dan
sistem pengelolaan persampahan untuk kepentingan strategis nasional;
c. Penerbitan izin insinerator pengolah sampah menjadi energi listrik;
d. Penerbitan izin pemanfaatan gas metana ( landfill gas) untuk energi listrik di
tempat pemrosesan akhir (TPA) regional oleh pihak swasta;
e. Pembinaan dan pengawasan penanganan sampah di TPA/tempat pengolahan
sampah terpadu (TPST) regional oleh pihak swasta;
f. Peneratapan dan pengwasan tanggung jawab produsen dalam pengurangan
sampah; dan
g. Pembinaan dan pengawasan tanggung jawab produsen dalam pengurangan
sampah.
2) Daerah Provinsi
a. Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan regional; dan
b. Penanganan sampah di TPA/TPST regional
3) Daerah Kota
a. Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan dalam daerah
kabupaten/kota;

Bab VI - 1
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

b. Penerbitan izin pendaurulangan sampah/pengolahan sampah, pengangkutan


sampah dan pemrosesan akhir sampah yang diselenggarakan oleh swasta; dan
c. Pembinaan dan pengawasan pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh
pihak swasta.
Berdasarkan pembagian urusan di atas, maka peran Pemerintah Provinsi tidak signifikan
dalam lelang persampahan Kota Tangerang, karena penanganan sampah tidak lintas daerah
dan hanya dalam wilayah kota saja.

6.1.2 Kewenangan Kota Tangerang untuk Urusan Persampahan


Kewenangan penanganan sampah Kota Tangerang secara spesifik juga termuat dalam
Peraturan Daerah No 3 Tahun 2009 dan Peraturan Wali Kota Tangerang No 13 Tahun 2009
tentang Penanganan Sampah. Adapun hak dan kewajiban Pemerintah Kota Tangerang
untuk pengelolaan sampah adalah:
1) Hak Pemerintah Kota Tangerang:
a. menentukan ketentuan perizinan pengelolaan sampah; dan
b. menentukan besaran tarif retribursi pelayanan pengelolaan sampah
2) Kewajiban Pemerintah Kota Tangerang:
a. memberikan pelayanan pengelolaan sampah kepada masyarakat;
b. memberikan pembinaan kepada masyarakat dalam hal pengelolaan sampahl
c. memberikan pelayanan jasa pengangkutan sampah dari TPS ke TPA;
d. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan sampah;
e. menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan sampah secara memadai;
f. mendorong dan mendukung masyarakat untuk melakukan kegiatan
pengelolaan sampah mandiri;
g. melakukan sosialiasi dan pelatihan mengenai pengelolaan sampah kepada
masyarakat dan pelaku usaha dalam pengelolaan sampah;
h. menyajikan sistem informasi pengelolaan sampah;
i. melaksanakan ketentuan perizinan pelayanan pengelolaan sampah sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku;
j. menindaklanjuti pengaduan masyarakat atas pelayanan pengelolaan sampah.
Selain itu dalam hal pengolahan dan pemrosesan akhir, dalam Peraturan Wali Kota juga
disampaikan bahwa pengolahan sampah dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga atas izin
Kepala Dinas.

6.1.3 Status Kota Tangerang dalam proyek percepatan PLTSa berdasarkan Peraturan Presiden
Kota Tangerang merupakan salah satu Kota yang disebut dalam Peraturan Presiden No 35
Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi
Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Adapun keuntungan yang didapatkan Kota
Tangerang sebagai daerah yang termasuk dalam percepatan pembangunan adalah:

Bab VI - 2
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

1) Mendapat kemudahan penerbitan izin prinsip pembangunan/konstruksi sesuai


denan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Mendapatkan dukungan dari kementerian dan lembaga yang terkait untuk
perizinan dan nonperizinan serta penyederhanaan yang diperlukan;
3) Kepastian untuk PT PLN (Persero) membeli listrik dengan harga yang telah
ditetapkan dalam peraturan ini; dan
4) Mendapatkan bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah dari Pemerintah Pusat
dengan jumlah maksimum Rp 500.000 per ton sampah;

