MATERI PRAKTIKUM
2. Perumusan Masalah
4. Tujuan Pengujian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Perkembangan Pengujian
Nazaruddin 2013. Analisis Debit Aliran Fluida Terhadap Efektifitas Radiator Pada
Enginer Mobil Mazda, Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru. Debit yang
semakin tinggi ini dikarenakan putaran mesin yang semakin tinggi ini sehingga
menjadikan penyerapan kalor menjadi semakin maksimal. Hal ini ditandai dengan
suhu dibelakng radiator, peningkatan suhu tersebut menjadikan suhu tersebut
menjadikan nilai efektifitas semakin tinggi. Pengambilan data pengujian untuk
pengambilan suhu ukur dengan penahan (holding time) selam 30 menit terjadi
peningkatan nilai efektifitas yang seimbang, sesuai dengan kenaikan debit aliran air,
ini menujukan adanya kestabilan nilai efektifitas radiator. Kestabilan nilai efektifitas
ini merupakan suatu hal yang wajar karena bila diamati kenaikan suhu ukuran
terjadi merata pada parameter suhu air yang keluar dari mesin, suhu air yang keluar
radiator masuk ke mesin dan suhu udara di belakang radiator, sehingga akan
menyebabkan besaran nilai efektifitas radiator akan cendrung stabil.
Agung Nugroho 2009. Laju Perpindahan Panas Pada Radiator Dengan Fluida
Campuran 80% Air Dan 20% Radiator Coolant Pada putaran Konstan. Pada
Pengujian ini dilakukan pengujian perbandingan laju perpindahan panas mesin
antara pemakaian 1005 air dengan campuran 80% air dan 20% radiator coolant
dengan metode paired comparison pada putaran 2000 RPM. Dari pengujian
tersebut diambil data antara lain temperatur masuk dan temperatur keluar
radiator. Dan volume aliran fluida radiator (Q) yang kemudian dilakuakan
pengolahan data untuk menentukan laju aliran massa (M), panas spesifik fluida
(Cp), laju perpindahan data secara statikstik. Hasil pengujian terhadap campuran
fluida radiator 80% air dan 20% radiator coolant menujukkan rata-rata selisih
temperatur Qutlet radiator yang lebih tinggi juga sebesar 8,0378 kj/s. Kondisi ini
menujukan pada RPM 2000, campuran 80% air dan 20% radiator coolant memiliki
kemampuan penyerapan dan perpindahan panas mesin yang lebih tinggi dari pada
100% air.
Ade Irfan S 2007. Analisa sistem pendingin pada mesin isuzu panther.
Komponen-komponen sistem pendingin isuzu panther terdiri dari radiator,
Thermostar, Pompa Air, Water Jaket, Tutup Radiator, Kipas, Selang dan Klem, dan
Alat Pengukuran Suhu Air pendingin tekan yang memanfaatkan pompa air untuk
mensirkulasi air pendingin.
Frans Dermawan 2011. Pengaruh debit aliran air terhadap efektifitas radiator
Daihatsu Classy Type Hc 16 Valve dengan metode NTU, Universitas Mercu Buana.
Ricki Murti 2008. Laju pembuangan panas pada radiator dengan fluida
campuran 80% air dan 20% RC pada RPM konstan, Universitas Udayana.
Robin 2015. Analisa debit aliran fluida air mampu radiator terhadap efektifitas
kerja radiator, Prodi Teknik Mesin Universitas Tamansiswa Palembang. Berdasarkan
hasil dari analisa data maka didapat disimpulkan bahwa nilai efektifitas justru akan
menurun jika debit aliran dinaikan melebihi dari debit aliran yang sesuai dengan
aliran udara yang ditetapkan. Pada pengujian selanjutnya sebaiknya mengunakan
material selang/pipa yang lebih tepat untuk temperaturtinggi, karena kurang
tepatnya pemilihan material dalam hal pipa yang digunakan tidak bisa dilalui oleh
temperatur tinggi, apabila dipaksakan untuk temperatur yang tinggi maka pipa akan
memuai/meleleh.
B. Landasan Teori
Perpindahan panas (heat transfer) adalah proses berpindahnya energi dari
suatu tempat ke tempat yang lain dilakukan adanya perbedaan suhu diantara benda
atau material. Perpindahan panas terhadap tiga jenis yaitu :
1. Konduksi
Merupakan perpindahan panas dari tempat yang bertemperatur tinggi
ketempat yang bertemperatur lebih rendah di dalam medium yang
bersinggungan langsung.
2. Konveksi
Merupakan proses perpindahan energi panas dengan kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi dan proses mencampur. Proses ini
terjadi pada permikaan padat, cair dan gas.
3. Radiasi
Merupakan proses pepindahan panas dari tempat yang bersuhu tinggi ke
tempat yang bersuhu yang rendah bila kedua tempat itu terpisah dalam
ruangan bahkan ruang hampa sekalipun. (Holman,1997:13)
Perpindahan panas konduksi
q
≈∂T /∂ χ
A
q =− k . A . ∂T / ∂ χ ................................................................
...... (1)
Dimana :
Dimana :
Dimana :
dp = m.cp.dTb = h (2πr)dx(Tw-Tb)
Tw = suhu dingin
Dimana :
Fe = Fungsi emisitas
Fg = Fungsi geometri
T A− T B
q=
1/h2 . A + Δx/k . A + 1/h2 . A ............................( 6 )
1
U=
1 /h 2 + Δx/k + 1 /h2 .......................................( 8 )
Perpindahan kalor yang sebenarnya (actual) dapat dihitung dari energi yang
dilepaskan oleh fluida panas/energi yang diterima oleh fluida dingin untuk
penukaran kalor aliran lawan arah
Dimana :
Mh = massa heat
mc = massa caat
Untuk menentukan perpindahan kalor maksimum bagi penukar kalor itu harus
dipahami bahwa nilai maksimum akan didapat bila salah satu fluida mengalami
perubahan suhu sebesar beda suhu maksimum yang terdapat dalam penukar kalor
itu, yaitu selisih suhu masuk fluida panas dan fluida dingin. Fluida yang mungkin
mengalami perbeda suhu maksimum ini ialah yang mc-nya minimum, syarat
keseimbangan energi bahwa energi yang diterima oleh fluida yang suhu mesti sama
denga energi yang dilepas oleh fluida yang lain. Jika fluida yang mengalami nilai mc
yang lebih besar yang dibuat mengalami beda suhu yang lebih besar dari
maksimum, dan ini tidak dimungkinkan. Jadi perpindahan kalor yang mungkin
dinyatakan :
Fluida minimum boleh yang panas dan boleh pula yang dingin, bergantung dari
laju aliran masa dan kalor spesifik, dalam Radiator terjadi pelepasan panas ke udara
sekitar dengan demikian terjadi heating effect. (Halaman, 1997 : 499)
mc . c c .(T c2 − T c1 ) (T c 2−T c1 )
ε= =
mc . c c .(T h 2 − T c1 ) (T h 2−T c1 ) ......................................( 12 )
(T c2 −T c 1 )
ε=
(T h2 −T c 1 ) ..........................................................................( 14 )
Sistem pendingin jenis udara, panas yang dihasilkan dari pembakaran gas
dalam ruang bakar dan silinder sebagain dirambatkan keluar dengan
menggunakan sirip – sirip pendingin yang dipasang dibagian luar dari silinder
dan ruang bakar. Panas yang dihasilkan ini selanjutnya diserap oleh udara
luar yang memiliki temperatur yang jauh lebih rendah dari temperatur pada
sirip pendingin, pada bagian mesin yang memiliki temperature tinggi
memiliki sirip pendingin yang lebih panjang dari pada sirip pendingin yang
terdapat disekitar silinder yang temperaturnya lebih rendah.
Udara yang berfungsi menyerap panas dari sirip – sirip pendingi harus
berbentuk aliran atau dengan kata lain harus mengalir, hal ini dimaksudkan
agar temperatur udara sekitar sirip lebih rendah sehingga penyerapan panas
tetap berlangsung secara baik. Untuk menciptakan keadaan itu maka aliran
udara harus dibuat dengan jalan menciptakan gerakan relatif anatara sirip
dengan udara. Keadaan ini dapat ditempuh dengan cara menggerakkan sirip
pendingin atau udaranya. Ada dua kemungkinan, apabila sirip pendingin
yang digerakan berarti mesinya bergerak seperti mesin – mesin yang dipakai
pada sepeda motor secara umum. Untuk mesin – mesin yang secara
konstruksi diam/stasioner dan mesin – mesin yang penempatannya
sedemikian rupa sehingga untuk mendapatkan aliran udara, udara yang
dibutuhkan dan diciptakan dengan cara dihembuskan oleh blower yang
dihubungkan langsung dengan poros engkol hasil putaran akibat langkah
kerja siklus motor bakar. Penghembusan udara oleh blower hasil putaran
poros engkol juga akan menciptakan aliran udara yang sebanding dengan
kecepatan mesin sehingga pendingin sempurna dapat terjadi pada mesin
tersebut.
1. Radiator
3. Kipas (Fan)
4. Katup Thermostat
6. Cairan Pendingin
Fluida atau cairan pendingin yang biasa dipakai ialah air. Fluida ini
dalam proses pendinginan akan bergerak atau disirkulasikan untuk
mengambil panas yang berasal dari pembakaran bahan bakar dalam
silinder mesin yang kemudian akan didinginkan pada radiator.
Namun sebagi media penyerap panas, air ini mempunyai beberapa
efek yang merungikan, anatara lain :
METODE PENGUJIAN
A. Pendekatan Pengujian
1. Radiator
Radiator adalah alat yang berfungsi sebagai alat untuk mendinginkan air
yang telah menyerap panas dari mesin dengan cara membuang panas air
tersebut melalui sirip-sirip pendinginnya. Adapun radiator yang digunakan
disini ialah radiator jenis DENSO JK422173-0150 yang merupakan produksi PT.
DENSO INSONESIA CORP.
Gambar 14. Mesin Honda 160 (5.5) untuk mengerakan pompa air
8. DC-Power Supply
Power Supply yang digunakan buatan GPAKAI (GP-30 A) berfungsi untuk
menggerakan kipas pendingin air pada radiator, dengan spesifikasi ;
Input : 220 V
Output Voltage (V) : 13,8 V (6V-16V ADJ)
Output Current (A) : 28 A (AT 13,8V)
Pemakaian Daya Max : 650 VA
Berat Kotor : 7,3 KG
1. Persiapan pengujian
Sebelum melakukan pelaksanaan pengujian, perlatan serta komponen
tadi harus diperiksa dan di kelengkapannya dan setting agar dapat
dioperasikan dengan baik. Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pengujian
adalah sebagai berikut :
A. Pemasangan komponen pengujian
Tahap awal untuk persiapan pengujian ini adalah pemasangan
komponen-komponen alat pengukur seperti :
Termometer
Flow meter
B. Pengecekan komponen pengujian
1. Set mesin penggerak pompa
Pengecekan pengapian baik dari koil maupun busi
Penyetelan tarikan gas dan udara
Pengecekan baut pengikat mesin pada kerangka
2. Set komponen tengki pemanas
Periksa kebocoran pada tengki
Periksa ketinggian air pada tengki
3. Set instrumen pada radiator
Pengecekan air pada radiator
Pengecekan tutup radiator
4. Set pendingin radiator (kipas)
Pengecekan pelumasan pada bearing kipas
5. Set regulator
Pada pengujian ini tegantung yang dipakai regulator
adalah 8V, 10V dan 21V
2. Pelaksanaan pengaujian
a) Persiapan awal
Panaskan air pada tengki pemanas hingga temperatur 900C
Hidupkan mesin dengan tarikan gas dan udara yang sama
pada setiap pengujian.
Penyetelan regulator untuk mengatur kecepatan kipas
pendingin radiator (2,3 m/s untuk 8V,3,5 m/s untuk 10V dan
4,2 m/s untuk 12V)
b) Pengambilan data pengujian
Setelah temperatur mencapai 900C pengambilan data dimulai
dengan menghidupkan kipas pendingin radiator. Adapun data yang
diambil dari temperatur (90 – 70)0C yaitu :
Th1 untuk temperatur masuk radiator
Th2 untuk temperatur keluar radiator
TC1 untuk temperatur lingkungan
TC2 untuk temperatur yang dilepaskan radiator
Setelah data didapat, ganti pully dan lakukan lagi untuk variasi
berikutnya dengan cara yang sama dimulai persiapan awal.
3. Pengambilan Data
Diagram alir :
MULAI
INTELASI SIMULATOR
RADIATOR
Efektifitas Radiator
Perpindahan Kalor
SELESAI
Contoh data yang didapat dari pengujian di tabelkan pada tabel – tabel berikut
Pengujian dengan kapasitas 3,11 m3/s
Tabel 2. Percobaan aliran udara 2,3 m/s
2. Pengolah Data
Pada pengujian pertama yaitu percobaan dengan pemasangan pully l dan
regulator di setel 8v.(2,3 m/s)
Q = 3,11 x 10-4 m3/s
V = 2,3 m/s
Untuk temperatur masuk radiator 700C
Fluida panas (air) pada temperatur 700C nilai ch dan ρ diperoleh dari tabel
termodinamika yaitu masing-masing sebesar 4,191 kJ/kg.k dan 977,3 kg/m 3
Perhitungan Effektivitas Radiator
50 − 31
ε= = 0,487
70 − 31
Perhitungan Perpindahan Kalor
q = 977,3(3,11 x 10-4)(4,191 x 103)(348 – 334)
= 16561,14 watt
Fluida panas (air) pada temperatur 800C nilai ch dan ρ diperoleh dari tabel
termodinamika yaitu masing-masing sebesar 4,198 kJ/kg.k dan 971,5 kg/m 3
Tabel 12. Hasil perhitungan pada kecepatan aliran air (debit) sebesar 5,23 m 3/s
Tabel 13. Hasil perhitungan pada kecepatan aliran air (debit) sebesar 6,03 m 3/s
Gambar 18. Hubungan Temperatur Operasi Mesin Terhadap Nilai Efektifitas radiator
Dari grafik diatas didapat nilai Efektifitas yang baik adalah pada kecepatan
aliran air 6,03 m3/s dan pada kecepatan aliran udara 4,2 m/s.
Sedangkan nilai Efektifitas yang rendah adalah pada kecepatan aliran air 3,11
m3/s dan pada kecepatan aliran udar 2,4 m/s.
Dari grafik hubungan temperatur operasi mesin terhadap nilai efektifitas
radiator dapat didimpulkan bahwa semakin besar temperatur operasi mesin
yang didinginkan semakin menutun nilai efektifitas radiatornya baik dari variasi
debit maupun variasi kecepatan udara.
Hubungan Temperatur Operasi Mesin Terhadap Perpindahan Kalor
Dari grafik diatas didapat nilai perpindahan kalor yang baik adalah pada
kecepatan aliran air 6,03 m3/s dan pada kecepatan udara 4,2 m/s.
Sedangkan nilai perpindahan kalor yang rendah adalah pada kecepatan aliran
air 3,11 m3/s dan pada kecepatan aliran udara 2,4 m/s
Dari grafik hubungan temperatur operasi mesin terhadap perpindahan kalor
dapat disimpulkan bahwa semakin besar temperatur operasi mesin yang
didinginkan, semakin mengingkat perpindahan kalornya baik dari variasi debit
maupun variasi kecepatan udara.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil data pengujian dan analisa data yang dilakukan, maka dapat diambil
kesimpilan sebagai berikut :
1. Untuk interval temperatur 700C sampai 900C, maka didapatkan nilai
efektifitas radiator tertinggi pada suhu air pendingin 700C = 0,6411 dengan
laju aliran udara 4,2 m/s dan efektifitas radiator terendah pada temperatur
700C sampai 900C didapat pada suhu air pendingin 900C dengan laju udara
2,3 m/s dengan nilai 0,3566.
2. Nilai efektifitas turun maka naiknya temperatur.
3. Pada kapasitas yang sam efektifitas akan naik dengan naiknya kecepatan
aliran udara.
4. Perpindahan kalor naik dengan naiknya temperatur operasi mesin.
5. Dengan kapasitas yang sama perpindahan kalor akan naik dengan naiknya
kecepatan aliran udara.
B. Saran
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat penulis
berikan ;
1. Untuk menurunkan temperatur operasi mesin maka nilai efektifitas kerja
radiator harus naik atau baik, yaitu dengan menaikkan kecepatan aliran
udara dan keccepatan aliran air.
2. Dengan naik kapasitas air radiator maka nilai efektifitas akan naik
dengan naiknya kapasitas air radiator, maka perpindahan kalor cendrung
naik.
3. Pada pengujian selanjutnya seabiknya alat pemanas air (elemen
pemanas) yang digunakan harus mengutamakan keselamatan kerja
karena berhubungan air dan listrik.
DAFTAR PUSTAKA