[[ ]]
Disusun Oleh :
Gordon Jurianto, ST
2008
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB V KESIMPULAN 29
DAFTAR PUSTAKA 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia konstruksi merupakan salah satu sektor perekonomian yang sangat penting
dalam suatu negara. Industri konstruksi merupakan aktivitas-aktivitas dan penghasilan
produk yang terkait dengan pembangunan properti. Dunia konstruksi merupakan aktivitas
berkesinambungan yang melibatkan perencanaan pembangunan, pengawasan
pembangunan, manajemen konstruksi, konstruksi bangunan dan infrastruktur untuk
berbagai fungsi seperti perumahan, perdagangan, perindustrian dan transportasi. Berbagai
jenis data dan informasi merupakan elemen terpenting dalam suatu proyek konstruksi.
1
BAB II
TAHAP-TAHAP UNTUK MEREALISASIKAN PROYEK KONSTRUKSI
Tujuan dari tahap penjelasan adalah untuk memungkinkan Pemilik proyek menjelaskan
fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga Konsultan Perencana dapat secara tepat
menafsirkan keinginan Pemilik proyek dan membuat taksiran biaya yang diperlukan.
Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli.
Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan,
merencanakan rancangan, taksiran biaya, dan persyaratan mutu.
Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya dan
implikasinya, serta rencana pelaksanaan.
2
Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu yang menggambarkan denah dan
batas-batas proyek.
Tahap perancangan meliputi dua sub tahap yaitu tahap Pra-Desain (Preliminary Design)
dan tahap Pengembangan Desain (Development Design) / Detail Desain (Detail Design).
Tujuan dari tahap ini adalah :
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk Kontraktor sebagai pelaksana atau sejumlah
Kontraktor sebagai sub-Kontraktor yang melaksanakan konstruksi di lapangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :
Prakualifikasi
Dokumen Kontrak
3
Seringkali dalam tahap pelelangan diadakan beberapa prosedur agar Kontraktor yang
berpengalaman dan berkompeten saja yang diperbolehkan ikut serta dalam pelelangan.
Prosedur ini dikenal sebagai babak prakualifikasi yang meliputi pemeriksaan sumber
daya keuangan, manajerial dan fisik Kontraktor yang potensial, dan pengalamannya pada
proyek serupa, serta integritas perusahaan. Untuk proyek-proyek milik pemerintah,
Kontraktor yang memenuhi persyaratan biasanya dimasukkan ke dalam Daftar Rekanan
Mampu (DRM)
Tujuan dari tahap pelaksanaan adalah untuk mewujudkan bangunan yang dibutuhkan
oleh Pemilik proyek dan sudah dirancang oleh Konsultan Perencana dalam batasan biaya
dan waktu yang telah disepakati, serta dengan kualitas yang telah disyaratkan. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan, mengkoordinasikan, dan
mengendalikan semua operasional di lapangan.
Perencanaan dan pengendalian proyek secara umum meliputi :
4
Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan, baik untuk bangunan
sementara maupun bangunan permanen, serta semua fasilitas dan perlengkapan
yang terpasang.
Mengkoordinasikan para Sub-Kontraktor.
Penyeliaan umum.
Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance and star-up) ini bertujuan
menjamin kesesuaian bangunan yang telah selesai dengan dokumen kontrak dan kinerja
fasilitas sebagaimana mestinya. Selain itu, pada tahapan ini juga dibuat suatu catatan
mengenai kostruksi berikut petunjuk operasinya danmelatih staf dalam menggunakan
fasilititas yang trsedia.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
Mempersiapkan catatan pelaksanaan, baik berypa data-data selama pelaksaan
maupun gambar pelaksanaan (as built drawing).
Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
terjadi.
Mempersiapkan petunjuk operasional/pelaksanaan serta pedoman
pemeliharaannya.
Melatih staf untuk melaksanakan pemeliharaan.
5
BAB III
UNSUR PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI
PEMILIK PROYEK
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang badan yang memiliki
proyek dan memberikanpekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak
penyedia jasa yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Penggunaan jasa dapat berupa
perseorangan, badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta.
Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:
I. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan konyraktor)
II. Meminya laporan secara periodic mengenai pelaksana pekerjaan yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa.
III. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
IV. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
V. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
VI. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan denagn cara
menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama
pemilik.
VII. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa jika produknya telah sesuai denagn apa yang dikehendaki.
Wewenang pemberi tugas adalah:
I. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.
II. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahukan
secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang
ditetapkan.
6
KONSULTAN
Pihak/badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsultan
perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana dapat dipisahkan menjadi
beberapa jenis berdasarkan spesialisasinya, yaitu konsultan yang menangani bidang
arsitektur, bidang sipil, bidang mekanika dan elektrikal dan lain sebagainya. Berbagai
jenis bidang tersebut umumnya menjadi satu kesatuan dan disebut konsultan perencana.
Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanan bangunan secara
lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang lain yang melekat erat membentuk
sebuah system bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan berbadan
hukum /badan hukum yang bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan.
Hak dan kewajiban konsulyan perencana adalah:
I. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana
kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
II. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
III. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang
kurang jelas dalamgambar rencana kerja dan syarat-syarat.
IV. Memberikan gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan .
V. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
Konsultan pengawas
Konsultan pengawas adalah oaring/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu
dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal hingga berakhir
pekerjaan tersebut.
Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah:
I. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
II. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan
pekerjaan.
III. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan .
7
IV. Mengoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi
antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancer.
V. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi disini mungkin serta menghindaari
pembengkakan biaya.
VI. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul dilapangan agar dicapai hasil
akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
VII. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.
VIII. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku.
IX. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
X. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan tambah/kurang.
KONTRAKTOR
Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan
pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana
dan peraturan serta syarat-syarat yang ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan
perseorangan berbadan hokum atau sebuah badan hokum yang bergerak dalam bidang
pelaksanaan pekerjaan.
Hak dan kewajiban kontraktor adalah:
I. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan syarat-syarat, risalah
penjelasan pekerjaan dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh
pengguna jasa.
II. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas
sebagai wakil dari pengguna jasa.
III. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan
untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
IV. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan bulanan.
V. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya sesuai
ketetapan yang berlaku.
8
HUBUNGAN KERJA
Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan, dan kontraktor diatur
sebagai berikut:
9
BAB IV
DATA PROYEK DAN TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN
10
Tujuan Penelitian
a. Identifikasi komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak pabrik
peleburan timah
b. Prakiraan dampak terhadap komponen lingkungan terutama yang menimbulkan
dampak besar dan penting
c. Evaluasi terhadap komponen llingkungan yang terkena dampak besar dan penting.
Manfaat Penelitian
a. Bagi Pemrakarsa
1). Masukan dalam melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
2). Informasi kondisi lingkungan awal di sekitar lokasi kegiatan
b. Bagi Masyarakat
1). Sumber informasi bagi masyarakat tentang rencana pabrik peleburan timah
2). Ikut berperan serta dalam melakukan upaya pemantauan lingkungan yang
dilaksanakan oleh pemrakarsa kegiatan.
c. Bagi Pemerintah
1). Sebagai masukan bagi perencanaan dan pembangunan wilayah
2). Integrasikan pertimbangan lingkungan hidup dalam tahap perencanaan
pembangunan
3). Sebagai Pedoman pemerintah dalam melakukan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.
11
Pekerjaan konstruksi membutuhkan tenaga kerja terutama tenaga kerja buruh
harian. Namun tenaga kerja yang dibutuhkan jumlahnya relatif kecil yaitu
berkisar 20 orang tenaga kerja. Penerimaan tenaga kerja yang ditelaah adalah
dampak positif dan negatif terhadap masyarakat yang berada disekitar lokasi
kegiatan.
2). Mobilisasi peralatan dan material
Peralatan yang dipergunakan untuk pembangunan fisik berupa dumptruk,
genset, mesin las, dll, sedangkan material yang dibutuhkan berupa semen, pasir,
kerikil, besi, batu bata, batu tahan api, seng, kayu balok, papan, dan lain-lain.
Kegiatan yang ditelaah adalah berupa kebisingan, persebaran debu sekitar lokasi
dan jalan yang dilalui oleh kendaraan.
3). Pembersihan lahan
Lahan yang digunakan sebagian besar berupa semak belukar, sehingga
diperlukan upaya pembersihan guna memperlancar pelaksanaan tahap
pembangunan dan operasional. Kegiatan yang ditelaah adalah hilangnya flora
dan fauna baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi.
4). Pembangunan sarana dan prasarana
Pembangunan sarana dan prasarana berkenaan terhadap fasilitas-fasilitas yang
akan mendukung kegiatan proses peleburan pasir timah (smelter) seperti
pembangunan pabrik, kantor, gudang, ruang genset, ruang jaga dan mess
karyawan. Dampak yang ditelaah adalah dampak positif dan negatif terhadap
pembangunan sarana dan prasarana pabrik peleburan timah terutama berkaitan
dengan penerimaan tenaga kerja dan kebisingan.
METODE PENELITIAN
Kualitas udara dan kebisingan
Kualitas udara di tapak proyek dan sekitarnya, dilakukan pengukuran langsung
dilapangan (data primer) kemudian dibawah langsung ke laboratorium. Untuk
pelaksanakan uji sampel bekerja sama dengan laboratorium BTKL Palembang yang
peralatan dan prosedur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12
Parameter kualitas udara yang dianalisis meliputi sulfur dioksida, carbon
monoksida, Nitrogen dioksida, hidrokarbon, partikel suspensi debu dan Pb. Jumlah titik
sampel kualitas udara di wilayah tapak proyek dan sekitar proyek berjumlah 3 titik
sampel.
Kebisingan dikumpulkan dengan pengukuran langsung dengan menggunakan sound
level meter. Untuk lebih jelasnya data kualitas udara yang akan diukur dan lokasi
pengukuran, disajikan pada Tabel III.1. berikut :
TABEL III.1.
PARAMETER KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN
TABEL III.2
LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL KUALITAS UDARA
13
Analisis kualitas udara dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran dengan
baku mutu lingkungan udara ambien. Sedangkan untuk mengetahui tingkat pencemaran
udara diwilayah studi dilakukan dengan pendekatan model Bivariate Gaussian yang
rumusnya sebagai berikut :
Q -H2
C (x,o,o,h) = x exp
2
kecepatan angin, penerimaan radiasi surya pada siang hari dan penutupan awan pada
malam hari.
TABEL III.3.
STANDAR KUALITAS UDARA
Baku Mutu
Waktu Pengukuran (pg/Nm3)
1 Jam 24 Jam 1 Tahun
1. NO2 400 150 100
14
2. SO2 900 365 60
3. CO 30.000 10.000 -
4. HC 160 / 3 jam - -
5. TSP - 230 90
6. Pb - 2 1
Sumber : PP No. 41 Tahun 1999
Analisis kebisingan dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :
a. Analisis kebisingan sumber bergerak
Untuk analisis kebisingan sumber bergerak dihitung dengan menggunakan rumus dari
Rau dan Wooten (1990) sebagai berikut :
Keterangan :
Loi = Tingkat kebisingan kendaraan tipe i
Ni = Jumlah kendaraan yang lewat per jam
Si = Kecepatan rata-rata truk
D = Jarak sumber bising terhadap titik pengukuran
S = “Shielding faktor” untuk daerah terbuka dengan tanaman agak jarang = S
dBA.
L2 = L1 – 10 Log R2/R1,
dimana :
L2 = tingkat kebisingan pada jarak R2 (dBA)
L1 = tingkat kebisingan pada jarak R1 (dBA)
R2 = jarak pendengar dari sumber bising (meter)
R1 = jarak bising dari sumbernya (meter)
15
Analisis kebisingan berpedoman kepada baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor Kep-
48/MenLH/10/1996 tentang Baku Tingkat kebisingan.
16
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
e. Sifat kumulatif dampak
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
Evaluasi dampak penting merupakan proses penelusuran prilaku dampak dan keterkaitan
antar masing-masing dampak tersebut.
