Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 2477-1376

Vol. 1 | No.1

Potret Wajah Masyarakat Digital Indonesia

Engkus Kuswarno*

*Universitas Padjadjaran, Bandung

ARTICLE INFO ABSTRACT


Keywords: The aim of this study was to determine the facial portrait of the people in
Digital Community, Indonesia. Where, development of communication technology so quickly
Online Community and spread throughout the joint community. Software applications (social
Media Consumption
networks: messages bb, bb group, fb, twitter), communication devices
(smart phones, tablet) as well as the availability of broadband access
(broadband) became the catalyst for the consumer is ready to connect
at any time. This type of research is descriptive. In demographic, online
community in Indonesia in terms of gender, it is known that men 51.5%
and women 48.4%. Although almost equal, but the population of men
more than women. The figures are almost the same as the people who live
in urban areas than rural areas. Internet users in urban communities
51% and 49% rural. The interesting thing is the villagers had almost
following the urban community in the use of the Internet. It shows also
email: that online penetration through the countryside to the IT infrastructure
eng_kus@gmail.com in Indonesia is quite high

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potret wajah


masyarakat di Indonesia. Di mana, perkembangan teknologi ko-
munikasi sedemikian cepat menyebar ke seluruh sendi masyara-
kat. Aplikasi perangkat lunak (social network : bb messages, bb
group, fb, twitter), piranti komunikasi (smart phone, tablet) serta
ketersedian akses pita lebar (broadband) menjadi katalis konsu-
men untuk siap terkoneksi setiap saat. Jenis penelitian yang digu-
nakan adalah deskriptif. Secara demografik, masyarakat online di
Indonesia dilihat dari jenis kelamin, diketahui bahwa kaum pria
51,5% dan wanita 48,4%. Walaupun hampir berimbang, namun
populasi pria lebih banyak daripada wanita. Angka yang hampir
sama adalah masyarakat yang tinggal di perkotaan dibandingkan
pedesaan. Masyarakat pengguna internet di perkotaan 51% dan
pedesaan 49%. Hal yang menarik adalah masyarakat desa sudah
hampir menyusul masyarakat kota dalam penggunaan internet.
Hal ini menunjukkan pula bahwa penetrasi online melalui infra-
struktur IT ke pedesaan di Indonesia sudah cukup tinggi.
Jurnal Communicate
Volume 1 Nomor 1
Juli-Desember 2015
ISSN. 2477-1376
hh. 47–54 ©2015 JC. All rights reserved.