Agar Kota Tangerang bisa mendapatkan keuntungan-keuntungan di atas, berdasarkan


Peraturan Presiden tersebut disampaikan bahwa pengelolaan sampah yang diterapkan harus
dapat mengurangi volume sampah secara signifikan dan mendapatkan energi listrik dari
pengolahannya. Hal ini sesuai dengan rencana pengelolaan sampah Kota Tangerang yang
telah disampaikan pada Bab III mengenai Kajian Teknis dan Teknologi yang menyatakan
bahwa rencana pengolahan mampu mereduksi sampah hingga 85% dan menghasilkan listrik
di atas 20 MW. Oleh karena itu, proyek PLTSa Kota Tangerang telah memenuhi kriteria
untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan yang ditetapkan.

Kemudian, dalam melaksanakan pengadaan pembangunan PLTSa, Kota Tangerang dapat


melakukan hal berikut berdasarkan PerPres 35/2018, yaitu:
1) Menugaskan Badan Usaha Milik Daerah; atau
2) Melakukan kompetisi Badan Usaha.

Dalam hal, jalur penugasan Badan Usaha Milik Daerah dipilih, maka Badan Usaha Milik
Daerah tersebut dapat bekerjasama dengan badan usaha lainnya melalui penunjukkan yang
diatur sendiri, namun wajib menyediakan mayoritas ekuitas untuk pengadaan pembangunan
PLTSa, sehingga status Badan Usaha Milik Daerah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah
tidak berubah. Ekuitas ini dapat merupakan milik Badan Usaha Milik Daerah sendiri, ataupun
melalui Penyertaaan Modal Daerah (PMD).
Dengan melalui berbagai pertimbangan, Walikota Tangerang telah memutuskan untuk tidak
melakukan Penyertaan Modal Daerah, dan memilih jalur kompetisi Badan Usaha.
Dengan memilih jalur kompetisi Badan Usaha, maka pengadaan dilakukan berdasarkan
peraturan-perundangan di bidang kerja sama pemerintah dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur.

6.1.4 Eligibilitas Sebagai Proyek KPBU


Penyelenggaraan penanganan sampah di Kota Tangerang diperbolehkan untuk melakukan
kerjasama dengan Badan Usaha untuk peningkatan kapasitas penanganan sampahan dan
penyelenggaraannya sampai pada pemrosesan akhir sampah sesuai dengan yang
disampaikan dalam Peraturan Wali Kota Tangerang No 13 Tahun 2009 tentang Penanganan
Sampah dan Peraturan Daerah Kota Tangerang No 3 Tahun 2009. Sehingga dari sisi
peraturan daerah, tidak ada peraturan Kota Tangerang yang menghalangi pelaksanakan
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Bab VI - 3
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

Selain itu dilihat dari sisi peraturan Pemerintah Pusat, sebagai Proyek Persampahan, maka
pengadaan fasilitas persampahan Kota Tangerang dapat diadakan sebagai proyek
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) karena termasuk dalam daftar infrastruktur
yang dapat dikerjasamakan berdasarkan Peraturan Presiden nomor 38 tahun 2015 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan
Menteri PPN/Bappenas No 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan KPBU.

Dalam penyelenggaraan KPBU, maka Pemerintah Kota Tangerang perlu memperhatikan hal-
hal berikut:
1) Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) adalah Kepala Daerah atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai penyedia atau penyelenggara infrastruktur
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2) PJPK menetapkan bentuk pengembalian investasi yang meliputi penutupan biaya
modal, biaya operasional, dan keuntungan Badan Usaha Pelaksana. Dalam
konteks pengadaan fasilitas pengolahan sampah Kota Tangerang, bentuk
pengembalian investasi kepada Badan Usaha Pelaksana adalah Biaya Layanan
Pengolahan Sampah (BLPS).
3) Badan Usaha Milik Daerah dapat menjadi PJPK selama diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Dalam hal ini, KPBU dilaksanakan melalui perjanjian
dengan Badan Usaha Pelaksana.

