Anda di halaman 1dari 29

BAB II

ALKALOID

II.1. PENGERTIAN ALKALOID

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari

tumbuhtumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Hampir

lebih dari 5000 senyawa alkaloid yang ditemukan dalam tumbuhan mempunyai

keaktifan fisiologis tertentu. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom

nitrogen yang biasanya bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini

merupakan bagian dari cincin heterosiklik (Lenny, 2016).

Alkaloid biasanya berbentuk garam organik dalam tumbuhan berbentuk

padat dan berkristal serta kebanyakan tidak berwarna. Keberadaan alkaloid di

dalam daun dan buah segar biasanya memberikan rasa pahit di lidah. Alkaloid

memiliki efek dalam bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, menaikkan

tekanan darah, mengurangi rasa sakit, anti mikroba, obat penenang, obat penyakit

jantung dan lain-lain (Robinson,2015).

Alkaloid dapat juga berbentuk cair, misalnya nikotin dan konin. Pada

umunya alkaloid hanya larut dalam pelarut organik. Kebasaan pada alkaloid

menyebabkan senyawa tersebut mudah mengalami dekomposisi terutama oleh

panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dekomposisi seringkali berupa

Noksida (Lenny,2016).

Alkaloid dapat dipisahkan dari sebagian besar komponen tumbuhan yang

lain berdasarkan sifat basanya. Oleh karena itu, golongan senyawa ini sering
diisolasi dalam bentuk garamnya dengan suatu pelarut HCl atau H 2SO4 (Kristanti,

dkk., 2018).

Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang paling banyak

jumlah strukturnya. Senyawa ini banyak terdapat di dalam tumbuhan dan tersebar

di seluruh bagiannya, terutama di bagian daun dan batang (Hesse 2016).

II.2. SEJARAH ALKALOID

Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah

menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman,

kedokteran, the, tuan atau tapal, dan racun selama 4000 tahun. Tidak ada usaha

untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan obat-obatan hingga permulaan

abad ke sembilan belas. Obat-obatan pertama yang diketemukan secara kimia

adalah opium, getah kering Apium Papaver somniferum. Opium telah digunakan

dalam obat-obatan selama berabad-abad dan sifat-sifatnya sebagai analgesik

maupun narkotik telah diketahui. (Padmawinata, 2015).

Pada tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan

diberi nama narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih

lanjut terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin. tahun 1817-1820 di

Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan

penelitian di bidang kimia alkaloid yang menakjubkan. (Padmawinata, 2015).

Diantara alkaloid yang diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah

Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin, dan Kolkhisin.

tahun 1826, Pelletier dan Caventon juga memperoleh Koniin suatu alkaloid yang
memiliki sejarah cukup terkenal. Alkaloid tersebut tidak hanya yang bertanggung

jawab atas kematian Socrates akibat dari hisapan udara yang beracun, tetapi

karena struktur molekulnya yang sederhana. Koniin merupakan alkaloid pertama

yang ditentukan sifat-sifatnya (1870) dan yang pertama disintesis (1886). Selama

tahun 1884 telah ditemukan paling sedikit 25 alkaloid hanya dari Chinchona.

Kompleksitas alkaloid merupakan penghalang elusidasi struktur molekul selama

abad ke sembilan belas bahkan pada awal abad ke dua puluh. Sebagai contoh

adalah Stikhnin yang ditemukan pertama kali oleh Pelletier dan Caventon pada

tahun 1819 dan struktur akhirnya dapat ditentukan oleh Robinson dan

kawankawan pada tahun 1946 setelah melakukan pekerjaan kimia yang ekstra

sukar selama hampir 140 tahun. (Padmawinata, 2015).

Tahun 1939 hampir 300 alkaloida telah diisolasi dan ± 200 telah ditentukan

struktur. Dalam seri Alkaloida yang diterbitkan pertama oleh Manske pada 1950

memuat lebih 1000 alkaloida.Dikenalnya teknik sistem analisis kromatografi

preparatif dan instrumen canggih maka penemuan alkaloida meningkat cepat-nya.

Buku terbitan 1973 mencatat 4959 alkaloida dapat diisolasi dan 3293 ditentukan

strukturnya. Perkembang Ilmu Pengetahuan dengan penemuan berbagai macam

kromatografi dan instrumen spektroskopii dengan sistem komputerisasi maka

isolasi dan penentuan struktur alkaloida sudah tidak terbilang lagi. (Padmawinata,

2015).

Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid

dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang

jelas untuknya. Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan

tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar

alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil

dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. (Padmawinata,

2015).

Dalam Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid

terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan

berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon,

hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai

dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya

sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan

sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan

bertahuntahun. Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier

menyatakan bahwa sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang

beragam senyawa alkaloid akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 2011).

Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk

kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid

sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di

alam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus

lain satu tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain

mengandung enantiomernya (Padmawinata, 2015).


II.3. STRUKTUR DAN SUMBER ALKALOID

II.3.1. Struktur Alkaloid

N
H
Gambar 2.2 Contoh struktur senyawa Alkaloid (Robinson 2015)

Sebagian besar alkaloid mempunyai kerangka dasar polisiklik

termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung subtituen yang tidak

terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloid hampir selalu berada dalam bentuk

gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam

bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedangkan subtituen oksigen

biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksi (-OCH 3) atau gugus

metilendioksi (-O-CH2-O) substituen oksigen ini dan gugus N-metil

merupakan ciri sebagian besar alkaloid (Lenny, 2016).

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan

dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid

mengandung sedikitnya sebuah atom nitrogen sebagai bagian dari sistem

siklik yang biasanya bersifat basa. SebagiaR besar alkaloid mempunyai

kerangka polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen, dan mengandung

substituen yang tidak terlalu bervariasi. Atom nitrogennya hampir selalu

dalam bentuk gugus amina (-NR2) atau amida (-CO-NR2), dan tidak pernah
dalam bentuk gugus nitro (-N02) atau diazo (-N=N-). Substituen oksigen

umumnya berada dalam bentuk gugus fenol GOH), dan metoksi (-0CH3)

(Suradikusumah, 2019).

Sekitar 5500 senyawa alkaloid tersebar dalam bèrbagai famili

tumbuhan. Hampir semua alkaloid Yang ditemukan di alam mempunyai

keaktifan fisiologis tertentu, ada yang sangat beracun namun ada pula yang

sangat berguna dalam pengobatan, misalnya kuinina, morfina, dan striknina.

Nikotina terdapat dalam Nicotiana tabacum, atropina dalam Atropa

belladona, solanina dalam Solanum tuberosum. Ketiga spesies tersebut

termasuk dalam famili Solanaceae. Dalam Chinchona officinalis, famili

Rubiaceae, terdapat kuinina. Dalam Papaver somniferum dan famili

Papaveraceae terdapat morfina, kodeina, tebaina, noskapina dan sanguinarina

Sementara itu dalam Rauwolfia serpentina, famili Apocynaceae terdapat

ajmalina, dalam Rauwolfia cumminsii terdapat ajmalisina, arisina, reserpina,

dan resinamina (Suradikusumah, 2019).

Secara kimia, alkaloid merupakan suatu golongan heterogen mulai dari

senyawa sederhana seperti koniina (alkaloid utama pada Conium maculatum),

sampai ke struktur pentasiklik seperti striknina, yaitu racun kulit Stychnos.

Banyak alkaloid bersifat terpenoid seperti solanina (alkaloid steroid Solanum

tuberosum). Selain itu juga dapat berupa senyawa aromatik seperti kolkisina

yang mengandung gugus basa pada rantai samping (Harborne, 2017).

II.3.2. Sumber Alkaloid


Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada

tanaman berbunga, angiosperma (Familia Leguminoceae, Papavraceae,

Ranunculaceae, Rubiaceae, Solanaceae,Berberidaceae) dan juga pada

tumbuhan monokotil (Familia Solanaceae dan Liliaceae). Pada tahun-tahun

berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan, serangga,

organisme laut, mikroorganisme dan tanaman rendah. Beberapa contoh yang

terdapat pada berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa;

kastoramin dari sejenis musang Kanada ; turunan Pirrol-Feromon seks serangga

; Saksitoksin - Neurotoksik konstituen dari Gonyaulax catenella ; pirosiamin

dari bacterium Pseudomunas aeruginosa; khanoklavin-I dari sebangsa

cendawan, Claviceps purpurea ; dan likopodin dari genus lumut Lycopodium.

(Rahma Meronda, 2019).

Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian

besar pada tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada

sistematika aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan

dengan famili atau genera tanaman tertentu. (Rahma Meronda, 2019).

Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid yang penting

adalah Liliaceae, solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim

yang mengandung alkaloid adalah Papaveraceae. Dalam kebanyakan famili

tanaman yang mengandung alkaloid, beberapa genera mengandung alkaloid

sedangkan genera yang lain tidak mengandung alkaloid. Suatu genus sering

menghasilkan alkaloid yang sama, dan bahkan beberapa genera yang berbeda

dalam suatu famili dapat mengandung alkaloid yang sama. Sebagai contoh
hiossiamin diperoleh dari tujuh genera yang berbeda dari famili tanaman

Solanaceae. Dilain pihak alkaloid yang lebih kompleks, seperti vindolin dan

morfin, sering terdapat dalam jumlah yang terbatas pada satu spesies atau genus

tanaman. (Rahma Meronda, 2019).

Di dalam tanaman yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin terlokasi

(terkonsentrasi) pada jumlah yang tinggi pada bagian tanaman tertentu. Sebagai

contoh reserpin terkonsentrasi pada akar (hingga dapat diisolasi) Rauvolfia sp ;

Quinin terdapat dalam kulit, tidak pada daun Cinchona ledgeriana ; dan morfin

terdapat pada getah atau latex Papaver samniferum. Pada bagian tertentu

tanaman tidak mengandung alkaloid tetapi bagian tanaman yang lain sangat

kaya alkaloid. Namun ini tidak berarti bahwa alkaloid yang dibentuk di bagiam

tanaman tersebut. Sebagai contoh dalam species Datura dan Nicotiana

dihasilkan dalam akar tetapi ditranslokasi cepat ke daun, selain itu alkaloid juga

dalam biji (Nux vomica, Areca catechu), buah (Piperis nigri ), daun (Atropa

belladona), akar & rhizoma (Atrpa belladona & Euphorbia ipecacuanhae) dan

pada kulit batang (Cinchona succirubra). Fungsi alkaloid ini bermacam-macam

diantaranya sebagai racun untuk melindungi tanaman dari serangga dan

binatang, sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi yang merupakan hasil

metbolit akhir dari komponen yang membahayakan bagi tanaman, sebagai

faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan makanan. (Rahma Meronda, 2019).

Kisaran konsentrasi total alkaloid tang terdapat pada bagian tanaman

tertentu sangat bervariasi. Sebagai contoh, reserpin dapat mencapai konsentrasi

hingga 1% dalam akar Rauvolfia serpentine, tetapi vinkristin dari daun


Catharanthus roseus diperoleh hanya 4.10-6 % Dapat dibayangkan persoalan

yang menyangkut dalam industri yang memproduksi alkaloid yang terdapat

dalam jumlah yang sangat sedikit. (Rahma Meronda, 2019).

II.4. KLASIFIKASI ALKALOID

Alkaloida tidak mempunyai tatanan sistematik, oleh karena itu, suatu

alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan strikhnin.

Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloida. (Sovia

Lenny. 2016)

Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara, yaitu : (Sovia

Lenny. 2016 dan Trevor Robinson. 2010)

1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian

dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat

dibedakan atas beberapa jenis sperti alkaloida pirolidin, alkaloida

piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin, dan alkaloida

indol.

Piridina Isokuinolina Tropana

N
N
H H

Piperidina Indol

2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini

digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama

ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida

dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu aklakoida tembakau,

alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini

mempunyai kelemahan, yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari

tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.

3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk

menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan

berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa

alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal hanya dari beberapa

asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida

dapat dibedakan atas tiga jenis utama, yaitu :

a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan

lisin.

b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin

dan 3,4-dihidrofenilalanin.

c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan.

4. Sistem klasifikasi berdasarkan Hegnauer yang paling banyak diterima,

dimana alkaloida dikelompokkan atas :

a. Alkaloida sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan

aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa terkecuali bersifat basa,

umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan

dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam

organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah

kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak

memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak

asam daripada bersifat basa.

b. Protoalkaloida

Protoalkaloida merupakan amin yang relative sederhana dimana

nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik.

Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang

bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk

kelompok ini.

c. Pseudoalkaloida

Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekusor asam amino.

Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting

dalam kelompok ini yaitu steroidal dan purin.

Berikut ini adalah pengelompokan alkaloid berdasarkan struktur cincin atau

struktur intinya yang khas, dimana pengelompokkan dengan cara ini

juga secara luas digunakan : (Trevor Robinson. 2010, dan Anonim. 2015)

1. Inti Piridin-Piperidin, misalnya lobelin, nikotin, konini dan trigonelin


2. Inti Tropan, misalnya hiosiamin, atropine, kokain.

3. Inti Kuinolin, misalnya kinin, kinidin

4. Inti Isokuinolin, misalnya papaverin, narsein

5. Inti Indol, misalnya ergometrin dan viblastin.

H
6. Inti Imidazol, misalnya pilokarpin.
N

N
7. Inti Steroid, misalnya solanidin dan konesin.

8. Inti Purin, misalnya kofein.

9. Amin Alkaloid, misalnya efedrin dan kolsikin

II.5. SIFAT ALKALOID

Alkaloida adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang

mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut

dalam asam-asam serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai

aktifitas fisiologis baik terhadap manusia ataupun hewan. (Anonim. 2012, dan

Anonim. 2016)

Beberapa sifat dari alkaloid yaitu : (Anonim. 2016)

1. Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino.


2. Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf.

3. Alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.

4. Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau

dalam bentuk garamnya.

5. Umumnya mempunyai rasa yang pahit.

6. Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam

kloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative non polar.

7. Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air.

8. Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada

atom N-nya.

9. Alkaloid dapat membentuk endapan dengan bentuk iodide dari Hg, Au dan

logam berat lainnya (dasar untuk identifikasi alkaloid).

II. 6. KEGUNAAN ALKALOID

II.6.1. Kegunaan Secara Umum

Alkaloida telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik

perhatian terutama karena pengaruh fisiologisnya terhadap binatang

menyusui dan pemakainnya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam

tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai

kemungkinan perannya ialah sebagai berikut : (Trevor Robinson. 2010)

1. Salah satu pendapat yang dikemukakan pertama kali, sekarang tidak

dianut lagi, ialah bahwa alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan

nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.


2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tendon penyimpanan

nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami

metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.

3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari

serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa

peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, ini

barangkali merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat “manusia

sentries”.

4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh karena segi struktur,

beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid

merangsang perkecambahan, yang lainnya menghambat.

Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian

bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan

kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan saran ini, pengamatan

menunjukkan bahwa pelolohan nikotina ke dalam biakan akar tembakau

meningkatkan ambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan cara

pertukaran dengan kation tanah.

II.6.2. Kegunaan Khusus

Senyawa alkaloid memiliki beberapa manfaat secara khusus yaitu

sebagai berikut (M. Pawallungi, 2015):

1. Sebagai analgetik dan narkotik, analgetika (menghilangkan rasa

sakit) sedangkan narkotika (menghilangkan rasa sakit sekaligus juga

menidurkan dan membius). Contohnya analgesik pada migrain dari


senyawa ergotamine yang dapat ditemukan pada jamur ergot,

analgesicKdan antitusif pada mitraginin yang dapat ditemukan pada

tanaman kratom serta kodein, adalah sejenis obat golongan opiat yang

digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga berat, batuk (antitusif)

dan diare.

2. Alkaloid mempengaruhi peredaran darah dan pernapasan, yang termasuk

dalam golongan ini adalah Varatrum, Rauwolfia (terutama sebagai

penurunan tekanan darah). Lobelia (Lobelin murni ialah obat asma untuk

stimulan pada pernapasan), golongan simpatomimetika seperti efedrin

dan meskalin, basa purin.

3. Sebagai kemoterapeutika dan anti parasit, alkaloid kina sebagai anti

malaria, alkaloid dari Areca dan Granatum sebagai anti cacing,

Ipecacuancha emetin dan Cephalin sebagai anti amuba

4. Sebagai stimulan uterus, Secale alakloid dan benzilisokinolin alkaloid

dari Hydrastis dan Berberis

5. Sebagai anastetika lokal seperti Cocain, yang didapatkan dari tumbuhan

Erythroxylon coca.

6. Midriatika merupakan obat yang melebarkan pupil mata, seperti pada

alkaloid belladona yang dapat ditemukan pada tanaman Belladona.

7. Simplisia (bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun). Contohnya adalah Alkaloid Piridin-

Piperidin yang dapat ditemukan pada Conium maculatum dari famili

Apiaceae dan Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae.


8. Digunakan sebagai bumbu dapur yaitu alkaloid turunan Piperidin,

meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis nigri Fructus, yang berasal

dari tumbuhan Piperis nigri (fam: Piperaceae).

