Anda di halaman 1dari 33

SKIZOFRENIA

Lara Amyati, S.ked


Pendahuluan
• Skizo  pecah ; Frenia  kepribadian
• Merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan
dasar pada kepribadian, distorsi proses pikir, waham, gangguan
persepsi, afek abnormal.
• Kedaran pasien ttp jernih, intelektual tidak terganggu.
Epidemiologi

• Prevalensi 1 – 1,5 % dari populasi di dunia.


• Insiden 1 / 10.000 orang per tahun.
• Jenis Kelamin: laki-laki = wanita
laki-laki >>> gejala negatif (fungsi sosial wanita lebih baik
• Usia: puncak onset laki-laki 15-25 thn, perempuan 25-35 thn.
• Individu dengan Skizofrenia 60-70% tidak pernah menikah.
• 20%-50% penderita Skizofrenia mencoba bunuh diri, 10% berhasil
melakukannya.
Etiologi
• Model Diathesis Stress
• Faktor Biologis + Faktor Psikologis

Kerentanan (vulnerability) stress (life stress)

Faktor protektif & Resiko

Resiko Berkembangnya gangguan psikotik

Resiko simtom kembali berulang


Faktor Biologis
• Patofisiologi skizoprenia  melibatkan system dopaminergik dan
serotonergik.

• Hipotesis/teori tentang patofisiologi skizoprenia :

– Pada pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas sistem Dopaminergik

– Hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik berkaitan dengan gejala positif

– Hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal bertanggungjawab thd


gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal
Jalur Dopaminergik

1. Jalur nigrostriatal: dari substantia nigra ke basal ganglia  fungsi gerakan, EPS
2. jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik  memori, sikap,kesadaran, proses stimulus
3. jalur mesocortical : dari tegmental area menuju ke frontal cortex  kognisi, fungsi sosial, komunikasi,
respons terhadap stress
4. jalur tuberoinfendibular: dari hipotalamus ke kelenjar pituitary pelepasan prolaktin
• Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2 (D2)
dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak pasien
skizoprenia

• Î aktivitas sistem dopaminergik sistem mesolimbik  bertanggungjawab


terhadap gejala positif

• Î aktivitas serotonergik  menurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem


mesocortis  bertanggung-jawab terhadap gejala negatif
Faktor Psikososial
• Status Sosioekonomi

– Area Urban dengan status sosioekonomi rendah

– Sumber stres bagi penderita

• Faktor keluarga

– Meningkatkan stress emosional


Gejala Gangguan Skizofrenia
Gejala Positif

• Waham/Delusi
– Bizzare, sistematik, paranoid
• Halusinasi
– Auditorik, visual
• Disorganisasi Pembicaraan
– Vibergeration, echolalia, clang assosiation
• Disorganisasi perilaku
– Stupor katatonia, katalepsia
Gejala Negatif
5A
• Avolition
• Alogia
• Affective flattening
• Anhedonia
• Asociality
Kriteria Diagnosis
• Kriteria diagnosis DSM-IV (American Psychiatric Association )menetapkan
enam kriteria diagnostik:
A. Gejala karakteristik: dua (atau lebih) berikut, selama periode 1
bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):
 Waham
 Halusinasi
 Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau
inkoheren)
 Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
 Gejala negatif
Kriteria Diagnosis
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan

C. Durasi

– Paling sedikit 6 bulan  1 bulan kriteria A

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif & gangguan mood

– Tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau

– Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan
residual.

E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif


Sub Tipe Gangguan Skizofrenia
Skizofrenia paranoid
Skizofrenia disorganisasi
Skizofrenia katatonik
Skizofrenia tidak terperinci
Skizofrenia Residual
Skizoforenia Tipe Paranoid
• sub tipe sizofrenia yang terdiri dari kelainan psikosis yang
berkembang perlahan-lahan ditandai dengan waham menetap,
tidak berubah, sistematis dan mempunyai alasan-alasan yang tidak
masuk akal.
– Waham yang mencolok (kebesaran)
– Pengalaman halusinasi auditorik yang muncul dalam bentuk yang konsisten.