Kosntruksi
Komponen/Sub
Penerimaan Mobilisasi Pembangunan
No. Komponen
Tenaga Peralatan dan Sarana dan
Lingkungan
Kerja Bahan Prasarana
A. Fisik Kimia
1. Kualitas Udara X X
2. Kualitas Air X
3. Kebisingan X X
4. Lahan/Ruang
B. Biologi
17
1. Flora X
2. Fauna X
3. Biota Air X
C. Sosekbud Kesmas
1. Peluang Kerja X
2. Peningkatan X
Pendapatan X X X
3. Keresahan X
Masyarakat X
4. Sikap dan X
persepsi
5. Kesehatan
Masyarakat
6. Konflik Sosial
Kosntruksi
Komponen/Sub
N Penerimaan Mobilisasi Pembangunan
Komponen
o Tenaga Peralatan dan Sarana dan
Lingkungan
Kerja Bahan Prasarana
A Fisik Kimia
18
. 1. Kualitas Udara -2/1 -1/1
2. Kualitas Air -1/1
3. Kebisingan -2/2 -1/2
4. Lahan/Ruang
B Biologi
. 1. Flora -1/1
2. Fauna -1/1
3. Biota Air -1/1
C Sosekbud Kesmas
. 1. Peluang Kerja 2/2
2. Peningkatan -1/2
Pendapatan -1/1 -1/1 -1/1
3. Keresahan -2/2
Masyarakat -2/1
4. Sikap dan -1/1
persepsi
5. Kesehatan
Masyarakat
6. Konflik Sosial
19
bahan sebagian wilayahnya terdapat pemukiman seperti di jalan Air Mangkok dan Jalan
Air Mawar, namun untuk jalan ketapang penduduk yang tinggal di sepanjang jalan
tersebut masih jarang, secara tidak langsung untuk jalan yang dilalui terdapat pemukiman
penduduk, maka mobilisasi tersebut dapat mengganggu kesehatan masyarakat terutama
debu yang berasal dari jalan yang dilalui kendaraan terutama pada saat di musim
kemarau.
Hasil pengukuran kualitas udara dijalan Air Mawar Kelurahan Bacang parameter NO2
3 3 3
/1 jam, SO2 /1 jam ,
/m3 3 3
/24
3
jam. Sedangkan di Jalan Ketapang parameter NO2 /1 jam, SO2
3 3 3
/3 jam,
3 3
/24 jam dan /24 jam.
Dengan adanya aktifitas kegiatan pengangkutan peralatan dan bahan serta lalu lintas
kendaraan pengangkut secara langsung akan meningkatkan kandungan gas buang dan
peningkatan kadar debu, sehingga dapat menimbulkan penurunan kualitas udara di
sepanjang lokasi kegiatan dan menyebar ke lingkungan pemukiman.
Secara langsung penurunan kualitas udara terutama kandungan debu (TSP) akan
mempengaruhi ketidak nyamanan masyarakat. Penyebaran gas buang dan debu ini akan
meningkat dan meluas pada saat kegiatan dilakukan pada musim kering/kemarau.
Penurunan kualitas udara yang berasal dari kendaraan pengangkut bahan meterial dan
bahan bersifat temporer dengan perkiraan dampak bersifat lokal yaitu lokasi jalan yang
dilalui oleh kendaraan.
Berdasarkan analisis diatas, maka mobilisasi peralatan dan bahan mempunyai dampak
negatif cukup penting (-2) dengan potensi besarnya dampak sangat kecil (1).
20
3 3
/24 jam dan Pb sebesar 0,02
3
/24 jam. Pembangunan sarana dan prasarana ini berakibat kepada penurunan
kualitas udara udara secara mikro.
TABEL IV.3.
EMISI POLUTAN UDARA DARI PEMAKAIAN ALAT BERAT
21
Peningkatan Kebisingan
Sumber kebisingan adalah aktifitas lalu lintas kendaraan pengangkut alat-alat material
dan bahan pada pelaksanaan konstruksi atau pembangunan pabrik peleburan biji timah
(smelter) PT. Laba-Laba Multindo selama kegiatan pembangunan berlangsung.
