Naskah Publikasi
Diajukan oleh :
Fadli Robby Amsriza
13/353054/PKU/13691
Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
LatarBelakang: Cedera otak traumatik adalah trauma mekanik pada kepala yang dapat
berakibat pada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang dapat
bersifat sementara ataupun permanen. Vitamin E adalah salah satu antioksidan yang dapat
mengurangi ROS, yang memiliki potensi untuk mengurangi kerusakan oksidatif ditemui
setelah cedera otak traumatik.
Metode: Jenis penelitian adalah laboratorik eksperimental dengan rancangan acak sederhana.
Penelitian dilakukan di LPPT, FKH UGM, FK UGM dan pengujian kadar ROS di
laboratorium patologi klinik FK UGM. Sebanyak 16 tikus jantan dewasa albino galur Wistar
digunakan sebagai subjek dan secara acak dibagi menjadi dua kelompok: kontrol dan vitamin
E (100mg/kg berat badan, injeksi intramuskular). Cedera otak traumatik tikus diciptakan
dengan pengembangan perangkat Marmarou’s weight drop model dengan menjatuhkan
beban seberat 450 gram yang diturunkan dari ketinggian 2,1 meter. Kadar ROS dalam darah
dan perubahan histopatologi dari edema otak akan dievaluasi dalam 24 jam setelah cedera.
Semua data dianalisis dengan SPSS menggunakan Korelasi Pearson dan Independent-
Samples T Test. Setiap nilai p <0,05 dianggap signifikan.
Hasil: Kelompok vitamin E menunjukkan kadar ROS yang lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol (p=0,004). Terdapat penurunan edema otak pada kelompok vitamin E
dibandingkan dengan kontrol (p=0,025).
Kesimpulan: Vitamin E mengurangi kadar ROS pada tikus dengan cedera otak traumatik
dan efektif mengurangi edema otak pada tikus dengan cedera otak traumatik.
Kata Kunci: Cedera Otak Traumatik, Vitamin E, Reactive Oxygen Species (ROS), edema
otak.
LATAR BELAKANG
Cedera otak traumatik adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan fungsi
neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang dapat bersifat temporer ataupun
permanent.
Cedera otak traumatik merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan terjadi kurang lebih 0.5-1 juta kasus per tahun. Kejadian
cedera otak traumatik di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus.
Dari jumlah diatas, 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Dari pasien yang
sampai di rumah sakit, 80% dikelompokan sebagai cedera otak traumatik ringan, 10 %
termasuk cedera otak traumatik sedang dan 10% termasuk cedera otak traumatik berat
(Iskandar, 2004). Rasio cedera otak traumatik laki-laki dan perempuan hampir 2: 1, dan
cedera otak traumatik jauh lebih umum pada orang yang lebih muda dari 35 tahun (Ainsword,
2015).
Pembengkakan otak adalah kejadian yang umum terjadi dan dapat terjadi lokal atau
umum. Penyebab pembengkakan tidak selalu jelas, tetapi umumnya karena peningkatan baik
volume darah otak (pembengkakan otak kongestif) atau kadar air otak (cerebraledema). Ada
tiga jenis utama pembengkakan otak (Evans, 2006) yaitu, pembengkakan yang berdekatan
dengan permukaan memar atau hematom intracranial, pembengkakan difus sebelah otak dam
pembengkakan difus dari kedua belah otak.
Kelebihan oksigen jaringan dapat menjadi racun bagi sel-sel, terutama karena
pembentukan radikal oksigen (spesies oksigen reaktif, ROS). Definisi radikal adalah setiap
atom atau kelompok atom yang memiliki elektron tidak berpasangan di luar orbit, membuat
radikal sangat reaktif. Setelah penambahan elektron oksigen, anion superoksida (O2 • -)
hydroperoxyl radikal (HO2 • -), hidrogen peroksida (H2O2), dan radikal hidroksil (OH •)
terbentuk. Dengan metabolisme sel normal, radikal anion superoksida yang dihasilkan selama
reaksi transpor elektron mitokondria, mencapai 1% sampai 2% dari konsumsi oksigen total,
52 dan superoksida radikal juga dapat diproduksi oleh metabolisme asam arakidonat dan
aktivasi xantin oksidase. Superoksida tidak bereaksi secara signifikan dengan DNA, protein,
atau fosfolipid tapi cepat bereaksi dengan oksida nitrat (NO) menyebabkan pembentukan
peroxynitrite (ONOO-). Peroksinitrit, mediator cedera otak traumatik disebabkan patologi,
dapat merusak dan membunuh sel-sel dengan menginduksi peroksidasi lipid dan tirosin
protein nitrasi (Evans,2006)..
Vitamin E (tokoferol) merupakan suatu komponen lipid yang esensial terdiri dari
selaput-selaput biologi yang saling berhubungan dengan radikal peroxyl yang berfungsi
dalam mencegah perkembangan lipid peroxidan (Jishage, et al., 2005). Secara lanjut
menjelaskan bahwa Dutta-Roy (1994) vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak
yang terdiri dari campuran dan substansi tokoferol (a, b, g, dan d) dan tokotrienol (a, b, g, dan
d), pada manusia a-tokoferol merupakan vitamin E yang paling penting untuk aktifitas
biologi tubuh.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Unit 4 (LPPT
4)Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Proses pengujian kadar
Penelitian ini dilakukan pada April – Mei 2016. Subyek penelitian berupa 20 ekor
tikus albino galur Wistar (Rattus norvegicus) jantan dengan berat badan 170-200 gram dan
berumur 2-3 bulan. Tikus albino galur Wistar diperoleh dari unit pengembangan hewan
Kriteria inklusi penelitian ini adalah: Tikus jantan berusia 2-3 bulan, berat badan 170-
200 gram, kondisi umum tikus baik dan aktif, tidak ada luka atau jejas di kepala. Kriteria
eksklusi penelitian ini adalah: Sakit selama masa adaptasi 7 hari, mengalami infeksi selama
Variabel dependen (terikat) adalah kadar reactive oxygen species (ROS), perubahan
histopatologi edema otak. Variabel independen (bebas) adalah vitamin E dosis 100
mg/KgBB.
Cedera otak traumatik pada tikus diinduksi menggunakan Marmarou’s weight drop
model yang dipaparkan oleh Marmarou et al (1994). Tikus dianestesi dengan menyuntikkan
100 mg/kgBB ketamine HCl secara intramuskuler. Kulit tikus diinsisi secara midlinedengan
alat bedah minor agar kalvaria terlihat. Diskus stainless steel dengan diameter 10 mm dan
ketebalan 3 mm dilekatkan di tengah kalvaria antara fisura lambda dan bregma dengan semen
gigi. Fungsi dari peletakkan diskus stainless steel tersebut untuk mencegah terjadinya fraktur
tulang tengkorak. Tikus diposisikan pronasi pada busa dengan ketebalan 10 cm yang sudah
dilapisi dengan polyethylene packaging foam dengan ketebalan 1 cm. Cedera traumatik pada
otak tikus diinduksi dengan menjatuhkan beban silindris kuningan seberat 450 g secara bebas
searah gravitasi dari ketinggian 1 m melalui tabung pipa besi. Vitamin E diberikan dengan
dosis 100mg/kgBB melalui intramuskular yang diberikan segera setelah model cedera otak
traumatik dilakukan.
Sampel dipilih dari populasi dengan menggunakan teknik simple random sampling
(acak sederhana). Jumlah minimal sampel adalah 16 dan dibulatkan menjadi 20 sampel. Jadi
20 sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 10 tikus untuk kelompok perlakuan dengan
vitamin E dan 10 tikus kelompok kontrol. Untuk menentukan anggota kelompok dari tikus
penelitian dilakukan selama kurang lebih 1 minggu dalam kandang hewan percobaan.
Kemudian hewan uji dikelompokkan secara acak menjadi 2 kelompok sesuai kriteria inklusi
Saat pemberian perlakuan, tikus dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok 1
adalah kelompok perlakuan dengan vitamin E, kelompok 2 adalah kelompok kontrol. Semua
tikus akan mendapatkan perlakuan sama untuk model cedera otak traumatik. Kemudian
memberikan cedera, kelompok 2 segera diberikan vitamin E dengan dosis 100 mg/kgBB.
Analgesia yang diberikan berupa morfin sulfat (0,05 mg/kgBB) yang diberikan secara
intramuskuler.
Luka sayatan pada skalp dijahit dengan benang Ethilon 3-0 dan kemudian diolesi dengan
krim lidokain. Tikus segera dimasukkan ke dalam kandang yang terdapat akses bebas untuk
makanan dan air. Tikus dipantau dengan diobservasi pernapasan, perdarahan hidung, dan
gerakan respiratorik, setelah perosedur tersebut tikus dapat recovery kembali dalam 30 menit
(Marmarou et al.,1994). Sampel darah tikus untuk pemeriksaan radikal superoksida (O2•−)
diambil 24 jam setelah cedera otak traumatik. Sampel darah diambil dari plexus retroorbitalis
mata dengan cara tikus dipegang dan dijepit bagian tengkuk dengan jari tangan, kemudian
mikrohematokrit digoreskan pada medial cantus mata di bawah bola mata ke arah foramen
opticus, mikrohematokrit diputar sampai melukai pexus (Permatasari, 2012). Darah diambil
sebanyak 1 ml, kemudian darah didiamkan selama 30 menit. Darah dipindahkan dalam tabung
sentrifus dan disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Serum darah diambil
kemudian dimasukkan dalam vial dan disimpan dingin sebelum dilakukan percobaan
anestesi melalui injeksi intramuskuler 100 mg/kgBBketamine HCl (50 mg/ml, Ketalar ®),
kemudian dilakuakan pengambilan otak tikus, sampel otak dimasukkan ke dalam histo pot
berisi formalin 10%, sampel otak diperiksa histopatologi, bangkai tikus dimusnahkan dengan
di bakar di LPPT 4.
Mikroplat U dan tempat sampel yang akan dimasukkan ditandai. Pengenceran sebanyak
2 ml p-Nitro Blue Tetrazolium Chlorida (NBT) dalam Hank’s Balanced Salts Solution
(HBSS) bebas fenol red 0,9%. Pengenceran Superoxide Dismutase (SOD) sebanyak 200
μg/ml ke dalam larutan HBSS bebas fenol red 0,9%. Sampel 100 dimasukkan ke dalam
sumur mikroplat kemudian Simoxan juga dimasukkan pada tiap sumuran yang terisi sampel
dan diinkubasikan selama 10 menit. Terakhir 100 μl NBT dimasukkan pada setiap sumuran
yang sudah terisi sampel. Mikroplat ditutup dengan aluminium foil dan diinkubasi selama 30
menit pada suhu kamar. Langkah terakhir dilakukan pembacaan hasil menggunakan ELISA
reader dengan panjang gelombang 450 nm dan diperoleh data nilai Optical Density (OD) dari
kadar Superoksida.
Perubahan histopatologi edema otak yang dilihat dari diameter ruang interstitial,
diameter ruang intraseluler, dan diameter pembuluh darah dalam sediaan preparat yang
diwarnai dengan HE. Tikus dibunuh dengan cara dekapitasi, kemudian diambil jaringan otak
tikus di sekitar lesi atau daerah trauma untuk pemeriksaan pengujian histopatologi jaringan
Sampel jaringan otak diambil dari tikus kemudian segera difiksasi dalam 10% buffered
neutral formalin (BNF), didehidrasi dalam etanol dengan konsentrasi bertingkat, dibeningkan
(di-clearing) dalam xylene, dan selanjutnya diimpregnasi dengan parafin. Jaringan dipotong
diameter ruang interstitial, diameter ruang intraseluler, dan diameter pembuluh darah dengan
skala numerik dalam satuan μm. Data kuantitatif perubahan histopatologi edema otak
Data yang diperoleh disajikan sebagai rerata ± standar deviasi. Data yang diperoleh
Hasil
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar ROS pada tikus dengan cedera otak
traumatik pada kelompok perlakuan dengan vitamin E dan kelompok kontrol. Kadar ROS
paling tinggi pada tikus dengan cedera otak traumatik yang tidak diberi vitamin E yaitu
sebesar 57,67, sedangkan kadar ROS terkecil terlihat pada tikus dengan cedera otak traumatik
yang diberi vitamin E yaitu sebesar 11,74. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wu (2013) dengan judul Vitamin E Protects Against Oxidative Damage and Learning
Disability After Mild Traumatic Brain Injury in Ratsyang meneliti kerusakan oksidatif yang
dinilai dengan menggunakan analisis western blot yang menunjukkan hasil bahwa hewan
coba dengan cedera otak traumatik dengan pemberian vitamin E memiliki nilai protein
teroksidasi lebih rendah dibandingkan dengan hewan coba dengan cedera otak traumatik
tanpa vitamin E.
Data kadar ROS kemudian diolah untuk mendapatkan rata-rata. Analisis mengenai rata-
Group Statistics
Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
Kadar ROS Tanpa Vitamin E 8 45.4887 16.40106 5.79865
Vitamin E 8 22.7113 9.51550 3.36424
Dilakukan analisis data parametrik dengan independent T- test pada kadar ROS dengan
nilai signifikansi sebesar 0,004. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan
signifikan antara kadar ROS kelompok dengan vitamin E dan tanpa vitamin E.
Dilakukan analisis data parametrik dengan independent T- testpada edema otak dengan
hasil nilai signifikansi sebesar 0,025. Sehingga dapat diambil diketahui bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara edema otak kelompok dengan vitamin E dan tanpa vitamin E.
Untuk mengetahui hubungan antara kadar ROS dan edema otak, dilakukan uji
korelasi dengan Pearson dan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,012 (<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar ROS dengan edema otak. Seperti yang
sudah dilakukan oleh Sulastio (2016) yang meneliti tentang pengaruh pemberian vitamin C
terhadap kadar ROS dan edema otak menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p=0,011)
antara kadar ROS dan perubahan histopatologi edema otak. Peningkatan kadar ROS pada
Kesimpulan
terdapat perbedaan yang signifikan kadarROS antara tikus albino galur Wistar (Rattus
norvegicus) dengan cedera otak traumatik yang diberi vitamin E dan yang tidak diberi
antara tikus albino galur Wistar (Rattus norvegicus) dengan cedera otak traumatik yang diberi
vitamin E dan yang tidak diberi vitamin E.Hubungan yang signifikan terdapat antara kadar
ROS dan perubahan histopatologi edema otak pada tikus albino galur Wistar (Rattus
Ainsword, CR. 2015. Head Trauma. Diakses pada 22 Juni 2015. Dari
http://emedicine.medscape.com/article/433855-overview#a5
American College of Surgeons, 1997, Advance Trauma Life Suport. United States of
America: Firs Impression
Bernath David, 2009, Head Injury, www.e-medicine.com
Clayton TJ, Nelson RJ, Manara AR. Reduction in mortality from severe head injury
following introduction of a protocol for intensive care management.British Journal of
Anaesthesia; 2004. 93. h. 761–7.
Dahlan, S.M. 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat, Edisi 5, Salemba Medika, Jakarta.
Dikmen Sureyya S., PhD; John D. Corrigan, PhD, ABPP; Harvey S. Levin, PhD; Joan
Machamer, MA; William Stiers, PhD, ABPP; Marc G. Weisskopf, PhD, ScD.
2009.Cognitive Outcome Following Traumatic Brain Injury.J Head Trauma
Rehabil.Vol. 24, No. 6, pp. 430–438
Donkina, J.J. dan Vink, R. 2010, Mechanisms of cerebral edema in traumatic brain injury:
therapeutic developments, Curr Opin Neurol, 23: 293–299.
Evans. 2006. Neurology and Trauma. New York: Oxford University Press.
Ghazali Malueka, 2007, Radiologi Diagnostik, Yogyakarta: Pustaka Cendekia.
Hadi, Lukman.2005. Efek Antioksidan Vitamin E dan Vitamin C pada Cedera Trauma
Kepala Berat. Media Kartika Vol 3 No. 1 April 2005.
Ikeda, Y., Y. Mochizuki, Y. Nakamura, K. Dohi, H. Matsumoto, H. Jimbo, M. Hayashi, K.
Matsumoto, T. Yoshikawa. 2000. Protective Effect of a Novel Vitamin E Derivative
on Experimental Traumatic Brain Edema in Rats — Preliminary Study. Volume 76 of
the series Acta Neurochirurgica Supplements pp 343-345.
Ishaq, G.M., Saidu, Y., Bilbis, L.S., Muhammad, S.A., Jinjir, N. and Shehu, B.B., 2013.
Effects of α-tocopherol and ascorbic acid in the severity and management of traumatic
brain injury in albino rats. Journal of neurosciences in rural practice, 4(3), p.292.
Iskandar, Japardi, 2004, Penatalaksanaan Cedera Kepala secara Operatif. Sumatra Utara:
USU Press.Diakses pada 20 Juni 2015. Dari:
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedahiskandar%20japardi61.pdf
Kluwer wolters, 2009, Trauma and acute care surgery, Philadelphia: Lippicott Williams and
Wilkins
Krausz, M.M., Ashkenazi, I. and Soustiel, F. 2014, “Acute Traumatic Brain Injuries and
Their Management”, in Trauma Management, Trauma Critical Care, Orthopaedic
Trauma and Neuro-Trauma, Springer-Verlag, Italia, pp. 165-181.
Lee, L.L., Galo, E., Lyeth, B.G., Muizelaar, J.P. and Berman, R.F. 2004, Neuroprotection in
the rat lateral fluid percussion model of traumatic brain injury by SNX-185, an N-type
voltage-gated calcium channel blocker, Exp Neurol, 190: 70–78.
Lifshitz, J., Friberg, H., Neumar, R.W., Raghupathi, R., Welsh, F.A., Janmey, P., et al. 2003,
Structural and functional damage sustained by mitochondria after traumatic brain
injury in the rat: evidence for differentially sensitive populations in the cortex and
hippocampus, J Cereb Blood Flow Metab, 23 (2): 219–31.
Marmarou, A., Foda, M.A.A., Brink, W.V.D., Campbell J. and Kita H., M.D., Demetriadou
K. 1994, A new model of diffuse brain injury in rats Part I: Pathophysiology and
biomechanics, Journal of Neurosurgery, 80 (2) : 291-300.
Marijata., 2006. Pengantar Dasar Bedah Klinis. Unit Pelayanan Kampus (UPK) Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada.Yogyakarta. 2006: 83-108.
Moppet, I.K. 2007, Traumatic Brain Injury: Assessment, Resuscitation, and Early
Management, Br J Anaesth, 99 (1): 18-31.
Mustafa, A.G. and Al-Shboul, O. 2013, The role of free radicals and reactive species
following traumatic brain injury, OA Biotechnology, 2 (3): 23.
Permatasari, N. 2012, Manual prosedur pengambilan darah, perlakuan, dan injeksi pada
hewan coba. Laboratorium biosains universitas brawijaya: Malang
Prakash, A, et al. Antioxidant Activity. Diunduh
dari:http://www.medlabs.com/downloads/antiox_acti_.pdf
Ridwan, E., 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalamPenelitian Kesehatan. J Indon
Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013
Razmkon, et al. 2011.Administration of Vitamin C and Vitamin E in Severe HeadInjury: A
Randomized Double-blind Controlled Trial. Clinical Neurosurgery, Vol. 58, 2011.
Salmond C.H, D.A.Chatfield, D.K.Menon, J.D.Pickard, B.J.Sahakian. 2005. Cognitive
sequelae of head injury: involvement of basal forebrain and associated structures.
Brain Vol. 128 No.1 : 189–200
Sherki, Y.G, Ziv Rosenbaum, Eldad Melamed, and Daniel. 2002. Antioxidant Therapy in
Acute Central Nervous System Injury: Current. Diakses pada 21 Juni 2015, dari:
http://pharmrev.aspetjournals.org/content/54/2/271k.full.pdf+html
Stoffel, M., Berger, S., Staub, F., Eriskat, J., Jacob, K., Baethmann, A. 2009. The Effect of
Dietary α-Tocopherol on the Experimental Vasogenic Brain Edema. Journal of
Neurotrauma. January 2009, 14(5): 339-348. doi:10.1089/neu.1997.14.339.
Sulastio, B. 2016. Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Kadar Reactive Oxygen Species
dan Perubahan Histopatologi Edema Otak pada Tikus Albino Galur Wistar (Rattus
Norvegicus) dengan Traumatic Brain Injury. Karya Ilmiah Paripurna. FK UGM:
Yogyakarta.
Ungvari, Z., Csiszar, A., Edwards, J.G., Kaminski, P.M., Wolin, M.S., Kaley, G., et al.2003,
Increased Superoxide Production in Coronary Arteries in Hyperhomocysteinemia :
Role of Tumor Necrosis Factor-α, NAD(P)H Oxidase, and Inducible Nitric Oxide
Synthase, Arterioscler Thromb Vasc Bio, 23: 418-424.
Wu, Angio, Zhe Ying, BS, Fernando Gomez-Poinilla, PhD. 2013. Vitamin E Protects
Againstn Oxidative Damage and Learning Disability After Mild Traumatic Brain
Injury in Rats. Diakses pada 21 Juni 2015. Dari:
http://nnr.sagepub.com/content/24/3/290.abstract