-47-
Jurnal Communicate Volume 1 No.1 Juli 2015

Pendahuluan sakan. Sedangkan dalam lingkup organisasi, ang-


Memahami orang dapat dilihat dari memahami wa- gota dapat mencari informasi langsung dari rekan
jahnya. Kita dapat menemukan hal yang aneh dari kerja mereka (Cross, et al., 2001; Morrison, 2002; Pa-
dalam diri seseorang, hanya dengan membaca eks- lazzolo, 2005; Yuan, et al., 2010) atau secara imperso-
presi wajahnya, oleh karena wajah bagaikan buku. nal dari repositori pengetahuan digital seperti intra-
Ekspresi wajah dapat merepresentasikan suasana net dan elektronik database (Kankanhalli & Kwok,
hati sedih, atau gembira, atau campur-rasa (affec- 2005; Lee & Kim, 2009; Yuan, et al., 2007). Hal lain
tive-blended) seperti menangis karena bahagia. Itu- terkait dengan pencarian informasi adalah melalui
lah human condition. Hal yang sama juga dengan non jaringan sosial. Penelitian jaringan sosial ditandai
human condition untuk sebuah bangsa, negara, atau dengan fokus pada sifat struktural dari hubungan
budaya, yang tercermin dari wajah masyarakatnya. timbal balik antara kolektif entitas sosial (Monge
Kita dapat membacanya. Termasuk membaca hal- & Contractor, 2003; Wasserman & Faust, 1994). Pe-
hal yang aneh (strange matters). Membaca wajah ma- nelitian sebelumnya telah mempelajari bagaimana
syarakat diperlukan data, dan data diperoleh dari anggota organisasi melakukan pencarian informasi
hasil riset. Interpretasi hasil riset dapat menghasil- dapat dipengaruhi oleh dimensi yang berbeda dari
kan beribu makna, sehingga kita bisa memperoleh struktur jaringan seperti kekuatan ikatan komuni-
potret yang multidimensional atas sebuah realitas. kasi (Yuan, et al., 2010), timbal balik mencari infor-
masi (Palazzolo, 2005). Dari realitas uraian tersebut,
Potret multidimensional atas sebuah realitas akan jelas bahwa peranan media dalam memberikan in-
tercermin melalui komunikasi yang dilakukan se- formasi melalui jaringan sosial sangat diperlukan.
cara online. Komunikasi secara online ini memer-
lukan media sebagai wadah dari informasi yang Salah satu realitas potret wajah masyarakat adalah
akan disampaikan. Salah satu yang paling banyak konsumsi masyarakat terhadap media. Konsumsi me-
diamati sebagai konsekuensi dari pertumbuhan me- dia saat ini semakin meluas dan masyarakat memi-
dia digital adalah perpecahan penonton (Webster & liki pemahaman yang lebih baik tentang cara meng-
Ksiazek, 2012). Di Indonesia, pregmentasi tersebut konsumsi dan berinteraksi dengan media sehingga
terlihat dari komunitas-komunitas online yang ter- dapat berkontribusi terhadap industri media, pe-
bentuk. riklanan dan psikologi konsumen (Brasel & Gips,
2011). Media digital menjadi alat yang memungkin-
Komunitas online telah menjadi aplikasi internet kan gerakan sosial untuk mencapai tujuan (Howard
yang sangat populer (Zhou, 2011). Selanjutnya Zhou & Hussain, 2011).
menambahkan komunitas online terdiri dari anggota
berbagi kepentingan bersama. Mereka berinteraksi Berdasarkan uraian di atas, ketergantungan manusia
satu sama lain untuk mendiskusikan topik, bertu- dengan manusia lainnya berdampak pada kebutuh-
kar pikiran dan mencari dukungan. Dengan demi- an akan sosialisasi dan pemenuhan tujuan kehidup-
kian, perilaku individu anggota ini mungkin tidak an. Agar dapat menyesuaikan dengan perkembang-
hanya dipengaruhi oleh motivasinya sendiri seperti an teknologi, manusia dituntut untuk menyesuaikan
kegunaan yang dirasakan, tetapi juga oleh anggota diri dengan perubahan yang relevan dalam ling-
lain dan masyarakat (Zhou, 2011). Beberapa deka- kungan mereka. Perubahan yang terjadi di dalam
de terakhir, munculnya media baru, mengakibatkan lingkungan disebabkan oleh interaksi yang terjadi
penurunan media lama melalui arus informasi yang antar manusia. Seiring perkembangan ilmu penge-
dikemas melalui berita sehingga memunculkan per- tahuan dan teknologi, alat telekomunikasi menjadi
tanyaan baru yang terkait dengan konsumsi media pesat. Hal tersebut dikarenakan konsumsi masya-
(Stromback, et al., 2013). Hal yang paling penting rakat terhadap teknologi semakin tinggi sehingga
dalam media baru adalah peningkatan kapasitas dalam era globalisasi segala informasi yang terjadi
informasi yang dapat memaksa orang untuk lebih di seluruh belahan dunia dapat diketahui melalui
selektif dalam memutuskan media dan konten yang teknologi. Perkembangan teknologi komunikasi se-
mereka pilih (Bennett & Iyengar, 2008; Holbert, et demikian cepat menyebar ke seluruh sendi masya-
al., 2010). Selain itu, dalam menjelaskan penggu- rakat. Aplikasi perangkat lunak (social network : bb
naan media berita, pilihan penonton juga menjadi messages, bb group, fb, twitter), piranti komunikasi
penting (Prior 2005, 2007; Stroud, 2011). (smart phone, tablet) serta ketersedian akses pita le-
bar (broadband) menjadi katalis konsumen untuk
Menurut Huber & Daft (Su & Contactor, 2013) keba- siap terkoneksi setiap saat.
nyakan orang mencari informasi untuk mengurangi
ketidakpastian dan ketidakjelasan yang mereka ra-

-48-
Engkus Kuswarno/ Potret Wajah Masyarakat Digital Indonesia

Metodologi Penelitian ta, otomotif, permainan, judi online, olah raga dan
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. transaksi online. Beberapa pengecualian, terdapat
Penelitian ini berusaha mendeskripsikan suatu ge- juga di antaranya laki-laki pesolek (metroseksual)
jala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. yang menyukai produk kosmetik dan perhiasan;
Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada atau wanita yang maskulin menyukai otomotif dan
masalah aktual sebagaimana adanya pada saat pe- olah raga, bahkan judi online.
nelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif,
peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan Konsumsi Media
kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa mem- Media televisi masih mendominasi masyarakat In-
berikan perlakuan khusus terhadap peristiwa terse- donesia dengan porsi 43,5%. Kemudian media in-
but (Noor, 2014). ternet 30,4%, diikuti Radio 17,4% dan terakhir Su-
rat Kabar hanya 8,7%. Melihat persentase tersebut,
Hasil dan Pembahasan kehidupan Surat Kabar semakin mengalami kesu-
Masyarakat Internet litan bersaing terutama untuk upaya dapat dimi-
nati kaum muda (sampai dengan usia 34 tahun).
Jika total penduduk Indonesia tahun 2015 berjum-
Masyarakat Indonesia mencurahkan waktu dengan
lah 270 juta, masyarakat online Indonesia (masyara-
internet lebih dari 3 jam sehari, atau sedikitnya se-
kat pengguna media online) berjumlah 93,4 juta pada
perdelapan waktu hidupnya bersama internet.
tahun 2015. Dua tahun sebelumnya hanya 72,7 juta,
dan meningkat 83,6 juta pada tahun 2014. Melihat
Jejaring Sosial media online
angka tersebut pertumbuhan masyarakat online di
Indonesia sekitar 20% pertahun. Berdasarkan catat- Berpuluh media jejaring sosial yang ada, dengan
an APJII, tahun 2015 ini diproyeksikan sampai 139 berbagai karakteristik jumlah maupun pengguna-
juta pengguna internet di Indonesia dan diperkira- nya menjadi bagian kehidupan masyarakat online
kan tahun 2018 jika penduduk Indonesia 300 juta Indonesia. Dapat dikemukakan 3 media jejaring so-
orang, maka setengah jumlah penduduk Indonesia sial yang dijadikan contoh, yaitu Facebook, Twitter
(150 juta orang) adalah pengguna internet. Lima dan Instagram:
kali lipat jumlah penduduk Negeri Jiran Malaysia.
Facebook adalah jejaring sosial secara online yang
Secara demografik, masyarakat online di Indonesia terbesar di dunia dengan pengguna berjumlah 1,4
dilihat dari jenis kelamin, diketahui bahwa kaum milyar. Mark Zuckerberg mendesain beberapa fitur
pria 51,5% dan wanita 48,4%. Walaupun hampir yang menarik di dalam Facebook ini, sehingga bu-
berimbang, namun populasi pria lebih banyak dari- kan saja hanya berupa media sosial, melainkan me-
pada wanita. Angka yang hampir sama adalah ma- dia transaksi bisnis, hiburan dan sebagainya. Peng-
syarakat yang tinggal di perkotaan dibandingkan guna facebook di Indonesia adalah 80.2 juta orang
pedesaan. Masyarakat pengguna internet di per- dan diproyeksikan mencapai 96,2 juta orang pada
kotaan 51% dan pedesaan 49%. Hal yang menarik tahun 2018. Indonesia merupakan negara keempat
adalah masyarakat desa sudah hampir menyusul terbesar pengguna facebook di dunia, yaitu 20 juta
masyarakat kota dalam penggunaan internet. Hal pengguna lebih banyak dibanding dengan Negara
ini menunjukkan pula bahwa penetrasi online mela- Inggris. Jakarta adalah kota terbesar kedua setelah
lui infrastruktur IT ke pedesaan di Indonesia sudah Bangkok sebagai pengguna Facebook dengan popu-
cukup tinggi. lasi 7,4 juta orang. Pengguna facebook 70% usia di
bawah 25 tahun (dewasa awal). Pada sisi lain, 75%
Usia muda antara 12-34 tahun ternyata mendomi- pengguna facebook menggunakan perangkat mobi-
nasi penggunaan internet (58,4%). Bahkan untuk le (phone, pad, note).
sasaran pasar internet 70% usia di bawah 34 tahun.
Pada sisi lain, media online internet yang berfungsi Twitter yang merupakan microblogging ini memi-
sebagai pasar dunia maya, terungkap bahwa pena- liki setengah miliar pengguna atau hampir setengah
waran produk melalui media online, hampir meliputi pengguna Facebook. Didirikan tahun 2006, Twitter
segala macam kebutuhan manusia. Secara umum, cepat mendapat hati di kalangan netizen khususnya
terungkap bahwa wanita menyukai informasi pro- pengguna mobile. Sejumlah 26,4 juta orang penggu-
duk kosmetik, bunga/kado/ucapan selamat, gaya na twitter di dunia, dan Jakarta adalah kota terting-
hidup/makanan, departemen store, perhiasan, ke- gi pengguna twitter di dunia (di atas Tokyo, London
perluan anak-anak dan keluarga. Sedangkan untuk dan New York), dengan jumlah 2,4 juta orang. Seti-
laki-laki pilihannya adalah politik, teknologi/beri- ap hari rata-rata terkirim 385 tweets yang terbagi-

