Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP KADAR REACTIVE OXYGEN

SPECIES (ROS) DAN PERUBAHAN HISTOPATOLOGI EDEMA OTAK


PADATIKUS ALBINO GALUR WISTAR (RATTUS NORVEGICUS)DENGAN
CEDERAOTAK TRAUMATIK

Naskah Publikasi

Diajukan dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan kelulusan Program


Pendidikan Dokter Spesialis Program Studi Ilmu Bedah di Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Diajukan oleh :
Fadli Robby Amsriza
13/353054/PKU/13691

BAGIAN ILMU BEDAH/SMF BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GAJAH MADA
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
2016
Naskah Publikasi

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP KADAR REACTIVE OXYGEN


SPECIES (ROS) DAN PERUBAHAN HISTOPATOLOGI EDEMA OTAK PADA
TIKUS ALBINO GALUR WISTAR (RATTUS NORVEGICUS) DENGAN CEDERA
OTAK TRAUMATIK

Oleh:

Fadli Robby Amsriza


13/353054/PKU/13691

Telah Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Wiryawan Manusubroto Sp.B, Sp.BS(K) Drh. Sugiyono, MSc.


NIP. 19620731 198903 1 004 NIP. 19701209 200912 1 001
INTISARI

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP PENURUNAN REACTIVE


OXYGEN SPECIES (ROS) DAN PERUBAHAN HISTOPATOLOGI EDEMA OTAK
PADA TIKUS ALBINO GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) DENGAN CEDERA
OTAK TRAUMATIK

Fadli Robby Amsriza1, Wiryawan Manusubroto2, Sugiyono3


PPDS Ilmu Bedah1, Sub Divisi Bedah Saraf2,
Fakutas Kedokteran Universitas Gadjah Mada – RSUP DR. Sardjito, Yogyakarta
Departemen Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada3

LatarBelakang: Cedera otak traumatik adalah trauma mekanik pada kepala yang dapat
berakibat pada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang dapat
bersifat sementara ataupun permanen. Vitamin E adalah salah satu antioksidan yang dapat
mengurangi ROS, yang memiliki potensi untuk mengurangi kerusakan oksidatif ditemui
setelah cedera otak traumatik.

TujuanPenelitian: Menganalisis perbedaan kadar Reactive Oxygen Species (ROS) dan


perubahan histopatologi edema otakantaratikus albino galurWistar (Rattus norvegicus)
dengan cedera otak traumatik yang diberi vitamin E dan yang tidak diberi vitamin E.
Menganalisis hubungan antara kadar Reactive Oxygen Species (ROS) dan perubahan
histopatologi edema otak.

Metode: Jenis penelitian adalah laboratorik eksperimental dengan rancangan acak sederhana.
Penelitian dilakukan di LPPT, FKH UGM, FK UGM dan pengujian kadar ROS di
laboratorium patologi klinik FK UGM. Sebanyak 16 tikus jantan dewasa albino galur Wistar
digunakan sebagai subjek dan secara acak dibagi menjadi dua kelompok: kontrol dan vitamin
E (100mg/kg berat badan, injeksi intramuskular). Cedera otak traumatik tikus diciptakan
dengan pengembangan perangkat Marmarou’s weight drop model dengan menjatuhkan
beban seberat 450 gram yang diturunkan dari ketinggian 2,1 meter. Kadar ROS dalam darah
dan perubahan histopatologi dari edema otak akan dievaluasi dalam 24 jam setelah cedera.
Semua data dianalisis dengan SPSS menggunakan Korelasi Pearson dan Independent-
Samples T Test. Setiap nilai p <0,05 dianggap signifikan.
Hasil: Kelompok vitamin E menunjukkan kadar ROS yang lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol (p=0,004). Terdapat penurunan edema otak pada kelompok vitamin E
dibandingkan dengan kontrol (p=0,025).
Kesimpulan: Vitamin E mengurangi kadar ROS pada tikus dengan cedera otak traumatik
dan efektif mengurangi edema otak pada tikus dengan cedera otak traumatik.
Kata Kunci: Cedera Otak Traumatik, Vitamin E, Reactive Oxygen Species (ROS), edema
otak.

LATAR BELAKANG
Cedera otak traumatik adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan fungsi
neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang dapat bersifat temporer ataupun
permanent.

Cedera otak traumatik merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan terjadi kurang lebih 0.5-1 juta kasus per tahun. Kejadian
cedera otak traumatik di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus.
Dari jumlah diatas, 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Dari pasien yang
sampai di rumah sakit, 80% dikelompokan sebagai cedera otak traumatik ringan, 10 %
termasuk cedera otak traumatik sedang dan 10% termasuk cedera otak traumatik berat
(Iskandar, 2004). Rasio cedera otak traumatik laki-laki dan perempuan hampir 2: 1, dan
cedera otak traumatik jauh lebih umum pada orang yang lebih muda dari 35 tahun (Ainsword,
2015).

Pembengkakan otak adalah kejadian yang umum terjadi dan dapat terjadi lokal atau
umum. Penyebab pembengkakan tidak selalu jelas, tetapi umumnya karena peningkatan baik
volume darah otak (pembengkakan otak kongestif) atau kadar air otak (cerebraledema). Ada
tiga jenis utama pembengkakan otak (Evans, 2006) yaitu, pembengkakan yang berdekatan
dengan permukaan memar atau hematom intracranial, pembengkakan difus sebelah otak dam
pembengkakan difus dari kedua belah otak.

Kelebihan oksigen jaringan dapat menjadi racun bagi sel-sel, terutama karena
pembentukan radikal oksigen (spesies oksigen reaktif, ROS). Definisi radikal adalah setiap
atom atau kelompok atom yang memiliki elektron tidak berpasangan di luar orbit, membuat
radikal sangat reaktif. Setelah penambahan elektron oksigen, anion superoksida (O2 • -)
hydroperoxyl radikal (HO2 • -), hidrogen peroksida (H2O2), dan radikal hidroksil (OH •)
terbentuk. Dengan metabolisme sel normal, radikal anion superoksida yang dihasilkan selama
reaksi transpor elektron mitokondria, mencapai 1% sampai 2% dari konsumsi oksigen total,
52 dan superoksida radikal juga dapat diproduksi oleh metabolisme asam arakidonat dan
aktivasi xantin oksidase. Superoksida tidak bereaksi secara signifikan dengan DNA, protein,
atau fosfolipid tapi cepat bereaksi dengan oksida nitrat (NO) menyebabkan pembentukan
peroxynitrite (ONOO-). Peroksinitrit, mediator cedera otak traumatik disebabkan patologi,
dapat merusak dan membunuh sel-sel dengan menginduksi peroksidasi lipid dan tirosin
protein nitrasi (Evans,2006)..
Vitamin E (tokoferol) merupakan suatu komponen lipid yang esensial terdiri dari
selaput-selaput biologi yang saling berhubungan dengan radikal peroxyl yang berfungsi
dalam mencegah perkembangan lipid peroxidan (Jishage, et al., 2005). Secara lanjut
menjelaskan bahwa Dutta-Roy (1994) vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak
yang terdiri dari campuran dan substansi tokoferol (a, b, g, dan d) dan tokotrienol (a, b, g, dan
d), pada manusia a-tokoferol merupakan vitamin E yang paling penting untuk aktifitas
biologi tubuh.

Material dan Metode

Jenis penelitian adalah laboratorik eksperimental dengan rancangan acak sederhana.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Unit 4 (LPPT

4)Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Proses pengujian kadar

reactive oxygen species (ROS) dilakukan di laboratorium Patologi Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Proses pemeriksaan histopatologi edema

otak dilakukan di laboratorium Histopatologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan pada April – Mei 2016. Subyek penelitian berupa 20 ekor

tikus albino galur Wistar (Rattus norvegicus) jantan dengan berat badan 170-200 gram dan

berumur 2-3 bulan. Tikus albino galur Wistar diperoleh dari unit pengembangan hewan

percobaan Universitas Gajah Mada.

Kriteria inklusi penelitian ini adalah: Tikus jantan berusia 2-3 bulan, berat badan 170-

200 gram, kondisi umum tikus baik dan aktif, tidak ada luka atau jejas di kepala. Kriteria

eksklusi penelitian ini adalah: Sakit selama masa adaptasi 7 hari, mengalami infeksi selama

perlakuan beralangsung, mati selama perlakuan berlangsung.

Variabel dependen (terikat) adalah kadar reactive oxygen species (ROS), perubahan

histopatologi edema otak. Variabel independen (bebas) adalah vitamin E dosis 100

mg/KgBB.
Cedera otak traumatik pada tikus diinduksi menggunakan Marmarou’s weight drop

model yang dipaparkan oleh Marmarou et al (1994). Tikus dianestesi dengan menyuntikkan

100 mg/kgBB ketamine HCl secara intramuskuler. Kulit tikus diinsisi secara midlinedengan

alat bedah minor agar kalvaria terlihat. Diskus stainless steel dengan diameter 10 mm dan

ketebalan 3 mm dilekatkan di tengah kalvaria antara fisura lambda dan bregma dengan semen

gigi. Fungsi dari peletakkan diskus stainless steel tersebut untuk mencegah terjadinya fraktur

tulang tengkorak. Tikus diposisikan pronasi pada busa dengan ketebalan 10 cm yang sudah

dilapisi dengan polyethylene packaging foam dengan ketebalan 1 cm. Cedera traumatik pada

otak tikus diinduksi dengan menjatuhkan beban silindris kuningan seberat 450 g secara bebas

searah gravitasi dari ketinggian 1 m melalui tabung pipa besi. Vitamin E diberikan dengan

dosis 100mg/kgBB melalui intramuskular yang diberikan segera setelah model cedera otak

traumatik dilakukan.

Sampel dipilih dari populasi dengan menggunakan teknik simple random sampling

(acak sederhana). Jumlah minimal sampel adalah 16 dan dibulatkan menjadi 20 sampel. Jadi

20 sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 10 tikus untuk kelompok perlakuan dengan

vitamin E dan 10 tikus kelompok kontrol. Untuk menentukan anggota kelompok dari tikus

tersebut dilakukan dengan pengundian dengan menggunakan nomor undian.

Sebelum perlakuan, hewan uji diadaptasi dengan kondisi laboratorium tempat

penelitian dilakukan selama kurang lebih 1 minggu dalam kandang hewan percobaan.

Kemudian hewan uji dikelompokkan secara acak menjadi 2 kelompok sesuai kriteria inklusi

dan eksklusi. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor tikus.

Saat pemberian perlakuan, tikus dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok 1

adalah kelompok perlakuan dengan vitamin E, kelompok 2 adalah kelompok kontrol. Semua

tikus akan mendapatkan perlakuan sama untuk model cedera otak traumatik. Kemudian

masing-masing tikus tersebut dianestesi dengan injeksi intramuskuler 100


mg/kgBBketamineHCl (50 mg/ml, Ketalar®) menggunakan spuit injeksi. Cedera otak

traumatik kemudian diberikan berdasarkan Marmarou’s weight drop model. Setelah

memberikan cedera, kelompok 2 segera diberikan vitamin E dengan dosis 100 mg/kgBB.

Analgesia yang diberikan berupa morfin sulfat (0,05 mg/kgBB) yang diberikan secara

intramuskuler.

Luka sayatan pada skalp dijahit dengan benang Ethilon 3-0 dan kemudian diolesi dengan

krim lidokain. Tikus segera dimasukkan ke dalam kandang yang terdapat akses bebas untuk

makanan dan air. Tikus dipantau dengan diobservasi pernapasan, perdarahan hidung, dan

gerakan respiratorik, setelah perosedur tersebut tikus dapat recovery kembali dalam 30 menit

(Marmarou et al.,1994). Sampel darah tikus untuk pemeriksaan radikal superoksida (O2•−)

diambil 24 jam setelah cedera otak traumatik. Sampel darah diambil dari plexus retroorbitalis

mata dengan cara tikus dipegang dan dijepit bagian tengkuk dengan jari tangan, kemudian

mikrohematokrit digoreskan pada medial cantus mata di bawah bola mata ke arah foramen

opticus, mikrohematokrit diputar sampai melukai pexus (Permatasari, 2012). Darah diambil

sebanyak 1 ml, kemudian darah didiamkan selama 30 menit. Darah dipindahkan dalam tabung

sentrifus dan disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Serum darah diambil

kemudian dimasukkan dalam vial dan disimpan dingin sebelum dilakukan percobaan

selanjutnya yaitu pemeriksaan radikal superoksida (O2•−).

Setelah prosedur tersebut, semua kelompok dilakukan euthanasia dengan menggunakan

anestesi melalui injeksi intramuskuler 100 mg/kgBBketamine HCl (50 mg/ml, Ketalar ®),

kemudian dilakuakan pengambilan otak tikus, sampel otak dimasukkan ke dalam histo pot

berisi formalin 10%, sampel otak diperiksa histopatologi, bangkai tikus dimusnahkan dengan

di bakar di LPPT 4.

Mikroplat U dan tempat sampel yang akan dimasukkan ditandai. Pengenceran sebanyak

2 ml p-Nitro Blue Tetrazolium Chlorida (NBT) dalam Hank’s Balanced Salts Solution
(HBSS) bebas fenol red 0,9%. Pengenceran Superoxide Dismutase (SOD) sebanyak 200

μg/ml ke dalam larutan HBSS bebas fenol red 0,9%. Sampel 100 dimasukkan ke dalam

sumur mikroplat kemudian Simoxan juga dimasukkan pada tiap sumuran yang terisi sampel

dan diinkubasikan selama 10 menit. Terakhir 100 μl NBT dimasukkan pada setiap sumuran

yang sudah terisi sampel. Mikroplat ditutup dengan aluminium foil dan diinkubasi selama 30

menit pada suhu kamar. Langkah terakhir dilakukan pembacaan hasil menggunakan ELISA

reader dengan panjang gelombang 450 nm dan diperoleh data nilai Optical Density (OD) dari

kadar Superoksida.

Perubahan histopatologi edema otak yang dilihat dari diameter ruang interstitial,

diameter ruang intraseluler, dan diameter pembuluh darah dalam sediaan preparat yang

diwarnai dengan HE. Tikus dibunuh dengan cara dekapitasi, kemudian diambil jaringan otak

tikus di sekitar lesi atau daerah trauma untuk pemeriksaan pengujian histopatologi jaringan

otak yang mengalami edema.

Sampel jaringan otak diambil dari tikus kemudian segera difiksasi dalam 10% buffered

neutral formalin (BNF), didehidrasi dalam etanol dengan konsentrasi bertingkat, dibeningkan

(di-clearing) dalam xylene, dan selanjutnya diimpregnasi dengan parafin. Jaringan dipotong

setebal 5 µm dan kemudian dicat dengan hematoxyline-eosin.Potongan tersebut diperiksa

dengan mikroskop cahaya oleh ahli patologi.Pengamatan dilakukan terhadap rata-rata

diameter ruang interstitial, diameter ruang intraseluler, dan diameter pembuluh darah dengan

skala numerik dalam satuan μm. Data kuantitatif perubahan histopatologi edema otak

diperoleh dengan cara menghitung diameter dengan software ImageJ.

Data yang diperoleh disajikan sebagai rerata ± standar deviasi. Data yang diperoleh

dianalisis secara statistik dengan menggunakan independentt-test untuk membandingkan

mean 2 kelompok yang diteliti dengan bantuan SPSS ver. 15.0.

Hasil
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar ROS pada tikus dengan cedera otak

traumatik pada kelompok perlakuan dengan vitamin E dan kelompok kontrol. Kadar ROS

paling tinggi pada tikus dengan cedera otak traumatik yang tidak diberi vitamin E yaitu

sebesar 57,67, sedangkan kadar ROS terkecil terlihat pada tikus dengan cedera otak traumatik

yang diberi vitamin E yaitu sebesar 11,74. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Wu (2013) dengan judul Vitamin E Protects Against Oxidative Damage and Learning

Disability After Mild Traumatic Brain Injury in Ratsyang meneliti kerusakan oksidatif yang

dinilai dengan menggunakan analisis western blot yang menunjukkan hasil bahwa hewan

coba dengan cedera otak traumatik dengan pemberian vitamin E memiliki nilai protein

teroksidasi lebih rendah dibandingkan dengan hewan coba dengan cedera otak traumatik

tanpa vitamin E.

Data kadar ROS kemudian diolah untuk mendapatkan rata-rata. Analisis mengenai rata-

rata kadar ROS dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 1. Rata-Rata kadar ROS

Group Statistics

Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
Kadar ROS Tanpa Vitamin E 8 45.4887 16.40106 5.79865
Vitamin E 8 22.7113 9.51550 3.36424

Dilakukan analisis data parametrik dengan independent T- test pada kadar ROS dengan

nilai signifikansi sebesar 0,004. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan

signifikan antara kadar ROS kelompok dengan vitamin E dan tanpa vitamin E.

Dilakukan analisis data parametrik dengan independent T- testpada edema otak dengan

hasil nilai signifikansi sebesar 0,025. Sehingga dapat diambil diketahui bahwa terdapat

perbedaan signifikan antara edema otak kelompok dengan vitamin E dan tanpa vitamin E.

Tabel 2. Independent T-Test Edema Otak


Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
Histopatologi Equal variances
4.000 .065 2.503 14 .025 2.65750 1.06168 .38043 4.93457
assumed
Equal variances
2.503 10.554 .030 2.65750 1.06168 .30867 5.00633
not assumed

Untuk mengetahui hubungan antara kadar ROS dan edema otak, dilakukan uji

korelasi dengan Pearson dan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,012 (<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar ROS dengan edema otak. Seperti yang

sudah dilakukan oleh Sulastio (2016) yang meneliti tentang pengaruh pemberian vitamin C

terhadap kadar ROS dan edema otak menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p=0,011)

antara kadar ROS dan perubahan histopatologi edema otak. Peningkatan kadar ROS pada

tikus dengan TBI menyebabkan peningkatan luas edema otak.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan kadarROS antara tikus albino galur Wistar (Rattus

norvegicus) dengan cedera otak traumatik yang diberi vitamin E dan yang tidak diberi

vitamin E.Terdapat jugaperbedaan yang signifikan perubahan histopatologi edema otak

antara tikus albino galur Wistar (Rattus norvegicus) dengan cedera otak traumatik yang diberi

vitamin E dan yang tidak diberi vitamin E.Hubungan yang signifikan terdapat antara kadar

ROS dan perubahan histopatologi edema otak pada tikus albino galur Wistar (Rattus

norvegicus) dengan cedera otak traumatik.


DAFTAR PUSTAKA

Ainsword, CR. 2015. Head Trauma. Diakses pada 22 Juni 2015. Dari
http://emedicine.medscape.com/article/433855-overview#a5
American College of Surgeons, 1997, Advance Trauma Life Suport. United States of
America: Firs Impression
Bernath David, 2009, Head Injury, www.e-medicine.com
Clayton TJ, Nelson RJ, Manara AR. Reduction in mortality from severe head injury
following introduction of a protocol for intensive care management.British Journal of
Anaesthesia; 2004. 93. h. 761–7.
Dahlan, S.M. 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat, Edisi 5, Salemba Medika, Jakarta.
Dikmen Sureyya S., PhD; John D. Corrigan, PhD, ABPP; Harvey S. Levin, PhD; Joan
Machamer, MA; William Stiers, PhD, ABPP; Marc G. Weisskopf, PhD, ScD.
2009.Cognitive Outcome Following Traumatic Brain Injury.J Head Trauma
Rehabil.Vol. 24, No. 6, pp. 430–438
Donkina, J.J. dan Vink, R. 2010, Mechanisms of cerebral edema in traumatic brain injury:
therapeutic developments, Curr Opin Neurol, 23: 293–299.
Evans. 2006. Neurology and Trauma. New York: Oxford University Press.
Ghazali Malueka, 2007, Radiologi Diagnostik, Yogyakarta: Pustaka Cendekia.
Hadi, Lukman.2005. Efek Antioksidan Vitamin E dan Vitamin C pada Cedera Trauma
Kepala Berat. Media Kartika Vol 3 No. 1 April 2005.
Ikeda, Y., Y. Mochizuki, Y. Nakamura, K. Dohi, H. Matsumoto, H. Jimbo, M. Hayashi, K.
Matsumoto, T. Yoshikawa. 2000. Protective Effect of a Novel Vitamin E Derivative
on Experimental Traumatic Brain Edema in Rats — Preliminary Study. Volume 76 of
the series Acta Neurochirurgica Supplements pp 343-345.
Ishaq, G.M., Saidu, Y., Bilbis, L.S., Muhammad, S.A., Jinjir, N. and Shehu, B.B., 2013.
Effects of α-tocopherol and ascorbic acid in the severity and management of traumatic
brain injury in albino rats. Journal of neurosciences in rural practice, 4(3), p.292.
Iskandar, Japardi, 2004, Penatalaksanaan Cedera Kepala secara Operatif. Sumatra Utara:
USU Press.Diakses pada 20 Juni 2015. Dari:
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedahiskandar%20japardi61.pdf
Kluwer wolters, 2009, Trauma and acute care surgery, Philadelphia: Lippicott Williams and
Wilkins
Krausz, M.M., Ashkenazi, I. and Soustiel, F. 2014, “Acute Traumatic Brain Injuries and
Their Management”, in Trauma Management, Trauma Critical Care, Orthopaedic
Trauma and Neuro-Trauma, Springer-Verlag, Italia, pp. 165-181.
Lee, L.L., Galo, E., Lyeth, B.G., Muizelaar, J.P. and Berman, R.F. 2004, Neuroprotection in
the rat lateral fluid percussion model of traumatic brain injury by SNX-185, an N-type
voltage-gated calcium channel blocker, Exp Neurol, 190: 70–78.
Lifshitz, J., Friberg, H., Neumar, R.W., Raghupathi, R., Welsh, F.A., Janmey, P., et al. 2003,
Structural and functional damage sustained by mitochondria after traumatic brain
injury in the rat: evidence for differentially sensitive populations in the cortex and
hippocampus, J Cereb Blood Flow Metab, 23 (2): 219–31.
Marmarou, A., Foda, M.A.A., Brink, W.V.D., Campbell J. and Kita H., M.D., Demetriadou
K. 1994, A new model of diffuse brain injury in rats Part I: Pathophysiology and
biomechanics, Journal of Neurosurgery, 80 (2) : 291-300.
Marijata., 2006. Pengantar Dasar Bedah Klinis. Unit Pelayanan Kampus (UPK) Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada.Yogyakarta. 2006: 83-108.
Moppet, I.K. 2007, Traumatic Brain Injury: Assessment, Resuscitation, and Early
Management, Br J Anaesth, 99 (1): 18-31.
Mustafa, A.G. and Al-Shboul, O. 2013, The role of free radicals and reactive species
following traumatic brain injury, OA Biotechnology, 2 (3): 23.
Permatasari, N. 2012, Manual prosedur pengambilan darah, perlakuan, dan injeksi pada
hewan coba. Laboratorium biosains universitas brawijaya: Malang
Prakash, A, et al. Antioxidant Activity. Diunduh
dari:http://www.medlabs.com/downloads/antiox_acti_.pdf
Ridwan, E., 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalamPenelitian Kesehatan. J Indon
Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013
Razmkon, et al. 2011.Administration of Vitamin C and Vitamin E in Severe HeadInjury: A
Randomized Double-blind Controlled Trial. Clinical Neurosurgery, Vol. 58, 2011.
Salmond C.H, D.A.Chatfield, D.K.Menon, J.D.Pickard, B.J.Sahakian. 2005. Cognitive
sequelae of head injury: involvement of basal forebrain and associated structures.
Brain Vol. 128 No.1 : 189–200
Sherki, Y.G, Ziv Rosenbaum, Eldad Melamed, and Daniel. 2002. Antioxidant Therapy in
Acute Central Nervous System Injury: Current. Diakses pada 21 Juni 2015, dari:
http://pharmrev.aspetjournals.org/content/54/2/271k.full.pdf+html
Stoffel, M., Berger, S., Staub, F., Eriskat, J., Jacob, K., Baethmann, A. 2009. The Effect of
Dietary α-Tocopherol on the Experimental Vasogenic Brain Edema. Journal of
Neurotrauma. January 2009, 14(5): 339-348. doi:10.1089/neu.1997.14.339.
Sulastio, B. 2016. Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Kadar Reactive Oxygen Species
dan Perubahan Histopatologi Edema Otak pada Tikus Albino Galur Wistar (Rattus
Norvegicus) dengan Traumatic Brain Injury. Karya Ilmiah Paripurna. FK UGM:
Yogyakarta.
Ungvari, Z., Csiszar, A., Edwards, J.G., Kaminski, P.M., Wolin, M.S., Kaley, G., et al.2003,
Increased Superoxide Production in Coronary Arteries in Hyperhomocysteinemia :
Role of Tumor Necrosis Factor-α, NAD(P)H Oxidase, and Inducible Nitric Oxide
Synthase, Arterioscler Thromb Vasc Bio, 23: 418-424.
Wu, Angio, Zhe Ying, BS, Fernando Gomez-Poinilla, PhD. 2013. Vitamin E Protects
Againstn Oxidative Damage and Learning Disability After Mild Traumatic Brain
Injury in Rats. Diakses pada 21 Juni 2015. Dari:
http://nnr.sagepub.com/content/24/3/290.abstract

Anda mungkin juga menyukai