Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Airaha, Vol. VIII No.

2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Analisis Laju Perpindahan Panas Sistem Pendingin Air Tawar pada Engine Generator
Listrik
Analysis Of Heat Transfer With Fresh Water System Electric Engine Generator

Kaminton Tambunan1*), Zainal Fanani1), Muji Prihajatno2)


1
Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang
2
Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone
*email : kamintonsisingamangaraja@gmail.com

Diterima : Mei Disetujui : Agustus

ABSTRAK

Mesin generator merupakan suatu pesawat penggerak yang menghasilkan daya untuk
menjalankan pembangkit listrik. Pengendalian panas pada generator engine dengan sistem
pendingin air tawar berfungsi untuk menjaga stabilitas temperatur kerja mesin. Kemampuan
air pendingin untuk menyerap panas hasil pembakaran melalui analisis data perpindahan
panas yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan perhitungan untuk mengetahui secara
optimal kerja generator engine. Metode penelitian eksperimental dilakukan dengan
memperbesar drum air pendingin, memperlancar air pendingin, dan menambah jumlah air
pendingin. Berdasarkan hasil analisis eksperimental dan perhitungan bahwa pendinginen
standar pada putaran 1500 rpm menghasilkan rata-rata Qpendinginan = 79.979,23 Watt; dan
Prosentase penyerapan panas =14,04%. Pendinginan dengan bantuan drum pendingin pada
putaran 1500 rpm menghasilkan rata-rata Qpendinginan = 32.737,60 Watt; dan Prosentase
penyerapan panas =41,44%. Pendinginan dengan bantuan drum dan penambahan air
pendingin pada putaran 1500 rpm menghasilkan rata-rata Qpendinginan = 27.350,40 Watt; dan
Prosentase penyerapan panas =75,79%. Penambahan drum pendingin dan penambahan air
pendingin akan mengoptimalkan laju pendinginan engine.

KATA KUNCI: Perpindahan panas; Sistem pendinginan; Mesin Diesel

ABSTRACT

Generator engine is a propulsion that generates power to run a power plant. Heat
control on the engine generator with a fresh water cooling system serves to stability maintain
of the temperature engine. The water cooling system to absorb heat from combustion process
heat transfer analysis is carried out based on measurements and calculations to find out
optimally the work of the generator engine. Experimental research methods are carried out
by to many cooling water drums easly cooling water, and increasing volume of cooling water.
Based on the results of experimental analysis and calculations that the standard cooling at
1500 rpm an average Qcooling = 79,979.23 Watt; and the percentage of heat absorption =
14.04%. Cooling with drum cooling at 1500 rpm an average Qcooling = 32,737.60 Watt; and
the percentage of heat absorption = 41.44%. Cooling with drum cooling and add of cooling
water volum at 1500 rpm average Qcooling = 27,350.40 Watt; and the percentage of heat
absorption = 75.79%. The used of drum cooling and addition of cooling water volum will
optimalized the cooling rate.