Hasil pengukuran menunjukkan di lokasi pada lokasi 1 (Jalan Ketapang) sebesar 41,9
dBA, dan lokasi 3 (Jalan Air Mawar) sebesar 61,0 dBA. Apabila dibandingkan dengan
baku mutu lingkungan sesuai KepMenLH Nomor 48/MenLH/10/1996 tentang baku mutu
tingkat kebisingan yaitu sebesar 55 dBA, maka pada lokasi 1 memenuhi baku mutu
sedangkan lokasi 2 melebihi baku mutu.
Menurut Zeans (1976), tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh alat-alat berat sebagai
berikut seperti disajikan pada Tabel IV.4. berikut :
TABEL IV.4.
TINGKAT KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN
DARI KENDARAAN ALAT-ALAT BERAT
10 m 20 m 30 m 40 m 50 m
1. Generator Yanmar 68 62 58 50 45
2. 5 KVA 78 74 71 68 64
3. Truck Isuzu 80 70 69 65 60
4. Buldozer 70 68 61 61 58
Loader
22
Peningkatan kebisingan secara tidak langsung akan mempengaruhi kenyamanan
warga, biarpun kebisingan hanya bersifat temporer yaitu pada saat dilakukan kegiatan
pengangkutan bahan dan material selama + 3 bulan. Komponen lingkungan yang
terkena dampak juga bersifat lokal yaitu jalan yang dilewati oleh kendaraan.
Berdasarkan uraian di atas, maka mobilisasi peralatan dan bahan pada tahap
konstruksi mempunyai dampak negatif cukup penting (-2) dengan besaran dampak
tergolong kecil (2).
Pada tahap konstruksi diprakirakan akan menimbulkan dampak peluang kerja terhadap
masyarakat yang berada di sekitar lokasi kegiatan namun peluang kerja ini bersifat
sementara, hal ini disebabkan waktu pelaksanaan tahap konstruksi terbatas pada lama
pelaksanaan konstruksi yaitu lebih kurang 3 bulan. Berdasarkan hal tersebut maka
peluang kerja ini pentingnya dampak positif cukup penting (+2) dengan besaran dampak
kecil (2).
23
Pendekatan teknologi dilakukan dengan memasang alat treatment udara sebelum asap
dibuang melalui cerobong asap.
Sistem kerja alat yaitu debu timah yang terbawa oleh gas hasil pembakaran (flue gas)
diperkirakan mengandung + 70% Sn sebagai timah oksida.
24
2.Penggunaa mesin kedap suara seperti merk Yanmar
3.Pemakaian ear plug
b. Pendekatan sosial ekonomi
1). Penerapan pelaksanaan pendekatan keselamatan, kesehatan kerja (K3)
2). Pembuatan kawasan hijau
Pendekatan pemanfatan sebagian areal lahan (dalam lokasi) untuk dijadikan
kawasan penghijauan dengan melakukan penanaman pohon pelindung seperti
angsana, cemara laut, bambu dan lain sebagainya.
3). Penerapan sanksi terhadap pekerja yang tidak menggunakan peralatan
kesehatan keselamatan kerja (K3)
Pengelolaan Sikap dan Persepsi Masyarakat
Upaya pengelolaan lingkungan terhadap sikap dan persepsi masyarakat dilakukan
berdasarkan pendekatan sosial ekonomi dengan pendekatan sebagai berikut :
a. Pengelolaan penerimaan tenaga kerja dilakukan dengan :
1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan
pembangunan pabrik smelter PT. Laba-Laba Multindo Pangkalpinang.
2. Memasang pengumuman penerimaan tenaga kerja melalui media massa lokal
(Bangka Pos, Babel Pos, Rakyat Pos) maupun pengumuman resmi dipapan
pengumuman Dinas Tenaga Kerja ataupun di Kantor Kelurahan Bacang.
3. Memberikan prioritas penerimaan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian.
4. Memberikan bantuan dana untuk pembangunan sarana dan prasarana sosial
kemasyarakatan.
b. Untuk pengelolaan PHK dilakukan dengan :
1). Memberikan pelatihan keterampilan kepada para tenaga kerja yang akan
terkena PHK seperti kerajinan tangan
2). Pelaksanaan PHK dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
tenaga kerja dan dilaksanakan secara bertahap.
3). Mengarahakan tenaga yang di PHK ke lapangan pekerjaan lain sesuai dengan
pengalaman dan keterampilan yang dimiliki.
25
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)
Pemantauan Kualitas Udara
Pemantauan kualitas udara dapat dilakukan dengan metode pengumpulan dan analisis
a. Metode pengumpulan
Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung di
lapangan dengan menggunakan gas sampler dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
laboratorium.
b. Metode analisis
Metode analisis dilakukan membandingkan hasil pemeriksaan dengan PP No. 41 Tahun
1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien.
Pemantauan Peningkatan Kebisingan
Pemantauan peningkatan kebisingan dapat dilakukan dengan metode pengumpulan dan
analisis
a. Metode pengumpulan
Metode pengumpulan dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan
dengan menggunakan sound level meter.
b. Metode Analisis
Metode analisis dilakukan dengan tabulasi, kemudian membandingkan dengan baku mutu
tingkat kebisingan berdasarkan KepMenLH Nomor 48/MenLH/II/1996.
Pemantauan Sikap dan Persepsi Masyarakat
Pemantauan sikap dan persepsi masyarakat dapat dilakukan dengan metode pengumpulan
dan analisis
a. Metode pengumpulan
1. Melakukan wawancara dan observasi langsung ke masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan. Wawancara dilakukan dengan mewancarai masyarakat sebanyak 40
orang yang dipilih secara acak, terutama terhadap tokoh masyarakat dan
pemuka masyarakat.
2. Mendata langsung jumlah tenaga kerja yang diterima di PT. Laba-Laba
Multindo
3. Mewancarai masyarakat terhadap jumlah dana yang disalurkan langsung guna
pembangunan sarana dan prasarana
26
4. Mewancarai masyarakat yang terkena PHK
b. Metode analisis
Metode analisis dilakukan dengan melakukan inventarisasi dan tabulasi
selanjutnya dianalisis secara kuantitatif – deskriftif.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil telaah didapatkan identifikasi dampak besar dan penting sebagai berikut :
a. Penurunan kualitas udara berasal dari aktifitas mobilisasi material /bahan baku
dan pembangunan sarana dan prasarana pabrik mempunyai dampak negatif (-)
dengan potensi besaran dampak sangat kecil;
b. Peningkatan kebisingan mempunyai dampak negatif (-) dengan besaran dampak
tergolong kecil;
c. Sedangkan sikap/ persepsi masyarakat mempunyai dampak posititif (+) cukup
penting dengan besaran dampak kecil.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu adanya beberapa saran rencana
pengelolaan sebagai berikut :
a. Pengelolaan lingkungan kualitas udara dapat dilakukan dengan berdasarkan
pendekatan teknologi dan sosial ekonomi. Pendekatan teknologi dilakukan
dengan memasang alat treatment udara sebelum asap dibuang melalui cerobong
asap. Sedangkan pendekatan sosial ekonomi dapat berupa pemberian alat proteksi
diri serta penyuluhan.
27
kawasan hijau dengan pemanfatan sebagian areal lahan (dalam lokasi) untuk
dijadikan kawasan penghijauan dengan melakukan penanaman pohon pelindung
seperti angsana, cemara laut, bambu dan lain sebagainya; (3). Penerapan sanksi
terhadap pekerja yang tidak menggunakan peralatan kesehatan keselamatan kerja
(K3).
28
BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa:
1. Penerapan sistem struktur organisasi suatu perusahan tertentu tidak harus menganut
satu pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang ada.
2. Sistem struktur organisasi yang digunakan oleh suatu perusahaan tertentu bisa
merupakan gabungan dan beberapa pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang ada.
3. Antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya bisa memiliki sistem struktur
organisasi yang berbeda. Hal ini tergantug dari kondisi dan tujuan perusahaan tersebut.
29
DAFTAR PUSTAKA
www.wikepedia.com
www.google.com
Wulfram I. Ervianto, MANAJEMEN PROYEK KONSTRUSI, ANDY, 2005
30