• “Ideas of Referance”,
– Waham VS halusinasi
– Kesan pribadi terhadap segala hal

• Diagnosis skizofrenia paranoid dalam DSM IV


Skizoforenia Tipe Disorganisasi
• Bentuk skizofren herbefrenik yang dahulu dikemukakan oleh
Kraeplin, pada DSM-IV-TR disebut skizofren disorgansasi
• 3 gejala utama (DSM IV)
– disorganisasi isi pembicaraan
– gangguan mood
– perilaku yang tidak terorganisir (bizzare).
Skizoforenia Tipe Katatonik
• Gangguan perilaku motoric yang sangat jelas yang ditampilkan oleh penderitanya .
• Ciri utama skizofrenia tipe katatonik menurut DSM-IV adalah gangguan pada
psikomotor yang dapat meliputi:

1. Katalepsi, waxy flexibility, tsupor  jangka waktu yang lama


2. excessive motor activity gaduh, tanpa disertai emosi dan rangsangan dari
luar.
3. Negativism yang ekstrim, yaitu ketidakinginan untuk mengikuti instruksi atau
melakukan kebalikan dari instruksi yang diberikan.
4. Rigidity
5. Mutism
6. bizarre posture
7. Echolia
Skizoforenia Tidak Terinci
• Fluktuasi gejala yang cepat.
• Ketidakpastian dalam menggolongkan jenis subtype yang
sesuai.
Skizoforenia Residual
• Menurut DSM IV Individu hanya pernah mengalami setidaknya
satu periode skizofrenia tetapi tidak lagi memanifestasikan
gejala-gejala utamanya
• Gejala yang di timbulkan dari tipe ini adalah :
 Penumpulan emosional
 Menarik diri dari lingkungan sosial
 perilaku eksentrik
 pikiran yang tidak logis
 pengenduran asosiasi ringan
Tahap Perkembangan Gangguan Skizofrenia
• Fase Prodromal
– Terjadi penurunan atau perburukan kemampuan penderita dalam
menjalankan beberapa fungsi dalam kehidupan
– hilangnya minat terhadap aktivitas sosial serta Î kesulitan dalam
memenuhi tanggung jawab/tuntutan hidup sehari-hari.
• Fase Akut
– Saat dimana gejala-gejala gangguan skizofrenia telah benar-benar
muncul pada penderita.
• Fase Pemulihan
– Pasien dalam pengobatan
– Gejala +  dan - 
• Fase Residual
Tatalaksana
• Hospitalisasi
• Penanganan Biologis
• Penanganan Psikologis
Hospitalisasi
• untuk tujuan diagnostic
• menstabilkan medikasi
• keamanan psien karena gagasan bunuh diri atau membunuh
• perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai, termasuk
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Penanganan Biologis
A. Terapi Kejutan listrik / Electroconvulsive Therapy
B. Terapi Obat
antipsikoti
k

Tipikal Atipikal

- Generasi lama - Generasi lebih baru (th 1990an)


- Memblok reseptor dopamin - Memblok reseptor 5-HT2, efek
D2 blokade dopamin rendah
- Efek samping EPS besar - Efek samping EPS lebih kecil
- Efektif untuk mengatasi gejala - Efektif untuk mengatasi gejala
positif baik positif maupun negatif
Antipsikotis Tipikal
• Phenothiazine
– Aliphatic chlophromazine
– Piperidine Tioridazin
– Piperazine Flufenazin
• Thioxenthensin Thiotixene
• Butyrophonon  haloperidol
Antipsikotis Tipikal
• Klorpromazin
• Tioridazin Low Potency
• Mesoridazin
• Flufenazin
• Perfenazin
• Thiotixene High Potency
• Haloperidol
• Loxapin
• Molindon
Antipsikotis Atipikal
• Clozapin
• Olanzapin
• Ziprasidon Antagonis reseptor 5-HT,
• Risperidon Blokade dopamin rendah

• Quetiapin
• Aripiprazol
Efek samping Relatif
• EPSD  dijumpai pada obat antipsikotik tipikal

• efek antikolinergik (mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin, penurunan memori) 

pada antipsikotik potensi rendah (exp: klorpromazin)

• tardive dyskinesia  gerakan yg tidak terkontrol, terutama pada mulut, lidah

• efek pada kardiovaskuler (hipotensi ortostatik)  pada obat tipikal dan atipikal

• efek pada fungsi seksual dan endokrin

• Kejang  potensi tertinggi pada pemakaian klorpromazin atau klozapin


Efek samping Utama
• dystonic reaction (kekejangan otot yang nyeri)
– banyak dijumpai pada obat antipsikotik potensi tinggi

– diatasi dengan obat antikolinergik (benztropin, THF, atau difenhidramin)

• Pseudoparkinsonism
– adanya blockade dopaminergik di striatum  muncul gejala mirip Parkinson

– diatasi dengan antikolinergik (benztropin) atau amantadin

• akathisia ( tidak bisa duduk tenang, dan gerakan-gerakan yang tidak bisa berhenti)
– paling tidak responsive terhadap terapi  turunkan dosis, atau

– diatasi dengan propanolol atau benzodiazepine (lorazepam, klonazepam)


Penanganan Psikologis
A. Terapi Psikodinamika
B. Pelatihan keterampilan sosial
C. Terapi Perilaku
D. Terapi Keluarga
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai