Anda di halaman 1dari 7

Jurnal

Teknik Industri Vol. 2, No. 2, 2016


Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

Analisa Potensi Bahaya dan Upaya Pengendalian Kecelakaan Kerja
Pada Proses Penambangan Batu Adesit di PT. Dempo Bangun Mitra

Muhammad Ihsan Hamdy1, Lailatul Syifa Tanjung2


1,2
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. HR. Subrantas No. 155, Simpang Baru, Pekanbaru, Kode Pos 28293
E-mail: ihsanhamdy@ymail.com

Abstrak

PT. Dempo Bangun Mitra merupakan sebuah perusahaan pertambangan yang telah menerapkan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Walaupun perusahaan telah menerapkan beberapa standar atau
prosedur keselamatan kerja, dalam pelaksanaanya masih terdapat beberapa potensi bahaya yang dapat
menimbulkan kasus kecelakaan kerja. Apabila potensi bahaya yang timbul dapat diidentifikasi dan
dikendalikan, maka angka kemunculan kecelakaan pun dapat menurun. Identifikasi dan pengendalian potensi
bahaya dapat dilakukan dengan menggunakan metode Hazard And Operability Study (HAZOP). Hasil
obervasi menemukan 34 potensi bahaya (hazard) dan kemudian digolongkan menjadi 9 sumber hazard.
Berdasarkan penilaian level risiko, terdapat 2 sumber hazard yang tergolong "Ekstrim", 5 sumber hazard
yang tergolong "Risiko Tinggi", 2 sumber hazard yang tergolong "Risiko Sedang", dan 1 sumber hazard
yang tergolong "Risiko Rendah". Penelitian ini menghasilkan rekomendasi perbaikan berupa pembuatan
Standard Operating Procedure (SOP), jadwal pelatihan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), worksheet
penggunaan APD, lembar kontrol penggunaan APD, pemberian rambu-rambu kondisi lalu lintas tambang,
dan checklist lalulintas tambang.

Kata kunci: HAZOP, Kecelakaan Kerja, K3, Risk Analysis

Latar Belakang langkah-langkah identifikasi, analisa dan


pengendalian bahaya dengan menerapkan sistem
Perkembangan teknologi saat ini sangat pengendalian bahaya secara tepat dan
berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan melaksanakan perundang-undangan tentang
pertambangan. Perkembangan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
pertambangan pada era globalisasi saat ini Sistem Manajemen Keselamatan Kerja
dirasakan sangat perlu untuk mengikuti tuntutan (SMK3) menurut Kepmenaker 05 tahun 1996
jaman yang menginginkan perubahan di segala adalah bagian dari sistem manajemen secara
aspek. Berbagai kegiatan pertambangan belomba- keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
lomba memenuhi tuntutan tersebut. Hal itu tak perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
hanya terjadi pada kegiatan pertambangan di prosedur, proses, dan sumber daya yang
Indonesia melainkan industri di seluruh dunia. dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
Perkembangan kegiatan pertambangan di pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan
Indonesia kini dalam tahap pertumbuhan yang kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
meningkat. Agar tuntutan tersebut terpenuhi pengendalian risiko yang berkaitan dengan
maka diperlukan kondisi operasional kegiatan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
pertambangan yang handal, lancar, efisien, dan aman, efisien, dan produktif. Sehingga dengan
aman (Yovita, 2009). adanya sistem menejemen kesehatan dan
Sebagai upaya memperoleh kondisi keselamatan kerja (SMK3) maka proses
operasional yang aman memerlukan penerapan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
sistem kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam bidang penambangan dapat berjalan secara
serta pengelolaan penerapan sistem menejemen aman, efektif dan efisien.
kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3). PT. Dempo Bangun Mitra merupakan
Menurut Depnakertrans RI, Keselamatan dan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
Kesehatan Kerja adalah segala daya upaya dan pertambangan serta pengolahan batu andesit.
pemikiran yang dilakukan dalam rangka Batu andesit merupakan jenis batu alam yang
mencegah, mengurangi, dan menanggulangi biasanya digunakan untuk pembuatan dasar jalan
terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui raya atau bangunan-bangunan megalitik seperti

148
Jurnal Teknik Industri Vol. 2, No. 2, 2016
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

candi dan piramida. Perusahaan ini melakukan penambangan. Asap tersebut merupakan asap
beberapa tahapan untuk menghasilkan berbagai yang ditimbulkan akibat dari proses peledakan.
macam ukuran batu andesit. Adapun tahapan Apabila asap tersebut dihirup secara langsung dan
dalam menghasilkan batu andesit adalah mulai terus menerus maka akan mengakibatkan
dari tahap identifikasi lokasi penambangan, gangguan pernafasan bagi para karyawan di
proses peledakan untuk mendapatkan batu andesit sekitar penambangan. Hal itu juga merupakan
yang berukuran besar, serta proses pengolahan salah satu potensi bahaya yang dapat terjadi pada
batu dengan menggunakan mesin cruser stone proses penambangan serta pengolahan batu
untuk menghasilkan beberapa ukuran batu yang andesit.
diinginkan.

Gambar 1. Peledakan

Hasil studi lapangan menunjukkan Gambar 3. Debu pada proses pengolahan batu
bahwa lingkungan kerja PT. Dempo Bangun
Mitra saat ini berpotensi mengganggu kesehatan Selain pada tahap peledakan, potensi
manusia, misalnya pada tahap awal dalam bahaya juga dapat ditemukan pada proses
menghasilkan batu andesit yaitu tahap peledakan. pengolahan batu atau proses pemecahan batu
Tahap peledakan ini diawali dengan proses awal menjadi beberapa ukuran menggunakan mesin
yaitu perusahaan melakukan identifikasi lokasi cruser stone. Hal ini dapat dilihat pada gambar
peledakan, setelah didapatkan lokasi mana yang diatas (gambar 3). Pada gambar diatas terlihat
terdapat batu andesit maka tahap selanjutnya debu yang berada di sekitar mesin cruser.
adalah melakukan proses peledakan (gambar 1) Apabila debu tersebut dihirup secara langsung
sehingga didapatkan batu andesit yang berukuran dan terus menerus maka akan mengakibatkan
besar. Potensi bahaya yang dapat terjadi pada potensi bahaya kesehatan pada karyawan di
tahap ini adalah karyawan akan terkena serpihan sekitar seperti gangguan pernafasan serta sesak
batu andesit yang tebang akibat proses peledakan. nafas.
Selain itu apabila proses perhitungan peledakan Untuk mengurangi atau menghilangkan
tidak sesuai atau kesalahan dalam prediksi area bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan di
peledakan maka akan dapat menyebabkan tempat kerja maka diperlukan suatu manajemen
kematian serta kerusakan lingkungan. risiko kegiatannya meliputi identifikasi bahaya,
analisis potensi bahaya, penilaian risiko,
pengendalian risiko, serta pemantauan dan
evaluasi. Dalam proses identifikasi dan
melakukan analisis potensi bahaya maka dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Hazard
and Operability Study (HAZOP). HAZOP adalah
studi keselamatan yang sistematis, berdasarkan
pendekatan sistemik ke arah penilaian
keselamatan dan proses pengoperasian peralatan
yang kompleks, atau proses produksi. Tujuannya
untuk mengidentifikasi kemungkinan bahaya
yang muncul dalam fasilitas pengelolaan di
Gambar 2. Asap akibat proses peledakan perusahaan yang dapat menghilangkan sumber
utama kecelakaan, seperti rilis beracun, ledakan
Pada gambar diatas (gambar 2) terlihat dan kebakaran. Secara sistematis HAZOP bekerja
bahwa terdapat banyak asap di sekitar dengan mencari berbagai faktor penyebab (cause)

149
Jurnal Teknik Industri Vol. 2, No. 2, 2016
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

yang memungkinkan timbulnya kecelakaan kerja Mulai
dan menentukan konsekuensi yang merugikan
sebagai akibat terjadinya penyimpangan serta Penelitian Pendahuluan

memberikan rekomendasi atau tindakan yang


dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dari Studi Literatur

potensi risiko yang telah diidentifikasi. Metode


HAZOP merupakan salah satu metode yang Perumusan Masalah
banyak digunakan untuk mengidentifikasi jenis
potensi kecelakaan kerja yang ada pada Pengumpulan Data
perusahaan. Data Sekunder :
1.Profil perusahaan
Terdapat beberapa hasil penelitian 2.Struktur Organisasi Perusahaan
Data Primer :
sebelumnya yang dilakukan dengan dengan 1.Potensi bahaya dari segi karyawan
2.Potensi bahaya pada proses
menggunakan metode HAZOP yaitu penelitian penambangan
yang dilakukan pada PT.EKAMAS FORTUNA. 3.Potensi bahaya pada proses
pengolahan
Perusahaan tersebut telah menerapkan program
K3, tetapi dalam pelaksanaannya masih terdapat
beberapa potensi bahaya yang dapat Pengolahan Data
1. Menghitung nilai Likehood
menimbulkan kasus keselakaan kerja. Maka 2. Menghitung nilai konsekuensi
dilakukan identifikasi serta pengendalian bahaya 3. Menentukan matriks resiko

dengan menggunakan meggunakan metode


HAZOP. Hasil observasi menemukan 43 potensi Analisa Data
bahaya dan kemudian digolongkan menjadi 15
sumber bahaya dengan golongan masing-masing Kesimpulan dan Saran
bahaya yaitu eksrim, resiko tinggi serta resiko
rendah. Penelitian ini menghasilkan rekomendasi
perbaikan berupa pembuatan Standard Operating Selesai

Procedure (SOP), Jadwal pelatihan APD, serta Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
lembar kontrol penggunaa APD (Pujiono, dkk,
2013).
Berdasarkan permasalahan yang telah Hasil dan Pembahasan
disebutkan diatas, maka dalam penelitian ini akan
dilakukan analisis kecelakaan kerja dengan Pengolahan Data
menggunakan metode Hazard and Operability Identifikasi Potensi Bahaya
Study (HAZOP) sehingga permasalahan yang ada Sebelum mengidentifikasi potensi
akan terselesaikan serta terciptanya lingkungan bahaya yang terjadi pada proses penambangan
kerja yang lebih aman, efektif dan efisien. batu andesit di PT. Dempo Bangun Mitra, maka
terlebih dahulu diuraikan alur atau langkah-
Metode Penelitian langkah dalam proses produksi.
Proses penambangan batu andesit yang
Agar penelitian yang dilakukan lebih dilakukan di PT. Dempo Bangun Mitra adalah
terarah dan sistematis, maka perlu dibuat tahapan- sebagai berikut :
tahapan dari penelitian itu sendiri. Adapun 1. Proses produksi penambangan batu andesit
tahapan dalam penelitian ini dapat dilihat dari ini dimulai dengan land clearing yaitu
gambar 4. membersihkan lahan penambangan dengan
cara memotong pepohonan dan
menyingkirkan segala sesuatu yang dapat
menghambat aktivitas penambangan.
2. Setelah land clearing usaha selanjutnya
adalah removing top soil yaitu mengambil
dan memindahkan tanah pucuk yang
dikumpulkan pada tempat penampungan top
soil sementara yang diberi nama stockpile.
Pengambilan top soil ini harus benar benar
menjadi perhatian agar tidak tercampur
dengan lapisan batuan atau tanah yang lain
sehingga bisa dimanfaatkan lagi pada saat
reklamasi dan revegetasi.

150
Jurnal Teknik Industri Vol. 2, No. 2, 2016
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

3. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan Material di
removing lapisan overburden(OB) dengan Area Kerja
pemboran dan peledakan. Kabel
4. Lapisan tanah OB tersebut kemudian dimuat Pembangkit 1
dan dibawa ke lokasi OB disposal sampai Listrik
terbentuk konsruksi yang direncanakan dan Total 34
sampai pada lapisan batu andesit. (Sumber : Penambangan PT. Dempo Bangun
5. Setelah lapisan batu andesit ditemukan Mitra)
maka dilakukanlah digging and loading
yaitu penggalian batu andesit dan dimuat Penilaian Resiko
kedalam truk Volvo untuk diangkut ke lokasi Setelah mendapatkan temuan potensi
coal crushing plant (CCP) dan melalui bahaya di lapangan dan menggolongkan potensi
proses produksi selanjutnya. bahaya berdasarkan sumbernya seperti pada tabel
6. Batu andesit yang diangkut menggunakan 1, maka langkah selanjutnya dilakukan penilaian
Volvo tadi melewati weighbridge untuk resiko dengan pendekatan risk matriks.
ditimbang dengan kapasitas maksimal lima Hasil observasi lapangan dari 34 temuan
puluh ton. potensi bahaya kemudian digolongkan
7. Selanjutnya batu andesit ini ada yang berdasarkan jenis sumbernya menjadi 9 sumber
dibawa ke tempat penampungan sementara bahaya antara lain : sikap pekerja, kebisingan,
dan serta dibawa ke crusher untuk dipecah lalu lintas tambang, serpihan material, asap, area
sehingga mendapatkan size yang diinginkan. penyimpanan bahan peledak, debu, serpihan
8. Setelah penambangan selesai dilakukan material di area kerja dan kabel pembangkit
tahapan yang selanjutnya yang harus listrik.
dilakukan adalah reklamasi yang bertujuan Setelah itu menentukan tingkat
untuk memulihkan kondisi kawasan hutan keparahan atau perkingan (risk level) dengan
yang rusak sebagai akibat usaha mempertimbangkan kriteria resiko Likelihood (L)
pertambangan sehingga kawasan hutan yang dengan Severity atau Concequences (C). Dari
dimaksud dapat berfungsi kembali sesuai hasil wawancara yang dilakukan, maka jumlah
dengan AMDAL. tingkat bahaya kecelakaan kerja yang
diklasifikasikan terhadap nilai Likelihood (L)
Potensi Bahaya dan Sumber Bahaya dengan Concequences (C) sesuai dengan peluang
Berdasarkan hasil observasi lapangan dan resiko tingkat keparahan. Penetapan nilai
terdapat beberapa potensi bahaya yang Likelihood (L) dan Concequences (C) adalah
diakibatkan pada proses penambangan batu sebagai berikut :
andesit. Potensi bahaya tersebut digolongkan atas
3 faktor yaitu faktor manusia atau pekerja, faktor Tabel 2. Penetapan Nilai Likelihood (L) dan
bahaya pada proses penambangan serta faktor Concequences (C)
bahaya pada proses pengolahan batu andesit. Sumber Likelihood Concequences
No
Adapun temuan hazard atau potensi bahaya dapat Hazard (L) (C)
dilihat pada tabel 1. 1 Sikap Pekerja 5 4
2 Kebisingan 4 2
Tabel 1. Potensi dan Sumber Bahaya di Tempat lalu lintas
3 5 5
Kerja PT. Dempo Bangun Mitra tambang
Potensi Sumber Jumlah Serpihan
No 4 3 2
Material
Bahaya Bahaya Temuan
5 Asap 3 3
1 Sikap Pekerja 8 Area
2 Penambangan Kebisingan 4 6 penyimpanan 1 4
Lalu lintas bahan peledak
6
tambang 8 Debu 4 2
Serpihan Serpihan
1 7 Material di 3 3
Material
Asap 2 area kerja
Area Kabel
9 Pembangkit 2 3
penyimpanan 1
Listrik
bahan peledak
3 Pengolahan Debu 5 Setelah penetapan nilai Likelihood (L)
Batu Andesit Serpihan 5 dan Concequences (C) maka langkah selanjutnya

151
Jurnal Teknik Industri Vol. 2, No. 2, 2016
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

adalah mangalikan nilai Likelihood (L) dan mendapatkan rekomendasi atau usulan perbaikan
Concequences (C) sehingga hasil perkalian nilai terlebih dahulu. Sumber hazard yang memiliki
tersebut akan dimasukkan kedalam matris resiko nilai ekstrim yaitu sikap pekerja serta lalu lintas
sehingga akan didapatkan peringkat resiko serta tambang.
mengetahui peringkat yang berniali ekstrim untuk
diberika rekomendasi perbaikan, Seperti yang Sumber Hazard "Sikap Pekerja"
terlihat ada tabel 3. Hasil dari Hazop worksheet dapat
menunjukkan bahwa risiko pertama yang
Tabel 3. Penetapan Matriks Resiko memiliki nilai ekstrim yaitu berasal dari sumber
Sumber
L Warna Risk hazard sikap pekerja yang tidak memenuhi
No x Level persyaratan standard dalam keselamatan kerja
Hazard L C
C
1 Sikap Pekerja 5 4 20 Ekstrim
dan prosedur bekerja yang baik.
2 Kebisingan 4 2 8 Tinggi Uraian dari sumber hazard “Sikap Pekerja”
lalu lintas Ekstrim adalah sebagai berikut:
3 4 5 20
tambang 1. Sumber hazard dan Frekuensi
Serpihan Sedang Sumber hazard “Sikap Pekerja” ini muncul
4 3 2 6
Material
5 Asap 3 3 9 Tinggi sebanyak 11 kali selama penelitian ini
Area Rendah dilakukan.
6 penyimpanan 1 4 4 2. Deviation (Penyimpangan)
bahan peledak Penyimpangan yang terjadi adalah:
8 Debu 4 2 8 Tinggi
a. Pekerja bertindak tidak aman atau
Serpihan Tinggi
7 Material di 3 3 9 melakukan pekerjaan tidak sesuai
area kerja dengan SOP.
Kabel Sedang b. Pekerja tidak menggunakan APD saat
9 Pembangkit 2 3 6 melakukan pekerjaan. APD tersebut
Listrik
disesuaikan dengan area kerja masing-
masing pekerja. Jenis-jenis APD seperti
Berdasarkan tabel 3, maka dapat dilihat
safety helmet, safety goggles, masker,
terdapat dua potensi kecelakaan kerja yang
ear plug, safety gloves, safety shoes, dan
bernilai ekstrim yaitu sikap pekerja serta lalu
safety harness.
lintas tambang. Maka dari itu kedua potensi
3. Cause (Penyebab)
kecelakaan kerja tersebut harus diprioritaskan
Penyebab dari munculnya penyimpangan-
untuk mendapatkan rekomendasi perbaikan.
penyimpangan tersebut adalah:
Terdapat 34 temuan potensi bahaya pada
a. Kurang disiplinnya pekerja dalam
area penambanagan serta pengahan batu andesit
mengikuti SOP yang ada. Hal ini
di PT. Dempo Bangun Mitra yang kemudian
disebabkan oleh pihak manajemen yang
digolongkan menjadi 9 jenis sumber bahaya
kurang aktif dalam mengontrol dan
meliputi: sikap pekerja, kebisingan, lalu lintas
mengawasi kelangsungan proses kerja.
tambang, serpihan material, asap, area
b. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan
penyimpanan bahan peledak, debu, serpihan
akan keselamatan kerja yang disebabkan
material di area kerja dan kabel pembangkit
oleh kurang maksimalnya pelaksanaan
listrik. Frekuensi temuan terbesar yaitu
pelatihan Keselamatan dan Kesehatan
ditemukannya hazard pada sikap pekerja yang
Kerja (K3) tentang penggunaan APD.
tidak sesuai standar dan prosedur kerja sebanyak
Pelaksanaan pelatihan tersebut
8 temuan, lalu lintas tambang sebesar 6 temuan,
sebetulnya sudah terjadwal, hanya saja
debu dan serpihan material di area kerja sebesar 5
target peserta pelatihan tersebut kurang
temuan, kebisingan sebesar 4 temuan, asap
maksimal dan peserta yang diundang
sebesar dan sisanya yaitu area penyimpanan
untuk menghadiri pelatihan tersebut
bahan peledak, serpihan material serta kabel
tidak menunjukkan antusiasme untuk
pembangkit listrik terdapat sebanyak 1 temuan.
menghadiri pelatihan tersebut sehingga
Dari Tabel 4.6 (BAB IV) dapat diketahui
peserta pelatihan yang hadir selalu tidak
terdapat 2 sumber hazard yang memiliki nilai
pernah lengkap. Pihak manajemen juga
ekstrim, 4 sumber hazard yang memiliki nilai
belum melakukan forum diskusi secara
risiko tinggi, 2 sumber hazard yang memiliki
rutin untuk membahas dan mengontrol
nilai risiko sedang, dan 1 sumber hazard yang
pelaksanaan K3 di perusahaan. Tentu
memiliki nilai risiko rendah. Menurut UNSW
saja hal ini berdampak pada tingginya
Health and Safety (2008) sumber hazard yang
intensitas kemunculan bahaya yang
memiliki nilai ekstrim harus diprioritaskan untuk
disebabkan oleh sikap pekerja yang tidak

152
Jurnal Teknik Industri Vol. 2, No. 2, 2016
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

memenuhi persyaratan standard dalam a. Kurangnya perawatan yang dilakukan
keselamatan kerja dan prosedur bekerja oleh pihak manajemen.
yang baik sehingga dapat b. Kurangnya rambu-rambu atau tanda
membahayakan keselamatan dan yang diberikan oleh pihak manajemen.
kesehatan pekerja. 4. Consequence (Konsekuensi)
4. Consequences (Konsekuensi) Konsekuensi atau akibat yang akan diterima
Konsekuensi yang akan dialami pekerja bila oleh pekerja yang terkena sumber hazard ini
pekerja bertindak tidak aman dan tidak antara lain:
menggunakan APD adalah sebagai berikut: a. Kecelakaan lalu lintas
a. Kepala terbentur b. Melukai anggota tubuh
b. Anggota tubuh terluka c. Terjatuh dari ketinggian
c. Terjepit d. Terperosok ke dalam jurang
d. Gangguan pernafasan 5. Action (Tindakan)
e. Gangguan pengelihatan Tindakan yang bisa dilakukan untuk segera
f. Gangguan pendengaran mengatasi sumber hazard ini yaitu:
g. Terjatuh dari ketinggian a. Segera memperbaiki jalan menjadi lebih
h. Meninggal dunia baik
Apabila hal ini tidak segera diperbaiki maka b. Melakukan inspeksi kondisi jalan secara
akan sangat merugikan perusahaan, rutin.
khususnya pekerja itu sendiri. c. Memberikan rambu-rambu peringatan
5. Action (Tindakan) tentang kondisi jalan yang ada
Tindakan yang bisa dilakukan untuk segera
mengatasi sumber hazard ini adalah: Kesimpulan
a. Membuat visual display untuk
mengingatkan pekerja agar selalu Adapun kesimpulan pada penelitian ini
menggunakan APD. adalah :
b. Membuat prosedur kerja yang baik. 1. Potensi kecelakaan kerja pada proses
c. Melakukan pelatihan K3 kepada para penambangan adalah
pekerja secara menyeluruh dan a. Potensi pada sikap pekerja tidak
berkesinambungan. memenuhi persyaratan standard dalam
keselamatan kerja dan prosedur bekerja
Sumber Hazard “Lalu Lintas Tambang” yang baik.
Risiko kedua yaitu berasal dari lalu b. Potensi pada lalu lintas tambang
lintas tambang yang rusak dan berpotensi yaitutidak adanya rambu – rambu
mengakibatkan kecelakaan lalu lintas pada saat untuk kondisi lalu lintas tambang yang
membawa material. Selain itu dengan kondisi lalu cukup berbahaya.
lintas yang masih dalam kondisi tanah apabila 2. Upaya pengendalian terhadap potensi
curah hujan tinggi akan menyebabkan jalan kecelakaan kerja adalah
menjadi licin, kendaraan pekerja tergelincir, a. Melakukan pengawasan terhadap para
terjatuh dari ketinggian, dan bahkan bila karyawan serta pelatihan tentang
terperosok ke dalam tebing yang tinggi nyawa pentingnya APD
pekerja bisa menjadi taruhannya. Berikut ini b. Memberikan rambu-rambu tentang
adalah uraian mengenai sumber hazard “Lalu kondisi jalan serta pengontrolan
lintas tambang” kondisi jalan secara teratur.
1. Sumber hazard dan Frekuensi
Sumber hazard “Lalu lintas tambang” ini Daftar Pustaka
ditemukan sebanyak 6 kali selama penelitian
dilakukan. Chomiarti, Dian. 2008. Analisis Keselamatan
2. Deviation (Penyimpangan) Dan Kesehatan Kerja Berbasis Perilaku
Penyimpangan yang terjadi dari sumber Pada Pekerja Konstruksi (Studi Kasus:
hazard ini adalah: Pt. Wahana Karsa Swandiri). Tugas
a. Lalu lintas yang masih dari tanah Akhir Teknik Industri Fakultas Sains dan
b. Tidak ada yang membatasi jalan dengan Teknologi.
tebing yang tinggi Iskandar, Muhaimin. 2010. Peraturan Menteri
3. Cause (Penyebab) Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Penyebab timbulnya penyimpangan tersebut Republik Indonesia Nomor
adalah: PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat

153
Jurnal Teknik Industri Vol. 2, No. 2, 2016
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

Pelindung Diri. Jakarta: Kementrian Pujiono, dkk. 2013. Analisis Potensi Bahaya
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Serta Rekomendasi Perbaikan Dengan
Yovita, Selvy. 2009. Kesehatan Dan Keselamatan Metode Hazard And Operability Study
Kerja (K3) Pada Pertambangan Batubara (HAZOP) Melalui Perangkingan Ohs
di PT. Marunda Grahamineral, Job Site Risk Assessment And Control. Jurnal
Laung Tuhup Kalimantan Tengah. Teknik Industri Fakultas Teknik
Laporan Umum Program Diploma Iii Universitas Brawijaya.
Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Suma’mur P.K., 1989, Kesehatan Kerja dan
Fakultas Kedokteran Universitas Pencegahan Kecelakaan Kerja, Jakarta:
Sebelas Maret Surakarta. CV. Haji Masagung.

154

Anda mungkin juga menyukai