-49-
Jurnal Communicate Volume 1 No.1 Juli 2015

kan. Sedangkan Bandung, pada urutan ke enam di (16%), e-mail (14%), permainan/game (12%), belanja
atas kota Paris. (8%) dan pencarian lokal (6%).

Instagram tidak hanya sebuah jejaring sosial, Insta- Disimpulkan bahwa masyakarat Indonesia meng-
gram juga sebagai aplikasi pengolah gambar. Saat gunakan mobile phone (telepon bergerak/genggam)
ini miliki 100 juta pengguna. 10, 5 juta pengguna di pada umumnya ketika mereka merasa menyendiri.
antaranya adalah orang Indonesia. Akan tetapi mereka akan cenderung menggunakan
mobile phone ketika di tempat tidur (69%), ketika se-
Video Online (seringkali dikenal dengan Youtube) dang menunggu seseorang/sesuatu (35%), ketika
Data menarik tahun 2012 lalu, ditemukan bahwa sedang menonton TV (29%), ketika sedang bersama
46% pengguna internet adalah pencari video onli- keluarga (17%), ketika sedang berkendara (14%), ke-
ne (gambar/film bergerak). Setengah jumlah terse- tika sedang rapat/kuliah (6%), dan ketika sedang di
but ternyata berusia 15-24 tahun. Secara kuantita- kamar mandi (6%).
tif ternyata 1 milyar pengguna khusus perbulan, 6
milyar penonton perbulan. Waktu yang digunakan Simpulan lain adalah bahwa masyarakat Indonesia
rata-rata 18 menit persesi dan 900 ribu jam menon- adalah “very social and chatty market“, sebagai penik-
ton video perhari, serta 22% di antaranya menonton mat obrolan online, walaupun hanya melalui instant
melalui perangkat mobile nya. messaging. Obrolan online seringkali lebih bersifat
fatis (phatic). Kata dan kalimat serta dialog singkat,
Sepuluh Media Online Terpopuler seringkali tidak fokus dan tidak essensial. Dalam
konteks Ilmu Komunikasi phatic communication (ko-
Berdasarkan data tahun 2014 lalu, terdapat 10 me-
munikasi fatis) seringkali berfungsi hanya menjaga
dia online terbesar di Indonesia, yaitu (1) Detik.com;
relasi sosial.
(2) Kompas.com; (3) Viva.co.id; (4) Tribunnews.com;
(5) Merdeka.com; (6) Kapanlagi.com; (7) Okezone.
Instant messanger yang menduduki prioritas adalah:
com; (8) Liputan6.com; (9) Tempo.co dan (10) Bola.
WhatsApp (43%), BBM (37%), Line (36%), FB Mes-
net.
sanger (23%), Wechat (20%), Kakao Talk (16%) dan
Skype (16%).
Berdasarkan analisis internet marketing, Detik.com
merupakan situs/portal berita terbesar di Indonesia,
Bagaimana memaknai semua angka-angka itu?
dengan bounce rate-nya pada posisi 22,80%. Bounce
rate adalah persentase peluang berpindahnya peng- Media digital atau media online menciptakan masya-
guna situs halaman yang dibaca pertama kali ke rakat baru yang impersonal tetapi hangat dan akrab
halaman situs lainnya. Jumlah halaman yang diba- sehingga lahirlah dunia baru, yaitu dunia maya.
ca adalah 8,67 halaman situs per pengguna dan cu- Manusia dapat terhubung satu dengan lainnya bu-
rahan waktu 11:13 menit perhari. Situs kedua ada- kan hanya cerminan human relations, melainkan se-
lah Kompas.com dengan bounce rate 36,20%, 4,75 bagai wujud information seeker (pencari informasi)
halaman dan 7:30 menit perhari. Situs ketiga adalah sekaligus sebagai information processor (pengolah
Viva.co.id dengan bounce rate 34,60%, 4,99 halaman informasi). Hal itu terlihat nyata dengan fungsinya
dan 11:37 menit perhari. Situs empat adalah Tribun- sebagai media sosial atau jejaring sosial. Puluhan
news.com dengan bounce rate 36,10%, 4,91 halaman riset (bahkan mungkin ratusan) untuk menggam-
dan 8:01 menit perhari. Situs lima adalah Merdeka. barkan bagaimana efek kehadiran dan terciptanya
com dengan bounce rate 33,30%, 5,18 halaman dan dunia baru masyarakat digital. Satu hal yang menja-
7:11 menit perhari di esensi kita dalam pendekatan humanistik, adalah
peristiwa ini hendaknya tidak hanya menggambar-
Digital Mobile kan masyarakat sebagai “to be a human”, melainkan
“human becoming”. Manusia mencari jati diri sebagai
Bagaimana perilaku masyarakat Indonesia dalam
perwujudan “homo ludens”.
menggunakan digital mobile? Berdasarkan hasil riset
“On Device Research” (2013) diketahui bahwa An-
Jika kini dikenal smartphone, sebagai perangkat ko-
droid merupakan sistem yang terpopuler diguna-
munikasi yang cerdas di dalam genggaman, maka
kan (53%), kemudian OS BB (35%), Windows (9%)
kita dituntut untuk lebih smart (cerdas) menggu-
dan IOS Apple (4%). Apa yang mereka gunakan?
nakan perangkat tersebut. Tuntutan menjadi smart-
Ternyata digital mobile terutama untuk media sosial
person, sebagai eksistensi manusia homo sapien tidak
(24%), kemudian hiburan (20%), informasi umum
bisa diabaikan.