9. Digunakan antisasmodik dan sedative yaitu alkaloid turunan Propil-

Piperidin, meliputi koniin yang diperoleh dari Conii Fructus, yang

berasal dari tumbuhan Conium maculatum (Fam: Umbelliferae)

10. Sebagai anthelmentikum pada hewan yaitu alkaloid turunan Asam

Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari Areca semen; yang

berasal dari tumbuhan Areca catechu (fam: Palmae).

II.7. IDENTIFIKASI ALKALOID

1. Berdasarkan sifat spesifik.( Anonim. 2012)

Alkaloid dalam larutan HCl dengan pereaksi Mayer dan Bouchardhat

membentuk endapan yang larut dalam alkohol berlebih. Protein juga

memberikan endapan, tetapi tidak larut dalam dalam alkohol

berlebih.

2. Berdasarkan bentuk basa dan garam-nya / Pengocokan .( Anonim. 2012)

Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut

baik dalam air. Sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik

: eter dan kloroform. Pengocokan dilakukan pada pH : 2, 7, 10 dan 14.

Sebelum pengocokan, larutan harus dibasakan dulu, biasanya

menggunakan natrium hidroksida, amonia pekat, kadang-kadang

digunakan natrium karbonat dan kalsium hidroksida.


3. Reaksi Gugus Fungsionil .( Anonim. 2012)

a. Gugus Amin Sekunder

Reaksi SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan na.

nitroprussida = biru-ungu.

Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan Cystisin. Hasil

lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin,

Colchisin dan Physostigmin.


b. Gugus Metoksi

Larutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi

formaldehid, dinyatakan dengan reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium

Permanganat dihilangkan dengan Asam Oksalat. Hasil positif untuk

Brucin, Narkotin, koden, Chiksin, Kotarnin,

Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain.

c. Gugus Alkohol Sekunder

Reaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl

pekat, dipanaskan diatas tangas air = merah-ungu.

Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin, Kodein, Pronin,

Dionin, dan Parakonidin.

d. Gugus Formilen

• Reaksi WEBER & TOLLENS :

Alkaloida + larutan Floroglusin 1% dalam Asam Sulfat (1:1),

panaskan = merah.

• Reaksi LABAT :
Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat pekat, dipanaskan diatas

tangas air = hijau-biru.

Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein,

Hidrastinin, narkotin, dan Piperin.


e. Gugus Benzoil

Reaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau

ester.

Hasil positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta

eukain, dan lain-lain.

f. Reaksi GUERRT

Alkaloida didiazotasikan lalu + Beta Naftol = merah-ungu. Hasil

positif untuk kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain,

Stovakain, Beta eukain, dan lain-lain.

g. Reduksi Semu

Alkaloida klorida + kalomel + sedikit air = hitam

Tereduksi menjadi logam raksa.

Raksa (II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid sebagai

kompleks.

Hasil positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain,

Pantokain, alipin, dan lain-lain.

h. Gugus Kromofor

• Reaksi KING :

Alkaloida + 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B + natrium

Hidroksida = merah intensif.


Hasil positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-lain.
• Reaksi SANCHEZ :

Alkaloida + p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin + Natrium Nitrit +

Natrium Hidrolsida) = ungu kemudian jingga.

Hasil positif untuk alkaloida opium kecuali Tebain, Emetin, Kinin,

kinidin setelah dimasak dengan Asam Sulfat 75%.

4. Pereaksi untuk analisa lainnya (Egon Stahl. 2015)

a. Iodium-asam hidroklorida

Merupakan pereaksi untuk golongan Xanthin. Digunakan untuk

pereaksi penyemprot pada lempeng KLT (Kromatografi Lapis Tipis)

dimana akan memberikan hasil dengan noda ungu-biru sampai coklat

merah.

b. Iodoplatinat

Pereaksi untuk alkaloid, juga sebagai pereaksi penyemprot pada

lempeng KLT dimana hasilnya alkaloid akan tampak sebagai noda

ungu sampai biru-kelabu.

c. Pereaksi Meyer (Larutan kalium Tetraiodomerkurat)Merupakan

pereaksi pengendap untuk alkaloid.

II.8. ISOLASI ALKALOID

Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya.

Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya mengandalkan sifat ini, dan

pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa alkaloid misalnya


rutaekarpina, kolkhisina, risinina) yang tidak bersifat basa. (Trevor Robinson.

2010) Umumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik yang mengandung

alkaloid dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : (Trevor Robinson. 2010)


1. Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas

Keller. Yaitu alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik.

Prinsip pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat

dalam suatu bakal sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam

tersebut menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain

yang lebih kuat daripada basa alkaloida tadi. Alkaloida yang bebas tadi

diekstraksi dengan menggunakan pelarut –pelarut organic misalnya

Kloroform. Tidak dilakukan ekstraksi dengan air karena dengan air

maka yang masuk kedalam air yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat

pengotor yang larut dalam air, misalnya glikosida-glikosida, zat warna,

zat penyamak dan sebagainya. Yang masuk kedalam kloroform

disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa dan minyak atsiri. Maka

setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka harus dimurnikan

lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform.

Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur

maupun amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam

bentuk murni, alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih

lanjut. Penentuan untuk tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada ekstraksi dengan azas Keller,

adalah : (Anonim. 2015)


a. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang

akan dibebaskan dari ikatan garamnya, berdasarkan reaksi

pendesakan.

b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada

umumnya kurang stabil. Pada pH tinggi ada kemungkinan akan

terurai, terutama dalam keadaan bebas, terlebih bila alkaloida

tersebut dalam bentuk ester, misalnya : Alkaloid Secale, Hyoscyamin

dan Atropin.

c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu,

tergantung kelarutannya dalam pelarut organik tersebut.

Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan

tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid

sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium

karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstaksi dengan pelarut

organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi

sinabung dan pemekatan khusunya digunakan untuk alkaloid yang tidak

tahan panas. Beberapa alkaloid menguap seperti nikotina dapat

dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang diabasakan.

Larutan dalam air yang bersifat asam dan mengandung alkaloid dapat

dibasakan dan alkaloid diekstaksi dengan pelarut organik , sehingga

senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam

air. Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari larutan asam

adalah dengan penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Kemudian


alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2 lalu diendapkan dengan

pereaksi Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian endapan dapat

dipisahkan dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah yang

timbul pada beberapa kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam bentuk

terikat yang tidak dapat dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa.

Senyawa pengkompleksnya barangkali polisakarida atau glikoprotein

yang dapat melepaskan alkaloid jika diperlakukan dengan asam.( Trevor

Robinson. 2010)

2. Pemurnian alkaloida dapat dilakukan dengan cara modern yaitu dengan

pertukaran ion.

3. Menyekat melalui kolom kromatografi dengan kromatografi partisi.

Cara kedua dan ketiga merupakan cara yang paling umum dan cocok

untuk memisahkan campuran alkaloid. Tata kerja untuk mengisolasi dan

mengidentifikasi alkaloid yang terdapat dalam bahan tumbuhan yang

jumlahnya dalam skala milligram menggunakan gabungan kromatografi

kolom memakai alumina dan kromatografi kertas. (Trevor Robinson.

2010).
Rangkuman :

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak


ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari
tumbuhtumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Alkaloid
dapat dipisahkan dari sebagian besar komponen tumbuhan yang lain berdasarkan
sifat basanya. Oleh karena itu, golongan senyawa ini sering diisolasi dalam
bentuk garamnya dengan suatu pelarut HCl atau H2SO4. sebagian besar sumber
alkaloid adalah pada tanaman berbunga, angiosperma (Familia Leguminoceae,
Papavraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae, Solanaceae,Berberidaceae) dan juga
pada tumbuhan monokotil (Familia Solanaceae dan Liliaceae). Adapun fungsi
alkaloid ini bermacam-macam diantaranya sebagai racun untuk melindungi
tanaman dari serangga dan binatang, sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi
yang merupakan hasil metbolit akhir dari komponen yang membahayakan bagi
tanaman, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan makanan.
Kegunaan alkaloid terbagi atas dua ada yang umum dan ada yang khusus.
Identifikasi alkaloid terbagi atas dua yaitu Berdasarkan sifat spesifik Alkaloid
dalam larutan HCl dengan pereaksi Mayer dan Bouchardhat membentuk endapan
yang larut dalam alkohol berlebih. Protein juga memberikan endapan, tetapi tidak
larut dalam dalam alkohol berlebih. Dan berdasarkan bentuk basa dan garam-
nya / Pengocokan. Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai
garamnya larut baik dalam air. Sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut
organik : eter dan kloroform.
Jawablah pertanyaan berikut ini :

1. Jelaskan pengertian senyawa alkaloid!

2. Gambarkan struktur alkaloid !

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pereaksi Iodium-asam

hidroklorida !

4. Jelaskan cara identifikasi alkaloid berdasarkan sifat spesifik !

5. Sebutkan golongan alkaloid yang mempengaruhi peredaran darah

dan pernapasan!

6. Sebutkan klasifikasi alkaloid berdasarkan jenis cincin

heterosikliknya!

7. Jelaskan 3 kegunaan khusus alkaloid!

8. Jelaskan fungsi dari alkaloid !

Jawaban :

1. Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang paling

banyak jumlah strukturnya. Senyawa ini banyak terdapat di

dalam tumbuhan dan tersebar di seluruh bagiannya, terutama di

bagian daun dan batang.

2.

N
H

3. Iodium-asam hidroklorida Merupakan pereaksi untuk golongan

Xanthin. Digunakan untuk pereaksi penyemprot pada lempeng KLT


(Kromatografi Lapis Tipis) dimana akan memberikan hasil dengan

noda ungu-biru sampai coklat merah.

4. Cara identifikasi alkaloid berdasarkan sifat spesifik

Alkaloid dalam larutan HCl dengan pereaksi Mayer dan Bouchardhat

membentuk endapan yang larut dalam alkohol berlebih. Protein juga

memberikan endapan, tetapi tidak larut dalam dalam alkohol

berlebih.

5 . Golongan alkaloid mempengaruhi peredaran darah dan pernapasan,

Varatrum, Rauwolfia (terutama sebagai penurunan tekanan darah). Lobelia

(Lobelin murni ialah obat asma untuk stimulan pada pernapasan), golongan

simpatomimetika seperti efedrin dan meskalin, basa purin

6 . Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari

struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas

beberapa jenis sperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin,

alkaloida kuinolin, dan alkaloida indol.

7 . a. Sebagai kemoterapeutika dan anti parasit, alkaloid kina sebagai anti malaria,

alkaloid dari Areca dan Granatum sebagai anti cacing, Ipecacuancha emetin dan

Cephalin sebagai anti amuba

b. Sebagai stimulan uterus, Secale alakloid dan benzilisokinolin alkaloid dari

Hydrastis dan Berberis

c. Sebagai anastetika lokal seperti Cocain, yang didapatkan dari tumbuhan

Erythroxylon coca.
8 . Fungsi alkaloid ini bermacam-macam diantaranya sebagai racun untuk

melindungi tanaman dari serangga dan binatang, sebagai hasil akhir dari reaksi

detoksifikasi yang merupakan hasil metbolit akhir dari komponen yang

membahayakan bagi tanaman, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan

cadangan makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Lenny, S. 2016. Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan
Metode Brine Shirmp. Jurnal. Medan: USU.
Robinson, T. 2015. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi.

Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB.

Kristanti, novi, 2018. Buku ajar fitokimia. Surabaya: Airlangga University Press.

Hesse M. 2012. Alkaloids Nature’s Curse or Blessing. Zurich (CH): J Wiley.


Padmawinata, K. 2015. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung:

Penerbit ITB.

Hesse M. 2011. Alkaloid Chemistry. Toromto: John Wiley and Sons, Inc.

Suradikusuma, E. 2019. Kimia Tumbuhan Depdikbud. Dirjen Pendidikan Tinggi

Pau. Ilmu Hayat IPB. Bogor.

Harborne, J.B. 2017. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.

Meronda, Rahma. 2019. Isolasi dan Identifikasi Alkaloid.


https://www.academia.edu/29071004/Alkaloid (diakses pada 04 Mei

2020)

Trevor Robinson. 2010. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.

Penerbit ITB. Bandung.

Sovia Lenny. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoida dan Alkaloida.

http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf diakses 06 Mei

2020.

Anonim. 2015. Galenika I-II. HMF ARS-PRAEPARANDI. Bandung.

Anonim. 2016. Alkaloid. www.dieno.wordpress.com diakses 06 Mei 2020.

Anonim. 2012. Card System dan Reaksi Warna.


ARS-
PRAEPARANDI Institut Teknologi Bandung. Bandung.

M. Pawallungi. 2015. Alkaloid.

https://www.academia.edu/32875854/_ALKALOID_ diakses 07 Mei 2020.

Egon Stahl. 2015. Analisis obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerbit
ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai