Anda di halaman 1dari 65

BAB 2

STRATEGI PERANCANGAN

Alokasi waktu: 4 jam

Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah menyelesaikan materi ini mahasiswa akan mampu dengan baik:

1) menjelaskan langkah-langkah studi pendahuluan perancangan instalasi listrik


2) menguraikan pokok-pokok rancangan teknis suatu instalasi listrik
3) memilih dan membedakan cara-cara presentasi rancangan instalasi listrik
4) merincikan dan menyusun kelengkapan dokumen perancangan instalasi
listrik

2.1 Pendahuluan

Suatu instalasi listrik dibutuhkan untuk menghadirkan tenaga listrik pada beban-beban
pemakai yang memerlukan pasokan energi listrik. Instalasi listrik mempunyai peran
penting karena kebanyakan sumber energi listrik berada relatif jauh dari posisi-posisi
beban pemakai. Titik-titik sumber tenaga listrik dihubungkan oleh suatu sistem
penyalur (penghantaran) sedemikian sampai ke titik-titik pemakai. Sistem penyalur/
penghantaran ini harus dibangun supaya berfungsi baik, tepat, dan aman sehingga
kelangsungan pemakain tenaga listrik terpelihara. Karena itu perencanaan,
perancangan, dan pemasangan instalasi listrik harus benar-benar diperhatikan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika bermaksud membangun instalasi
listrik, yaitu:

2-1
1) Langkah-langkah studi pendahuluan
2) Pokok-pokok perancangan teknis
3) bentuk presentasi rancangan
4) kelengkapan dokumen perancangan

Pokok-pokok permasalahan serta teknik dan langkah-langkah yang perlu


dilakukan dipaparkan pada bagian selanjutnya.

2.2 Studi Pendahuluan

2.2.1 Desain Pendahuluan untuk Pencahayaan

Tahap desain pendahuluan merupakan masa dimana ide-ide mengkristal, tetapi


dalam wujud area dan pola-pola, seperti cahaya dan bayangan, belum berwujud
peranti keras.

Mutu sistem pencahayaan ditentukan dari luminans, persebaran, kromatisitas,


dan proporsi pencahayaan vertikal terhadap horisontal (pencahayaan sekitar atau
suasana ruangan). Sementara itu mutu desain pencahayaan bergantung
kenyamanan visual, pusat perhatian visual, penonjolan dan bayangan, tekstur
dan bentuk-bentuk.

Bidang-bidang selain bidang kerja harus selalu dipertimbangkan. Perbandingan


iluminasi vertikal terhadap horisontal dari pilihan sistem pencahayaan akan
menentukan luminans dinding, sedangkan finishing lantai akan mempunyai
dampak kuat terhadap iluminasi langit-langit bagi sistem pencahayaan langsung.

Kromatisitas pencahayaan ruangan terutama bergantung pada sumbernya namun


juga bergantung armatur dan finishing permukaan. Misal sebuah sumber cahaya
“putih” dapat sedikit diwarnai dengan cara pemakaian armatur yang dilengkapi
reflektor berwarna, atau langit-langit berwarna, atau dinding bagian atas
diwarnai.

2-2
2.2.2 Sasaran Desain Pencahayaan

Secara sederhana dinyatakan sasaran pencahayaan yaitu untuk menciptakan


interior yang nyaman dan efisien. Karena itu cahaya dapat digunakan sebagai
bahan arsitektural utama. Ada dua syarat yaitu estetik dan faedah.

1) Aras pencahayaan harus memadai untuk penglihatan efisien bagi


tugas tertentu. Namun demikian variasi perbandingan luminans dapat
dilakukan agar terhindar dari kesan monoton.
2) Perlengkapan pencahayaan hendaknya tidak menonjol namun juga
tidak tersembunyi. Perlengkapan pencahayaan dapat dipilih dan
disusun supaya serasi dengan arsitekturalnya atau dibuat dekoratif
sehingga memperkuat desain interior.
3) Pencahayaan harus mempunyai mutu tepat. Pencahayaan aksen,
pencahayaan arah, dan teknik penonjolan lain meningkatkan manfaat
dan mutu arsitektural ruang.
4) Desain seluruh pencahayaan harus memenuhi syarat efisien modal
dan sumber daya energinya. Modal ditentukan oleh biaya masa
pemakaian, sedangkan sumber daya energi ditentukan oleh biaya
operasi energi dan penggunaan sumber daya energi.

2.2.3 Prosedur Desain Instalasi Listrik

Prosedur ini bisa dilakukan secara berurutan maupun tidak berurutan


(Stein,1986):

1) Menyusun estimasi beban listrik: berdasarkan data mengenai luas


bangunan, data bangunan, dll
2) Bersama PLN (atau pemasok energi listrik lain) menentukan : titik
saluran pelayanan, jenis saluran pelayanan, tegangan pelayanan, letak
alat ukur (meter), tegangan kerja

2-3
3) Bersama klien menentukan: kegunaan setiap wilayah, jenis dan
kapasitas kerja peralatan milik klien, termasuk kemampuan khusus
serta syarat persambungannya
4) Bersama konsultan lain yang terkait memastikan kapasitas kelistrikan
desain peralatan seperti HVAC, plumbing, elevator, dapur, dll.
5) Menentukan lokasi dan estimasi ukuran kebutuhan ruang untuk
perlengkapan listrik seperti: ruang panel, ruang peralatan darurat,
kamar atau lemari listrik, dll.
6) Merancang pencahayaan untuk bangunan berdasarkan kordinasi
dengan arsitek atau perancang khusus pencahayaan
7) Bila perlu demi kejelasan perencanaan, memisahkan tata-letak
pencahayaan dan tata-letak kotak-kontak
8) Menyusun semua peralatan listrik baik pada gambar rencana yang
sama atau pada gambar rencana terpisah untuk kotak-kontak, saklar,
motor, alat listrik lain. Pada tahap ini, sistem pengawatannya
ditampilkan: di atas plafon, di bawah lantai, pada saluran kabel, dll.
9) Menyusun peralatan sinyal seperti kotak-kontak untuk telepon,
pengeras suara, mikrofon, kotak-kontak untuk televisi, pengindera
asap dan kebakaran, dll. Termasuk juga pengawatan untuk kontrol
beban, pengawatan untuk otomasi gedung, pengawatan untuk
komputer dan kontrol program ( biasanya cukup dengan titik
sadapnya karena biasanya digambarkan terpisah atau dengan
spesifikasi saja)

2.2.4 Prosedur Desain Pencahayaan

Prosedur ini dipaparkan dengan pendekatan arsitektural dan terstruktur.


Ada empat tahap rencana yaitu (Stein,1986):

1) penyusunan konsep: tahap ini umum dan menyeluruh, hal yang


ditinjau yaitu penghuni berkaitan dengan lingkungan visual, relasi
visual terhadap tugas, lingkungan antara, serta sekitarnya. Hal ini

2-4
terkait dengan gagasan dan konsep latar belakang untuk kotak
bernama “analisis tugas” dan “desain pendahuluan”.
2) pembuatan skema: yaitu tahap desain pendahuluan pada kertas, skala
gambar 1/16 atau 1/32 inci bergantung tahap “desain pendahuluan”
dan “desain detail”.
3) Pengembangan: tahap ini sebenarnya adalah tahap desain detail,
masukan yang diperlukan dari data biaya, energi, peraturan, regulasi,
dan disiplin lain.
4) penyusunan akhir: yaitu tahap membandingkan, memeriksa,
mengevaluasi, dan membandingkan hasil desain dengan sasaran dan
persyaratan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pencahayaan meliputi


sebagai berikut:

A) Keterbatasan proyek:

Desainer hendaknya memahami keterbatasan pekerjaan dan interaksi antara


desainer pencahayaan dengan kelompok desain yang lain. Desain pencahayaan
merupakan interdisipliner terutama kaitannya dengan HVAC dan pencahayaan
alamiah sehingga dilakukan dengan pendekatan desain sistem.

Keterbatasan proyek terkait dengan sasaran desain pencahayaan, yakni modal


dan sumber daya energi harus efisien.

a) Kelompok pemilik-desainer-pemakai. Pemilik menetapkan kerangka


kerja biaya, awal maupun operasional. Sebagian berupa struktur sewa
karena akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh penggunaan ruang.
Jika pemilik sekaligus juga pemakai maka faktor biaya agak berubah
namun tetap berpengaruh. Arsitek menentukan banyaknya dan mutu
pencahayaan alamiah dan sifat arsitektural ruang yang diberi cahaya.
Data tersebut dirinci pada program bangunan. Arsitek dan desainer

2-5
pencahayaan hendaknya berinteraksi pada aspek desain bangunan
tersebut.
b) Pihak berwenang. Pihak ini dapat pemerintah, pemerintah daerah,
instansi, lembaga, asosiasi profesi. Suatu sistem pencahayaan haruslah
memenuhi persyaratan ASHRAE (Masyarakat Ahli HVAC), IES
(Masyarakat Ahli Iluminasi), dst. Jika ada uang publik harus
memenuhi standar FEA/GSA (Dinas Energi Pemerintah/ Dinas Jasa
Umum). Prinsip keterkaitannya yaitu anggaran energi dan aras
pencahayaan mempengaruhi setiap aspek desain pencahayaan yang
meliputi jenis sumber, pemilihan kelengkapan, sistem pencahayaan,
penempatan kelengkapan, bahkan rencana pemeliharaan. Karena itu
tahap pertama prosedur desain pencahayaan yaitu membuat kerangka
biaya pencahayaan proyek dan anggaran energi proyek.

B) Analisis Tugas:

Tahap ini untuk menentukan kebutuhan tugas. Selain sifat tugas, faktor yang
perlu dipertimbangkan yaitu perulangan, keragaman, orang yang melakukan
(kondisi mata penghuni), lama tugas, biaya galat, dan persyaratan khusus.

C) Tahap Desain:

Tahap ini merupakan tahap pertimbangan aktif yaitu saat saran detail
disodorkan, dipertimbangkan, dimodifikasi, diterima, atau ditolak. Tahap ini
merupakan tahap paling interaktif. Jika selesai akan diperoleh desain rinci dan
dapat dikerjakan. Interaksi kritis terjadi dengan arsitek mengenai pencahayaan
alami dan dengan kelompok HVAC mengenai beban daya. Dengan arsitek
mungkin perlu relokasi ruang dalam bangunan, sedangkan dengan kelompok
HVAC mungkin mengubah sistem pencahayaan atau sistem HVAC. Tahap ini
meliputi:

2-6
a) Memilih sistem pencahayaan. Pilihlah jenis sumber cahaya dan
karakteristik distribusi sumber lengkapan armatur atau area serta
pertimbangkan dampak pencahayaan alam, segi ekonomi, dan beban
listrik.
b) Menghitung kebutuhan pencahayaan. Gunakanlah metoda
perhitungan yang dapat diterapkan dan buatlah susunan alat
kelengkapan, pertimbangkan dampak arsitekturalnya.
c) Mendesain pencahayaan arsitektural dan dekoratif tambahan
d) Meninjau ulang desain yang dihasilkan. Periksa desain berkenaan
dengan mutu, kuantitas, dampak estetik, dan keaslian.

D) Tahap Evaluasi:

Jika desain telah diwujudkan pada kertas, analisis terhadap keterbatasan biaya
dan energi harus dilakukan. Jika tahap desain telah memperhatikan dua faktor
tersebut maka hasil evaluasi akhir pastilah memuaskan. Hasil tahap ini
disampaikan kepada kelompok arsitektural untuk evaluasi akhir seluruh proyek.

2-7
BAGAN PROSEDUR DESAIN PENCAHAYAAN
(Benjamin Stein, 1986)

Kelompok Bangunan Desainer Pencahayaan Keterbatasan


Yurisdiksi

Pemilik Program Bangunan Peraturan


Bangunan
Legislasi
Badan Pemerintah
Pengguna

Arsitek
Kerangka Anggaran
Biaya Energi

Analisis Tugas:
Kesulitan
Faktor waktu Aras
Jenis pekerja/penghuni pencahayaan
Biaya galat dari peraturan,
Persyaratan Khusus lembaga, dan
pemerintah

Desain Pendahuluan:
Umum/Lokal/Tambahan
Pilihan Sumber
Pilihan sistem
Elemen Pencahayaan
Arsitektural
Desain Pencahayaan akami,
HVAC sekitarnya

Desain detail:
Kelengkapan, sistem plafon
Derajad ketidakseragaman
Pencahayaan tetap/berpindah
============================
Angka dan ===
proyeksi biaya: Perhitungan detail
Bangunan Kontras EVI/VCP,Ratio
Energi Luminans,
Pemeliharaan, faktor lain
Evaluasi:
Penggunaan energi
Biaya:
Konstruksi | Masa
Evaluasi Operasi | Guna
akhir efektif

Gambar-2.1 Bagan Prosedur Desain Pencahayaan (Sumber: Benjamin Stein, 1986)

2-8
2.2.5 Contoh Kasus Studi Pendahuluan

Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk studi pendahuluan. Hal-hal itu
seperti diuraikan pada contoh berikut.

1) Data Umum

Data umum meliputi informasi mengenai::

a) Nama Bangunan:
Gedung Kantor PLN Proyek Induk Pembangkitan dan Jaringan,
Semarang
b) Alamat lokasi:
Jl. Slamet No.1 Semarang, Jawa Tengah
c) Peruntukan bangunan:
Bangunan kantor.
d) Luas lantai bangunan:
Luas lantai dasar 1.079 m2
Lantai Satu: 903 m2
Lantai dua: 903 m2
Lantai tiga: 903 m2
e) Jumlah penghuni
Jumlah penghuni pada bangunan ini diasumsikan sebanyak: 300 orang

2) Kriteria Umum Perencanaan, Standard dan Referensi

Misal kriteria umum perencanaan untuk menyiapkan suatu perencanaan


sistem instalasi listrik yang memenuhi aturan standard dan kriteria
perencanaan yang disebutkan pada butir-butir berikut untuk secara umum
mencapai sasaran antara lain:

2-9
- sistem penerangan buatan sesuai kebutuhan dan standard secara
optimal dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor bangunan,
organisasi penggunaan dan faktor alamiah.
- Suplai daya listrik dan penyediaan sarana instalasi untuk melayani
beban-beban listrik keseluruhan sehingga memenuhi kebutuhan
begitu pula untuk operasionalnya.
- Penyediaan sarana instalasi listrik yang memenuhi kualitas kinerja
listrik dan pengamanan/ proteksi baik untuk peralatan dan operasinya,
bangunan maupun pengamanan terhadap manusia.
- Penyediaan sarana sumber daya listrik utama PLN dan sumber daya
listrik diesel gensets

a) Standard dan referensi


Standar dan referensi ini dapat meliputi misalnya:
- petunjuk dan pengarahan yang merupakan kebutuhan dan kerangka
acuan dari pihak pemilik
- Standar penerangan buatan untuk bangunan di Indonesia oleh DPMB
- Persyaratan Umum Instalasi Listrik di Indonesia (PUIL) 2000, yang
berlaku
- Standard dan peraturan-peraturan/ ketentuan-ketentuan yang berlaku
pada PLN distribusi wilayah
- Standard International Electrotechnical Commission (IEC)
- Standard lain seperti: BS, VDE, AVE, AB, JIS, ASTM, ISO, dan
sebagainya yang setara sejauh tidak bertentangan dengan aturan
diatas.

b) Kondisi lingkungan
Kondisi-kondisi lingkungan yang akan digunakan sebagai kriteria
perencanaan , misal antara lain sbb:
- temperatur: suhu rerata pertahun adalah 27,5 oC dengan fluktuasi (5,5
– 7,5) oC; temperatur maksimal untuk perencanaan ini ditetapkan 40 oC
dan temperatur minimal 18 oC

2-10
- kelembaban: kelembaban rerata tiap hari adalah 63% dan kelembaban
maksimal 90%

c) Tegangan, variasi tegangan, dan pengaturan tegangan


Sesuai Standard Perusahaan Umum Listrik Negara (SPLN) maka tegangan
nominal, variasi tegangan dan pengaturan tegangan sebagaimana uraian
berikut dijadikan dasar perencanaan:
- sistem distribusi tegangan rendah, tegangan nominal: 220/ 380 Volt
- variasi tegangan: maksimal +5%, minimal –10%
- pengaturan tegangan: maksimal 5%

d) Pembumian sistem netral


Sistem netral untuk tegangan 220/ 380 Volt dibumikan tanpa impedansi
(solid grounding)

e) Sumber daya listrik dan kehandalan


Penyediaan sumber daya listrik utama PLN dan sumber daya listrik diesel
gensets

f) Sistem proteksi dan selektivitas


Pengamanan/ proteksi terhadap sistem, selektivitas dan tingkat proteksi yang
tepat dengan memperhatikan kesederhaan sistem, kemudahan operasi namun
dapat memenuhi pelayanan yang baik.

g) Jaringan tegangan rendah


Penggunaan kabel distribusi utama untuk pelayanan daya listrik untuk
bangunan bertingkat.

3) Beban Listrik dan Klasifikasi Beban Listrik

2-11
Beban-beban listrik pada bangunan yang direncanakan ini meliputi beban
penerangan, kotak-kontak, sistem tata udara (AC) dan ventilasi mekanik, alat
transportasi dalam gedung, pompa air, pompa hidrant, peralatan komputer,
juga beban-beban sistem peralatan kontrol, tata suara, telepon, dan lainnya.
Kriteria terhadap perhitungan beberapa jenis beban listriknya diuraikan pada
butir-butir lebih lanjut.

Sistem kelistrikan kantor Perkantoran ini meliputi pelayanan daya listrik


untuk keseluruhan beban listrik yang ada. Dalam mendapatkan besar jumlah
pemakaian daya listrik dipertimbangkan dan diperhitungkan beberapa faktor,
seperti:
- demand factor
- utility factor
- Df untuk setiap jenis dalam lokasi beban

Perhitungan prakiraan beban listrik untuk menentukan kebutuhan sumber


daya listrik dilakukan berdasarkan sbb:
- beban penerangan : 28 VA/ m2
- beban daya : 20 VA/ m2
- beban AC : 60 VA/ m2

2.3 Perancangan Teknis

2.3.1 Pertimbangan Umum Desain Instalasi Listrik

Beberapa pertimbangan umum yang perlu dilakukan meliputi (Stein, 1986;


McPartland,1995):

1) Keluwesan (Fleksibilitas)
 Sistem listrik harus dirancang agar ada keluwesan dalam distribusi
dan rangkaian

2-12
 Tata letak dan jenis perlengkapan mengakomodasikan
kemungkinan perubahan lokasi, susunan, pola beban
 Penyulang, panel, rangkaian cocok untuk pola penggunaan beragam
bergantung besar dan jenis bangunan, dan memungkinkan
penggunaan kapasitas tenaga secara efisien dan sepenuhnya untuk
kegiatan di berbagai wilayah bangunan
 Derajad keluwesan rendah seperti pada: rumah huni, kantor,
industri tertentu
 Derajad keluwesan tinggi seperti pada: laboratorium, fasilitas riset,
bangunan sekolah
 Kemungkinan perluasan fisik bangunan dan perluasan kebutuhan
listrik perlu diperhatikan

2) Keterjangkauan (Aksesabilitas)
 Setiap sistem listrik harus gampang dijangkau
 Desain sistem harus memudahkan perlengkapan dijangkau untuk
perawatan dan perbaikan serta perluasan, modifikasi, pertukaran
pada sistem
 Sistem penghantar, saluran pipa, dan perlengkapan memungkinkan
penggunaan penuh kesanggupan penanganan daya

3) Kehandalan (Reliabilitas)
 Kontinuitas pasokan listrik dan kehandalan seluruh sistem
pengawatan merupakan pertimbangan penting
 Catatan riwayat kontinuitas pasokan listrik perlu diperhatikan
 Bila diperlukan, pasokan daya darurat disediakan
 Beban kritis perlu disediakan jalur layanan alternatif
 Kajian yang diperlukan: yaitu dampak mutu dan duplikasi,
kegagalan daya dan kebutuhan sistem tenaga tanpa putus (UPS)

4) Keamanan

2-13
 Persyaratan PUIL 2000 dan peraturan keselamatan kerja perlu
diperhatikan
 Faktor yang perlu dicermati antara lain:
 bahaya listrik karena salah pakai perlengkapan atau gagal
peralatan
 bahaya fisik karena kesulitan ruang jangkau atau alat
listrik pada dinding
 ukuran peralatan yang digunakan
 perlindungan sambaran petir

5) Faktor Ekonomi
 Ada 2 faktor penting:
 biaya awal (investasi)
 biaya operasional
 Jika biaya awal rendah, biasanya biaya operasional seperti energi,
perawatan, lebih tinggi
 Konsumsi energi penting diperhatikan

6) Pertimbangan Energi
 Pertimbangan anggaran dan undang-undang energi
 Perlunya pengendalian energi
 Teknik konservasi energi

7) Alokasi Ruang
 Alat listrik yang peka, seperti: panel, panel motor, saluran kabel,
panel saklar, trafo, dll
 Alokasi diperlukan demi mewujudkan tindakan perawatan,
ventilasi, perluasan, pemusatan, keterbatasan jangkau, bising

2.3.2 Pertimbangan Konservasi Energi

2-14
Gagasan dan teknik koservasi energi perlu mendapat perhatian mengingat isu
dewasa ini (Stein,1986)

1) Susunlah anggaran energi berdasarkan proyeksi beban dan operasi


normal, kemudian masukkanlah angka 10% s.d. 20% untuk reduksi
energi, dan mengestimasikan konsumsi energi tiap tahun
2) Kenalilah betul karakteristik setiap bahan dan sistem tertentu.
Perlengkapan yang sangat efisien perlu dipilih. Misal dengan melihat laju
kenaikan suhu yang terkecil. Kemudian pertimbangan ekonomis
ditempuh dengan analisis biaya masa pakai ekonomis, bila perlu dengan
analisis detail
3) Sebaiknya ada perlengkapan kontrol beban listrik (kontrol permintaan)
dengan menyatu dalam sistem kontrol gedung maupun terpisah
4) Jika gedung untuk banyak penyewa, sebaiknya masing-masing penyewa
dipisahkan konsumsi energinya sehingga bertanggungjawab untuk
masing-masing energi yang digunakan. (kecuali hotel, asrama, dan
fasilitas transit)
5) Jika ada pilihan, sebaiknya menggunakan tegangan layanan lebih tinggi,
termasuk untuk sistem distribusi di bagian dalam bangunan, dengan
maksud untuk mengurangi rugi saluran
6) Jatuh tegangan maksimal pada rangkaian cabang 3%, demikian juga pada
penyulang, tapi dalam kondisi beban mantab, jatuh tegangan beban
terjauh tidak boleh lebih dari 5%
7) Jika bukan karena terpaksa, penggunaan elemen pemanas listrik
hendaknya dihindarkan
8) Sediakan titik ukur di sepanjang sistem agar cermat dalam analisis
penggunaan daya dan energi:
 pembebanan peralatan * tegangan beban
 pola beban * permintaan daya
 kemunculan beban * konsumsi energi
 faktor daya

2-15
9) Sebaiknya ada koreksi faktor daya sistem pada aras penyulang dan pada
alat. Jika perlu tambahkan kapasitor. Bagi alat dengan daya lebih dari 1
kW dan pencahayaan lebih dari 15 W dan ada komponen beban induktif,
faktor daya diusahakan tidak kurang dari 85%. Jika faktor daya alat
kurang dari 85%, hendaknya dikoreksi minimal menjadi 90%
10) Usahakan besarnya alat sedekat mungkin dengan kebutuhan beban
dengan cara merancang pemisahan beban yang bisa dijadwalkan melalui
kontrol operasi alat yang diperlukan. Fleksibilitas diperoleh bila beban
pada penyulang mudah dilakukan pergantian
11) Gunakanlah jenis kontrol paling efisien (kontrol elektronik, kontrol saklar
jauh untuk pencahayaan)
12) Susunlah kontrol waktu otomatik bagi beban 24 jam (kipas ventilasi,
pendingin air, mesin penjaja, mesin hitung)
13) Tutuplah terowongan penyulang listrik untuk mencegah panas yang
hilang
14) Pilihlah lokasi paling dingin bagi perlengkapan listrik (di bawah 50oC)
agar dapat menggunakan perlengkapan agak kecil, agak murah dan
sedikit kerugiannya
15) Sediakan untuk keperluan perluasan yang akan datang dengan ukuran alat
yang cocok. Gunakan analisis rinci kepemilikan dan operasionalnya
dengan memperhatikan angka eskalasi biaya dan angka biaya modal
16) Perhatikanlah pembahasan khusus mengenai teknik konservasi energi
pencahayaan dan kontrolnya serta teknik konservasi energi transportasi
lokal

2.3.3 Ekonomi Pemilihan Bahan

Faktor yang mendasari pemilihan bahan listrik:

1) fungsionalnya memadai
2) visualnya memuaskan
3) ekonomis

2-16
Jika kondisinya sederhana, yaitu beragam bahan hanya sedikit berbeda, cukup
dengan perbandingan biaya pertama. Tetapi jika cocok secara fungsional namun
karakteristiknya saling berbeda, perlu kajian biaya lebih rinci.

Analisis ekonomik pada sistem tenaga listrik lebih banyak dipengaruhi faktor
biaya energi. Biasanya biaya berkaitan dengan siklus masa pakai peralatan yang
dinyatakan dalam nilai tukar sekarang, atau biaya tahunan untuk kepemilikan
dan operasi, termasuk biaya pelunasan alat.

Analisis ini biasanya tidak mudah karena kesulitan data akurat tentang biaya
perawatan dan masa pakai alat listrik (perlengkapan).

2.3.4 Tabulasi Beban dan Kapasitas Cadangan

Tabulasi beban dibuat sebagai bagian menyatu dengan diagram panel. Diagram
panel (PHB) dilukiskan dengan menyajikan hal-hal berikut:

- jumlah rangkaian cabang


- deskripsi beban
- daya beban (biasanya VA)
- arus pengenal dan jumlah kutub peralatan pengaman
- rangkaian cadangan disediakan bila perlu dengan memperhatikan segi
ekonomis, setidaknya sebesar 20% dari jumlah rangkaian aktifnya
- ruang cadangan disediakan untuk pemutus rangkaian (CB) dengan
jumlah sama banyaknya dengan rangkaian cadangan (namun biasanya
untuk menggenapi jumlah total rangkaian)
- biasanya panel dibuat dengan jumlah genap

Kaidah untuk menghitung beban panel yaitu (Stein,1986):

2-17
1) Setiap peralatan tertentu, armatur pencahayaan dan beban lain
diperhitungkan menurut data pelat namanya (kecuali alat dapur dan mesin
cuci disertai faktor kebutuhan, NEC art.220)
2) Setiap kotak-kontak selain ruang tempat tinggal dihitung sebesar 1,5A (
yaitu 180 watt)
3) Beban untuk tempat khusus dan peralatan seperti pencahayaan etalase,
armatur beban berat serta kotak-kontak jamak dihitung menurut NEC
art.220
4) Rangkaian cadangan dihitung sama seperti beban rata-rata rangkaian aktif
(berkisar 1200 s.d. 1500 watt)
5) Ruang cadangan tidak ditambahkan pada beban
6) Beban lestari seperti pencahayaan dihitung 125% dari nilai sesungguhnya
(NEC art.220-10(b))
7) Jumlah beban panel tidak perlu disisipi faktor kebutuhan selain diatur
oleh NEC
8) Beban rata-rata selalu lebih rendah ketimbang kebutuhan maksimal sebab
ada beban yang tidak bersamaan (seperti antara pendingin dan pemanas,
antara lampu sorot dan beban kantor)
9) Usahakan distribusi beban tiap fasa dapat setimbang supaya penyulang
tidak terlalu besar dan tidak ekonomis
10) Setelah beban ditabulasikan dan diusahakan setimbang tiap fasanya, arus
maksimal dapat dihitung
11) Kapasitas cadangan pada rangkaian cabang disediakan terhadap jumlah
total dari perhitungan tabulasi tersebut, antara 25 s.d. 50%
12) Perhitungan total diatas menjadi pedoman untuk menghitung beban
penyulang panel.

2-18
Gambar-2.2 Contoh Tabulasi Beban pada Rangkaian Distribusi

Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh untuk menghitung kapasitas


cadangan antara lain (Stein,1986):

1) menghitung jumlah beban panel


2) menghitung besar penghantar kabel penyulang panel
3) menyertakan kapasitas cadangan untuk panel dan penyulang
4) mempertimbangkan cara penyediaan cadangan:
a) dengan pembebanan tambahan pada rangkaian cabang
b) dengan penambahan rangkaian cabang baru
5) mempertimbangkan dampak perluasan beban karena
a) penyediaan kapasitas cadangan
b) penyediaan tambahan ruang perluasan

Biasanya kapasitas puncak jarang sekali terjadi sehingga perhitungan ukuran


penyulang panel dapat dilakukan dengan data beban awal.

Sebagai contoh untuk bangunan dengan perluasan daya terbatas:

- misal beban awal (dengan faktor diversitas 80%) 100%


- penambahan cadangan menjadi 120%
- beban maksimal seluruh rangkaian 150%
- penambahan ruang cadangan (sebesar 20%) 175%

2-19
2.3.5 Desain Rangkaian Cabang

Sebuah rangkaian cabang terdiri sepasang kawat atau tiga penghantar, kecuali
untuk sistem tiga fasa dapat terdiri tiga atau empat bahkan lima kawat. Setiap
rangkaian cabang harus diperhitungkan untuk beban yang tersambungkan
padanya ditambahkan lagi untuk perluasan beban yang akan datang.

Kaidah untuk mendesain rangkaian cabang meliputi (Stein,1986):

1) Meskipun bukanlah persyaratan yang ditetapkan (dalam PUIL), untuk


setiap instalasi, usahakan menyambungkan pencahayaan, kotak-kontak
dan peralatan beban pada kelompok rangkaian terpisah
2) Rangkaian cabang untuk keperluan serba guna terdiri dari 20A dengan
kawat nomor 12 AWG. Jika beban pencahayaan memungkinkan kaki
saklar boleh nomor 14 AWG
3) Batasilah beban rangkaian pada 15A dan 20A sehingga ada perluasan
untuk rangkaian cabang
4) Memperluas rangkaian yang ada tidaklah ekonomis dan tidak memadai
sehingga biasanya panel distribusi disertai pemutus rangkaian (CB)
cadangan dan ruang cadangan untuk pemutus rangkaian yang akan
dipasang pada waktu kemudian
5) Jumlah kotak-kontak tiap rangkaian dapat memberi keluwesan perancang
tetapi alat khusus dan pencahayaan biasanya menuruti data yang tertera
dari papan namanya
6) Kotak-kontak dihitung (menurut NEC) 1,5 A setiap sebuah kecuali sudah
termasuk dalam pencahayaan umum. Misalnya untuk rangkaian 15A,
jumlah KK= 9/1,5= 6 bh/rangkaian dan untuk rangkaian 20A,
KK=12/1,5= 8 bh/rangkaian

2-20
7) Kotak-kontak perlu disusun sedemikian agar kegagalan satu rangkaian
tidak merugikan seluruh wilayah daya kelistrikan. Jika mungkin setiap
ruang menjadi bagian dari rangkaian yang berbeda
8) Keperluan untuk meja laboratorium, mesin kantor, bengkel perakitan,
jangan sampai melebihi tiga kotak-kontak setiap rangkaian

Suatu desain rangkaian cabang secara praktis dapat memerhatikan panduan yang
dipaparkan sebagai berikut.

A) Panduan desain rangkaian cabang untuk rumah hunian

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu (Stein,1986):

1) Rangkaian cabang untuk rumah hunian disyaratkan (NEC,1981) sanggup


memasok beban 3 watt/ft2 kecuali untuk garasi, lantai dasar, serambi
2) Rangkaian cabang untuk beban peralatan rumah tangga kecil disyaratkan
(NEC, art.220-3) minimal ada dua dengan masing-masing 20A untuk
melayani dapur, ruang makan, ruang keluarga, kamar privat
3) Kamar tidur perlu disediakan rangkaian tambahan untuk melayani satu
kotak-kontak dengan maksud untuk pengkondisi udara (AC)
4) Sebuah rangkaian disyaratkan (NEC) untuk kotak-kontak 20A yang
melayani laundry
5) Susunlah kotak-kontak sedemikian rupa sehingga jarak satu titik pada
dinding terhadap kotak-kontak tidak lebih dari 6 ft. Hindarkan
penggunaan kotak-kontak dan saklar yang dikombinasikan secara
menyatu
6) Pencahayaan dan kotak-kontak dirangkaikan sehingga setiap ruang
terdiri minimal ada dua rangkaian, termasuk garasi dan lantai dasar
7) Hindarkan penempatan semua pencahayaan dalam bangunan menjadi
satu rangkaian tunggal

2-21
8) Sediakan minimal sebuah kotak-kontak pada kamar mandi dan di bagian
luar rumah dengan jenis pengamanan kebocoran ke tanah (GFCI). Lebih
baik bila ada saklar dari dalam rumah dan ada pewaktu
9) Jika suatu ruang tidak dilengkapi lampu di bagian atas, sebaiknya
sebagian (separuh jumlah) kotak-kontak dilengkapi saklar kontrol untuk
melayani beban lampu
10) Sediakan saklar kontrol untuk pencahayaan kamar mandi (karena saklar
jenis tarik menyusahkan meskipun terasa mewah)
11) Kamar tidur dilengkapi dua kotak-kontak ganda pada setiap sisi dari
lokasi ranjang untuk keperluan lampu, radio, dll.
12) Kotak-kontak tidak dibatasi pada pencahayaan secara umum namun
sebaiknya dipasangkan 6 buah untuk rangkaian 15A dan 8 buah untuk
rangkaian 20A
13) Dapur sebaiknya dilengkapi kotak-kontak ganda untuk setiap ruang 36
inci, minimal ada dua buah. Setiap bagian selebar 12 inci seharusnya
disediakan sebuah kotak-kontak
14) Sebaiknya ada alat pemutus yang mudah dijangkau di ruang dapur untuk
kompor listrik, alat pemanggang, dan alat pemasak listrik. Lebih baik
bila ada panel kontrol kecil dipasang tertanam pada dinding pojok dapur
15) Pencahayaan wilayah sekitar bangunan dengan kontrol dari dalam
bangunan dapat mengurangi gangguan dan rasa khawatir

B) Panduan desain rangkaian cabang untuk bangunan sekolah

Pertimbangan desain rangkaian cabang tidak mudah digeneralisasikan


mengingat penggunaan ruang beragam, seperti untuk:

- ruang kelas, laboratorium, bengkel, perakitan


- ruang kantor, ruang olah raga, kolam renang, laboratorium foto, dll

Prinsip dasar yang perlu diperhatikan meliputi (Stein,1986):

2-22
1) Ruang kelas dilengkapi 2 kotak-kontak 20 A di bagian depan dan bagian
belakang kelas, untuk OHP, dan 6 s.d. 8 kotak-kontak di bagian samping
2) Penggunaan saklar lampu diusahakan untuk:
- dapat memberikan derajad rendah-tinggi pencahayaan
- dapat memisahkan saklar untuk lampu yang dekat jendela ruang
3) Sediakan kotak-kontak yang cocok untuk setiap perlengkapan khusus
di laboratorium, bengkel, dapur, dst
4) Gunakan peralatan jenis tugas berat serta saklar berpengunci untuk
pencahayaan wilayah publik (koridor, dst), bahan terdiri dari plastik
bukannya gelas/kaca, perlengkapan anti-maling. Semua panel harus
berkunci dan terletak dalam almari berkunci
5) Kebutuhan pencahayaan umum di sekolah (menurut NEC) minimal 3
watt/ft2, tidak termasuk kotak-kontak. Sedangkan kotak-kontak
dihitung 180 watt setiap titik agar cukup nyaman
6) Usahakan pengawatan pencahayaan terpisah benar dari pengawatan
kotak-kontak

C) Panduan desain rangkaian cabang untuk bangunan kantor

Rangkaian cabang untuk keperluan ini dapat dipilahkan menurut dua kelompok
luasan (Stein,1986):

1) Menurut ukuran ruang dapat dilakukan sbb:


a) ruang kantor kecil (<400 ft2), sediakanlah sebuah kotak-kontak
untuk setiap 40 ft2 atau sediakanlah sebuah kotak-kontak untuk
setiap 10 ft dinding
b) ruang kantor besar (>400 ft2), sediakanlah sebuah kotak-kontak
untuk setiap 100-125 ft2 diluar untuk luasan 400 ft2 awal (10 kotak-
kontak)

2-23
c) Kotak-kontak tersebut dipasangkan pada dinding dan juga sebagian
pada lantai
d) Rangkaian cabang untuk beban komputer perkantoran dibatasi
sampai 6 x 20A
2) Koridor harus dilengkapi dengan kotak-kontak 20A/120 v untuk setiap
50 ft guna keperluan mesin pembersih dan pengecat
3) Kotak-kontak dihitung sebesar 180 watt setiap titiknya
4) Peralatan yang digunakan harus cocok spesifikasi/ kemampuannya.

Gambar-2.3 Contoh Diagram Rangkaian Distribusi (PHB)

D) Panduan desain rangkaian cabang untuk bangunan industri

Ruangan pada bangunan industri sungguh sulit bila dibuatkan panduan umum
karena wilayah penggunaan ini sedemikian khusus.

2-24
E) Panduan desain rangkaian cabang untuk bangunan pertokoan

Kondisi yang baik memerlukan sebuah kotak-kontak untuk setiap 300 ft2 selain
kotak-kontak untuk beban lampu, jendela pamer, dan peralatan demonstrasi.

2.3.6 Desain Elektroda Pembumi

Pemilihan elektroda pembumi memperhatikan hal berikut (PUIL 2000,


3.19.1.1):

- kondisi setempat
- sifat tanah
- resistans pembumian yang diijinkan

Pengaruh-pengaruh pada resistans pembumian:

- kelembaban tanah
- panjang elektroda bumi
- jarak antar elektroda (min 2xL), atau 3 m untuk jenis pelat

Bahan elektroda pembumi meliputi (PUIL 2000, 3.18.4.1):

- tembaga (minimal 10 mm2), PUIL 2000, 3.18.4.1


- baja galvanis (minimal 16 mm2
- baja lapis tembaga (minimal 16 mm2)
- selubung logam/ tembaga (minimal 10 mm2)

Ukuran elektroda bumi (PUIL 2000; Tabel 3.18-3):

- batang tembaga

2-25
- batang baja =15mm berlapis tembaga 250 µm
- batang pipa baja galvanis = 25 mm
- baja profil galvanis L (65x65x7) mm
U (6,5) mm
T (6x50x3) mm
- (bila baja tanpa galvanis ditambahkan 50%)

Sedangkan resistans pembumian menurut PUIL 2000 (nomor 3.18.3.2) harus


diupayakan sedemikian rupa dengan memperhatikan beberapa faktor. Faktor
pengaruh nilai resistans pembumian yaitu:

- jenis dan keadaan tanah


- ukuran dan susunan elektroda

Syarat resistans pembumian meliputi:

- harus dapat diukur melalui pesambungan lepasan


- nilai rerata seperti Tabel 3.18-2 (untuk tn = 100 m
- batang pipa - 2 m , nilai resistans R = 40 
- 3 m, nilai resistans R = 30 
- 5 m, nilai resistans R = 20 

untuk nilai resistans pada jenis tanah lain, berdasarkan Tabel 3.18-2 dari PUIL
2000 tersebut, diperoleh dengan penyesuaian sbb:

 
R'  R R
 tn 100

R’ = 0,1  Rtabel

Nilai resistans jenis tanah ( ) seperti Tabel 3.18-1, antara lain:

- tanah liat dan ladang ldl = 100 m


- tanah rawa rw = 100 m

2-26
- tanah pasir basah psb = 100 m
- tanah berbatu bt = 100 m

Sementara itu hal-hal yang harus diperhatikan untuk penghantar pembumi


menurut PUIL 2000 (nomor 3.19.2), yaitu::

- harus dilindungi jika menembus langit-langit/ dinding (3.19.2.3)


- harus dilindungi bila berada di tempat dengan bahaya kerusakan
mekanis (3.19.2.3)
- sambungan harus dapat dilepas untuk pengujian resistans pembumian
(mudah dicapai, 3.19.2.5)
- diberi warna loreng hijau-kuning (7.2.2.1)
- teknik pesambungan pada elektroda buminya (3.19.2.6):
- las
- klem (diameter baut minimal 10 mm)
- baut kunci (kedap korosi)
- selongsong
- syarat penghantar bumi di atas tanah (3.19.2.8):
- mudah terlihat dan dicapai
- tanpa saklar/ sambungan (dengan gawai khusus)
- khusus untuk kapasitor peredam, syarat harus sama dengan
penghantar fasanya (> 3,5 mA)
- sambungan-sambungan harus menjamin hubungan listrik yang baik,
handal, tahan lama (3.19.2.9)
- ukuran minimal penghantar bumi:
- tembaga : 1,5 mm2 (terlindung kokoh)
- tembaga : 4 mm 2 (tak terlindung kokoh)

2.3.7 Contoh Desain Elektroda Pembumi

Berikut adalah cohtoh desain elektroda pembumi.

2-27
Pilih dan rancanglah sebuah batang pentanahan untuk gedung komersial, yang
dibangun di linmgkungan tanah liat yang berpasir, sedangkan garis beku musim
dingin mencapai 61 cm (2 ft) serta curah musim hujan 1,27 m (50 inci) setahun.

Prosedur desain yang harus dilakukan :

1) Pilihlah suatu konfigurasi elektroda.

Pilihan bentuk dan konfigurasi memperhatikan jenis elektroda yang diproduksi


(dipasarkan) oleh pabrik (lihat tabel dalam lampiran Tabel-1). Sebagai panduan
praktis, ukuran elektroda batang yang diperlukan untuk beragam tanah adalah
sbb:

a) diameter ½ inci (1,27 cm), untuk tanah biasa


b) diameter 5/8 inci (1,59 cm), untuk tanah liat
c) diameter ¾ inci (1,91 cm), untuk tanah amat keras

Pilihan praktis yang banyak cocok dengan tanah pada umumnya dan memenuhi
syarat PUIL 2000, no 3.18.4.2 (lihat tabel dalam lampiran Tabel 3.18-3) adalah
batang tembaga (atau baja berlapis tembaga) berdiameter 5/8 inci (15,9 mm)
dengan panjang 3 meter (10 ft) (lihat tabel dalam lampiran Tabel 3.18-2).

2) Tentukanlah resistans jenis tanah

Cara paling tepat yaitu dengan menggunakan metoda uji resistans jenis tanah.
Hasilnya akan sangat baik dalam perhitungan pentanahan. Sebagai bentuk
contoh, data resistans jenis tanah pada tabel dalam lampiran Tabel 3.18-1 dapat
diperiksa untuk keperluan latihan. Tanah liat mempunyai resistans jenis 100
m, sedangkan pasir basah mempunyai resistans jenis 200 m.

3) Hitung nilai resistans untuk batang tunggal

2-28
Menurut rumus yang ada (tabel dalam lampiran Tabel-1), untuk batang
pentanahan sepanjang=L dan berjejari=r, nilai resistans-nya adalah:

   4L  
R ln   1
2L   r  

L = 300 – 3 – 61 = 236 cm
r = 5/8 inci = 15,9 mm
 = 150 m (diameter rerata dari tabel)

150   4(2,36)  
R ln   1
2 (2,36)   0,0159  

R1 = 54, 4875 

Catatan:
- untuk sistem Penghantar Pengaman (Sistem IT, atau dulu sistem HP),
total resistans pembumian maksimal 50  (PUIL 2000)
- untuk sistem Pembumian Pengaman (Sistem TT, atau dulu Sistem PP),
total resistans pembumian maksimal 100  (PUIL 2000)
- untuk sistem Pembumian Netral Pengaman (Sistem TN, atau dulu
Sistem PNP), total resistans pembumian maksimal 5 atau paling
tinggi 10  (PUIL 2000)

Sistem pembumian di Indonesia biasa menggunakan Sistem TN, sehingga


desain awal tersebut tidak memenuhi syarat. Karena itu kita mencari desain
alternatif agar memenuhi syarat.

4) Hitung nilai resistans untuk dua batang berjarak dekat (s<L)

Menurut tabel dalam lampiran (tabel dalam lampiran Tabel-1), besar resistans
pentanahan yaitu:

  4L 
2

4L s s s4
R ln  ln 2    ...
4L  r s 2 L 16 L2 512 L4 
 

2-29
Karena L = 236 cm
r = 1,59 cm
s = misal 100 cm
 = 150 m

150  4.(2,36) 
2

4.(2,36) 1 1 14
R ln  ln 2    ...
4 2,36  0,0159 1 2(2,36) 16(2,36) 2 512(2,36) 4 

R2 = 34,556 

Nilai tersebut masih belum memenuhi syarat, karena itu perlu alternatif desain
lagi.

5) Hitung nilai resistans untuk dua batang berjarak jauh (s>L)

Menurut tabel dalam lampiran Tabel-1, besarnya resistans pentanahan adalah:

  4L    L2 2 L4 
R ln  1 4s  3s 8  5s 4 
 1 
4L  r   

Untuk L = 2,36 m
r = 0,0159 m
s = misal 4 m
 = 150 m

150  4( 2,36)  150  ( 2,36) 2 2( 2,36) 4 


R ln 1  1   
4 ( 2,36)  0,0159  4 ( 4)  3( 4) 8 5( 4) 4 

R2 = 27,244 + 3,129
R2 = 30,373 

6) Evaluasilah jika hasil tersebut telah memenuhi syarat

Dengan mengenali luasnya variasi resistans jenis tanah liat berpasir, kita harus

mempertimbangkan/ memastikan pilihan nilai . Jika system tenaga merupakan

system komersial kecil dengan trafo berkapasitas rendah (sehingga arus


gangguan cukupan besarnya) atau jika tanah cenderung lebih liat dari pasir,
maka resistans untuk dua batang berjarak cukup jauh sebutlah sebesar 9 ,
sehingga memenuhi syarat.

2-30
Sebaliknya jika tanah cenderung beresistans jenis tinggi, atau jika trafo gardu
berkapasitas besar, perlu menguji salah satu system resistans yang memberikan
nilai lebih rendah, misal model elektroda bintang seperti pada tabel dalam
lampiran Tabel-1 atau model kisi-kisi (grid) pembumian. Jadi, jika resistans
jenis tanah cenderung tinggi, perlu alternatif sistem resistans yang lebih rendah.

7) Catatan relevansi perhitungan

Tabel dalam lampiran Tabel-2, Tabel-3, dan Tabel-4 memperlihatkan


keragaman resistans jenis tanah sebagai fungsi dari jenis tanah, temperature,
kelembaban, dan kadar kimiawi. Resistans jenis juga peka terhadap kepadatan
isi tanah, tekanan tanah terhadap logam pembumian, dan besarnya arus
gangguan.

Karena nilai R berbanding langsung terhadap resistans jenis tanah, variasi desain
dan hasil uji sesungguhnya dapat timbul jika tidak dipilih resistans jenis tanah
yang realistis. Hal ini dapat mempunyai beberapa konsekuensi. Misal arus
sambaran petir biasa sebesar 1000 A pada resistans tanah sebesar 30,373  (dari
tahap-5 diatas), akan membangkitkan transient 30 kV pada system listrik. Jika
resistans jenis pada instalasi sesungguhnya sebesar empat kali lipat dari nilai
asumsi kita tersebut, maka akan menghasilkan transient tegangan sebesar 121
kV. Karena itu bijaksana menguji instalasi yang sudah rampung dikerjakan.

2.3.8 Desain Detail

Ada tiga langkah dasar untuk menyiapkan desain rinci (detailed design) suatu
sistem kelistrikan (McPartland,1995):

1) memilih konsep dasar instalasi dan konfigurasi yang akan memasok


tenaga listrik sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan setiap titik
pemakaian

2-31
2) mewujudkan konsep rangkaian listrik dengan penghantar, peralatan, dan
piranti kerasnya, kemudian memilih perlengkapan dengan
memperhatikan jenis, ukuran, model, karakteristik, tampilan,
kemampuan, dan spesifikasi lain
3) memperhitungkan instalasi seluruh sistem kelistrikan dengan dimensi
fisik dan bentuk struktur bangunan sehingga tampak sejelas mungkin
lokasi dan detail pemasangan peralatan, jalur pipa, sambungan ke saluran
sumber daya utama, dan elemen lain yang memerlukan perhatian.

Berkaitan dengan kemampuan peralatan listrik. Setiap perlengkapan listrik


diharapkan bekerja pada kemampuan normalnya. Nilai pengenal kemampuan
dapat berbentuk sbb:
- tegangan
- arus
- fungsi tugasnya
- daya hp
- daya kw
- daya kVA
- temperatur
- pelindungnya, dst

Spesifikasi kemampuan tegangan bergantung pada:


- jenis dan mutu isolasi
- jarak fisik antara bagian yang berenergi listrik

Sedangkan spesifikasi kemampuan arus bergantung pada:


- temperatur kerja maksimal
- jenis isolasi

Biasanya beban jenis motor dikenali dengan daya, hp atau kw; sedangkan beban
jenis trafo dengan daya, kVA; dan penghantar dengan besarnya arus, A.

2-32
Sementara itu ruang untuk peralatan listrik perlu mendapat perhatian
semestinya. Kebutuhan ruang untuk peralatan listrik sangat beragam,
bergantung desain dan sifat bangunan. Menurut NEC art.110, ruang kerja
minimal sebesar 42 inci diperlukan untuk ruangan bebas di depan panel, saklar,
dan perlengkapan listrik lain. (Stein, 1986).

A) Ruang pada Bangunan Rumah Hunian

Pada umumnya peralatan daya masuk dan PHB menjadi satu kesatuan. Pemutus
utama biasanya dipasang juga sebagai saklar/pemutus panel. Biasanya panel
ditempatkan di garasi, ruang serbaguna, lantai dasar. Panel tersebut haruslah
sedekat mungkin dengan pusat beban, tanpa kekhawatiran menyita ruang yang
berharga atau kesulitan jangkau panelnya. Beban-beban peralatan dapur dan
laundry dapat dilayani melalui panel cabang. Di bangunan apartemen, panel
biasanya ditempatkan dekat dapur, dengan maksud sekalian untuk alat pemutus
beban peralatan rumah tangga (berdaya lebih dari 300 VA atau 1/8 hp) yang
terpasang tetap.

B) Ruang pada Bangunan Komersial

Lokasi PHB bergantung jenis dan kuantitasnya serta ketersediaan ruang. Misal
suatu gedung riset, panel pencahayaan dapat saja dipasangkan pada koridor
secara tertanam (tersembunyi). Namun bila bangunan berupa tingkat berlantai
banyak dapat memanfaatkan kloset listrik (shaft).
Untuk menghindarkan jatuh tegangan berlebihan, rangkaian yang keluar dari
PHB sebaiknya dibatasi tidak lebih dari panjang 100 ft. Namun bila ternyata
jauh lebih panjang hendaknya menggunakan kabel no. 10 AWG untuk panjang
100 – 150 ft. Bila lebih panjang lagi menggunakan kabel no. 8 AWG.
Khususnya bagi rangkaian cabang dengan 15 A atau 20 A.
Untuk instalasi komponen/peralatan yang sering ditata-ulang instalasinya,
sebaiknya menggunakan teknik pasangan kabel permukaan (on-plaster), disertai

2-33
pasangan KK jamak dengan CB sedemikian sehingga berfungsi sebagai pemutus
utama rangkaian.
Jika panel melayani beban banyak secara serempak, sebaiknya dipasangi
kontaktor untuk pengendalian dari jarak jauh. Misal pada pencahayaan gedung
auditorium, pencahayaan lobby, pencahayaan pertokoan, dan sejenisnya.
Bagi bangunan kecil kantor, toko , dan lainnya, panel penerangan dapat
dipasang pada tempat yang cocok dan menggunakan CB untuk pengendalian
nyala lampu. Sedangkan bagi bangunan besar, penyediaan kloset listrik lebih
baik untuk penempatan perlengkapan suplai daya. Sedangkan panel
pencahayaan dan panel tenaga dapat dipasang sesuai dengan kebutuhan
bebannya. Pada prinsipnya, panel rangkaian cabang, panel distribusi, dan lemari
panel paling baik ditempatkan di dekat pusat beban listrik. Hal ini untuk
memperkecil panjang penyulang dan mengurangi jatuh tegangan sehingga
memberikan susunan paling ekonomis.
Setiap ruang panel tertutup, ruang pembangkit darurat, atau gardu trafo
hendaknya dipasangi sumber pencahayaan darurat. Khusus ruang pembangkit
harus ada penerangan darurat dengan batere dan cukup untuk waktu perbaikan
generator bila terjadi gangguan/kerusakan.

C) Ruang/ Kamar (Kloset) Listrik

Kamar listrik ini berupa ruang kecil yang digunakan untuk menempatkan
sekelompok perlengkapan kelistrikan bagi sistem listrik bagunan (bertingkat).
Bentuk ruang ini dapat disesuaikan untuk mengikuti segi arsitektural dan
kebutuhan listriknya. Namun beberapa pertimbangan berikut perlu diperhatikan
(Stein,1986):

1) Ada satu pintu atau lebih dengan pengunci


2) Susunan vertikal, daerah dibawah dan diatas tidak menghalangi pipa
masuk dan keluar secara horisontal. Karena itu tidak cocok ditempatkan
di lokasi dinding luar, dekat cerobong pipa (shaft), kolom beton, dan
tangga.

2-34
3) Ruangnya bebas dari gangguan layanan umum lain seperti pipa atau
kotak saluran yang melewati kloset baik vertikal maupun horisontal
4) Ruang dindingnya cukup untuk memasang semua panel saat ini dan
yang akan datang, saklar, tranformator, lemari telepon, dan perlengkapan
sinyal
5) Saluran atau lobang pada lantai dengan ukuran cukup bagi semua pipa
atau kotak saluran saat ini maupun yang akan datang
6) Ruang lantai cukup bagi teknisi untuk bekerja nyaman dan aman pada
saat pemasangan awal maupun pada saat perawatan/perbaikan
7) Iluminasi dan ventilasi cukup

D) Tata Letak Peralatan Listrik

Peranti instalasi terutama terdiri saklar dan kotak-kontak, diletakkan pada


tempat yang dibutuhkan oleh perlengkapan listrik yang dilayani dan di tempat
yang diperkirakan digunakan.
Saklar pencahayaan maupun saklar untuk kotak-kontak biasanya di tempatkan di
sisi dekat pintu masuk. Sementara kotak-kontak biasanya ditempatkan supaya
mudah terlihat dan dikenali.
Titik sadap sinyal seperti untuk peralatan tanda kebakaran, peralatan telepon dan
interkom, radio dan televisi, dll., biasanya hanya diberikan penandaan tanpa
dirangkaikan. Adapun rangkaiannya seringkali berupa rangkaian interkoneksi
pada gambar spasial vertikal lantai gedung.

Titik lampu biasanya digambarkan menyatu dengan titik beban peranti lain.
Kecuali untuk instalasi beban banyak, gambar beban lampu (beban
pencahayaan) dapat dipisahkan dari gambar beban kotak-kontak (beban daya).
Beban-beban tetap seperti motor, pemanas dilukiskan pada gambar daya, tetapi
beban tidak tetap yang dilayani kotak-kontak tidak dilukiskan, namun cukup
dengan menggambarkan kotak-kontak yang melayaninya. Teknik pasangan
dibawah lantai dan pasangan di atas plafon tidak mempedulikan cara
penggambaran terpisah maupun bersatu tersebut.

2-35
Gambar-2.4 Contoh Detail Pemasangan Lampu pada Plafon

Gambar-2.5 Contoh Detail Desain Pemasangan Pembumian

2.3.9 Ketentuan Dasar, Faktor, Kondisi, dan Persyaratan yang Harus


Dipenuhi

Ketentuan dasar proteksi perlengkapan listrik (PUIL 2000, 2.2.1):

 Informasi yang harus tercantum pada setiap perlengkapan listrik:

- nama pembuat/ merk dagang

2-36
- daya, tegangan, arus pengenal
- data teknis lain (menurut SNI)

 Perlengkapan boleh dipasang jika memenuhi syarat PUIL 2000


 Perlengkapan tidak boleh dibebani lebih dari kemampuan

Ketentuan dasar proteksi instalasi listrik (PUIL 2000, 2.2.2):

 Instalasi dapat dioperasikan setelah mendapat ijin/ pengesahan


 Instalasi tidak boleh dibebani melebihi kemampuan
 Instalasi baru/ renovasi harus diuji dulu dan diperiksa:

- resistans isolasinya (mengacu PUIL 2000, 3.20)


- pengujian sistem proteksi (mengacu PUIL 2000, 3.21)
- pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik (mengacu PUIL 2000,
9.5.6)

Faktor (sebagai informasi dasar) yang diperhatikan dalam merancang instalasi


listrik (PUIL 2000, 2.3):

 Karakteristik suplai
 Macam kebutuhan akan listrik
 Suplai darurat
 Kondisi lingkungan

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh rancangan meliputi (PUIL 2000, 2.3):

 Luas penampang penghantar


 Jenis pengawatan dan cara pemasangan
 Gawai proteksi
 Kendali darurat

2-37
 Gawai pemisah
 Pencegahan pengaruh timbal-balik
 Keterjangkauan perlengkapan listrik
 Ruang kerja di sekitar perlengkapan listrik

Karakteristik suplai meliputi rincian (PUIL 2000, 2.3.2):

 Macam arus listrik (a.b. dan atau a.s.)


 Macam dan jumlah penghantar (untuk penghantar fasa, netral,
proteksi)
 Nilai dan toleransi besaran listrik (tegangan, frekuensi, arus maks
yang diperbolehkan, arus hubung pendek prospektif)
 Tindakan proteksi pada suplai (dengan netral atau kawat tengah
dibumikan)

Macam kebutuhan akan listrik baik untuk pencahayaan, pemanasan, daya,


kendali, sinyal, telekomunikasi, dll, berpengaruh pada jumlah dan jenis sirkit
yang diperlukan (PUIL 2000, 2.3.3):

 Lokasi titik kebutuhan listrik


 Beban yang diharapkan pada semua sirkit
 Variasi harian dan tahunan dari kebutuhan listrik
 Kondisi khusus
 Persyaratan untuk kendali, sinyal, telekomunikasi, dll

Suplai darurat hendaknya memperhatikan (PUIL 2000, 2.3.4):

 Sumber suplai (karakteristik dan macamnya)


 Sirkit yang disuplai oleh sumber darurat

Kondisi lingkungan dipilih pada tingkat keparahan akibat faktor dan parameter
lingkungan a.l. (PUIL 2000, 2.3.5):

2-38
 Kondisi iklim (dingin/ panas, kelembaban, tekanan, gerakan media
sekeliling, penguapan, radiasi, dan air selain hujan)
 Kondisi biologis (flora dan fauna, seperti jamur dan rayap, dst)
 Bahan kimia aktif (garam, sulfurdioksida, hidrogensulfit, nitrogen
oksida, ozon, amonia, klor, hidrogen klorida, hidrogen flor,
hidrokarbon organik)
 Bahan mekanis aktif (pasir, debu, debu melayang, sedimen debu,
lumpur, jelaga)
 Cairan pengotor (berbagai minyak, cairan pendingin, gemuk, bahan
bakar, dan air batere)
 Kondisi mekanis (getaran, jatuh bebas, benturan, gerakan berputar,
deviasi sudut, percepatan, beban statis dan roboh)
 Gangguan listrik dan elektromagnet (medan magnet, medan listrik,
harmonik, tegangan sinyal, variasi tegangan dan frekuensi, tegangan
induksi dan transien)

Luas penampang penghantar ditentukan terutama demi keamanan instalasi


listrik, yaitu sesuai dengan (PUIL 2000, 2.3.6):

 Suhu maksimal yang diijinkan


 Susut tegangan yang diijinkan
 Stres elektromagnetis yang terjadi karena hubung pendek
 Stres mekanis lain yang dialami penghantar
 Impedans maksimal berkenaan dengan berfungsinya proteksi
 Ukuran dinyatakan dalam satuan metrik (SI)

Jenis pengawatan dan cara pemasangan dipilih dengan memperhatikan (PUIL


2000, 2.3.7):

 Sifat lokasi
 Sifat dinding/ bagian lain bangunan yang menyangga pengawatan

2-39
 Dapat terjangkaunya pengawatan oleh manusia/ ternak
 Tegangan
 Stres elektromekanis karena hubung pendek
 Stres lain selama pemasangan instalasi listrik atau sewaktu
pengoperasian

Gawai proteksi dipilih menurut fungsinya dan harus beroperasi pada nilai (arus,
tegangan, waktu) yang sesuai dengan karakteristik sirkit dan kemungkinan ada
bahayanya (PUIL 2000, 2.3.8):

 Proteksi arus lebih (beban lebih, hubung pendek)


 Arus gangguan ke bumi
 Tegangan lebih
 Tegangan kurang/ tak bertegangan

Kendali darurat dipasang untuk (PUIL 2000, 2.3.9):

 Mengantisipasi keadaan bahaya


 Pemutusan segera suplai daya
 Mudah dikenali dan dioperasikan cepat dan efektif

Gawai pemisah disediakan untuk (PUIL 2000, 2.3.10):

 Memungkinkan pemisahan instalasi listrik, sirkit, setiap bagian radas


 Tindakan pemeliharaan, pengujian, pendeteksian gangguan, perbaikan

Pencegahan pengaruh timbal balik terhadap instalasi listrik dan bukan instalasi
listrik dalam bangunan dilakukan dengan cara penataan instalasi listrik
sedemikian (PUIL 2000, 2.3.11).

Keterjangkauan perlengkapan listrik dicapai melalui penataan perlengkapan


listrik sedemikian sehingga (PUIL 2000, 2.3.12):

2-40
 Ruang cukup untuk pemasangan awal dan penggantian setiap bagian
perlengkapan listrik
 Keterjangkauan dalam pengoperasian, pengujian, penginspeksian,
pemeliharaan, perbaikan.

Ruang kerja di sekitar perlengkapan listrik dan jalan masuk ke ruang tersebut
harus cukup luas dan terpelihara agar pelayanan dan pemeliharaan mudah dan
aman,; bagian penting yang diperhatikan (PUIL 2000, 2.3.13):

 Ruang pelayanan depan


 Jalan dan pintu masuk ke ruang pelayanan
 Ruang kerja
 Ruang bebas
 Penerangan/ pencahayaan
 Ruang di atas kepala
 Pemasangan panduan pengoperasian
 Pemasangan petunjuk pelaksanaan
 Pemasangan papan peringatan (berupa lambang, gambar, huruf, angka)
 Sarana lain untuk pencegahan bahaya.

2.3.10 Contoh Kasus Konsep Prarancangan

Beberapa hal yang perlu disajikan dalam prarancangan diuraikan seperti berikut.

1) Sumber daya listrik dan pelayanan

Jenis-jenis beban telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Klasifikasi


pelayanan sumber daya listrik dipaparkan sebagai berikut.

2-41
a) Keadaan normal, seluruh beban listrik dilayani oleh sumber daya
listrik utama dari PLN, yaitu dari sumber bertegangan kerja 220/ 380
Volt
b) Kondisi gangguan sumber daya listrik utama dari PLN, pelayanan
daya listrik dilayani oleh sumber daya listrik cadangan diesel gensets.
Diesel gensets ini khusus melayani beban listrik dengan klasifikasi
‘preference (P)’, termasuk beban ‘sangat preference (SP)’. Pada
kondisi ini, klasifikasi beban listrik ‘non-preference (NP)’ tidak ikut
dilayani. Perincian pelayanan daya listrik (oleh diesel gensets) untuk
beban-beban ‘preference (P)’ adalah sebagai berikut:
- penerangan dan kotak-kontak : 100%
- alat transportasi dalam gedung (lift) : 100%
- exhaust fan, roof fan : 100%
- pompa hidrant : 100%
- pompa air bersih dan sewage : 100%

c) Keadaan darurat terjadi kebakaran, dengan pertimbangan-


pertimbangan tertentu pelayanan daya ke beban listrik sangat
diseleksi’ dan pelayanan oleh diesel gensets hanya melayani beban
‘sangat preference (SP)’ sebagai berikut:
- pompa hidrant : 100%
- alat transportasi (khusus kebakaran) dalam gedung 1unit lift:100%
- pressurization fan : 100%

2) Sistem kelistrikan

a) Suplai daya listrik


Sumber daya listrik utama yang melayani seluruh beban listrik pada
keadaan normal disuplai dari PLN dengan tegangan 380/ 220 Volt

b) Panel utama pembagi tegangan rendah (LVMDP)

2-42
Sistem interlock pelayanan PLN dan diesel gensets berupa suatu alat
kontrol electrically interloked system yang mengatur posisi masuk/ switch-
on dan posisi switch-off; operasi alat kontrol dijamin penuh sedemikian
rupa sehingga tegangan listrik dari sumber PLN sepenuhnya terpisah
(isolated) terhadap tegangan sumber diesel gensets ataupun sebaliknya
dalam setiap keadaan (mode of operation) seperti tertuang pada gambar.

c) Distribusi listrik
Daya listrik didistribusikan melalui panel pembagi tegangan rendah ke
panel-panel beban. Distribusi listrik ke beban setiap lantai di bangunan
tinggi, menggunakan kabel distribusi. Beban di setiap lantai dilayani/
diatur/ diproteksi melalui panel tersendiri. Penurunan tegangan rendah dari
panel pembagi tegangan rendah ke panel-panel beban diperhitungkan
maksimal 2%, dan sampai ke titik beban terjauh diperhitungkan maksimal
5%.
Kabel distribusi tegangan rendah menggunakan kabel-kabel PVC
(NYFGbY atau NYY).

d) Sistem proteksi
Pemilihan/ penentuan sistem proteksi pada perencanaan ini yaitu dengan
sistem proteksi bertingkat pada panel-panel beban atau panel daya sampai
kepada panel pembagi utama terhadap sistem distribusi radial.
Jenis proteksi meliputi:
- proteksi terhadap gangguan hubung singkat (over current)
- proteksi terhadap beban lebih (overload)
- proteksi terhadap turunnya tegangan (under voltage)
Seluruh batasan (rated) dan tingkat kemampuan dari komponen proteksi
dipilih sedemikian rupa sehingga karakteristik proteksinya mempunyai
selektivitas pengaman yang diinginkan dan akan memback-up kesalahan
pada seksi lainnya.
Setiap komponen sistem dan komponen panel yang dipasang harus
mempunyai kemampuan kapasitas operasi yang lebih besar terhadap besar

2-43
beban listrik yang dilayani dan harus mempunyai kemampuan/ ketahanan
terhadap arus dan akibat-akibatnya pada kemungkinan keadaan hubung
singkat yang terpisah.

e) Sistem penerangan
Tingkat penerangan minimal yang direncanakan mengikuti standard
penerangan bangunan di Indonesia dari Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan (DPMB):
- ruang kantor : 300 – 350 lux
- hall : 100 –150 lux
- koridor : 50 – 70 lux
- toilet : 100 lux
- gudang : 100 lux
- parkir : 70 – 100 lux
Khusus untuk ruang/ lantai perkantoran diterapkan sistem instalasi
penerangan yang diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh
pemakaian tenaga listrik yang efektif dan relatif kecil.

f) Spesifikasi teknis umum peralatan


Pemilihan peralatan didasarkan pada tegangan nominal (rated),
pembebanan pada keadaan normal, arus hubung singkat dan akibatnya,
serta dengan mengacu pada nilai-nilai pengenal (rated value) umum bagi
standard rating yang umum, selanjutnya spesifikasi teknis umum yang
minimal untuk beberapa komponen instalasi listrik dipaparkan seperti
berikut:
- panel tegangan rendah 380/ 220 Volt: panel-panel utama (panel TR
dan panel diesel gensets): free standing cubicle, rated voltage
600/1000 V, single busbar, IP.40, ambient temperature 45 oC;
 incoming dari generator dan PLN, menggunakan circuit breaker,
rating disesuaikan dengan beban listrik yang direncanakan;
 outgoing dari panel utama pembagi ke busbar trunking/ kabel
distribusi menggunakan Moulded Case Circuit Breaker (MCCB);

2-44
Untuk panel-panel TR lainnya, selain ada ‘free standing cubicle’
ada pula ‘wall-mounted type cubicle’, komponen selain ‘MCCB’
juga terdapat fuse, switch, MCB dan lainnya
- Lampu: spesifikasi teknis umum jenis lampu yang digunakan adalah:
 ruang perkantoran: Tl 36 watt, 18 watt;
 ruang tunggu, toilet/WC,
 gudang, tangga, dll: TL 36 watt, TL 18 watt, lampu baret, lampu
downlight PLC 26 watt, PL 11 watt, PL 13 watt, halogen 50
watt/24 volt;
 lantai atap: obstruction light 60 – 100 wat.
- Lain-lain: kabel, floor trunking, dll.

3) Sistem penangkal petir

Pengamanan gedung terhadap bahaya sambaran petir menggunakan


penangkal petir.
Perencanaan sistem penangkal petir ini yaitu dengan menggunakan sistem
elektrostatik dengan pertimbangan keamanan dan arsitektural yaitu dengan
memasang air terminal di atap dengan radius proteksi 120 meter. Air
terminal ini dihubungkan melalui penghantar koaksial (coaxial cable) ke
elektroda pembumian yang ditanam ke tanah dengan dilengkapi bak
kontrol. Tahanan pembumian direncanakan harus lebih rendah dari 5 ohm.

4) Spesifikasi material

a) Panel Distribusi Utama


Tipe: free standing
Merk: Alcostar, Merlin Gerin, Industira, Himalaya, Otessa
Komponen panel:
- MCCB/ MCB: Merlin Gerin, Siemens, AEG
- Meteran: AEG
- Contactor: Telemecanique

2-45
b) Panel PP dan LP
Tipe: wall-mounted
Merk: Alcostar, Merlin Gerin, Otessa, Industira, Himalaya
Komponen panel:
- MCCB/ MCB: Merlin Gerlin, Siemens, AEG
- Meteran: AEG
- Contactor: Telemecanique

c) Kabel
Tipe: NYY, NYM, NYA, NYFGbY 0,6/1 kV
Ukuran: sesuai gambar
Produk: Kabel Metal, Kabelindo, Supreme, Tranka, Jembo

d) Conduit
Bahan: UPVC
Merk: Ega, Clipsal, atau setara

e) Saklar, Kotak-kontak
Merk: MK, JUNG, Berker, Legrand

f) Lampu
Komponen lampu: Phillips
Armature: Artolite, Phillips, atau setara
- Lampu TL 2x36 watt
Tipe: recessed mounting, tanpa louvre
- Lampu baret
Isi TL 18 watt
Cover: acrylic
- Lampu Exit
Lengkap nicad battery
Cover: acrylic

2-46
- Lampu taman
Isi: mercury 80 watt
Kaca bening d=35 cm
- Lampu TL 1x36 watt
Tipe: BLK
- Lampu downlight
Isi: PLC 13 watt
Reflektor: aluminium
- Lampu obstruction
Frosted glass 60 watt
Tahan getaran

g) Grid Switch
Merk: MK, atau setara

h) Cable Tray
Ukuran: sesuai gambar
Bahan: plat galvanized
Merk: Nobi, Interack, atau setara

i) Penangkal petir
Tipe: electrostatic non-radioactive
Radius proteksi: 120 meter
Merk: EF

j) Gensets
Tipe: continous
Putaran: 1500 rpm
Power factor: 0,8
Merk: Caterpilar, Cummins, Deitz, atau setara.

2-47
2.4 Presentasi Rancangan

Perencanaan pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan secara rasional


yang harus didukung oleh informasi. Data menjadi lebih informatif jika
disajikan dengan baik sesuai tujuannya. Analisis lebih sistematik jika didukung
dengan teknik presentasi yang baik. Produk rencana memerlukan sarana untuk
dapat mengomunikasikan secara efektif.

Karena itu pemahaman dan penguasaan teknik presentasi dapat meningkatkan


efektifitas komunikasi. Teknik presentasi yang baik akan menjadi sarana
komunikasi bagi perencana dengan sesama perencana atau profesional lain,
namun juga menjadi sarana komunikasi antara perencana dengan masyarakat
luas dan berbagai pihak lain yang berkaitan dengan aktivitas perencanaan yang
dilakukan. Presentasi pada masa sekarang dipandang lebih dari sekadar sarana
komunikasi secara fungional semata.

Pengertian presentasi berarti aktivitas berkomunikasi untuk menyampaikan atau


menunjukkan sesuatu kepada orang lain dengan cara atau menggunakan media
tertentu.
Teknik presentasi adalah segala hal yang berkaitan dengan cara, metoda, media,
yang dapat meningkatkan kemampuan presentasi secara efisien dan efektif.

Presentasi menurut bentuk atau media penyajiannya dipilahkan menjadi tiga,


yaitu:

 presentasi tulisan
 presentasi grafis (visual)
 presentasi lisan (oral)

Presentasi tulisan bertujuan untuk menyampaikan diskripsi, analisis, evaluasi,


definisi, klarifikasi, serta interpretasi. Bentuk presentasi ini berupa esai/ paper,

2-48
artikel, laporan, dan bentuk tulisan lain. Informasi yang termuat dapat dipahami
dengan baik jika bahan ditulis dengan sistematika baik serta menggunakan
bahasa baik dan benar sesuai kebutuhan. Teknik ini biasa disebut teknik
penulisan ilmiah.

Presentasi grafis (visual) bertujuan meningkatkan daya serap informasi dengan


memberdayakan indera pandang secara maksimal. Bentuk presentasi ini berupa
gambar, diagram/ grafik, bagan, chart, peta, sketsa, foto, slide, maket,
miniature, model, dst. Informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik
melalui pemanfaatan alat bantu atau media grafis, baik bentuk 2 dimensi
maupun 3-dimensi, dengan media proyeksi maupun tanpa proyeksi.

Presentasi lisan bertujuan untuk menyampaikan informasi secara langsung.


Bentuk presentasi ini berupa pidato, ceramah, tuturan, dst. Informasi yang
disampaikan dapat dipahami jika pembicara mempunyai kemampuan baik
secara verbal bahkan beretorika karena hanya mengandalkan indera dengar
(audio). Pemahaman lebih baik memerlukan alat bantu atau media visual.

Presentasi menurut penggunaan alat bantu dapat dipilahkan menjadi dua, yaitu:

 presentasi manual
 presentasi dengan computer

Presentasi dapat dilakukan lebih baik dan atraktif jika memanfaatkan alat bantu
computer dengan segala kehandalan dan kelebihannya.

2.4.1 Presentasi Dasar: Huruf, Garis, dan Warna

Presentasi visual/ grafis selalu berisi unsur sebuah gambar, yaitu titik, garis, dan
bidang. Selain itu presentasi seringkali perlu didukung oleh unsur lain berupa
teks dan warna. Suatu bentuk presentasi utuh terdiri dari garis, huruf, dan

2-49
warna. Hal ini karena kita mengandalkan indera pandang. Maka penguasaan
teknik presentasi dasar huruf, garis, dan warna mempunyai manfaat penting.

A) Teknik Presentasi Huruf

Pada dasarnya hampir setiap orang mampu menulis. Namun tidak semua orang
sanggup menulis dengan baik, rapi, mudah dimengerti dan menarik. Suatu
presentasi huruf mencerminkan kualitas presentasi serta kemampuan teknis
seseorang, karena itu tampak seseorang berkemampuan amatir atau ahli.

Presentasi huruf dapat dilakukan dengan lima teknik/ cara:

 tangan bebas (free-hand writing)


 menggunakan alat mekanis
 menggunakan mesin ketik
 menggunakan teknik tempel
 menggunakan computer

Pertimbangan yang perlu untuk presentasi huruf yaitu hasil tulisan:

 mudah dibaca
 sesuai dengan maksud dan media presentasinya
 mempunyai daya tarik secara artistic
 memperhatikan waktu, biaya, dan kemudahan.

Karakteristik jenis huruf menurut teknik yang berbeda, yaitu:

 Huruf tangan bebas: mudah, murah, cepat dapat disajikan. Hasil baik
bergantung bakat dan latihan.

 Huruf mekanis: dengan alat bantu sablon atau lettering set, bentuk
dan ukuran huruf lebih konsisten, lebih efisien ketimbang huruf

2-50
tangan bebas. Hasil baik bergantung ketersediaan peralatan,
keterampilan dan latihan.

 Huruf mesin ketik: ukuran huruf kecil, bentuk dan jenis huruf
terbatas. Hasil baik hanya untuk tulisan panjang, sedangkan
presentasi dengan huruf besar tidak dapat dilayani.

 Huruf tempel: relatif mudah, bahan huruf gosok (rugos), jenis,


ukuran, dan gaya huruf beragam, huruf seragam dan konsisten, tidak
perlu keahlian khusus. Hasil baik bergantung kecermatan dan
kesabaran.

 Huruf dengan computer: perbaikan dari penggunaan mesin ketik,


huruf paling mudah disesuaikan, mudah mengoreksi kesalahan,
mudah mengatur bentuk, ukuran, kualitas huruf, lebih sempurna.
Hasil baik bergantung perangkat keras, perangkat lunak, latihan dan
keterampilan.

B) Teknik Presentasi Garis

Garis biasanya digunakan dalam gambar, diagram, grafik, bagan, atau peta.
Misal pada diagram, garis merupakan unsur penting baik sebagai sumbu
(horizontal dan vertical) maupun representasi data yang menghubungkan dua
titik atau lebih yang disajikan, serta menghubungkan titik-titik simbolis dalam
suatu ikatan system, seperti rangkain instalasi listrik. Pada peta, garis menjadi
salah satu symbol representasi dari unsur-unsur di permukaan bumi seperti
jaringan jalan, aliran sungai, dst.

Ada dua jenis garis yang dikenal yaitu

2-51
 garis lurus
 garis lengkung

Garis lurus dan garis lengkung dapat disajikan dalam bentuk tunggal atau
jamak. Selain itu garis dapat juga disajikan sebagai garis arsir.

Ada empat cara/ teknik presentasi garis:

 tangan bebas (free hand)


 mekanis, dengan alat bantu penggaris, mesin gambar
 tempel, dengan garis gosok (rugos)
 computer, dengan fasilitas drawing pada aplikasi computer

C) Teknik Presentasi Warna

Warna digunakan pada presentasi gambar, diagram dan peta. Warna dapat
meningkatkan kualitas presentasi karena menghasilkan daya tarik tersendiri bagi
indera pandang.

Penggunaan warna dalam presentasi memungkinkan untuk:

 menyajikan detail lebih banyak


 mengembangkan desain
 memicu reaksi psikologis sehingga sajian visual cepat dikenal

Teknik warna mencakup warna-warna:

 dasar
 utama (aditif): merah, biru, hijau
 subtraktif: magenta, cyan, kuning

2-52
merah

magenta kuning

biru hijau
cyan

Gambar-2.6 Kombinasi warna dasar

2.4.2 Presentasi Grafis/ Diagram

Grafik/ diagram yaitu media grafis/ visual untuk menyajikan, menjelaskan,


menafsirkan, dan menganalisis angka-angka atau data kuantitatif, melalui titik,
garis, bidang dan bentuk atau simbol.

Grafik dan diagram yang dirancang baik mempunyai kelebihan dibandingkan


presentasi jenis lain, yaitu:

 lebih efektif untuk menarik minat dan perhatian


 hubungan visual dapat ditangkap lebih jelas dan lebih mudah diingat
 menghemat waktu dalam presentasi, karena sejumlah besar data dapat
dilihat sekilas
 menyajikan gambaran persoalan secara menyeluruh sehingga
memungkinkan pemahaman lebih baik dan lengkap daripada
presentasi teks atau tabel

2-53
 dapat menunjukkan faktor dan hubungan tersembunyi, serta dapat
merangsang pemikiran dan pemahaman analisis lebih lanjut

Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan presentasi grafik, yaitu:

 kelebihan dan keterbatasan teknik presentasi grafik


 saatnya menggunakan atau tidak menggunakan presentasi grafik
 memilih jenis grafik/ diagram yang cocok dengan tujuan penyajian
 keuntungan tiap jenis/ bentuk grafik

Grafik/ diagram dapat diklasifikasikan menurut tujuan penyajian:

- sekadar untuk ilustrasi


- untuk alat analisis
- untuk hasil perhitungan (komputasi)

Grafik/ diagram juga dapat diklasifikasikan menurut tempat penyajian:


- grafik dinding (untuk pameran)
- grafik meja
- grafik dalam laporan-laporan
- grafik untuk slide atau OHP
- grafik untuk film bergerak atau TV
- grafik untuk ilustrasi kuliah
- grafik untuk buku, majalah, surat kabar

Sedangkan grafik/ diagram menurut jenis perbandingan yang dibuat, yaitu:

- ukuran/ besaran
- waktu (relatif/ absolut)
- ruang
- fakta-fakta komponen
- nilai dalam bentuk frekuensi

2-54
Dan pemilahan menurut bentuk atau jenisnya, yaitu:

- diagram batang (bar chart)


- diagram garis (line chart)
- diagram lingkaran (pie chart)
- diagram alir (flow chart)
- grafik semilog atau rasio
- diagram piktorial
- peta statistik (statistical map)

Perancangan grafik/ diagram harus memperhatikan beberapa langkah penting.


Langkah-langkah pendahuluan yang harus dilakukan, antara lain:

 membiasakan diri dengan data yang akan disajikan, mencerna


seksama sehingga dapat membayangkan hasil sajian
 mampu menangkap intisari data dan mampu menerjemahkan ke
bentuk grafik yang jelas, sederhana, menarik dan bermakna
 memutuskan jenis diagram yang paling tepat untuk tujuan penyajian
yang ingin dicapai

Beberapa faktor pertimbangan untuk memilih jenis grafik/ diagram yang paling
tepat:

 keadaan data (tidak semua data dapat disajikan secara memuaskan


dalam bentuk grafik)
 media penyajian (ukuran dan proporsi grafik harus dibuat seksama
sesuai tujuan dan media yang digunakan untuk penyajian)
 tujuan penyajian (penyajian grafik dirancang dengan satu atau lebih
tujuan. Sasarannya : dapat menggambarkan fakta secara jelas, tepat,
mudah dibaca dan dipahami, untuk menarik perhatian)

2-55
 waktu yang tersedia (waktu, dana, jumlah orang terbatas cukup
dengan diagram yang sederhana tanpa mengurangi kualitas)
 pemirsa/ audien (tingkat pendidikan dan minat pemirsa)

Faktor utama untuk mempertimbangan rancangan grafik/ diagram, yaitu:

 ukuran: harus mempertimbangkan kemudahan pembuatannya,


kemudahan membacanya, keharmonisan dengan alat bantu
penyajiannya
 proporsi: baik aslinya atau perkecilannya harus sedemikian rupa
harmonis dengan media penyajiannya
 posisi dan batas: penempatan diagram pada lembar/ halaman harus
memenuhi tata letak yang baik dan mudah dibaca
 komposisi: untuk memperoleh keharmonisan menyeluruh antar unsur
diagram seperti bentuk, tebal, posisi

Tahapan perancangan diagram secara umum terdiri:

 identifikasi pengguna/ pembaca


 seleksi metoda pembuatan
 reviu data/ statistik yang akan dibuat penyajiannya
 pilih simbol/ warna/ tone yang tepat

Sementara itu teknik presentasi diagram tidak terlepas dari jenis diagram yang
dipilih.
Hal-hal yang perlu dibedakan berkaitan dengan jenis diagram, yaitu:

 Definisi, sesuai dengan tujuan dan bentuk penyajiannya


 Unsur-unsur utama
 Ragam bentuk (variants)
 Penggunaan yang tepat
 Penggunaan yang tidak tepat

2-56
 Kebutuhan dalam pembuatannya

Unsur-unsur utama dalam diagram agar informatif adalah:

 Judul, sub-judul (obyek, tempat, waktu)


 Sumbu: X, Y
 Label: keterangan pada sumbu (skala)
 Legenda atau keterangan
 Footnote, biasanya berisi keterangan sumber data
 Frame atau rangka gambar

Beberapa contoh diagram dapat diperiksa pada ilustrasi berikut.