-50-
Engkus Kuswarno/ Potret Wajah Masyarakat Digital Indonesia

Jika pengguna media online dan perangkat geng- secara hukum. Pelanggaran aturan atau etika dan
gam, mayoritas usia muda di bawah 34 tahun, maka norma menjadi persoalan tersendiri masalah regu-
usia tersebut termasuk usia produktif dan tentu saja lasi. Bukan hanya isi pesan yang mudah diunggah
dituntut kreatif menggunakan media untuk kepen- maupun diunduh, filter terhadap isi pesan menjadi
tingan yang lebih maslahat. Menarik salah satu upa- persoalan tersendiri. Informasi dengan kemudahan
ya yang dilakukan oleh salah seorang dosen Fikom aksesibilitas, semakin menunjukkan sifatnya yang
Dr. H. Dede Mulkan yang konsisten melalui akun selalu bocor. Melalui kemampuan IT pesan dapat
facebooknya mengusung tema “Cerdas Menonton diblok, tetapi ratusan ribu pesan lainnya tetap saja
Televisi” (semoga Pak Dede lekas pulih dari sakit- bocor. Satu-satunya harapan adalah filternya ada di
nya dan mengajak kembali agar kita semua menjadi kepala masing-masing, dan regulasi ada di hati ma-
smartperson). sing-masing. (6) Bertarungnya komunikasi interper-
sonal konvensional versus bermedia gadget dengan
Potret wajah masyarakat digital Indonesia melalui sejumlah karakteristiknya. Kehadiran manusia lain
hasil riset, akan melahirkan bentuk riset lainnya, se- sebagai wujud homo homini socius secara fisik da-
bagai sebuah langkah interpretasi dan mendalami pat tergantikan dengan gambar. Ucapan dan sapa-
realitas yang sesungguhnya. Perubahan teknolo- an cukup melalui perangkat yang berada di dalam
gi begitu cepat, protret wajah nya memungkinkan genggaman tangannya. Memungkinkan manusia
akan berubah cepat pula. menjadi autis dengan perangkat genggamannya, di
mana di dalamnya terdapat ribuan manusia maya
Peluang untuk mengembangkan riset pada masya- lainnya sebagai teman atau saudara. Kondisi ini
rakat digital di Indonesia dengan memperhatikan: memungkinkan akan mengalahkan manusia nyata
(1) Data dapat digunakan sebagai basis untuk pe- hadir dalam wujud fisik di rumahnya. Berbeda ka-
ngembangan bisnis media dan iklan, termasuk pe- mar bisa bertegur sapa hanya melalui WA, bukan
masaran produk melalui media online; (2) Masyara- bertemu dan bersapa hangat melihat ekspresi muka
kat Indonesia adalah gabungan antara dunia nyata secara langsung. Bahkan suami istri yang berdam-
dan maya. Populasi masyarakat Indonesia 270 juta pinganpun (intimate space, menurut Edward T. Hall)
(dunia nyata) dan 135 juta dunia maya, maka totali- dapat berkomunikasi seru bermedia gadget di dalam
tas angka itu dapat menjadi pasar politik potensial. genggamannya masing-masing. (7) Melahirkan ka-
Jika dahulu di Iran, Khomeini dengan kampanye idah bahasa baru yang digunakan netizen. Secara
xerox atau di Amerika Obama dengan pemanfaatan etnografis atau semiotika, fenomena masyarakat