KEYWORDS: Heat transfer, Cooling system, Diesel engine

37
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

PENDAHULUAN temperatur operasional optimal selama


Generator merupakan sumber arus mesin beroperasi (Lestari dan Harini,
listrik yang digunakan untuk mengubah 2017). Apabila sistem pendinginan yang
energi-energi kimia atau kinetik menjadi beroperasi mengalami kenaikan temperatur
energi listrik pada sebuah tenaga mesin melebihi batasan standart maka itu
diesel, tenaga air, tenaga panas bumi, merupakan tanda adanya kekurang
tenaga uap, dan yang lainnya (Karyanto, sempurnaan pada sistem pendinginan.
2000). Meskipun memiliki bentuk dan Temperatur luaran pendingin engine lebih
model yang beragam, generator memiliki tinggi dibanding dengan diesel engine.
peranan serta fungsi yang sangat penting di Kenaikan temperatur exhaust yang cukup
dalam kelangsungan proses kinerja sebuah tinggi akan sangat membahayakan kerja
pembangkit listrik. Kemampuan generator engine.
untuk mengconvert suatu energi menjadi Konstruksi motor diesel yang
sebuah energi listrik yang sangat merupakan motor pembakaran dalam
bermanfaat, akan ditunjang pula oleh suatu (Internal Combustion Engine) yang
perangkat dan controling lainnya. dimana beroperasi menggunakan bahan bakar
perangkat dan controling tersebut sebagai penggerak generator listrik
berpengaruh terhadap kemampuan optimal diperlihatkan Gambar 1. Berikut
sebuah generator dalam menjalankan (Arismunandar dan Tsuda, 1997).
fungsinya. Dengan demikian, diperlukan
sebuah generator dengan sistim perangkat
dan sistim controlling yang baik.
Proses konversi energi, bahan bakar
solar dibakar untuk mendapatkan gerakan
mekanis dan hasil lain yang berupa panas
(Arismunandar dan Tsuda, 1997). Panas
yang dihasilkan digunakan mesin untuk
mendapatkan kinerja yang optimal namun
jika panas yang dihasilkan terus bertambah
dan tidak terkendali maka hal ini dapat
menjadi awal dari kerusakan pada sistem
kerja yang akan berakibat pada
terganggunya proses produksi energi listrik
dalam genset. Pengujian pengendalian
panas pada mesin harus dilakukan untuk Gambar 1. Konstruksi motor diesel
menjaga kinerja mesin (Alfalah, W.,
Sulistio, E., dan Ikhsan, R., 2017). Sistem pendingin mesin adalah
Pengendalian dilakukan dengan jenis sistem pendingin tertutup, dimana
pengamatan kenaikan temperatur dan beban sistem pendingin dilakukan oleh air
terkait dengan komposisi panas yang tidak pendingin.Panas yang diserap air pendingin
stabil. Pengendalian panas dilakukan kemudian air pendingin bersirkulasi masuk
dengan sistem pendinginan dan kembali ke sistem pendingin mesin.Sistem
pembuangan panas untuk menjaga stabilitas pendinginan mutlak diperlukan pada setiap
temperatur kerja. Salah satu komponen kendaraan,hal ini dimaksudkan untuk
yang bekerja untuk membuang panas mencegah panas yang berlebihanpada
adalah air pendingin. Pada genset, sistem mesin.Sistem pendinginan air sebagai
pendinginan berfungsi sebagai salah satu bahan pendingin adalah air karena
alat bantu dalam mengalirkan media sistem pendingin air pendinginannya cukup
pendingin yang berupa air (water ) pada baik dan tidak menimbulkan suara (Maleev,
cooling system untuk menjaga agar tercapai 2009).

38
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Perpindahan panas yang terjadi melakukan pengukuran temperatur adalah


pada dinding penukar kalor merupakan digital thermometer. Alat ini mempunyai
kombinasi perpindahan secara konveksi prinsip yang sama dengan thermistor
dan konduksi (Kreith dan Prijono, 2000). thermometer namun tampilannya sudah
Sehingga perpindahan panas yang terjadi berbentuk digital. Pengukuran temperatur
disebut dengan perpindahan kalor yang dilakukan pada cooling system adalah
menyeluruh. Perpindahan panas untuk untuk mengetahui temperature pada
perhitungan jumlah kalor yang ditransfer beberapa bagian cooling system. Hasil
adalah atas dasar besarnya perbedaan pengukuran tersebut berguna untuk
menyeluruh temperatur rata-rata. mengetahui apakah cooling system bekerja
Temperatur masuk dan keluar dari dengan baik.
radiator dengan kapasitas sesuai pompa ❖ Analisa penelitian
yang digunakan untuk sirkulasi, dimana Secara perhitungan iterasi terhadap
debit sirkulasi air tawar dalam sistem analisa system pendinginan pada generator
pendingin adalah konstan. dapat dihitung menggunakan persamaan
Daya poros pada mesin diesel berikut (Hotman, 1984):
diperoleh melalui pengubahan energi kimia Q = h . A . Δt (1)
atau nilai kalor bahan bakar. Semakin Q : Laju perpindahan energi panas (Watt)
banyak bahan bakar yang bisa terbakar di H : Koefisien panas konveksi (W.m-2.°C-1 )
A : Luas penampang perpindahan panas (m2 )
dalam ruang bakar, semakin pula daya yang Δt : Perbedaan temperatur ( °C )
bisa dihasilkan oleh mesin diesel. Semakin Sedang pada heat exchanger berlaku
besar bahan bakar,maka energi panas yang rumusan dari persamaan (Hotman, 1984)
harus dibuang melalui dinding silinder juga Q = U . A . Δt (2)
semakin besar (Daryanto, 2010). U : Perpindahan panas konveksi (Wm-2.°C-1)
Perpindahan panas yang terjadi
METODE karena sifat ketergantungan terhadap
Penelitian ini menggunakan metode temperatur fluida dapat diatasi dengan
ekperimental dengan analisis iterasi perhitungan temperatur film (Tf) yang ada
perhitungan berdasarkan hasil percobaan. disekitar permukaan panas. (Tf) dapat
Generator yang digunakan merupakan dihitung dengan persamaan (Incopera,
generator pembangkit listri milik Politeknik 1981).
Kelautan dan Perikanan Kupang dengan Tf = Ts + Tx (3)
spesifikasi dan kapasitas seperti Ts : Temperatur permukaan panas ( °C )
ditunjukkan pada Tabel 1 berikut. Tx : Temperatur arus bebas ( °C )
Tabel 1. Spesifikasi Generator Analisa pada konveksi paksa
Spesifikasi Satuan digunakan bilangan Nusselt sebagai fungsi
Jenis Engine Diesel Model bilangan Reynolds dan Prandtl dengan
1106A-70TAG2 persamaan (Hotman, 1984).
Daya mesin 131 kW Nu = ƒ ( Re . Pr ) (4)
Jumlah silinder 6 buah Nu : Bilangan nusselt.
Putaran 1500 rpm ƒ : Faktor koreksi.
Sistem injeksi Multiport Re : Reynolds number.
Kapasitas pelumas 16 Liter Pr : Prandtl number.
Kapasitas pendingin 21 Liter Hubungannya dengan variable h
Kapsitas Power 150 kVA (koefisien perpindahan panas) dengan
persamaan.
❖ Sampel penelitian Nu = h .D .... k (5)
Sampel diambil dari mesin, dimana h . D = ƒ ( Re , Pr ) k (6)
setiap data pendinginan yang berhubungan h : Koefisien perpindahan panas (W/m2 . °C ).
dengan temperatur air pendingin. peralatan D : Diameter pipa ( m ).
pengukuran yang dipergunakan untuk k : Konduktifitas termal ( W/m . °C ).

39
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Dalam aliran fluida dalam tabung pengulangan pada putaran 1500 rpm pada
atau pipa, perpindahan panas konveksi temperatur ruangan 30°C. Pengukuran
paksa dapat dihitung dari persamaan . dilakukan dengan variasi penambahan
Q = h.π .d.L(Ts–Tb ) = m .Cp(Tb1–Tb2) (7) intrumen pada engine yakni :
Tb = ( Tb1 + Tb2 ) / 2 (8) 1. Pengukuran pada mesin dengan
Ts : Temperatur permukaan ( °C ). pendinginan standar
Tb : Temperatur bulk rerata aliran dalam pipa (°C). 2. Pengukuran pada mesin dengan
L : Panjang permukaan panas ( m ). penambahan komponen (drum air)
M : Laju aliran massa ( kg / s)
Cp : Panas Spesifik dari fluida(J/ Kg . °C). sistem pendinginan
Tb1 : Temperatur masuk ( °C ). 3. Pengukuran pada mesin dengan
Tb2 : Temperatur keluar ( °C ). penambahan Volume air pendingin pada
Maka besar heat tranfer dapat drum air.
dihitung dengan peramaan (Incopera,
1981). ❖ Sistem Pendinginan Langsung.
Q = h . As . ΔTin = m . Cp . ( Te – Ti ) (9) Skema sistem pendinginan langsung
Te : Temperatur defrensial ( °C ). pada engine penggerak generator dapat
Ti : Temperatur awal ( °C ). dilihat pada Gambar 2. Pendinginan
Ts : Temperatur tertinggi ( °C ). langsung menggunakan radiator sebagai
H : Koefisien perpindahan panas ( W/m2.°C).
alat yang membantu proses pendinginan
As : Luas penampang ( m2 ).
Δtin : Temperatur in – Temperatur out ( °C ) dengan bantuan udara melalui sirip-sirip
M : laju aliran massa ( kg / s ). pendingin yang memperoleh aliran udara.
Cp : Panas Spesifik dari fluida ( J/ Kg . °C ). Berdasarkan hasil data pengujian awal
Untuk heat transfer pada heat diperoleh perbendingan temperature seperti
exchanger digunakan persamaan (Incopera, ditunjukkan pada Tabel 2 berikut.
1981).
Tin
Q = M . Cp . (T1 – T2) (10)
Q : Heat Tranfer (kW )
Cp : Specific Heat untuk air ( water ) (kJ/kg/°C)
M : laju aliran massa fluida ( kg / s ). T1
T1 : Temperatur Int ( °C ).
T2 : Temperatur Out ( °C ).
Pemulihan panas dalam exhaust Pendingin
tidak dalam satuan komponen dari Engine (I)
keseimbangan panas, maka perhitungan T2
panas dapat menggunakan persamaan Radiator
(Incopera, 1981).
Q = M . Cp . (T1 – T2) (11)
Cp : Spesifikasi panas gas :( kJ/kg/°C )
M : Massa yang terbuang ( kg/min)
T1 : Temperatur yang keluar darin engine ( °C ) Gambar 2. Skema sistem pendinginan
T2 : Exhaust Out of Heat Recovery Silencer (°C) langsung

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Data pengujian awal berdasarkan


Penurunan daya dari pengaruh pembebanan
pembebanan terhadap panas yang timbul
Putaran T1 T2 Tin
pada sistem pendinginan mesin pada
(rpm) (oC) (oC) (oC)
generator listrik Engine 1106A-70TAG2,
berupa putaran poros, temperatur masuk, 1500 90 98 30
dan temperatur keluar untuk menentukan 1500 101 110 30
besarnya perpindahan panas sistem
pendingin bebas (konveksi bebas). 1500 107 117 30
Pengukuran dilakukan tiga kali
40
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Perhitungan kalor yang digunakan Hal ini berpotensi overheating pada


dalam proses pendinginan pada putaran sistem kerja utama. mesin sebab
dengan putaran 1500 rpm metode iterasi overheating dapat memperpendek usia
diperoleh nilai Qpendinginan, Qstandar, dan umur mesin akibat faktor panas, disamping
tingkat penyerapan seperti ditunjukkan tuntutan untuk memaksimalkan kinerja
pada Tabel 3. Hasil perhitungan diketahui mesin yamg sangat diharapkan. Sehingga
kenaikan beban menyebabkan peningkatan solusi penambahan instrumen lain seperti
panas yang besar karena pendinginan tidak penambahan drum pendingin ataupun
mampu mentransfer panas engine. penambahan volume air pada drum pada
❖ Q Standart : sistim pendinginan utama untuk
h = 4200 W/m2 .C menurunkan panas. Gambar 3
T = (dengan asumsi batasan temperatur memperlihatkan grafik laju pendinginan Q
pendinginan tertinggi 127 °C dan standar.
terendah 32° C)
Δt = ( 127 – 51 )
= 76 °C Q Standart
A = 4π .r 2 45
A = 4. 3,14. (0,005 ) 40

Q yang diserap (%)


= 0,00723 m2 35
A = 0,0628 . (luas pendinginan standar) 30
25
= 29,6 m2 20
Q = h . A . Δt 15
= 4200 . 0,296 . 54 10
= 67132,8 watt 5
0
❖ Q Pendinginan : kalor (Q) Putaran Mesin
h = 4200 W/m2 .C
1500 1500
Δt = 8 °C
Q pendinginan standar Gambar 3. Grafik laju panas Q standart.
A = 4π .r 2
A = 4. 3,14. (0,005 ) ❖ Sistem Pendinginan Tidak Langsung
= 0,00723 m2 dengan Bantuan Drum Air Pendingin
A = 0,0628 . (luas pendinginan standar)
= 29,6 m2
Q = h . A . Δt Tin
= 4200 . 0,296 . 8
= 9945,6 watt
❖ Q yang diserap (%) : T3
9945,6
= 100% pendingin
67132,8
= 14,81 % Engine (I) T
1

Tabel 3. Data hasil perhitungan Radiator


Drum
pendinginan standar ( II )
Q Q Q
Putaran
pendinginan standar diserap
(rpm)
(Watt) (Watt) (%)
T2
1500 9945,6 67132,8 14,81
1500 11188,8 82051,3 13,63 Gambar 4. Skema pendinginan tidak
langsung dengan bantuan
1500 12432 90753,6 13,69 drum air

41
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Skema sistem tidak langsung Hal ini dapat menunjang saat mesin
dengan bantuan drum air dilihat pada berada pada putaran penuh.
Gambar 4. Pada sistem pendinginan ini
terdapat bantuan drum air untuk membantu
proses pendinginan. Air radiator
didinginkan oleh air yang ada di dalam
drum pendingin. Radioator berfungsi
sebagai heat exchanger. Tabel 4
menunjukkan data pengujian dengan
bantuan drum air.

Tabel 4. Data pengujian dengan bantuan


drum air pendingin
Putaran T1 T2 T3 Tin
(rpm) (oC) (oC) (oC) (oC)

1500 90 98 95 30
Gambar 5. Laju panas setelah bantuan drum
1500 101 110 100 30
air pendingin
1500 107 117 100 30
❖ Sistem Pendinginan Tidak Langsung
dengan Penambahan Air pada Drum
Berdasarkan hasil perhitungan kalor
Air Pendingin.
pada sistem pendinginan tidak langsung
dengan bantuan drum air pendingin, T3
diperoleh nilai Qpendinginan, Qstandar, dan
tingkat penyerapan seperti ditunjukkan T1
pada Tabel 5.
Pendingin
Tabel 5. Hasil Penghitungan (I)
Engine Drum
Q Q
Putaran Q standar in Radiator ( II )
pendingin diserap
(rpm) (Watt)
(Watt) (%)

1500 31080 67132,8 46,29


T2
1500 34809,6 82051,3 42,42
Gambar 6. Skema penambahan volume air
1500 32323,2 90753,6 35,61
pada drum pendingin

Hasil dari penambahan drum air pendingin Skema sistem tidak langsung
diberikan pada Tabel 5 dan Gambar 5. dengan penambahan air pada drum air
Pengambilan data dilakukan pada putaran pendingin dilihat pada Gambar 6. Pada
engine 1500 rpm, dengan 3 kali sistem pendinginan ini terdapat
pengulangan bertahap. Hasil ini penambahan air pendingin untuk membantu
menunjukan kecenderungan meningkatnya pengefektifan proses pendinginan.
kerugian panas berdasarkan putaran, dapat Penambahan air pendingin pada drum
berkurang dengan penambahan drum dengan volume yang lebih besar diharapkan
pendingin sehingga kemampuan dapan mengoptimalkan proses pendinginan,
pengambilan panas lebih optimal. sehingga proses pelepasan kalor dapat

42
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

dengan cepat dan akan cepat diserap oleh Laju perpindahan panas pada sistem
media air pendingin. utama dibantu dengan komponen tambahan
(drum air pendingin) diberikan pada Tabel
Tabel 6. Data hasil pengujian penambahan 7. dan Gambar 7. Pengambilan data
volume air dilakukan berdasarkan asumsi bahwa
Putaran T1 T2 T3 Tin ukuran tambahan volume air pada drum air
(rpm) o
( C) o
( C) o
( C) (oC) pada sistem utama. pada putaran engine
1500 rpm. Hasil menunjukan kenaikan
1500 90 98 95 30 yang signifikan. Tingkat signifikansi
pendinginan dapat dipengaruhi oleh laju
1500 101 110 98 30
perpindahan kalor (Kreith dan Prijono,
1500 107 117 98 30 2000).

Berdasarkan hasil perhitungan kalor ❖ Perbandingan Antara Standar Dan


pada sistem pendinginan tidak langsung Penambahan Drum Pendingin
dengan penambahan air pendingin pada Berdasarkan hasil perhitungan
drum, diperoleh nilai Qpendinginan, Qstandar, perbandingan antara pendinginan standar an
dan tingkat penyerapan seperti ditunjukkan pendinginan dengan penambahan air
pada Tabel 7. pendingin dapat dilihat pada Tabel 8.
Penambahan air pendingin akan
Tabel 7. Hasil penghitungan penambahan meningkatkan laju perpindahan kalor dari
volume air engine ke media pendingin. Semakin
banyak media pendingin akan mempercepat
Q
Q Q Q proses laju perpindahan kalor (Raflando,
Putaran pendingina
standar volume diserap
(rpm)
(Watt)
n
(Watt) (%) K., Subiyakto, G., dan Faid, A., 2012).
(Watt) Gambar 8. Memperlihatkan Perbandingan
laju pendinginan Q standard an Q dengan
1500 67132,8 31080 33566,4 50,00
tambahan drum air pendingin.
1500 82051,3 34809,6 29836,8 36,36

1500 90753,6 32323,2 28593,6 31,50

Penambahan Volume
140 Air
120
Q yang diserap (%)

100
80
60
40
20
0
kalor (Q) Putaran Mesin
1500 1500

Gambar 7. Laju panas setelah penambahan Gambar 8. Perbandingan laju pendinginan


volume air pada drum air Q standar dan Q dengan
pendingin tambahan drum air pendingin

43
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Tabel 8. Hasil Perbandingan Q drum dan Q Ampenan, Jurnal Power Plant (5)1,
volume air Berdasar pada Q 29-39.
Standart Arismunandar, W. dan Tsuda, K. (1997).
Q Q pend. Q pend. Q Motor Diesel Putaran Tinggi. Jakarta:
Putaran
standar 1 2 diserap Prandnya Paramita.
(rpm)
(Watt) watt Watt (%)
Daryanto, (2010). Reparasi Mobil Bensin.
1500 67132,8 31080 23620,8 81,48 Jakarta: PT.Prestasi Pustaka Raya.
1500 82051,3 34809,6 29836,8 78,78 Holman, J.P. (1984). Heat Transfer 6th.
Singapore: Mc.Graw Hill.
1500 90753,6 32323,2 28593,6 67,12 Incopera, D.W. (1981). Fundamental of
Heat Transfer. New York: John
SIMPULAN Willey dan Sons inc.
Sistem pendinginan sangat Karyanto, E. (2000). Panduan Reparasi
berpengaruh terhadap kinerja (performance Mesin Diesel. Jakarta: Pedoman Ilmu
engine). Pengendalian laju panas yang baik Jaya.
dapat mengurangi terjadinya overheating. Kreith, F, dan Prijono, A. (2000). Prinsip-
1. Pendinginan standar tidak dapat prinsip Perpindahan Panas. Jakarta:
mengakomodasi panas yang dihasilkan Erlangga.
engine sehingga dibutuhkan alat Lestari, W. dan Harini, (2017). Analisa
tambahan untuk mengurangi panas sisa Pengaruh Sistem Pendingin Terhadap
yang tak terambil oleh sistem pendingin. Mesin Bensin Xenia Tipe XI 1300 cc
2. Semakin besar putaran semakin besar 4 Silinder. Jurnal Kajian Teknik
juga kalor yang di hasilkan oleh engine. Mesin (2)1, 52-60.
3. Penambahan komponen pendingin atau Maleev, (2009). Operasi dan
drum air pendingin pada sistem utama Pemeliharaan Mesin Diesel.
sangat menunjang untuk mengurangi Jakarta: Erlangga.
laju panas pada sistem pendinginan Raflando, K., Subiyakto, G., dan Faid, A.
4. Penambahan volume air pendingin dapat (2012). Analisis Volume Radiator
meningkatkan efektifitas laju Terhadap Perubahan Temperatur pada
perpindahan kalor dengan kerugian Motor Diesel Chevrolet. Jurnal
panas yang kecil dibanding dengan Proton (4)2, 30-36.
pendinginan standar.

SARAN
Penambahan perangkat seperti drum
air pendingin, maka faktor perawatan
diharapkan lebih diperhatikan.
1. Penentuan ketinggian posisi drum yang
tepat dapat membantu dalam menjaga
tekanan yang terjadi akibat kenaikan
temperatur dalam sistem pendinginan.
2. Pengendalian beban engine sangat
membantu dalam pengendalian panas
yang dihasilkan oleh engine.

DAFTAR PUSTAKA
Alfalah, W., Sulistio, E., dan Ikhsan, R.
(2017). Pengaruh Pemeliharaan
Overhaule Turbocharger Terhadap
Kinerja Mesin Unit VII PLTD

44

Anda mungkin juga menyukai