Gambar-2.7 Contoh Diagram Garis

2-57
Gambar-2.8 Contoh Diagram Batang

Gambar-2.9 Contoh Diagram Lingkaran

2-58
Tabel-2.1 Karakteristik Diagram

DIAGRAM DIAGRAM DIAGRAM


KARAKTERISTIK TABEL
GARIS BATANG LINGKARAN
Definisi Visualisasi Visualisasi sejumlah Pembagian dari suatu Display deretan
kuantitas, yang kuantitas yang keseluruhan menjadi angka-angka
diplot menurut disajikan dengan komponen- atau teks yang
kurun waktu, batang atau kolom komponen, yang disusun sebagai
sehingga disajikan dalam kolom-kolom
menunjukkan garis persentase dan baris
menaik-menurun
Unsur-unsur utama -Garis/kurva -Batang, kolom -Lingkaran, -Deretan, angka
-Sumbu-Y (s- -Grid, kerangka untuk -Segmen-segmen -Grid/kerangka
vertikal): kuantitas memahami kuantitas
-Sumbu-X (s-
horisintal): waktu
Ragam bentuk Garis tunggal Diagram batang yang Flat, bentuk abstrak Tabel sederhana
Garis jamak menyajikan data yang 2-dimensi Tabel dengan
Garis 3 dimensi diplot menurut perioda Bentuk 3 dimensi frame
Kombinasi dengan waktu Sebagai unsur dalam berilustrasi yang
jenis diagram lain Diagram batang yang ilustrasi menggambarkan
menyajikan data subyek dari data
berbeda pada waktu yang disajikan
yang sama Tabel dengan
Bentuk tiga dimensi latar belakang
dari (1) dan (2) fotografis
Diagram batang jamak
Penggunaan yang tepat Untuk Perbandingan bagian Menyajikan paling Jadwal (time
menggambarkan keseluruhan banyak 10 komponen table)
perkembangan/ Perbandingan antar Menyajikan Diagram/ matrik
pertumbuhan data yang berbeda, informasi mengenai jarak
(Data yang bukan time series distribusi/ alokasi
bersifat time Melengkapi &
series) menunjukkan
perbedaan antara dua/
lebih data pada perioda
waktu yang sama
Penggunaan yang Penyajian data Terlalu banyak angka Terlalu banyak Jika
tidak tepat yang variasi yang menyebabkan komponen sehingga memungkinkan
kuantitasnya batang menjadi terlalu tidak mungkin menyajikan data
terlalu kecil kecil/ tipis disajikan sebagai statistik dalam
Jika data keseluruhan segmen dari bentuk diagram
lebih penting daripada lingkaran
data/ angka individual
Kebutuhan dalam Mudah untuk Membutuhkan waktu Mudah, cepat dibuat Huruf/ angka
pembuatannya dibuat secara cepat lebih lama (daripada Dapat digunakan sangat penting:
membutuhkan diagram garis) dalam format kecil merupakan
kertas grafik untuk Perlu disajikan secaradengan teknik warna unsur utama
ploting rapi agar meyakinkan Perlu kehati-hatian sehingga harus
Teknik warna Type seting menjadi dalam pembuatannya mudah dibaca
dibutuhkan untuk penting peranannya, (konsistensi
membedakan garis terutama jika banyak tipografis)
yang berbeda data/ subyek ingin Alat bantu yang
penggunaan disajikan diperlukan: jangka,
tulisan busur
(typesetting)
minimal
(Sumber: Holmes, Nigel, 1991< Designer’s Giude to Creating Chart and Diagrams, dalam Iwan
Kustiawan, dkk)

2-59
2.5 Dokumen Rancangan

2.5.1 Pengertian Rancangan Instalasi Listrik

Rancangan instalasi listrik (RIL) ialah berkas gambar rancangan dan uraian
teknik, yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pemasangan
suatu instalasi listrik (PUIL 2000, 4.1.2.1)

2.5.2 Persyaratan Suatu Rancangan Instalasi Listrik

Suatu rancangan instalasi listrik harus memenuhi ketentuan-ketentuan sbb


(PUIL 2000, 4.1.1):

1) PUIL 2000
2) Ketentuan lain, yaitu:

 UU No. 1/1970 : Keselamatan Kerja, beserta peraturan


pelaksanaannya
 UU No. 15/1985 : Ketenagalistrikan
 UU No. 23/1997 : Pengelolaan Lingkungan Hidup
 UU No. 18/1999 : Jasa Konstruksi
 UU No. 22/1999 : Pemerintahan Daerah
 PP No. 25/2000 : Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonom
 PP No. 10/1989 : Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
 PP No. 51/1993 : Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
 PP No. 25/1995 : Usaha Penunjang Tenaga Listrik
 Permentamben No. 01.P/40/M.PE/1990 : Instalasi Ketenagalistrikan
 Permentamben No. 02.P/0322/M.PE/1995 : Standardisasi, Sertifikasi
dan Akreditasi dalam Lingkungan Pertambangan dan Energi

3) Persyaratan dasar proteksi perlengkapan listrik (PUIL 2000, 2.2.1)

2-60
4) Persyaratan dasar proteksi instalasi listrik (PUIL 2000, 2.2.2)
5) Persyaratan proteksi untuk keselamatan (PUIL 2000, 3)
6) Berdasarkan acuan hasil penilaian (assessment) dan survai lokasi (IEC
364-3)
7) Harus dibuat jelas, serta mudah dibaca dan dipahami oleh para teknisi
listrik.

2.5.3 Kelengkapan Dokumen Rancangan Instalasi Listrik

Berkas/ dokumen perancangan terdiri dari (PUIL 2000, 4.1.2.3) :

1) Gambar situasi: menyajikan letak gedung/ bangunan tempat instalasi


akan dipasang dan rancangan penyambungan dengan sumber tenaga
listrik

2) Gambar instalasi, meliputi:

a) Rancangan tata letak : menyajikan letak perlengkapan listrik beserta


sarana kendalinya (seperti titik lampu, kotak kontak, sakelar, motor
listrik, PHB, dll)
b) Rancangan hubungan perlengkapan listrik dengan gawai
pengendalinya (seperti hubungan lampu dengan sakelarnya, motor
dengan pengasutnya dan dengan gawai pengatur kecepatannya)
c) Gambar (ataupun pemberian tanda dan keterangan) hubungan antara
bagian sirkit akhir tersebut dalam butir b) dan PHB yang
bersangkutan
d) Tanda atau keterangan mengenai setiap perlengkapan listrik

3) Diagram garis tunggal, meliputi:

a) Diagram PHB disertai keterangan ukuran dan besaran pengenal


komponennya

2-61
b) Keterangan jenis dan besar beban terpasang dan pembagiannya
c) Sistem pembumian (mengacu PUIL 2000, 3.18)
d) Ukuran dan jenis penghantar yang dipakai

4) Gambar rinci (dapat digantikan/ dilengkapi keterangan/ uraian), meliputi:

a) Perkiraan ukuran fisik PHB


b) Cara pemasangan perlengkapan listrik
c) Cara pemasangan kabel
d) Cara kerja instalasi kendali

5) Perhitungan teknis, bila diperlukan, antara lain:

a) Susut tegangan
b) Perbaikan faktor daya
c) Beban terpasang dan kebutuhan maksimal
d) Arus hubung pendek dan daya hubung pendek
e) Tingkat pencahayaan/ penerangan

6) Tabel bahan instalasi, meliputi:

a) Jumlah dan jenis kabel, penghantar, dan perlengkapan


b) Jumlah dan jenis perlengkapan bantu
c) Jumlah dan jenis PHB
d) Jumlah dan jenis luminer lampu

7) Uraian teknis, meliputi:

a) Ketentuan mengenai sistem proteksi (mengacu PUIL 2000, 3.17)


b) Ketentuan teknis perlengkapan listrik yang dipasang dan cara
pemasangannya
c) Cara pengujian

2-62
d) Jadwal waktu pelaksanaan

8) Perkiraan biaya

RINGKASAN

Suatu perancangan instalasi listrik harus memperhatikan langkah-langkah studi


pendahuluan, pokok-pokok perancangan teknis, dan bentuk-bentuk presentasi
rancangan yang dapat dipilih, serta dengan kelengkapan dokumen rancangan
yang akan dibuat.

Tahap desain pendahuluan merupakan masa suatu ide-ide mengkristal tetapi


dalam wujud area dan pola-pola, belum berwujud peranti keras. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan meliputi keterbatasan proyek, analisis tugas, tahap
desain dan tahap evaluasi. Hal-hal itu terutama sewaktu perencanaan
pencahayaan dilakukan untuk suatu bangunan.

Sedangkan perancangan teknis haruslah mempertimbangkan aspek keluwesan,


keterjangkauan, kehandalan, keamanan, faktor ekonomi, dan pertimbangan
energi maupun alokasi ruang. Dari segi ekonomi, pemilihan bahan instalasi
listrik hendaknya selalu didasarkan pada segi fungsionalnya yang memadai,
kemudian segi visualnya memuaskan, dan segi ekonomis.

Setiap hasil studi pendahuluan kemudian diikuti oleh tahap prarancangan dan
dilanjutkan tahap perancangan detailnya. Suatu desain detail ditempuh melalui
langkah-langkah dasar untuk memilih konsep dasar instalasi listrik dan
konfigurasi yang akan memasok tenaga listrik sesuai dengan karakteristik yang
dibutuhkan setiap titik pemakaian, mewujudkan konsep rangkaian listrik dengan
penghantar dan peralatan serta piranti kerasnya, kemudian memilih
perlengkapan dengan memperhatikan jenis, ukuran, model, karakteristik,
tampilan, kemampuan, dan spesifikasi lain, serta memperhitungkan instalasi

2-63
seluruh sistem kelistrikan dengan dimensi fisik dan bentuk struktur bangunan
sehingga tampak sejelas mungkin lokasi dan detail pemasangan peralatan, jalur
pipa, sambungan ke saluran sumber daya utama, dan elemen lain yang
memerlukan perhatian.

Suatu perancangan harus dipresentasikan guna mengomunikasikan maksud-


maksud dan haratan-harapan yang akan diwujudkan. Presentasi dapat dilakukan
dengan (a) tulisan, (b) grafis, (c) lisan. Selain itu, presentasi akan sangat mudah
diwujudkan dengan alat bantu baik: (a) manual, maupun (b) dengan komputer.
Hasil presentasi yang baik memerlukan dukungan tulisan dan grafis, selain
lisan.

Perancangan instalasi listrik pada dasarnya menghasilkan berkas gambar


rancangan dan uraian teknik, yang digunakan sebagai pedoman untuk
melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik. Adapun kelengkapan berkas
yang dimaksud yaitu: (1) gambar situasi, (2) gambar instalasi, (3) diagram garis
tunggal, (4) gambar rinci, (5) perhitungan teknis, (6) tabel bahan, (7) uraian
teknis, (8) perkiraan biaya.

SOAL-SOAL

1) Apa saja langkah-langkah yang dilakukan ketika kita bermaksud


membangun instalasi listrik?
2) Apakah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan, khususnya
perancangan pencahayaan?
3) Jelaskan secara ringkas beberapa pertimbangan umum yang perlu
dilakukan pada perancangan instalasi listrik!
4) Mengapa kapasitas cadangan dalam perancangan rangkaian cabang
(distribusi) diperlukan?
5) Jelaskan secara ringkas tiga faktor yang mendasari pemilihan bahan
instalasi listrik!

2-64
6) Jelaskan tujuan, manfaat dan kendala presentasi lisan, tulisan, dan
grafis!
7) Jelaskan secara ringkas kelengkapan berkas rancangan instalasi listrik
menurut PUIL 2000!

2-65

Anda mungkin juga menyukai