Anda di halaman 1dari 31

BAB I

MATERI PRAKTIKUM

A. Aliran Udara dalam Media Perpindahan Panas Konversi Paksa


a. PENDAHULAN
1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi otomotif berkembang sangat pasat mendorong


manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam dunia otomotif khususnya pada mesin motor bakar dikenal
berbagai macam sistem yang bekerja. Sistem-sitem tersebut bekerja
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehingga apabila salah
satu sistem tersebut mengalami kerusakan maka mesin mobil
mengalami kerusakan.

Mesin dapat digambarkan secara sederhana sebagai sebuah sistem


yang terdiri dari beberapa sistem pendukung yang berkerja secara
simultan dan terintegrasi. Satu mesin didalamnya terdapat beberapa
sistem pendukung yang bekerja sekaligus. Sistem-sistem tersebut antara
lain yaitu sistem kelistrikan, sistem bahan bakar, sistem pelumasan,
sistem pendingin.

Sistem pendingian pada mesin berfungsi sebagai pelindung mesin


dengan cara meyerap panas. Panas mesin dihasilakan dari pembakaran
dalam silinder. Panas tersebut merupakan suatu hal yang sengaja
diciptakan untuk mengahasilkan tenaga namun jika dibiarkan akan
menimbulkan panas yang berlebih (over heating effect). Panas yang
berlebih itu menjadi penyebab berubahnya sifat-sifat meknis serta
bentuk dari komponen mesin. Sifat-sifat serta komponen mesin bila
telah berubah akan menyebabkan kinerja mesin terganggu dan
mengurangi usia mesin. (Maleev,1982 : 374)

Pada sistem ini terdapat dua komponen penting yang sangat


berkaitan dengan pertukaran panas ini yaitu :

1) Kecepatan aliran udara yang mendinginkan air pada radiator.


2) Debit aliran air yang bersikulasi pada sistem pendingin.

Kecepatan aliran udara yang mendinginkan air pada radiator


tergantung dua hal yaitu putaran motor listrik, jadi kecepatan aliran
udara tergantung berapa besarnya putaran motor listrik yang
menggerakan kipas, semakin tinggi putaran motor listrik semakin tinggi
pula kecepatan aliran udara yang menumbuk radiator. Putaran mesin,
jadi kecepatan aliran udara tergantung berapa besar putaran mesin,
semakin tinggi putaran mesin semakin tinggi pula kecepatan aliran
udara yang menumbuk radiator. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kipas
tersebut digerakan oleh mesin dengan bantuan tali kipas (Vbelt) dengan
demikian kinerja kipas akan simultan dengan tingkatan kinerja mesin.

Putaran kipas yang relatif lebih cepat dengan sendirinya akan


mempengaruhi kecepatan udara yang dihembuskan (kerja kipas)
sehingga dapat digambarkan bahwa semakin cepat putaran kipas,
semakin cepat pula udara yang dihembuskan, jika dapat diasumsikan
bahwa udara yang dihembuskan tersebut sebagai laju (kecepatan udara
tiap satuan waktu). Oleh karena itu alasan tersebut, penulis tertarik
untuk membahasnya. Dengan judul “ Analisa Pengaruh Kapasitas Air
Radiator Dan Kecepatan Aliran Udara Terhadap Efektifitas Radiator “

2. Perumusan Masalah

Seperti telah diuraikan sebelumnya pada latar belakang, rumusan


masalah dapat disusun sebagai berikut :

 Kapasitas dan kecepatan aliran udara akan mempengaruhi


efektifitas kerja radiator sehingga dalam pengujian ini akan
dilihat tingkat efektifitas pada variasi kecepatan aliran air
radiator dan variasi kecepatan aliran udara pada sistem
pendingin.
3. Batasan Masalah

Pada skripsi ini permaslahan yang dibahas adalah melakukan analisa


pengaruh kecepatan aliran air pendingin yaitu (2,3 ; 3,5 ; 4,2) m/s dan
kecepatan aliran udara yaitu (3,11 ; 5,23 ; 6,03) x 10 -4 m3/s dengan variasi
kapasitas air radiator terhadap efektifitas radiator pada mesin.

4. Tujuan Pengujian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

1) Mengetahui besarnya pengaruh antara kecepatan aliran air


pendingin terhadap efektifitas radiator.
2) Mengetahui besarnya pengaruh kecepatan aliran udara terhadap
efektifitas radiator.
5. Manfaat Pengujian

Manfaat yang diharapakan dari pengujian ini adalah sebagai berikut :


1) Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi
perusaahan ataupun industri yang bergerak dibidang otomotif.
2) Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengujian lebih lanjut
dan pengukuran efektifitas radiator sebagai alat eksperimen yang
dapt dijadikan saran analisa fenomena mesin ataupun
perpindahan kalor.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Perkembangan Pengujian

Nazaruddin 2013. Analisis Debit Aliran Fluida Terhadap Efektifitas Radiator Pada
Enginer Mobil Mazda, Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru. Debit yang
semakin tinggi ini dikarenakan putaran mesin yang semakin tinggi ini sehingga
menjadikan penyerapan kalor menjadi semakin maksimal. Hal ini ditandai dengan
suhu dibelakng radiator, peningkatan suhu tersebut menjadikan suhu tersebut
menjadikan nilai efektifitas semakin tinggi. Pengambilan data pengujian untuk
pengambilan suhu ukur dengan penahan (holding time) selam 30 menit terjadi
peningkatan nilai efektifitas yang seimbang, sesuai dengan kenaikan debit aliran air,
ini menujukan adanya kestabilan nilai efektifitas radiator. Kestabilan nilai efektifitas
ini merupakan suatu hal yang wajar karena bila diamati kenaikan suhu ukuran
terjadi merata pada parameter suhu air yang keluar dari mesin, suhu air yang keluar
radiator masuk ke mesin dan suhu udara di belakang radiator, sehingga akan
menyebabkan besaran nilai efektifitas radiator akan cendrung stabil.

Agung Nugroho 2009. Laju Perpindahan Panas Pada Radiator Dengan Fluida
Campuran 80% Air Dan 20% Radiator Coolant Pada putaran Konstan. Pada
Pengujian ini dilakukan pengujian perbandingan laju perpindahan panas mesin
antara pemakaian 1005 air dengan campuran 80% air dan 20% radiator coolant
dengan metode paired comparison pada putaran 2000 RPM. Dari pengujian
tersebut diambil data antara lain temperatur masuk dan temperatur keluar
radiator. Dan volume aliran fluida radiator (Q) yang kemudian dilakuakan
pengolahan data untuk menentukan laju aliran massa (M), panas spesifik fluida
(Cp), laju perpindahan data secara statikstik. Hasil pengujian terhadap campuran
fluida radiator 80% air dan 20% radiator coolant menujukkan rata-rata selisih
temperatur Qutlet radiator yang lebih tinggi juga sebesar 8,0378 kj/s. Kondisi ini
menujukan pada RPM 2000, campuran 80% air dan 20% radiator coolant memiliki
kemampuan penyerapan dan perpindahan panas mesin yang lebih tinggi dari pada
100% air.

Ade Irfan S 2007. Analisa sistem pendingin pada mesin isuzu panther.
Komponen-komponen sistem pendingin isuzu panther terdiri dari radiator,
Thermostar, Pompa Air, Water Jaket, Tutup Radiator, Kipas, Selang dan Klem, dan
Alat Pengukuran Suhu Air pendingin tekan yang memanfaatkan pompa air untuk
mensirkulasi air pendingin.

Frans Dermawan 2011. Pengaruh debit aliran air terhadap efektifitas radiator
Daihatsu Classy Type Hc 16 Valve dengan metode NTU, Universitas Mercu Buana.
Ricki Murti 2008. Laju pembuangan panas pada radiator dengan fluida
campuran 80% air dan 20% RC pada RPM konstan, Universitas Udayana.

Lukman Bani Adam 2006. Pengaruh kecepatan aluran udara terhadap


efektifitas radiator, Fakultas Teknik Universitas Negara Semarang. Pengujian yang
dilakukan suatu alat pengujian yang diberi nama radiator tester. Pengujian yang
dilakukan dengan jalan memvariasikan kecepatan aliran udara, mengukur suhu
udara sebelum dan setelah menumbuk radiator dan mengukur suhu air pendingin
sebelum masuk dan setelah keluar dari radiator. Alat ini didapat mudah
dipasangkan pada setiap mesin. Baik itu mesin engine stand maupun pada mesin
monil yang sesungguhnya. Metode pengujian ini menggunakan teknik analisa data
diskriptif. Berdasarkan analisa dengan menggunakan grafik hubungan laju aliran
udara, suhu air pendingin dan efektifitas bahwa nila efektifitas radiator akan
meningkat sebanding dengan kecepatan aliran udara.

Robin 2015. Analisa debit aliran fluida air mampu radiator terhadap efektifitas
kerja radiator, Prodi Teknik Mesin Universitas Tamansiswa Palembang. Berdasarkan
hasil dari analisa data maka didapat disimpulkan bahwa nilai efektifitas justru akan
menurun jika debit aliran dinaikan melebihi dari debit aliran yang sesuai dengan
aliran udara yang ditetapkan. Pada pengujian selanjutnya sebaiknya mengunakan
material selang/pipa yang lebih tepat untuk temperaturtinggi, karena kurang
tepatnya pemilihan material dalam hal pipa yang digunakan tidak bisa dilalui oleh
temperatur tinggi, apabila dipaksakan untuk temperatur yang tinggi maka pipa akan
memuai/meleleh.

B. Landasan Teori
Perpindahan panas (heat transfer) adalah proses berpindahnya energi dari
suatu tempat ke tempat yang lain dilakukan adanya perbedaan suhu diantara benda
atau material. Perpindahan panas terhadap tiga jenis yaitu :

1. Konduksi
Merupakan perpindahan panas dari tempat yang bertemperatur tinggi
ketempat yang bertemperatur lebih rendah di dalam medium yang
bersinggungan langsung.
2. Konveksi
Merupakan proses perpindahan energi panas dengan kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi dan proses mencampur. Proses ini
terjadi pada permikaan padat, cair dan gas.
3. Radiasi
Merupakan proses pepindahan panas dari tempat yang bersuhu tinggi ke
tempat yang bersuhu yang rendah bila kedua tempat itu terpisah dalam
ruangan bahkan ruang hampa sekalipun. (Holman,1997:13)
 Perpindahan panas konduksi

Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu (temperature


gradient), maka akan terjadi perpindahan panas serta energi dari
bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah, sehingga
dapat dikatakan bahwa energi akan perpindah secara konduksi
(conduction) atau hantaran dan bahwa laju perpindahan kalor itu
berbanding dengan gradien suhu normal :

q
≈∂T /∂ χ
A

Jika dimasukkan konstanta proporsionalitas (proporsionality


constant) laju perpindahan kalornya dinyatakan sebagai.
(Holman,1997:2)

q =− k . A . ∂T / ∂ χ ................................................................
...... (1)

Dimana :

Q = laju perpindahan kalor

∂T / ∂ χ = gradien suhu perpindahan kalor

K = konduktifitas termal bahan

A = luas bidang perpindahan kalor

Tabel 1. Konduktifitas termal berbagai bahan pada 00C (k). (Holman,1997:2)

Bahan W/m.0C Btu/h.ft.0F


Perak (murni) 410 237
Tembaga (murni) 385 223
Besi (murni) 73 42
Alumunium (murni) 202 117
Nikel (murni) 93 54
Baja karbon (murni) 43 25
Timbal (murni) 35 20,3
 Perpindahan panas konveksi

Konveksi adalah proses perpindahan energi panas dengan


kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpangan energi dan
proses mencampur. Proses ini terjadi pada permukaan padat, cair,
dan gas. Secara umum sudah diketahui bahwa plat logam panas akan
menjadi lebih cepat dingin bila ditaruk didepan kipas angin
dibandingkan di udara tenang.

Kecepatan udara yang ditiupkan ke plat panas ini akan


mempengaruhi laju perpindahan kalor, seperti gambar 1 berikut :

Gambar 1. Perpindahan kalor konveksi dari suhu plat (Holman,1997:11)

Secara umum sudah diketahui bahwa plat logam panas akan


menjadi lebih cepat dingin bila ditaruk didepan kipas angin
dibandingkan bilamana ditempatkan di udara tenang. Kecepatan
udara yang ditiupkan ke plat panas ini akan mempengaruhi laju
perpindahan kalor. Seperti pada gambar 1 diatas. Tw adalah suhu
suatu plat dan Tx adalah suhu fluida. Apanilah kecepatan di atas play
adalah nol, maka disini kalor hanya dapat berpindah secara konduksi
saja, akan tetap bila fluida diatas plat bergerak dengan kecepatan
tertentu, maka kalor berpindah secara konveksi, dimana gradien
suhu bergantung dari laju fluida pembwak kalor.

Laju perpindahan kalor dipengaruhi oleh luas permukaan


perpindahan kalor (A) dan beda menyeluruh antara permukaan
bidang dengan fluida, besaran h disebut koefisien perpindahan kalor
konfeksi (confection heattransfer coeficient) yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :

q = h. A ( Tw− Tx ) .............................................. (2)

Dimana :

h = koefisien perpindahan panas konveksi

Tw = suhu suatu plat

Tx = suhu suatu fluida


Untuk keadaan yang sederhana, koefisien perpindahan panas
konveksi (h) dapat diperhitungkan secara analitis, sedangakan untuk
keadaan yang rumit harus diperhitungkan dengan cara eksperimen
atau percobaan. Koefisien perpindahan kalor dapat disebut juga
dengan konduktifitas film (filmconductance) karena hubungan
dengan proses konduksi pada lapisan fluida diam yang tipis pada
muka dinding.

Perpindahan panas konveksi tergantung pada viskositas


fluida, disamping ketergantungan terhadap sifat-sifat termal fluida,
sepeti : konduktivitas termal, kalor spesifik, dan densitas. Hal ini
disebabkan karena viskositas mempengaruhi profil kecepatan dan
oleh sebab itu mempengaruhi laju perpindahan energi didaerah
dinding.

Jika suatu plat panas dibiyarkan berada diudara sekitar tanpa


adanya sumber gerakan dari luar, maka udara itu akan bergerak
sebagai akibat terjadinya gradien densitas didekat plat itu. Ada dua
sistem konveksi yaitu :

1. Perpindahan panas konveksi alam (natural convection)


Fenomena ini terjadi karena fluida yang karena
pemanasan, berubah densitasnya sehingga fluida
bergerak. Gerakan fluida dalam konveksi bebas, baik
fluida gas maupun cair, terjadi karena gaya apaun yang
alami, apabila densitasi fluida didekat permukaan
perpindahan kalor berkurang sebagai akibat dari proses
pemanasan. Gaya ini tidak akan terjadi apabila fluida itu
tidak mengalami suatu gaya dari luar seperti gaya
grafitasi, walapun grafitasi bukan satu-satunya gaya luar
yang dapat mengahasilakan arus konveksi bebas.
2. Sistem konveksi paksa
Konveksi paksa disebabkan karena adanya gaya
pemaksa yang menyebabkan fluida bergerak dan
mempunyai kecepatan. Fenomena ini terjadi apabila
sistem dimana fluida didorong oleh permukaan
perpidahan kalor. Pada umumnya peralatan untuk
memindahkan panas pada industri maupun otomotif
menggunkan sistem konveksi paksa.
Sebagai gambaran adalah fenomena perpindahan
panas aliran didalam pipa yang dinyatakan sebagai :
dp = m . cp . dTb
= h (2π r ) dx (Tw − Tb ) ............................. (3)

Dimana :

dp = m.cp.dTb = h (2πr)dx(Tw-Tb)

Tw = suhu dingin

Tb = suhu limbak pada posisi x tertentu

Gambar 2. Perpindahan kalor menyeluruh dinyatakan dengan beda suhu limbak.

Gambar 3. Pendingin air dengan tekanan pada mesin

3. Perpindahan panas radiasi

Merupakan perpindahan panas dari benda yang


bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu renda bila benda-
benda tersebut terpisah dalam satu ruangan bahkan bila
terdapat ruang hampa diantara benda-benda tersebut. Untuk
radiasi antara dua benda, dapt dirumuskan :

Dimana :

q = Laju perpindahan kalor

Fe = Fungsi emisitas

Fg = Fungsi geometri

A = Luas permukaan bidang

σ = Konstanta Stefan Boltzman (5,669 x 10 -8


W/m2K4)

(Halaman, 1997 : 13)

4. Perpindahan Panas Gabungan


Dinding data seperti gambar dibwah dimana bila pada
suatu sisinya terdapat fluida panas A, dan pada sisi lainya
fluida yang lebih dingin B. Perpindahan kalor dinyatakan
dengan :

q = h1 . A (TA – T1)=K.A / Δ x( T2 – Tb)

=h2. A (T2 – TB) ................................................( 5 )

Proses perpindahan kalor dapat digambarkan dengan


jaringan tahanan. Perpindahan kalor gabungan dihitung
dengan jalan membagi beda suhu menyeluruh dengan jumlah
tahanan termal. (Halaman, 1997 : 32)

T A− T B
q=
1/h2 . A + Δx/k . A + 1/h2 . A ............................( 6 )

Nilai 1/h.A digunakan untuk menujukan tahanan


konveksi. Aliran kalor menyeluruh sebagai hasil gabungan
proses konduksi dan konveksi bias dinyatakan dengan
koefisien perpindahan kalor menyeluruh U, yang dirumuskan
dalam hubungan (Halaman, 1997 : 33)

q = U.A.ΔT menyeluruh .......................................( 7 )

dimana A adalah luas bidang aliran kalor, koefisien


perpindahan kalor menyeluruh adalah :

1
U=
1 /h 2 + Δx/k + 1 /h2 .......................................( 8 )

Sedangkan pada penukar kalor aliran silang, fluida yang


mengalami petukaran panas berjalan secara menyilang satu
sama lain.

Dalam penerapan penukar kalor air silang, banyak


dipakai pada pemanasan dan pendingin udara, gas dan air.
Sebagai contoh radiator yang konstruksinya mengunakan
saluran diantara sirip – sirip. Dengan luas permukaan yang
sangat besar persatuan volume yang diwujudkan dalam
bentuk konstruksi pipa dan sirip, maka akan memungkinkan
terjadinya kontrak langsung dengan udara secara lebih luas.
C. Metode Perhitungan

Pendekatan LMTD (log mean temperature difference) dalam analisis berguna


bila suhu masuk dan suhu keluar diketahui atau dapt ditentukan dengan mudah,
sehingga LMTD dapt dengan mudah dihitung, dan aliran kalor luas permukaan dan
koefisien perpindahan kalor menyeluruh dapat ditentukan. Bila kita harus
menentukan suhu masuk atau suhu keluar, analisis kita akan melibatkan prosedur
pendekatan LMTD. Efektifitas mempunyai beberapa keuntungan untuk menganalisa
perpindahan berbagai jenis penukar kalor dalam memilih jenis yang terbaik untuk
melaksanakan pemindahan kalor tertentu. Efektifitas penukar kalor (Heat Exchange
Effectiveness) didefinisikan sebagai berikut (Halaman, 1997 : 498)

perpindahan kalor nyata


E=
perpindahan kalor maksimal yang mungkin .............................( 9 )

Perpindahan kalor yang sebenarnya (actual) dapat dihitung dari energi yang
dilepaskan oleh fluida panas/energi yang diterima oleh fluida dingin untuk
penukaran kalor aliran lawan arah

q = mh ( Th1 – Th2 ) = mc Cc ( Tc2 – Tc1 ) ............................( 10 )

Dimana :

q = laju perpindahan panas

Mh = massa heat

mc = massa caat

Ch = kalor spesifik fluida panas

Cc = kalor spesifik fluida dingin

Th1 = suhu masuk fluida panas

Th2 = suhu keluar fluida panas

Tc1 = suhu masuk fluida dingin

Tc2 = suhu keluar fluida dingin

Untuk menentukan perpindahan kalor maksimum bagi penukar kalor itu harus
dipahami bahwa nilai maksimum akan didapat bila salah satu fluida mengalami
perubahan suhu sebesar beda suhu maksimum yang terdapat dalam penukar kalor
itu, yaitu selisih suhu masuk fluida panas dan fluida dingin. Fluida yang mungkin
mengalami perbeda suhu maksimum ini ialah yang mc-nya minimum, syarat
keseimbangan energi bahwa energi yang diterima oleh fluida yang suhu mesti sama
denga energi yang dilepas oleh fluida yang lain. Jika fluida yang mengalami nilai mc
yang lebih besar yang dibuat mengalami beda suhu yang lebih besar dari
maksimum, dan ini tidak dimungkinkan. Jadi perpindahan kalor yang mungkin
dinyatakan :

Qmaks = (mc)min (Th masuk – Tc masuk ) ..........................( 11 )

Fluida minimum boleh yang panas dan boleh pula yang dingin, bergantung dari
laju aliran masa dan kalor spesifik, dalam Radiator terjadi pelepasan panas ke udara
sekitar dengan demikian terjadi heating effect. (Halaman, 1997 : 499)

mc . c c .(T c2 − T c1 ) (T c 2−T c1 )
ε= =
mc . c c .(T h 2 − T c1 ) (T h 2−T c1 ) ......................................( 12 )

Secara umum efektifitas dapat dinyatakan sebagai

ΔT (Fluida min imum)


ε=
Beda Suhu Maksimum Didalam Penukar kalor ..............( 13 )

Jika fluida dingin ialah fluida minimum, maka :

(T c2 −T c 1 )
ε=
(T h2 −T c 1 ) ..........................................................................( 14 )

D. Sistem Pendingin Mesin

Motor bakar dalam operasionalnya menghasilkan panas yang berasal dari


pembakaran bahan bakar dalam siinder. Panas yang dihasilkan tadi tidak dibuang
akibatnya komponen mesin yang berhubungan dengan panas pembakaran akan
mengalami kenaikan temperatur yang berlebihan dan merubah sifat – sifat serta
bentuk dari komponen mesin tersebut. Sistem pendingin diperlukan untuk
mencegah terjadinya perubahan tersebut. Sistem pendingin yang bisa digunakan
pada motor bakar ada dua macam, yaitu : (Maleev, 1982 : 374)

1. Sistem pendinginan udara (Air Cooling System)

Sistem pendingin jenis udara, panas yang dihasilkan dari pembakaran gas
dalam ruang bakar dan silinder sebagain dirambatkan keluar dengan
menggunakan sirip – sirip pendingin yang dipasang dibagian luar dari silinder
dan ruang bakar. Panas yang dihasilkan ini selanjutnya diserap oleh udara
luar yang memiliki temperatur yang jauh lebih rendah dari temperatur pada
sirip pendingin, pada bagian mesin yang memiliki temperature tinggi
memiliki sirip pendingin yang lebih panjang dari pada sirip pendingin yang
terdapat disekitar silinder yang temperaturnya lebih rendah.

Udara yang berfungsi menyerap panas dari sirip – sirip pendingi harus
berbentuk aliran atau dengan kata lain harus mengalir, hal ini dimaksudkan
agar temperatur udara sekitar sirip lebih rendah sehingga penyerapan panas
tetap berlangsung secara baik. Untuk menciptakan keadaan itu maka aliran
udara harus dibuat dengan jalan menciptakan gerakan relatif anatara sirip
dengan udara. Keadaan ini dapat ditempuh dengan cara menggerakkan sirip
pendingin atau udaranya. Ada dua kemungkinan, apabila sirip pendingin
yang digerakan berarti mesinya bergerak seperti mesin – mesin yang dipakai
pada sepeda motor secara umum. Untuk mesin – mesin yang secara
konstruksi diam/stasioner dan mesin – mesin yang penempatannya
sedemikian rupa sehingga untuk mendapatkan aliran udara, udara yang
dibutuhkan dan diciptakan dengan cara dihembuskan oleh blower yang
dihubungkan langsung dengan poros engkol hasil putaran akibat langkah
kerja siklus motor bakar. Penghembusan udara oleh blower hasil putaran
poros engkol juga akan menciptakan aliran udara yang sebanding dengan
kecepatan mesin sehingga pendingin sempurna dapat terjadi pada mesin
tersebut.

2. Sistem pendinginan air (Water Cooling System)


Sistem pendingin air panas yang berasal dari pembakaran gas dalam
ruang bakar dan selinder sebagian diserap oleh air pendingin yang
bersikulasi melalui dinding silinder dan ruang bakar, keadaan ini dapat
terjadi karen adanya mantel air pendingin (water jacket), panas yang diserap
oleh air pendingin pada mantel – mantel air selanjutnya akan menaikan
temperatur air pendingin tersebut, jika air pendingin itu tetap berada pada
water jacket maka air itu cenderung akan mendidih dan menguap. Hal
tersebut sangat merugikan, oleh karena itu untuk menghindarinya air
tersebut disirkulasikan. Air yang memiliki temperatur yang masih dingin
dialirkan mengganti air yang memiliki temperatur lebih panas dengan kata
lain air yang lebih panas dialirkan keluar.
a. Sirkulasi Pendingin Air
Sirkulasi Pendingin Air secara garis besar ada 2 macam, yaitu :
1) Sirkulasi Alam (Natural Circulation)

Sistem pendingin pada sirkulasi jenis ini, akan terjadi dengan


sendirinya yang mengakibatkan perbedaan berat jenis air panas
dengan yang masih dingin. Pada saat air dalam tangki dipanaskan,
makan air yang telah panas akan menempati bagian atas dari tengki
dan mendesak air yang berada diatasnya segera mengalir ke pipa, air
yang mengalir memasuki bagian bawah dari tengki dimana setelah
dipanaskan air akan mgngalir keatas.

Air yang berada di dalam tangki pada mesin disamakan dengan


air yang berada pada mantel-mantel air. Panas diambil dari panas
hasil pembakaran didalam silinder. Radiator dipakai untuk mengubah
temperatur air pendingin yang panas menjadi lebih dingin, maka
sebagai pembuang panas air yang berada di dalam mantel-mantel air
dipanaskan oleh hasil pembakaran didalam ruang bakar dan silinder
sehingga air tadi akan menyerap panas dan temperaturnya akan naik
mengakibatkan turunya berat jenis sehingga air tadi akan didesak ke
atas oleh air yang masih dingin dari radiator. Air yang panas akan
mengalir dengan sendirinya kebagian atas radiator dimana
selanjutnya temperaturnya akan turun karena telah dibuang sebagai
oleh radiator.pada saat yang bersamaan dengan turunya air pada
radiator juga terjadi pembuangan panas yang besar sehingga
mempercepat turunnyya air pada radiator. Turunnya air akan
mendesak air yang telah panas mesin keradiator bagian atas.

b. Komponen-komponen sistem pendinginan air

Sistem pendinginan air memiliki bagian-bagian yang bekerja secara


integrasi satu dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut akan
bekerja untuk mendukung kerja sistem pendinginan air, antara lain :

1. Radiator

Radiator adalah alat yang berfungsi sebagai alat untuk


mendinginkan air yang telah menyerap panas dari mesin dengan cara
membuang panas air tersebut melalui sirip-sirip pendinginnya.
Konstruksi radiator terdiri dari tangki atas, inti radiator (Radiator
Core), tengki bawah, tutup radiator.

Gambar 4. Konstruksi Radiator

2. Pompa Air (Water pump)

Alat ini berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin dengan


jalan membuat perbedaan tekanan antara saluran isap dengan
saluran tekan yang terdapat pada pompa. Jenis pompa air yang
digunakan ialah pompa air sentrifugal. Pompa ini dapat berputar
karena digerakan oleh mesin melalui tali kipas (V – Bellt).
Gambar 5. Pompa Air

3. Kipas (Fan)

Kipas berfungsi untuk mengalirkan uda pada inti radiator agar


panas yang terdapat pada inti radiator dapat dirambatkan dengan
mudah ke udara. Aliran udara pada mesin-mesin kendaraan selalu
paralel dengan gerakan kendaraan,tetapi arahnya berlawanan.
Pemasangan kipas biasanya dibagian depan dari poros pompa air
sehingga putaran dari kipas sama dengan putaran pompa air yang
selanjutnya menyebabkan aliran udara sesuai dengan putaran mesin.
Untuk menyesuaikan antara kecepatan putar dari mesin dengan
kecepatan pengaliran udara yang dapat menyerap panas dari
radiator, maka besar dan jumlah daun kipas dibuat sesuai dengan
kebutuhan mesin.

Kipas pada konstruksi yang lai ada kalanya digerakan


menggunkan motor listrik, hal ini untuk mencegah terjadianya over
cooling. Kerja dari motor listrik ini tergantung dari temperatur air
pendingin yang mengatur aliran atus listrik dari baterai ke motor.
Cara kerja dari sistem ini ialah apabilah temperatur air pendingin naik
mencapai 930 maka arus listrik akan mengalir yang mengakibatkan
kipas akan berputar, dalam proses kerjanya sistem ini dilengkapi
dengan relay dan water temperatur switch sebagian kontrol
pengendalinya.

Gambar 6. Konstruksi Kipas pada mesin (fan)

4. Katup Thermostat

Secara ideal air pendingin bersirkulasi apabila suhu ideal mesin


telah dicapai, dengan kata lain apabila air pendingin dibuat
bersikulasi pada suhu masih rendah maka suhu air pendingin suka
mencapai idealnya. Untuk tujuan tersebut maka pada sistem
pendingin dilengkapi dengan katup thermostat yang berfungsi
sebagai penahan air pendingin pada suhu rendah dan membuka
saluran air pendingin dari mesin ke radiator dan ke mesin pada saat
mesin telah mencapai suhu idealnya. Pemasangan katup ini biasanya
pada saluran air keluar dari mesin ke radiator yang dimaksudkan agar
lebih mudah untuk melakukan proses kerjanya. Cara kerja dari katup
thermostat ini ialah pada saat air pendingin suhunya masih rendah
katup akan tetap pada posisi tertutup apabila temperatur air
pendingin mulai naik sekitar 800C sampai dengan 900C lillin di dalam
katup thermostat akan memuai dan menekan karet, keadaan ini akan
mengubah bentuk dan menekan poros katup sehingga akan
membuat posisi katup menjadi terbuka. Untuk mengatasi tekanan air
yang berlebihan pada saat katup thermostat masih tertutup, maka
dibuatkan saluran pintas(by pass passage) ke saluran pompa air.
(Remling, 1981 : 824)

5. Mantel Pendingin (Water jacket)

Mantel pendingin dapat digambarkan secara sederhana sebagai


sebuah ruangan yang berda disekeliling silinder mesin dan kepala
silinder mesin. Keberadaan bagian ini berfungsi untuk mendinginkan
silinder dan kepala silinder mesin. Proses pertukaran panas
berlangsung pada bagian ini, dimana panas yang berada pada silinder
dan kepala silinder mesin akan diserap air yang bersirkulasi melewati
bagian mantel air ini. Mantel pendingin ini seara konstruksi
berhubungan dengan tengki radiator. (Maleev, 1932 : 386)

6. Cairan Pendingin

Fluida atau cairan pendingin yang biasa dipakai ialah air. Fluida ini
dalam proses pendinginan akan bergerak atau disirkulasikan untuk
mengambil panas yang berasal dari pembakaran bahan bakar dalam
silinder mesin yang kemudian akan didinginkan pada radiator.
Namun sebagi media penyerap panas, air ini mempunyai beberapa
efek yang merungikan, anatara lain :

 Air nantinya akan menimbulkan endapan kotoran pada


saluran pendingin dan water jacket, kerusakan itu dapat
berbentuk korosi/karet yang dalam jangka waktu yang relatif
lama akan menimbulkan kerusakan.
 Air mempunyai sifat akan membeku pada temperatur yang
rendah, keadaan ini tentunya akan menyebabkan sirkulasi
mengalami gangguan atau masalah.
 Air juga berpotensi mengandung kapur yang dapat
menyebabkan endapan dalam pipa-pipa radiator. Keadaan ini
tentunya akan mengakibatkan penyumbatan pipa-pipa
tersebut.
BAB III

METODE PENGUJIAN

A. Pendekatan Pengujian

Pendekatan pengujian ialah metode yang digunakan untuk mendekatan


permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas
permasalahan secara tepat. Skripsi ini mengunakan metode pengujian jenis
eksperimen. Eksperimen ialah pengujian dengan memanipulasi suatu variabel yang
sengaja dilakukan oleh peneliti untuk melihat efek yang terjadi dari tindakan
tersebut.

Untuk melakukan pengujian dan mendapatkan data, penulis menggunakan alat


pengujian dengan menggunakan radiator tester. Didalam rangkaian radiator tester
dibuat untuk melakukan pengukuran oleh penulis untuk melakukan pengambilan
data penulisan. Alat ini terdiri dari komponen-komponen beberapa alat, komponen-
komponen itu saling berhubungan untuk mendapatkan hasil berupa hasil
pengukuran, komponen-komponen dan alat ukur tersebut antara lain :

1. Radiator 5. Tengki panas


2. Flowmeter 6. Anemometer
3. Kipas (fan) 7. Mesin Honda GX 160 (5.5)
4. Thermometer 8. DC-Power Supply

1. Radiator
Radiator adalah alat yang berfungsi sebagai alat untuk mendinginkan air
yang telah menyerap panas dari mesin dengan cara membuang panas air
tersebut melalui sirip-sirip pendinginnya. Adapun radiator yang digunakan
disini ialah radiator jenis DENSO JK422173-0150 yang merupakan produksi PT.
DENSO INSONESIA CORP.

Gambar 8. Radiator yang digunakan untuk mendinginkan .


2. Flowmeter
Flowmeter berfungsi untuk mengukur debit air yang keluar dari radiator,
terletak diantara radiator dan mesin dan dihubungkan dengan menggunakan
pipa berdiameter 0,5 inchi. Flowmeter ini merupakan pengukuran debit aliran
air standar yang dipakai oleh para pengguna jasa PDAM (Perusahaan Daerah Air
Minum).
Gambar 9. Mengukur kecepatan aliran air dengan Flowmeter
3. Kipas (fan)
Kipas (fan) berfungsi untuk mengalirkan udara pada inti radiator, kipas ini
digunakan untuk menciptakan aliran udara untuk meniupkan udara ke radiator.
Agar mempermudah pengaturan kecepatan udara yang akan di alirkan pada
saat pengujian, maka dalam pengujian ini mengunakan fan motor jenis DENSO
AE 16800-2410.

Gambar 10. Kipas yang digunakan untuk mengalirkan udara ke radiator.


4. Thermometer
Thermometer digunakan untuk mengukur temperatur air pendingin,
dipasang pada aliran masuk dan aliran keluar radiator masing-masing 1 buah.
Digunakan untuk mengukur suhu masuk dan keluar aliran air radiator, dengan
spesifikasi:
 Jenis Thermometer : Raksa
 Jangkauan skala (range) : 00 sampai dengan 1000C

Gambar 11. Mengukur suhu aliran air radiator dengan Themometer


5. Tengki Pemanas
Tengki pemanas yang digunakan dalam proses pengujian adalah tengki
pemanas yang berbentuk kotak (box) tertutup yang terbuat dari plat besi dan
dilengkapi elemen pemanas air dengan spesifikasi berikut :
 Tebal Plat Besi : 5mm
 Ukuran Box : 30 cm x 30 cm x 30 cm
 Volume Box : 27000 cm3 = 0.027 m3

Gambar 12. Tengki Pemanas yang digunakan untuk tempat


penampungan air serta tempat pamanas air.
6. Anemometer
Anemometer adalah alat untuk mengukur aliran udara, dalam pengujian ini
yang digunakan ialah Anemometer bermerek LUTORN yang juga dilengkapi
Thermometer dengan udara, sedangkan spesifiksai untuk kecepatan pengukur.

Gambar 13. Mengukur kecepatan aliran udara dengan Anemometer


7. Mesin Honda GX 160 (5.5)
Mesin ini berfungsi untuk mengerakan pompa air pada tengki pemanas agar
air dapat bersikulasi melaui radiator, jenis yang digunakan Mesin Honda GX 160
(5.5) dengan spesifikasi sebagai berikut :
 Putaran : 2.500 rpm
 Daya : 5,5 HP
 Arus : 4 Kw

Gambar 14. Mesin Honda 160 (5.5) untuk mengerakan pompa air
8. DC-Power Supply
Power Supply yang digunakan buatan GPAKAI (GP-30 A) berfungsi untuk
menggerakan kipas pendingin air pada radiator, dengan spesifikasi ;
 Input : 220 V
 Output Voltage (V) : 13,8 V (6V-16V ADJ)
 Output Current (A) : 28 A (AT 13,8V)
 Pemakaian Daya Max : 650 VA
 Berat Kotor : 7,3 KG

Gambar 15. DC Power Supply untuk mengerakan kipas


B. Prosedur Pengujian
Untuk melakukan pengujian, sebelumnya kita perlu menetukan langkah-
langkah yang harus dilakukan, langkah-langkah tersebut dilakukan agar pengujian
yang akan dilakukan berjalan dengan baik. Adapun langkah-langkah yang perlu kita
lakukan antaranlain :
1. Persiapan pengujian
2. Pelaksanaan pengujian
3. Pengumpulan data

1. Persiapan pengujian
Sebelum melakukan pelaksanaan pengujian, perlatan serta komponen
tadi harus diperiksa dan di kelengkapannya dan setting agar dapat
dioperasikan dengan baik. Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pengujian
adalah sebagai berikut :
A. Pemasangan komponen pengujian
Tahap awal untuk persiapan pengujian ini adalah pemasangan
komponen-komponen alat pengukur seperti :
 Termometer
 Flow meter
B. Pengecekan komponen pengujian
1. Set mesin penggerak pompa
 Pengecekan pengapian baik dari koil maupun busi
 Penyetelan tarikan gas dan udara
 Pengecekan baut pengikat mesin pada kerangka
2. Set komponen tengki pemanas
 Periksa kebocoran pada tengki
 Periksa ketinggian air pada tengki
3. Set instrumen pada radiator
 Pengecekan air pada radiator
 Pengecekan tutup radiator
4. Set pendingin radiator (kipas)
 Pengecekan pelumasan pada bearing kipas
5. Set regulator
 Pada pengujian ini tegantung yang dipakai regulator
adalah 8V, 10V dan 21V

2. Pelaksanaan pengaujian

Didalam pelaksanan pengujian ada beberapa langkah yang akan


dilakukan, antara lain :

a) Persiapan awal
 Panaskan air pada tengki pemanas hingga temperatur 900C
 Hidupkan mesin dengan tarikan gas dan udara yang sama
pada setiap pengujian.
 Penyetelan regulator untuk mengatur kecepatan kipas
pendingin radiator (2,3 m/s untuk 8V,3,5 m/s untuk 10V dan
4,2 m/s untuk 12V)
b) Pengambilan data pengujian
Setelah temperatur mencapai 900C pengambilan data dimulai
dengan menghidupkan kipas pendingin radiator. Adapun data yang
diambil dari temperatur (90 – 70)0C yaitu :
 Th1 untuk temperatur masuk radiator
 Th2 untuk temperatur keluar radiator
 TC1 untuk temperatur lingkungan
 TC2 untuk temperatur yang dilepaskan radiator

Setelah data didapat, ganti pully dan lakukan lagi untuk variasi
berikutnya dengan cara yang sama dimulai persiapan awal.
3. Pengambilan Data

Sebuah data selama proses pengujian dimasukan ke dalam tabel


pengolah data (check sheet), kemudian dilakukan proses pengolahan data
untuk mendapatkan nilai efektivitas radiator.

Semua langkah-langkah diatas harus dipersiapkan dan dilakukan sesuai


dengan prosedur langkah pengujian yang telah ditentukan, agar bisa
mendapatkan hasil pengujian yang baik, serta tidak mengalami kendala pada
saat pengujian dilakukan.

Diagram alir :
MULAI

INTELASI SIMULATOR

RADIATOR

VARIABEL TETAP VARIABEL TIDAK TETAP

 Kapasitas air pendingin pada  Temperatur operasi mesin


aliran udara yang bervariasi  Temperatur air pendingin
(3,11;5,23;6,03)m3/s. dengan variabel
 Aliran udara terhadap  Temperatur udara pendingin
kepasitas air pendingin yang
bervariasi (2,3;3,5;4,2)m/s.

 Efektifitas Radiator
 Perpindahan Kalor

Hasil Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 16. Diagram alir pengujian


C. Contoh Data Hasil Pengujian
Pengujian ini akan mencari hubungan antara kecepatan aliran udara
terhadapefektifitas pendingin radiator tester. Pengujin ini menggunakan tiga tingkat
kecepatan aliran udara yaitu (2,3 ; 3,5 ; 4,2 ) m/s dan variasi pully untuk
mendapatkan debit yang berbeda yaitu (3,11 ; 5,23 ; 6,03 )x 10 -4 m3/s dengan tiga
pengulangan pada masing masing tingkat kecepatan aliran udara. Pengujuran
dilakukan saat temperatur air 900.
Pengukuran suhu pada Th1 dan Th2 mengunakan thermometer tabung,
sedangkan pengukuran suhu pada Tc1 dan Tc2 menggunakan thermometer digital.
Data-data yang diperoleh dari hasil pengujian selanjutnya digunakan untuk
menghitung
 Efektifitas radiator
TC − TC 1
ε= 2
Th 1 − Th1
Dimana ;
ԑ = nilai effektivitas radiator
TC2 = temperatur yang dilepaskan radiator
TC1 = temperatur lingkungan
Th1 = temperatur masuk radiator
 Perpindahan kalor
q = mh ch (Th1 – Th2 ) = mc cc (Tc1 – Tc2 )
laju aliran massa (m) dapat dicari menggunakan rumus berikut ;
m=pVA=pQ
dimana ;
q = perpindahan kalor (watt)
mh = laju aliran massa fluida panas (kg/s)
mc = laju aliran massa fluida pendinggin (kg/s)
ch = kalor spesifik fluida panas (j/kg.k)
p = densitas fluida (kg/m3)
A = luas penampang (m2)
Q = kapasitas (m3/s)

Contoh data yang didapat dari pengujian di tabelkan pada tabel – tabel berikut
 Pengujian dengan kapasitas 3,11 m3/s
Tabel 2. Percobaan aliran udara 2,3 m/s

Temperatur Operasi Mesin Th1 Th2 Tc1 Tc2


(0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
70 70 54 31 50
75 75 58 31 53
80 80 60 31 52
85 85 75 31 53
90 90 76 31 53

Tabel 3. Percobaan Aliran Udara 3,5 m/s

Temperatur Operasi Mesin Th1 Th2 Tc1 Tc2


(0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
70 70 54 31 50
75 75 58 31 53
80 80 60 31 52
85 85 75 31 53
90 90 76 31 53

Tabel 4. Percobaan Aliran Udara 4,2 m/s

Temperatur Operasi Mesin Th1 Th2 Tc1 Tc2


(0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
70 70 54 31 50
75 75 58 31 53
80 80 60 31 52
85 85 75 31 53
90 90 76 31 53

 Pengujian dengan kapasitas 5,23 m3/s


Tabel 5. Percobaan Aliran Udara 2,3 m/s

Temperatur Operasi Mesin Th1 Th2 Tc1 Tc2


(0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
70 70 54 31 50
75 75 58 31 53
80 80 60 31 52
85 85 75 31 53
90 90 76 31 53
Tabel 6. Percobaan Aliran Udara 3,5 m/s

Temperatur Operasi Mesin Th1 Th2 Tc1 Tc2


(0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
70 70 54 31 50
75 75 58 31 53
80 80 60 31 52
85 85 75 31 53
90 90 76 31 53

Tabel 7. Percobaan Aliran Udara 4,2 m/s

Temperatur Operasi Mesin Th1 Th2 Tc1 Tc2


(0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
70 70 54 31 50
75 75 58 31 53
80 80 60 31 52
85 85 75 31 53
90 90 76 31 53

 Pengujian dengan kapasitas 6,03 m3/s


Tabel 8. Percobaan Aliran Udara 2,3 m/s

Temperatur Operasi Mesin Th1 Th2 Tc1 Tc2


(0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
70 70 54 31 50
75 75 58 31 53
80 80 60 31 52
85 85 75 31 53
90 90 76 31 53

Tabel 9. Percobaan Aliran Udara 3,5 m/s

Temperatur Operasi Mesin Th1 Th2 Tc1 Tc2


(0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
70 70 54 31 50
75 75 58 31 53
80 80 60 31 52
85 85 75 31 53
90 90 76 31 53
Tabel 10. Percobaan Aliran Udara 4,2 m/s

Temperatur Operasi Mesin Th1 Th2 Tc1 Tc2


(0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
70 70 54 31 50
75 75 58 31 53
80 80 60 31 52
85 85 75 31 53
90 90 76 31 53

D. Teknik analisa data


Teknik analisa data yang digunakan dalam pengujian ini dengan menggunakan
teknik analisa diskriptif, teknik analisa ini untuk mengetahui hubungan sebagai
berikut :
a. Mengetahui hubungan pengaruh antara kecepataan aliran udara terhadap
efektifitas radiator.
b. Mengetahui seberapa besar pengaruh kecepatan aliran udara dengan
variasi volume air pendingin terhadap efektifitas radiator

Contoh hasil dan pembahasan

1. Skema Alat Pengujian

Gambar 17. Skema alat pengujian

2. Pengolah Data
Pada pengujian pertama yaitu percobaan dengan pemasangan pully l dan
regulator di setel 8v.(2,3 m/s)
Q = 3,11 x 10-4 m3/s
V = 2,3 m/s
Untuk temperatur masuk radiator 700C
Fluida panas (air) pada temperatur 700C nilai ch dan ρ diperoleh dari tabel
termodinamika yaitu masing-masing sebesar 4,191 kJ/kg.k dan 977,3 kg/m 3
 Perhitungan Effektivitas Radiator
50 − 31
ε= = 0,487
70 − 31
 Perhitungan Perpindahan Kalor
q = 977,3(3,11 x 10-4)(4,191 x 103)(348 – 334)
= 16561,14 watt

Untuk temperatur masuk radiator 750C


Fluida panas (air) pada temperatur 75 0C nilai ch dan ρ diperoleh tabel
termodinamika yaitu macam-macam sebesar 4,191 kJ/kg.k dan 974,6 kg/m 3
 Perhitungan Effektiitas Radiator
53 − 31
ε= = 0,5
75 − 31
 Perhitungan Perpindahan Kalor
q = 974,6(3,11 x 10-4)(4,194 x 103)(348 – 334)
= 17796,47 watt

Untuk temperatur masuk radiator 800C

Fluida panas (air) pada temperatur 800C nilai ch dan ρ diperoleh dari tabel
termodinamika yaitu masing-masing sebesar 4,198 kJ/kg.k dan 971,5 kg/m 3

 Perhitungan Effektivitas Radiator


52 − 31
ε= = 0,428
80 − 31
 Perhitungan Perpindahan Kalor
q = 971,5(3,11 x 10-4)(4,198 x 103)(353-339)
= 17757,09 watt

Untuk temperatur masuk radiator 850C


Fluida panas (air) pada temperatur 85 0C nilai ch dan ρ diperoleh tabel
termodinamika yaitu macam-macam sebesar 4,203 kJ/kg.k dan 968,2 kg/m 3
 Perhitungan Effektivitas Radiator
53 − 31
ε= = 0,407
85− 31
 Perhitungan Perpindahan Kalor
q = 968,2(3,11 x 10-4)(4,198 x 103)(353-344)
= 17717,12 watt
Untuk temperatur masuk radiator 900C
Fluida panas (air) pada temperatur 90 0C nilai ch dan ρ diperoleh tabel
termodinamika yaitu macam-macam sebesar 4,208 kJ/kg.k dan 964,8 kg/m 3
 Perhitungan Effektivitas Radiator
53 − 31
ε= = 0,372
90− 31
 Perhitungan Perpindahan Kalor
q = 964,8(3,11 x 10-4)(4,198 x 103)(363-348)
= 18939,65 watt

c. Contoh Hasil dan Pembahasan Pengujian


Untuk perhitungan variasi pully lainya dilakukan dengan cara yang sama,
sehingga hasil perhitungan ditabelkan pada tabel-tabel berikut :
Tabel 11. Hasil perhitungan pada kecepatan aliran air (debit) sebesar 3,11 m 3/s

Kecepatan Temperatur Kalor Densitas Nilai Perpindahan


Kipas Operasi Spesifik Fluida Effektivitas Kalor
Pendingin Mesin Fluida Panas Radiator (watt)
(0C) (J/kg.k) (kg/m3)
70 4,191 977,3 0,487 16561,14
75 4,194 974,6 0,5 17796,47
2,3 m/s 80 4,198 971,5 0,428 17757,47
85 4,203 968,2 0,407 17717,12
90 4,208 964,8 0,372 18939,65
70 4,191 977,3 0,538 19109,00
75 4,194 974,6 0,500 22881,17
3,5 m/s 80 4,198 971,5 0,469 25367,28
85 4,203 968,2 0,407 25310,17
90 4,208 964,8 0,373 23990,22
70 4,191 977,3 0,590 21656,87
75 4,194 974,6 0,545 25423,52
4,2 m/s 80 4,198 971,5 0,510 25367,28
85 3,203 968,2 0,426 26575,68
90 4,208 964,8 0,390 26515,51

Tabel 12. Hasil perhitungan pada kecepatan aliran air (debit) sebesar 5,23 m 3/s

Kecepatan Temperatur Kalor Densitas Nilai Perpindahan


Kipas Operasi Spesifik Fluida Effektivitas Kalor
Pendingin Mesin Fluida Panas Radiator (watt)
(0C) (J/kg.k) (kg/m3)
70 4,191 977,3 0,538 29992,74
75 4,194 974,6 0,523 32065,52
2,3 m/s 80 4,198 971,5 0,449 34127,55
85 4,203 968,2 0,426 31922,56
90 4,208 964,8 0,390 38220,33
70 4,191 977,3 0,564 34277,42
75 4,194 974,6 0,545 36340,92
3,5 m/s 80 4,198 971,5 0,510 36260,52
85 4,203 968,2 0,444 36178,90
90 4,208 964,8 0,424 40343,68
70 4,191 977,3 0,615 38562,09
75 4,194 974,6 0,568 40616,33
4,2 m/s 80 4,198 971,5 0,531 38393,49
85 3,203 968,2 0,463 40435,24
90 4,208 964,8 0,424 44590,38

Tabel 13. Hasil perhitungan pada kecepatan aliran air (debit) sebesar 6,03 m 3/s

Kecepatan Temperatur Kalor Densitas Nilai Perpindahan


Kipas Operasi Spesifik Fluida Effektivitas Kalor
Pendingin Mesin Fluida Panas Radiator (watt)
(0C) (J/kg.k) (kg/m3)
70 4,191 977,3 0,590 34580,54
75 4,194 974,6 0,545 41899,76
2,3 m/s 80 4,198 971,5 0,490 44266,30
85 4,203 968,2 0,463 41712,96
90 4,208 964,8 0,424 46514,80
70 4,191 977,3 0,615 41990,66
75 4,194 974,6 0,591 44363,46
3,5 m/s 80 4,198 971,5 0,531 44266,30
85 4,203 968,2 0,481 49074,07
90 4,208 964,8 0,441 53859,24
70 4,191 977,3 0,641 46930,73
75 4,194 974,6 0,614 49293,84
4,2 m/s 80 4,198 971,5 0,551 49184,78
85 3,203 968,2 0,481 53981,47
90 4,208 964,8 0,441 56307,39

d. Contoh Analisa Hasil Pengujian


 Hubungan Temperatur Operasi Mesin Terhadap Nilai Efektifitas Radiator

Gambar 18. Hubungan Temperatur Operasi Mesin Terhadap Nilai Efektifitas radiator

 Dari grafik diatas didapat nilai Efektifitas yang baik adalah pada kecepatan
aliran air 6,03 m3/s dan pada kecepatan aliran udara 4,2 m/s.
 Sedangkan nilai Efektifitas yang rendah adalah pada kecepatan aliran air 3,11
m3/s dan pada kecepatan aliran udar 2,4 m/s.
 Dari grafik hubungan temperatur operasi mesin terhadap nilai efektifitas
radiator dapat didimpulkan bahwa semakin besar temperatur operasi mesin
yang didinginkan semakin menutun nilai efektifitas radiatornya baik dari variasi
debit maupun variasi kecepatan udara.
 Hubungan Temperatur Operasi Mesin Terhadap Perpindahan Kalor

Gambar 19. Hubungan Temperatur Opeasi Mesin Terhadap Perpindahan Kalor

 Dari grafik diatas didapat nilai perpindahan kalor yang baik adalah pada
kecepatan aliran air 6,03 m3/s dan pada kecepatan udara 4,2 m/s.
 Sedangkan nilai perpindahan kalor yang rendah adalah pada kecepatan aliran
air 3,11 m3/s dan pada kecepatan aliran udara 2,4 m/s
 Dari grafik hubungan temperatur operasi mesin terhadap perpindahan kalor
dapat disimpulkan bahwa semakin besar temperatur operasi mesin yang
didinginkan, semakin mengingkat perpindahan kalornya baik dari variasi debit
maupun variasi kecepatan udara.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil data pengujian dan analisa data yang dilakukan, maka dapat diambil
kesimpilan sebagai berikut :
1. Untuk interval temperatur 700C sampai 900C, maka didapatkan nilai
efektifitas radiator tertinggi pada suhu air pendingin 700C = 0,6411 dengan
laju aliran udara 4,2 m/s dan efektifitas radiator terendah pada temperatur
700C sampai 900C didapat pada suhu air pendingin 900C dengan laju udara
2,3 m/s dengan nilai 0,3566.
2. Nilai efektifitas turun maka naiknya temperatur.
3. Pada kapasitas yang sam efektifitas akan naik dengan naiknya kecepatan
aliran udara.
4. Perpindahan kalor naik dengan naiknya temperatur operasi mesin.
5. Dengan kapasitas yang sama perpindahan kalor akan naik dengan naiknya
kecepatan aliran udara.
B. Saran
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat penulis
berikan ;
1. Untuk menurunkan temperatur operasi mesin maka nilai efektifitas kerja
radiator harus naik atau baik, yaitu dengan menaikkan kecepatan aliran
udara dan keccepatan aliran air.
2. Dengan naik kapasitas air radiator maka nilai efektifitas akan naik
dengan naiknya kapasitas air radiator, maka perpindahan kalor cendrung
naik.
3. Pada pengujian selanjutnya seabiknya alat pemanas air (elemen
pemanas) yang digunakan harus mengutamakan keselamatan kerja
karena berhubungan air dan listrik.
DAFTAR PUSTAKA

Holman, J.p 1986 perpindahan kalor.Translated jasifi,E.1994.Jakarta :penerbit


Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai