Anda di halaman 1dari 15

Metode Digital Sebagai

Pendekatan Riset
Sosial-Humaniora di
Era Normal Baru

Oleh: Tim Peneliti IPSK-LIPI


(Bahtiar Rifai, Gusti Ayu S, Ibnu Nadzir)

Jakarta, 25 Juni 2020


LATAR BELAKANG
01 Signifikasi Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)
Teknologi digital memediasi interaksi manusia semakin intensif (Appadurai, 1996; Castells,
1996) dan membentuk nilai & praktik sosial, budaya, politik, ekonomi (Miller & Slater);
tingginya intensitas interaksi dunia virtual dibanding dunia nyata telah mengaburkan
batasan dunia nyata-maya; berkembangnya komunitas-komunitas virtual sehingga tatap
muka bukan lagi keharusan.

02 Pengumpulan data berbasis digital bukan hal baru


Penelitian sosial-humaniora (sos-hum) telah memanfaatkan metode pengumpulan data
berbasis digital untuk mendukung data primer (yang umumnya diperoleh melalui interaksi
tatap muka), seperti data sekunder melalui penelusuran literature non-printing (open-
access repositories -1990an); data primer melalui survei email (1990an), web survey (awal
2000), Google form (2008), Survey Monkey (2010), Big Data (2000) dan Etnografi digital
(2001).

03 Pandemi Covid-19 dan physical-social distancing


Pembatasan interaksi tatap muka berpotensi terus dilakukan hingga 2022 sehingga
peneliti sos-hum harus mampu beradaptasi dalam pengumpulan data ditengah pandemi,
khususnya melalui metode berbasis digital (daring).
Muncul dilemma secara epistimologi (Snee et al, 2016) dan pemikiran untuk menghindari
mal-adaptation atas metode berbasis digital. Basis aspek akademis seperti apa yang harus
terelaborasi dalam metode tersebut?
KONSEP
Sebuah pendekatan dalam
penelitian sosial-humaniora untuk
mendapatkan data atas objek riset
secara langsung (primer:
responden/ narasumber) maupun
TUJUAN
tidak langsung (sekunder: pusat Peranan teknologi informasi dan
data dan open source) tanpa komunikasi dapat menjembatani

Metode melakukan interaksi tatap muka


namun berbasis teknologi
informasi antara obyek riset dan
peneliti yang mengurangi sekat
informasi dengan menggunakan dimensi waktu, ruang dan jarak,
pengumpulan sarana komunikasi (komputer,
Ipad/ tablet, telepon pintar), yang
sehingga mampu menghadirkan
kondisi obyek penelitian
selanjutnya dapat diproses
data berbasis
selayaknya interaksi secara
otomatisasi (dengan bahasa langsung (tatap muka) tanpa
pemrograman – data kuantitatif mengurangi substansi tujuan

digital (Reynolds et all., 2006) ataupun


manual (data kualitatif).
penelitian.
• Tidak ada satu istilah tunggal yang digunakan untuk
merujuk metode ini: etnografi digital (Murthy 2008),
etnnografi virtual (Hine 2000), etnografi internet (Boyd
2008; Sade-Beck 2004), internet-related ethnography
(Postill dan Pink), netnography (Kozinets 2009). Upaya menjembatani
interaksi timbal balik
• Unsur identitas telah dimulai dalam pemilihan nilai dan praktik
daring-luring
kelompok di mailinglist (awal 90-an), misal agama, terhadap obyek
interest, pendidikan, sosial, ekonomi. penelitian

• Berbagai platform digital (komunikasi, media sosial,


permainan, hiburan) masing-masing memiliki karakter
spesifik (representasi teks, gambar, video, audio)
namun kesemuanya berbasis data daring (Varis,
2014) yang bermuara untuk dapat diamati dan
dipahami (Bryman, 2012; Neuman, 2013; Spradley,
ETNOGRAFI
1997) sebagai informasi, interaksi, perilaku, karakter,
komunikasi dan kultur dari objek riset. DIGITAL
• Urgensi: pendekatan ini harus disesuaikan dengan
topik kajian yang dipilih (Pink, 2015).
Batasan dan siginfikasi kajian internet berbasis kualitatif
AKSES DARING & BIAS OBJEK RISET POTENSI JEJARING INFORMAN & ASPEK LAIN
Kecenderungan daring didominasi oleh individu-individu yang • Interaksi daring berpeluang menemukan jejaring informan
memiliki akses, umumnya berkorelasi terhadap wilayah, sosial- lain berbasis informan utama.
ekonomi, pendidikan, usia dll. • Memahami aspek mental informan.
Identitas daring terkadang sulit dilacak ke pengguna diluar • Berpotensi melihat sisi lain dari fenomena yang
platform digital diobservasi.

Mitigasi: disarankan wawancara maksimal 20 menit (Maddox,


2020), dan pemahaman karakter multi-situs

Keterbatasan INTERAKSI & INFORMASI Pendukung


FOKUS & INFORMASI PENDUKUNG LAIN

Peluang kecil membangun relasi calon informan • Informan dapat lebih fokus dalam wawancara karena
Keterbatasan mengobservasi ekspresi dan bahasa tubuh mengalokasikan waktu secara khusus .
informan sehingga fokus ke perilaku. • Menangkap informasi/ data diluar aspek lisan, misalnya
Resiko interaksi yang kaku berujung kelelahan responden interaksi dan intensitas dalam platform digital
• Mengamati perilaku dan praktek tanpa disadari informan
Mitigasi: Pengamatan aspek teknis: suara, rekaman, grafis,
koneksi internet dll; dan mendesain pertanyaan kunci.

BESARAN data dan SIFAT Obyek OTOMATISASI PEREKAMAN DATA


Perekaman berbasis etnografi internet berkonsekuensi
besarnya data sehingga peneliti harus ekstra mengelolanya. • Data dapat terekam langsung dalam masing-masing jenis
Sifat obyek messy web (Postill dan Pink, 2012), platform, terdokumentasi dengan baik sehingga
memungkinkan interaksi lintas platform digital, maupun memungkinkan peneliti menilik ulang jika dibutuhkan
timbal balik daring-luring. • Berpeluang melakukan perbandingan praktek etnografi
daring dan luring.
Mitigasi: Pembatasan durasi waktu, jenis platform, penyediaan
consent form / identitas asli (responden) pada platform tertutup
KONSEP
Fungsi dan mekanismenya serupa off-line FGD, yang
Focus Group Discussion (FGD) Virtual
membedakan komunikasi dan interaksi berbasis jaringan
internet (tanpa tatap muka).

Pengaplikasian pada platforms: Skype, Usee, Zoommeeting,


WA group call, Googlemeet, dll.

Kunci: rekruitmen peserta FGD, jaringan internet dan


perangkat komunikasi, pemilihan waktu (mengakomodasi
beda zona waktu)
TAHAPAN
1. Penentuan rekruitmen peserta: telah memiliki kontak
sebelumnya dan berkorespondensi untuk informasi
pelaksanaan FGD berbasis kesepakatan bersama.
2. Penjelasan mekanisme FGD akan dilakukan,
berbasis penggunaan kuota internet peserta.
3. Consent peserta: akan direkam untuk kepentingan
penelitian.
4. Rekruitmen peserta dihentikan jika jumlah terpenuhi
(misalnya 6 orang/ FGD). Tingkat heterogenitas peserta
disesuaikan dengan tujuan riset.
5. Menyiapkan perangkat FGD yang telah disepakati
dengan memastikan kesetaan akses antar peserta.
6. Memastikan aspek kenyamanan peserta: ice breaking
(jika perlu)
Catatan FGD virtual
• Tantangan ketidakmerataan kualitas
dan jaringan internet, kepemilikan
perangkat komunikasi yang
berpengaruh pada ketidaksetaraan
akses terhadap FGD.
• Mampu menjaring peserta yang Mitigasi: penyiapan logistik mutlak
berbeda lokasi/ zona waktu, diperlukan (kuota, narahubung/
sehingga heterogenitas peserta mitra dilokasi sebagai mediator)
lebih besar dibandingkan off-line
FGD. • Pengalaman yang berbeda-beda
dirasakan masing-masing peserta
• Fleksibilitas dalam KEKUATAN KENDALA sehingga tidak kesemuanya memiliki
menyampaikan ide, pertanyaan, atensi yang setara layaknya FGD
argumentasi secara lisan tatap muka.
maupun teks (khususnya aplikasi Mitigasi: poin/ outline FGD
yang memiliki fasilitas chat room). disampaikan sebelumnya, moderator
lebih aktif menggali partisipasi
seluruh peserta.
KONSEP , ASPEK PENTING INSTRUMEN
• Pemenuhan klirens etik Setidaknya terdapat 9
Online survei adalah metode pengumpulan
• Memiliki consent form aplikasi online (Qualtrics,
data yang dikembangkan melalui bahasa
• Melakukan pilot survey Google form, survey
pemrograman (coding) (Reynolds at all, 2006)
berjenjang monkey)
untuk memproses reaksi/ tanggapan
• Memiliki metode konfirmasi data Basis instrument:
responden terhadap aksi (stimulan,
• (telp, texting, email, sosial-media, • WEB berbayar
pertanyaan) yang dirancang oleh peneliti
otomatisasi web) (5% atau 10% • WEB gratis
sehingga hasil survei secara otomatis dapat
dari data yang masuk). • Platform (IoS dan
diakses secara langsung dan real-time.
• Bahasa lugas, pengertian umum PlayStore)
• Menggunakan web berbayar

WEB SURVEY
KEKUATAN KETERBATASAN

• Akses 24jam/ 7hari, tidak terbatas • Pengguna internet semakin inklusif,


jarak dan ruang. sehingga menjadi tantangan untuk
• Kecepatan pengumpulan data memenuhi aspek keterwakilan (proporsional)
(target terpenuhi <1 minggu) (Granello responden (lokasi, usia dll).
& Wheaton, 2004). Perbandingan via: Alternatif: penetapan target sampel
email (2-4), pos (4-6 minggu), telepon
(2-4), tatap muka (4-8) (Farmer, 1998). • Dominasi pemanfaatan web gratis yang
beresiko kebocoran data dan kerahasiaan
• Otomatisasi perekaman data dan responden, serta keterbatasan pertanyaan.
resume hasil sehingga mengurangi Mitigasi: menggunakan web berbayar
resiko manipulasi data oleh • Sulit mengontrol calon responden dan
enumerator (Palys & Atchison, 2012). probing
• Fleksibiltas format (Palys & Atchison, • Resiko partisipasi rendah akibat kejenuhan
2012). survei online, pertanyaan kompleks, durasi
pengisian lama.
• Interaktif: elaborasi teks, suara,
animasi dan video sehingga mampu • Sulit menangkap informasi kompleks dan
akomodasi kebutuhan responden kedalaman analisa sehingga sulit diterapkan
secara spesifik. di studi eksperimental.
• Bersifat anonim, berpeluang • Keterbatasan teknik sampling, kondisi
meningkatkan kejujuran jawaban pandemic = non-probabilty
(khususnya infomasi sensitif)
Tahapan Web Survey • Pemilihan distribusi akses web
survei: iklan, email, newsgroup,
milist, atau penggunaan
• Menentukan web berbayar
atau web gratis jaringan media social
• Layout dengan kemudahan • Menentukan lama waktu web
navigasi, format HTML, survey dilakukan
Memastikan kesesuaian web survey • Memilih alat pengolahan data
• Sebaiknya pertanyaan
dengan tujuan riset, misalnya (pemrograman)
tertutup, hindari table, Bahasa
berskala nasional, sifat social, lugas • Menerapkan perlindungan
generalisasi hasil • Memenuhi kode etik riset (encrypting –password, pin)
• Consent partisipasi, kontak akses web maupun data base
Exercise tipe riset &
peneliti dan helpdesk
Web Survey DURASI DAN OLAH DATA
Menyusun instrumen

UNDUH DATA
• Dilakukan secara rutin
Penentuan PILOT STUDY untuk menghindari
populasi terukur pencurian pihak lain
• Dilakukan berjenjang (tim • Evaluasi rutin, karena
Memprediksi berapa populasi dan inti peneliti, quality control besifat passive bait and
memastikan memiliki askes internet dan team, dan masyarakat) wait technique.
sarana digital (computer, tablet, • Evaluasi dan perbaikan • Membuat back-up data -
smartphone) yang setara dan kontak yang dari setiap pilot study base (Harris & Derschm,
dapat dihubungi
1997)
B
101001101001000010101

IG DATA
0011110111011011011010
101000011100101011001
010100111010100010101
0001011010110110110100
010101110001010100010
1000101110101100010011
010011010010000101010
KONSEP 0111101110110110110101
010000111001010110010
Metode otomatisasi pengumpulan data dan pengolahan
101001110101000101010
data yang terintegrasi secara cepat dalam jumlah yang 0010110101101101101001
sangat besar melalui pemrograman khusus (misalnya R,
Phyton, Hadoop, Quoble, Apache Storm, dll) secara real-
time, berupa data numerik yang terstruktur dalam database.
Big Data mengkonversikan dokumen seperti teks, email,
video, audio, transaksi keuangan ke dalam kode numerik.

PRASYARAT DASAR SUMBER DATA DAN IMPLEMENTASI


• Data telah terkonversi secara digital dalam bentuk • Berbasis publikasi data dari institusi
numerik. Ketersediaan data secara real time dan yang telah mendokumentasikan
pengelolaan professional secara baik, misalnya BPS, Bank
• Kode etik: pemilahan data open-access dan non- Dunia, WTO, dll; ataupun non-
accessible (restricted) terstruktur: sosial media; cloud, data
• Kekuatan IT yang mumpuni penyedia data (institusi):
keamanan data, teknologi terkini, adaptif terhadap •
lakes, supplier/ customer
Jenis data: sekunder
BIG DATA
beberapa software, pembaharuan data kontinyu • Bidang: sosial, ekonomi, bisnis,
• Penguasaan IT pengunduh data, bahasa pemrograman, cuaca, kesehatan, kependudukan,
paham kode etik pengumpulan data transportasi, dll
KEKUATAN KETERBATASAN

• Masih terbatas dilakukan dalam penelitian • Terbatas pada analisa kuantitatif


sosial-humaniora sehingga berpeluang BIG DATA • Limitasi penarikan (pengunduhan) data yang
sebagai kontribusi akademis dalam seperti bersifat institusional dan sumber penyedia.
skala analisa yang lebih besar dan tingkat Alternatif: MoU antar institusi, access
kompleksitasnya. permit (berbayar).

• Mampu mengeloborasi kompleksitas data • Penguasaan bahasa pemrograman yang


(global ataupun nasional) dan ukuran yang sangat terbatas dikuasai peneliti sosial-
besar untuk diunduh secara cepat humaniora.
• Variasi dan fleksibilitas pengelompokan data Alternatif: melibatkan staf IT data dalam tim
(berbasis periode waktu, lokasi dll) ataupun investasi pembelajaran SDM

• Meminimalkan resiko kesalahan manusia Untuk memperkuat • Sulit dalam mengkonfirmasi validitas non-
yang jamak terjadi dalam entry data manual. kedalaman Analisa structured-data (non-institusional)
• Lebih efisien dibandingkan pengumpulan berbasis BIG DATA • Perbedaan format dan konsistensi data
data manual (yang berbasis insititusi). dibutuhkan kajian akibat pembaharuan data otomatis.
literatur yang robust • Bahasa coding bersifat terbuka dan dinamis
(penelitian sebelumnya) à membutuhkan modifikasi script code.
maupun publikasi data • Butuh waktu lebih lama dalam mengolah
kualitatif sebagai non-structured data.
justifikasi/ argumentasi
hasil analisis
Metode Institusi Judul Kegiatan/ Penelitian
Pemanfaatan Kajian PMB-LIPI Bukan Sekadar Penggaung (Buzzers): Media
media digital internet Sosial dan Transformasi Arena Politik, 2018
berbasis
dalam kualitatif Bridging Indonesia Digital Divide: Rural Urban
pengumpulan Linkage, 2018

data penelitian Reclaiming Indonesian-ness: Online Offline


Engagement of Indonesian Exiles in Netherlands,
kedeputian 2018
IPSK-LIPI Web P2E-LIPI Penguatan Diplomasi Ekonomi Melalui E-
Survey Commerce: Peran UMKM dalam Jaringan
Produksi dan Pemasaran Global, 2019

Survei Dampak Darurat Covid-19 terhadap Pelaku


UMKM, 2020
IPSK-LIPI Survei Kesiapan Masyarakat terhadap AI, 2020
FGD online P2K-LIPI Kaji Cepat Aspek Sosial Covid-19, 2020
BIG DATA IPSK-LIPI Kajian Politik Identitas pada Pilpres 2019 (2019)
SUMMARY
• Masing-masing instrumen metode berbasis digital memiliki karakter
spesifik yang penggunaanya disesuaikan/ relevan dengan tujuan
penelitian yang memungkinkan untuk dapat saling melengkapi
melalui kombinasi penggunaan instrumen yang berbeda.
• Pra-kondisi yang harus dipenuhi: ketersediaan jaringan internet dan
komunikasi, kepemilikan akses perangkat komunikasi, desain
instrumen penelitian yang tepat dan robust (berbasis uji/ pilot test
berjenjang).
• Tantangan: kesenjangan infrastruktur teknologi komunikasi dan
penguasaan perangkat komunikasi yang dimiliki masyarakat secara
umum, mewujudkan keterwakilan (proporsional) responden,
ketersediaan pilihan teknik sampling, dan mampu merekam kondisi/
fenonmena sosial selayaknya metode tatap muka.
• Peran komite klirens etik menjadi sentral untuk memastikan
instrumen riset berbasis digital telah memenuhi kaidah akademis.
Dukungan pembiayaan untuk penyediaan logistik dan penyiapan
kegiatan pengumpulan
Content Here data sangat diperlukan dalam mewujudkan
You can simply
kesetaraan aksesimpressresponden.
your Oleh karena itu, metode pengumpulan
data berbasis digital
audience and masih
add a menjadi salah satu alternatif terbaik untuk
penelitian sosial gumaniora
unique zing. ditengah pandemi Covid 19.
TERIMA KASIH
WEBINAR TANTANGAN METODE DIGITAL PADA RISET SOSIAL HUMANIORA DI MASA NORMAL BARU

TIM PENELITI
KEDEPUTIAN BIDANG IPSK-LIPI
Bahtiar Rifai
Gusti Ayu Ketut Surtiari
Ibnu Nadzir

Anda mungkin juga menyukai