Analisis Laju Perpindahan Panas Sistem Pendingin Air Tawar pada Engine Generator
Listrik
Analysis Of Heat Transfer With Fresh Water System Electric Engine Generator
ABSTRAK
Mesin generator merupakan suatu pesawat penggerak yang menghasilkan daya untuk
menjalankan pembangkit listrik. Pengendalian panas pada generator engine dengan sistem
pendingin air tawar berfungsi untuk menjaga stabilitas temperatur kerja mesin. Kemampuan
air pendingin untuk menyerap panas hasil pembakaran melalui analisis data perpindahan
panas yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan perhitungan untuk mengetahui secara
optimal kerja generator engine. Metode penelitian eksperimental dilakukan dengan
memperbesar drum air pendingin, memperlancar air pendingin, dan menambah jumlah air
pendingin. Berdasarkan hasil analisis eksperimental dan perhitungan bahwa pendinginen
standar pada putaran 1500 rpm menghasilkan rata-rata Qpendinginan = 79.979,23 Watt; dan
Prosentase penyerapan panas =14,04%. Pendinginan dengan bantuan drum pendingin pada
putaran 1500 rpm menghasilkan rata-rata Qpendinginan = 32.737,60 Watt; dan Prosentase
penyerapan panas =41,44%. Pendinginan dengan bantuan drum dan penambahan air
pendingin pada putaran 1500 rpm menghasilkan rata-rata Qpendinginan = 27.350,40 Watt; dan
Prosentase penyerapan panas =75,79%. Penambahan drum pendingin dan penambahan air
pendingin akan mengoptimalkan laju pendinginan engine.
ABSTRACT
Generator engine is a propulsion that generates power to run a power plant. Heat
control on the engine generator with a fresh water cooling system serves to stability maintain
of the temperature engine. The water cooling system to absorb heat from combustion process
heat transfer analysis is carried out based on measurements and calculations to find out
optimally the work of the generator engine. Experimental research methods are carried out
by to many cooling water drums easly cooling water, and increasing volume of cooling water.
Based on the results of experimental analysis and calculations that the standard cooling at
1500 rpm an average Qcooling = 79,979.23 Watt; and the percentage of heat absorption =
14.04%. Cooling with drum cooling at 1500 rpm an average Qcooling = 32,737.60 Watt; and
the percentage of heat absorption = 41.44%. Cooling with drum cooling and add of cooling
water volum at 1500 rpm average Qcooling = 27,350.40 Watt; and the percentage of heat
absorption = 75.79%. The used of drum cooling and addition of cooling water volum will
optimalized the cooling rate.
37
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
38
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
39
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
Dalam aliran fluida dalam tabung pengulangan pada putaran 1500 rpm pada
atau pipa, perpindahan panas konveksi temperatur ruangan 30°C. Pengukuran
paksa dapat dihitung dari persamaan . dilakukan dengan variasi penambahan
Q = h.π .d.L(Ts–Tb ) = m .Cp(Tb1–Tb2) (7) intrumen pada engine yakni :
Tb = ( Tb1 + Tb2 ) / 2 (8) 1. Pengukuran pada mesin dengan
Ts : Temperatur permukaan ( °C ). pendinginan standar
Tb : Temperatur bulk rerata aliran dalam pipa (°C). 2. Pengukuran pada mesin dengan
L : Panjang permukaan panas ( m ). penambahan komponen (drum air)
M : Laju aliran massa ( kg / s)
Cp : Panas Spesifik dari fluida(J/ Kg . °C). sistem pendinginan
Tb1 : Temperatur masuk ( °C ). 3. Pengukuran pada mesin dengan
Tb2 : Temperatur keluar ( °C ). penambahan Volume air pendingin pada
Maka besar heat tranfer dapat drum air.
dihitung dengan peramaan (Incopera,
1981). ❖ Sistem Pendinginan Langsung.
Q = h . As . ΔTin = m . Cp . ( Te – Ti ) (9) Skema sistem pendinginan langsung
Te : Temperatur defrensial ( °C ). pada engine penggerak generator dapat
Ti : Temperatur awal ( °C ). dilihat pada Gambar 2. Pendinginan
Ts : Temperatur tertinggi ( °C ). langsung menggunakan radiator sebagai
H : Koefisien perpindahan panas ( W/m2.°C).
alat yang membantu proses pendinginan
As : Luas penampang ( m2 ).
Δtin : Temperatur in – Temperatur out ( °C ) dengan bantuan udara melalui sirip-sirip
M : laju aliran massa ( kg / s ). pendingin yang memperoleh aliran udara.
Cp : Panas Spesifik dari fluida ( J/ Kg . °C ). Berdasarkan hasil data pengujian awal
Untuk heat transfer pada heat diperoleh perbendingan temperature seperti
exchanger digunakan persamaan (Incopera, ditunjukkan pada Tabel 2 berikut.
1981).
Tin
Q = M . Cp . (T1 – T2) (10)
Q : Heat Tranfer (kW )
Cp : Specific Heat untuk air ( water ) (kJ/kg/°C)
M : laju aliran massa fluida ( kg / s ). T1
T1 : Temperatur Int ( °C ).
T2 : Temperatur Out ( °C ).
Pemulihan panas dalam exhaust Pendingin
tidak dalam satuan komponen dari Engine (I)
keseimbangan panas, maka perhitungan T2
panas dapat menggunakan persamaan Radiator
(Incopera, 1981).
Q = M . Cp . (T1 – T2) (11)
Cp : Spesifikasi panas gas :( kJ/kg/°C )
M : Massa yang terbuang ( kg/min)
T1 : Temperatur yang keluar darin engine ( °C ) Gambar 2. Skema sistem pendinginan
T2 : Exhaust Out of Heat Recovery Silencer (°C) langsung
41
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
Skema sistem tidak langsung Hal ini dapat menunjang saat mesin
dengan bantuan drum air dilihat pada berada pada putaran penuh.
Gambar 4. Pada sistem pendinginan ini
terdapat bantuan drum air untuk membantu
proses pendinginan. Air radiator
didinginkan oleh air yang ada di dalam
drum pendingin. Radioator berfungsi
sebagai heat exchanger. Tabel 4
menunjukkan data pengujian dengan
bantuan drum air.
1500 90 98 95 30
Gambar 5. Laju panas setelah bantuan drum
1500 101 110 100 30
air pendingin
1500 107 117 100 30
❖ Sistem Pendinginan Tidak Langsung
dengan Penambahan Air pada Drum
Berdasarkan hasil perhitungan kalor
Air Pendingin.
pada sistem pendinginan tidak langsung
dengan bantuan drum air pendingin, T3
diperoleh nilai Qpendinginan, Qstandar, dan
tingkat penyerapan seperti ditunjukkan T1
pada Tabel 5.
Pendingin
Tabel 5. Hasil Penghitungan (I)
Engine Drum
Q Q
Putaran Q standar in Radiator ( II )
pendingin diserap
(rpm) (Watt)
(Watt) (%)
Hasil dari penambahan drum air pendingin Skema sistem tidak langsung
diberikan pada Tabel 5 dan Gambar 5. dengan penambahan air pada drum air
Pengambilan data dilakukan pada putaran pendingin dilihat pada Gambar 6. Pada
engine 1500 rpm, dengan 3 kali sistem pendinginan ini terdapat
pengulangan bertahap. Hasil ini penambahan air pendingin untuk membantu
menunjukan kecenderungan meningkatnya pengefektifan proses pendinginan.
kerugian panas berdasarkan putaran, dapat Penambahan air pendingin pada drum
berkurang dengan penambahan drum dengan volume yang lebih besar diharapkan
pendingin sehingga kemampuan dapan mengoptimalkan proses pendinginan,
pengambilan panas lebih optimal. sehingga proses pelepasan kalor dapat
42
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
dengan cepat dan akan cepat diserap oleh Laju perpindahan panas pada sistem
media air pendingin. utama dibantu dengan komponen tambahan
(drum air pendingin) diberikan pada Tabel
Tabel 6. Data hasil pengujian penambahan 7. dan Gambar 7. Pengambilan data
volume air dilakukan berdasarkan asumsi bahwa
Putaran T1 T2 T3 Tin ukuran tambahan volume air pada drum air
(rpm) o
( C) o
( C) o
( C) (oC) pada sistem utama. pada putaran engine
1500 rpm. Hasil menunjukan kenaikan
1500 90 98 95 30 yang signifikan. Tingkat signifikansi
pendinginan dapat dipengaruhi oleh laju
1500 101 110 98 30
perpindahan kalor (Kreith dan Prijono,
1500 107 117 98 30 2000).
Penambahan Volume
140 Air
120
Q yang diserap (%)
100
80
60
40
20
0
kalor (Q) Putaran Mesin
1500 1500
43
Jurnal Airaha, Vol. VIII No. 2 Dec 2019 : 037 – 044 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
Tabel 8. Hasil Perbandingan Q drum dan Q Ampenan, Jurnal Power Plant (5)1,
volume air Berdasar pada Q 29-39.
Standart Arismunandar, W. dan Tsuda, K. (1997).
Q Q pend. Q pend. Q Motor Diesel Putaran Tinggi. Jakarta:
Putaran
standar 1 2 diserap Prandnya Paramita.
(rpm)
(Watt) watt Watt (%)
Daryanto, (2010). Reparasi Mobil Bensin.
1500 67132,8 31080 23620,8 81,48 Jakarta: PT.Prestasi Pustaka Raya.
1500 82051,3 34809,6 29836,8 78,78 Holman, J.P. (1984). Heat Transfer 6th.
Singapore: Mc.Graw Hill.
1500 90753,6 32323,2 28593,6 67,12 Incopera, D.W. (1981). Fundamental of
Heat Transfer. New York: John
SIMPULAN Willey dan Sons inc.
Sistem pendinginan sangat Karyanto, E. (2000). Panduan Reparasi
berpengaruh terhadap kinerja (performance Mesin Diesel. Jakarta: Pedoman Ilmu
engine). Pengendalian laju panas yang baik Jaya.
dapat mengurangi terjadinya overheating. Kreith, F, dan Prijono, A. (2000). Prinsip-
1. Pendinginan standar tidak dapat prinsip Perpindahan Panas. Jakarta:
mengakomodasi panas yang dihasilkan Erlangga.
engine sehingga dibutuhkan alat Lestari, W. dan Harini, (2017). Analisa
tambahan untuk mengurangi panas sisa Pengaruh Sistem Pendingin Terhadap
yang tak terambil oleh sistem pendingin. Mesin Bensin Xenia Tipe XI 1300 cc
2. Semakin besar putaran semakin besar 4 Silinder. Jurnal Kajian Teknik
juga kalor yang di hasilkan oleh engine. Mesin (2)1, 52-60.
3. Penambahan komponen pendingin atau Maleev, (2009). Operasi dan
drum air pendingin pada sistem utama Pemeliharaan Mesin Diesel.
sangat menunjang untuk mengurangi Jakarta: Erlangga.
laju panas pada sistem pendinginan Raflando, K., Subiyakto, G., dan Faid, A.
4. Penambahan volume air pendingin dapat (2012). Analisis Volume Radiator
meningkatkan efektifitas laju Terhadap Perubahan Temperatur pada
perpindahan kalor dengan kerugian Motor Diesel Chevrolet. Jurnal
panas yang kecil dibanding dengan Proton (4)2, 30-36.
pendinginan standar.
SARAN
Penambahan perangkat seperti drum
air pendingin, maka faktor perawatan
diharapkan lebih diperhatikan.
1. Penentuan ketinggian posisi drum yang
tepat dapat membantu dalam menjaga
tekanan yang terjadi akibat kenaikan
temperatur dalam sistem pendinginan.
2. Pengendalian beban engine sangat
membantu dalam pengendalian panas
yang dihasilkan oleh engine.
DAFTAR PUSTAKA
Alfalah, W., Sulistio, E., dan Ikhsan, R.
(2017). Pengaruh Pemeliharaan
Overhaule Turbocharger Terhadap
Kinerja Mesin Unit VII PLTD
44