Berdasarkan subbab 6.1.2, kewenangan persampahan Kota Tangerang berada di bawah


Pemerintah Kota Tangerang. Oleh karena itu, pihak PJPK yang paling tepat untuk
penyelenggaraan KPBU persampahan Kota Tangerang adalah Pemerintah Kota
Tangerang.

6.1.5 Tata Cara Pelaksanaan Lelang


Berdasarkan Panduan Umum KPBU yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri PPN/Bappenas
tahun 2015 No 4, pelaksanaan KPBU terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu:
1) Tahap Perencanaan, yang terdiri dari:
a. penyusunan rencana anggaran dana KPBU;
b. identifikasi dan penetapan KPBU;
c. penganggaran dana tahap perencanaan KPBU;
d. pengambilan keputusan lanjut/tidak lanjut rencana KPBU;
e. penyusunan Daftar Rencana KPBU; dan
f. pengkategorian KPBU.
2) Tahap Penyiapan, yang terdiri dari:
a. penyiapan Prastudi Kelayakan termasuk kajian pengembalian investasi
Badan Usaha Pelaksana;
b. pengajuan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah; dan

Bab VI - 4
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

c. pengajuan penetapan lokasi KPBU.


3) Tahap Transaksi

Saat melaksanakan penyelenggaraan lelang, maka berdasarkan Peraturan Ketua LKPP No 19


Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha KPBU dalam
Penyediaan Infrastruktur, PJPK memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) menganggarkan biaya pelaksanaan pengadaan dan pelaksanaan Perjanjian KPBU;
2) menetapkan Tim KPBU dan Panitia Pengadaan;
3) menyediakan Ruangan Data dan Informasi (Data Room);
4) memberikan persetujuan pada perubahan Dokumen Pengadaan yang diajukan
oleh Panitia Pengadaan;
5) melaksanakan penjajakan minat pasar dalam melaksanakan Transaksi;
6) menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) pada pemilihan Badan Penyiapan;
7) menetapkan pemenang Pelelangan atau Seleksi;
8) menerbitkan surat pemenang Pelelangan atau Seleksi;
9) menerbitkan surat penunukan Badan Usaha Pelaksana dan Badan Penyiapan;
10) menetapkan hasil Penunjukkan Langsung;
11) menjawab sanggah;
12) menyatakan proses Prakualifikasi atau pemilihan gagal;
13) menandatangani Perjanjian Penyiapan; dan
14) menandatangani Perjanjian KPBU

Pengadaan Badan Usaha Pelaksana terdiri dari kegiatan persiapan dan pelaksanaan. Dalam
hal persiapan, kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan antara lain:
1) konfirmasi kesiapan Proyek KPBU untuk dilanjutkan ke tahapan Pengadaan Badan
Usaha Pelaksana;
2) konfirmasi minat pasar dengan melakukan penjajakan minat pasar ( market
sounding) ataupun diskusi dalam forum Badan Usaha;
3) penyusunan jadwal pengadaan Badan Usaha Pelaksana dan rancangan
pengumuman;
4) penyusunan dan penetaapan Dokumen Pengadaan Badan Usaha Pelaksana; dan
5) pengelolaan Ruangan Data dan Informasi untuk keperluan uji tuntas ( due
diligence).

Dalam pelaksanaan skema KPBU, pemerintah dapat memberikan jaminan pemerintah dalam
bentuk penjaminan infrastruktur. Jaminan pemerintah dapat diberikan oleh Menteri
Keuangan melalui PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) selaku badan usaha
penjaminan infrastruktur. Jaminan pemerinah diberikan dengan memperhatikan prinsip
pengelolaan dan pengendalian risiko keuangan dalam APBN. Proses pemberian jaminan
pemerintah oleh PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) diatur dalam:

Bab VI - 5
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

1) Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam


Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan
Usaha Penjaminan Infrastruktur; dan
2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha.

6.1.6 Analisa Kemungkinan Pembatasan Investasi bagi Badan Usaha


Berdasarkan Peraturan Bappenas 3/2012, badan usaha penyelenggara proyek infrastruktur
harus didirikan oleh pemenang pelelangan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
sejakpenetapan pemenang. Perjanjian kerjasama kemudian harus ditandatangani oleh
badan usaha dengan PJPK.
Sehubungan dengan proses pelelangan dan pendirian badan usaha penyelenggara proyek
infrastruktur di sektor pengelolaan sampah, perlu diperhatikan ketentuan mengenai
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009 dan daftar negatif investasi
sebagaimana diatur dalam Perpres 39/2014.
Dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, bidang usaha pengelolaan
sampah masuk dalam Kategori/Kode 38. Lebih khusus lagi, untuk bidang usaha pengelolaan
dan pembuangan sampah tidak berbahaya masuk dalam katagori/kode 38211 dengan
uraian sebagai berikut:
“Kelompok ini mencakup usaha pengopersian lahan untuk pembuangan sampah
yang tidak berbahaya, pembuangan sampah yang tidak berbahaya melalui
pembakaran atau metode lain dengan atau tanpa menghasilkan produk
berupa listrik atau uap, bahan bakar substitusi, biogas, abu atau produk
ikutan lainnya untuk kegunaan lebih lanjut, dan sebagainya dan pengelolaan
sampah organic untuk pembuangan.”
Dalam Perpres 39/2014 bidang usaha pengelolaan sampah yang tidak berbahaya (KBLI
38211) dikatagorikan sebagai bidang usaha “pengelolaan dan pembuangan sampah yang
tidak berbahaya” dengan persyaratan maksimal kepemilikan asing adalah 95%.
Sehubungan dengan ketentuan tersebut di atas maka dalam proses prakualifikasi dan
pelelangan perlu dicantumkan persyaratan bagi peserta badan usaha asing untuk
membentuk konsorsium dengan perusahaan nasional dengan maksimum komposisi
kepemilikan saham badan usaha asing tersebut sebesar 95%.

6.1.7 Identifikasi Jenis-Jenis Perizinan yang Dibutuhkan

Kajian kebutuhan perizinan dimaksudkan untuk mengidentifikasi perizinan-perizinan dari instansi


yang berwenang yang diperlukan untuk pelaksanaan Proyek baik oleh Kota Tangerang maupun oleh
badan usaha yang dibentuk oleh pemenang pelelangan.

Tabel berikut di bawah menggambarkan jenis-jenis perizinan yang diperlukan untuk pelaksanaan
Proyek.Perlu diperhatikan bahwa dalam pelaksanaan Proyek dimungkinkan diperlukannya izin-izin
lain selain yang dicantumkan dalam tabel berikut tergantung pada strategi/rencana pelaksanaan
Proyek oleh Badan Usaha.

Bab VI - 6
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

Penerima
Jenis Penerbit
No Izin/Persetujua Dasar Hukum
Izin/Persetujuan Izin/Persetujuan
n
Tahap Persiapan Sebelum Penunjukan Badan Usaha
1 Penetapan Lokasi Walikota Dinas UU 2/2012
Proyek; atau
Perpres 71/2012
Penetapan Lokasi
(jika perolehan
Tapak Proyek
lahan dilakukan
dalam rangka
pembebasan lahan
bagi kepentingan
umum); atau
Permen Bappenas
No. 3/2012
2 Penetapan Lokasi Kota Tangerang - UU 18/2008
Tempat Pengolahan (dituangkan dalam
Sampah Terpadu Perda RTRW)
dan Pemrosesan
Akhir Sampah
3 Kesepakatan Kota Tangerang Kota Tangerang Peraturan
penggunaan tanah Pemerintah No.
milik Kota 27/2014 tentang
Tangerang untuk Pengelolaan
lokasi Proyek Barang Milik
Negera/Daerah
Tahap Pembentukan Perusahaan Khusus (SPV)
4 Persetujuan Prinsip Badan Kordinasi Para pemegang UUNomor 25
Penanaman Modal Penanaman Modal saham Tahun 2007
(jika perusahaan tentang
penanaman modal) Penanaman Modal
5 Persetujuan atas Menteri Hukum dan Badan Usaha UU Nomor 40
Anggaran Dasar Hak Azasi Manusia Tahun 2007
6 Tanda Daftar Menteri Badan Usaha UU Nomor 3
Perusahaan Perdagangan Tahun 1998
tentang Wajib
Daftar Perusahaan
7 Nomor Pokok Wajib Kantor Pajak Badan Usaha UU Nomor 28
Pajak dan Tahun 2007
Pengukuhan tentang Ketentuan
Pengusaha Kena Umum dan Tata
Pajak Cara Perpajakan
Tahap Persiapan Sebelum Pelaksanaan Konstruksi
8 Persetujuan AMDAL BKLH/Meneg LH Kota Tangerang Peraturan
(analisa mengenai dan Badan Usaha Menteri Negara
dampak lingkungan) (jika diperlukan Lingkungan
dan Izin Lingkungan pemuktahiran) Hidup Nomor 5

Bab VI - 7
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

Penerima
Jenis Penerbit
No Izin/Persetujua Dasar Hukum
Izin/Persetujuan Izin/Persetujuan
n
Tahun 2012
tentang Jenis
Rencana Usaha
dan/atau
Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi
Dengan AMDAL
Tahap Pelaksanaan (Konstruksi)
9 Izin Lokasi Kota Tangerang Badan Usaha Pasal 4 Peraturan
Meneg
Agraria/Kepala
Badan Pertanahan
Nasional Nomor 2
Tahun 1999
tentang Ijin Lokasi
10 Izin Mendirikan Kota Tangerang Badan Usaha UU Nomor 28
Bangunan Tahun 2002
tentang Bangunan
Gedung
11 Izin Gangguan/HO Kota Tangerang Badan Usaha Pasal 4 UU
Gangguan
Tahap Pelaksanaan (Operasi)
12 Izin Usaha (jika Kepala Badan Badan Usaha Peraturan Menteri
Perusahaan Kordinasi Perdagangan
Penanaman Penanaman Modal Nomor09/M-
Modal) /Surat Izin untuk Izin Usaha DAG/PER/3/2006
Usaha Perdagangan /Kepala Daerah Cq.
(jika bukan Kepala Dinas/Kepala
Perusahaan Kantor Pelayanan
Penanaman Modal) Perizinan untuk Izin
Usaha Perdagangan
13 Izin Usaha Kementrian Energy Badan Usaha Permen ESDM No.
Penyediaan Tenaga dan Sumber Daya 10 Tahun 2005
Listrik Mineral

6.1.8 Kebutuhan Dukungan Peraturan/Kebijakan


Untuk kepastian pelaksanaan Proyek telah diidentifikasi kebutuhan Peraturan, Kebijakan atau
Perjanjian sebagai berikut:

Tabel 6. 1 Kebutuhan Peraturan, Kebijakan atau Perjanjian

Bab VI - 8
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

Kebutuhan
Penjelasan
Peraturan/Kebijakan/Perjanjian
Perjanjian Pendahuluan (Head of Mengingat proyek ini direncanakan untuk
Agreement) antara Kota Tangerang dengan berada di lokasi yang berbeda, yaitu di TPA
PT PLN (Persero) Rawa Kucing dan di lahan lain yang tidak
terdampak peraturan KKOP, maka perlu
dipastikan bahwa terdapat dua PJBL untuk
kedua lokasi yang berbeda. Selain itu, adanya
dua PJBL berarti harga tarif listrik yang lebih
tinggi yang dapat menekan nilai BLPS yang
rendah (lihat Bab IV untuk informasi lebih
lanjut).
Persetujuan Pemerintah Daerah Kota Mengingat jumlah sampah yang dikirim sangat
Tangerang atas Jaminan Supply Sampah tergantung kebijakan Pemerintah Kota dalam
yang akan dikirim komitmennya terhadap kegiatan reduksi di
hulu (3R), pengumpulan, dan sangat erat
terkait dengan penentuan kapasitas proyek,
yang juga menentukan besaran investasi atas
proyek, sehingga diperlukan jaminan
komitmen atas jumlah sampah yang akan
dikirimkan.
Peraturan Daerah Kota Tangerang Keberadaan Peraturan Daerah Kota Tangerang
mengenai Tipping Fee diperlukan untuk memastikan bahwa
pemerintah daerah beserta DPRD terikat untuk
mengalokasikan anggaran yang diperlukan
untuk pembayaran biaya tipping fee berikut
mata anggaran yang akan digunakan dengan
memperhatikan ketentuan mengenai
pengelolaan keuangan daerah.
Perjanjian dengan Pemerintah Kota Mengingat proyek akan menggunakan lahan
Tangerang untuk Pemanfaatan Tanah Kota yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Tangerang
Tangerang bagi proyek maka atas penggunaan lahan tersebut perlu
dituangkan dalam perjanjian pemanfaatan
aset Kota Tangerang.
Persetujuan DPRD Kota Tangerang Sesuai dengan PP 50/2007, kerja sama antara
Kota Tangerang dan badan usaha yang akan
menimbulkan beban terhadap APBD perlu
mendapatkan persetujuan dari DPRD.
Rencana tindak pemenuhan kebutuhan peraturan perundang-undangan dapat digambarkan pada
tabel di bawah:

Tabel 6.2 Kebutuhan Peraturan Perundang-Undangan

Kebutuhan Peraturan/Kebijakan/Perjanjian Jadwal/Rencana Tindak


Perjanjian Pendahuluan (Head of Agreement) antara Ditetapkan paling lambat sebelum
Kota Tangerang dengan PT PLN (Persero) penandatanganan Perjanjian Kerja
Sama

Bab VI - 9
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

Kebutuhan Peraturan/Kebijakan/Perjanjian Jadwal/Rencana Tindak


Peraturan Daerah Kota Tangerang mengenai Jumlah Ditetapkan paling lambat sebelum
Supply Sampah dan Tipping Fee penandatanganan Perjanjian Kerja
Sama
Perjanjian dengan Pemerintah Kota Tangerang untuk Diperoleh sebelum penerbitan
Pemanfaatan Tanah Kota Tangerang bagi Proyek dokumen Final RFP
Persetujuan DPRD Kota Tangerang atas Proyek Kerja Diperoleh sebelum penerbitan
Sama dokumen Final RFP
Perjanjian dengan Badan Usaha mengenai pelaksanaan Diperoleh sebelum penerbitan
hak pembelian pertama dokumen Final RFP

6.1.9 Kesimpulan Kajian Hukum


Pemerintah Daerah Kota Tangerangberupaya mengembangkan PLTSa atau fasilitas
pengolahan sampah didalam kota yang merupakan amanat Peraturan Presiden No 35
Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan PLTSa Ramah Lingkungan,
Dimana rencana pembangunan PLTSa ini bertujuan untuk mereduksi sampah sebanyak
85% melalui perubahan bentuk, komposisi dan volume sampah menggunakan teknologi
pengolahan sampah tepat guna dan ramah lingkungan (UU No.18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah).

Untuk merealisasikan pembangunan sebagaimana dimaksudkan diatas maka Pemerintah


Kota Tangerang berencana melaksanakan kerjasama dengan Badan Usaha, dan
berdasarkan Peraturan Presiden No 38 Tahun 2015 tentang KPBU untuk
Infrastruktur, Peraturan Presiden No 35 Tahun 2018 tentang Percepatan
Pembangunan PLTSa Ramah Lingkungan, Peraturan Daerah Kota Tangerang No
3 Tahun 2009, dan Peraturan Wali Kota Tangerang No 13 Tahun 2009 tentang
Penanganan Sampah, maka Kota Tangerang diperbolehkan untuk menyelenggarakan
kerjasama dengan Badan Usaha melalui kompetisi ataupun kerjasama Badan Usaha
dengan BUMD.

6.2 KAJIAN KELEMBAGAAN

6.2.1 Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan (Stakeholder Mapping)

BAB II Peran dan Tanggung Jawab di Masa Pengadaan

Demi untuk tidak mengganggu jalannya kegiatan rutin SKPD Lingkungan Hidup, dan untuk
mempermudah proses penganggaran untuk pengadaan Badan Usaha untuk Proyek, maka
Pemerintah Kota Tangerang, telah memutuskan untuk menunjuk Badan Usaha Milik Daerah

Bab VI - 10
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

nya yaitu PT Tangerang Nusantara Global, atau PTTNG untuk melakukan proses
penunjukkan Badan Usaha Pelaksana dalam kerangka KPBU.

Dalam tahap pengadaan KPBU di Kota Tangerang, peran dan tanggung jawab masing-
masing pihak dijelaskan dalam Gambar 6.1 berikut

Gambar 6.1 Peran dan Tanggung Jawab saat Masa Pengadaan


Peran dan tanggung jawab PT TNG selama masa pengadaan:

1) melakukan kegiatan penyiapan kajian awal Prastudi Kelayakan dan kajian akhir
Prastudi Kelayakan dengan berkoordinasi dengan Tim Koordinasi KPBU;
2) menyelenggarakan setiap proses administrasi pemilihan Badan Usaha Pelaksana atas
nama PJPK, melalui (i) pengadaan panitia lelang dan tim ahli, (ii) membiayai setiap
proses-proses terkait pengadaan, termasuk market sounding, prakualifikasi badan
usaha, evaluasi penawaran teknis, dan negosiasi atas perjanjian KPBU;
3) mengawasi jalannya pelaksanaan Proyek KPBU yang sesuai sasaran pengguna
layanan, yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang;
4) menyampaikan laporan berkala kepada Tim Koordinasi dan PJPK secara berkala;

Peran dan tanggung jawab Tim Koordinasi adalah mewakili pengguna layanan, dan selama
masa pengadaan memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
1) Berkoordinasi dengan PTTNG untuk memastikan tercapainya semua sasaran
pelayanan pengelolaan sampah dalam desain proyek dan Perjanjian KPBU;
2) Memfasilitasi PTTNG untuk mendapatkan informasi terkini, kebijakan, jaminan, izin-
izin yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Badan Usaha Pelaksana;
3) Memberikan opini dan bantuan teknis kepada PT TNG sesuai dengan kewenangan,
keahlian dari masing-masing dinas/badan.

Bab VI - 11
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

BAB III Peran dan Tanggung Jawab di Masa Konstruksi

Setelah pemenang lelang ditetapkan dalam tahap pengadaan dan telah resmi menjadi
Badan Usaha Pelaksana. Saat Masa Konstruksi, Badan Usaha Pelaksana juga berperan
sebagai pengelola TPA Rawa Kucing, sehingga sudah mendapatkan pemasukan seperti yang
telah dijabarkan dalam Bab IV. Selain itu, PT TNG dan Badan Usaha Pelaksana sudah
diperbolehkan melakukan Kerjasama Komersial. Peran dan tanggung jawab masing-masing
pihak dijelaskan pada Gambar 6.2 berikut:

Gambar 6.2 Peran dan Tanggung Jawab di Masa Konstruksi


Selama masa konstruksi, Tim Koordinasi untuk membantu BUP dalam hal perizinan yang
dibutuhkan.

Adapun anggota Tim Koordinasi, paling sedikit terdiri dari:

1) Dinas Lingkungan Hidup

2) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

3) Dinas Perumahan dan Permukiman

4) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

5) Dinas Pertanahan

Adapun peran dan tanggung jawab Tim Koordinasi adalah:

1) Berkoordinasi dengan BUP untuk hal-hal terkait perizinan di tingkat daerah

2) Membantu BUP dalam hal perizinan yang berkaitan dengan Pemerintah Pusat

Bab VI - 12
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

Selain itu, Wali Kota Tangerang menugaskan PT TNG untuk melakukan pengawasan
kemajuan konstruksi berdasarkan perjanjian KPBU. Adapun peran dan tanggung jawab PT
TNG adalah:

1) Mengawasi konstruksi fasilitas sesuai dengan proposal yang ditetapkan BUP

2) Melaporkan perkembangan proyek kepada Wali Kota

Peran dan tanggung jawab Badan Usaha Pelaksana:

1) Mengelola TPA Rawa Kucing

2) Konstruksi fasilitas terintegrasi

BAB IV Peran dan Tanggung Jawab di Masa Operasi

Saat Masa Operasi, Wali Kota Tangerang membentuk Badan Pengendali yang anggotanya
merupakan Tim Koordinasi saat Masa Konstruksi. Badan Pengendali ini kemudian akan
bertanggung jawab dalam menjalankan pengawasan proyek. Selain itu, Wali Kota
Tangerang bersama dengan BUP akan menunjuk PT TNG sebagai konsultan pengawas
independen untuk melakukan pengawasan terhadap transaksi sampah di jembatan timbang.
Adapun peran dan tanggung jawab masing-masing pihak dijelaskan pada Gambar 6.3.

Gambar 6.3 Peran dan Tanggung Jawab Masa Operasi


Peran dan tanggung jawab PT TNG:

1) Melakukan pengawasan jembatan timbang

Bab VI - 13
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

2) Memastikan transaksi BLPS sesuai dengan jumlah sampah tercatat pada jembatan
timbang
Peran dan tanggung jawab Badan Pengendali:
1) Pengawasan performa lingkungan
2) Menerima dan menilai laporan PT TNG
3) Menerima tagihan pelayanan sampah dari PT TNG
4) Menerima laporan kinerja kontrak kerjasama
5) Melakukan perencanaan strategis apabila terjadi hal-hal yang menyebabkan proyek
tidak berjalan sesuai kontrak (Seperti: perubahan jumlah sampah yang drastis,
fluktuasi kurs rupiah yang drastic, perubahan kebijakan, dsb)

6.1.1 Kerangka Kelembagaan


Berdasarkan peran dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan dalam
Proyek PLTSa Rawa Kucing, Gambar 6.4 menunjukkan perjanjian dan kontrak apa saja yang
dibutuhkan dalam kerangka kelembagaan proyek.

Gambar 6.4 Kerangka Kelembagaan

Deskripsi dari masing-masing kontrak yang diperlukan adalah sebagai berikut:


1. Perjanjian Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
Perjanjian KPBU antara Pemerintah Kota Tangerang dengan BUP selama 25 tahun
berdasarkan skema BOOT (Build, Operate, Own, Transfer)
2. Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) antara BUP dengan PLN
BUP mendapatkan PJBL sesuai dengan HOA yang telah ditetapkan antara Pemerintah
Kota Tangerang dengan PLN.
3. Penunjukkan PT TNG sebagai Konsultan Pengawas Independen

Bab VI - 14
Kajian Pra-Kelayakan Fasilitas Pengelolaan Sampah Kota Tangerang LAPORAN AKHIR

BUP bersama dengan Pemerintah Kota Tangerang menunjuk PT TNG sebagai


Konsultan Pengawas Independen
4. Kontrak Procurement untuk Engineering, Procurement, and Construction (EPC) dan
operasi dan pemeliharaan (operation and maintenance /O&M)
Umumnya EPC dan O&M dilakukan oleh entitas yang berbeda, sehingga dibutuhkan
perjanjian yang berbeda.
5. Perjanjian offtaker RDF
Perjanjian jual beli RDF berlebih yang dihasilkan BUP dengan pembangkit listrik lain
dan/atau pabrik semen yang dapat menggunakan RDF sebagai bahan bakar
alternatif

6.1.2 Perangkat Regulasi Kelembagaan


Berdasarkan analisa terhadap peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan
(stakeholder) terkait dan Tim KPBU, maka dibutuhkan regulasi untuk mendukung peran dan
tanggungjawab lembaga terkait sebagaimana dimaksud.

Kebutuhan Peraturan/Kebijakan/Perjanjian Jadwal/Rencana Tindak


Peraturan Walikota Terkait Tugas PT TNG sebagai Ditetapkan sebelum penjajakan
Penyelenggara Penunjukkan BUP pasar
Surat Penugasan Tim Koordinasi Percepatan Ditetapkan paling lambat
Pelaksanaan Pembangunan PLTSa sebelum tanggal konstruksi
Surat Penugasan PT TNG sebagai Konsultan Pengawas Ditetapkan paling lambat
Independen sebelum tanggal operasi
Surat Penugasan Badan Pengendali Ditetapkan paling lambat
sebelum tanggal operasi

Bab VI - 15

Anda mungkin juga menyukai