Anda di halaman 1dari 72

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang dengan selesainya penyusunan Modul Keselamatan pada Lokasi
Pekerjaan Jalan. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta
pendidikan dan pelatihan di bidang jalan yang berasal dari kalangan pegawai
pemerintah daerah dan Aparatur Sipil Keselamatan pada Lokasi Pekerjaan
Jalanegara (ASN).

Modul Keselamatan pada Lokasi Pekerjaan Jalan ini disusun dalam 3 (tiga) bab
yang terdiri dari Pendahuluan dan Kegiatan Belajar. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam
memahami segala kebutuhan terkait jalan berkeselamatan. Penekanan orientasi
pembelajaran pada modul ini diisi oleh adanya pergeseran aktivitas peserta latih
dan pelatih yakni dengan menonjolkan peran serta aktif peserta latih.

Akhirya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim
penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain modul ini dapat
memberikan manfaat.

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,


Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................v
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ...................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 2
1.2. Deskripsi Singkat ................................................................................... 3
1.3. Standar Kompetensi .............................................................................. 3
1.4. Kompetensi Dasar ................................................................................. 3
1.5. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok .................................................... 3
1.6. Estimasi Waktu ...................................................................................... 4
BAB 2 PENGANTAR DAN PRINSIP KESELAMATAN PADA PEKERJAAN JALAN ........ 5
2.1. Peraturan Terkait Keselamatan pada Pekerjaan Jalan .......................... 6
2.2. Keselamatan Jalan di Kontrak Pekerjaan Jalan ..................................... 9
2.3. Prinsip Pengelolaan Lokasi Pekerjaan Jalan yang Berkeselamatan..... 10
2.4. Rangkuman.......................................................................................... 11
2.5. Latihan ................................................................................................. 12
BAB 3 PROSES PENYUSUNAN RENCANA MANAJEMEN LALU LINTAS ................ 13
3.1. Jenis Pekerjaan Jalan ........................................................................... 14
3.2. Tahapan Pengelolaan Pekerjaan Jalan ................................................ 15
3.3. Konsep Zona Lokasi Pekerjaan Jalan ................................................... 26
3.4. Penyusunan Rencana Manajemen Lalu Lintas .................................... 35
3.5. Rangkuman.......................................................................................... 47
3.6. Latihan ................................................................................................. 47

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN iii


BAB 4 PELAKSANAAN MANAJEMEN LALU LINTAS DI PEKERJAAN JALAN........... 48
4.1. Perangkat Pengelolaan Lalu Lintas pada Pekerjaan Jalan ................... 49
4.2. Tahapan Pelaksanaan Manajemen Lalu Lintas pada Pekerjaan Jalan. 52
4.3. Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Lalu Lintas .................................... 53
4.4. Mengakhiri atau Melepas Perangkat Manajemen Lalu Lintas Setelah
Pekerjaan Jalan Selesai ....................................................................... 53
4.5. Rangkuman.......................................................................................... 54
4.6. Latihan ................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 55
GLOSARIUM......................................................................................................... 56

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lima Tahap dalam Pengelolaan Lokasi Pekerjaan Jalan .................... 15


Gambar 2 Penahapan Pekerjaan Jalan ................................................................ 17
Gambar 3 Pergerakan Lalu Lintas pada Area Pekerjaan Jalan ............................ 18
Gambar 4 Zona Pekerjaan pada Umumnya ........................................................ 28
Gambar 5 Contoh Rencana Manajemen Lalu Lintas ........................................... 35
Gambar 6 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 1......................................................... 37
Gambar 7 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 2......................................................... 39
Gambar 8 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 3......................................................... 40
Gambar 9 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 4......................................................... 41
Gambar 10 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 5 ...................................................... 42
Gambar 11 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 6 ...................................................... 43
Gambar 12 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 7 ...................................................... 44
Gambar 13 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 8 ...................................................... 45
Gambar 14 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 9 ...................................................... 46
Gambar 15 Bingkai Rambu Multi Pesan yang Terbuat dari Bahan Metal Hitam
Ringan .............................................................................................. 51

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN v


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Zona dan Tujuan..................................................................... 28


Tabel 2 Panjang Zona Peringatan Dini (meter) .................................................. 30
Tabel 3 Panjang Zona Pemandu Transisi (Taper) ................................................ 31
Tabel 4 Panduan Penentuan Kecepatan di Area Kerja ........................................ 34

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN vi


PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Petunjuk penggunaan modul Diklat Jalan Berkeselamatan ini digunakan untuk


mempermudah peserta dalam memahami materi Keselamatan pada Lokasi
Pekerjaan Jalan. Adapun teknik penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Peserta Diklat Jalan Berkeselamatan membaca dengan seksama setiap
bab dan coba dibandingkan dengan pedoman dari peraturan yang ada
dan ketentuan terkait, kemudian disesuaikan dengan pengalaman
peserta yang telah dialami di lapangan.
2. Jawablah pertanyaan dan latihan, apabila masih belum dapat menjawab
dengan sempurna, hendaknya peserta Diklat Jalan Berkeselamatan
latihan mengulang kembali materi yang belum dikuasai
3. Selanjutnya buatlah rangkuman, kemudian buatlah latihan dan diskusi
dengan sesama peserta Diklat Jalan Berkeselamatan untuk
memperdalam materi.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN vii


BAB 1
PENDAHULUAN

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 1


1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Pekerjaan di jalan penting dan tidak dapat dihindari di jaringan jalan mana pun.
Jalan baru harus dibangun, jalan yang sudah ada harus dipelihara, kadang-kadang
jalan harus diduplikasi atau ditingkatkan. Jembatan dan jalan layang baru
dibangun dan beragam manajemen lalu lintas diberlakukan.
Pada umumnya pekerjaan jalan dilaksanakan dekat dengan atau di arus lalu
lintas. Bahkan, jalan baru (seperti jalan tol baru) yang dibangun di tengah sawah
dan bebas dari arus lalu lintas, akhirnya pasti terhubung dengan jalan yang sudah
ada.
Kalau tidak diatur dengan cermat, lokasi pekerjaan jalan dapat meningkatkan
risiko bagi pemakai jalan ataupun pekerja. Pihak pelaksana pembangunan jalan
baru atau pemeliharaan/peningkatan jalan yang sudah ada sering perlu
mengambil sebagian jalan untuk pekerjaannya. Hal ini dapat mengganggu lalu
lintas, menimbulkan kemacetan, membuat pemakai jalan kesal karena
perjalanannya terhambat. Namun, yang paling penting, pekerjaan jalan juga
dapat menyebabkan kecelakaan sehingga pemakai jalan atau pekerja terluka
atau tewas saat melakukan tugas keseharian.
Keselamatan di lokasi pekerjaan jalan adalah bagian penting dari pembangunan
dan pemeliharaan jalan yang sering diabaikan di Indonesia. Manajemen yang
menyediakan keselamatan lokasi pekerjaan jalan adalah tanggung jawab yang
harus dipikul oleh pengelola jalan.
Keselamatan jalan di Indonesia telah diatur di Undang- Undang No. 38 Tahun
2004 tentang Jalan, Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan,
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta
RUNK (Rencana Umum Nasional Keselamatan) jalan yang telah diluncurkan.
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam pembinaan jalan di
Indonesia dan dalam pembangunan jalan nasional telah melaksanakan berbagai
upaya dalam peningkatan keselamatan jalan.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 2


Upaya meningkatkan keselamatan jalan harus diupayakan tidak hanya kepada
pengguna jalan semata, tetapi juga kepada pembuat kebijakan yaitu Aparatur
Sipil Negara (ASN), dengan meningkatkan profesionalisme ASN melalui
Pendidikan dan Pelatihan Jalan Berkeselamatan dengan modul Keselamatan
pada Lokasi Pekerjaan Jalan
Dengan demikian para ASN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat atau Kemen PU-PR pada umumnya dan Ditjen Bina Marga khususnya
diharapkan mampu menyediakan prasarana jalan yang memberikan keselamatan
bagi penggunanya.

1.2. Deskripsi Singkat


Mata Diklat ini membahas tentang keselamatan pada pekerjaan jalan di
Indonesia. Diklat dilakukan dengan menggunakan metoda pelatihan orang
dewasa (andragogi) yang meliputi ceramah, tanya jawab, pemaparan dan diskusi.

1.3. Standar Kompetensi


Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan mampu memahami
cara pengelolaan lokasi pekerjaan jalan agar lebih berkeselamatan.

1.4. Kompetensi Dasar


Kompetensi dasar yang akan dicapai dari pembelajaran ini antara lain:
1. Peserta mampu memahami prinsip pengelolaan lokasi pekerjaan jalann
agar lebih berkeselamatan
2. Peserta mampu memahami penyusunan rencana manajemen lalu lintas
di pekerjaan jalan
3. Peserta mampu memahami pelaksanaan manajemen lalu lintas di
pekerjaan jalan.

1.5. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Dalam modul Keselamatan pada Lokasi Pekerjaan Jalan ada 3 (tiga) materi yang
akan dibahas, yaitu:
1. Pengantar dan Prinsip Keselamatan pada Pekerjan Jalan, meliputi:
a. Peraturan terkait keselamatan pada pekerjaan jalan
b. Keselamatan jalan di kontrak pekerjaan jalan
c. Prinsip pengelolaan lokasi pekerjaan jalan yang berkeselamatan

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 3


2. Proses Penyusunan Rencana Manajemen Lalu Lintas, meliputi:
a. Jenis pekerjaan jalan
b. Tahapan pengelolaan pekerjaan jalan
c. Konsep zona lokasi pekerjaan jalan
d. Penyusunan rencana manajemen lalu lintas
3. Pelaksanaan Manajemen Lalu Lintas pada Pekerjaan Jalan, meliputi:
a. Perangkat pengelolaan lalu lintas pada pekerjaan jalan
b. Tahapan pelaksanaan manajemen lalu lintas pada pekerjaan jalan
c. Evaluasi pelaksanaan manajemen lalu lintas
d. Mengakhiri atau mencopoti perangkat manajemen lalu lintas setelah
pekerjaaan jalan selesai

1.6. Estimasi Waktu


Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata diklat “Keselamatan pada Lokasi Pekerjaan Jalan” pada peserta diklat teknis
ini adalah 5 (lima) jam pelajaran.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 4


BAB 2
PENGANTAR DAN PRINSIP KESELAMATAN
PADA PEKERJAAN JALAN

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 5


2. Pengantar dan Prinsip Keselamatan
pada Pekerjaan jalan

Indikator keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat


diharapkan mampu menjelaskan prinsip-prinsip
keselamatan pada pekerjaan jalan

2.1. Peraturan Terkait Keselamatan pada Pekerjaan Jalan

2.1.1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006


tentang Jalan
a. Pasal 93:
Penyelenggara Jalan wajib menjaga kelancaran dan keselamatan
lalu lintas selama pelaksanaan konstruksi jalan.
b. Pasal 98:
Pelaksanaan pemeliharaan jalan harus memperhatikan
keselamatan pengguna jalan dengan penempatan perlengkapan
jalan secara jelas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006
tentang Jalan merupakan turunan dari Undang-Undang No. 38
Tahun 2004 tentang Jalan.

2.1.2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2010 terkait


dengan Tugas dan Fungsi Audit Keselamatan Jalan.
a. Pasal 115
Dalam melaksanakan tugas, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
menyelenggarakan salah satu fungsinya di butir f) yaitu pelaksanaan
audit keselamatan jalan, termasuk audit pada tahapan pelaksanaan
konstruksi.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 6


b. Pasal 421
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Preservasi Jalan melalui
Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi
b) yaitu Pembinaan pelaksanaan program audit keselamatan dan
pengaman pemanfaatan jalan.

2.1.3. Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK)


Deklarasi Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) pada tanggal 20
Juni 2011 sejalan dengan Amanat Undang-Undang No 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum
bertanggung jawab dalam menyediakan jalan yang berkeselamatan (safer
road) sesuai dengan pilar ke 2 RUNK, dan sejalan dengan Renstra Bina
Marga 2014-2019 dalam mengakomodir program peningkatan
keselamatan jalan, termasuk keselamatan pada tahap pelaksanaan
pekerjaan jalan.

2.1.4. Instruksi Direktur Jenderal Bina Marga No.02/in/db/2012 tentang


Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan.
Dalam rangka melaksanakan rencana aksi Pilar ke-2 jalan yang
berkeselamatan: yaitu khususnya pada perencanaan dan pelaksanaan
pekerjaan jalan (termasuk perlengkapan jalan) yang berkeselamatan,
selanjutnya diinstruksikan kepada para Direktur dilingkungan Ditjen Bina
Marga (termasuk juga Kepala Badan Pengatur Jalan Tol, Kepalai Balai
Besar/ Balai Pelaksanaan Jalan Nasional di lingkungan Ditjen Bina Marga
dan Kepala SNVT di lingkungan Ditjen Bina Marga ) untuk, antara lain:
 Mewujudkan infrastruktur jalan yang lebih berkeselamatan bagi
pengguna jalan melalui program Rencana Umum Nasional
Keselamatan Jalan.
 Melakukan rekayasa keselamatan jalan pada tahap perencanaan
jalan, konstruksi jalan dan operasional jalan.
 Dalam melakukan rekayasa keselamatan jalan sebagaimana yang
dimaksud, berpedoman pada:
1. Panduan Teknis-1: Rekayasa Keselamatan Jalan
2. Panduan Teknis-2: Manajemen Hazard Sisi Jalan

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 7


3. Panduan Teknis-3: Keselamatan di Zona Pekerjaan Jalan.

2.1.5. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan
a. Pasal 23
Penyelenggara Jalan dalam melaksanakan preservasi jalan dan/atau
peningkatan kapasitas jalan wajib menjaga keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan
jalan.
b. Pasal 203 :
Pemerintah bertanggung jawab atas terjaminnya keselamatan lalu
lintas dan angkutan jalan.
c. Pasal 206 Ayat 1:
Pengawasan terhadap pelaksanaan program Keamanan dan
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan meliputi:
1) Audit;
2) Inspeksi; dan
3) Pengamatan dan pemantauan.
Audit bidang Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dilaksanakan oleh auditor independen yang ditentukan oleh
Pembina Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2.1.6. Instruksi Presiden Republik Indonesia No 4 Tahun 2013 Tentang


Program decade Aksi Keselamatan Jalan
Inpres 4/2013 bertujuan untuk memperkuat koordinasi antar pemangku
kepentingan di bidang keselamatan jalan. Dalam rangka penguatan
koordinasi antar pemangku kepentinga di bidang keselamatan jalan dan
untuk pelaksanaan Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 64/255
tanggal 10 Maret 2010 tentang Improving Global Road Safety melalui
Progra Decade of Action for Road Safety 2011-2020.
Kementerian terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan
sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing masing untuk melaksanakan
Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Instruksi Presiden ini.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 8


Kementerian Pekerjaan Umum untuk melaksanakan pilar 2, yaitu:
a. Badan Jalan yang Berkeselamatan;
b. Perencanaan dan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan yang
Berkeselamatan;
c. Perencanaan dan Pelaksanaan Perlengkapan Jalan;
d. Penerapan Manajemen Kecepatan;
e. Menyelenggarakan Peningkatan Standar Kelaikan Jalan yang
Berkeselamatan;
f. Lingkungan Jalan yang Berkeselamatan;
g. Kegiatan Tepi Jalan yang Berkeselamatan.
Menteri Pekerjaan Umum untuk Pilar II, yang bertanggung jawab untuk
menyediakan infrastruktur jalan yang lebih berkeselamatan dengan
melakukan perbaikan mulai tahap perencanaan, desain, konstruksi dan
operasional jalan.

2.1.7. Peraturan Lain terkait Keselamatan Jalan


Terdapat beberapa peraturan dan norma, standar, pedoman, serta manual
(kriteria) yang digunakan dalam melaksanakan rekayasa keselamatan jalan,
khususnya pada tahap pelaksanaan pekerjaan jalan antara lain:
a. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 13 Tahun 2014 tentang
Rambu Lalu Lintas
b. Direktorat Jenderal Bina Marga, 036/T/BM/1997, Manual
Kapasitas Jalan Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, 1997;
c. Direktorat Jenderal Bina Marga, No. 038/T/BM/1997, Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen Pekerjaan Umum, 1997;
d. Direktorat Jenderal Bina Marga, 032/T/BM/1999, Pedoman
Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Umum, Departemen
Pekerjaan Umum, 1999;

2.2. Keselamatan Jalan di Kontrak Pekerjaan Jalan


Pada Spesifikasi Umum tahun 2010 Revisi 3 dalam dokumen kontrak pekerjaan
fisik, khususnya pada Divisi 1.8 tentang Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas,
terdapat ketentuan tentang kewajiban dari pihak penyedia jasa, dalam hal ini

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 9


kontraktor pekerjaan fisik untuk menyediakan perlengkapan dan tenaga
manajemen keselamatan lalu lintas.
Pengaturan lalu lintas selama konstruksi harus dituangkan dalam Rencana
Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL) yang disusun oleh Penyedia Jasa
berdasarkan tahapan dan metoda pelaksanaan pekerjaan.
Penyedia Jasa harus menjaga seluruh kegiatan pekerjaan sepanjang jalan dalam
kondisi sedemikian agar lalu lintas dapat terbuka dengan selamat dan seluruh
pekerja dan pengguna jalan terlindungi.
RMKL harus disusun oleh tenaga ahli keselamatan jalan dari penyedia jasa,
disampaikan pada saat rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi (PCM)
dan mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Pada Lampiran 1.8.A Spesifikasi Umum tersebut, dicantumkan contoh-contoh
pengaturan lalu lintas yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun
rencana manajemen lalu lintas. Dan pada Lampiran 1.8.B, dicantumkan daftar
ketentuan minimum perlengkapan jalan sementara untuk setiap zona.

2.3. Prinsip Pengelolaan Lokasi Pekerjaan Jalan yang Berkeselamatan


Manajemen lalu lintas di lokasi pekerjaan jalan memerlukan standar
keselamatan lebih tinggi daripada di jaringan jalan yang lain. Misalnya penutupan
atau penyempitan lajur, belokan tajam, dan berbagai perubahan geometrik lain
yang drastis atau mendadak harus dirancang dari faktor kecepatan, peringatan
dini, dan pemasangan delienator untuk memberikan pemakai jalan peringatan
yang jelas.
Rambu dan berbagai perangkat yang digunakan di lokasi pekerjaan jalan adalah
bentuk komunikasi vital dengan pemakai jalan. Tanpa sistem perambuan yang
rasional dan konsisten di lokasi pekerjaan, keselamatan pekerja dan pemakai
jalan akan terancam.
Keselamatan pekerjaan di jalan adalah istilah untuk penempatan rambu,
barikade/pagar, delineator, dan perangkat penyelamat lain untuk mengurangi
risiko bagi pemakai jalan dan pekerja di lokasi pekerjaan jalan, selain demi
kepraktisan pelaksanaan pekerjaan.
Banyak ahli teknik jalan yang meremehkan pentingnya pekerjaannya dalam
mengurangi kecelakaan di jalan. Ahli teknik mungkin tidak menyadari bahwa
kebanyakan kesalahan manusia yang dilakukan oleh pengemudi/pengendara

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 10


sebenarnya disebabkan oleh ketidakcermatan ahli teknik. Tanda peringatan tidak
dipasang di tempat yang seharusnya; pekerjaan jalan “muncul” begitu saja tanpa
Manajemen Lalu Lintas (MLL); sepenggal perkerasan jalan baru yang kokoh tidak
diberi delineator atau tanda peringatan sehingga, pada malam hari,
pengemudi/pengendara mendapat kejutan besar saat anjlok ke permukaan jalan
lama dalam kecepatan tinggi.
Ahli teknik keselamatan jalan dapat meningkatkan keselamatan di lokasi
pekerjaan jalan dengan menempatkan diri sebagai pemakai jalan dan memikirkan
kebutuhannya. Ahli teknik yang peduli akan keselamatan jalan, di samping
keselamatan dan kesehatan para pekerja di lokasi, akan mengambil langkah
dengan meletakkan rambu yang jelas, delineator yang tepat, dan pembatasan
kecepatan yang jelas. Hal ini tidak sulit dan biayanya juga tidak besar. Jadi, ahli
teknik mampu mengubah keadaan! Ahli teknik dapat mengupayakan pekerjaan
di jalan yang lebih berkeselamatan dan menyelamatkan nyawa dan mencegah
cedera.

2.4. Rangkuman
1. Dalam kaitan keselamatan pada pekerjaan jalan, tercantum dalam PP
34/2006 tentang Jalan dan UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, yang mewajibkan penyelenggara jalan menjaga
kelancaran dan keselamatan lalu lintas selama pelaksanaan konstruksi
jalan. Terdapat juga pada Permen PU 21/2010 yang terkait dengan
tugas dan fungsi audit keselamatan jalan (termasuk audit pada tahap
pelaksanaan konstruksi jalan) di Balai Pelaksanaan Jalan Nasional.
Selain itu juga, disebutkan dalam RUNK, Inpres 4/2013 tentang
Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan dan terlebih diatur detail
teknisnya dalam Instruksi Dirjen Bina Marga 02/In/Db/2012 tentang
Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan.
2. Pada tataran pelaksanaan, telah dicantumkan dalam Spesifikasi Umum
2010 revisi 3 pada divisi 1.8 tentang Manajemen dan Keselamatan Lalu
Lintas, yang harus dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan jalan
(kontraktor dan konsultan supervisi).
3. Para ahli teknik jalan perlu menyadari bahwa kesalahan manusia yang
dilakukan oleh pengemudi/pengendara, sebenarnya disebabkan oleh
ketidak-cermatan ahli teknik jalan.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 11


2.5. Latihan
1. Jelaskan apa yang diatur dalam Instruksi Direktur Jenderal Bina Marga
02/In/Db/2012 mengenai keselamatan pada pekerjaan jalan!
2. Peraturan apa saja yang mengatur atau mewajibkan penyelenggara
jalan menjaga keselamatan pada pekerjaan jalan!

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 12


BAB 3
PROSES PENYUSUNAN RENCANA
MANAJEMEN LALU LINTAS

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 13


3. Proses Penyusunan Rencana
Manajemen Lalu Lintas

Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat


diharapkan mampu:

- menjelaskan jenis pekerjaan jalan

- menjelaskan tahapan pengelolaan pekerjaan jalan

- menjelaskan konsep zona lokasi pekerjaan jalan

- menjelaskan penyusunan rencana manajemen lalu


lintas

3.1. Jenis Pekerjaan Jalan


Ada dua kategori pekerjaan di jalan:

 Pekerjaan jangka panjang (lebih dari satu hari)


 Pekerjaan jangka pendek (tidak ada pekerjaan malam hari).
Ada pekerjaan jangka pendek yang stasioner (misalnya menambal lubang) dan
yang berpindah (membuat marka).
Setiap kategori pekerjaan di jalan harus diberi rambu yang sesuai dengan prinsip
umum perambuan. Rambu harus memberikan pengemudi/pengendara
peringatan dini yang benar dan bertahap tentang perubahan kondisi lalu lintas
dan cara melintasinya sehingga pengemudi/pengendara dapat melewati
pekerjaan jalan dengan selamat. Selain itu, perambuan harus konsisten, mudah
dipahami, dan sama di semua pekerjaan di jalan.
Perambuan harus memberi peringatan tentang jenis dan bentuk rintangan serta
bagaimana pemakai jalan dapat melewati area pekerjaan. Selain itu, perambuan
harus konsisten, mudah dimengerti dan dikenali di semua area pekerjaan, di
sepanjang jalan.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 14


Biasanya setiap kategori pekerjaan jalan memerlukan jenis dan skala manajemen
lalu lintas yang berbeda. Oleh karena itu, perencanaan tahapan pekerjaan jalan
yang lebih awal, serta perancangan RMKL yang tepat dan berkeselamatan, adalah
dua langkah terpenting yang dapat kita ambil demi keselamatan di lokasi
pekerjaan jalan.

3.2. Tahapan Pengelolaan Pekerjaan Jalan


Terdapat 5 (lima) tahap manajemen lokasi pekerjaan jalan. Lima tahap tersebut
adalah:

 Tahap perencanaan
 Tahap perancangan
 Tahap pelaksanaan
 Tahap operasi dan
pemeliharaan
 Tahap penutupan

Gambar 1 Lima Tahap dalam Pengelolaan Lokasi Pekerjaan Jalan

Setiap tahap mempunyai peran penting yang berbeda dalam pekerjaan jalan.
Kontraktor sebaiknya mulai dengan menunjuk seorang ahli teknik sebagai
pelaksana yang bertanggung jawab atas keselamatan jalan di lokasi pekerjaan.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 15


Mengembangkan RMLL perlu pengetahuan dan pengalaman. Tidak mungkin
sekadar “copy-paste” dari Internet atau memfotokopi manual lain. Setiap lokasi
memerlukan perhatian penuh dan rinci karena tidak ada lokasi proyek yang
sama.

3.2.1. Tahap Perencanaan


Pada tahap ini perlu mengumpulkan semua informasi yang diperlukan
untuk mengembangkan RMLL yang efektif dan berkeselamatan.
a. Langkah 1: Tentukan kategori pekerjaan jalan
Pekerjaan jalan terbagi dalam tiga kategori:
 Pekerjaan jangka panjang
 Pekerjaan jangka pendek stasioner
 Pekerjaan jangka pendek berpindah
RMLL untuk pekerjaan jangka panjang di jalan raya yang sibuk
pastilah menuntut perhatian lebih daripada (misalnya) pekerjaan
jangka pendek stasioner di jalan arteri di wilayah perkotaan.
b. Langkah 2: Tentukan tahapan proyek
Mulailah dengan menentukan bagaimana lalu lintas di lokasi
pekerjaan jalan akan diatur:
 pergerakan melintasi area pekerjaan dengan kondisi yang
dikontrol secara menyeluruh, atau
 pergerakan melewati area pekerjaan dengan lajur yang
diarahkan di sebelah area tanpa menyentuh area kerja, atau
 pergerakan mengitari area proyek dengan pengalihan lalu
lintas ke jalur sementara atau jalur alternatif ke jalan yang
sudah ada, atau
 jalan ditutup pada periode tertentu saat pekerjaan
berlangsung.
Penahapan pekerjaan di jalan akan berpengaruh besar pada
keselamatan jalan di tempat pekerjaan. Ahli teknik yang
bertanggung jawab atas keselamatan pekerjaan di jalan harus
berkomunikasi dengan Manajer Proyek untuk menentukan
tahapan pengerjaan.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 16


RMLL dapat menjadi tugas sederhana atau justru sangat kompleks,
bergantung pada penahapan pekerjaan, biaya penyediaan
rambu/peralatan RMLL mungkin rendah (satu area pekerjaan) atau
justru menjadi sangat tinggi (banyak area pekerjaan).

Gambar 2 Penahapan Pekerjaan Jalan

c. Langkah 3: Tentukan kelas jalan, volume dan komposisi lalu


lintas
Keselamatan pekerja dan pemakai jalan akan lebih terjamin
dengan memastikan bahwa area pekerjaan diatur sedemikian rupa
sehingga pergerakan lalu lintas hanya mengalami gangguan
minimal. Sebaiknya dipertimbangkan bagaimana proyek dapat
diatur untuk meminimalkan:
 Gangguan pergerakan dan pola lalu lintas rutin
 Hambatan lalu lintas saat jam sibuk
MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 17
 Hambatan kendaraan umum
 Penutupan jalan di saat pengerjaan.
Perlu meminimalkan hambatan lalu lintas dengan tetap membuka
lajur sebanyak yang diperlukan, misalnya meminimalkan
hambatan lalu lintas dengan melakukan sebagian besar pekerjaan
pada malam hari.
d. Langkah 4: Tentukan ke mana arus lalu lintas akan mengalir
Lalu lintas akan terus mengalir, jadi harus mengambil berbagai
keputusan tentang ke mana arus lalu lintas itu akan diarahkan:
melintasi, melewati, atau memutari area pekerjaan.

Gambar 3 Pergerakan Lalu Lintas pada Area Pekerjaan Jalan

e. Langkah 5: Perhatikan keselamatan pekerja


Apakah ini pekerjaan jangka panjang atau jangka pendek?
Keselamatan pekerja dalam pekerjaan jangka pendek dapat dijaga
dengan menggunakan cara kerja yang tidak membuat pekerja
terlalu lama bekerja dekat kendaraan lewat. Metode pencegahan
seperti pakaian berwarna terang, peralatan peringatan, dan ada

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 18


pekerja bergantian mengawasi jalan, mungkin cocok untuk
pekerjaan jangka pendek. Jika jenis manajemen tersebut tidak
cocok karena alasan apa pun, gunakan yang lebih substansial
(perambuan).
Jika pekerjaan jangka panjang, bagaimana cara melindungi pekerja
dari lalu lintas di lokasi? Dengan petunjuk tegas dan kecepatan
rendah, atau dengan pagar di antara area kerja dan arus lalu lintas?
Atau (jika keadaan tidak memungkinkan pemagaran) perlindungan
dapat dibantu dengan memberi jarak bebas lateral yang cukup
antara tepi area pekerjaan dan lajur kendaraan terdekat.
Bagaimana mengontrol kecepatan arus lalu lintas yang melewati
area pekerjaan? Dengan pembatasan kecepatan sementara dan
bantuan polisi, atau dengan cara lain, seperti penggunaan polisi
tidur, rambu, dan delineator.
f. Langkah 6: Perhatikan cara terbaik menjaga keselamatan
pesepeda dan pejalan kaki
Jalur sementara pesepeda dan pejalan kaki harus dibuat dalam
skala dan lebar yang sama dengan fasilitas lalu lintas pesepeda dan
pejalan kaki sebelumnya.
1) Permukaan jalan dan/atau penyeberangan harus
berkeselamatan dan nyaman.
2) Penyeberangan harus sedekat mungkin dengan jalur yang
diinginkan pejalan kaki, di mana pejalan kaki perlu
menyeberang. Standar penyeberangan (lebar dan kualitas
permukaan) harus sama dengan penyeberangan sebelumnya.
Rambu-rambu yang benar diperlukan di tempat
penyeberangan.
3) Jika lalu lintas pejalan kaki dekat ke jalan, jalur pejalan kaki
harus dipisahkan dari lalu lintas kendaraan. Pagar ramp (tanpa
tonjolan atau tiang yang membahayakan), atau kerucut lalu
lintas atau tiang pengarah dapat digunakan, apabila:
a) jarak dari pembatas jalur lalu lintas sedikitnya 1,2 meter
dan kecepatan maksimal kendaraan 60 km/jam atau lebih
lambat; atau

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 19


b) jika jarak dari pembatas lalu lintas kurang dari 1,2 meter,
kecepatan maksimal kendaraan tidak boleh lebih dari 40
km/jam.
4) Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi, pagar keselamatan
(dipasang dengan benar) harus dipertimbangkan. Pagar
keselamatan memerlukan perhatian ekstra agar selalu
terhubung dan terpasang dengan mantap.
5) Kualitas penerangan tidak boleh kurang daripada yang telah
disediakan di jalur pejalan kaki atau penyeberangan yang lama.
Setelah mempertimbangkan banyak rincian selama tahap
perencanaan, sekarang mulai dapat memulai tahap perancangan
dengan merancang rencana manajemen lalu lintas untuk lokasi
pekerjaan jalan kita.

3.2.2. Tahap Perancangan


RMLL adalah rancangan yang dengan jelas memperlihatkan semua rambu,
delineator, pagar, dan perangkat lain yang akan dipasang dan dikelola di
kawasan kerja selama proyek dilaksanakan. Jika pekerjaan terdiri dari
beberapa tahap, harus ada RMLL untuk masing-masing.
RMLL harus disusun untuk semua pekerjaan di jalan: jangka pendek dan
panjang. Jumlah waktu dan sumber daya yang diberikan untuk penyusunan
setiap RMKL berbeda sesuai dengan proyeknya. Misalnya penyusunan
RMLL untuk pekerjaan jalan jangka pendek biasanya membutuhkan waktu
dan sumber daya yang lebih sedikit daripada RMKL untuk pekerjaan jalan
jangka panjang.
Ketika menyusun RMLL, mulailah dengan mengamati berbagai masalah
skala besar, dan secara bertahap menjabarkan rinciannya. Masalah skala
besar dapat didekati dalam tiga langkah.
a. Rancangan Langkah 1: Pertimbangkan berbagai risiko di
lokasi pekerjaan jalan
Berikut ini beberapa hazard yang mungkin ditemui di lokasi
pekerjaan jalan dan harus diuraikan di dalam RMLL:
Area pekerjaan tidak terlihat dari jarak yang cukup.
 Lalu lintas berkecepatan tinggi melewati area pekerjaan.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 20


 Lalu lintas padat di lokasi pekerjaan.
 Jalan sempit tanpa jalur untuk menghindar.
 Pekerja terlalu dekat dengan arus lalu lintas.
 Adanya sejumlah bahaya yang tidak tertutup.
 Penggalian di dekat arus lalu lintas.
 Permukaan jalan kasar atau tidak diaspal (karena ada
pekerjaan jalan).
 Material yang tidak diamankan di jalan.
 Banyak kendaraan berat melewati area pekerjaan.
 Kendaraan proyek keluar-masuk area pekerjaan.
 Pesepeda/pejalan kaki melewati area pekerjaan. Ketika
memutuskan cara mengelola risiko dan menjaga agar lokasi
pekerjaan jalan berkeselamatan, harus
 mempertimbangkan hal berikut ini:
 Besarnya hazard dan risiko.
 Banyaknya pengetahuan tentang hazard atau risiko itu.
 Jenis pekerjaan di jalan (mis. jangka panjang atau jangka
pendek).
 Ketersediaan dan kepraktisan langkah pengendalian hazard
atau risiko.
 Biaya pemindahan atau mitigasi hazard atau risiko itu.
b. Rancangan Langkah 2: Pertimbangkan Langkah
Pengendalian Risiko yang dapat digunakan di lokasi
pekerjaan jalan
Contoh berikut ini adalah pilihan praktis di setiap langkah
pengendalian risiko.

1) Eliminasi Bahaya/Risiko – Apakah bahaya/risiko dapat


dihilangkan?
o Alihkan arus lalu lintas dari area pekerjaan.
o Buat jalur sementara.
o Tutup jalan selama pelaksanaan pekerjaan.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 21


2) Pengendalian Teknis – Langkah teknis atau perangkat
pelindung apa yang dapat diimplementasikan untuk
mengendalikan bahaya?
o Barikade penyelamat.
o Penutupan lajur.
o Membalik arah lalu lintas.
o Rambu portabel.
o Pagar pencegah tabrakan.
o Penggunaan kendaraan pemandu.
o Menambah jarak dari jalan ke area pekerjaan.
3) Manajemen dan Pelindungan pekerja – Apa yang dapat
dilakukan untuk menyesuaikan sifat arus lalu lintas yang
melewati area pekerjaan?
o Pembatasan kecepatan.
o Perambuan.
o Kerucut lalu lintas dan tiang pengarah.
o Pemandu lalu lintas.
o Pengarahan arus kendaraan.
o Kendaraan pemandu.
o Rambu Pesan Variabel (RPV).
o Rambu dan perangkat yang dipasang di kendaraan
(misalnya tanda panah berkedip).
o Pertimbangkan apakah bekerja di malam hari lebih
berkeselamatan.
o Pakaian penyelamat untuk semua pekerja. Dalam
mempertimbangkan langkah pengendalian risiko yang
dapat diterapkan di lokasi pekerjaan jalan, perlu dicatat
bahwa sering kali ada berbagai sasaran yang
berkompetisi untuk diprioritaskan, seperti:
o Memaksimalkan keselamatan pekerja dan pemakai
jalan.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 22


o Meminimalkan kelambatan lalu lintas.
o Mengelola biaya pengendalian risiko demikian rupa
sehingga tergabung dengan biaya pekerjaan lain yang
terkait.
c. Rancangan langkah 3: Memutuskan Langkah Pengendalian
Risiko yang akan diimplementasikan
Setelah mempertimbangkan segala risiko, harus memutuskan
langkah pengendalian risiko yang akan diterapkan setelah
berkonsultasi dengan yang akan bekerja di lokasi pekerjaan jalan
atau yang akan mengawasi pekerjaan.
Sekarang perlu mempertimbangkan secara rinci masalah khusus di
dalam RMLL:
 Penataan perangkat pengendali lalu lintas di setiap tahap
pekerjaan.
 Penataan dan jumlah pengawas lalu lintas yang diperlukan di
setiap tahap pekerjaan.
 Keunikan lokasi yang perlu dicatat, seperti sekolah atau
rumah sakit di dekatnya, atau jalan masuk ke pertokoan.
 Penyediaan tempat untuk kendaraan berukuran besar.
 Penyediaan jalur berkeselamatan untuk pejalan kaki,
pesepeda, dan kaum difabel.
 Dampak pada angkutan umum.
 Potensi antrean lalu lintas yang menuju area konflik (Mis.
menyeberang lintasan kereta api).
 Penyediaan jalan masuk ke perumahan di dekat lokasi
pekerjaan jalan.
 Rentang waktu dan saat pekerjaan dilaksanakan (MIs.
operasi pada siang atau malam hari).
 Pengaturan lalu lintas di lokasi pekerjaan jalan di luar jam
kerja atau ketika pekerja tidak berada di lokasi (“jam bebas
yang berkeselamatan”).
 Perincian tempat pelayanan gawat darurat.
 Pengaturan komunikasi.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 23


RMLL yang dirancang dengan baik akan membantu dalam
menanggulangi masalah yang begitu lazim dalam pekerjaan jalan
pada saat ini. Misal menempatkan rambu peringatan terlalu dekat
dengan area pekerjaan, menggunakan rambu yang salah,
menggunakan taper yang panjangnya tidak memadai, dan
menggunakan delineator yang tidak berkeselamatan. Terlalu banyak
”kejutan” yang ditemui pemakai jalan di lokasi pekerjaan jalan.

3.2.3. Tahap Pelaksanaan


RMLL menunjukkan semua rambu dan perangkat yang akan dipasang
berikut tempat masing-masing di lokasi pekerjaan jalan. RMLL akan
digunakan oleh kontraktor untuk memastikan bahwa semua rambu dan
perangkat yang benar dipasang di tempat yang benar.
Untuk memastikan RMLL memadai dan dilaksanakan dengan benar,
seharusnya RMKL ditinjau ulang, sebelum dan sesudah dilaksanakan di
lokasi pekerjaan jalan.
Sebelum pekerjaan apa pun di jalan dimulai, segala rambu dan perangkat
harus dipasang sesuai dengan RMLL yang telah disetujui dengan urutan:

 Berikan peringatan dini dan rambu pengarah yang menuju ke zona


peringatan, dimulai dari rambu di jarak paling jauh dari zona
pekerjaan dan bergerak maju zona pekerjaan.
 Tandai dengan rambu berupa taper ke dekat awal area pekerjaan.
 Segala perangkat pengarah yang harus berbentuk taper termasuk
panah berkedip (jika dipasang) di akhir taper.
 Segala delineator untuk perkerjaan jalan.
 Segala rambu lain yang diwajibkan untuk peringatan dan
pengaturan termasuk rambu akhir zona dan rambu untuk
menandai akhir zona kecepatan sementara.
Setelah RMLL dilaksanakan, harus ada peninjauan ulang untuk memastikan
bahwa RMLL itu berfungi sesuai dengan harapan. Peninjauan harus
berlangsung sebelum pekerjaan dimulai di lokasi. Jika ternyata perlu
pengubahan, harus dilakukan secepatnya.
Jangan memasang rambu lebih dari yang diperlukan. Lebih banyak rambu
tidak berarti perambuan yang lebih baik. Perambuan terbaik adalah bila
MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 24
rambu yang benar sudah dipasang di tempat yang mudah terlihat dan
dipelihara dengan baik. Pemakai jalan akan mematuhi perambuan yang
baik.
Informasi (via rambu lalu lintas) sebaiknya tidak diberikan terlalu jauh dari
area pekerjaan karena pengemudi/pengendara cenderung melupakan
atau meragukannya. Untuk area pekerjaan yang sangat panjang, informasi
yang diperlukan sebaiknya diulang setiap kurang dari 1000 meter.
Perangkat dan rambu lalu lintas harus diperiksa dan dijaga kondisinya
secara rutin. Pemeriksaan harian dilakukan terhadap rambu hilang atau
rusak dan harus segera diganti dalam waktu tidak lebih dari 1 jam, sebagai
tuntutan minimal.
Sekarang, peninjauan telah selesai dan segala masalah keselamatan telah
ditanggulangi, pekerjaan di jalan akan mulai. Kemudian memasuki tahap
operasi dan pemeliharaan di dalam pengelolaan lokasi pekerjaan jalan.

3.2.4. Tahap Operasi dan Pemeliharaan


Tim kontraktor mulai melaksanakan pekerjaan di jalan setelah mendapat
persetujuan dari Manajer Proyek, setelah berbagai peninjauan ulang atas
keselamatan jalan dibahas dan disetujui bersama.
Pengamatan dan evaluasi lebih lanjut harus dijalankan setiap hari selama
pekerjaan jalan berlangsung. Laporan tertulis (tanggal/ waktu/ hasil/
pelaksana) harus dibuat dan disimpan. Arsip itu harus ada jika diperlukan
sebagai acuan di kemudian hari.
Pengamatan harian harus meliputi pemeriksaan semua perangkat dan
rambu di RMLL. Jika rambu rusak, atau jika ada pembatas yang roboh,
semua harus diarsipkan dan diperbaiki sebagai prioritas utama.
Kunci dari keselamatan pekerjaan jalan adalah pengemudi/pengendara,
dalam keadaan apa pun, tidak boleh dikejutkan oleh gangguan aliran lalu
lintas yang disebabkan oleh pekerjaan jalan. Mereka harus mendapat
peringatan dini yang benar di semua lokasi pekerjaan jalan.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 25


3.2.5. Tahap Penutupan
Tahap “penutupan” adalah setelah pekerjaan di jalan berakhir dan selama
itu, pengaturan manajemen lalu lintas yang telah diterapkan (berbulan-
bulan dalam pekerjaan jangka panjang) harus dipindahkan.
Masalah keselamatan yang paling penting untuk diawasi dalam tahap ini
adalah memastikan bahwa tidak mengangkat rambu/delineator yang
masih diperlukan dan membiarkan hazard dalam keadaan terbuka
(walaupun hanya beberapa menit!).
Paling baik adalah memindahkan rambu dan perangkat di akhir pekerjaan
jalan dengan urutan terbalik dari saat pemasangan:
 Pertama, angkat semua rambu peringatan dan perintah di zona
terminasi (termasuk terminasi dan akhir rambu sementara untuk
zona pembatasan kecepatan).
 Kemudian, angkat delineator di sekitar zona pekerjaan dan zona
terminasi.
 Angkat segala perangkat pengarah dalam taper termasuk tanda
panah berkedip (jika digunakan) di akhir taper.
 Angkat rambu yang terletak sebelum taper atau di awal area
pekerjaan jalan.
 Terakhir, angkat rambu yang tersisa, termasuk peringatan dini dan
rambu perintah. Mulailah dengan rambu yang paling dekat dengan
zona pekerjaan dan kemudian mundur dari zona pekerjaan.

3.3. Konsep Zona Lokasi Pekerjaan Jalan


Konsep Zona adalah metode pemilahan area pekerjaan menjadi lima zona
terpisah berdasarkan fungsi.
Semua lokasi pekerjaan jalan yang diperkirakan berjalan 7 hari atau lebih harus
memiliki Rencana Manajemen Keselamatan Lalu Lintas (RMKL). Dalam
mengembangkan RMKL, ahli teknik harus menimbang banyak hal dan harus
menganggap bahwa lokasi pekerjaan jalan terdiri dari lima zona yang terpisah,
tetapi berhubungan. Dengan memperhatikan lima zona itu, rancangan
kebutuhan perambuan dan manajemen lalu lintas menjadi jauh lebih jelas.
Kelima zona itu adalah:

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 26


 Zona Peringatan Dini –Di bagian jalan ini pengendara diberi tahu bahwa
di depan ada pekerjaan di jalan dan apa yang nanti harus dilakukan. Zona
ini memperingatkan pengemudi/pengendara bahwa di depan ada Zona
Pekerjaan.
 Zona Pemanduan Transisi (Taper) – di zona ini pengemudi/pengendara
dipandu ke luar dari lintasan perjalanan mereka yang biasa. Zona ini
digunakan untuk memandu pengemudi/pengendara masuk ke lintasan
dan dalam kecepatan yang tepat.
 Zona Pekerjaan mencakupi Area Pekerjaan dan daerah penyangga
(Buffer Zone).
 Area Pekerjaan – tempat pekerjaan dilaksanakan secara fisik dan tempat
untuk pekerja, peralatan, perlengkapan, dan material.
 Zona Keselamatan (Buffer) – wilayah keselamatan longitudinal yang jauh
sebelum area pekerjaan untuk meningkatkan perlindungan dan
keselamatan pekerja. Area jarak bebas ini berukuran setidaknya 20
meter panjang, namun dapat diperpanjang jika area pekerjaan
tersembunyi dari pemakai jalan yang mendekat karena ada lekukan atau
tonjolan. Zona ini juga dilengkapi dengan buffer lateral di samping Zona
Pekerjaan untuk memberikan pekerja perlindungan tambahan.
 Zona Terminasi – di zona ini lalu lintas kembali normal setelah melewati
area pekerjaan. Zona ini digunakan untuk mengingatkan
pengemudi/pengendara akan akhir lokasi pekerjaan dan apa yang akan
ditemui dan diizinkan setelah keluar dari area pekerjaan.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 27


Gambar 4 Zona Pekerjaan pada Umumnya

Tabel 1 Klasifikasi Zona dan Tujuan

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 28


Fungsi Zona Peringatan Dini adalah memberikan pengemudi/pengendara
peringatan sebelum mencapai area pekerjaan jalan. Pengendara harus dapat
melihat rambu peringatan, mengerti kondisi di depan dan tahu apa yang harus
dilakukan.
Jarak yang diperlukan untuk mengurangi kecepatan sampai kecepatan yang
berkeselamatan bagi area pekerjaan sangat penting dalam menentukan panjang
Zona Peringatan Dini. Tabel 2 menunjukkan jarak rambu peringatan sebagai
fungsi kecepatan pendekat dan kecepatan yang diinginkan di Zona Kerja.
Rambu peringatan dini yang pertama dilihat oleh pengendara adalah rambu ”Ada
Pekerjaan Jalan” atau simbol Pekerja.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 29


Tabel 2 Panjang Zona Peringatan Dini (meter)

Kecepatan Kecepatan yang Diinginkan (km/jam)


Pendekat (km/jam)
henti 20 30 40

80 225 200 190 170

70 160 150 140 120

60 100 90 75 60

50 75 60 45 30

Ada kemungkinan terdapat masalah keselamatan sebelum zona peringatan dini,


yaitu kondisi lalu lintas padat atau macet. Dalam kondisi seperti ini, mungkin
dapat terbentuk antrian panjang. Hal ini dapat menimbulkan tabrakan depan-
belakang, bergantung pada kecepatan lalu lintas yang mendekat, dan jarak
pandang ke akhir antrian. Dalam hal ini, perlu mempertimbangkan penggunaan
rambu peringatan dini tambahan untuk mengurangi risiko tabrakan di ujung
antrian. Demikian juga, perlu memperhatikan panjang antrian, karena pada
umumnya pengguna jalan/pengemudi/pengendara tidak sabar menunggu
antrian lebih dari 5 menit.
Banyak area pekerjaan jalan memerlukan penutupan lajur (atau sebagian lajur)
lalu lintas. Pada beberapa pekerjaan jalan, seluruh jalan harus ditutup dan lalu
lintas harus dialihkan ke jalur alternatif. Situasi seperti itu memerlukan Zona
Pemandu Transisi.
Zona Transisi (Taper) adalah bagian jalan tempat pengendara diarahkan ke luar
jalur berkendara normalnya. Jumlah taper yang harus disediakan bergantung
pada panjang jalan yang harus ditutup seluruhnya atau sebagian. Taper yang
mengarahkan pengendara ke jalur berkendara baru di luar kawasan kerja
disediakan sepenuhnya dalam Zona Transisi. Sebaiknya panjang keseluruhan
MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 30
taper dapat dilihat oleh pengendara yang mendekat. Umumnya ada dua jenis
taper yaitu ketika lajur berlanjut tanpa menyatu dan katika lajur lalu lintas harus
menyatu dengan lajur di sebelahnya.

Tabel 3 Panjang Zona Pemandu Transisi (Taper)

Kecepatan Pendekat Taper (meter)


(km/jam)
Jalur Memisah Jalur Menyatu

< 45 50 80

46 - 55 50 100

55 - 65 60 120

65 - 75 70 140

75 - 85 80 160

85 - 95 90 180

> 95 100 200

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 31


Zona kerja adalah area pelaksanaan pekerjaan jalan. Di sinilah para pekerja dan
berbagai peralatan berada.
Penyedia jasa berkewajiban untuk menyediakan lingkungan kerja yang
berkeselamatan, yang meminimalkan kemungkinan cedera bagi pekerja di mana
saja dan terutama di dalam atau di dekat Zona Kerja. Salah satu cara paling efektif
untuk memenuhi kewajiban itu adalah memastikan bahwa Zona Peringatan Dini
dan Zona Transisi terpasang dengan benar dan jelas. Kecepatan kendaraan juga
harus dikendalikan di luar kawasan kerja untuk mengurangi risiko kendaraan
tidak sengaja memasuki kawasan kerja.
Jika operasi satu lajur (lalu lintas dua arah di satu lajur) diperlukan, harus
dipertimbangkan dengan cermat keselamatan operasi. Jika kepadatan lalu lintas
rendah dan panjang operasi satu lajur cukup pendek (misal kurang dari 50 m),
operasi satu lajur dapat berjalan dengan baik selama kedua arah lalu lintas
diingatkan akan kemungkinan lalu lintas dari arah berlawanan. Rambu setiap sore
sebelum matahari terbenam harus selalu diperiksa agar selalu dalam kondisi
prima.
Jika kepadatan lalu lintas tinggi atau panjang operasi satu lajur melebihi 50 m,
perlu menempatkan Pemandu Lalu Lintas atau beberapa APILL di kedua ujung
jalan yang menyempit untuk mengendalikan arus lalu lintas dengan baik.
Pemandu lalu lintas harus sangat terlatih.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 32


Zona Terminasi adalah wilayah lalu lintas kembali ke operasi normal setelah
melewati Zona Kerja. Rambu yang ditempatkan di area ini mencakup ”Akhir
Pekerjaan Jalan”, ”Akhir Pengalihan Arus”, dan ”Akhir Batas Kecepatan Pekerjaan
Jalan” sesuai dengan keperluan. Jika dialihkan (detour atau jalan alternatif)
melewati Zona Kerja, lalu lintas akan diarahkan kembali ke jalur berkendara
normal di Zona Terminasi.
Saat merancang RMLL, penting untuk membuat Zona Terminasi yang tidak terlalu
panjang (pengemudi/pengendara akan mengacuhkannya) atau terlalu pendek
(pengemudi/pengendara belum cukup jauh dari Zona Kerja untuk kendali dan
keselamatan lalu lintas yang sesuai).
Satu hal penting untuk diingat saat merancang RMLL adalah biasanya Zona
Terminasi untuk arah yang satu berakhir di titik yang sama dengan awal Zona
Peringatan Dini untuk arah yang sebaliknya. Sehingga dapat dipasang rambu
bolak-balik untuk arah yang berlawanan.

Zona Kecepatan di lokasi pekerjaan jalan


Kendaraan dalam kecepatan tinggi memerlukan jauh lebih banyak waktu untuk
berhenti dibandingkan kendaraan yang sama dalam kecepatan rendah.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 33


Mengatur kecepatan di semua jalan adalah tugas penting bagi semua ahli teknik
dan polisi. Terutama pada lokasi pekerjaan jalan karena kondisi sering berubah
dan terkadang pekerja berada dekat dengan lalu lintas.
Lokasi pekerjaan jalan biasanya menjadi tempat lebih sering terjadi hal tidak
terduga dibandingkan bagian lain jaringan jalan. Truk mundur ke jalan, pekerja
lalu lalang menyeberangi jalan, debu menghalangi pandangan. Beberapa
pengemudi/pengendara bingung harus ke mana dan pada saat terakhir berubah
arah. Karena itu, lokasi pekerjaan jalan adalah tempat di mana lalu lintas harus
bergerak lambat.
Dalam menentukan kecepatan yang harus diberlakukan di lokasi pekerjaan jalan,
pertimbangkan potensi hazard termasuk:
 Jarak bebas antara lajur lalu lintas dan area kerja. Jika kurang dari 1,5 m,
gunakan kecepatan 40 km/jam.
 Volume lalu lintas dan komposisi kendaraan (jumlah kendaraan berat:
truk dan bus).
 Jenis pekerjaan (manual, peralatan berat, galian)
 Jangka waktu pekerjaan (jangka panjang, jangka pendek, pekerjaan).
 Waktu pekerjaan (siang malam, hanya siang hari).

Tabel 4 Panduan Penentuan Kecepatan di Area Kerja

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 34


3.4. Penyusunan Rencana Manajemen Lalu Lintas
RMLL adalah rancangan yang dengan jelas memperlihatkan semua rambu,
delineator, pagar, dan perangkat lain yang akan dipasang dan dikelola di kawasan
kerja selama proyek dilaksanakan. Jika pekerjaan terdiri dari beberapa tahap,
harus ada RMLL untuk masing-masing.
Setiap RMLL harus memuat rincian pengaturan lalu lintas yang
melintasi/melewati dan detour (kalau ada) di lokasi pekerjaan jalan pada jam
kerja yang biasa.
Demikian juga perlu ada rincian, rambu apa saja yang akan dipindahkan atau
ditutup di luar jam kerja (maksudnya ketika tidak ada pekerja/pekerjaan di
lokasi), misalnya batas kecepatan sementara.
Dengan memperhatikan konsep zona, langkah-langkah perencanaan dan
perancangan serta setelah melakukan analisa dan pengendalian risiko, disusun
rencana manajemen lalu lintas, seperti terlihat pada gambar 5 di bawah.

Gambar 5 Contoh Rencana Manajemen Lalu Lintas

Berbagai hal, seperti geometri vertikal dan horizontal, volume lalu lintas,
kecepatan, daerah sekitar pengembangan, dan durasi pekerjaan, semuanya
membuat setiap lokasi proyek unik.
Namun, ada beberapa faktor umum di semua proyek. Maka, dengan mengikuti
langkah kunci, dapat mengumpulkan semua informasi yang diperlukan untuk
mengembangkan RMLL yang efektif dan berkeselamatan.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 35


Dengan mengikuti Konsep Zona, dapat dengan cepat membuat Rencana
Manajemen
Lalu Lintas secara aman dan efisien.
Sebagai panduan dalam menyusun rencana manajemen lalu lintas disediakan
diagram pada gambar 6 – gambar 14 di bawah ini

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 36


Gambar 6 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 1

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 37


MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 38
Gambar 7 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 2

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 39


Gambar 8 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 3

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 40


Gambar 9 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 4

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 41


Gambar 10 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 5

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 42


Gambar 11 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 6

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 43


Gambar 12 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 7

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 44


Gambar 13 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 8

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 45


Gambar 14 Diagram Zona Pekerjaan Jalan 9

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 46


3.5. Rangkuman
1. Dalam manajemen lokasi pekerjaan jalan terdapat 5 tahap, yaitu:
tahap-tahap perencanaan, perancangan, pelaksanaan, operasi dan
pemeliharaan, serta tahap penutupan.
2. Pada tahap perencanaan terbagi menjadi 6 langkah, dari mulai
menentukan kategori pekerjaan jalan sampai cara menjaga
keselamatan pesepeda dan pejalan kaki. Selanjutnya diikuti oleh tahap-
tahap berikutnya pada butir a.
3. Dalam tahap perancangan perlu memahami terlebih dahulu konsep
zona lokasi pekerjaan jalan, yaitu zona peringatan dini, zona transisi,
zona kerja dan zona akhir/terminasi.
4. Rancangan manajemen lalu lintas memperlihatkan semua rambu,
delineator, pagar dan perangkat lain yang akan dipasang dan dikelola
di kawasan kerja selama proyek dilaksanakan.
5. Sebagai panduan dalam menyusun rancangan manajemen lalu lintas
tersebut di atas, disediakan 9 diagram contoh dengan berbagai variasi
skenario pengaturan.

3.6. Latihan
1. Jelaskan 5 tahap manajemen lokasi pekerjaan jalan?
2. Apa yang perlu diperhatikan untuk keselamatan pekerja pada
pekerjaan jalan?
3. Sebutkan 5 zona pekerjaan jalan dan tujuannya.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 47


BAB 4
PELAKSANAAN MANAJEMEN LALU LINTAS
DI PEKERJAAN JALAN

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 48


4. Pelaksanaan Manajemen Lalu Lintas di
Pekerjaan Jalan

Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat


diharapkan mampu:

- menjelaskan perangkat pengelolaan lalu lintas pada


pekerjaan jalan

- menjelaskan tahapan pelaksanaan manajemen lalu


lintas pada pekerjaan jalan

- menjelaskan evaluasi pelaksanaan manajemen lalu


lintas

- menjelaskan cara mengakhiri dan melepas perangkat


manajemen lalu lintas setelah pekerjaan jalan

4.1. Perangkat Pengelolaan Lalu Lintas pada Pekerjaan Jalan


Salah satu tugas terpenting ahli teknik adalah memberikan pemakai jalan
informasi dan petunjuk yang jelas jauh sebelum mencapai lokasi pekerjaan jalan.
Maka dari itu, perlu lebih memahami berbagai jenis rambu dan perangkat yang
tersedia untuk diterapkan pada pekerjaan jalan. Pengemudi/pengendara sebagai
bagian rutin dari manajemen keselamatan jalan.
Tugas ahli teknik keselamatan jalan adalah:

 memperingatkan (rambu peringatan);


 menginformasikan (rambu petunjuk);
 memandu (garis penanda, delineator);
 mengendalikan (kendali persimpangan, rambu perintah);
 menjaga (ruang bebas, pagar keselamatan)

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 49


Fungsi rambu dan perangkat yang digunakan dalam pengaturan lalu lintas di
lokasi pekerjaan jalan secara spesifik adalah untuk:
 Memberi peringatan, panduan, dan petunjuk kepada pemakai jalan
tentang pekerjaan jalan yang akan ditemui.
 Mengumumkan keberadaan pekerja dan peralatan dekat atau di jalan
yang akan dilewati.
 Memastikan pengendalian kecepatan sesuai dengan keperluan
keselamatan.
 Memberi tahu pemakai jalan jalur yang benar.
 Menutup akses ke area kerja bagi pemakai jalan sehingga menjamin
keselamatan pekerja.
 Memberi tahu pemakai jalan telah mencapai akhir area pekerjaan jalan.
Huruf, format, bentuk, dan warna untuk perambuan jalan harus mengikuti
ketentuan peraturan (dalam hal ini Permenhub no. 13 tahun 2014 tentang
Rambu Lalu Lintas) di semua proyek, tidak hanya untuk pekerjaan jalan.
Seringkali, rambu-rambu gagal menyampaikan pesan yang ingin disampaikan.
Selain itu, pengemudi/pengendara juga sering mengabaikan rambu itu karena
merasa terbebani oleh begitu banyak rambu yang (terkadang) tidak berkaitan.
Dengan rambu multiguna, kita dapat memasang sampai tiga rambu dalam
susunan yang jelas dan konsisten pada satu rangka persegi empat yang
sederhana.
Pekerja akan menghargai ringannya rambu multiguna, karena jauh lebih mudah
menempatkan dan memindah rambu itu sesuai dengan keperluan dibandingkan
rambu konvensional yang lebih berat.
Rangka untuk rambu multiguna terbuat dari logam ringan dan dirancang untuk
berdiri dengan kokoh tanpa penyangga. Setiap rangka harus dapat menyangga
papan berikut ini:

 Dua rambu 600 x 600 mm dan satu rambu 1200 x300 mm; atau
 Satu rambu 1200 x 600 mm dan satu rambu 1200 x300 mm.
 Rangka harus dapat menyangga rambu yang dipasang bolak-balik
sehingga rangka dapat melayani dua arah jika perlu. Biasanya rangka
dicat dengan warna hitam yang tidak mengkilat.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 50


 Perangkat Retroreflektif untuk Pengaturan Lalu Lintas Jalan, dengan
Pelapis Retroreflektif.
 Ukuran simbol dan kata pada daun rambu harus sama dengan rambu
yang berdiri sendiri.

Gambar 15 Bingkai Rambu Multi Pesan yang Terbuat dari Bahan Metal Hitam
Ringan

Sistem pagar keselamatan di zona kerja dirancang untuk menyediakan barikade


fisik antara jalan yang dilalui lalu lintas dan area kerja. Jika kita memutuskan
untuk menggunakan pagar keselamatan di lokasi pekerjaan, pagar harus
dirancang dan dipasang untuk mencegah penetrasi kendaraan yang
menyelonong. Pagar juga harus dapat mengubah arah kendaraan yang
menabrak. Pagar keselamatan yang dipasang dengan benar memberi
perlindungan menyeluruh kepada pekerja jalan dari lalu lintas.
Pagar keselamatan diperlukan jika:
 Jarak bebas antara pekerja atau peralatan jalan dan lalu lintas tidak
memadai.
 Ada potensi konflik lalu lintas – seperti tabrakan depan – antara dua arus
yang berlawanan.
 Ada objek berbahaya atau galian di dekat lalu lintas.
MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 51
 Jarak bebas antara jalur (sementara) pesepeda atau pejalan kaki dan lalu
lintas tidak memadai.

4.2. Tahapan Pelaksanaan Manajemen Lalu Lintas pada Pekerjaan Jalan


Sebelum pekerjaan dimulai, rambu dan perangkat harus dipasang sesuai dengan
RMLL. Tempatkan semua rambu dan perangkat dengan urutan berikut ini:

 Pertama, semua rambu perintah dan peringatan dini. Mulailah dengan


rambu yang paling jauh dari zona kerja dan bergeraklah ke dalam menuju
zona kerja.
 Kedua, semua rambu sebelum taper atau awal area kerja.
 Ketiga, semua perangkat delienasi yang diperlukan untuk membentuk
taper, termasuk (jika perlu) tanda panah berkedip di ujung taper.
 Setelah itu, letakkan delineator area kerja.
 Terakhir, rambu perintah dan peringatan lain yang diperlukan, termasuk
rambu terminasi dan akhir zona kecepatan sementara harus dipasang.
Mengangkat rambu/perangkat setelah pekerjaan selesai harus dilakukan dalam
urutan sebaliknya, dengan metode kerja yang sama dengan pemasangan.
Jika ada rambu yang dipasang sebelum diperlukan, harus ditutup dengan bahan
yang sesuai (kantong atau lembaran plastik). Pastikan penutup itu melekat kuat
pada rambu supaya tidak lepas karena cuaca. Penutup dilepas tepat sebelum
dimulai aktivitas spesifik yang bersangkutan dengan penggunaan rambu itu.
Semua rambu dan perangkat di lokasi pekerjaan harus diposisikan dan dipasang
agar:
 Ditampilkan dengan benar. Rambu harus ditempatkan sedikitnya 1 m
dari jalan atau dari jalur lalu lintas terbuka yang terdekat jika jalur
ditutup.
 Memantulkan cahaya jika rambu akan digunakan pada malam hari.
Ketinggian antara 0.8 dan 1.5 m dari tanah memadai.
 Berada dalam jarak pandang pemakai jalan yang mendekat.
 Tidak (dan tidak mungkin) terhalang oleh pepohonan, warung, atau
kendaraan parkir.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 52


 Tidak menyamarkan perangkat lain dari pandangan pemakai jalan yang
mendekat.
 Tidak menimbulkan hazard bagi pekerja, pejalan kaki, atau kendaraan.
 Tidak mengarahkan lalu lintas ke jalur yang tidak berkeselamatan.
 Tidak membatasi jarak pandang pengemudi/pengendara yang mendekat
dari jalan lain atau akses dari suatu tempat.
Pastikan bahwa rambu dan perangkat terlihat jelas setiap waktu. Rambu dan
perangkat harus diperiksa secara rutin, setiap hari.

4.3. Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Lalu Lintas


Di lokasi pekerjaan, bila semua rambu dan perangkat sudah dipasang dan
diperiksa di tempat, diperlukan inspeksi lebih jauh untuk memastikan bahwa
pesan yang dimaksudkan sampai pada pemakai jalan. Inspeksi itu harus
dilaksanakan sebelum pekerjaan jalan dimulai; dan dalam arus lalu lintas normal,
pada kecepatan lalu lintas normal. Perhatikan tiap-tiap rambu dan perangkat
untuk melihat apakah fungsi yang diinginkan sudah tercapai.
Harus dilakukan pemeriksaan malam hari (dengan lampu kendaraan), untuk
memastikan bahwa rambu dan perangkat berfungsi dengan benar saat gelap.
inspeksi serupa juga harus dilaksanakan setelah terjadi perubahan besar apa pun
pada RMLL.
Rambu atau perangkat yang tidak berfungsi atau membingungkan harus langsung
diangkat/diganti. Keselamatan terlalu penting untuk ditunda satu hari, seminggu,
atau lebih lama. Bertindaklah secepatnya!

4.4. Mengakhiri atau Melepas Perangkat Manajemen Lalu Lintas


Setelah Pekerjaan Jalan Selesai
Begitu pekerjaan jalan selesai (atau begitu sudah tidak ada bahaya di lokasi
pekerjaan), rambu/perangkat harus diangkat atau ditutup.
Pengemudi/pengendara diharapkan mematuhi rambu dan perangkat yang
ditempatkan di lokasi pekerjaan. Semua upaya harus diarahkan pada kepatuhan
pengemudi/pengendara atas manajemen lalu lintas. Karena itu, rambu dan
perangkat yang tidak perlu tidak boleh terlihat oleh pengemudi/pengendara,
karena dapat mengurangi kepatuhan pengemudi/pengendara.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 53


Saat semua pekerjaan jalan selesai, rambu dan perangkat harus dibongkar dalam
urutan terbalik dari urutan yang diterangkan pada saat pemasangan.
Rambu kecepatan di pekerjaan jalan harus dicabut (atau paling tidak ditutup) bila
lalu lintas sudah tidak perlu dihambat karena pekerjaan jalan.
Kecepatan di pekerjaan jalan hanya boleh diberlakukan jika pekerja, perangkat,
dan peralatan jalan, atau pemandu lalu lintas ada di lokasi pekerjaan. Pada waktu
lain (seperti di luar jam kerja/malam hari ketika tidak ada pekerja), rambu
kecepatan di pekerjaan di jalan harus diangkat atau ditutup.
Satu pengecualian adalah bila pengurangan kecepatan dirasa perlu untuk
keselamatan lalu lintas karena kondisi lokasi pekerjaan (seperti permukaan jalan
kasar atau licin, atau galian dekat dengan jalan yang tetap dibuka pada malam
hari).

4.5. Rangkuman
1. Dalam melaksanakan manajemen lalu lintas di pekerjaan jalan, perlu
memahami berbagai jenis rambu dan perangkat yang akan digunakan
serta fungsinya.
2. Tahap pelaksanaan adalah memasang rambu dan perangkat yang
diperlukan di lapangan, dengan urutan dari yang terjauh menuju ke
zona kerja. Dan sebaliknya saat tahap penutupan. Setelah terpasang
dan dioperasikan, perlu memelihara agar selalu terlihat dengan baik
oleh pengemudi/pengendara yang melalui lokasi pekerjaan jalan

4.6. Latihan
1. Sebutkan beberapa jenis rambu dan perangkat yang umumnya
digunakan dalam manajemen lalu lintas pada lokasi pekerjaan jalan!
2. Bagaimana menempatkan rambu dan perangkat lainnya dalam tahap
pelaksanaan manajemen lalu lintas pada lokasi pekerjaan jalan?

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 54


DAFTAR PUSTAKA

Undang Undang No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan


Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan
Instruksi Presiden Republik Indonesia No 4 Tahun 2013 Tentang Program decade
Aksi Keselamatan Jalan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2010 terkait dengan Tugas
dan Fungsi Audit Keselamatan Jalan
Instruksi Direktur Jenderal Bina Marga No. 02/in/db/2012 Tentang Panduan
Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan
Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK)
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu
Lintas
Direktorat Jenderal Bina Marga, 036/T/BM/1997, Manual Kapasitas Jalan
Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, 1997;
Direktorat Jenderal Bina Marga, No. 038/T/BM/1997, Perencanaan Geometrik
Jalan Antar Kota, Departemen Pekerjaan Umum, 1997;
Direktorat Jenderal Bina Marga, 032/T/BM/1999, Pedoman Perencanaan Jalur
Pejalan Kaki pada Jalan Umum, Departemen Pekerjaan Umum, 1999;
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 55


GLOSARIUM

Abutmen/ Kepala atau Pangkal Jembatan (Abutment): bangunan bawah


jembatan yang terletak pada kedua ujung jembatan, berfungsi sebagai
pemikul seluruh beban pada ujung bentang dan gaya-gaya lainnya yang
didistribusikan pada tanah pondasi.
Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas - APILL (Traffic Control Signal):
perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk
mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau
pada ruas jalan.
APILL untuk pejalan kaki berupa:
 APILL yang Dioperasikan oleh Pejalan Kaki (Pedestrian Operated
Signals - Pos): APILL yang memiliki tiga aspek dan ditempatkan di
tengah blok antar simpang. APILL ini dilengkapi dengan tombol
tekan yang dipasang di tiang utamanya untuk memberi tahu
kehadiran pejalan kaki yang menunggu. Selain itu, ada tampilan
isyarat penjalan kaki menghadap ke seberang. Tampilan merah,
kuning, dan hijau untuk pengemudi/ pengendara, sedangkan ikon
manusia berdiri berwarna merah atau manusia berjalan berwarna
hijau untuk pejalan kaki.

 Penyeberangan PELICAN (Pedestrian Light Controlled Crossing -


Pelican Crossing): tipe penyeberangan yang dioperasikan oleh
pejalan kaki, yang memiliki fase kuning berkedip yang ditampilkan
sesaat sebelum fase hijau bagi pengemudi.

 Penyeberangan PUFFIN (Pedestrian User Friendly Intelligent


Crossing - PUFFIN Crossing): penyeberangan ini beroperasi mirip
APILL pejalan kaki lainnya, namun memiliki detektor untuk
menengarai kehadiran pejalan kaki yang bergerak lambat (misal
manula) sehingga mampu menambah waktu jalan dan/atau
waktu bebas APILL untuk membantu mereka.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 56


Alinyemen (Alignment): proyeksi garis sumbu jalan.
Alinyemen Horizontal (Horizontal Alignment): proyeksi garis sumbu jalan
pada bidang horizontal.
Alinyemen Vertikal (Vertical Alignment): proyeksi garis sumbu jalan pada
bidang vertikal yang melalui sumbu jalan.
Area Bebas (Clear Zone): daerah di dekat lajur lalu lintas yang harus dijaga
terbebas dari hazard sisi jalan.
Audit Keselamatan Jalan (Road Safety Audit): suatu pemeriksaan formal
jalan atau proyek lalu lintas oleh tim ahli independen yang melaporkan
potensi kecelakaan dan kinerja keselamatan suatu ruas jalan (Austroads,
2009).
Bahu Jalan (Shoulder): bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan
dengan jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti,
keperluan darurat, dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi
bawah, dan lapis permukaan.
Bundaran (Roundabout): persimpangan tempat kendaraan berjalan
searah mengelilingi pulau lalu lintas.
Caping (Crown): bentuk mahkota pada potongan melintang di dua lajur
jalan yang memiliki dua arah kemiringan melintang.
Efek Lapis Tipis Air (Aqua Planing): terjadi ketika ada lapis tipis air yang
menyelimuti roda sehingga kendaraan tergelincir tidak terkendali di jalan
yang basah.
Garis Pandang (Line of Sight): garis langsung pada pandangan tak
terhalang antara pengemudi dan sebuah objek dengan tinggi tertentu di
atas jalan.
Hazard Sisi Jalan: semua objek tetap yang terdapat di sisi jalan di dalam
daerah bebas yang dapat memperbesar tingkat keparahan kecelakaan.
Jalan Terbagi (Divided Road): jalan dua arah yang dipisahkan dengan
median, pagar, atau objek fisik lain.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 57


Jalur Jalan (Carriageway): bagian jalan yang diperuntukkan untuk lalu
lintas kendaraan.
Jarak Berhenti yang Berkeselamatan (Safe Stopping Distance - SSD): jarak
yang dibutuhkan oleh pengemudi kendaraan untuk menangkap hazard,
bereaksi, dan mengerem untuk berhenti. Untuk keperluan perancangan,
kondisi cuaca basah dan pengereman dengan roda terkunci
diperhitungkan.
Jarak Mendahului (Overtaking Distance): jarak yang dibutuhkan sebuah
kendaraan untuk mendahului kedaraan lain.
Jarak Mengerem (Braking Distance): jarak yang dibutuhkan oleh rem
kendaraan untuk menghentikan kendaraan.
Jarak Pandang (Sight Distance): jarak di sepanjang tengah-tengah suatu
jalur dari mata pengemudi ke suatu titik di muka pada garis yang sama
yang dapat dilihat oleh pengemudi [RSNI T-14-2004].
Jarak Pandang Berkeselamatan di Persimpangan (Safe Intersection Sight
Distance - SISD): jarak pandang yang diperlukan pengendara pada jalan
major untuk mengamati kendaraan pada jalan minor sehingga dapat
mengurangi kecepatannya, atau berhenti bila diperlukan.
Jarak Pandang Henti (Stopping Sight Distance): jarak pandangan
pengemudi ke depan untuk berhenti dengan aman dan waspada dalam
keadaan biasa, didefinisikan sebagai jarak pandangan minimum yang
diperlukan oleh seorang pengemudi untuk menghentikan kendaraannya
dengan aman begitu melihat adanya halangan di depannya. Jarak pandang
henti diukur berdasarkan anggapan bahwa tinggi mata pengemudi adalah
108 cm dan tinggi halangan adalah 60 cm diukur dari permukaan jalan
[RSNI T-14-2004].
Jarak Pandang Manuver (Maneuver Sight Distance): jarak pandang yang
dibutuhkan oleh pengemudi kendaraan yang waspada untuk menyadari
objek di atas jalan dan melakukan tindakan menghindar.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 58


Jarak Pandang Masuk (Entering Sight Distance - ESD): jarak pandang yang
diperlukan pengendara pada jalan minor untuk memotong/ masuk ke
jalan major, tanpa mengganggu arus di jalan major.
Jarak Pandang Mendahului (Overtaking Sight Distance): jarak pandang
yang dibutuhkan oleh pengemudi untuk memulai dan menyelesaikan
dengan selamat manuver mendahului.
Jarak Pandang Pendekat (Approach Sight Distance - ASD): jarak pandang
henti pada suatu persimpangan.
Kanalisasi: sistem pengendalian lalu lintas dengan menggunakan pulau
lalu lintas atau marka jalan.
Kecepatan Operasional (Operating Speed): 85 persentil kecepatan
kendaraan pada suatu waktu saat kondisi lalu lintas lancar yang
memungkinkan kendaraan untuk bebas memilih kecepatan.
Kecepatan Operasional Truk (Operating Speed of Trucks): kecepatan 85
persentil truk yang diukur pada suatu waktu saat kondisi lalu lintas lancar
yang memungkinkan kendaraan untuk bebas memilih kecepatan.
Kecepatan Rencana (Design Speed): kecepatan maksimum kendaraan
yang aman yang dapat dipertahankan sepanjang bagian jalan tertentu bila
kondisi sedemikian baik sehingga ketentuan desain jalan merupakan
faktor yang menentukan.
Kelandaian (Grade): kelandaian memanjang jalan yang dinyatakan dalam
persen.
Kemiringan Balik (Adverse Crossfall): kemiringan perkerasan yang terbalik
di tikungan horizontal akan menimbulkan gaya sentrifugal pada kendaraan
sehingga tidak mampu bertahan di jalur tikungan dan menimbulkan risiko
“keluar jalan”.
Kemiringan Galian atau Timbunan (Batter): kemiringan sisi jalan, rasionya
1 unit Vertikal (V) X lebih dari 1 unit Horizontal (H). Kemiringan ini dapat
berupa kemiringan galian (memotong lahan berbukit) atau kemiringan
timbunan (di jalan yang dibangun di atas lahan sekitarnya). Rasio

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 59


kemiringan timbunan 4H : 1V atau kurang dianggap layak dilalui, namun
dengan kemiringan 6H : 1V lebih baik untuk keselamatan sisi jalan.
Kemiringan Melintang (Crossfall): kemiringan melintang jalan untuk
drainase permukaan.
Lajur Belok (Turning Lane): lajur khusus untuk lalu lintas berbelok.
Lajur Lalu Lintas (Traffic Lane): bagian dari jalur tempat lalu lintas
bergerak, untuk satu kendaraan.
Lajur Mendahului (Overtaking Lane): lajur khusus yang memungkinkan
kendaraan lebih lambat didahului. Lajur ini harus diberi marka garis agar
semua lalu lintas diarahkan dahulu ke lajur sebelah kiri karena lajur tengah
digunakan untuk mendahului.
Lajur Pendakian (Climbing Lane): lajur khusus yang disediakan pada
bagian ruas jalan yang melampaui panjang kritis tanjakan untuk
menampung kendaraan berat saat menanjak.
Lajur Penyelamat dengan Bantalan Penahan (Arrester Bed): fasilitas
keselamatan yang digunakan untuk melambatkan dan menghentikan
kendaraan dengan mengkonversi energi kinetiknya melalui pergeseran
agregat dalam gundukan pasir atau tanah keras. Bantalan penahan
merupakan perangkat keselamatan yang berguna di sisi jalan menurun
yang sering menimbulkan tabrakan truk dengan rem blong.
Lajur Percepatan (Acceleration Lane): lajur khusus yang berfungsi untuk
menyesuaikan kecepatan kendaraan pada saat bergabung dengan lajur
cepat.
Lajur Tambahan (Auxiliary Lane): lajur yang disediakan khusus untuk
belok kiri/ kanan, perlambatan/percepatan, dan tanjakan.
Lalu Lintas (Traffic): gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan
(prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan/
atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung).

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 60


Lengkung Peralihan (Transition Curve): lengkung yang disisipkan diantara
bagian jalan yang lurus dan bagian jalan yang melengkung berjari-jari tetap
R dimana bentuk lengkung peralihan merupakan clothoide.
Lengkung Vertikal (Vertical Curve): bagian jalan yang melengkung dalam
arah vertikal yang menghubungkan dua segmen jalan dengan kelandaian
berbeda.
Lokasi Rawan Kecelakaan (Blackspot): suatu lokasi dimana memiliki angka
kecelakaan yang tinggi, serta terjadi secara berulang dalam suatu rentang
waktu.
Manajemen Hazard Sisi Jalan (Road Side Hazard Management):
manajemen sisi jalan yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
keparahan kecelakaan.
Median Jalan (Median): bagian dari jalan yang tidak dapat dilalui oleh
kendaraan dengan bentuk memanjang sejajar jalan, terletak disumbu/
tengah jalan, dimaksudkan untuk memisahkan arus lalu lintas yang
berlawanan.
Panjang Lengkung Peralihan (Transition Length for Alignment): panjang
jalan yang dibutuhkan untuk mencapai perubahan dari bagian lurus ke
bagian lingkaran dari tikungan.
Panjang Pencapaian Superelevasi (Transition Length for Superelevation):
panjang jalan yang dibutuhkan untuk mencapai kemiringan melintang dari
kemiringan normal sampai dengan kemiringan penuh superelevasi.
Pejalan Kaki (Pedestrians): pemakai jalan yang berjalan kaki, termasuk
mereka yang menarik gerobak, bekerja di jalan, berjalan di sepanjang, atau
menyeberangi jalan.
Persimpangan (Intersection): pertemuan jalan dari berbagai arah, yang
dapat merupakan simpang sebidang yaitu simpang 3, simpang 4 atau lebih
dan/atau berupa simpang tak sebidang.
Persimpangan dengan Kanalisasi (Channelised Intersection):
persimpangan yang menggunakan sistem kanalisasi.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 61


Persimpangan Normal: persimpangan di sebuah jalur jalan yang
menunjukkan perincian dimensi, lokasi furnitur, dan fitur bangunan jalan
yang normal.
Persimpangan Tak Sebidang (Interchange): separasi gradasi dua atau
lebih jalan yang mempunyai setidaknya satu jalur jalan yang
menghubungkan. Artinya, paling tidak satu jalur jalan mengambil lalu
lintas dari salah satu jalan ke yang lain. Banyak tipe persimpangan tak
sebidang.
Potongan Melintang (Cross Section): elemen transversal di elemen
memanjang jalan.
Potongan Memanjang (Longitudinal Section): potongan memanjang,
biasanya dengan skala vertikal yang lebih besar dibandingkan skala
horizontal, yang menunjukkan perubahan desain di sepanjang sebuah
garis memanjang sebuah jalan, atau garis lain yang ditentukan.
Potongan Normal Melintang Jalan (Normal Cross Section): potongan
melintang jalan yang tidak dipengaruhi oleh superelevasi ataupun
pelebaran jalan di tikungan.
Pulau Lalu Lintas (Traffic Island): bagian dari persimpangan yang
ditinggikan dengan kereb, yang dibangun sebagai pengarah arus lalu lintas
serta merupakan tempat lapak tunggu untuk pejalan kaki pada saat
menunggu kesempatan menyeberang.
Rambu Lalu Lintas (Traffic Sign): bagian dari perlengkapan jalan berupa
lambang, huruf, angka, kalimat dasar atau perpaduannya, diantaranya
berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi
pemakai jalan.
Rekayasa Keselamatan Jalan : adalah serangkaian usaha dan kegiatan
dalam rangka mewujudkan dan memeliharan keamanan dan keselamatan
(di jalan raya)
Segitiga Pandang (Sight Triangle): area antara dua jalur jalan yang
bersimpangan dimana kendaraan dari kedua jalur dapat terlihat oleh
setiap pengemudi.
MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 62
Segmen Jalan Rawan Kecelakaan (Black Length): segmen jalan; biasanya
beberapa kilometer–yang memiliki catatan sering terjadi kecelakaan dan
menimbulkan korban.
Simpang Tak Sebidang (Grade Separation): pemisahan pergerakan lalu
lintas yang berkonflik dengan penggunaan lintas atas atau lintas bawah.
Tambahan Pemotongan Bukit (Bench): tambahan potongan bukit di
sebuah sisi sempit jalan yang dibangun dalam kemiringan galian atau
kemiringan alami untuk meningkatkan jarak pandang horizontal di
tikungan. Tambahan ini juga dapat mengontrol erosi dengan lebih baik,
menjadi drainase, dan perlindungan dari tanah longsor.
Tikungan Balik (Reverse Curve): sebuah potongan alinyemen jalan yang
terdiri dari dua tikungan yang membelok ke arah berlawanan dan
mempunyai titik tangen bersama atau dihubungkan oleh tangen pendek.
Tikungan Bertolak Belakang (Broken Back Curve): dua tikungan horizontal
di arah yang sama, yang dipisahkan oleh potongan jalan lurus. Tikungan
bertolak belakang merupakan tipe khas tikungan majemuk dan umumnya
dianggap lebih berisiko keselamatan daripada yang lain.
Tikungan Horizontal (Horizontal Curve): tikungan dalam tampak bidang
sebuah jalur jalan.
Tikungan Majemuk (Compound Curve): tikungan yang terdiri dari dua
atau lebih tikungan beradius berbeda di arah yang sama dan berbagi titik
tangen yang sama.
Tikungan Substandar (Sub-Standard Curve): tikungan dengan radius
horizontal di bawah radius minimal yang diperlukan untuk kecepatan
operasional lalu lintas.
Titik Putar (Hinge Point): titik di potongan melintang sebuah jalan yang
perkerasan di sekitarnya dirotasi untuk membentuk superelevasi.

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 63


MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 64
Tim Penyusun

Ir. Agus Nugroho, MM

Ir. Dwi Sapto Haryanto

Ir. Erwin Kusnandar, MT

Ir. Janny Agustin, M.Sc

Ir. Joulla Marsela, MM

Drs. Rozali Ahmad, M.Sc

MODUL 5 | KESELAMATAN PADA LOKASI PEKERJAAN JALAN 65

Anda mungkin juga menyukai