Anda di halaman 1dari 2

Sanksi di UU Ketenagakerjaan Yg Wajib Diketahui

Oleh Pengusaha
(Sumber: Sanksi di UU Ketenagakerjaan yang Wajib Diketahui oleh Pengusaha)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 atau yang biasa disebut sebagai Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU
Ketenagakerjaan) memiliki peran yang sentral dalam mengatur permasalahan perburuhan di Indonesia. UU
Ketenagakerjaan dapat dikatakan menggambarkan hubungan yang ada di antara pemangku kepentingan yakni,
Pengusaha, Pekerja, dan Pemerintah.

Terdapat 2 (dua) macam sanksi yang ada di dalam UU Ketenagakerjaan, yakni


1. Sanksi Administratif; dan
2. Sanksi Pidana.

Sanksi Administratif
Sanksi administratif yang diberikan dapat berbentuk
a. teguran,
b. peringatan tertulis,
c. pembatasan kegiatan usaha,
d. pembekuan kegiatan usaha,
e. pembatalan persetujuan, pembatalan pendaftaran,
f. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi, hingga
g. pencabutan ijin.

Sanksi administratif diberikan dalam hal pelanggaran atas hal:


a. Diskriminasi dalam memperoleh pekerjaan (Pasal 5);
b. Diskriminasi dalam bekerja (Pasal 6);
c. Tidak terpenuhinya persyaratan penyelenggaraan pelatihan kerja (Pasal 15);
d. Pemagangan di luar wilayah Indonesia tidak sesuai aturan (Pasal 25);
e. Pemungutan biaya penempatan tenaga kerja tak sesuai aturan (Pasal 38 Ayat (2));
f. Pemberi kerja tenaga kerja asing tak sesuai aturan (Pasal 45 Ayat (1);
g. Pemberi kerja tidak membayar kompensasi kepada tenaga kerja asing (Pasal 47 Ayat (1);
h. Pemberi kerja tidak memulangkan tenaga kerja asing setelah masa kerja berakhir (Pasal 48);
i. Perusahaan tidak menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan (Pasal 87);
j. Perusahaan tidak membentuk lembaga kerja sama bipartit sesuai aturan (Pasal 106);
k. Pengusaha tidak mencetak dan membagikan naskah perjanjian kerja bersama kepada setiap pekerja atas biaya
perusahaan (Pasal 126 Ayat (3);
l. Pengusaha tidak memberikan bantuan kepada tanggungan pekerja yang ditangkap bukan atas dasar aduan
pengusaha (Pasal 160 Ayat (1) dan (2).

Sanksi Pidana
Bentuk pidana yang diberikan bermacam-macam, yakni Denda, Kurungan, dan Penjara. Sanksi pidana penjara 2 tahun
sampai 5 tahun dan/atau denda Rp200 juta sampai Rp 500 juta diberikan kepada orang yang mempekerjakan atau
melibatkan anak dalam pekerjaan.
Sanksi pidana penjara 1 tahun sampai 5 tahun dan/atau denda Rp100 juta sampai Rp 500 juta diberikan kepada
pengusaha yang tidak mengikutsertakan karyawan perusahaannya di dalam program pensiun.

Sanksi pidana penjara 1 tahun sampai 4 tahun dan/atau denda Rp100 juta sampai Rp 400 juta diberikan kepada
pihak yang melanggar ketentuan pada:
a. mempekerjakan tenaga kerja asing tak sesuai aturan (Pasal 42 Ayat (1) dan (2));
b. mempekerjakan anak (Pasal 68);
c. mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan tak sesuai persyaratan (Pasal 69 Ayat (2));
d. tidak memberikan kesempatan ibadah bagi pekerja (Pasal 80);
e. tidak memberikan istirahat yang berhak pagi pekerja yang ingin melahirkan (Pasal 82));
f. membayar upah lebih rendah dari upah minimum (Pasal 90 Ayat (1));
g. Menghalangi hak mogok kerja pegawai (Pasal 143 Ayat (1)); dan
h. Tidak mempekerjakan pekerja kembali setelah terbukti tak bersalah atau memberikan hak atas pemutusan
hubungan kerja (Pasal 160 Ayat (4) dan (7)).
Sanksi pidana penjara 1 bulan sampai 4 tahun dan/atau denda Rp10 juta sampai Rp 400 juta dalam hal melanggar
ketentuan pada:
a. Tenaga kerja tidak diberikan perlindungan oleh pelaksana penempatan kerja atau pemberi kerja (Pasal 35 Ayat
(2) dan (3));
b. Tidak memberikan upah kepada pekerja dalam hal yang diatur dalam Pasal 93 Ayat (2).

Sanksi pidana kurungan 1 sampai 12 bulan dan/atau denda Rp 10 juta sampai Rp 100 juta dalam hal melanggar
ketentuan pada:
a. Lembaga penempatan tenaga kerja swasta tidak memiliki izin (Pasal 37 Ayat (2));
b. Pemberi kerja tenaga kerja asing tidak menaati ketentuan (Pasal 44 Ayat (1));
c. Pemberi kerja tenaga kerja asing tidak melaksanakan kewajiban sesuai aturan (Pasal 45 Ayat (1));
d. Pengusaha tidak memberikan perlindungan kepada tenaga kerja cacat (Pasal 67 Ayat (1));
e. Pengusaha yang mau mempekerjakan anak tidak memenuhi syarat (Pasal 71 Ayat (2));
f. Pengusaha melanggar ketentuan mempekerjakan perempuan (Pasal 76);
g. Pengusaha tidak membayar upah lembur sesuai ketentuan (Pasal 78 Ayat (2) dan Pasal 85 Ayat (3));
h. Pengusaha tidak memberikan waktu istirahat atau cuti sesuai ketentuan (Pasal 79 Ayat (1) dan (2)); dan
i. Pengusaha melakukan larangan yang diatur undang-undang terkait mogok kerja (Pasal 144).

Sanksi pidana kurungan 1 sampai 12 bulan dan/atau denda Rp 10 juta sampai Rp 100 juta dalam hal melanggar
ketentuan pada:
a. Lembaga pelatihan kerja swasta tidak terdaftar (Pasal 14 Ayat (2));
b. Lembaga penempatan tenaga kerja swasta memungut biaya tidak sesuai ketentuan (Pasal 38 Ayat (2));
c. Pengusaha tidak membuat surat pengangkatan dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat secara
lisan (Pasal 63 Ayat (1));
d. Pengusaha yang mau mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja tidak memenuhi syarat (Pasal 78 Ayat (1));
e. Pengusaha yang memiliki pekerja sekurang-kurangnya sepuluh orang tidak memiliki peraturan perusahaan
setelah disahkan menteri atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 108 Ayat (1));
f. Peraturan perusahaan tidak diperbaharui setelah jangka waktu dua tahun (Pasal 111 Ayat (3));
g. Pengusaha tidak memberitahukan atau menjelaskan isi serta memberikan naskah peraturan perusahaan atau
perubahannya kepada pekerja (Pasal 114); dan
h. Pengusaha tidak memberitahukan secara tertulis kepada pekerja dan/atau serikat pekerja, serta instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat sekurang-kurangnya tujuh hari kerja sebelum
penutupan perusahaan (Pasal 148).

Demikian sanksi-sanksi yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan yang harus diketahui pengusaha.

Anda mungkin juga menyukai