Anda di halaman 1dari 194

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PENGOLAHAN MINYAK

SAWIT DENGAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC)


PADA PTP. NUSANTARA IV
PKS ADOLINA

KARYA AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh
Rudi Kencana
035204004

PROGRAM STUDI TEKNIK MANEJEMEN PABRIK


P R O G R A M D I P L O M A I V
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2009

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. atas segala limpahan taufiq,dan inayah-nya yang tiada

putus dan henti-hentinya. Segala puji bagi Allah maha pengasih yang menginginkan

kebaikan bagi hamba-Nya, dan mentakdirkan apa yang terbaik bagi hambanya yang

jikalau seluruh pohon di bumi ini dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta untuk

menulis ilmu Allah, maka tiada akan habis ilmu Allah. Dengan izin Nya lah karya

akhir ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam penulis hanturkan kepada

Rasulullah, Muhammad SAW. Rasul yang menjadi rahmat seluruh alam.

Dalam suatu proses produksi diharapkan produk yang dihasilkan memenuhi

standart mutu yang telah ditetapkan perusahaan. Tetapi dalam kenyataannya terdapat

penyimpangan kualitas yang terjadi. Penulis mencoba menganalisis permasalahan

yang timbul dalam pengendalian mutu pada pabrik kelapa sawit PTP Nusantara IV

Adolina. Pada pengamatan yang dilakukan penulis menemukan variasi-varisai

penyimpangan kualitas dari produk Crude Palm Oil yang dihasilkan. Untuk itu perlu

dilakukan perbaikan standart mutu dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab

penyimpangan kualitas yang terjadi.

Peneliti mencoba untuk meneliti penyimpangan kualitas yang terjadi dengan

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian, yaitu data kadar asam

lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran serta data-data yang dapat mendukung

penelitian.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Penulis berharap agar karya akhir ini akan memberikan manfaat yang besar

bagi pihak pabrik, fakultas, maupun penulis. Semoga karya akhir ini mendapat ridho

Allah SWT, menjadi amal jariyah bagi semua pihak. Amin.

Medan, Juli 2009

Penulis

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur tak terhingga kepada Allah Swt yang mentakdirkan apa yang

terbaik bagi hamba Nya. Sholawat dan salam pada Baginda Rasulullah SAW. Dalam

penulisan karya akhir penulis banyak sekali menerima masukan, kritikan, dan

bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.

Dalam hal ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Rosnani Ginting MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri yang telah

memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini dan dukungan serta perhatian

yang diberikan kepada penulis.

2. Bapak Nimpan S Depari. Selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing

penulis, serta memberikan arahan selama penyelesaian karya akhir ini.

3. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, MT. Selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

banyak membimbing penulis, dan memberikan arahan serta masukan-masukan

selama penyelesaian karya akhir ini.

4. Ucapan terima kasih yang mendalam kepada Bapak dan Ibunda serta keluarga

yang dengan rasa cinta dan do’a, dan dengan kesabaran, serta selalu memberikan

motivasi pada ananda untuk menyelesainya Karya Akhir ini. Ananda

persembahkan karya akhir ini pada keluarga tercinta. Maafkan ananda karena

tidak bisa memberikan yang terbaik.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
5. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Pabrik Kelapa Sawit

PTP.Nusantara IV Adolina yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian

ini.

6. Ucapan teima kasih kepada teman-teman yang banyak membantu dan

membeikan motivasi dalam menyelesaikan karya akhir ini dan pihak Departemen

Teknik Industri yang telah membantu dalam menyelesaikan karya akhir ini serta

pihak lain yang tak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat dan menjadi amal jariyah bagi semua

pihak. Amin.

Medan, 2009

Penulis

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii

RINGKASAN ........................................................................................... xiv

I PENDAHULUAN ......................................................................... I-1

1.1. Latar Belakang ........................................................................ I-1

1.2. Pokok Permasalahan ................................................................ I-2

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... I-3

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... I-3

1.5. Pembatasan Masalah ................................................................ I-4

1.6. Asumsi-asumsi yang Digunakan .............................................. I-4

1.7. Sistematika Penulisan Laporan Kerja Magang ......................... I-4

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...................................... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan...................................................................II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ..................................................II-2


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB Halaman

2.3. Organisasi dan Manajemen...........................................................II-2

2.4. Proses Produksi..............................................................................II-3

2.5. Organisasi dan Manajemen............................................................II-3

2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ....................................... ...II-5

2.5.2. Uraian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab ............... .II-8

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ............................... ...II-12

2.5.3.1. Jumlah Tenaga Kerja .......................................... ...II-12

2.5.3.2. Jam Kerja ........................................................... ...II-13

2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas .................................... ...II-14

2.6. Proses Produksi ................................................................................. ...II-16

2.6.1. Standar Mutu Produk ....................................................... ...II-16

2.6.2. Bahan Yang Digunakan.................................................... ...II-17

2.6.3. Uraian Proses Produksi ..................................................... ...II-19

2.7. Mesin dan Peralatan .......................................................................... .. II-24

2.7.1. Mesin Produksi ............................................................... . II-24

2.7.2. Mesin Produksi ............................................................... . II-25

2.8. Utilitas .............................................................................................. .. II-25

2.9. Safety and Fire Protection ................................................................. . II-26

2.10. Waste Treatment .............................................................................. .. II-27

2.10.1. Pengolahan Limbah Cair ................................................. . II-28


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB Halaman

2.10.2. Pengolahan Limbah Padat .......................................................... . II-30

III LANDASAN TEOR..I................................................................... ...III-1

3.1. Defenisi Mutu ......................................................................... ...III-1

3.2. Analisis Pengendalian Mutu ................................................... ...III-2

3.3. Langkah-langkah Pengendalian mutu...................................... ...III-3

3.4. Pengertian Statistical Quality Control (SQC) .......................... ...III-6

3.5. Data Atribut dan Data Variabel .............................................. ...III-8

3.5.1. Data Variabel ...................................................................... ...III-8

3.5.2. Data Atribut ........................................................................ .. III-9

3.6. Alat-Alat Pengendalian Kualitas ............................................. ...III-9

3.7. Metode Statistical Quality Control ......................................... ...III-17

3.7.1. Peta Kontrol (Control Chart) ...................................... ...III-17

3.7.1.1. Peta Kontrol Untuk Data Variabel .................. ...III-18

3.7.1.2. Peta Kontrol Untuk Data Atribut .................. ...III-21

3.8. Peta Kontrol Revisi ............................................................... . III-22

3.9. Kapabilitas Proses .................................................................. ...III-24

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB Halaman

IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................. ...IV-1

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... ...IV-1

4.2. Rancangan Penelitian .............................................................. ...IV-1

4.3. Variabel Penelitian .................................................................. ...IV-2

4.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................... ...IV-2

4.5. Pengolahan Data ...................................................................... ...IV-3

4.6. Analisa dan Pemecahan Masalah ............................................. ..IV-5

4.7. Kesimpulan dan Saran ............................................................ ..IV-5

V PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA ............. .....V-1

5.1. Pengumpulan Data ................................................................... .....V-1

5.1.1. Metode Pengumpulan Data............................................. .....V-1

5.2. Data Hasil Pengujian................................................................ .....V-2

5.3. Pengolahan Data ..................................................................... .... V-7

5.3.1. Histogram ....................................................................... .....V-8

5.3.1.1. Histogram Kadar Asam Lemak Bebas .....................V-8

5.3.1.1. Histogram Kadar ......................................................V-8

5.3.1.1. Histogram Kadar Kotoran ........................................V-9

5.3.2. Uji Normalitas Data ............................................................V-10


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB Halaman

5.3.2.1. Uji Kenormalan Untuk Kadar

Asam Lemak Bebas ........................................ ... V-10

5.3.3. Peta X dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas.................. V-14

5.3.4. Peta X dan R untuk Kadar Air ........................................... V-25

5.3.5. Peta X dan R untuk Kadar Kotoran ....................................V-35

VI ANALISA DAN EVALUASI ........................................................ ....VI-1

6.1. Analisa ..................................................................................... ....VI-1

6.1.1. Analisa Histogram ......................................................... .... VI-1

6.1.2. Analisa Peta Kendali X dan R ...................................... ... VI-1

6.1.3. Analisa Kondisi Data di Luar Batas Kendali Dengan

Diagram Sebab Akibat ................................................. ... VI-7

6.1.4. Analisa Kemampuan Proses .......................................... .. VI-10

6.2. Evaluasi ................................................................................... ..... VI-11

6.2.1. Evaluasi Peta Kendali X dan R ......................................... .... VI-11

6.2.1.1. Evaluasi Peta Kendali X dan R Kadar ALB....... .... VI-11

6.2.1.2. Evaluasi Peta Kendali X dan R Kadar Air.......... .... VI-11

6.2.1.3. Evaluasi Peta Kendali X dan R Kadar Kotoran ....... VI-12

6.2.3. Evaluasi Histogram ................................... ..................... .... VI-12


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB Halaman

6.2.4. Evaluasi Kemampuan Proses ......................................... .. .... VI-12

6.2.5. Evaluasi Cause efect Diagram ......................................... .... VI-13

6.2.5.1. Evaluasi Cause efect Diagram diagram

kadar ALB ......................................... ................ .... VI-13

6.2.5.2. Evaluasi Cause efect Diagram diagram

kadar Air ......................................... ................... .... VI-14

6.2.5.3. Evaluasi Cause efect Diagram diagram

kadar Kotoran ......................................... .............. .... VI-15

VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... ..VII-1

7.1. Kesimpulan ............................................................................. ..VII-1

7.2. Saran ....................................................................................... ..VII-2

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Struktur Organisasi PTPN IV PKS Adolina ...........................II-7

2.1. Bagan Batas Kendali Out of Control .................................... III-16

4.1. Langkah-langkah Penelitian .................................................. IV-6

5.1. Histogram Kadar Asam Lemak Bebas ................................ V-8

5.2. Histogram Kadar Air ......................................................... V-9

5.3. Histogram Kadar Kotora .................................................... V-9

5.4. Peta Kendali X Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) ................ V-18

5.5. Peta Kendali R Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) ................ V-19

5.6. Peta Kendali X Revisi I Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) ... V-21

5.7. Peta Kendali R Revisi I Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) ... V-21

5.8. Peta Kendali X Revisi II Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) . V-23

5.9. Peta Kendali R Revisi II Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) .. V-23

5.10. Peta Kendali X Kadar Air ................................................... V-29

5.11. Peta Kendali R Kadar Air ................................................... V-29

5.12. Peta Kendali X Revisi I Kadar Air ...................................... V-31

5.13. Peta Kendali R Revisi I Kadar Air ...................................... V-32

5.14. Peta Kendali X Revisi II Kadar Air ..................................... V-33

5.15. Peta Kendali X Kadar Kotoran ........................................... V-39

5.16. Peta Kendali R Kadar Kotoran............................................ V-39

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

5.17. Peta Kendali X Revisi I Kadar Kotoran .............................. V-41

5.18. Peta Kendali X Revisi I Kadar Kotoran .............................. V-42

6.1. Diagram Sebab Akibat Kadar Asam Lemak Bebas ............... VI-8

6.2. Diagram Sebab Akibat Kadar Air ......................................... VI-9

6.3. Diagram Sebab Akibat Kotoran ........................................... VI-10

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Komposisi Tenaga Kerja PTP Nusantara IV Unit Adolina ........II-12

2.1. Kriteria Matang Panen..............................................................II-18

3.1. Hubungan Langkah Pengendalian Mutu,tujuh alat

pengendalian Kualitas dan siklus PDCA .............................. ....III-5

5.1. Data Hasil Pengujian Kadar ALB,Kadar Air, dan

Kadar Kotoran ...................................................................... .....V-2

5.2. Data Distribusi Frekuensi Kadar Asam Lemak Bebas .............. V-11

5.3. Data Luas Kurva Untuk Kadar Kotoran ................................... .V-12

5.4. Data Revisi Luas Kurva Dan Frekuensi Ekspektasi

Kadar ALB ........................................................................... .. V-13

5.5. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data .................................... V-14

5.6. Perhitungan X dan R pada Pengujian Kadar Asam

Lemak Bebas ........................................................................ ....V-15

5.7. Perhitungan X dan R pada Pengujian Kadar Air ...................... V-25

5.7. Perhitungan X dan R pada Pengujian Kadar Kotoran ............... V-35

6.1. Analisis Hasil Pengolahan Kadar ALB di luar Batas Kendali ... VI-2

6.2. Analisis Hasil Pengolahan Kadar Air di luar Batas Kendali ...... VI-4

6.3. Analisis Hasil Pengolahan Kadar Kotoran di luar Batas

Kendali ............................................................................. .. VI-5

6.4. Jenis Uji Karakteristik dan Jumlah Data Di Luar

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Batas Kendali ........................................................................... VI-6

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Mesin Produksi ....................................................................................... L-1

2. Peralatan Produksi ........................................................................... .. L-2

3. Tabel Wilayah Di Bawah Kurva Normal................................................. L-3

4. Tabel Nilai Kritik Sebaran Che-Kuadrat ................................................. L-4

5. Surat Penjajakan Ke PKS PTPN IV Adolina ........................................... L-5

6. Balasan Perusahaan ................................................................................ L-6

7. Surat Keputusan Tugas Akhir ................................................................. L-7

8. Form Tugas Akhir .................................................................................. L-8

9. Lembar Asistensi .................................................................................... L-9

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
RINGKASAN

Kualitas produk yang baik merupakan persyaratan penting bagi perusahaan


untuk memperoleh daya saing produknya di pasaran. Kemampuan bersaing yang
tinggi merupakan kunci yang menentukan perusahaan dapat bertahan dan dapat
memenangkan persaingan dalam perdagangan bebas. Mutu produk yang baik perlu
diciptakan dan program pengawasan kualitas yang efektif dilakukan agar dapat
meningkatkan profitabilitas perusahaan. Metode Statistical Quality Control
(SQC)digunakan untuk evaluasi kinerja kontrol kualitas proses produksi sehingga
dihasilkan produk yang berkualitas.

Penelitian ini dilakukan di PTP. Nusantara IV PKS Adolina, dimana


perusahaan ini memproduksi minyak mentah kelapa sawit (Crude palm Oil). Data
yang digunakan adalah data syarat mutu, yaitu kadar asam lemak bebas (ALB), kadar
air, dan kadar kotoran. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode SQC
dengan diagram control chart mean (X) dan control chart range (R), dilanjutkan
dengan membuat diagram sebab akibat guna mengetahui penyebab produk berada
diluar batas kendali statistik.

Hasil penelitian yang dilakukan mulai dari 27 mei -25 juni 2009
menunjukkan untuk kadar ALB dan kadar air 59,25 % tidak memenuhi standar mutu,
Sedangkan kadar kotoran sebesar 18,51 % tidak memenuhi persyaratan mutu.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan dengan diagram sebab akibat


dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab penyimpangan kualitas seperti faktor
bahan baku yang terlalu matang, faktor metode kerja yang terjadi penyimpangan
pada pelaksanaan kerja, faktor mesin yang kurang mendapatkan perawatan yang
preventif, faktor operator dimana kurang mematuhi standart operasi pabrik.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan dalam

persaingan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar

keputusan konsumen dalam memilih produk. Bila konsumen merasa produk tertentu

jauh lebih baik kualitasnya dari produk pesaing, maka konsumen memutuskan untuk

membeli produk tersebut. Tuntutan konsumen yang senantiasa berubah inilah yang

perlu direspon perusahaan. Oleh karena itu perusahaan haruslah menerapkan

pengendalian kualitas dalam pembuatan produk.

PTP. Nusantara IV PKS Adolina merupakan perusahaan yang memproduksi

minyak mentah kelapa sawit ( Crude Palm Oil ). Faktor-faktor yang menentukan

mutu CPO yaitu, kadar asam lemak bebas, kadar air, kadar kotoran. Keadaan saaat

ini menunjukkan dalam melakukan pengolahan minyak sawit mutu yang dihasilkan

ternyata selalu bervariasi dan sering tidak memenuhi spesifikasi standard mutu yang

ditetapkan perusahaan.

Hal ini dapat diketahui dari data yang didapat untuk bulan mei sampai

dengan juni, dimana untuk kadar asam lemak bebas terdapat 144 sampel data yang

berada diluar batas normal kadar ALB yang ditetapkan perusahaan. Sedangkan untuk

kadar air sebanyak 114 sampel data berada diluar batas normal kadar air yang

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
ditentukan perusahaan. Untuk kadar kotoran jumlah sampel data yang berada diluar

batas normal yaitu 66 sampel.

Berdasarkan data-data diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas minyak sawit dan cara

penanggulangannya agar mutu minyak sawit yang diproduksi dapat memenuhi

standar yang ditetapkan.

Mengacu pada uraian di atas maka dapat diketahui bahwa masalah

pengendalian mutu terhadap kualitas produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan

merupakan suatu hal yang penting dan membutuhkan kajian yang lebih mendalam,

Oleh karena itu peneliti menganggap penelitian dibidang pengendalian mutu ini

sangat penting dalam mendukung perusahaan untuk memiliki daya saing dengan

produk perusahaan lain. Dalam hal ini bentuk penelitian tentang penerapan Statistical

Quality Control (SQC).

1.2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka pokok

permasalahan yang di dapat adalah variasi standard mutu yang sering tidak

memenuhi spesifikasi syarat mutu minyak sawit. Spesifikasi syarat mutu minyak

sawit dalam penelitian ini yaitu kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar

kotoran yang terdapat pada minyak sawit. Dimana untuk menghasilkan standar mutu

pada minyak sawit dilakukan dengan menggunakan teknik pengendalian mutu

dengan menggunakan statistic quality control.


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1.3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu minyak

sawit yang diproduksi.

b. Tujuan khusus.

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :

- Menentukan jumlah sampel yang diluar batas kendali pada setiap faktor mutu

sesuai dengan nilai rata-rata dan range dari data syarat mutu CPO yaitu kadar

asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran.

- Menentukan nilai kapabilitas proses (Cp) untuk pengolahan crude palm oil.

- Mengidentifikasi penyebab penyimpangan kualitas dengan diagram sebab

akibat.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Dapat memberikan salah satu alternatif pemecahan masalah kepada PTP.

Nusantara IV PKS Adolina dalam mengatasi masalah pengendalian kualitas.

b. Sebagai pedoman bagi perusahaan untuk mengendalikan dan mengontrolan

kualitas produk yang dihasilkan.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1.5. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam dalam penelitian ini adalah :

1. Karakteristik kualitas yang diteliti dibatasi hanya untuk karakteristik kualitas

yang berlaku di perusahaan.

2. Syarat mutu yang diteliti adalah kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar

kotoran .

3. Penelitian dilakukan pada produk akhir yaitu Crude Palm Oil (CPO).

4. Penelitian dilakukan dari tanggal 27 Mei s/d 25 Juni 2009.

5. Penelitian dibatasi hanya pada shift kerja pertama mulai dari jam 06.30 sampai

jam 14.30 WIB.

1.6. Asumsi-asumsi yang Digunakan

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Proses produksi yang berlangsung pada perusahaan dianggap berjalan dengan

lancar.

2. Tidak terjadi perubahan prosedur pengendalian kualitas selama penelitian

berlangsung.

3. Seluruh data yang diperoleh dari pihak perusahaan dianggap benar.

1.7. Sistematika Penulisan

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Agar tulisan ini mudah dipahami maka diadakan pembagian beberapa bab.

Sistematika penulisan ini disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah,

tujuan penelitian, pembatasan masalah, asumsi yang digunakan dalam

penelitian dan sistematika penulisan karya akhir.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, jenis produk dan

spesifikasinya, bahan yang digunakan, proses produksi, mesin dan

peralatan, serta organisasi dan manajemen.

BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan teori-teori yang menunjang, penyelesaian

masalah yaitu studi kepustakaan yang berkaitan dengan teori-teori

yang merupakan landasan bagi pemecahan persoalan dan hasil studi

kepustakaan lainnya yang dianggap turut membantu pemecahan

masalah.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang langkah-langkah atau tahap-tahap yang

dijadikan acuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam melakukan

penelitian sesuai dengan teori-teori yang digunakan dalam landasan

teori.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisikan prosedur pengumpulan data yang dibutuhkan dan

cara pengolahan data yang diperoleh sesuai dengan model yang telah

ditetapkan dan langkah-langkah yang digunakan.

BAB VI : ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Pada bab ini akan diuraikan tentang pemecahan masalah dari hasil

pengumpulan dan pengolaham data.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang

dilakukan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi pihak

perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan.

Unit usaha Adolina pertama kali didirikan pada tahun 1962 oleh

pemerintahan Belanda. Unit usaha ini diberi nama NV Cultuur Maatschappy

Onderneming (NV CMO). Unit usaha NV CMO ini bergerak dalam budu daya

tembakau. Sejak tahun 1983 budi daya tembakau ini di rubah menjadi budi daya

kelapa sawit dan karet, dan berubah nama menjadi NV Serdang Cultuur

Maatschappy (NV SCM). Pada tahun 1973 budi daya karet diganti dengan budi daya

kakao. Pada tahun 1942 pemerintah Jepang mengambil alih unit usaha NV SCM dari

tangan pemerintahan Belanda, dan pada tahun 1046 diambil alih lagi oleh

pemerintahan Belanda.

Pada tahun 1958 perusahaan unit usaha ini di ambil alih oleh pemerintah

Republik Indonesia dan berganti nama menjadi Perusahaan Perkebunan Negara


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
(PPN). Pada tahun 1960 PPN berganti nama menjadi PPN Baru SUMUT V. Pada

Tahun 1963 PPN Baru Sumut V dipisah atas dua kesatuan, yaitu :

1. PPN Karet III Kebun Adolina Hulu, Kantor Kesatuan di Tanjung Morawa

2. PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir, Kantor Kesatuan di Pabatu

Tahun 1968 PPN Baru Sumut berganti nama menjadi PNP VI dengan

penggabungan kembali PPN Karet III Kebun Adolina Hulu dengan PPN Aneka

Tanaman II Kebun Adolina Hilir. Pada tahun 1978 PNP VI dirubah menjadi bentuk

Persero dengan nama PT. Perkebunan VI. Tahun 1994 PTP VI, PTP VII, PTP VIII

digabung menjadi satu dan di pimpin oleh Direktur Utama PTP VII. Sejak tahun

1996 sampai dengan sekarang gabungan PTP VI, PTP VII, PTP VIII diberi nama

PTP Nusantara IV (Persero), dimana Adolina merupakan salah satu unit usaha dari

PTP Nusantara IV (Persero) dan merupakan badan usaha milik negara (BUMN).

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pabrik kelapa sawit PTP Nusantara IV Adolina merupakan perusahaan yang

bergerak dalam bidang produksi minyak sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO). PTP

Nusantara IV PKS Adolina ini memperoleh bahan baku kelapa sawit dari kebun-

kebun PPT Nusantara IV unit Adolina sendiri dan sebagian lagi diperoleh dari

kebun-kebun rakyat atau swasta sekitarnya. Selain memproduksi Crude Palm Oil

(CPO) PTP Nusantara juga memproduksi inti sawit yang selanjutnya tidak

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
dipasarkan, akan tetapi diproses lebih lanjut ke pabrik pengolahan inti sawit di

Pabatu.

2.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi Pabrik pengolahan Kelapa Sawit PTP Nusantara IV Unit Adolina

berada di Kabupaten Serdang Bedagai tepatnya di pinggir jalan raya Medan-

Pematang Siantar Perbaungan dengan jarak 38 Km dari kota Medan. Sesuai Surat

Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) No :

04.13/Kpts/Org/93/XII/1998 tanggal 17 Desember 1998 memutuskan terhitung

tanggal 01 Januari 1999 melebur Kebun Bangun Purba dan merubah statusnya

menjadi Afdeling unit kebun Adolina. Luas area hak guna kebun Adolina Seluas

8.965,69 Ha. Dimana dibagi atas dua bagian yaitu 8.636 Ha untuk lahan kelapa sawit

dan 329,69 Ha untuk Emplasmaent, pondok, bibitan, pabrik,dll.

2.4. Daerah Pemasaran

Produk minyak sawit CPO yang dihasilkan PTP Nusantara IV PKS Adolina

ini dipasarkan dengan sistem pemesanan oleh pihak konsumen dimana selanjutnya

pesanan minya sawit CPO dikirim kepada pihak konsumen. Daerah pemasaran CPO

dari unit usaha Adolina ini di ekspor ke beberapa negara seperti Belanda, Jepang,

Belgia dan sebagian dikirim untuk dijual ke pasar lokal. Sedangkan untuk produk inti

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
sawit tidak dipasarkan melainkan diproses lebih lanjut ke pabrik pengolahan inti

sawit (PPIS) di PTP Nusantara IV Pabatu.

2.5. Organisasi dan Manajemen

Struktur organisasi dan manajemen perusahaan merupakan landasan

beroperasinya perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa

adanya struktur organisasi dan manajemen, maka semua aktivitas, baik proses

produksi maupun administrasi tidak akan berjalan dengan lancar. Struktur organisasi

merupakan sistem yang mengatur masalah penetapan dan pembagian pekerjaan yang

harus dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan serta

menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi sehingga diperoleh suatu bentuk

kerja sama yang efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan.

Kata organizing berasal dari kata organisum/ organ, yang artinya adalah suatu

struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa sehingga satu

sama lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan adanya

hubungan secara keseluruhan. Organisasi biasa diartikan sebagai adanya sekelompok

orang yang mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Struktur organisasi dapat didefenisikan sebagai mekanisme-mekanisme

formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan pola

hubungan diantara bagian-bagian atau posisi-posisi, yang menunjukkan kedudukan,

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
tugas dan wewenang, serta tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu

organisasi. Pembentukan struktur organisasi dapat dengan melakukan pembagian

maupun kombinasi sehingga terbentuk departemen atau unit.

Struktur ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya

usaha, dan sistem produksi perusahaan tersebut. Ada beberapa struktur organisasi

yang umum yaitu:

1. Organasi garis (Line Organization)

Organisasi garis adalah suatu bentuk struktur organisasi dimana kekuasaan

dan tanggung jawab diturunkan secara garis dari tingkat pimpinan atas kepada

tingkat bawahannya. Dalam bentuk organisasi seperti ini, tidak seorang bawahan pun

yang mempunyai atasan lebih dari satu orang, jadi kesimpang siuran perintah yang

diterima oleh bawahan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.

Pada struktur organisasi garis, prinsip unity of commond atau kesatuan dalam

komando akan terpelihara dengan baik. Atasan hanya memerintah bawahan tertentu

dan bawahan akan memberikan laporan kepada atasan yang memberinya perintah.

2. Organisasi fungsional

Dalam struktur organisasi fungsional, setiap petugas memiliki fungsi yang

telah ditentukan oleh pemimpin perusahaan. Jadi tugas dan tanggung jawab dalam

organisasi ini dibagi menurut fungsi masing-masing. Pimpinan tiap bidang berhak

memerintah kepada semua pelaksanaan yang menyangkut bidang kerjanya. Petugas-

petugas yang setingkat mempunyai wewenang dan tangung jawab yang sama.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3. Organisasi Garis dan Staf

Organisasi garis dan staf paling banyak diterapkan karena dianggap paling

dapat memenuhi kebutuhan terutama perusahaan-perusahaan besar. Hal ini

disebabkan karena penggabungan dari kebaikan organisasi garis dan fungsional,

yakni terdapat Prinsip Unity Of Commond dan spesialisasi bidang pekerjaan.

2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi dan manajemen yang baik akan memberikan pendelegasian tugas,

wewenang dan tanggung jawab yang seimbang. Dengan mengetahui tugas dan

wewenang yang dibebaninya maka diharapkan kepada setiap personil akan mampu

melaksanakan pekerjaannya dengan baik sehingga organisasi dapat berjalan dengan

sistematis dan dan efisien.

Struktur organisasi yang digunakan oleh PTP Nusantara IV PKS Adolina

adalah struktur organisasi campuran lini/garis, fungsional dan staf. Dalam struktur

organisasi ini pembagian tugas dilakukan menurut fungsi-fungsi dari tiap karyawan.

Dalam struktur organisasi hubungan lini dapat dijumpai pada

a. Hubungan Manager Unit dengan Kepala dinas tanaman, kepala dinas teknik,

kepala dinas pengolahan dan kepala dinas tata usaha.

b. Hubungan Kepala dinas tanaman dengan asisten afdeling

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
c. Hubungan kepala dinas teknik dengan asisten teknik.

d. Hubungan kepala dinas pengolahan dengan asisten pengolahan dan asisten

laboratorium.

Untuk hubungan fungsional dalam struktur organisasi ini dapat dijumpai pada

kelompok asisten afdeling, asisten teknik, asisten pengolahan, asisten laboratorium.

Untuk hubungan staf dapat dijumpai pada hubungan Manager unit dengan

asisten SDM, dan perwira keamanan.

Dalam struktur organisasi ini setiap bawahan/karyawan harus berhubungan

pada beberapa atasan. Bawahan tersebut hanya menerima tugas, tanggung

jawab, wewenang serta haknya dari atasannya dan sesuai fungsinya.

Adapun alasan struktur organisasi ini digunakan adalah karena :

a. Pembidangan tugas yang sesuai dengan lingkungan dan mempertinggi efisiensi

kerja.

b. memberikan kesempatan bagi karyawan spesialisasi untuk dapat memperingan

tugas karena hanya bertugas sesuai keahliannya.

Struktur organisasi PTP. Nusantara IV PKS Adolina dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

MANAGER UNIT

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.

Ka.Dinas Ka.Dinas Ka.Dinas Ka.Dinas Ka.Dinas Ka.Dinas


Tanaman Tanaman Tanaman Teknik Pengolahan Tata Usaha

Asisten Asisten Asisten Asisten Asisten Asisten Perwira


Afdeling 1 Afdeling 5 Afdeling 11 Teknik Sipil Pengolahan SDM Pengamanan

Asisten Asisten Asisten Asisten


2.5.2. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab

Adapun uraian wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing

bagian sesuai dengan struktur organisasi perusahaan, yakitu sebagai berikut:

1. Manager Unit

Tugas dari Manager Unit adalah memimpin dan mengelola seluruh sektor

produksi dan biaya yang ada di perusahaan yang berpedoman pada kebijakan

perusahaan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Adapun wewenang dan

tanggung jawab dari Manager Unit adalah sebagai berikut :


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
a. Memimpin dan pengelola seluruh sektor produksi dan pemakaian biaya yang ada

di perusahaan berpedoman kepada kebijakan perusahaan.

b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum kebun sesuai dengan pedoman

dan instruksi kerja direksi.

c. Mengkoordinir penyusunan anggaran belanja tahunan perkebunan.

d. Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan.

2. Kepala Dinas Tanaman

Kepala Dinas Tanaman bertugas sebagaia wakil manager uunit pengolahan di

bidang tanaman perkebunan yang dibantu oleh asisten. Tugas dan tanggung jawab

Kepala Dinas Tanaman adalah sebagai berikut :

a. Membuat dan menyusun recana kerja tahunan atau bulanan yang meliputi target

produksi, rencana panen, pemeliharaan dan rehabilitasi.

b. Merencanakan penyediaan tenaga kerja bagi jenis pekerjaan di tiap-tiap afdeling

c. Merancanakan penyediaan alat, pupuk, obat dan pemberantasan hama.

d. Bertanggung jawab kepada Manager Unit.

3. Kepala Dinas Teknik

Kepala Dinas teknik bertugas sebagai wakil dari Manager Unit di bidang

teknik yang dibantu oleh asisten teknik. Tugas dan tanggung jawab dari Kepala

Dinas Teknik adalah sebagai berikut :

a. Menyusun dan merencanakan segala kegiatan dibidang teknik.

b. Mengkoordinasi semua kegiatan dibidang teknik.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
c. Menyusun dan merencanakan penyediaan bahan-bahan untuk untuk bagian

teknik pengolahan.

d. Bertanggung jawab kepada Manager Unit.

4. Kepala Dinas Pengolahan

Kepala Dinas Pengolahan bertugas sebagai wakil Manager Unit dalam

memimpin pekerjaaan dibidang pengolahan. Tugas dan tanggung jawab dari Kepala

Dinas Pengolahan adalah sebagai berikut :

a. Menyusun dan merencanakan kegiatan bagian pengolahan dan laboratoroium.

b. Mengkoordinir kerja dari bagian laboratorium.

c. Bertanggung jawab kepada Manager Unit.

5. Kepala Dinas Tata Usaha

Kepala Dinas Tata Usaha bertugas sebagai wakil Manager Unit dalam bidang

administrasi. Kepala Dinas Tata Usaha memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai

berikut :

a. Mengkoordini segala kegiatan dibidang administrasi.

b. Mengkoordinir segala pembayaran dan penyediaan barang-barang.

c. Menyusun anggaran belanja tahunan.

d. Menyusun daftar gaji, memeriksa dan meneliti keluar masuknya barang dari

gudang.

e. Bertanggung jawab kepada Manager Unit.

6. Asisten SDM dan Umum

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Asisten Tata Usaha dan SDM bertugas sebagai wakil dari manager Unit

dalam bidang SDM dan penerimaan tenaga kerja. Tugas dan tanggung jawab dari

Asisten SDM dan Umum adalah sebagai berikut :

a. Melakukan pengawasan dan penerimaan tenaga kerja berpedoman kepada

standard yang ditetapkan direksi.

b. Mengkoordinir kegiatan dalam peningkatan kesejahtraan karyawan.

c. Membina semua hubungan baik dengan semua pihak didalam dan diluar

perusahaan.

d. Bertanggung jawab kepada Manager Unit.

7. Perwira Pengaman (Pa.Pam)

Perwira Pengaman bertugas memimpin bagian pengamanan di dalam

perusahaan dibantu oleh satuan keamanan. Tugas dan tanggung jawab dari satuan

pengamanan adalah sebagai berikut :

a. Mengkoordinir segala kegiatan penjagaan keamanan dan ketertiban pabrik dan

perkebunan.

b. Menjaga keamanan informasi dan inventaris perusahaan.

c. Mengatur dan memberikan instruksi kepada satuan keamanan pabrik dan

perkebunan.

d. Bertanggung jawab kepada Manager Unit.

8. Asisten Afdeling

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Asisten afdeling bertugas membantu Kepala Dinas Tanaman memimpin

kegiatan di afdeling. Tugas dan tanggung jawab dari asisten afdeling adalah sebagai

berikut :

a. Memimpin segala kegiatan di afdeling sesuai dengan petunjuk Kepala Dinas

Tanaman dan Manager Unit.

b. Mengawasi produksi hasil panen di lapangan.

c. Bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Tanaman.

9. Asisten Teknik Sipil/Trans/Motor

Asisten Teknik Sipil/Trans/Motor bertugas membantu Kepala Dinas

memimpin kegiatan transportasi, dan pengadaan sarana pabrik. Tugas dan wewenang

dari Asisten Teknik Sipil/Trans/Motor, yaitu :

a. Mengkoordinir pemakaian kendaraan transportasi/traktor.

b. Mengawasi pemeliharaan kendaraan transportasi/traktor.

c. Merencanakan prsarana yang diperlukan dalam pabrik

d. Bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Teknik.

10. Asisten Pengolahan

Asisten pengolahan bertugas membantu memimpin segala kegiatan dibidang

pengolahan.

11. Asisten Tata Usaha

Asisten Tata Usaha bertugas membantu Kepala Dinas tata usaha dalam

menjalankan kegiatan administrasi pada perusahaan.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

2.5.3.1. Jumlah Tenaga Kerja

Karyawan di PTP Nusantara IV PKS Adolina Tenaga kerja atau karyawan

direkrut oleh pihak PTP Nusantara IV. Tenaga kerja ditempatkan sesuai dengan

keahliandan kemampuan dari masing-masing karyawan terssebut.

Jumlah tenaga kerja yang terdapat pada PTP Nusantara Unit Adolina baik

yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi berjumlah

1.454 orang. Tenaga kerja di PTP Nusantara Unit Adolina terbagi dalam 2 golongan

yaitu :

1. Pegawai Staf

Pegawai staf merupakan pegawai yang terdiri atas para pimpina, kepala dinas,

asisten.

2. Pegawai Pelaksana

Pegawai pelaksana adalah karyawan harian yang bekerja pada perusahaan, surat

pengangkatannya dikeluarkan oleh kantor direksi PTP Nusantara IV. Dapat

diangkat menjadi pegawai staff berdasarkan usulan dan penilaian prestasi kerja

pegawai.

Komposisi tenaga kerja di PTP Nusantara Unit Adolina dapat dilihat pada

tabel 2.1.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 2.1 Komposisi Tenaga Kerja PTP Nusantara IV Unit Adolina

Karyawan Karyawan
Total
Afdeling/Bagian Pimpinan Pelaksana

Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh

Manager Unit 2 - 2 - - 2

Kep.Dinas Tanaman 3 - 3 - - 3

K.Dinas Tata Usaha 1 - 1 - - 1

K.Dinas Pengolahan 1 - 1 - - 1

K.Dinas Teknik 1 - 1 - - 1

Ass.SDM - Umum 2 - 2 - - 2

Ass. Tata Usaha 1 - 1 - - 1

Ass. Teknik 2 - 2 - - 2

Ass. Pabrik 3 - 3 - - 3

Ass. Tanaman 13 - 13 - - 13

Afd.1 - - 80 32 112 112

Afd.2 - - 31 27 58 58

Afd.3 - - 83 32 115 115

Afd.4 - - 41 20 61 61

Afd.5 - - 45 36 81 81

Afd.6 - - 27 17 44 44

Afd.7 - - 25 18 43 43

Afd.8 - - 92 38 130 130

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Afd.9 - - 84 31 115 115

Afd.10 - - 87 23 110 110

Afd.11 - - 72 45 117 117

Afd.12 - - 80 21 101 101

Afd.13 - - 38 23 61 61

Dinas Sipil - - 50 14 64 64

Kantor - - 115 40 155 155

Bengkel - - 58 - 58 58

Total 1454

Sumber : Pabrik PTPN IV PKS Adolina

2.5.3.2. Jam kerja

Jam kerja yang berlaku di PTP Nusantara IV PKS Adolina dibagi atas dua

bagian, yaitu :

1. Bagian Kantor

Untuk bagian kantor diberlakukan 1 shift dengan 7 jam/hari dan dan 40

jam/minggu dengan rincian sebagai berikut :

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
a. Hari Senin s/d Kamis

Pukul 06.30 – 09.30 : Kerja aktif

Pukul 09.30– 10.30 : Istirahat

Pukul 10.30 – 15.00 : Kerja aktif

b. Hari Jum’at

Pukul 06.30 – 09.30 : Kerja aktif

Pukul 09.30– 10.30 : Istirahat

Pukul 10.30 – 12.00 : Kerja aktif

c. Hari Sabtu

Pukul 06.30 – 09.30 : Kerja aktif

Pukul 09.30– 10.30 : Istirahat

Pukul 10.30 – 13.00 : Kerja aktif

2. Bagian Pabrik

Untuk Bagian pabrik terbagi atas 2 shift, yaitu :

Shift I : Pukul 06.30 – 14.30

Shift II : Pukul 14.30 – bahan baku habis

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas

Sistem pengupahan atau gaji pada PTP Nusantara IV PKS Adolina dilakukan

sebanyak 2 kali pada setiap bulannya, yaitu pada tanggal 4 yang disebut gaji besar

dan pada tanggal 15 yang disebut dengan gaji kecil. Sistem pengupahan kepada

karyawan dilakukan berdasarkan peraturan pemerintah melalui Surat keputusan

Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Departemen

Pertanian. Jumlah gaji yang dibeikan kepada karyawan disesuaikan berdasarkan

golongan pegawai. Dimana karyawan terdiri dari golongan IA s/d IVD. Selain gaji

bulanan karyawan mendapatkan upah lembur dihitung diluar jam kerja serta setiap

karyawan akan mendapatkan 39 Kg beras.

Untuk meningkatkan kesejahtraan karyawan perusahaan menyediakan

fasilitas seperti :

1. Perumahan untuk setiap karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana yang

berada di sekitar lokasi perkebunan pabrik.

2. Air dan listrik untuk keperluan rumah tangga.

3. Rumah sakit yang memberikan palayanan kesehatan bagi karyawan.

4. Tunjangan keselamatan kerja, duka cita, dan tunjangan harian lainnya

5. Tempat penitipan bayi.

6. Sarana Pendidikan/sekolah bagi anak karyawan.

7. Tempat ibadah disekitar perumahan karyawan.

8. Sarana olahraga.

9. Tansportasi.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2.6. Proses Produksi

2.6.1. Standar Mutu Produk

PTP Nusantara IV PKS Adolina memproduksi minyak kelapa sawit dengan

standar mutu yang telah ditetapkan. Standar mutu dari minyak kelapa sawit

berhubungan dengan aspek kadar asam lemak, kelembapan, kotoran. Dalam hal ini

syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi

kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, kotoran, Logam besi, logam tembaga,

peroksida dan ukuran pemucatan. Kelapa sawit bermutu akan menghasilkan

rendemen minyak 22,1 % - 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % -

2,1 % (terendah), kadar air 0,150 % (tertinggi), kotoran 0,020 %.

Sedangkan Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:

1. Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP‐SMP‐13‐1975

2. Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP‐SMP‐7‐1975

3. Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP‐SMP‐31‐19975

4. Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP‐SMP‐31‐1975

Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.

Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan

pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Adapun untuk

analisa angka mutu dan kerugian pada minyak kelapa sawit dilakukan pada beberapa

titik sampel saat produksi mulai dari loading ramp, stasiun perebusan, stasiun

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
penebahan, pengempaan buah, klarifikasi, pengolahan biji, vacum dryer, dan tangki

timbun.

2.6.2. Bahan yang Digunakan

a. Bahan Baku

Bahan baku yang diolah oleh PTP Nusantara IV PKS Adolina adalah Tandan

Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang diperoleh dari kebun-kebun PTP Nusantara IV

unit Adolina dan sebagian lagi diperoleh dari kebun-kebun rakyat disekitarnya.

Kelompok varietas tertentu memiliki mutu buah tertentu yang sudah dikenal baik

dalam seleksi. Kelompok-kelompok tersebut diklarifikasikan berdasarkan ketebalan

relatif dari perikarp, cangkang dan inti dari tandan buah segar. Adapun jenis kelapa

sawit yang dibudidayakan adalah :

1. Kongo : Perikrap tipis 30-40 % dari bobot buah, tebal cangkang 0,4-0,85 cm, inti

tipis hingga tebal.

2. Dura (Dura Deli di Sumatera) : Perikrap 40-70 % dari bobot buah, tebal

cangkang 0,2-0,5 cm

3. Tenera : Perikrap agak tebal ± 60 % dari bobot buah, tebal cangkang 0,1-0,25

cm, , ketebalan initi bervariasimenurut tebal cangkang.

4. Pisifera : Buah tanpa cangkang, memiliki serat mengelilingi cangkang yang

sangat tipis, jarang terdapat diperkebunan.

5. Diwakkawakka : Buah ditandai oleh mantel yang terdiri dari 6 carpel sekeliling

buah.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tandan buah segar yang matang memiliki kriteria panen seperti perubahan

warna dalam membrondolnya buah dari tandan. Adapun kriterian matang panen

dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Kriteria Matang Panen

Fraksi
Kriteria Matanga Panen Derajat Kematangan
Panen

Tidak ada buah membrondol, buah


00 Sangat merah
berwarna hitam pekat

1-12,5 % dari buah luar, buah berwarna


0 Merah
hitam kemerahan

12,5-25 % dari buah luar membrondol,


1 Kurang matang
buah berwarna kemerahan

25-50% buah luar membrondol, buah


2 Matang
berwarna merah mengkilat

50-75 % buah luar membrondol, buah


3 Matang
berwarna orange

4 75-100 % buah luar membrondol, buah Lewat matang

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
berwarna dominan orange

5 Buah bagian dalam ikut membrondol Lewat matang

Sumber : PTPN IV PKS Adolina

Fraksi panen ini sangat mempengaruhi rendemen minyak dan kadar asam

lemak bebas. Semakin tinggi fraksi panen maka rendemen minyak akan semakin

meningkat.

b. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi, yang di

tambahkan dalam proses pembuatan produk sehingga dapat meningkatkan mutu

produk. Bahan yang di tambahkan dalam proses pembuatan CPO antara lain adalah:

1. Air

Air di gunakan untuk memudahkan pemisahan antara minyak dari daging buah

sawit disaat perebusan berlangsung.

2.6.3. Uraian Proses Produksi

Produk yang dihasilkan pabrik pengolahan minyak sawit PTP Nusantara IV

Adolina berupa minyak mentah kelapa sawit atau juga disebut CPO (Crude Palm

Oil). CPO diolah dari daging buah kelapa sawit oleh pabrik pengolahan minyak sawit

PTP Nusantara IV Adolina yang berkapasitas 30 Ton/jam.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Dalam proses pengolahan kelapa sawit dari tandan buah segar kelapa sawit

hingga dihasilkan CPO harus melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Stasiun Penerimaan Buah.

Kelapa sawit yang berasal dari perkebunan diangkut ke pabrik dengan

menggunakan truk. Setelah sampai di pabrik, kelapa sawit beserta truk ditimbang

terlebih dahulu di jembatan timbang dengan kapasitas 50 ton yang dilengkapi denga

sistem komputerisasi. Dengan menggunakan LAN (Local aArea Network) hasil

penimbangan dapat dipantau langsung dari kantor manager, KDP, KDT, dan bagian-

baian lain yang berkaitan. Kelapa sawit yang telah ditimbang kemudian dimasukkan

ke loading ramp. Loading ramp ini digerakkan dengan elektromotor dengan sistem

hidrolik untuk membuka dan menutup pintu (Door Sliding). Terdapat 13 pintu

loading ramp yang masing-masing berkapasitas 15 ton. Adapun fungsi dari loading

ramp ini adalah :

a. Sebagai tempat penampungan TBS untuk disortasi sebelum proses.

b. Mengurangi kadar kotoran dengan memasang kisi-kisi dari reil eks pakai.

c. Mengatur TBS yang akan dimasukkan kedalam lory sebelum direbus

Dari loading ramp TBS dimasukkan kedalam rangkaian lori untuk

dimasukkan kedalam stasiun perebusan.

2. Stasiun Perebusan.

Di dalam stasiun perebusan ini TBS yang berasal dari loading ramp

dimasukkan kedalam lori untuk selanjutnya direbus didalam mesin sterilizer. Lori

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
tersebut didipindahkan menuju sterilizer dengan menggunakan transfer Carrier.

Sterilizer berbentuk silinder yang berjumlah 3 unit dengan sistem 2 pintu dan

memakai sistem PLC (Program Local Control) dengan waktu merebus buah ± 90

menit. Masing-masing sterilizer berkapasitas 10 lori (± 25 ton TBS). Sistem

perebusan yang digunakan memakai sistem perebusan 3 puncak (Treapel Peak).

Dengan menggunakan mikrokontroler ATMEL AT89S51 yang mengatur

pembuangan uap dengan waktu yang sudah ditentukan untuk mencapai tekanan yang

dibutuhkan, yaitu :

a. Puncak I : 2,0 Kg/cm2

b. Puncak II : 2,5 Kg/cm2

c. Puncak III: 3,0 Kg/cm2

Sterilizer ini memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Merebus TBS agar buah mudah lepas dari janjangan.

b. Mematikan enzim-enzim yang menyebabkan kenaikan asam lemak bebas.

c. mengurangi kadar air yang terdapat pada buah

d. Memudahkan pada proses penebahan.

Dari sterilizer lori-lori yang berisi TBS hasil rebusan ditarik menuju tempat

hosting crane dengan menggunakan mesin capstand.

3. Stasiun Penebahan.

Stasiun penebahan memiliki fungsi untuk memisahkan brondolan dari

tandannya. Buah yang terdapat di lori diatur masuk kedalam threser dengan bantuan
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
hosting crane. Hosting crane ini akan mengangkat lori berisi TBS ke auto feeder.

Didalam threser dipisahkan antara tandan dan brondolan matang dengan cara

dibantingkan/dijatuhkan dari atas kebawah sambil diputar. Brondolan sawit

diteruskan ke stasiun kempa dengan menggunakan fruit elevator, sedangkan

janjangan kosong dikeluarkan dengan menggunakan conveyor untuk diperiksa

kembali. Jika terdapat brondolan di janjangan yang belum terlepas maka janjangan

akan kembali direbus untuk menghndari losis. Batas minimal brondolan sisi untuk

dikembalikan sekitar 5 %. Janjangan yang benar-benar kosong di bawa ke hooper

untuk dibawa ke perkebunan sebagai pupuk organik, selain itu janjangan kosong juga

dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler.

4. Stasiun Kempa.

Distasiun ini brondolan yang telah dibawa fruit elevator diteruskan ke mesin

digester. Fungsi dari mesin digester ini untuk mencincang dan melumat brondolan

sehingga daging an biji mudah dipisahkan. Selain itu degister juga berfungsi

mengeluarkan sebagian minyak dari brondolan yang timbul akibat proses

pengadukan. Degister juga memudahkan untuk mengelurakan minyak di screw press.

Buah yang sudah di lumat di digester dipress untuk mengeluarkan minyak dan

memisahkan daging buah dengan biji. Hasil minyak kasar dari screw press dialirkan

menuju Sand Trap Tank dan oil gutter. Sedangkan biji yang telah terpisah dari

daging dibawa ke Cake Brake Conveyor (CBC) menuju stasiun pabrik biji.

5. Stasiun Klarifikasi
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Di stasiun klarifikasi minyak kasar tersebut menuju San Trap Tank. Sand

Trap Tank adalah suatu alat berbentuk silinder yang bekerja dengan berdasarkan

berat jenis antara air dengan minya, dimana berat jenis air lebih tinggi dbandingkan

dengan berat jenis minyak sehinggan dengan mudah minyak yang berada diatas air

mengalir masuk ke saringan getar (Circular Vibrating Screen).

Untuk pengiriman minyak kasar ke San Trap Tank dibatu dengan air panas

dari Hot Water Tank. Di saringan getar minyak akan disaringdan dipisahkan dari

kotoran. Hasil saringan akan dimasukkan ke Crude Oil Tank (Bak RO), sedang

kotoran yang masih mengandung minyak dikembalikan untuk diolah kembali di

digester. Di bak RO minyak akan diendapkan sementara, dimana minyak bersih

yang berada pada lapisan atas dipompakan menuju Continous Settling Tank (CST).

Sedangkan kotoran yang masih mengandung minyak dialirkan ke parit untuk dikutip

kebali di bak Vet Vit. Minyak yang berada di CST dipanaskan 950C dan diaduk

untuk memisahkan minyak, air, dan kotoran. Minyak bersih yang berada di lapisan

paling atas sekitar 60 cm dari permukaaan. Kadar minyak yang 99 % di masukkan ke

Oil Tank untuk di reduksi kadar airnya dengan oil purifer. Minyak murni dari Oil

Purifier di alirkan ke Vacum Dryer untuk dimurnikan kembali sebelum ke tangki

timbun. Sedangkan minyak kotor yang bercampur lumpur (sludge) yang berada pada

lapisan bawah dialirkan menuju sludge tank untuk memisahkan minyak lumpur dan

kotoran halus seperti pasir.

Setelah dari sludge tank minyak kotor menuju Balancing Tank sebagai

penampung cairan sludge sebelum diolah sludge seperator. Pada sludge seperator
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
minyak yang bercampur dipisahkan dengan sistem centrifugal dan prinsip berat jenis.

Minyak yang berat jenisnya rendah akan tersisi didalam dan dialirkan ke oil tank

untuk selanjutnya kembali ke oil purifier dan dialirkan ke vacum dryer. Sedangkan

lumpur dibuang sebagai limbah. Minyak murni yang berada di vacum dryer

dikurangai kadar airnya dengan sistem pemanasan dan vakum. Minyak murni

kemudian dikirimkan ke tangki timbun.

6. Stasiun Penimbunan Minyak.

Di stasiun penimbunan minyak terdiri dari tangki timbun yang terdiri dari 2

unit dengan kapasitas 500 ton dan 1 unit berkapasitas 950 ton. Setiap tangkinya

dilengkapi dengan pipa pemanas uap. Pipa ini juga dilengkapai dengan pompa

minyak sebanyak 2 unit dengan kapasitas 30 dan 60 m3/jam.

Fungsi dari tangki timbun ini adalah sebagai berikut :

1. Tempat penimbunan minyak CPO.

2. Tempat pengukuran hasil CPO pada setiap pengolahan.

3. Tempat pegiriman minya via truk.

7. Stasiun Pengutipan Minyak.

Stasiun pengutipan minyak merupakan tempat untuk mengutip minyak dari

limbah yang diperkirakan masih mengandung minyak. Di stasiun pengutipan minyak

ini terdiri dari bak Vet Vit dengan kapasitas 2 x 84 m3 dilengkapi pemanas dan

pompa-pompa dengan kapasitas 20 m3/jam. Limbah yang diperkirakan masih

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
mengandung minyak ditampung di bak dan diendapkan untuk diambil sisa minyak

yang kemudian akan diolah kembali di stasiun klarifikasi.

Minyak yang masih terbawa dari buangan Vet Vit menuju rodos, yaitu alat

yang berupa drum-drum yang ditempatkan dalam bak yang ditambahkan air untuk

memisahkan minyak dan kotoran berdasarkan berat jenisnya sehingga minya berada

di lapisan permukaan. Rodos dilengkapi talang untuk mengalirkan minyak ke crude

oil tank.

2.7. Mesin dan Peralatan

2.7.1. Mesin Produksi

Adapun spesifikasi mesin produksi yang ada di PTP Nusantara IV Unit

Adolina dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.7.2. Peralatan Produksi

Adapun spesifikasi peralatan produksi yang ada di di PTP Nusantara IV Unit

Adolina dilihat pada Lampiran 2.

2.8. Utilitas

Utilitas adalah pendukung kelancaran proses produksi disuatu pabrik.

Kebutuhan akan utilitas di di PTP Nusantara IV PKS Adolina meliputi :


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1. Air

Air yang digunakan untuk di PTP Nusantara IV Unit Adolina adalah berasal

dari sungai. Air yang berasal dari sungai di pompa dengan mesin diesel yang

berjumlah 3 unit dengan kapasitas pompa masing-masing 80-100 m3/jam. Jarak yang

ditempuh dari sungai ke lokasi pabrik 1,6 Km. Air yang diterima akan masuk ke

Water Clarifier Tank. Disini air akan diendapkan untuk memisahkan kandungan

lumpur dan dialirkan ke Water Basin untuk dijernihkan dengan memakai tawas.

Setelah dijernihkan di Water Basin air dialirkan ke Sand Filter untuk disaring

kembali agar siap pakai. Air yang telah siap pakai dipompa ke menara air untuk

mengirim air ke pabrik, kantor dan perumahan.

2. Tenaga Listrik

Tenaga listrik sangat diperlukan dalam menjalankan proses produksi. Sumber

tenaga listrik pada di PTP Nusantara IV Unit Adolina adalah sebagai berikut :

1. Ketel Uap

Ketel uap adalah alat yang digunakan untk mengubah air menjadi uap dan

dengan jalan pemanasan yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar dengan

proses heat transfer. Ketel uap dipanaskan dengan membakar bahan bakar yang

dikirim berupa ampas dan cangkang ataupun janjangan kosong. Ketel uap yang

digunakan di PTP Nusantara IV PKS Adolina adalah pipa air vertikal. Jenis ketel uap

yang terdapat di PKS Adolina adalah jenis TAKUMA Type N-600 SA dengan

kapsitsa 20 ton/jam. Hasil dari ketel uap ini berupa tenaga uap yang berfungsi untuk

menggerakkan turbin
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2. Generator Diesel

Merupakan pembangkit listrik cadangan denga menggunakan bahan bakar

solar. Jumlah Generator diesel ini 3 unit dengan kapasitas 270 Hp 2 unit dan 298 1

unit dengan tipe 3306 B.

2.9. Safety and Fire Protection

PTP Nusantara IV telah memiliki standar keselamatan dan kesehatan kerja

yang barada dibawah pengawasan P2K3 ( Panitia Keselamatan dan Kesehatan

Kerja). Adapun Penerapan standar keselamatan dan kesehatan kerja di PTP

Nusantara IV Adolina adalah sebagai berikut :

1. Pengenalan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) kepada tamu yang dilakukan

oleh SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang berada

dibawah P2K3 ( Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

2. Lingkungan P2K3 yaitu 1400:200.

3. Surat ijin kerja karyawan terhadap 3 kategori pekerjaan, yaitu :

a. Panas : Areal vet vit

b. Kedalaman : Tangki timbun minyak

c. Ketinggian : Pencucian atap seng pabrik

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
4. Prosedur keadaan darurat dimana apabila lonceng darurat berbunyi maka seluruh

pekerja harus menuju ke titik evakasi.

5. Pelaporan sumber bahaya/cidera.

6. Menyediakan kotak P3K sebanyak dua buah di setiap lingkungan pabrik.

7. Diharuskan memakai alat pelindung diri setiap memasuki area pabrik

8. Mematuhi pembatas akses yang berada di daerah terlarang bagi tamu terkecuali

didampingi oleh penyelia.

2.10. Waste Treatment

Limbah yang dihasilkan pada pabrik kelapa sawit terdri atsa limbah padat dan

limbah cair. Limbah padat yang dihasilkan terdiri dari cangkang dan tandan kosong.

Limbah cair yang dihasilkan terdiri dari air kondensat, air cucian, air hydroclone.

Pengolahan limbah kelapa sawit meliputi pengendalian oil plant control, sistem

pengendalian pada kolam limbah sehingga air yang keluar dari pabrik memenuhi

persyaratan.

2.10.1. Pengolahan Limbah Cair

Dalam penanggulangan limbah cair pada PTP Nusantara IV PKS Adolina ini

terdiri dari 5 proses.

1. Bak Vet Vit

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Bak Vet Vit berfungsi sebagai tempat penampungan sementara losses minyak

hasil dari pengolahan. Bak Vet Vit ini menampung sisa hasil olahan dari air

kondensat/rebusan, air buangan klarifikasi, dan air buangan hydrocyclone. Bak Vet

Vit terdiri dari dua bak dimana setiap bak terbagi menjadi 3 bagian yang diskat

antara satu dengan yang lainnya. Dimana tiap bagian yang diskat menampung sisa

olahan sebagai berikut :

a. Bagian pertama : bagian ini tempat pertama masuknya losses minyak hasil

pembuangan dari pabrik.

b. Bagian Kedua : Bagian ini tempat sisa lumpur dan air dari bagian pertama

yang masih mengandung minyak.

c. Bagian Ketiga : Bagia ini terdiri dari sisa lumpur dan air dari bagian kedua

yang masih mengandung minyak.

Untuk mengoptimalkan pemisahan, pengutipan minyak dan menurunkan

viscositas cairan minyak dijaga agar suhu minyak tetap tinggi dengan cara injeksi

uap hasil dari BPV ke setiap ruangan dengan tekanan 3 Kg/Cm3. Pada bagian ketiga

bak Vet Vit dipasang pipa pengeluaran ke Deoling Pond untuk mengalirkan cairan

yang mengandung sedikit minyak ke kolam limbah.

Lapisan minyak yang terdapat di permukaan dari tiap-tiap ruangan pada

akhir pengolahan akan di kutip dan dialirkan ke pompa untuk seanjutnya ke pabrik

untuk diolah kembali.

2. Deoling Pond

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Deoling Pond berfungsi sebagai tempat penampungan sisa pemisahan minyak

dan lumpur serta yang berasal dari kolam vet vit sebelum dialirkan ke kolam limbah.

Deoling Pond terdiri dari bak yang berbentuk trapesium dimana bagian bawah lebih

kecil dari bagian atas. Untuk pengutipan minyak yang dibagian atas maka dipasang

rodos yang berputar yang digerakkan dengan elektromotor. Letak rodos berada di

ujung Deoling Pond dan berada diatas permukaan cairan yang disanggah oleh dua

buah tiang dan tali penahan serta untuk mengatur naik-turun rodos. Cairan yang

mengandung minyak yang ditampung oleh Deoling Pond setelah beberapa hari

kendungan minyak akan semakin banyak sehingga dapat dikutip dan diolah kembali.

3. Kolam Limbah

Kolam limbah berfungsi sebagai penampung aktif sisa pengolahan cairan

yang masih mengandung PH 4 untuk selanjutnya diolah kembali agar dapat

dimanfaatkan dan di salurkan ke bagian penerimaan. Limbah cairan yang dikutip dari

Deoling Pond mempunyai karakteristik asam dengan PH 4-4,5 dengan suh 70-800C

agar bakteri isopilik dapat berkembang biak dengan baik. Selanjutnya akan di alirkan

ke kolam limbah pengasaman yang berfungsi sebagai prakondisi bagi limbah

sebelum masuk ke kolam anaerobik. Pada kolam ini limbah akan dirubah menjadi

VFA (Valuttie Fatty Acid) atau asam lemak mudah menguap. Resirklasi dlakukan

dengan mengalirkan cairan dari kolam anaerobik yang terakhir ke saluran masuk

kolam pengasaman yang bertujuan untuk menaikan PH, menambah bakteri,

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
membantu pendinginan. Di kolam anaerobik nilai BOD akan diturunkan berkisar

antara 3500-5000 mg/l dengan PH 6-9.

4. Proses Fakultatif

Proses yang terjadi pada kolam ini adalah penonaktifan bakteri anaerobik dan

proses pra kondisi aerobik. Indikasi dari aktivitas ini dapat dilihat pada permukaan

kolam dengan tidak dijumpai scum pada cairan yang berwarna kehijau-hijauan.

5. Proses Aerobik

Proses yang berlangsung pada kolam aerobik adalah penumbuhan

ganggangdan mikro heterotrof yang membentuk flok. Ini merupakan proses

penyedian oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba dalam kolam metoda pengadaan

oksigen yang dilakukan secara alami.

Dari rangkaian proses pengolahan limbah cair membutuhkan waktu selama

±120-150 hari.

2.10.2. Pengolahan Limbah Padat

Limbah pada yang dihasilkan dari pengolahan minyak sawit berupa

cangkang, tandan kosong. Tandan kosong yang dihasilkan dari pengolahan akan

dikumpulkan dan akan dijadikan sebagai pupuk di perkebunan, sebagian akan

dijadikan bahan bakar ketel. Sedangkan limbah padat yang berupa cangkang

digunakan sebagai bahan bakar ketel.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB III

LANDASAN TEORI
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3.1. Defenisi Mutu

Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah

faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan

posisi bersaing. Mutu merupakan sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan, bukan

oleh pemasaran atau manajemen. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual

pelanggan terhadap produk atau jasa, dimana diukur berdasarkan persyaratan

pelanggan tersebut dinyatakan atau tidak dinyatakan, secara teknis atau bersifat

subyektif dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam pasar yang penuh

persaingan.

Mutu adalah keseluruhan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran,

rekayasa, pembikinan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang

digunakan memenuhi harapan-harapan pelanggan. Harapan disini mencakup

kemudahan perawatan, kemudahan dalam penggunaannya, desain yang baik, harga

yang ekonomis, daya tahan dan ketersediaan produk tersebut.

Pengendalian mutu adalah pengunaan teknik-teknik dan aktivitas-aktivitas

untuk mencapai, mempertahankan dan meningkatkan mutu suatu produk atau jasa.

Pengendalian mutu juga dapat dikatakan yaitu suatu proses pengaturan secara standar

yang telah ditentukan, dan melakukan tindakan tertentu jika terdapat perbedaan.

Maksud dari kebanyakan pengukuran mutu ini adalah menentukan dan mengevalusi

tingkatan dimana produk atau jasa mendekati keinginan atau harapan dari konsumen.

3.2. Analisis Pengendalian Mutu

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Analisis peningkatan mutu merupakan aktivitas teknik dan manajemen

dimana kita mengukur karakteristik dari kualitas suatu barang atau jasa, kemudian

membandingkan hasil pengukuran dengan spesifikasi produk yang diinginkan oleh

pelanggan dan mengambil tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan

perbedaan diantara kinerja aktual dan standar.

Berdasarkan uraian diatas pengendalian mutu merupakan suatu metodologi

pengumpulan dan analisis data kualitas, serta menentukan dan menginterpretasikan

pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem

industri untuk meningkatkan kualitas produk guna memenuhi kebutuhan dan

ekspektasi pelanggan. Dengan demikian pengertian peningkatan dan pengendalian

manajemen mutu lebih menekankan pada aspek peningkatan proses industri dengan

menggunakan data kualitas yang dikumpulkan dan diinterpretasikan dengan

menggunakan alat-alat analisis termasuk teknik-teknik statistika.

Dalam konteks pembahasan tentang analisis data untuk peningkatan proses

dengan menggunakan teknik-teknik statistika, terminologi kualitas didefenisikan

sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik

kualitas dari suatu produk yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah

dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan.

3.3. Langkah-Langkah Pengendalian Mutu

Standardisis sangat diperlukan sebagai tindakan pencegahan untuk

memunculkan kembali masalah kualitas yang pernah ada dan telah diselesaikan. Hal

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
ini sesuai dengan konsep pengendalian mutu berdasarkan sistem manajeme mutu

yang berorientasi pada strategi pencegahan, bukan pada strategi pendeteksian saja.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang sering digunakan dalam analisis dan solusi

masalah mutu.

1. Memahami kebutuhan peningkatan kualitas

Langkah awal dalam peningkatan kualitas adalah bahwa manajemen harus

secara jelas memahami kebutuhan untuk peningkatan mutu. Manajemen harus

secara sadar memiliki alasan-alasan untuk peningkatan mutu dan peningkatan

mutu merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar. Tanpa memahami

kebutuhan untuk peningkatan mutu, peningkatan kualitas tidak akan pernah

efektif dan berhasil. Peningkatan kualitas dapat dimulai dengan mengidentifikasi

masalah kualitas yang terjadi atau kesempatan penigkatan apa yang mungkin

dapat dilakukan. Identifikasi masalah dapat dimulai dengan mengajukan

beberapa pertanyaan dengan menggunakan alat-alat bantu dalam peningkatan

kualitas seperti brainstrorming, Check sheet, atau pareto diagram.

2. Menyatakan masalah kualitas yang ada

Masalah-masalah utama yang telah dipilih dalam langkah pertama perlu

dinyatakan dalam suatu pernyataan yang spesifik. Apabila berkaitan dengan

masalah kualitas, masalah itu harus dirumuskan dalam bentuk informasi-

informasi spesifik, jelas, tegas dan dapat diukur. Diharapkan dihindari

pernyataan masalah yang tidak jelas dan tidak dapat diukur.

3. Mengevaluasi penyebab utama

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Penyebab utama dapat dievaluasi dengan menggunakan diagram sebab akibat

dan menggunakan teknik brainstrorming. Dari berbagai faktor penyebab yang

ada, kita dapat mengurutkan penyebab-penyebab dengan menggunakan diagram

pareto berdasarkan dampak dari penyebab tehadap kinerja produk, proses, atau

sistem manajemen mutu secara keseluruhan.

4. Merencanakan solusi atas masalah

Diharapkan rencana penyelesaian masalah berfokus pada tindakan-tindakan

untuk menghilangkan akar penyebab dari masalah yang ada. Rencana

peningkatan untuk menghilangkan akar penyebab masalah yang ada diisi dalam

suatu formulir daftar rencana tindakan.

5. Melaksanakan perbaikan

Implementasi rencana solusi terhadap masalah mengikuti daftar rencana

tindakan peningkatan kualitas. Dalam tahap pelaksanaan ini sangat dibutuhkan

komitmen manajemen dan karyawan serta partisipasi total untuk secara bersama-

sama menghilangkan akar penyebab dari masalah kualitasyang telah

teridentifikasi.

6. Meneliti hasil perbaikan

Setelah melaksanakan peningkatan kualitas perlu dilakukan studi dan evaluasi

berdasarkan data yang dikumpulkan selama tahap pelaksanaan unutk

mengetahui apakah masalah yang ada telah hilang atau berkurang. Analisis

terhadap hasil-hasil temuan selama tahap pelaksanaan akan memberikan

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
tambahan informasi bagi pembuatan keputusan dan perencanaan peningkatan

berikutnya.

7. Menstandardisasikan solusi terhadap masalah

Hasil-hasil yang memuaskan dari tindakan pengendalian kualitas harus

distandardisasikan, dan selanjutnya melakukan peningkatan terus menerus pada

jenis masalah yang lain. Standardisasi dimaksudkan untuk mencegah masalah

yang sama terulang kembali.

8. Memecahkan masalah selanjutnya

Setelah selesai masalah pertama, selanjutnya beralih membahas masalah

selanjutnya yang belum terpecahkan (jika ada).

Hubungan delapan langkah pengendalian mutu diatas dengan tujuh alat

pengendali kualitas dan siklus PDCA dapat dilihat pada Tabel 3.1. dibawah ini.

Tabel 3.1. Hubungan Langkah Pengendalian Mutu, Tujuh Alat

Pengendalian Kualitas, Siklus PDCA

Delapan Langkah Pengendalian


Tujuh alat pengendali kualitas PDCA
Mutu

1. Memahami kebutuhan Check sheet, pareto diagram, PLAN


peningkatan kualitas histogram, cause effect
diagram, scatter diagram
2. Menyatakan masalah
kualitas yang ada

3. Mengevaluasi penyebab
utama
4. Merencanakan solusi atas
masalah

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 3.1. Hubungan Langkah Pengendalian Mutu, Tujuh Alat

Pengendalian Kualitas, Siklus PDCA

Delapan Langkah Pengendalian


Tujuh alat pengendali kualitas PDCA
Mutu

5. Melaksanakan perbaikan DO

6. Meneliti hasil perbaikan Check sheet, pareto diagram, CHECK


histogram, cause effect
diagram, scatter diagram

7. Menstandardisasikan solusi ACTION


terhadap masalah
8. Memecahkan masalah
selanjutnya

3.4. Pengertian Statistic Quality Control (SQC)

Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau

populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di dalam suatu

sampel dari populasi. Metode statistik memegang peranan penting dalam jaminan

kualitas. Metode statistik memberikan cara-cara pokok dalam pengambilan sampel

produk, pengujian serta evaluasi dan informasi di dalam data yang digunakan untuk

mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan.

Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen dimana

mengukur karakteristik kualitas dari produk atau jasa, kemudian membandingkan

hasil pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang diinginkan serta mengambil

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan kinerja aktual dan

standar.

Pengendalian kualitas produksi dapat dilakukan dengan berbagai cara,

misalnya dengan penggunaan bahan/material yang bagus, penggunaan mesin-

mesin/peralatan produksi yang memadai, tenaga kerja yang terampil, dan proses

produksi yang tepat. Dalam hal ini pengendalian kualitas secara statistik (Statistical

Quality Control) dapat digunakan untuk menemukan kesalahan produksi yang

mengakibatkan produk tidak baik, sehingga dapat diambil tindakan lebih lanjut untuk

mengatasinya.

Statistic Quality Control (pengendalian kualitas statistik) adalah teknik yang

digunakan untuk mengendalikan dan mengelola proses baik manafaktur maupun jasa

melalui penggunaan metode statistik (Dorothea. W.A,2003). Pengendalian kualitas

statistik merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor,

mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan memperbaiki produk dan proses

menggunakan metode-metode statistik.

Dalam banyak proses produksi bagaimanapun baiknya suatu rancangan atau

pemeliharaan akan selalu ada variabilitas dasar. Variabilitas dasar atau gangguan

dasar ini merupakan pengaruh komulatif dari banyak sebab-sebab kecil yang pada

dasarnya tidak terkendali.

Variabilitas yang dimaksud adalah variabilitas antar sampel dan variabilitas

dalam sampel. Apabila sampel diambil dari populasi yang sama, variasi statistik akan

terjadi dari sampel kesampel dan variasi range dapat dihitung. Bentuk ini merupakan

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
dasar dari batas yang dihitung pada peta kendali atau control chart dan banyaknya

penerimaan. Dimana tujua akhir dari pengendalian kualitas statistik adalah

menyingkirkan atau mengurangi variabilitas dalam proses.

Pendendalian kualitas statistik (statistic quality control) secara garis besar

digolongkan menjadi dua, yaitu pengendalian proses statistik (statistic process

control) dan recana penerimaan sampel produk (acceptance sampling). Berdasarkan

jenis data yang digunakan pengendalian kualitas statistik dapat dibagi atas dua

golongan, yaitu pengendalian kualitas untuk data variabel dan pengendalian kualitas

untuk data atribut.

3.5. Data Atribut dan Data Variabel

3.5.1. Data Variabel

Pengumpulan data adalah langkah dalam prosedur pengendalian mutu.

Dengan data yang relevan maka dapat disajikan suatu informasi yang dapat

memenuhi objek dari pengendalian mutu, yaitu mendeteksi, mencegah dan

mengoreksi produk yang cacat. Didalam pengumpulan data terdapat dua jenis data

yaitu data variable dan data atribut.

Data variable merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan

analisis. Contoh dari data variable karakteristik kualitas adalah diameter pipa,

ketebalan produk, berat produk dan lain-lain. Ukuran-ukuran berat, panjang, tinggi,

diameter, volume biasanya merupakan data variabel.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Pengendalian kualitas statistik untuk data variable sering disebut dengan

metode peta kendali (control chart) variabel. Manfaat pengendalian kualitas proses

untuk data variabel adalah memberikan informasi mengenai perbaikan kualitas,

menentukan kemampuan proses setelah perbaikan kualitas tercapai, membuat

keputusan yang berkaitan dengan spesifikasi produk, membuat keputusan yang

berkaitan dengan proses produksi, dan membuat keputusan terbaru yang berkaitan

dengan produk yang dihasilkan. Peta kontrol yang umum digunakan untuk data

variable adalah peta X-Bar – R, dan peta X-MR.

3.5.2. Data Atribut

Banyak karakteristik kualitas tidak dapat diklasifikasikan sesuai kuantitasnya.

Dalam suatu kasus kita selalu mengklasifikasikan tiap-tiap item yang diperiksa

sebagai data yang seragam dan data yang tidak seragam kedalam suatu spesifikasi

dalam suatu karakteristik. Karakteristik dalam jenis ini yang disebut data atribut.

Data atribut merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan

analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada

kemasan, banyaknya jenis cacat. Data atribut iasanya diperoleh dalam bentuk unit-

unit yang ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan. Pada umumnya

data atribut digunakan dalam peta kontrol p, np, c, dan u.

3.6. Alat-Alat Pengendali Kualitas

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Alat-alat pengendalian kualitas diperlukan untuk melakukan pengendalian

kualitas dimana untuk mendeteksi adanya cacat dari suatu produk. Fungsi alat

pengendalian kualitas adalah meningkatkan kemampuan perbaikan proses sehingga

akan diperoleh peningkatan kemampuan berkompetensi, dan meningkatkan

produktifitas sumber daya. Alat-alat pengendalian kualitas yang digunakan adalah

statistik proses kontrol (Statistical process Control-SPC). statistik proses kontrol ini

dibuat dengan tujuan untuk mendeteksi penyebab khusus yang mengakibatkan

terjadinya kecacatan atau proses diluar kontrol sedini mungkin sehingga kualitas

produk dapat dipertahankan.

Statistik proses kontrol ini terdiri dari 7 alat pengendalian kualitas yang lebih

dikenal dengan nama seven tools. Tujuh alat pengendalian kualitas yang digunakan

adalah sebagai berikut :

1. Check Sheet (Lembar Pemeriksaan)

Check Sheet merupakan alat praktis yang digunakan untuk mengumpulkan,

mengelompokkan, dan menganalisa data sederhana dan mudah. Ada beberapa jenis

check sheet yang dikenal dan umum digunakan untuk keperluan pengumpulan data

yaitu :

a. Production Process Distribution Check Sheet.

Check Sheet ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari proses

produksi atau proses kerja lainnya. Output kerja sesuai dengan klasifikasi yang telah

ditetapkan dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga akhirnya secara langsung akan

dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
b. Defective check Sheet

Mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada dalam suatu proses kerja maka

terlebih dahulu kita harus mampu mengidentifikasi jenis kesalahan yang ada dan

persentasenya. Setiap kesalahan biasanya akan diperoleh dari faktor-faktor penyebab

yang berbeda sehingga tindakan korektif yang tepat harus diambil sesuai dengan

jenis kesalahan dan penyebabnya tersebut.

c. Defect Location Check Sheet

Check Sheet ini berupa lembaran pemeriksaan dimana gambar skets dari benda kerja

disertakan sehingga lokasi cacat yang terjadi bisa segera diidentifikasikan check

sheet seperti ini akan dapat mempercepat proses analisis dan pengumpulan tindakan-

tindakan korektif yang diperlukan.

Tujuan utama dari check sheet adalah untuk memastikan bahwa data

dikumpulkan dengan hati-hati dan teliti untuk pengendalian proses dan pemecahan

masalah.

2. Histogram

Histogram adalah salah satu metode statistik untuk mengatur data sehingga dapat

dianalisa dan diketahui distribusinya. Histrogram merupakan tipe grafik batang yang

jumlah datanya dikelompokkan ke dalam beberapa kelas dengan interval tertentu.

Setelah data dalam setiap kelas diketahui, maka dapat dibuat histrogram dari data

tersebut. Histrogram tersebut dapat dilihat gambaran penyebaran data masih sesuai

dengan yang diharapkan atau tidak.

Penggambaran histogram dapat digunakan untuk ianalisa tentang beberapa hal yaitu :

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
a. Berapa persen produk atau hasil kerja lainnya yang keluar dari standart spesifikasi

yang ditetapkan ?

b. Apakah produk atau output kerja lainnya benar-benar bisa memenuhi spesifikasi

yang direncanakan?

c. Apakah harga rata-rata dari ukuran output kerja yang diperoleh benar-benar sudah

sesuai dengan nilai nominal yang di spesifikasikan?

d. Apakah penyimpangan atau penyebaran data (disperse) masih berada dalam batas-

batas toleransi yang diizinkan?

3. Diagram Pareto

Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto (1848-1923) dan

digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Fungsi diagram pareto adalah untuk

mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas. Pareto

diagram dibuat untuk menemukan dan mengetahui masalah atau penyebab yang

merupakan kunci dalam penyelesaian masalah. Dengan mengetahui penyebab yang

dominan maka dapat ditetapkan prioritas perbaikan. Fungsi diagram pareto adalah

untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas.

4. Stratifikasi

Stratifikasi adalah usaha mengelompokkan data ke dalam kelompok-

kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama, untuk mengurai atau

mengklasifikasi persoalan menjadi kelompok atau golongan sejenis yang lebih kecil

atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan. Kegunaan stratifikasi adalah

sebagai berikut :
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
a. Mencari faktor-faktor penyebab utama kualitas secara mudah.

b. Membantu pembuatan Scatter Diagram.

c. Mempermudah pengambilan keputusan-keputusan di dalam penggunaan peta

kontrol.

d. Mempelajari secara menyeluruh masalah yang dihadapi.

5. Scatter Diagram (Diagram Pencar)

Scatter Diagram (Diagram Pencar) digunakan untuk melihat korelasi atau

hubungan dari suatu faktor penyebab yang berkesinambungan terhadap suatu

karakteristik kualitas hasil kerja.

Apabila membicarakan tentang hubungan antara dua jenis data, maka secara

langsung akan membicaraakan tentang hal sebagai berikut :

a. Hubungan sebab akibat.

b. Suatu hubungan antara satu dan lain sebab.

c. Hubungan antara satu sebab dengan dua sebab lainnya.

Rumus untuk ,menentukan korelasi (hubungan) dua variable sapat digunakan

rumus berikut ini:

N ∑ XY − ∑ X ∑ Y
rxy =
[ N ∑ ( X 2 ) − ∑ ( X ) 2 ]x[ N ∑ (Y 2 )] − ∑ (Y ) 2 ]

6. Cause and Effect Diagram (Digram Sebab Akibat)

Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (Fish BoneDiagram)

yang diperkenalkan pertama kali oleh Prof. Kaoru Ishkawa (Tokyo University) pada

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
tahun 1943. Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor

yang berpengaruh secara signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas

output kerja. Dalam hal ini metode sumbang saran (brainstorming method) akan

cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya

penyimpangan kerja secara detail.

Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas

hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa 5 faktor penyebab utama

yang signifikan yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Manusia (man)

2. Metode kerja (work method)

3. Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine)

4. Bahan-bahan baku (raw material)

5. Lingkungan kerja (work environment)

Diagram ini digunakan untuk melihat korelasi (hubungan) dari satu faktor

penyebab yang berkesinambungan terhadap suatu karakteristik kualitas hasil kerja.

Peta kontrol (control chart).

7. Peta kontrol (control chart)

Peta kontrol pertama kali ditemukan oleh Walter A. Shewart ketika sedang

bekerja untuk perusahaan Western Electrik. Shewart telah lama meneliti cara untuk

mengembangkan reliabilitas dari sistem transmisi telepon. Peta kontrol secara rutin

digunakan untuk memeriksa kualitas, tergantung pada jumlah karakteristik yang akan

diperksa. Jadi, peta kontrol adalah teknik pengendali proses pada jalur yang
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
digunakan secara luas untuk menyelidiki secara cepat terjadinya sebab-sebab terduga

atau proses sedemikian sehingga penyelidikan terhadap proses itu dan tindakan

pembetulan dapat dilakukan sebelum telalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi.

Peta kontrol merupakan penggambaran secara visual mengenai mutu atau

kualitas suatu barang atau jasa. Teknik yang paling umum dilakukan dalam

pengontrolan kualitas adalah menggunakan peta kontrol Shewart. Peta ini bentuknya

sangat sederhana, yaitu terdiri dari tiga buah garis yang sejajar :

1. Garis tengah, yang menggambarkan nilai rata-rata proses.

2. Batas kontrol atas ditarik nilai tiga kali standar deviasi diatas garis tengah.

3. Batas kontrol bawah yang teletak pada nilai tiga kali standar deviasi dibawah

Garis tengah.

Out of control adalah suatu kondisi dimana karakteristik produk tidak sesuai

dengan spesifikasi perusahaan ataupun keinginan pelanggan dan posisinya pada peta

kontrol berada di luar batas kendali.

Tipe-tipe out of control meliput i :

1. Aturan satu titik

Terdapat satu titik data yang berada diluar batas kendali, baik yang berada diluar

UCL maupun LCL, maka data tersebut out of control.

2. Aturan tiga titik

Terdapat tiga titik data yang berurutan dan dua diantaranya berada di daerah A,

baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu dari data tersebut out

of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3. Aturan lima titik

Terdapat lima titik data yang berurutan dan empat diantaranya berada berurutan

di daerah B, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu dari data

tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control

limits.

4. Aturan delapan titik

Terdapat delapan titik data yang berurutan dan berada berurutan di daerah C dan

di daerah UCL maka satu data tersebut out of control, yakni data yang berada

paling jauh dari central control limits.

Untuk lebih memperjelas mengenai penjelasan tipe-tipe out of control diatas,

dapat diperhatikan pada gambar di bawah:

UCLL
A
2/3 UCL
B
1/3 UCL
C
CCL
C
2/3 LCL
B
2/3 LCL
A
LCL

Gambar 2.1. Bagan Batas Kendali Out of Control

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Peta kontrol berdasarkan jenis data yang digunakan dapat dibedakan menjadi

dua, yakni :

1. Peta kontrol Variabel

a. Peta untuk rata-rata ( X chart)

b. Peta untuk rentang (R chart)

c. Peta untuk standar deviasi (S chart)

2. Peta kontrol Atribut, terdiri dari :

a. Peta p, yaitu peta kontrol untuk mengamati proporsi atau perbandingan antara

produk yang cacat dengan total produksi.

b. Peta c, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per total produksi

c. Peta u, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per unit produksi.

3.7. Metode Statistical Quality Qontrol

3.7.1. Peta Kontrol (Control Chart)

Tujuan pokok pengendalian kualitas statistik adalah menemukan dengan

cepat terjadinya sebab-sebab atau pergeseran proses yang sedemikian

hinggapenyelidikan terhadap proses dan tindakan perbaikan dapat dilakukan sebelum

terlalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi. Dalam hal ini peta kontrol adalah

salah satu metode pengendalian kualitas statistik yang dapat digunakan untuk

memberi informasi dalam meningkatkan atau memperbaiki kualitas.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Bentuk dasar peta kontrol merupakan pragaan grafik suatu karakteristik mutu

yang telah diukur dari suatu sampel. Peta kontrol adalah teknik pengendali proses

pada jalur yang digunakan secara luas untuk menyelidiki secara cepat terjadinya

sebab-sebab terduga atau proses sedemikian sehingga penyelidikan terhadap proses

itu dan tindakan perbaikan dapat dilakukan sebelum telalu banyak unit yang tidak

sesuai diproduksi.

Peta kontrol dapat diklasifiksikan kedalam dua tipe umum. Apabila

karakteristik kualitas dapat diukur dan dinyatakan dalam bilangan disebut dengan

peta kontrol variabel. Dalam hal ini tepat sekali untuk melukiskan karakteristik

kualitas dengan ukuran tengah dan ukuran variabilitas. Sedangkan untuk

karakteristik kualitas yang tidak dapat diukur dengan skala kuantitatif, dimana

keadaan ini dinilai sebagai data yang sesuai atau tidak sesuai atas dasar pada tiap

unitnya disebut peta kontrol atribut.

3.7.1.1. Peta Kontrol Untuk Data Variabel

Grafik pengendalian atau peta kontrol untuk data variabel dapat digunakan

secara luas. Biasanya peta kontrol ini merupakan prosedur pengendali yang lebih

efisien dan memberikan informasi tentang proses yang lebih banyak. Apabila

bekerja dengan karakteristik kualitas yang variabel, sudah merupakan standar untuk

mengendalikan nilaimean karakteristik kualitas dan variabilitasnya. Pengendalian

rata-rata proses atau mean tingkat kualitas biasanya dengan grafik pengendalan mean
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
atau peta kontrol x. Variabilitas atau pemencaran proses dapat dikendalikan dengan

grafik pengendali untuk standar deviasi atau peta kontrol S. Grafik pengendali untuk

rentang dinamakan peta kontrol R.

1. Peta Kendali ( chart)

Peta kendali digunakan untuk proses yang mempunyai karakteristik

berdimensi kontinu. Peta ini menggambarkan variasi harga rata-rata (mean) dari data

yang diklasifikasikan dalam suatu kelompok. Pengelompokan data ini bisa dilakukan

berdasarkan satuan waktu hari atau satuan waktu lainnya dimana sampel berasal dari

kelompok yang melakukan pekerjaan yang sama, dan lain-lain.

Langkah-langkah untuk membuat peta kontrol dapat dikemukakan sebagai

berikut :

a. Menentukan harga rata-rata X . Nilai rata-rata X didapatkan dengan rumus:

∑X i

X = i =1

dimana: X = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup

X i = nilai rata-rata subgroup ke-i

g = jumlah subgroup

b. Batas kontrol untuk peta ini adalah :

Menghitung batas kontrol pada peta dapat dengan rumus :

Batas kontrol atas (BKA) = + A2

Batas kontrol bawah (BKB) = - A2


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
dimana : BKA = batas kontrol atas

BKB = batas kontrol bawah

A2 = nilai koefisien

R = selisih harga Xmaks dan Xmin

c. Menggambarkan Peta X menggunakan batas kontrol dan sebaran data .

Peta ini sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan mengenai

penolakan atau penerimaan produk yang dihasilkan atau diteliti.

2. Peta R (R-chart)

Peta kendali rata-rata dan jarak (range) merupakan dua peta kendali yang

saling membantu dalam mengambil keputusan mengenai kualitas proses. Peta

kendali jarak (range) digunakan untuk mengetahui tingkat akurasi atau ketepatan

proses yang diukur dengan mencari range dari sampel yang diambil. Seperti halnya

peta kendali rata-rata peta kendali jarak tersebut juga digunakan untuk mengetahui

dan menghilangkan sebab yang membuat terjadinya penyimpangan.

Peta kontrol R merupakan peta untuk menggambarkan rentang data dari suatu

sub group, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Langkah-langkah Penetuan

garis central, yakni sebagai berikut :

a. Menentukan rentang rata-rata

Untuk menentukan rentang rata-rata dapat digunakan dengan rumus :

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
g

∑ Ri
i =1
R=
g

dimana: R = jumlah rata-rata rentang subgroup

Ri = nilai rentang subgroup ke-i

g = jumlah subgroup

b. Menentukan batas-batas kontrol untuk peta R ini adalah:

Batas kontrol atas (BKA) = D4.

Batas kontrol bawah (BKB) = D3.

dimana BKA = batas kontrol atas

BKB = batas kontrol bawah

D4, D3 = nilai koefisien

c. Menggambarkan garis dan garis batas kontrol pada peta serta sebaran data

Range (R).

3.7.1.2.Peta kendali Untuk Data Atribut


Data yang diperlukan disini hanya diklasifikasikan sebagai data dalam

kondisi baik atau cacat. Seperti halnya dengan peta control variabel, maka suatu

proses akan dikatakan terkendali bila data berada dalam batas-batas control.

Perbedaan yang ada adalah bahwa disini karakteristik peta kendali atribut sudah

mencerminkan harga rata-rata (mean) dan penyimpangan dari proses kerja yang

berlangsung.

a. Peta p atau np chart


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Peta P (p chart) dan peta np atau banyaknya kesalahan yang digunakan (np

chart) digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih

dalam batas yang diijinkan. Peta kendali proporsi banyak digunakan bila memakai

ukuran cacat berupa proporsi produk cacat dalam setiap sampel yang diambil. Bila

sampel yang diambil untuk untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama

maka dapat digunakan peta kendali proporsi kesalahan (p chart) maupun banyaknya

kesalahan (np chart). Namun bila sampel yang diambil bervariasi untuk setiap kali

melakukan observasi berubah-ubah jumlahnya atau memang perusahaan tersebut

akan melakukan seratus persen inspeksi maka harus menggunakan peta kendali

proporsi kesalahan (p chart). Peta P akan berkaitan dengan “fraction defective”, yaitu

jumlah cacat dibagi dengan jumlah items (sample) yang diinspeksi. Sedangkan np

chart akan berkaitan dengan “number of defektive” atau jumlah cacat yang

ditemukan dalam sample lot sizes (n) tidak sama dengan np – chart besarnya n dari

masing-masing sample lot akan sama.

b. Peta c chart atau u-chart

Peta kendali ini digunakan untuk mengadakan pengujian terhadap kualitas proses

produksi dengan mengetahui banyaknya kesalahan pada satu unit produk sebagai

sampelnya. Bedanya untuk jumlah sampel yang konstan dapat digunakan peta

kendali banyaknya kesalahan dalam satu unit produk yang sama atau peta kendali c

(c chart) maupun peta kendali u chart, tetapi apabila sample yang diambil bervariasi

atau seluruh produk yang dihasilkan akan diuji, maka digunakan peta kendali

banyaknya kesalahan dalam satu unit produk yang berbeda atau peta kendali u (u
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
chart). Cacat produk yang diuji dengan menggunakan peta kendali c (c chart) dan

peta kendali u (u chart) ini misalnya mengetahui jumlah bercak pada sebidang

tembok, jumlah kesalahan pengetikan yang ditemukan dalam satu lembar ketikan

dan sebagainya.

3.8. Peta Kontrol Revisi

Untuk peta kontrol yang memiliki data diluar batas kendali atau out of kontrol

maka dilakukan perbaikan dengan menggunakan peta kontrol revisi. Adapun tujuan

dari pemakaian peta kontrol revisi ini untuk mendapatkan peta kontrol dimana data-

data berada dalam batas pengendalian.

Adapun langkah-langkah dalam membuat peta kontrol revisi untuk peta X

dan R adalah sebagai berikut :

1. Meletakkan data pendahuluan pada peta kontrol

Apabila terjadi nilai-nilai maupun subgroup-subgroup yang menyimpang dari

garis sentral maka perlu dihitung garis sentral baru terhadap data yang ada. Dimana

data yang diluar batas kendali di hilangkan dari peta kontrol.

Untuk peta X rata-rata dan R perhitungannya dengan menggunakan rumus:

g g

∑ xi − xd ∑ Ri − Rd
i =1 i =1
xnew = dan Rnew =
g − gd g − gd

dimana: xd = jumlah rata-rata subgroup yang ditolak

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Rd = jumlah range subgroup yang ditolak

gd = jumlah subgroup yang ditolak

2. Menghitung batas kontrol atas dan batas kontrol bawah

Untuk menghitung batas kontrol yang baru maka dapat digunakan dengan

rumus:

Dimana : x0 = x new

R0 = Rnew

R0
σ0 =
d2

Batas Kontrol Atas Untuk Peta Revisi x new : UCL x = x0 + Aσ 0

Batas Kontrol Bawah Untuk Peta xnew : UCL x = x0 − Aσ 0

Batas Kontri Atas Untuk Peta Rnew : UCLR = D2σ

Batas Kontri Bawah Untuk Peta Rnew : LCLR = D1σ 0

3. Menggambarkan peta kontrol x new dan Rnew dengan batas control yang telah

direvisi.

3.9. Kapabilitas Proses (Cp)

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Kapabilitas proses digunakan untuk melihat kapabilitas atau kemampuan

proses. Indeks kapabilitas proses hanya layak dihitung apabila proses berada dalam

pengendalian. Adapun kriteria penilaian indeks kapabilitas proses sebagai berikut :

1. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik.

2. Jika 1.00 ≤ Cp ≤ 1,33 maka kapabilitas proses baik, namun perlu pengendalian

ketat apabila Cp mendekati 1.00.

3. Jika Cp < 1.00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu ditingkatkan

kinerjanya melalui peningkatan proses.

Perumusan untuk perhitungan nial indeks kapabilitas ini adalah sebagai

berikut :

σ =

Cp =

Cp = Process capability

LSL = Lower specificati limit

USL = Upper specification limit

Kriteria penilaian :

a. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
b. Jika 1,00 ≤ Cp ≥ 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat

apabila Cp mendekati 1,00

c. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan

tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam

menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat

berdasarkan latar belakang dan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan

teori-teori yang mendukung dalam memecahan permasalahan yang diteliti.

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pabrik pengolahan kelapa sawit PTP Nusantara

IV Adolina, berada di jalan raya Medan-Pematang Siantar Kabupaten Serdang

Bedagai dengan jarak 38 38 Km dari kota Medan.

Sesuai dengan surat izin pelaksanaan penelitian yang dikeluarkan oleh pihak

PTP Nusantara IV No 04.12/X/213/V/2009 maka penelitian dapat dilakukan pada

tanggal 27 Mei s/d 10 Juni 2009. Jika perlu mengadakan peninjauan ulang maka

pihak pabrik dapat memberikan izin demi kelancaran penelitian.

4.2. Rancangan Penelitian

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Penelitian dilakukan dengan penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif

yang dilakukan dengan data non-eksperimen dengan tujuan membuat interpretasi

dalam bentuk narasi yang menunjukkan kualitas dari objek penelitian untuk

memecahkan serta menjawab permasalahan yang dihadapi.

4.3. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian. Dalam

penelitian yang mempelajari pengaruh sesuatu variabel dengan variabel yang lain,

maka terdapat variabel penyebab atau variabel bebas (Indevenden Variable) dan

variabel akibat atau variabel terikat (Dependen Variable).

Adapun vaiabel-variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Independen (variabel bebas, sebab mempengaruhi)

Variabel bebas merupakan variabel penelitian yang mempengaruhi dan menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel akibat. Adapun variabel bebas dalam

penelitian ini adalah kadar asam lemak bebas dan kadar air pada minyak mentah

kelapa sawit.

2. Variabel dependen (variabel tergantung, akibat, terpengaruh)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

dari variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas

minyak mentah kelapa sawit.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu prosedur dalam menentukan sumber

data yang telah direncanakan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dimana

peneliti sangat perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti tenaga, waktu, dana,

dan faktor-faktor pendukung maupun penghambat. Pada penelitian ini teknik

penentuan pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa:

1. Data historis

Mencatat prosedur pemeriksaan dan hasil pengukuran kadar asam lemak bebas

dan kadar air, data gambaran umum perusahaan dan inventaris mesin dan

peralatan.

2. Studi kepustakaan

Mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan cara pemecahan masalah.

4.5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode pengendalian

kulaitas statistik. Data yang digunakan adalah data variabel yaitu data yang

berdasarkan karakteristik yang diukur secara sebenarnya. Data yang diambil adalah

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran yang terkandung

dalam Crude Palm Oil (CPO). Data variabel yang diperoleh dari perusahaan diolah

dengan cara:

1. Menghitung normalitas data, dilakukan untuk menguji apakah data yang telah

dikumpulkan berdistribusi normal, berdasarkan uji chi square.

2. Menghitung X rata-rata, rentang, dan R rata-rata dengan rumus:

∑X i

X = i =1

Dimana:

X = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup

X i = nilai rata-rata subgroup ke-i

g = jumlah subgroup

∑ Ri
i =1
R=
g

Dimana :

R = jumlah rata-rata rentang subgroup

Ri = nilai rentang subgroup ke-i

g = jumlah subgroup

3. Menentukan batas kontrol untuk pembuatan peta kendali X dan R.


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Batas kontrol peta X : Batas kontrol atas (BKA) = + A2

Batas kontrol bawah (BKB) = - A2

dimana : BKA = Batas Kontrol Atas

BKB = Batas Kontrol

A2 = Nilai Koefisien

R = Selisih Harga Xmaks dan Xmin

Batas kontrol peta R : Batas kontrol atas (BKA) = D4.

Batas kontrol bawah (BKB) = D3.

Dimana : BKA = Batas Kontrol Atas

BKB = Batas Kontrol Bawah

D4, D3 = Nilai Koefisien

4. Menghitung harga Xnew, Rnew dan batas kendali untuk membuat peta kontrol

revisi. Peta revisi dilakukan bila terdapat data di luar batas kontrol.

5. Menghitung kapabilitas proses untuk mengetahui kemampuan.

2.6. Analisis Data dan Pemecahan Masalah

Adapun analisa dan pemecahan masalah dilakukan dalam penelitian ini dengan

menganalisa hasil pengolahan data pada data yang berada pada kondisi diluar batas

kendali, dan melakukan pemecahan masalah terhadap faktor yang mempengaruhi

kualitas dengan menggunakan alat pengendali kualitas.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
4.7. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang dilakukan maka

dapat diambil kesimpulan mengenai permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini akan

berguna sebagai landasan dalam perbandingan hasil penelitian dngan keadaan yang

ada di pabrik. Adapun flow diagram metodologi penelitian yang dilakukan dapat

dilihat pada Gambar 4.1.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Penetapan Masalah
Menetapkan Permasalahan yang terjadi dalam perusahaan
(pengendalian mutu minyak mentah ke;apa sawit)

Studi Literatur
Menyediakan literatur yang
Studi Lapangan mendukung perumusan masalah
Melakukan pengamatan langsung 1. Pengendalian kualitas statistik
pada perusahaan yang diteliti 2. Metode analisis untuk
peningkatan kualitas
3. Pengantar pengendalian
kualitas statistik

Pengumpulan Data
Pengumpulan data kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air

Pengolahan Data

1. Menghitung normalitas data


2. Menghitung nilai X rata-rata
3. Menghitung nilai R (rentang)
4. Menghitung garis sentral ( X dan R) dari jumlah rata-rata
5. menghitung batas kendali peta x dan R untuk masing-masing
karakteristik data
6. menggambarkan peta kendali x dan R untuk masing-masing
karakteristik
7. Membuat peta revisi bila ada data di luar batas kendali.
8. Menghitung indeks kapabilitas proses

Analisa dan pemecahan masalah


1. Menganalisa sebab data yang berada di luar batas kendali
2. Analisa terhadap faktor yang mempengaruhi kualitas
3. Usulan perbaikan sesuai dengan analisa perbaikan kualitas

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1. Flow Diagram Metodologi Penelitian

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Metode Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, data merupakan kunci untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi, dan metode pengumpulan data sangat berpengaruh

untuk mendapatkan data yang benar. Adapun data yang telah diperoleh dalam

penelitian ini melalui beberapa metode pengumpulan data yaitu:

1. Data historis

Mencatat nilai batas normal dan hasil pengukuran terhadap kadar asam lemak

bebas, kadar air dan kadar kotoran.

2. Studi kepustakaan

Mempelajari teori-teori tentang hal-hal yang berhubungan dengan cara

pemecahan masalah.

Adapun data nilai batas normal kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar

kotoran adalah sebagai berikut:

1. Kadar Normal Asam Lemak Bebas (ALB) : 2,5% - 3,0 %

2. Kadar Normal Air : 0,1% - 0,15 %

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3. Kadar Normal Kotoran : 0,01 % - 0,02 %

Dalam hal ini perusahaan melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan

syarat mutu untuk mewakili produk. Pengambilan sampel dilakukan dengan rentang

1 jam sekali selama proses produksi berlangsung.

5.2. Data Hasil Pengujian

Kadar Asam Lemak


No Tanggal Kadar Air Kadar Kotoran
Bebas (ALB)

1 27 Mei 2009 2,86 0,136 0,02

3,31 0,131 0,02

3,27 0,134 0,021

3,31 0,141 0,021

3,24 0,131 0,021

3,32 0,148 0,02

3,1 0,14 0,02

2 28 Mei 2009 3,15 0,138 0,021

2,9 0,146 0,02

2,96 0,135 0,017

2,93 0,174 0,017

2,91 0,159 0,019

3 0,163 0,021

2,89 0,153 0,02

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3 29 Mei 2009 3,38 0,165 0,021

3,18 0,157 0,019

3,31 0,151 0,019

3,12 0,148 0,017

3,2 0,158 0,021

3,35 0,163 0,022

3,35 0,147 0,021

4 30 Mei 2009 2,87 0,155 0,023

2,61 0,154 0,023

3,43 0,159 0,021

3,21 0,16 0,02

2,79 0,154 0,023

2,9 0,153 0,02

2,77 0,153 0,021

Data yang digunakan dalam penelitian adalah hasil pengujian kualitas CPO

dengan syarat mutu kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran pada

laboratorium PTP. Nusantara IV dari tanggal 27 Mei 2009 hingga 25 Juni 2009. Data

hasil pengujian kadar asam lemak bebas, kadar air dan kotoran dapat dilihat pada

Tabel 5.1.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian Kadar ALB, Kadar Air dan Kadar Kotoran

Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian... (Lanjutan)

Kadar Asam
No Tanggal Lemak Bebas Kadar Air Kadar Kotoran
(ALB)

5 01-Jun-09 3,86 0,145 0,022

4,17 0,156 0,021

3,59 0,148 0,023

3,56 0,149 0,022

3,65 0,159 0,022

3,99 0,155 0,021

2,65 0,166 0,022

6 2 Juni 2009 3,48 0,142 0,016

3,45 0,131 0,017

3,12 0,136 0,02

3,09 0,138 0,021

2,78 0,141 0,022

3,42 0,127 0,025

3,16 0,142 0,022

7 3 Juni 2009 3,24 0,139 0,021

3,46 0,139 0,019

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2,71 0,144 0,02

4 0,145 0,023

3,57 0,147 0,025

3,14 0,141 0,02

4,21 0,147 0,022

8 4 Juni 2009 3,07 0,146 0,02

3,01 0,159 0,023

3,05 0,163 0,021

3,07 0,154 0,022

3,05 0,157 0,022

3,08 0,151 0,02

3,08 0,152 0,019

9 5 Juni 2009 2,87 0,13 0,017

2,81 0,145 0,018

3,16 0,131 0,02

2,73 0,136 0,016

2,81 0,131 0,016

2,84 0,142 0,017

3,24 0,138 0,018

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian... (Lanjutan)

Kadar Asam
No Tanggal Lemak Bebas Kadar Air Kadar Kotoran
(ALB)

10 6 Juni 2009 2,46 0,141 0,021

2,65 0,147 0,025

3,23 0,143 0,022

2,91 0,159 0,023

2,85 0,146 0,019

2,81 0,142 0,017

2,77 0,153 0,016

11 8 Juni 2009 2,97 0,164 0,017

3,09 0,176 0,018

3,09 0,164 0,019

2,99 0,178 0,019

3,24 0,173 0,019

3,18 0,166 0,02

3,12 0,183 0,019

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
12 9 Juni 2009 3,09 0,15 0,019

3,59 0,158 0,018

3,68 0,151 0,02

3,55 0,157 0,022

3,19 0,15 0,019

3 0,161 0,021

3,21 0,163 0,02

13 10 Juni 2009 2,34 0,138 0,021

2,43 0,149 0,018

2,89 0,143 0,018

2,49 0,148 0,019

2,47 0,149 0,02

2,88 0,138 0,021

2,84 0,158 0,022

14 11 Juni 2009 4,22 0,137 0,021

3,69 0,133 0,02

3,14 0,138 0,022

3,04 0,131 0,023

2,88 0,138 0,021

3,21 0,128 0,023

3,04 0,141 0,021

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian ... (Lanjutan)

Kadar Asam
No Tanggal Lemak Bebas Kadar Air Kadar Kotoran
(ALB)

15 12 Juni 2009 3,2 0,143 0,02

2,94 0,141 0,02

3,47 0,148 0,019

4,28 0,143 0,019

3,33 0,145 0,021

3,15 0,139 0,021

2,96 0,14 0,023

16 13 Juni 2009 2,96 0,149 0,016

3,13 0,164 0,017

3,05 0,155 0,016

3,05 0,164 0,018

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3,07 0,166 0,016

3,02 0,16 0,018

3,07 0,166 0,018

17 15 Juni 2009 3,11 0,172 0,02

3,42 0,169 0,019

3,68 0,166 0,018

3,43 0,173 0,016

3,19 0,169 0,017

3,66 0,18 0,02

3,19 0,167 0,021

18 16 Juni 2009 3,46 0,155 0,021

3,56 0,163 0,022

3,71 0,161 0,021

3,69 0,159 0,02

3,35 0,152 0,019

2,96 0,157 0,018

2,95 0,156 0,019

19 17 Juni 2009 4,36 0,163 0,018

3,43 0,164 0,018

3,52 0,179 0,019

3,45 0,175 0,019

3,41 0,181 0,017

3,45 0,173 0,016

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3,7 0,172 0,016

Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian ... (Lanjutan)

Kadar Asam
No Tanggal Lemak Bebas Kadar Air Kadar Kotoran
(ALB)

20 18 Juni 2009 3,51 0,181 0,02

3,73 0,168 0,019

3,76 0,169 0,02

3,45 0,158 0,016

3,63 0,161 0,017

3,7 0,153 0,018

3,62 0,159 0,019

21 19 Juni 2009 3,34 0,147 0,016

3,07 0,147 0,018

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3,39 0,16 0,02

3,37 0,173 0,021

3,39 0,186 0,022

3,35 0,162 0,022

3,09 0,149 0,025

22 19 Juni 2009 2,91 0,177 0,02

4,02 0,171 0,021

4,46 0,182 0,019

4,33 0,184 0,017

4,41 0,176 0,017

3,73 0,169 0,019

3,56 0,172 0,02

23 20 Juni 2009 3,71 0,154 0,021

4,21 0,153 0,02

3,61 0,178 0,021

3,43 0,168 0,022

3,57 0,153 0,02

3,88 0,162 0,02

3,09 0,179 0,021

24 22 Juni 2009 3,6 0,182 0,019

3,93 0,143 0,018

4,57 0,171 0,016

3,63 0,146 0,018

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2,94 0,151 0,02

3,41 0,139 0,017

3,34 0,144 0,017

Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian ... (Lanjutan)

Kadar Asam
No Tanggal Lemak Bebas Kadar Air Kadar Kotoran
(ALB)

25 23 Juni 2009 3,45 0,158 0,018

3,71 0,161 0,018

3,79 0,143 0,02

3,71 0,153 0,019

3,64 0,15 0,019

3,6 0,151 0,02

3,44 0,185 0,018

26 24 Juni 2009 3,79 0,166 0,019

3,99 0,166 0,019

3,77 0,155 0,021

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3,6 0,172 0,018

3,44 0,164 0,019

3,92 0,159 0,017

3,53 0,153 0,018

27 25 Juni 2009 3,57 0,186 0,021

3,65 0,182 0,02

3,29 0,176 0,018

3,46 0,182 0,02

3,39 0,186 0,021

3,24 0,176 0,017

3,41 0,17 0,02

5.3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan uji kenormalan data,

penentuan batas kendali X dan R untuk masing-masing syarat mutu CPO yang

diamati dan menghitung kapabilitas proses.

5.3.1. Histogram

5.3.1.1. Histogram Kadar Asam Lemak Bebas

Dari data hasil pengujian kadar asam lemak bebas diatas, maka histogram
kadar asam lemak bebas dapat dilihat pada Gambar 5.1. berikut.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.1. Histogram Kadar Asam Lemak Bebas

5.3.1.2. Histogram Kadar Air

Dari data hasil pengujian kadar air diatas, maka histogram kadar air dapat
dilihat pada Gambar 5.2. berikut.

Gambar 5.2. Histogram Kadar Air

5.3.1.3. Histogram Kadar Kotoran

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Dari data hasil pengujian kadar kotoran diatas, maka histogram kadar kotoran
dapat dilihat pada Gambar 5.3. berikut.

Gambar 5.3. Histogram Kadar Air

5.3.2. Uji Normalitas Data

5.3.2.1. Uji Kenormalan Data Kadar Asam Lemak Bebas

Adapun langkah – langkah yang dilakukan untuk uji kenormalan pada

YMax = 4,57

Ymin = 2,34

R = Ymaks – Ymin

= 4,57 – 2,34

= 2,23

K (Jumlah Kelas) :
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log (189)

= 1 + 3,3 (2,276)

= 8,51 ≈ 9 kelas

I = interval kelas :

R
I =
K

2,23
=
9

= 0,2478 ≈ 0.25

Dari hasil perhitungan tersebut maka data distribusi frekuensi kadar Asam

Lemak Bebas (ALB) dapat dihitung seperti yang tertera pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Data Distribusi Frekuensi Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

Titik
INTERVAL BKB BKA Fi fi.xi
Tengah(Xi)

2,34 - 2,58 2,335 2,46 2,585 5 12,3

2,59 - 2,83 2,585 2,71 2,835 12 32,52

2,84 - 3,08 2,835 2,96 3,085 42 124,32

3,09 - 3,33 3,085 3,21 3,335 41 131,61

3,34 - 3,58 3,335 3,46 3,585 42 145,32

3,59 - 3,83 3,585 3,71 3,835 29 107,59

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3,84 – 4,08 3,835 3,96 4,085 8 31,68

4,09 - 4,33 4,085 4,21 4,335 6 25,26

4,34 - 4,59 4,335 4,465 4,595 4 17,86

Total 189 628,46

Besarnya X rata-rata data kadar Asam Lemak Bebas (ALB):

X=
∑ fi.xi = 628,46 = 3,3149
∑ fi 189

Besarnya standar deviasi ditentukan dengan persamaan :

∑ fi(Xi − X )
2

Sd =
n −1

5(2,455 - 3,320) 2 + 12(2,69 − 3,325) 2 ... + 4(4,345 − 3,325) 2


Sd =
(189 − 1)
= 0,41553

Skor baku ditentukan oleh persamaan :

X −X
Z=
σ

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Dari persamaan tersebut, maka skor baku dari masing-masing batas

kelompok kontinu dapat ditentukan. Sebagai contoh diambil batas kelompok kontinu

2,335-2,585 sebagai berikut :

2,335 − 3,325 2,585 − 3,325


Z 2,335 = Z 2 , 575 =
0,4164 dan 0,4164
Z 2,335 = −2,38 Z 2,575 = − 1,78

Luas Kurva = P (-2,38 < Z < -1,78)

= P (Z < -1,78) – P(Z <-2,38)

= 0,0375 – 0,0087

= 0.0288

Dari hasil di atas, maka diperoleh pula ekspektasi untuk masing-masing

batas kontinu (ei), yang ditentukan dengan persamaan :

ei = Pi x N

Pi = Luas Kurva

N = jumlah data pengamatan

Contoh : Untuk kelas I, ei = Pi x N = 0.0288 x 189 = 5,4432

Nilai ekspektasi dari masing-masing batas kontinu dapat dilihat pada Tabel

5.3.

Tabel 5.3. Data Luas Kurva Untuk Kadar Kotoran


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Batas
P(ZBKB) P(ZBKA) Luas kurva Fi ei
Kontinu (x)

2,335 - 2,585 -2,38 -1,78 0,0288 5 5,4432

2,585 - 2,835 -1,78 -1,18 0,0815 12 15,4035

2,835 - 3,085 -1,18 -0,58 0,1620 42 30,6180

3,085 - 3,335 -0,58 0,02 0,2270 41 42,9030

3,335 - 3,585 0,02 0,62 0,2244 42 42,4116

3,585 - 3,835 0,62 1,22 0,1564 29 29,5596

3,835 – 4,085 1,22 1,83 0,0776 8 14,6664

4,085 - 4,335 1,83 2,43 0,0261 6 4,9329

4,335 - 4,595 2,43 3,05 0,0064 4 1,2096

1 189 189

Dari hasil perhitungan luas kurva pada Tabel di atas, akan digabung sehingga

akan diperoleh kelas baru seperti ditunjukkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Data Revisi Luas Kurva Dan Frekuensi Ekspektasi Kadar ALB

Batas
P(ZBKB) P(ZBKA) Luas kurva Fi ei (Fi-ei)^2/ei
Kontinu (x)

2,335 - 2,585 -2,38 -1,78 0,0288 5 5,4432 0,036

2,585 - 2,835 -1,78 -1,18 0,0815 12 15,4035 0,752

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2,835 - 3,085 -1,18 -0,58 0,1620 42 30,6180 4,231

3,085 - 3,335 -0,58 0,02 0,2270 41 42,9030 0,084

3,335 - 3,585 0,02 0,62 0,2244 42 42,4116 0,004

3,585 - 3,835 0,62 1,22 0,1564 29 29,5596 0,011

3,835 – 4,085 1,22 1,83 0,0776 8 14,6664 3,030

4,085 - 4,595 1,83 3,05 0,0325 10 6,1425 2,423

1 189 189 10,5709

Tahap pengujian :

1. Rumusan Hipotesa

Ho : Data berdistribusi normal

Hi : Data tidak berdistribusi normal

2. Jumlah Kelas (k) = (batas kontiniu) = 8

V (derajat kebebasan) = 8 – 3 = 5

Level of significance (α) = 0.05

3. Nilai Chi Kuadrat hitung


(Oi − ei ) 2
4
χ =∑
2
= 10,5709
i =1 ei

4. Nilai Chi Kuadrat tabel untuk V = 5 dan (α) = 0.05 adalah X 01.05 = 11.070

5. Chi Kuadrat hitung < Chi Kuadrat tabel (10,5709 < 11.070)

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Karena chi kuadrat hitung < Chi kuadrat tabel, maka Ho diterima. Sehingga

diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal.

Hasil perhitungan uji normalitas data masing-masing karakteristik Crude

Palm Oil (CPO) dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data

Chi Chi
Jenis Karakteristik Σ Fi Kuadrat Kuadrat Keterangan
Hitung Tabel

Kadar Asam Lemak Data Normal


189 10,5709 11.070
Bebas (ALB)

Kadar Air 189 7,52402 12,592 Data Normal

Kadar Kotoran 189 7,8129 11,070 Data Normal

5.3.3. Peta dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas

Membuat peta kontrol dengan mencari nilai rata-rata X . Nilai rata-rata X

yang juga merupakan garis tengah didapatkan dengan rumus:

∑X i

X = i =1

dimana: X = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup

X i = nilai rata-rata subgroup ke-i


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
g = jumlah subgroup

Batas kontrol untuk peta ini adalah :

Batas kontrol atas (BKA) = + A2

Batas kontrol bawah (BKA) = - A2

Peta kontrol R merupakan peta untuk menggambarkan rentang data dari suatu

sub group, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Penetuan garis sentral, yakni

rentang rata-rata adalah sebagai berikut:

∑ Ri
i =1
R=
g

dimana: R = jumlah rata-rata rentang subgroup

Ri = nilai rentang subgroup ke-i

g = jumlah subgroup

Batas-batas kontrol untuk peta R ini adalah:

Batas kontrol atas (BKA) = D4.

Batas kontrol bawah (BKB) = D3.

Nilai A2 dapat dilihat pada tabel faktor untuk peta dan tabel faktor D3 dan

D4 untuk peta R. Penggunaan peta dan R secara bersama-sama dapat dilakukan

tanpa menggunakan standar deviasi, tetapi dengan menggunakan faktor-faktor yang

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
terdapat dalam table pengendalian variabel yang tertera pada lampiran. Perhitungan

X danR dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Perhitungan x dan R Pada Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas

Tanggal No Sampel

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 R

11-Mei-09 1 2,86 3,31 3,27 3,31 3,24 3,32 3,1 3,20 0,46

12-Mei-09 2 3,15 2,9 2,96 2,93 2,91 3 2,89 2,96 0,26

13-Mei-09 3 3,38 3,18 3,31 3,12 3,2 3,35 3,55 3,30 0,43

14-Mei-09 4 2,87 2,61 3,43 3,21 2,79 2,9 2,77 2,94 0,82

15-Mei-09 5 3,86 4,17 3,59 3,56 3,65 3,99 2,65 3,64 1,52

16-Mei-09 6 3,48 3,45 3,12 3,09 2,78 3,42 3,16 3,21 0,70

18-Mei-09 7 3,24 3,46 2,71 4 3,57 3,14 4,21 3,48 1,50

19-Mei-09 8 3,07 3,01 3,05 3,07 3,05 3,08 3,08 3,06 0,07

20-Mei-09 9 2,87 2,81 3,16 2,73 2,81 2,84 3,24 2,92 0,51

21-Mei-09 10 2,46 2,65 3,23 2,91 2,85 2,81 2,77 2,81 0,77

22-Mei-09 11 2,97 3,09 3,09 2,99 3,24 3,18 3,12 3,10 0,27

23-Mei-09 12 3,09 3,59 3,68 3,55 3,19 3 3,21 3,33 0,68

25-Mei-09 13 2,34 2,43 2,89 2,49 2,47 2,88 2,84 2,62 0,55

26-Mei-09 14 4,22 3,69 3,14 3,04 2,88 3,21 3,04 3,32 1,34

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
27-Mei-09 15 3,2 2,94 3,47 4,28 3,33 3,15 2,96 3,34 1,34

28-Mei-09 16 2,96 3,13 3,05 3,05 3,07 3,02 3,07 3,05 0,17

29-Mei-09 17 3,11 3,42 3,68 3,43 3,19 3,66 3,19 3,40 0,57

30-Mei-09 18 3,46 3,56 3,71 3,69 3,35 2,96 2,95 3,56 0,76

01-Jun-09 19 4,36 3,43 3,52 3,45 3,41 3,45 3,7 3,62 0,95

02-Jun-09 20 3,51 3,73 3,76 3,45 3,63 3,7 3,62 3,63 0,31

03-Jun-09 21 3,34 3,07 3,39 3,37 3,39 3,35 3,09 3,29 0,32

04-Jun-09 22 2,91 4,02 4,46 4,33 4,41 3,73 3,56 3,92 1,55

05-Jun-09 23 3,71 4,21 3,61 3,43 3,57 3,88 3,09 3,69 1,12

06-Jun-09 24 3,6 3,93 4,57 3,63 2,94 3,41 3,34 3,63 1,63

08-Jun-09 25 3,45 3,71 3,79 3,71 3,64 3,6 3,44 3,62 0,35

09-Jun-09 26 3,79 3,99 3,77 3,6 3,44 3,92 3,53 3,64 0,55

10-Jun-09 27 3,57 3,65 3,29 3,46 3,39 3,24 3,41 3,43 0,41

Total 89,69 19,91

Membuat peta kontrol menggunakan rata-rata X . Nilai rata-rata X

yang juga merupakan garis sentral didapatkan dengan rumus:

∑X i

X = i =1

g
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
dimana: X = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup

X i = nilai rata-rata subgroup ke-i

g = jumlah subgroup

∑X i

X = i =1

89,69
X= = 3,32
27

Penetuan garis tengah R yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut:

∑ Ri
i =1
R=
g

dimana: R = jumlah rata-rata rentang subgroup

Ri = nilai rentang subgroup ke-i

g = jumlah subgroup

∑ Ri
i =1
R=
g

19,91
R= = 0,737
27

Nilai dari A2 = 0,419, D3 = 5,204 dan D4 = 1,924 untuk ukuran sub grup 7

didapat dari table faktor A dan D pembentuk peta kendali adalah:

Batas kendali untuk kadar kotoran adalah:


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKA = X + A2 . R

= 3,32 + (0,419 x 0,737)

= 3,63

BKB = X - A2 . R

= 3,32 - (0,419 x 0,728) = 3,02

Batas kendali Peta R adalah:

BKA = D4. R

= 1,924 x 0,728

= 1,42

BKB = D3 x R

= 5,204 x 0,728

= 0,058

Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan peta kendali X dan R yang

tertera pada Gambar 5.4. dan Gambar 5.5.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.4. Peta Kendali X Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

Gambar 5.5. Peta Kendali R Kadar Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

Dari peta kendali X dan R diatas terdapat data yang out of control, yaitu data

untuk peta kendali X dengan nomor sampel 2,4,5,9,10,13,22,23,26 untuk data peta

kendali R dengan nomor sampel 5,9,22,24. Karena terdapat data yang out of control

maka dilakukan revisi terhadap peta kendali X dan R.

Revisi I untuk peta X adalah :

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Xnew Xo =

89,69 − 2,96 − 2,94...3,64


Xnew =
27 − 9
60,55
Xnew =
18

= 3,364

Rnew = Ro =

19,65 − 1,520 − 1,5 − 1,55 − 1,630


Rnew Ro =
27 − 4

13,710
=
23

= 0,585

Untuk ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada

lampiran), sehingga:

Batas kendali untk peta X adalah :

σo =

0,585
=
2,704

= 0,216
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Maka BKA = o +A.σo

= 3,364 + 1,134. 0,216

= 3,61

Maka BKB = o - A.σo

= 3,364 - 1,134. 0,216

= 3,11

Batas kendali untuk peta R adalah:

BKAR = D2. σo

= 5,204 x 0,216

= 1,125

BKBR = D1. σo

= 0,204 x 0,216

= 0,044

Peta revisi I dari peta X dan R untuk kadar Asam Lemak Bebas dapat dilihat pada

Gambar 5.6. dan Gambar 5.7 berikut.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.6. Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Asam Lemak Bebas

Gambar 5.7. Peta Kontrol R Revisi I untuk Kadar Asam Lemak Bebas

Setelah dilakukan revisi I masih terdapat data yang diluar batas kendali yaitu

peta kendali X pada data nomor sampel 5,6,10,13,14,16,17. Sedangakan pada peta R

setelah dilakukan revisi terdapat data yang diluar kendalai yaitu pada nomor sampel

12,13. Maka akan kembalidilakukan revisi untuk mendapatkan data yang berada

dalam batas kendali.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Revisi II untuk Peta X adalah:

Xnew =

60,55 − 3,06 − 3,10 − 3,05 − 3,62 − 3,63 − 3,63 − 3,62


=
18 − 7

36,85
=
11

= 3,35

Rnew =

13,45 − 1,340 − 1,340


=
23 − 2

= 0,513

Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada

lampiran), sehingga:

Batas kendali untuk peta kendali X adalah :

σo =

0,513
=
2,704

= 0,190
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKA = o +A.σo

= 3,35 + 1,134. 0,190

= 3,56

BKB = o - A.σo

= 3,35 - 1,134. 0,190

= 3,13

Batas kendali untuk peta R adalah:

BKAR = D2. σo

= 5,204 . 0,194

=0,987

BKBR = D1. σo

= 0,204 . 0,194

= 0,039

Peta revisi II dari peta X untuk kadar ALB dapat dilihat pada Gambar 5.8.

Gambar 5.8. Peta Kontrol X Revisi II untuk Kadar Asam Lemak Bebas
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Peta revisi II dari peta R untuk kadar abu dapat dilihat pada Gambar 5.9.

Gambar 5.9. Peta Kontrol R Revisi II untuk Kadar Asam Lemak Bebas

Setelah dilakukan revisi II maka pada peta kendali X dan R tidak terdapat

data yang diluar batas kendali.

Berdasarkan hasil revisi dapat dilihat bahwa data sudah berada dalam batas

pengendalian, selanjutnya dapat ditentukan proses kapabilitasnya.

Cp =

Cp = Process capability

LSL = Lower specificati limit

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
USL = Upper specification limit

Kriteria penilaian :

1. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik.

2. Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat

apabila Cp mendekati 1,00

3. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan

tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses.

Cp =

3,0 − 2,5
Cp =
6.0,19

= 0,43

Cpl =

3,35 − 2,5
=
3.0,19

= 1,49

Cpu =

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3,0 − 3,35
Cpu =
3.0,19

= -0,61

min{((cpu )or (cpl )}


Cpk =
3σ 0
min{(USL − X )or ( X − LSL)
=

(3,0 − 3,35) 0r (3,35 − 2,5)
= =
3(0.19)

− 0,35
= = − 0,61
0,57

Berdasarkan ukuran indeks kerja, dapat diketahui bahwa Cpk, Cp, < 1,33

menunjukkan bahwa proses rendah dan tidak tidak mampu memenuhi spesifikasi.

5.3.4. Peta dan R untuk Kadar Air

Data kadar air yang telah dikelompokan dalam 7 sub group kemudian dicari

nilai X rata-rata dan range. berikut perhitungan X rata-rata dan range yang dapat

dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Perhitungan dan R Pada Pengujian Kadar Air

Sampel
Tanggal No R
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
11-Mei-09 1 0,136 0,131 0,134 0,141 0,131 0,148 0,14 0,137 0,46

12-Mei-09 2 0,138 0,146 0,135 0,174 0,159 0,163 0,153 0,153 0,26

13-Mei-09 3 0,165 0,157 0,151 0,148 0,158 0,163 0,147 0,156 0,43

14-Mei-09 4 0,155 0,154 0,159 0,16 0,154 0,153 0,153 0,155 0,82

Tabel 5.7. Perhitungan dan R ... (Lanjutan)

Sampel
Tanggal No R
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

15-Mei-09 5 0,145 0,156 0,148 0,149 0,159 0,155 0,166 0,154 1,52

16-Mei-09 6 0,142 0,131 0,136 0,138 0,141 0,127 0,142 0,137 0,70

18-Mei-09 7 0,139 0,139 0,144 0,145 0,147 0,141 0,147 0,143 1,50

19-Mei-09 8 0,146 0,159 0,163 0,154 0,157 0,151 0,152 0,155 0,07

20-Mei-09 9 0,13 0,145 0,131 0,136 0,131 0,142 0,138 0,136 0,51

21-Mei-09 10 0,141 0,147 0,143 0,159 0,146 0,142 0,153 0,147 0,77

22-Mei-09 11 0,164 0,176 0,164 0,178 0,173 0,166 0,183 0,172 0,27

23-Mei-09 12 0,15 0,158 0,151 0,157 0,15 0,161 0,163 0,156 0,68

25-Mei-09 13 0,138 0,149 0,143 0,148 0,149 0,138 0,158 0,146 0,55

26-Mei-09 14 0,137 0,133 0,138 0,131 0,138 0,128 0,141 0,135 1,34

27-Mei-09 15 0,143 0,141 0,148 0,143 0,145 0,139 0,14 0,143 1,34

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
28-Mei-09 16 0,149 0,164 0,155 0,164 0,166 0,16 0,166 0,161 0,17

29-Mei-09 17 0,172 0,169 0,166 0,173 0,169 0,18 0,167 0,171 0,57

30-Mei-09 18 0,155 0,163 0,161 0,159 0,152 0,157 0,156 0,158 0,76

01-Jun-09 19 0,163 0,164 0,179 0,175 0,181 0,173 0,172 0,172 0,95

02-Jun-09 20 0,181 0,168 0,169 0,158 0,161 0,153 0,159 0,164 0,31

03-Jun-09 21 0,147 0,147 0,16 0,173 0,186 0,162 0,149 0,161 0,32

04-Jun-09 22 0,177 0,171 0,182 0,184 0,176 0,169 0,172 0,176 1,55

05-Jun-09 23 0,154 0,153 0,178 0,168 0,153 0,162 0,179 0,164 1,12

06-Jun-09 24 0,182 0,143 0,171 0,146 0,151 0,139 0,144 0,154 1,63

08-Jun-09 25 0,158 0,161 0,143 0,153 0,15 0,151 0,185 0,157 0,35

09-Jun-09 26 0,166 0,166 0,155 0,172 0,164 0,159 0,153 0,162 0,55

10-Jun-09 27 0,186 0,182 0,176 0,182 0,186 0,176 0,17 0,180 0,41

Total 4,203 0,537

Membuat peta kontrol menggunakan rata-rata X . Nilai rata-rata X yang

juga merupakan garis sentral didapatkan dengan rumus :

∑X i

X = i =1

dimana: X = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
X i = nilai rata-rata subgroup ke-i

g = jumlah subgroup

∑X i

X = i =1

4,203
X =
27

= 0,156

Penetuan garis sentral, yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut:

∑ Ri
i =1
R=
g

dimana: R = jumlah rata-rata rentang subgroup

Ri = nilai rentang subgroup ke-i

g = jumlah subgroup

∑ Ri
i =1
R=
g

0,537
= = 0,020
27

Nilai A2= 0,419, D3= 0,076 dan D4= 1,924 didapat dari table faktor A dan

D pembentuk peta kendali untuk ukuran sub grup 7

Batas kendali untuk kadar abu adalah:


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKA = X + A2 . R

= 0,156 + 0,419 x 0,02

= 0,164

BKB = X - A2 . R

= 0,156 - 0,419 x 0,02

= 0,147

Batas kendali Peta R adalah:

BKA = D4. R

= 1,924 x 0,020

= 0,038

BKB = D3 x R

= 0,076 x 0,020

= 0,002

Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan peta kendali X dan R yang

tertera pada Gambar 5.10 dan Gambar 5.11.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.10. Peta Kendali x untuk Kadar Air

Gambar 5.11. Peta Kendali R untuk Kadar Air

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Dari peta kendali X di atas terdapat data yang out of control, data dengan

nomor sampel1,4,6,10,11,13,14,17,19,21,22,27. Untuk peta R data yang out of

control dengan nomor sampel 2,21,24,25 untuk data R. Karena terdapat data yang

diluar batas kendali maka perlu dilakukan revisi.

Revisi I untuk peta x dan R adalah:

Xnew = Xo =

4,203 − 0,138 − 0,167 − 0,137 − 0,136 − 0,146...0,172


Xnew =
27 − 13

2,165
=
14

= 0,155

Rnew =

0,537 − 0,039 − 0,039 − 0,043 − 0,042


Rnew =
27 − 4

0,374
=
23

= 0,0163

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada

lampiran), sehingga:

Batas kendali untuk peta X adalah:

σo =

0,0163
=
2,704

= 0,0060

BKA = o +A.σo

= 0,155 + 1,134. 0,0060

= 0,161

BKB = o - A.σo

= 0,155 + 1,134. 0,0060

= 0,148

Batas kendali untuk peta R adalah:

BKAR = D2. σo

= 5,204 x 0,0060

= 0,0313

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKBR = D1. σo

= 0,204 x 0,0060

= 0,0012

Peta revisi I dari peta X untuk kadar abu dapat dilihat pada Gambar 5.12.

Gambar 5.12. Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Air

Peta revisi I dari peta R untuk kadar abu dapat dilihat pada Gambar 5.13.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.13. Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Air

Setelah dilakukan revisi pada peta X masih ada data yang diluar batas kendali

yaitu data nomor sampel 1,7,10, maka dilakukan revisi kembali untuk mendapatkan

data yang berada dalam batas kendali. Sedangkan pada peta R data suadah berada

dalam batas kendali.

Revisi II untuk Peta X adalah:

Xnew =

2,165 − 0,138 − 0,147 − 0,164


=
14 − 3

1,716
=
11

= 0,156

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada

lampiran), sehingga:

σo =

0,0163
=
2,704

= 0,0060

BKA = o +A.σo

= 0.156 + 1,134. 0,0060

= 0,166

BKB = o - A.σo

= 0.156 + 1,134. 0,0060

= 0,146

Peta revisi II dari peta X untuk kadar air dapat dilihat pada Gambar 5.14.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.14. Peta Kontrol X Revisi II untuk Kadar air

Setelah dilakukan revisi II maka semua data pada peta X terdapat dalam batas

kendali.

Cp =

Cp = Process capability

LSL = Lower specificati limit

USL = Upper specification limit

Kriteria penilaian :

1. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik.

2. Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat

apabila Cp mendekati 1,00

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan

tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses.

Cp =

0,15 − 0,05
Cp =
6.0,006

= 2,77

Cpl =

0,156 − 0,05
=
3.0,006

= 5,89

Cpu =

0,15 − 0,156
Cpu =
3.0,006

= -0,33

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
min{((cpu )or (cpl )}
Cpk =
3σ 0
min{(USL − X )or ( X − LSL)
=

(0,10 − 0,156) 0r (0,156 − 0,05)
=
3(0.006)

− 0,056
= = − 3,11
0,018

Berdasarkan ukuran indeks kerja, dapat diketahui bahwa Cp = 2,77

menunjukkan bahwa Cp >1,00 maka proses sangat baik, ssedangkan Cpk < 1,00

sehingga perlu diperhatikan tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses dimana

spesifikasi berada diluar batas.

5.3.5. Peta dan R untuk Kadar Air

Data kadar air yang telah dikelompokan dalam 7 sub group kemudian dicari

nilai X rata-rata dan range. berikut perhitungan X rata-rata dan range yang dapat

dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.8. Perhitungan dan R Pada Pengujian Kadar Kotoran

Tanggal No Sampel R

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

11-Mei-09 1 0,02 0,02 0,021 0,021 0,021 0,02 0,02 0,02 0,001

12-Mei-09 2 0,021 0,02 0,017 0,017 0,019 0,021 0,02 0,017 0,004

13-Mei-09 3 0,021 0,019 0,019 0,017 0,021 0,022 0,021 0,017 0,005

14-Mei-09 4 0,023 0,023 0,021 0,02 0,023 0,02 0,021 0,02 0,003

15-Mei-09 5 0,022 0,021 0,023 0,022 0,022 0,021 0,022 0,021 0,002

16-Mei-09 6 0,016 0,017 0,02 0,021 0,022 0,025 0,022 0,016 0,009

18-Mei-09 7 0,021 0,019 0,02 0,023 0,025 0,02 0,022 0,019 0,006

Tabel 5.8. Perhitungan dan R ... ( Lanjutan)

Tanggal No Sampel
R
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

19-Mei-09 8 0,02 0,023 0,021 0,022 0,022 0,02 0,019 0,019 0,004

20-Mei-09 9 0,017 0,018 0,02 0,016 0,016 0,017 0,018 0,016 0,004

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
21-Mei-09 10 0,021 0,025 0,022 0,023 0,019 0,017 0,016 0,016 0,009

22-Mei-09 11 0,017 0,018 0,019 0,019 0,019 0,02 0,019 0,017 0,003

23-Mei-09 12 0,019 0,018 0,02 0,022 0,019 0,021 0,02 0,018 0,004

25-Mei-09 13 0,021 0,018 0,018 0,019 0,02 0,021 0,022 0,018 0,004

26-Mei-09 14 0,021 0,02 0,022 0,023 0,021 0,023 0,021 0,02 0,003

27-Mei-09 15 0,02 0,02 0,019 0,019 0,021 0,021 0,023 0,019 0,004

28-Mei-09 16 0,016 0,017 0,016 0,018 0,016 0,018 0,018 0,016 0,002

29-Mei-09 17 0,02 0,019 0,018 0,016 0,017 0,02 0,021 0,016 0,005

30-Mei-09 18 0,021 0,022 0,021 0,02 0,019 0,018 0,019 0,018 0,004

01-Jun-09 19 0,018 0,018 0,019 0,019 0,017 0,016 0,016 0,016 0,003

02-Jun-09 20 0,02 0,019 0,02 0,016 0,017 0,018 0,019 0,016 0,004

03-Jun-09 21 0,016 0,018 0,02 0,021 0,022 0,022 0,025 0,016 0,009

04-Jun-09 22 0,02 0,021 0,019 0,017 0,017 0,019 0,02 0,017 0,004

05-Jun-09 23 0,021 0,02 0,021 0,022 0,02 0,02 0,021 0,02 0,002

06-Jun-09 24 0,019 0,018 0,016 0,018 0,02 0,017 0,017 0,016 0,004

08-Jun-09 25 0,018 0,018 0,02 0,019 0,019 0,02 0,018 0,018 0,002

09-Jun-09 26 0,019 0,019 0,021 0,018 0,019 0,017 0,018 0,017 0,004

10-Jun-09 27 0,021 0,02 0,018 0,02 0,021 0,017 0,02 0,017 0,004

Total 0,5313 0,112

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Nilai rata-rata X yang juga merupakan garis sentral didapatkan dengan rumus:

∑X i

X = i =1

dimana: X = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup

X i = nilai rata-rata subgroup ke-i

g = jumlah subgroup

∑X i

X = i =1

0,5313
X=
27

= 0,02

Penetuan garis sentral, yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut:

∑ Ri
i =1
R=
g

dimana: R = jumlah rata-rata rentang subgroup

Ri = nilai rentang subgroup ke-i

g = jumlah subgroup

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
g

∑ Ri
i =1
R=
g

0,112
=
27

= 0,004

Harga A2 = 0,419, D3 = 0,076 dan D4 = 1,924 dari table faktor A dan D

pembentuk peta kendali untuk ukuran sub grup 4 adalah:

Batas kendali untuk kadar zat menguap adalah:

BKA = X + A2 . R

= 0,02+ 0,419 x 0,004

= 0,4016 + 0,017

= 0,021

BKB = X - A2 . R

= 0,02 - 0,419 x 0,004

= 0,4016 – 0,017

= 0,0181

Batas kendali Peta R adalah:

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKA = D4. R

= 1,924 x 0,004

= 0,008

BKB = D3 x R

= 0,076 x 0,0163

= 0,0003

Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan peta kendali x dan R yang

tertera pada Gambar 5.15 dan Gambar 5.16.

Gambar 5.15. Peta Kendali X untuk Kadar Kototan

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.16. Peta Kendali R untuk Kadar Kotoran

Dari peta kendali X diatas terdapat data yang out of control, data dengan

nomor sampel 4,5,9,14,16. Untuk peta R data yang out of control adalah data dengan

nomor sampel 6,10,21. Karena terdapat data yang out of control maka perlu

dilakukan revisi.

Revisi I untuk X dan R adalah:

Xnew = Ro =

0,5313 − 0,022 − 0,022 − 0,022 − 0,017 − 0,017


Xnew =
27 − 5

0,431
=
22

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
= 0,022

Rnew =

0,112 − 0,009 − 0,009 − 0,009


Rnew =
27 − 3

0,085
=
24

= 0,0035

Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada

lampiran), sehingga batas kendali untuk revisi peta X adalah :

σo =

0,0035
=
2,704

= 0,00131

BKA = o +A.σo

= 0,022 + 1,134. 0,00131

= 0,022 + 0,0015

= 0,021

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKB = o - A.σo

= 0,022 - 1,134.( 0,00131)

= 0,022 - 0,0015

= 0,018

Batas kendali untuk revisi peta R adalah :

BKAR = D2. σo

= 5,204 x 0,00131

= 0,007

BKBR = D1. σo

= 0,204 x 0,00131

= 0,0003

Peta revisi I dari peta X untuk kadar zat menguap dapat dilihat pada Gambar

5.17.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.17. Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Kotoran

Peta revisi I dari peta R untuk kadar zat menguap dapat dilihat pada Gambar

5.18.

Gambar 5.18. Peta Kontrol R Revisi I untuk Kadar Kotoran

Berdasarkan hasil revisi dapat dilihat bahwa data sudah berada dalam batas

pengendalian, selanjutnya dapat ditentukan proses kapabilitasnya.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Cp =

Cp = Process capability

LSL = Lower specificati limit

USL = Upper specification limit

Kriteria penilaian :

1. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik.

2. Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat

apabila Cp mendekati 1,00

3. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan

tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses.

Cp =

0,020 − 0,01
Cp =
6.0,001

= 1,6

Cpl =

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
0,022 − 0,01
=
3.0,001

=4

Cpu =

0,02 − 0,022
Cpu =
3.0,001

= -0,66

min{((cpu )or (cpl )}


Cpk =
3σ 0
min{(USL − X )or ( X − LSL)
=

(0,02 − 0,022) 0r (0,022 − 0,01)
=
3(0.001)

− 0,02
= = − 0,66
0,003

Berdasarkan ukuran indeks kerja, dapat diketahui bahwa Cp > 1,6

menunjukkan bahwa kapabilitas proses sangat baik. Sedangkan Cpk <1,00

menunjukkan kinerja proses yang rendah dimana berada diluar batas spesifikasi.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB VI

ANALISA DAN EVALUASI

6.1. Analisa

Analisa dilakukan dengan menganalisis hasil Statistical Quality Control

(SQC) yaitu dari diagram histogram, hasil perhitungan peta pengendalian kualitas,

dan menganalisa faktor yang mempengaruhi kualitas dengan menggunakan alat

pengendalian kualitas diagram sebabakibat.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
6.1.1. Analisa Histogram

Berdasarkan hasil histogram pada kadar asam lemak bebas, maka dapat

dilihat bahwa terdapat 123 data yang berada pada luar batas normal untuk standar

mutu kadar asam lemak bebas yang ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan untuk

kadar air terdapat 109 data yang berada diluar batas normal untuk standar mutu dari

perusahaan. Untuk kadar kotoran terdapat data sebanyak 67 data berada diluar batas

normal syarat mutu yang telah ditetapkan.

6.1.2. Analisa Peta Kendali X dan R

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Statistical Quality

Control (SQC) dapat dianalisa bahwa masih banyak data yang berada diluar batas

kendali seperti yang tertera pada Tabel 6.1 sampai 6.5.

1. Analisis hasil pengolahan untuk kadar Asam Lemak Bebas.

Batas kendali peta X untuk kadar asam lemak bebas adalah:

BKA = 3,56

BKB = 3,13
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Batas kendali peta R untuk kadar asam lemak bebas adalah:

BKA = 0,987

BKB = 0,039

Hasil pengolahan kadar asam lemak bebas yang berada diluar batas kendali

dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut ini.

Tabel 6.1. Analisis Hasil Pengolahan Kadar ALB di Luar


Batas Kendali

No R

1 3,20 0,460

2 2,96 (di luar batas kendali) 0,260

3 3,30 0,430

4 2,94 (di luar batas kendali) 0,820

5 3,64 (di luar batas kendali) 1,520 (di luar batas kendali)

6 3,21 0,700

7 3,48 1,500 (di luar batas kendali)

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
8 3,06 (di luar batas kendali) 0,070

9 2,92 (di luar batas kendali) 0,510

10 2,81 (di luar batas kendali) 0,770

11 3,10 (di luar batas kendali) 0,270

12 3,33 0,680

13 2,62 (di luar batas kendali) 0,550

14 3,32 1,340 (di luar batas kendali)

15 3,34 1,340 (di luar batas kendali)

16 3,05 (di luar batas kendali) 0,170

17 3,40 0,570

18 3,56 0,760

19 3,62 (di luar batas kendali) 0,950

20 3,63 (di luar batas kendali) 0,310

21 3,29 0,320

22 3,92 (di luar batas kendali) 1,550 (di luar batas kendali)

23 3,69 (di luar batas kendali) 0,860

Tabel 6.1. Analisis Hasil ... (Lanjutan)


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
R
No

24 3,63 (di luar batas kendali) 1,630 (di luar batas kendali)

25 3,62 (di luar batas kendali) 0,350

26 3,64 (di luar batas kendali) 0,550

27 3,43 0,410

Berdasarkan hasil revisi batas kendali mean (X) maka data yang diatas nilai

3,56 dan data yang berada dibawah nilai 3,13 berada diluar batas kendali. Sedangkan

untuk peta kendali range (R) data yang berada diatas nilai 0,987 dan dibawah nilai

0,039 berada diluar batas kendali.

2. Analisis hasil pengolahan untuk kadar air.

Batas kendali peta X rata-rata untuk kadar air adalah:

BKA = 0,166

BKB = 0,146

Batas kendali peta R untuk kadar air adalah:

BKA = 0,031

BKB = 0,0012

Hasil pengolahan kadar air yang berada diluar batas kendali dapat dilihat

pada Tabel 6.2 berikut ini.


Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 6.2. Analisis Hasil Pengolahan Kadar Air di Luar Batas Kendali

No R

1 0,138 (di luar batas kendali) 0,017

2 0,152 0,039 (di luar batas kendali)

3 0,156 0,018

4 0,167 (di luar batas kendali) 0,007

5 0,150 0,021

6 0,137 (di luar batas kendali) 0,015

7 0,144 0,008

8 0,155 0,017

9 0,136 (di luar batas kendali) 0,015

10 0,146 (di luar batas kendali) 0,018

11 0,169 (di luar batas kendali) 0,019

12 0,155 0,013

13 0,146 (di luar batas kendali) 0,02

14 0,142 (di luar batas kendali) 0,013

15 0,147 (di luar batas kendali) 0,009

16 0,161 0,017

17 0,168 (di luar batas kendali) 0,014

18 0,157 0,011

19 0,170 (di luar batas kendali) 0,018

20 0,164 (di luar batas kendali) 0,028

21 0,167 (di luar batas kendali) 0,039 (di luar batas kendali)

22 0,174 (di luar batas kendali) 0,015

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
23 0,160 0,026

24 0,155 0,043 (di luar batas kendali)

25 0,157 0,042 (di luar batas kendali)

26 0,160 0,019

27 0,172 (di luar batas kendali) 0,016

Berdasarkan hasil revisi batas kendali mean (X) maka data yang diatas nilai

0,166 dan data yang berada dibawah nilai 0,146 berada diluar batas kendali.

Sedangkan untuk peta kendali range (R) data yang berada diatas nilai 0,031 dan

dibawah nilai 0,0012 berada diluar batas kendali.

3. Analisis hasil pengolahan untuk kadar kotoran

Batas kendali peta X rata-rata untuk kadar kotoran adalah:

BKA = 0,021

BKB = 0,018

Batas kendali peta R untuk kadar kotoran adalah:

BKA = 0,007

BKB = 0,0003

Hasil pengolahan kadar kotoran yang berada diluar batas kendali dapat dilihat

pada Tabel 6.3 berikut ini.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 6.3. Analisis Hasil Pengolahan Kadar Kotoran

di Luar Batas Kendali

No R

1 0,020 0,001

2 0,019 0,004

3 0,020 0,005

4 0,022 (di luar batas kendali) 0,003

5 0,022 (di luar batas kendali) 0,002

6 0,021 0,009 (di luar batas kendali)

7 0,021 0,006

8 0,021 0,004

9 0,017 (di luar batas kendali) 0,004

10 0,020 0,009 (di luar batas kendali)

11 0,018 0,003

12 0,020 0,004

13 0,020 0,004

14 0,022 (di luar batas kendali) 0,003

15 0,020 0,004

16 0,017 (di luar batas kendali) 0,002

17 0,019 0,005

18 0,020 0,004

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 6.3. Analisis Hasil Pengolahan ... (Lanjutan )

No R

19 0,018 0,003

20 0,018 0,004

21 0,021 0,009 (di luar batas kendali)

22 0,019 0,004

23 0,021 0,002

24 0,018 0,004

25 0,019 0,002

26 0,019 0,004

27 0,020 0,004

Berdasarkan hasil revisi batas kendali mean (X) maka data yang diatas nilai

0,021 dan data yang berada dibawah nilai 0,018 berada diluar batas kendali.

Sedangkan untuk peta kendali range (R) data yang berada diatas nilai 0,007 dan

dibawah nilai 0,0003 berada diluar batas kendali.

Berikut adalah jenis uji karakteristik dan jumlah data yang berada diluar batas

kendali dimana dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 6.4. Jenis Uji Karakteristik Dan Jumlah Data Di Luar Batas Kendali

Jumlah kondisi di luar batas


Jenis uji
No kendali
Kerakteristik
Peta kendali Peta kendali R

1 Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) 16 6

2 Kadar Air 16 4

3 Kadar Kotoran 5 3

6.1.3. Analisa Kondisi Data di Luar Batas Kendali dengan Diagram Sebab

Akibat

Dari histogram terlihat bahwa jumlah data diluar batas kendali terbesar

adalah data kadar asam lemak bebas dan kadar air diikuti dengan kadar kotoran.

Dengan demikian akan dilakukan analisa penyebab kerusakan tersebut dengan

menggunakan cause and effect diagram.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1. Kadar Asam Lemak Bebas

Kadar asam lemak bebas (ALB) mengandung enzim penstimulir yang bersifat

katalisator, dimana enzim ini dapat membentuk asam lemak bebas. Kadar asam

lemak bebas merupakan hal pokok dalam penentuan kualitas Crude palm oil.

Dimana semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka semakin rendah nilai kualitas

dari crude palm oil. Untuk memperoleh sebab lainnya ditelusuri melalui alat

pengendalian kualitas yaitu diagram sebab akibat.

a. Bahan baku, yaitu dapat disebabkan langsung dari induk pohonnya, kematangan

yang tepat, penanganan pasca panen terhadap bahan baku, lama penyimpanan

bahan baku.

b. Manusia, yaitu ketidaktelitian pada saat pelaksanaan produksi.

c. Metode kerja, yaitu pembentukan asam lemak bebas karena perebusan yang

tidak sempurna.

d. Mesin, yaitu kurangnya kebersihan disebabkan sisa kotoran produksi, kurangnya

perawatan mesin.

e. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan yang kotor.

Diagram sebab akibat untuk kadar asam lemak bebas dapat dilihat pada

Gambar 6.1.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Manusia Mesin Bahan Baku
Lama penyimpanan
bahan baku
Kurang Tidak dilakukan Induk pohon
Kurangnya perwawatan
memperhatikan sortasi kelapa sawit
pada mesin
pekerjaan
Penanganan
ketelitian Produktivitas Kematangan yang pasca panen
mesin rendah tidak tepat

Kadar ALB
Sisa
produksi,sampah Perebusan tidak
Telalu lama dalam tangki maksimal
Lingkungan timbun
yang kotor
Tingginya kadar ALB

Lingkungan
Metode Kerja
Kerja

Gambar 6.1. Diagram Sebab Akibat Kadar Asam Lemak Bebas

2. Kadar air

Kadar air yang terkandung dalam minyak sawit akan mempengaruhi nilai

kadar asam lemak bebas. Semakin tinggi nilai kadar air semakin tinggi pula kadar

asam lemak bebeas yang terbentuk. Untuk memperoleh sebab lainnya ditelusuri

melalui alat pengendalian kualitas yaitu diagram sebab akibat.

a. Bahan baku, bahan baku yang terlalu matang mengandung kadar air yang tinggi.

b. Metode kerja, yaitu perebusan bahan baku yang tidak sempurna di satasiun

perebusan. pengurangan kadar air yang yang tidak sempurna pada mesin oil

purifier. Pemisahan kadar air dengan kadar kotoran yang berdasarkan berat jenis

yang tidak sempurna.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
c. Manusia, yaitu kurangnya ketelitian pada saat bekerja, hal tersebut dikarena

pekerja tidak terlalu memperhatikan pekerjaan dan kurangnya konsentrasi

terhadap pekerjaan, kelehan pada saat bekerja disebabkan jam kerja yang terlalu

tinggi.

d. Mesin, yaitu mesin yang kurang terawat sehingga menyebabkan kurangnya

performa mesin tersebut.

MESIN BAHAN BAKU

Performa mesin Kematangan yang


Induk
kurang tidak tepat
pohon
Tidak dilakukan
Kurang sortasi Penanganan
perawatan pasca panen

Kadar Air
Kelelahan dan kurang
knsentrasi Pemisahan berat
jenis kadar air Kadar air tinggi

Kurangnya
performa blow disk Perebusan kadar
ketelitian
rendah air yang tidak
sempurna
METODE KERJA
MANUSIA

Gambar 6.2. Diagram Sebab Akibat Kadar Air

3. Kadar Kotoran

Kadar kotoran dipengaruhi oleh proses pengolahan. Selain itu kandungan

pasir, ampas serat daging pada buah sawit. Untuk memperoleh sebab lainnya

ditelusuri melalui alat pengendalian kualitas yaitu diagram sebab akibat.

a. Bahan baku, disebabkan penyimpanan bahan baku yang tidak bersih, bahan baku

yang memiliki serat yang tebal.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
b. Manusia, yaitu operator yang kurang teliti dalam bekerja, hal tersebut dikarena

pekerja tidak bekerja sesuai dengan standar operasi pabrik yang diberikan,dan

kelehan pada saat bekerja.

c. Metode kerja, yaitu penyaringan yang tidak maksimal pada saringan getar

dengan ayaka mesh 30 dan 40. Tercampurnya minyak dengan kotoran pada saat

pengendapan di crude oil tank dan continuous settling tank.

d. Mesin, yaitu pengaturan waktu dan putaran yang tidak sesuai dengan standar

operasi.

e. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan kerja yang kotor, banyaknya sisa produksi.

Diagram sebab akibat untuk kadar kotoran dapat dilihat pada Gambar 6.3.

Mesin Manusia
Kurang
memperhatikan
Produktivitas Kelelaha pekerjaan
mesin rendah
Kurang
ketelitian
Kurangnya perwawatan
pada mesin

Kadar Kotoran
pasir pada Lingkungan
buah yang kotor
Pengadukan tidak Pengendapan tidak
Sisa sempurna sempurna
produksi
Tempat penyimpanan
kotor
pemisahan otorandan
minyak tidak sempurna Penyaringan kadar
kotoran yang tidak
Bahan Baku Lingkungan sempurna
Metode
Kerja

Gambar 6.3. Diagram Sebab Akibat Kadar Kotoran

6.1.4. Analisa kemampuan Proses

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Dari penggunaan batas atas spesifikasi (USL) dan batas bawah spesifikasi

(LSL) yang telah ditentukan, maka didapat hasil perhitungan Cp dan Cpk sebagai

berikut:

a. Untuk nilai indeks proses kapabilitas dari kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

dimana nilai Cp = 0,43 sedangkan nilai indeks kinerja proses Cpk = -0,61. Dapat

dilihat nilai CP, Cpk < 1 maka kapabilitas proses dan kinerja proses sangat

rendah.

b. Untuk nilai indeks proses kapabilitas dari kadar air dimana nilai Cp = 1,38

sedangkan nilai indeks kinerja proses Cpk = -3,11. Dapat dilihat nilai CP >1,33

maka kapabilitas proses sangat baik dan nilai Cpk < 1 maka kinerja proses

sangat rendah.

c. Untuk nilai indeks proses kapabilitas dari kadar air dimana nilai Cp = 1,6

sedangkan nilai indeks kinerja proses Cpk = -0,66. Dapat dilihat nilai CP >1,33

maka kapabilitas proses sangat baik dan nilai Cpk < 1 maka kinerja proses

sangat rendah.

6.2. Evaluasi

6.2.2. Evaluasi Peta kendali X dan R

6.2.2.1. Evaluasi Peta Kendali X dan R kadar Asam Lemak Bebas

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Pada peta kontrol X dan R terdapat data yang out of control sehingga perlu

dilakukan revisi sebanyak 2 kali. Setelah di revisi seluruh data kadar asam lemak

bebas sudah berada di dalam batas kontrol sehingga tidak perlu direvisi lagi.. Hal ini

dipengaruhi data yang digunakan selalu berubah-ubah yang tidak tersebar normal

sehingga tidak dapat dikendalikan dan menyebebkan data banyak yang melewati

batas controlnya.

6.2.2.2. Evaluasi Peta Kendali X dan R kadar Air

Pada peta kontrol X terdapat data yang out of control sehingga perlu

dilakukan revisi sebanyak 2 kali. Setelah di revisi seluruh data kadar air sudah berada

di dalam batas kontrol sehingga tidak perlu direvisi lagi. Hal ini dipengaruhi data

yang digunakan selalu berubah-ubah. sehingga tidak dapat dikendalikan dan

menyebebkan data banyak yang melewati batas controlnya.

Pada peta R dilakukan sekali revisi,setelah itu data range kadar air sudah didalam

batas kontrol.

6.2.2.3. Evaluasi Peta Kendali X dan R kadar Kotoran

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Pada peta kontrol X dan R terdapat data yang out of control sehingga perlu

dilakukan revisi sebanyak 1 kali. Setelah di revisi seluruh data kadar air sudah berada

di dalam batas kontrol sehingga tidak perlu direvisi lagi. Hal ini dipengaruhi data

yang digunakan selalu berubah-ubah akan tetapi masih tersebar normal.

6.2.3. Evaluasi Histogram

Pada analisis histogram dapat dilihat bahwa kadar asam lemak bebas, kadar

air dan kadar kotoran memiliki data tertinggi dan terendah dalam diagram ini terlihat

data kadar air dan data kadar ALB merupakan data yang tertinggi yang berada diluar

batas normal.

6.2.4. Evaluasi Kemampuan Proses

a. Kadar Asam Lemak Bebas

Untuk kadar asam lemak bebas kemampuan proses dan kinerja proses sangat

rendah. Hal ini mengakibatkan banyaknya data yang berada diluar batas normal yang

telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menanggulangi hal ini perusahaan harus

lebih meningkatkan pengendalian dan kontrol terhadap proses yang berlangsung

mulai dari penanganan pasca panen sampai pada lantai produksi.

b. Kadar Air

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Untuk kadar air kemampuan proses sangat baik. akan tetapi untuk

kemampuan kinerja proses sangat rendah. Kemampuan kinerja yang rendah tersebut

mengakibatkan banyaknya data yang berada diluar batas normal yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menanggulangi hal ini perusahaan harus lebih

meningkatkan kontrol terhadap pekerja untuk lebih memenuhi standard operasi yang

telah ditetapkan perusahaan.

c. Kadar Air

Untuk kadar Kotoran kemampuan proses sangat baik. akan tetapi untuk

kemampuan kinerja proses sangat rendah. Kemampuan kinerja yang rendah tersebut

mengakibatkan banyaknya data yang berada diluar batas normal yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menanggulangi hal ini perusahaan harus lebih

meningkatkan kontrol terhadap pekerja untuk lebih memenuhi standard operasi yang

telah ditetapkan perusahaan.

6.2.5. Evaluasi cause and effect diagram

6.2.5.1. Evaluasi cause and effect diagram Kadar Asam Lemak Bebas

Evaluasi untuk cause and effect diagram adalah perbaikan beberapa faktor

yang menyebabkan kesalahan tersebut yaitu manusia, peralatan, metode kerja,

lingkungan, dan bahan bakunya. Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada

cause and effect diagram untuk kadar ALB, yaitu pengolahan bahan baku mulai dari

pasca panen sangat perlu dilakukan suatu evaluasi yakni dengan menjaga agar buah
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
yang telah dipanen agar segera dapat diproduksi karena semakin lama disimpan

maka kadar ALB akan semakin tinggi. Selain itu juga perlu kontrol yang ketat saat

dilakukan sortasi agar terhindar dari kematangan yang tidak tepat. Induk kelapa sawit

juga sangat diperhatikan, karena terdapat jenis induk pohon yang memang memiliki

kandungan ALB yang besar.

6.2.5.2. Evaluasi cause and effect diagram Kadar Air

Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada cause and effect diagram

untuk kadar air, yaitu pengolahan bahan baku dan metode kerja sangat

mempengaruhi nilai kadar air yang terkandung didalam buah. Evaluasi yang dapat

dilakukan yakni dengan menjaga agar buah yang telah dipanen agar segera dapat

diproduksi karena semakin lama disimpan maka kadar air akan semakin tinggi.

Selain itu dalam penyimpanan harus berada pada tempat yang kering untuk menjaga

agar kadar air tidak meninggi. Induk kelapa sawit juga sangat diperhatikan, karena

terdapat jenis induk pohon yang memang memiliki kandungan air yang besar.

Untuk metode kerja perlu diperhatikan sistem perebusan yang harus sesuai

dengan standard operasi pabrik dari perusahaan sehingga dapat menjaga atau

mengurangi kadar air yang terkandung dalam buah saat proses produksi.

6.2.5.3. Evaluasi cause and effect diagram Kadar Kotoran

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada cause and effect diagram

untuk kadar kotoran, metode kerja sangat mempengaruhi nilai kadar air yang

terkandung didalam buah. Evaluasi yang dapat dilakukan yakni dengan menjaga agar

penyaringan kotoran yang dilakukan pada saat proses produksi harus sempurna dan

pengadukan minyak yang mengandung kotoran harus dilakukan sesuai standard yang

telah ditetapkan sehingga proses pemisahan minyak dan kotoran dengan metode

berat jenis dapat berjalan dengan baik.

Faktor lingkungan kerja juga sangat mempengaruhi kadar kotoran dimana

lingkungan kerja yang kotor dan sisa-sisa produksi yang masih terdapat dimesin

dapat mempengaruhi kadar kotoran. Untuk faktor manusis diharapkan untuk lebih

memperhatikan pekerjaan yang dilakukan agar metode kerja yang telah ditetapkan

dapat berjalan dengan baik.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7. 1. Kesimpulan

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Berdasarkan pengolahan dan pembahasan data yang telah dilakukan pada,

maka dapat disimpulkan:

1. Hasil analisis Statistical Quality Control (SQC) dengan metode peta X dan R

diketahui tingkat pencapaian standar yang diharapkan oleh perusahaan belum

tercapai. Dimana hasil pemeriksaan sampel syarat mutu masih terdapat jumlah

produk yang diluar batas persyaratan mutu atau penyimpangan kualitas.

2. Jumlah sampel yang diluar batas kendali untuk kadar ALB sebanyak 16

sampel,kadar air yaitu 16 sampel dan kadar kotoran yaitu 5 sampel.

3. Nilai proses kapabilitas (Cp) untuk kadar ALB sebesar 0.43, kadar air sebesar 1.38

dan kadar kotoran sebesar 1.6.

4. Dari analisis diagram sebab akibat dapat diketahui faktor penyebab

penyimpangan kualitas adalah faktor bahan baku, metode kerja, manusia, mesin,

dan lingkungan kerja. Dimana penyebab yang paling berpengaruh adalah bahan

baku, metode kerja, mesin.

7.2. Saran

Untuk memperbaiki kualitas produk, saran yang diberikan adalah:

1. Perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan sebaiknya lebih terfokus pada faktor

penyebab utama penyimpangan kualitas yaitu faktor bahan baku, metode kerja dan

mesin.

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2. Pihak perusaahaan lebih memperhatikan pemilihan bahan baku yang masuk,

mengelompokkan bahan baku yang sejenis, dan segera diolah.

3. Membuat urutan prioritas dalam melaksanakan pengendalian kualitas yang

terencana dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam

produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gaspert. V. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas, Penerbit Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta, 2001

Harinaldi. Prinsip-Prinsip Statistika Untuk Teknik dan Sains. Erlangga,

Jakarta, 2005.

Husaini Usman, R. Purnomo. Pengantar Statistik, Edisi kedua. Penerbit Bumi

Aksara, 2006.

Wilfrid.J.Dixon. Pengantar Analisis Statistik. Gajah mada University Press,

2005

LAMPIRAN I
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Mesin Produksi

Adapun spesifikasi mesin produksi yang ada di PTPN IV Pabrik Kelapa

Sawit Adolina adalah sebagai berikut:

A. Stasiun penerimaan buah

1. Jembatan Timbang

Fungsi : untuk menimbang TBS<CPO<inti,dan lain-

lain

Panjang : 12000 mm

Lebar : 3000 mm

Type : hybrid system

Kapasitas : 50 ton

2. Loading Ramp

Fungsi : Tempat penimbunan TBS sebelum diolah,

tempat untuk melakukan serotasi terhadap

TBS, mempermudah dalam

pengisian lori

Panjang : 2500 mm

Lebar : 220 mm

Kemiringan : 250

Jumlah pintu : 13 buah

Kapasitas : 15 ton0buys

D. Sterilisasi (Rebusan)
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1. Sterilizer

Fungsi : Merebus TBS agar mudah lepas dari

janjangan sehingga memudahkan proses

penebahan.

Jumlah : 3 unit

Kapasitas : @ 25 Ton/siklus

Diameter : @2070 mm

Panjang : 27.000 mm

Tekanan : 3 Kg/cm2

2. Lori rebusan

Fungsi : Tempat perebusan TBS

Berat Kosong : 750 Kg

Kapasitas : 2,5 Ton

3. Alat Penarik

Fungsi : Alat penarik lori untuk keluar masuk

sterilizer

Daya : 10 Hp

Volt : 380 Volt

Arus : 16 A

Putaran : 965 rpm

4. Jembatan Pemindah

Fungsi : Untuk medekatkan lori ke rel sterilizer

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Kapasitas : 3 lori ( 7,5 ton)

Daya : 7,5 Hp

Volt : 380 V

Arus : 12,1 A

Putaran : 1450 rpm

E. Stasiun Penebahan

1. Hosting Crane

Fungsi : Mengangkat lori yang berisi TBS matang ke

autofeeder

Jumlah : 3 unit

Kapasitas : 5 Ton

2. Auto Feeder

fungsi : Mengatur TBS matang ke dalam threser

Jumlah : 3 unit

Kapasitas : 20 ton TBS/jam

3. Thereser

Fungsi : Memisahkan brondolan dengan janjangan

kosong

jumlah : 3 unit

Kapasitas : 20 Ton/jam

Diameter : 1938 mm

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Panjang : 4730 mm

putaran : 23 Rpm

4. Fruit Elevator

Fungsi : Mengangkut brondolan ke digester

Jumlah : 2 Unit

Jumlah Timba : 40 buah

Kapasitas : 2 Kg/timba

Tinggi : 12.000 mm

Putaran : 24 Rpm

5. Transportasi janjangan

Fungsi : Mengantar janjangan kosong ke hopper

kosong

Jumlah : 2 unit

Kapasitas : 30 ton /jam

Panjang : 39.000 mm

Lebar : 1.000 mm

Putaran : 24 Rpm

6. Hopper Kosong

Fungsi : Menampung janjangan kosong

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 72 ton ( 6 pintu x 12 ton janjangan

D. Stasiun Pengempa (Press)

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1. Digester (ketel adukan)

Fungsi : Memisahkan daging buah dengan biji dengan

cara diaduk

Jumlah : 4 unit

Kapasitas : 1 ton/jam

Tekanan : 120 Bar

Putaran : 14 rpm

Dimensi : 4,87 m x 1,47 m x 0.95 m

E. Stasiun Klarifikasi

1. Sand Trap Tank

Fungsi : Untk memisahkan pasir dari minyak kasar

yang berasal dari pressan

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 10 Ton

panjang : 2m

2. Vibrating Screen

Fungsi : Memisahkan benda-benda padat yang terikut

dengan minyak kasar

Jumlah : 2 unit

Kapasitas : 18 Ton/Jam

Putaran : 1450 rpm

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3. Tangki Minyak Kasar

Fungsi : Menampung minyak yang telah disaring

untuk kemudian dipompakan ke tangki

pemisah

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 10 Ton

Suhu : 95-1000C

Panjang : 3m

Lebar : 1,6 m

Tinggi : 1,2 m

4. Continous Setting Tank (CST)

Fungsi : Mempermudah pemisahan minyak dengan

sludge

Jumlah : 2 unit

Kapasitas : 70 ton

Suhu : 95-1000C

Tinggi : 8.3 m

5. Oil Tank

Fungsi : Menampung minyak yang telah terpisah

dengan sludge

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 10 ton

Suhu : 95-1000C

Tinggi : 2.710 m

6. Sludge Tank

Fungsi : Menampung sludge dari tangki pemisah yang

masih mengandung minyak

Jumlah : 2 unit

Kapasitas : 20 Ton

Suhu : 90-950C

Tinggi : 3.26 m

7. Oil Purifier

Fungsi : Untuk pemurnian minyak yang berasal dari

tangki masakan

Jumlah : 3 unit

Kapasitas : 4.5 Ton

Suhu : 90-950C

Tekanan : 3 Kg/Cm2

Putaran : 5000 Rpm

Jumlah piringan : 100 Buah

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
8. Sludge Seperator

Fungsi : Untuk memisahkan minyak dari kotoran

Jumlah : 3 Unit

Kapasitas : 8 Ton

Suhu : 90-1000C

Tekanan : 3 Kg/cm2

Putaran : 5000 rpm

Jumlah piringan : 94 Buah

9. Pre Cleaner

Fungsi : Untuk memisahkan minyak dari kotoran-

kotoran

Jumlah : 2 unit

Kapasitas : 4.5 Ton

Tinggi : 800 mm

Diameter Piringan : 330 mm

Tinggi Saringan : 6450 mm

10. Brush Strainer

Fungsi : Memisahkan kotoran dari minyak yang masih

terikut setelah melalui pre cleaner

Jumlah : 2 unit

Kapasitas : 4.5 Ton

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Suhu : 90-1000C

Tekanan : 3 Kg/cm2

Putaran : 1500 rpm

11. Vacum Dryer

Fungsi : memompa minyak kasar murni ke oil storage

tank.

Jumlah : 2 unit

Kapasitas : 9 Ton

Suhu : 85-900C

12. Oil Storage Tank

Fungsi : Tempat penyimpanan CPO murni sebelum

dipasarkan

Jumlah : 3 unit

Kapasitas : 500 ton (2 unit), 1000 ton (1 unit)

Suhu : 50-60 0C

Tinggi : 8.5 m

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Lampiran 2

Peralatan Produksi

1. Stasiun Kempa

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam stasiun Kempa:

a. Ulir PK Meal di Bawah Kempa

Fungsi : Membawa inti ke bagian

Jumlah : 2 Buah

Merk : PMT

Asal : PMT

b. Timba PK Meal

Fungsi : Membawa inti ke bagian

Jumlah : 2 Buah

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Merk : PMT

Asal : PMT

c. Ularan Pembawa Minyak

Fungsi : Membawa inti ke bagian

Jumlah : 3 Buah

Merk : PMT

Asal : PMT

2. Stasiun Pengutipan Minyak

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam stasiun Pengutipan Minyak

a. Ularan pengumpul Minyak

Fungsi : Pengumpul Minyak

Jumlah : 1 Buah

Merk : PMT

Asal : PMT

b. Tangki Minyak Screaning

Fungsi : Menyimpan Minyak

Jumlah : 1 Buah

Merk : PMT
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Asal : PMT

c. Pompa Minyak kasar ke Niagara

Fungsi : Memompa minyak ke Niagara

Jumlah : 2 Buah

Merk : Southerm croos

Asal : MAS

4. Tangki Minyak Bersih

Fungsi : Menyimpan Minyak Bersih

Jumlah : 1 Buah

Merk : PMT

Asal : PMT

3. Pompa Minyak Bersih

Fungsi : Memompa Minyak ke Tangki Minyak

Jumlah : 2 Buah

Merk : EBS RAY PUMPS

Asal : MAS

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
5 Stasiun Penimbunan Minyak

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam stasiun Penimbunan Minyak

a. Tangki Timbun Minyak

Fungsi : Menimbun Minyak

Jumlah : 4 Buah

Merk : PMT

Asal : PMT

b. Pompa Pengiriman Minyak Bersih

Fungsi : Memompa Minyak bersih

Jumlah : 2 Buah

Type : T 24 V 30 P 62288

Asal : Sidney

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Lampiran 4

Tabel Che-Kuadrat

df 0.995 0.99 0.975 0.95 0.90 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005

1 --- --- 0.001 0.004 0.016 2.706 3.841 5.024 6.635 7.879

2 0.010 0.020 0.051 0.103 0.211 4.605 5.991 7.378 9.210 10.597

3 0.072 0.115 0.216 0.352 0.584 6.251 7.815 9.348 11.345 12.838

4 0.207 0.297 0.484 0.711 1.064 7.779 9.488 11.143 13.277 14.860

5 0.412 0.554 0.831 1.145 1.610 9.236 11.070 12.833 15.086 16.750

6 0.676 0.872 1.237 1.635 2.204 10.645 12.592 14.449 16.812 18.548

7 0.989 1.239 1.690 2.167 2.833 12.017 14.067 16.013 18.475 20.278

8 1.344 1.646 2.180 2.733 3.490 13.362 15.507 17.535 20.090 21.955

9 1.735 2.088 2.700 3.325 4.168 14.684 16.919 19.023 21.666 23.589

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
10 2.156 2.558 3.247 3.940 4.865 15.987 18.307 20.483 23.209 25.188

11 2.603 3.053 3.816 4.575 5.578 17.275 19.675 21.920 24.725 26.757

12 3.074 3.571 4.404 5.226 6.304 18.549 21.026 23.337 26.217 28.300

13 3.565 4.107 5.009 5.892 7.042 19.812 22.362 24.736 27.688 29.819

14 4.075 4.660 5.629 6.571 7.790 21.064 23.685 26.119 29.141 31.319

15 4.601 5.229 6.262 7.261 8.547 22.307 24.996 27.488 30.578 32.801

16 5.142 5.812 6.908 7.962 9.312 23.542 26.296 28.845 32.000 34.267

17 5.697 6.408 7.564 8.672 10.085 24.769 27.587 30.191 33.409 35.718

18 6.265 7.015 8.231 9.390 10.865 25.989 28.869 31.526 34.805 37.156

19 6.844 7.633 8.907 10.117 11.651 27.204 30.144 32.852 36.191 38.582

20 7.434 8.260 9.591 10.851 12.443 28.412 31.410 34.170 37.566 39.997

21 8.034 8.897 10.283 11.591 13.240 29.615 32.671 35.479 38.932 41.401

22 8.643 9.542 10.982 12.338 14.041 30.813 33.924 36.781 40.289 42.796

23 9.260 10.196 11.689 13.091 14.848 32.007 35.172 38.076 41.638 44.181

24 9.886 10.856 12.401 13.848 15.659 33.196 36.415 39.364 42.980 45.559

25 10.520 11.524 13.120 14.611 16.473 34.382 37.652 40.646 44.314 46.928

26 11.160 12.198 13.844 15.379 17.292 35.563 38.885 41.923 45.642 48.290

27 11.808 12.879 14.573 16.151 18.114 36.741 40.113 43.195 46.963 49.645

28 12.461 13.565 15.308 16.928 18.939 37.916 41.337 44.461 48.278 50.993

29 13.121 14.256 16.047 17.708 19.768 39.087 42.557 45.722 49.588 52.336

30 13.787 14.953 16.791 18.493 20.599 40.256 43.773 46.979 50.892 53.672

40 20.707 22.164 24.433 26.509 29.051 51.805 55.758 59.342 63.691 66.766

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
50 27.991 29.707 32.357 34.764 37.689 63.167 67.505 71.420 76.154 79.490

60 35.534 37.485 40.482 43.188 46.459 74.397 79.082 83.298 88.379 91.952

70 43.275 45.442 48.758 51.739 55.329 85.527 90.531 95.023 100.425 104.215

80 51.172 53.540 57.153 60.391 64.278 96.578 101.879 106.629 112.329 116.321

90 59.196 61.754 65.647 69.126 73.291 107.565 113.145 118.136 124.116 128.299

100 67.328 70.065 74.222 77.929 82.358 118.498 124.342 129.561 135.807 140.169

Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality
Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.

Anda mungkin juga menyukai