Anda di halaman 1dari 38

PERBANDINGAN ANTIPSIKOTIK

TIPIKAL DAN ATIPIKAL


 

OLEH :
Kurniati Fajar Yanto
111 2016 2165
  
DEFENISI
 Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi atau disintegrasi kepribadian dan
gangguan kontak dengan kenyataan.

 Antipsikotik merupakan kelompok obat terbesar yang dipakai untuk


mengobati gangguan mental. Secara khusus, obat-obat ini memperbaiki
proses pikir dan perilaku Pasien dengan gejala-gejala psikotik,
khususnya bagi penderita skizofrenia.
 Antipsikotik Tipikal
KLASIFIKASI
 Phenotiazine

Rantai Aliphatic : Chlorpromazine (Largactil)


Rantai Piperazine : Perphenazine(Trialfon), Trifluoperazine (Stelazine), Fluphenazine
(Anatensol)
 Rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)
 Butyrophenone: Haloperidol (Haldol, Serenace, dll)
 Diphenyl-butyl-piperidin: Pimozide (Orap)
 Antipsikotik Atipikal

 Benzamide: Supiride (Dogmatil)


 Dibenzodiazepine: Clozapine (Clozaril), Olanzapine (Zyprexa), Quetiapine (Seroquel), Zotepine
(Ludopin)
 Benzisoxazole: Risperidon (Risperdal), Aripirazole (Abilify).
Mekanisme kerja
 Mekanisme kerja obat antipsikosis tipikal adalah
memblokade dopamin pada reseptor pasca-sinaps
neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala positif.
 Sedangkan obat antipsikosis atipikal disamping
berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors”, juga
terhadap “Serotonin 5HT2 Receptors” (Serotonin-
dopamine antagonists), sehingga efektif juga untuk
gejala negatif.
Mekanisme kerja
Jalur dopamin nigrostriatal
Jalur ini berproyeksi dari substansia nigra menuju ganglia
basalis. Fungsi jalur nigrostriatal adalah untuk mengontrol
pergerakan. Bila jalur ini diblok, akan terjadi kelainan
pergerakan seperti pada Parkinson yang disebut extra
pyramidal reaction (EPR).
Jalur dopamin mesolimbik

Jalur ini berasal dari batang otak dan berakhir pada area
limbik. Jalur dopamine mesolimbik terlibat dalam berbagai
perilaku, seperti sensasi menyenangkan, euphoria yang
terjadi karena penyalahgunaan zat, dan jika jalur ini
hiperaktif dapat menyebabkan delusi dan halusinasi. Jalur
ini terlibat dalam timbulnya gejala positif psikosis.
Jalur dopamin mesokortikal

Jalur ini berproyeksi dari midbrain ventral tegmental area


menuju korteks limbic. Selain itu jalur ini juga
berhubungan dengan jalur dopamine mesolimbik. Jalur ini
selain mempunyai peranan dalam memfasilitasi gejala
positif dan negative psikosis juga berperan pada yang
mempunyai gejala pada emosi dan sistem kognitif.
Jalur dopamin tuberoinfundibular

Jalur ini berasal dari hypothalamus dan berakhir pada


hipofise bagian anterior. Jalur ini bertanggung jawab
untuk mengontrol sekresi prolaktin, sehingga kalau diblok
dapat terjadi galactorrhea.
PENGATURAN DOSIS &
LAMA PEMBERIAN
Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran”, dinaikkan setiap 2-3

hari  sampai mencapai “dosis efektif” (mulai timbul peredaran sindrom

psikosis)  dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan  “dosis

optimal”  dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)  diturunkan

setiap 2 minggu  “dosis maintenance”  dipertahankan 6 bulan sampai 2

tahun  tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu)  stop.

terapi pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun.

Pemberian yang cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5-5

kali.
 INDIKASI PENGOBATAN
Hendaya berat dalam kemampuan menilai realitas, bermanifestasi dalam gejala kesadaran

diri yang terganggu (awarenes), daya nilai norma sosial terganggu (judgement), dan daya

tilikan diri terganggu (insight).

 Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala positif seperti

gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar (waham), gangguan

persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (kesesuaian mood dan afek), perilaku yang aneh

atau tidak terkendali (disorganized), dan gejala negatif seperti gangguan peraaan (afek

tumpul, respon emosi minimal), gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis),

gangguan proses pikir (lambat, terhambat), isi pikiran yang stereotip dan tidak ada

inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan cenderung menyendiri (abulia).

 Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: tidak

mampu bekerja, menjalin hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin.


Pemilihan jenis obat
 Pemilihan jenis obat antipsikotik mempertimbangkan gejala psikotik yang dominan dan efek samping

obat.

 Misalnya: Chlorpromazine dan Thioridazine yang efek samping sedatif kuat terutama digunakan

terhadap sindrom psikosis dengan gejala dominan (gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan

pikiran, perasaan dan perilaku, dll).

 Sedangkan Trifluoperazine, Fluphenazine, dan Haloperidol yang efek samping sedatif lemah

digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala dominan (apatis, menarik diri, perasaan tumpul,

kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi, dll). Tetapi obat yang terakhir ini

paling mudah menyebabkan timbulnya gejala ekstrapiramidal pada pasien yang rentan terhadap efek

samping tersebut perlu digantikan dengan Thioridazine dimana efek samping ekstrapiramidalnya

sangat ringan.

 Untuk pasien yang sampai timbul “tardive dyskinesia” obat antipsikotik yang tanpa efek samping

ekstrapiramidal adalah Clozapine.


EFEK SAMPING
 Efek samping obat psikosis dapat berupa:
 Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurng, kerja psikomotor

menurun, kemampuan kognitif menurun).

 Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut kering, kesulitan miksi,

dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, dan gangguan irama

jantung).

 Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson: tremor, bradikinesia,

rigiditas).

 Gangguan endokrin (amenore, ginekomastia), metabolik (jaundice), hematologik

(agranulositosis), biasanya pada pemakaian jangka pajang.


KEKURANGAN & KELEBIHAN
KELEBIHAN KEKURANGAN
TIPIKAL •penatalaksanaan skizofrenia jangka panjang maupun •Efek samping yang
jangka pendek, gangguan skizoafektif, gangguan ditimbulkan adalah
waham, gangguan psikotik singkat, episode manik, hipertensi ortostatik dan
dan gangguan depresi berat dengan ciri psikotik. meningkatkan gejala
•Obat ini efektif dan berespon baik mengurangi gejala otonom.
akut dan mencegah perburukan di masa mendatang • tidak bisa untuk gejala
•Murah negative

ATIPIKA •lebih efektif dan menjadi obat pilihan pertama terapi •dapat menimbulkan efek
L skizofrenia jika yang menonjol adalah gejala negatif simpang hematologis
namun bisa juga untuk gejala positive (agranulositosis) yang
•mempunyai risiko gejala EPS yang kecil memerlukan pemeriksaan
•yang menghilangkan kebutuhan penggunaaan darah mingguan, kecuali
antikolinergik dan efek sampingnya yang mengganggu Clozapin
•efektif untuk terapi gangguan mood dengan ciri •mahal
psikotik atau manik dan untuk gangguan perilaku yang
terkait dengan demensia.
TERIMA
KASIH
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
 

OLEH :
Kurniati Fajar Yanto
111 2016 2165
  
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn A S
 No. RM : 014082
 Umur :49 tahun
 Alamat : Dusun Kasuso Desa Durabiah Kec. Bonto Bahari
 Agama : Islam
 Suku : Makassar
 Status Perkawinan: Menikah
 Pendidikan : Tamat SD
 Pekerjaan : Buruh bangunan
 Keluhan Utama:
Mengamuk
 Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang

Pasien laki-laki usia 49 tahun datang ke IGD Jiwa RSKD diantar oleh
keponakan dan ipar pasien untuk ketiga kalinya dengan keluhan
mengamuk kira-kira 2 minggu terakhir dan semakin berat tiga hari ini
(19-21 maret 2018), pasien selalu marah dan mengancam orang dengan
benda tajam seperti parang. Pasien juga ingin membunuh keluarganya.
Pasien juga pernah memasuki rumah orang, berjalan keluar-masuk, dan
mondar-mandir. Pasien juga pernah merusak barang-barang di masjid,
serta memukul-mukul anggota keluarga yang ada di rumahnya. Pasien
merasa tidak nyaman dengan TV yang bervolume besar sehingga sering
meminta ponakannya untuk mematikan TV tetangga. Kejadian atau
keluhan ini muncul kembali saat sepupu dua kali pasien datang ke
rumah ingin mengambil tanah pasien dan pasien marah, kesal dan
mengamuk. Sepupu dua kali pasien juga orang yang dianggap pernah
ingin memperkosa istrinya. Pasien sering tertawa dan bicara sendiri.

.
Asal mula perubahan perilaku saat kejadian istri pasien hampir
diperkosa oleh sepupu dua kalinya, kejadian dugaan
pemerkosaan ini juga ada saksinya. Setelah itu pasien menjadi
sering curiga, banyak pikiran, takut, dan marah-marah. Sehingga
istri pasien pun takut karena perubahan perilaku tersebut. Istri
pasien meninggalkan pasien serta sudah bercerai. Sementara itu
perilaku pasien semakin berat pada tahun 2002. Pasien terakhir
dirawat tahun 2013. Pasien juga merasa bahwa ia dilindungi
oleh arwah neneknya, tandanya setiap dalam kesusahan maka
ada sinar dari bulan sabit yang masuk ke matanya. Pasien
mengaku tiap malam jumat ia jalan-jalan ke kuburan dan tidur
di sana. Ia merasa lebih nyaman tidur di kuburan karena ada
bisikan yang ia dengar. Pasien juga mengaku pernah bermimpi
melihat tuyul yang berusaha mencekik dirinya. Ia juga merasa
mampu menyembuhkan penyakit dengan menggunakan jampi-
jampi yang ia dapatkan melalui mimpi.
Sebelum sakit pasien merupakan orang yang pendiam
dan jarang bergaul, lebih banyak berada di rumah.
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat SD, ia tidak
melanjutkan pendidikan karena malas ke sekolah.
Pasien sudah menikah, punya 1 orang anak, namun
sekarang sudah bercerai dengan istrinya. Istri pasien
saat ini sudah menikah lagi dan tinggal di Malaysia
bersama dengan anaknya. Pasien selama ini tidak
bekerja hanya berada di rumah atau keluar mondar-
mandir
 Hendaya Fungsi
 Hendaya dalam bidang sosial : ada
 Hendaya dalam aspek pekerjaan : ada
 Hendaya dalam penggunaan waktu senggang : ada
 Faktor stressor psikososial :ada sepupu dua kali pasien yang
ingin mengambil tanah pasien dan sepupu dua kalinya ini juga
dianggap pernah ingin memperkosa istri pasien.

Hubungan gangguan sekarang dengan gangguan riwayat


penyakit fisik dan psikis sebelumnya
 Riwayat infeksi : tidak ada
 Riwayat trauma : tidak ada
 Riwayat kejang : tidak ada
 Riwayat NAPZA : ada. merokok + (1 bungkus per hari)
Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Awal mula pada tahun 2002. Terjadi perubahan perilaku yang makin berat didukung oleh faktor
stressor istri yang meninggalkan pasien. Setelah itu pasien mulai mengamuk dan untuk pertama
kalinya dibawah ke RSKD. Pasien dirawat kedua kalinya pada tahun 2013. Selama ini pasien
tidak teratur minum obat dan putus obat kira-kira 1 bulan. Jika diberi obat pasien menolak atau
membuang obat tersebut.
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat Prenatal dan Perinatal
 Pasien lahir normal, cukup bulan. di bantu oleh bidan. Waktu kecil pasien mendapatkan ASI
eksklusif selama 2 bulan. Berat badan lahir normal, riwayat kejang dan infeksi pada saat bayi
tidak ada.
Riwayat Masa Kanak Awal (1 – 3 tahun)
 Tumbuh kembang pasien normal seperti anak lain seusianya. Pasien tidak mengalami
keterlambatan dalam perkembangan.
Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( 4 – 11 tahun )
 Pasien bersekolah di Sekolah Dasar sampai tamat SD. Pasien tidak melanjutkan pendidikan
karena pasien malas pergi ke sekolah.
Riwayat Masa Kanak Akhir (usia 12 – 14 tahun)
 Pertumbuhan dan perkembangan pasien baik, serta banyak bergaul dengan teman-teman
sebayanya.
Riwayat Masa Remaja (Usia 15-18 tahun)
 Pasien sering berkumpul dengan teman sebayanya di sekitar lingkungan rumah .
 Riwayat Masa Dewasa
 Riwayat Pendidikan

Pasien bersekolah sampai tamat SD


 Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja sebagai buruh bangunan


 Riwayat Pernikahan

Pasien sudah menikah namun sekarang telah bercerai


 Riwayat Kehidupan Pribadi

Pasien merupakan pribadi yang pendiam tidak banyak bergaul dan jarang ke
luar rumah, tetapi tetap bergaul sesekali dengan masyarakat lingkungan
rumah
 Riwayat Kehidupan Keluarga

Pasien merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara. (♀,♂,♀,♂). Hubungan


dengan keluarga baik, pasien tinggal bersama saudara ipar pasien. Ibu, ayah
pasien sudah meninggal. Pasien sudah menikah dan memiliki 1 orang anak
yang telah emasuki Sekolah Menengah Pertama. Namun saat ini pasien telah
bercerai dengan istrinya, sementara isrinya telah menikah lagi. Anaknya pun
ikut tinggal bersama ibunya di Malaysia
GENOGROM
 Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama saudara ipar pasien. Dan pasien sudah tidak bekerja
lagi

 PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI (Rabu, 21 Maret 2018)


 Status Internus
Keadaaan umum pasien tampak baik, gizi cukup, kesadaran
composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 72 kali/menit, frekuensi
pernapasan 20 kali/menit, suhu tubuh 36,5oC, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterus. Pemeriksaan fisis jantung, paru-paru, abdomen kesan
dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.

 Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), kernig’s sign (-)/(-), pupil
bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, reflex cahaya (+)/(+). Fungsi motorik
dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, dan tidak
ditemukan reflex patologis.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Rabu, 21 Maret 2018)
Deskripsi umum
 Penampilan : seorang pasien laki-laki, usia 49 Tahun wajah
sesuai umur, perawakan tubuh gemuk, kulit sao matang,
memakai baju kemeja warna hijau dan sarung kotak-kotak
warna hijau, memakai peci berwarna hitam, perawatan diri
cukup.
 Kesadaran : GCS 15 (Compos Mentis)
 Perilaku dan aktifitas psikomotor : tenang, kontak mata dengan
pasien cukup
 Pembicaraan : spontan, lancar dan intonasi biasa
 Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
 Keadaan afektif
 Mood : Sulit dinilai
 Afek : inappropriate
 Empati : tidak dapat dirabarasakan
 Keserasian : tidak serasi
 Fungsi Intelektual (Kognitif)
 Taraf pendidikan
 Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan
tingkat pendidikannya yakni tamat SD.
 Orientasi
 Waktu : Cukup
 Tempat : Cukup
 Orang : Cukup
 Daya ingat
 Jangka panjang : Cukup
 Jangka pendek : Cukup
 Jangka segera : Cukup
 Konsentrasi dan Perhatian : cukup
 Pikiran abstrak : cukup
 Bakat Kreatif : tidak ada
 Kemampuan menolong diri sendiri : cukup
Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri
 Halusinasi :
 auditorik : ada, pasien mendengar suara yang menyuruhnya pergi ke kuburan
 Ilusi : tidak ada
 Depersonalisasi : tidak ada
 Derealisasi : tidak ada
 
Proses Berfikir
 Produktivitas : cukup
 Kontuinitas : cukup relevan
 Hendaya berbahasa : cukup
 Isi pikiran
 Preokupasi : tidak ada
 Gangguan isi pikir :
 Waham kebesaran (pasien yakin dapat menyembhkan orang sakit dengan
membaca jampi-jampi yang didapat dari neneknya yang telah meniggal
melalui mimpi)
 Waham Kejaran : Pasien yakin bahwa dirinya tidak pernah mau membunuh
orang melainkan pasien merasa ingin dibunuh oleh seepupunya serta sering
merasa digosipi
 Pengendalian Impuls
 Pengendalian Impuls : terganggu
 
 Daya Nilai dan Tilikan
 Norma Sosial : terganggu
 Uji Daya Nilai : terganggu
 Penilaian Realitas : terganggu
 Tilikan : pasien merasa tidak sakit (tilikan 1)

 Taraf Dapat Dipercaya


 Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
 IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki usia 49 tahun datang ke IGD Jiwa RSKD diantar oleh
keponakan pasien dan ipar pasien untuk ketiga kalinya dengan
keluhan mengamuk kira-kira 2 minggu terakhir dan semakin berat
tiga hari ini (19-21 maret 2018), pasien selalu marah dan mengancam
orang dengan benda tajam seperti parang. Pasien juga ingin
membunuh keluarganya. Pasien juga pernah memasuki rumah orang,
berjalan keluar-masuk, dan mondar-mandir. Pasien juga pernah
merusak barang-barang di masjid, serta memukul-mukul anggota
keluarga yang ada di rumahnya. Pasien merasa tidak nyaman dengan
TV yang bervolume besar sehingga sering meminta ponakannya
untuk mematikan TV tetangga. Kejadian atau keluhan ini muncul
kembali saat sepupu dua kali pasien datang ke rumah ingin
mengambil tanah pasien dan pasien marah, kesal dan mengamuk.
Sepupu dua kali pasien juga orang yang dianggap pernah ingin
memperkosa istrinya. Pasien sering tertawa dan bicara sendiri.
Asal mula perubahan perilaku saat kejadian istri pasien ingin
diperkosa oleh sepupu dua kalinya, kejadian dugaan pemerkosaan ini
juga ada saksinya. Setelah itu pasien menjadi sering curiga, banyak
pikiran, takut, dan marah-marah. Sehingga istri pasien pun takut
karena perubahan perilaku tersebut. Istri pasien sudah meninggalkan
pasien serta sudah bercerai. Sementara itu perilaku pasien semakin
berat pada tahun 2002. Pasien terakhir dirawat tahun 2013. Pasien juga
merasa bahwa ia dilindungi oleh arwah neneknya, tandanya setiap
dalam kesusahan maka ada sinar dari bulan sabit yang masuk ke
matanya. Pasien mengaku tiap malam jumat ia jalan-jalan ke kuburan
dan tidur di sana. Ia merasa lebih nyaman tidur di kuburan karena ada
bisikan yang ia dengar. Pasien juga mengaku pernah bermimpi melihat
tuyul yang berusaha mencekik dirinya. Ia juga merasa mampu
menyembuhkan penyakit dengan menggunakan jampi-jampi yang ia
dapatkan melalui mimpi.
 
Sebelum sakit pasien merupakan orang yang pendiam dan jarang bergaul,
lebih banyak berada di rumah. Pendidikan terakhir pasien adalah tamat SD,
ia tidak melanjutkan pendidikan karena malas ke sekolah. Pasien sudah
menikah, punya 1 orang anak, namun sekarang sudah bercerai dengan
istrinya. Istri pasien saat ini sudah menikah lagi dan tinggal di Malaysia
bersama dengan anaknya. Pasien selama ini tidak bekerja hanya berada di
rumah atau keluar mondar-mandir.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan kesadaran compous mentis,
Mood sulit dinilai, afek inapropriate, empati tidak dapat diraba
rasakan.Fungsi kognitif, taraf pendidikan, pengetahuan umum dan
kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikan. Terdapat halusinasi auditorik
mendengar suara yang menyuruhnya pergi ke kuburan.Gangguan isi pikir
berupa waham kebesaran. Pasien merasa dirinya bisa menyembuhkan orang
sakit dengan membaca jampi-jampi dan waham kejaran, Pasien yakin
bahwa dirinya tidak pernah mau membunuh orang melainkan pasien merasa
ingin di bunuh oleh iparnya serta sering merasa digosipi.
 
 EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I:
 Dari autoanamnesis dan alloanamnesis ditermukan adanya gejala klinis bermakna yaitu
pasien mengamuk, merusak barang, tidak bisa tidur, makan dan minum tidak teratur.Keadaan
ini menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya dan keluarga serta terdapat hendaya
(dissability) pada fungsi psikososial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga
dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan jiwa.
 Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita dimana
pasien bersikap tidak mengakui keadaannya yang sakit dan membutuhkan pertolongan,
hendaya berat dalam fungsi mental berupa halusinasi auditorik, waham kebesaran, waham
kejaran serta hendaya berat dalam fungsi sosial berupa ketidakmampuan membina relasi
dengan keluarga dan orang lain sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik.
 Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang dapat menimbulkan gangguan otak, sehingga
penyebab organik dapat disingkirkan dan pasien dapat didiagnosis berdasarkan PPDGJ-III
sebagai Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
 Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya beberapa gejala yaitu halusinasi auditorik,
waham kebesaran dan waham kejaran dengan perlangsungan lebih dari 1 bulan dan
memberat sejak 2 minggu terakhir sehingga berdasarkan PPDGJ III pasien didiagnosis
sebagai gangguan skizofrenia.Pada pasien ini gejala halusinasi dan waham lebih menonjol
sehingga berdasarkan pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III)
diagnosis diarahkan pada gangguan skizofrenia paranoid (F20.0).
 Aksis II
Ciri kepribadian tidak khas
 Aksis III

Tidak ditemukan
 Aksis IV

Stressor psikososial : ada sepupu dua kalinya yang ingin


mengambil tanah pasien dan dianggap orang yang pernah
mencoba memperkosa istri pasien
 Aksis V

GAF Scale saat ini :50-41 (gejala berat, disabilitas berat)


DAFTAR MASALAH
 Organobiologik
 Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat ketidakseimbangan
neurotransmitter maka memerlukan farmakoterapi.
 Psikologik
 Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya halusinasi auditorik,
waham kebesaran,waham kejaran yang menimbulkan gejala psikis sehingga pasien
memerlukan psikoterapi.
 Sosiologi
 Didapatkan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang,
sehingga memerlukan sosioterapi.
 
PROGNOSIS :
 Dari hasil alloanamnesis, didapatkan keadaan-keadaan berikut ini
 Prognosis : Dubia ad malam
 Faktor yang mendukung kearah prognosis baik:
 Gejala positif yang menonjol
 Tidak ada kelainan organik
 Riwayat yang sama dalam keluarga tidak ada
 Faktor yang mendukung kearah prognosis buruk
 Pasien dibaw ke RSKD sudah yang ke tiga kalinya/berulang
 Onset kronik dan sering kambuh
 Ketidakpatuhan pasien meminum obat
 Pasien merasa dirinya tidak sakit
RENCANA TERAPI
 Psikofarmakoterapi
 Haloperidol 5 mg 3x1
 Chlorpromzine 100mg 0-0-1
 Trihexiphenidil 2mg 2x1
 Psikoterapi
 Suportif
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam memahami
dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian mengenai
penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul
selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum obat secara teratur.
 Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa menerima
keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

  FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya,
selain itu menilai efektifitas terapi dan kemungkinan efek sampingnya.
diskusi
 Skizofrenia adalah gangguan psikotik dan paling sering ditemukan. Hampir 1% penduduk didunia
menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja
akhir atau dewasa muda. Gejala skizofrenia yang paling menonjol adalah waham dan halusinasi.
Skizofrenia terbagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan variabel kliniknya yaitu skizofrenia
paranoid, skizofrenia disorganisasi, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia
residual, skizofrenia simpleks, depresi pasca skizofrenia, skizofrenia yang tak tergolongkan. 1,2
 Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:
 Didapatkan dua gejala atau lebih di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami selama kurang lebih 1
bulan. Di antaranya:
 Waham
 Halusinasi
 Inkohorensia
 Tingkah laku katatonik
 Gejala-gejala negatif seperti emosi, dan lain-lain.
 Untuk hasil yang lebih signifikan onset masalah tersebut, akan mengganggu fungsi level satu atau
dua lebih area seperti pekerjaan, hubungan dengan relasi atau diri sendiri.
 Tanda yang berulang selama kira-kira 6 bulan
 Gangguan skizoaktif dan depresi atau gangguan bipolar, tetapi tidak sering.
 Masalah yang menyangkut penggunaan zat ataupun obat-obatan.
 Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan
adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi simptom skizofrenia
dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara bersama-sama untuk
diagnosis. Cara diagnosis pasien skizofrenia menurut PPGDJ III antara lain; 3
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): 3
 Thought echo: isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras
 Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)
 Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya.
 Waham dikendalikan (delusion of control). waham dipengaruhi (delusion of influence),
atau "passivity", yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota
gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations) khusus; persepsi delusional;
 Halusinasi suara (audiotorik) yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku
pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri. atau jenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
 Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta
sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau pulitik, atau
kekuatan dan kemampuan "manusia super" (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
 Atau paling sedikit gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas
dalam kurun waktu satu bulan atau lebih;
 Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas. apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over valued
ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-
minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
 Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidakrelevan, atau neologisme;
 Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), sikap tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor;
 Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodo (apatis), pembicaraan
yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
 Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.
 Pada pasien ini gejala positif lebih menonjol sehingga digunakan obat anti-
psikosis tipikal yaitu Haloperidol merupakan obat golongan butyrophenon
yang menurunkan ambang rangsang konvulsi, memperlambat dan
menghambat jumlah gelombang teta dan sama-sama memiliki efek sedatif.
Haloperidol selain menghambat efek dopamine juga bisa meningkatkan
turn over ratenya, efek sampingnya dapat menimbulkan reaksi
ekstrapiramidal syndrome yang insidensnya cukup tinggi. Chlorpromzine
yang merupakan antipsikotik tipikal golongan Phenotizine (Rantai
Alphatic) memiliki efek samping sedatif yang tinggi sehingga digunakan
untuk menenangkan pasien.
 Pasien ini masuk dengan keluhan mengamuk yang tidak diketahui
penyebabnya, pasien sering mendengar suara-suara yang mengganggunya
sehingga pemberian obat ini dapat menenangkan pasien agar suara-suara
yang di dengar berkurang atau hilang dan pasien dapat tenang beristirahat.
 Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam, dinilai dari faktor
pendukung ke prognosis buruk yaitu onset kronik dan sering kambuh,
pasien usia tua, pasien yang merasa bahwa dirinya tidak sakit dan tidak
membutuhkan pengobatan sehingga pasien putus obat. Faktor pendukung
ke prognosis baik yaitu tidak ada kelainan organik.

Anda mungkin juga menyukai