Anda di halaman 1dari 6

TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA (TMC)

SEBAGAI

TOOLS

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Untung Haryanto

1. Pendahuluan

Air adalah kehidupan, Dalam kehidupan manusia sehari-hari, air dibutuhkan untuk makan, minum,
mandi dan sebagainya. Dalam arti yang lebih luas, air diperlukan oleh segala mahluk untuk memperta
hankan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Air untuk pertanian dan energi listrik (PLTA) merupakan
hal nyata di mana air sangat diperlukan, Tuhan menciptakan awan dan menjadikan hujan sehingga
manusia dan makhluk Tuhan lainnya dapat terus melangsungkan kehidupannya.

Akan tetapi ketersediaan air pada suatu tempat tidaklah langgeng. Pada beberapa bagian tempat di
dunia ketersediaan air menjadi kritis akibat meningkatnya kebutuhan air, sebagai akibat perkembangan
jumlah pendududuk dan keperluan industri. Manusia merusak keseimbangan alam dengan
menghancurkan kantong air yaitu hutan. Sebagai akibatnya terjadi erosi yang merusakkan fungsi waduk
serbaguna yang diandalkan memasok kebutuhan air bagi energi listrik dan pertanian.

Di lain sisi fenomena alam global seperti El Nino sangat mempengaruhi musim dan cuaca regional.
sehingga berdampak kepada terjadi nya anomali curah hujan, yang juga dirasakan oleh negara-negara
tropik yang normalnya mempunyai curah hujan besar sepanjang tahun. Berkurangnya curah hujan
sebesar 5% dari normalnya saja sudah sangat mempengaruhi produksi pertanian, apalagi bila anomali
kuat terjadi selama lebih dari 3 bulan.
Dengan fakta tersebut menusia berusaha memodifikasi cuaca agar dapat mengurangi tekanan
kebutuhan air, sebagai salah satu upaya mitigasi bencana yang diakibatkan oleh anomali iklim atau
musim.

2. Mengapa TMC ?

Dalam millenium baru ini, para pakar yang berkaitan dengan air sependapat bahwa air akan menjadi
sumber konflik baru, disamping minyak bumi. Oleh karena itu negara yang menguasai teknologi
pengaturan cuaca akan menjadi negara yang kuat. Hanya sebagian kecil dari uap air yang terdapat di
atmosfer ditransformasi menjadi awan yang menghasilkan hujan dan turun ke permukaan tanah. Bila
saja dapat lebih banyak lagi dapat turun menjadi hujan maka potensial benefitnya sangat menarik.
Kemampuan untuk mempengaruhi proses di dalam awan telah didemonstrasikan dalam laboratorium.
Hasil kaji model, dan eksperimentasi lapangan mendukung bahwa pada kondisi tertentu, curah hujan
yang keluar dari suatu awan dapat ditingkatkan. Sehubungan dengan rumitnya proses di atmosfer dan
spesifiknya pembentukan awan dan proses perkembangan hujan, maka tingkat penambahan curah
hujan dari hasil eksperimen lapangan pada beberapa tempat di dunia bervariasi. Namun demikian,
Badan Meteorologi Dunia (WMO) dalam pernyataannya menetapkan angka peningkatan curah hujan
menggunakan TMC sebesar 10-15 persen merupakan peningkatan yang dapat digunakan untuk
perencanaan dalam pengelolaan sumber daya air.

Dalam pelaksanaannya, teknologi ini memilki sifat yang unik, karena tidak memerlukan bangunan sipil
yang permanen, dan ramah lingkungan. Bila dalam pelaksanaannya kemudian terjadi perubahan jumlah
curah hujan yang berpotensi menimbulkan banjir, maka kegiatan dapat segera dihentikan. Produk
Teknologi ini yang berupa tambahan curah hujan atau tambahan aliran sungai memiliki nilai ekonomis
tinggi, dengan benefit to cost ratio (B/C) lebih dari 20 : 1

3. Bagaimana Hujan Alam Terjadi ?


Ketika uap air terangkat naik ke atas oleh aktivitas konveksi ataupun oleh adanya halangan (gunung,
bukit) maka pada level tertentu ia mengembun pada partikel CCN (aerosol) yang banyak beterbangan di
udara berukuran 0.01 - 0.1 mikron.

Proses pengembunan berlangsung efektif bila partikel bersifat hidrofilik atau higroskopik

, karena proses ini sudah dapat berlangsung pada kelembaban 70%, sementara itu bila partikel bersifat
hidrofobik (tidak higroskopik) membutuhkan suasana yang lebih lembab yaitu lebih dari 100%. Karena
bersifat higroskopik maka sejak berlangsungnya kondensasi, partikel berubah menjadi tetes cair
(droplets) dan kumpulan dari banyak droplets membentuk awan. Jika kelembaban masih mendukung
terutama pada lapisan di bawah dasar awan kondensasi terus berlangsung hingga droplets mencapai
ukuran sekitar 30 mikron dan secara fisik terlihat dengan makin besarnya awan. Jika di antara partikel
terdapat partikel besar (Giant Nuclei, GN : 0.1-5 mikron) maka ketika kebanyakan partikel dalam awan
baru mencapai sekitar 30 mikron, ia sudah sudah mencapai ukuran sekitar 40-50 mikron. Dalam gerak
turun ia akan lebih cepat dari yang lainnya sehingga bertindak sebagai "pengumpul" karena sepanjang
lintasannya ke bawah ia menumbuk tetes lain yang lebih kecil, bergabung dan menjadi jauh lebih besar
lagi (proses tumbukan-penggabungan) Proses ini berlangsung ber-ulang ulang dan merambat ke seluruh
bagian awan. Bila dalam awan terdapat cukup banyak GN maka proses berlangsung secara autokonversi
atau reaksi berantai (Langmuir chain reaction) di seluruh awan, dan dimulailah proses hujan dalam awan
tersebut, secara fisik terlihat dasar awan menjadi lebih gelap. Hujan turun dari awan bila melalui proses
tumbukan dan penggabungan, droplets dapat berkembang menjadi tetes hujan berukuran 1000 mikron
atau lebih besar. Pada keadaan tertentu partikel partikel dengan spektrum GN tidak tersedia, sehingga
proses hujan tidak dapat berlangsung atau dimulai, karena proses tumbukan dan penggabungan tidak
terjadi.

4. Bagaimana TMC Menambah Curah Hujan ?

Pada penerapan TMC untuk menambah curah hujan, diupaya kan proses hujan menjadi efektif. Upaya
dilakukan dengan menambahkan partikel higroskopik dalam spektrum UGN (> 5 mikron) ke dalam awan
yang sedang dalam fasa berkembang atau matang sehingga proses hujan dapat segera dimulai serta
berkembang meluas ke seluruh awan. Penambahan partikel dengan spektrum CCN tidak perlu
dilakukan, karena partikel dengan spektrum ini sudah disediakan sendiri oleh alam. Dengan demikian,
awan tidak perlu dibuat, karena dengan tersedianya CCN, awan dapat terbentuk dengan sendirinya bila
kelembaban udara cukup. Pada kondisi tertentu, dengan masuknya partikel Higroskopik berukuran UGN
ke dalam awan , maka proses hujan (tumbukan dan penggabungan) dapat dimulai lebih awal, durasi
hujan lebih lama, dan daerah hujan pada awan semakin luas, serta frekuensi hujan di tanah semakin
tinggi. Dari sinilah didapatkan tambahan curah hujan. Injeksi partikel berukuran UGN ke dalam awan
memberikan dua manfaat sekaligus, yang pertama adalah mengefektifkan proses tumbukan dan
penggabungan sehinga menginisiasi (mempercepat) terjadinya proses hujan, dan yang kedua adalah
mengembangkan proses hujan ke seluruh daerah di dalam awan.

5. Pelaksanaan Lapangan

Beberapa jenis bahan higroskopik dapat digunakan, diantaranya Urea, CaCl2, dan NaCl (Sodium klorida).
Bahan ini digiling halus, dengan menambahkan bahan anti gumpal "fumed silica" sebagai aditif sebanyak
0.5 - 3 % berat. Dengan campuran seperti ini, partikel tidak menggumpal sehingga ketika disebarkan,
berupa beraian partikel tunggal. Penggilingan dengan teknik konvensional pada umumnya mampu
menghasilkan partikel higroskopik pada spektrum UGN, dominan di daerah lebih besar dari 30 mikron.
Bahan yang telah digiling halus, dikemas dalam kantung plastik kedap udara seberat 10 kgr. Sebanyak
800 - 1000 kgr bahan dimuat ke dalam pesawat yang dilengkapi dengan corong pembuangan keluar, dan
terbang menuju awan kumulus yang berkembang, dengan ciri : penampilan berbentuk bunga kol,
dengan dasar tidak lebih tinggi dari 5000 kaki, dan puncaknya lebih tinggi dari 11 000 kaki. Pesawat
diminta memasuki awan, dan ketika berada di dalamnya, bahan dilepaskan keluar. Kegiatan ini disebut
penyemaian (seed) awan, yang dilustrasikan seperti gambar 1

[Metode Penyemaian Awan]

Posisi awan harus terletak di atas target yang telah ditentukan yaitu DAS, atau berada di daerah upwind
target, sehingga dengan proses waktu, hujan turun di atas target. Keberadaan awan diinformasikan oleh
pos pengamat, atau dicari selama penerbangan.
6. Kapan periode terbaik untuk melakukan

Penyemaian ?

Orang kebanyakan berpendapat bahwa sebaiknya penyemaian awan dilakukan pada musim kemarau,
ketika air banyak dibutuhkan, sementara itu hujan alam sudah sangat berkurang / tidak ada. Secara
saintifik, pelaksanaan TMC dengan penyemaian awan pada puncak musim kemarau tidak mungkin
diharapkan menghasilkan hujan yang bernilai ekonomis, karena pada periode tersebut awan kumulus
sangat terbatas atau tidak ada. Pendekatan yang lebih baik adalah mengintegrasikan TMC sehingga
merupakan tools dari pengelolaan sumber daya air yang dilaksanakan dalam jangka panjang. Adalah
lebih baik melakukan penyemaian tidak pada kondisi kering atau tidak berawan, untuk mengumpulkan
atau mempertahankan cadangan air bagi keperluan ke depan melalui tambahan curah hujan atau
tambahan aliran sungai yang masuk ke waduk, untuk selanjutnya dikelola.

7. Apakah Kegiatan TMC Berdampak pada kualitas Air Hujan ?

Kegiatan ini ramah lingkungan. Bahan yang digunakan untuk penyemaian awan juga digunakan untuk
kehidupan se hari-hari. Urea digunakan dalam pertanian, Sodium Klorida banyak terdapat di atmosfer
sebagai hasil dinamika air laut, dan juga digunakan untuk bahan masakan. CaCl2 digunakan orang di
negara lintang menengah untuk ditaburkan dijalan raya guna mencegah terbentuknya es dan salju. Dari
sisi konsentrasi, satu butir bahan higroskopik berukuran 10-50 mikron mengalami pengenceran hingga
sejuta kali ketika menjadi tetes hujan berukuran 2000 mikron. Hasil analisis air hujan selama beberapa
kali kegiatan TMC telah membuktikan bahwa parameter kualitas air hujan maupun badan-badan air
masih aman untuk digunakan dalam kehidupan se hari-hari.
8. Bagaimana Mengetahui Penambahan Curah Hujan ?

Tingkat penambahan dilakukan berdasar pendekatan atau estimasi menggunakan daerah kontrol
(pembanding) yang berada diluar daerah target dan tidak terkontaminasi dengan nahan semai yang
dilepaskan, serta dan memiliki karakteristik curah hujan yang berkorelasi kuat dengan curah hujan
daerah Target. Pada daerah target dan kontrol dilakukan pengukuran curah hujan, sehingga dapat
dinyatakan curah hujan rata-rata bagi kedua daerah ini selama berlangsungnya kegiatan TMC, masing-
masing yaitu TU, dan KU. Statistik curah hujan target dan kontrol digunakan untuk membangun model
Model Regresi sederhana T = aK + b, sehingga dengan diketahuinya rata-rata curah hujan daerah kontrol
(K), dapat diduga besarnya curah hujan daerah target (T) bila tidak dilakukan tritmen penyemaian awan.
Besarnya selisih antara curah hujan terukur pada daerah target dengan curah hujan dugaan dinyatakan
sebagai hasil tambahan curah hujan (TCH)

TCH = TU - T,

Cara pendekatan ini digunakan oleh banyak user atau konsultan di seluruh dunia yang ditunjuk user
untuk mengevaluasi kegiatan TMC.

Pendekatan juga dapat dilakukan dengan statistik aliran sungai

Anda mungkin juga menyukai