Anda di halaman 1dari 2

LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA

Nama : Linda Wijayanti


NIM : 20130310013
Rumah Sakit : RSJ Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta

1. PENGALAMAN
Seorang wanita berusia 45 tahun datang diantar oleh suaminya ke RSJ Grhasia DIY dengan alasan
akhir akhir ini merasa bingung, mengamuk, sulit tidur dan sudah 2 hari tidak mau mandi. Pasien juga
mangaku melihat bayangan yang membuatnya takut dan dia juga merasa bahwa televisi
membicarakan tentang dirinya. Dan diketahui dari riwayat penyakit dahulu pasien sudah pernah 4 kali
masuk ke Rumah Sakit Jiwa sudah termasuk kali ini. Dokter memberikan terapi berupa Risperidon 2
mg, Triheksipenidil 2mg, Clozapin 25 mg dan Haloperidol(namun sudah dihentikan).
2. MASALAH YANG DIKAJI
Mengapa dokter menghentikan terapi Haloperidol dan menggantinya dengan Risperidon?
3. ANALISIS
Pada kasus ini bila dilihat pada PPDGJ III pasien digolongkan dan didiagnosis mengalami
skizofrenia yang tak terinci. Oleh sebab itu untuk mengobati skizofrenianya maka diberi obat
antipsikotik. Antipsikotik merupakan obat yang bermanfaat pada terapi skizofrenia akut maupun
kronik dan suatu gangguan jiwa yang berat. Cara kerja obat antipsikotik diperkirakan dengan cara
menghambat reseptor serotonin dan dopamine (Gan, Arozal, 2008). Obat untuk antipsikotik contohnya
adalah haloperidol, risperidon, clozapin dll.
Haloperidol adalah obat Antipsikotik Generasi I (APG I) atau Typical termasuk neuroleptik
jangka panjang yang bekerja lebih spesifik(broad spectrum neuroleptics). Haloperidol bekerja
memblokade neuron dopaminergik, utamanya reseptor dopamin tipe 2 (D2) hampir 80% dihambat.
Sehingga dapat mengatasi gejala psikosis. Indikasi utama haloperidol adalah untuk psikosis yaitu
teutama mengontrol gejala-gejala positif(waham, halusinasi, kataton, inkoherensi), untuk gejala-gejala
negatif(anhedonia, anergia, social withdrawl, apathy, alogia) hampir tidak berguna. Efek samping dan
intoksikasi haloperidol adalah menimbulkan reaksi ekstrapiramidal(EPS) dengan insidensi yang
tinggi, terutama pada pasien usia muda. Pengobatan dengan Haloperidol harus dimulai dengan hati-
hati. Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya.
Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai terdapat bukti bahwa obat ini tidak
menimbulkan efek teratogenik. Haloperidol tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg dan 1,5 mg. Selain itu
juga tersedia dalam bentuk sirup 5 mg/100 ml dan ampul 5 mg/ml.
Risperidon adalah obat Antipsikotik Generasi II (APG II) atau Atypical merupakan derivat dari
benzisoksazol. Risperidon mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotoninergik (5-HT2
reseptor) dan aktivitas menengah terhadap reseptor dopaminergik (D2 reseptor), alfa 1 dan alfa 2
adrenergik dan reseptor histamin. Risperidon diindikasikan untuk terapi skizofren terutama untuk
mengontrol gejala-gejala positif(waham, halusinasi, kataton, inkoherensi) dan gejala-gejala
negatif(anhedonia, anergia, social withdrawl, apathy, alogia). Disamping itu diindikasikan pula untuk
gangguan bipolar, depresi dengan ciri psikosis dan Tourette Syndrome. Secara umum Risperidon dapat
ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dilaporkan adalah insomnia, agitasi, ansietas, somnolen,
mual, muntah, peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia dan reaksi ekstrapiramidal terutama tardiv
diskinesia. Efek samping ekstrapiramidal umumnya lebih ringan dibanding antipsikosis tipikal.
Risperidon tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, 2mg dan 3 mg, sirup dan injeksi (long lasting injection)
50 mg/ml.
Alasan penghentian terapi haloperidol adalah karena haloperidol bekerja hanya mengontrol
gejala positif saja. Sedangkan pasien juga memiliki beberapa gejala negatif yang terlihat pada saat
dilakukan pemeriksaan status mental seperti social withdrawl, kesulitan dalam berpikir abstrak,
penarikan diri emosional dan hubungan disfungsional dengan orang lain. Selain itu meskipun
haloperidol adalah obat yang sangat terjangkau dibeli oleh semua lapisan masyarakat dari bawah
sampai atas, namun mempunyai efek samping yang lebih berat seperti EPS. Dalam pemberian
haloperidol harus sangat diperhatikan dan perlu diberi obat triheksipenidil juga untuk menghindari
efek EPS yang ditimbulkan oleh haloperidol. Oleh karena itu maka obat yang paling sesuai dalam
mengatasi gejala-gejala psikosis yang ada pada pasien tersebut adalah Risperidon, karena lebih aman
dan dapat mengatasi gejala-gejala positif sekaligus gejala-gejala negatif.
4. DOKUMENTASI
Nama : Ibu Wastini
Usia : 45 th 9 bl 1 hr
Agama : Islam
Alamat : Karanggumuk 1, Karangkejek, Wonosari, Gunung Kidul
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah, mempunyai 3 anak
Tanggal masuk : 2 Oktober 2015
Keluhan dan gejala: Mengamuk, tidak mau mandi, bingung, sulit tidur, halusinasi visual, waham siar
pikir
Diagnosis : F20.3 Skizofrenia Tak Terinci
Terapi : Risperidon 2 mg,
Triheksipenidil 2mg,
Clozapin 25 mg. dan
Haloperidol(namun sudah dihentikan).
5. REFERENSI
Culhane, Keks, 1999. Risperidone (Risperdal): clinical experience with a new antipsychosis drug.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15992090.
Gan, Arozal. 2008. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5(cetak ulang dengan perbaikan). Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI: Jakarta.
Purwoko Ahmad Edi, dr. 2015. Antipsychotic and Unwanted Effect. Yogyakarta
Wildan, dr. 2015. Gangguan Psikosis. Yogyakarta

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

dr.

Anda mungkin juga menyukai