SMS dan internet, maka masyarakat digital Indone- digital ini menarik untuk difahami, dalam hal ba-
sia sudah dimanfaatkan untuk kepentingan politik hasa khusus dan lambang-lambangnya, termasuk
dan kekuasaan. Bahkan sasaran khutbah atau pe- emotycon untuk mengekspresikan perasaan. Begitu
nyebaran ajaran (berbagai ajaran) dapat dengan mu- juga cara penulisan singkatan yang khas. Campuran
dah tersebar melalui media online. Pengguna media bahasa (lokal, nasional maupun internasional) me-
online berperan sebagai jurnalis sekaligus pemilik mungkinkan terjadi, sehingga membentuk bahasa
ruang medianya sendiri (citizen journalist); (3) Ma- yang unik yang hanya dapat dipahami oleh peng-
syarakat digital merupakan potret ketergantungan guna di dalam komunitasnya.
manusia kepada media (media depencencies). Secara
habitual tidaklah mudah menghilangkan suatu ke- Kita bisa menampilkan wajah masyarakat digital ke-
biasaan, termasuk kebiasaan buruk. Karena berita pada dunia, tetapi kita lebih baik memahami wajah
bersifat omnipresent (hadir di mana-mana), maka sesungguhnya diri kita, dengan bercermin. Masih
kondisi ini akan memudahkan manusia untuk me- relevan konsep klasik Charles Horton Cooley ten-
nemukan berita di mana saja. Google sebagai mesin tang “Looking glass self” atau Cermin Diri (Zanden,
pencari, perlahan sudah menggantikan ensiklope- 1975), dengan membayangkan di depan kita terda-
dia yang tercetak berpuluh buku tebal, karena ha- pat sebuah cermin yang digunakan untuk mengin-
sil pencarian Google bisa diperoleh dalam ukuran trospeksi wajah kita sesungguhnya. Kita bisa menja-
detik. Efek negatif adalah budaya instan dan ber- di subjek dan objek persepsi sekaligus.
kurangnya kebiasaan membaca buku; (4) Peluang
terjadi mencairnya budaya lokal menjadi global. Masih juga relevan konsep klasik Marshal McLuhan
Curahan waktu yang lebih banyak mengenal buda- tentang “The Medium is Message”, bahwa kehadiran
ya lain dibanding budaya sendiri. Usia muda lebih media sudah menjadi pesan itu sendiri. McLuhan
kosmopolit di dalam dunia maya, sehingga buda- percaya dengan tanpa melihat isi pesan, kehadiran
ya global lebih dominan; (5) Melahirkan bentuk re- media akan mempengaruhi kita. Media adalah pe-
gulasi dengan tingkat kesulitan implementasinya san karena media membentuk dan mengendalikan

-51-
Jurnal Communicate Volume 1 No.1 Juli 2015

skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia kan atau mengurangi kegiatan masyarakat bersama
(McLuhan, 1964). smartphone nya seperti sekarang?

Kehadiran media digital atau media online seperti Kesimpulan


juga peristiwa setengah abad lalu dengan kehadiran Memasuki dunia maya dengan kehadiran sejum-
televisi. Joice Crammond (1976) menyebutkannya lah media online merupakan conditio sinequanon.
sebagai “displacement effects”. Schramm, Lyle dan Sama halnya dengan sulitnya kita menghindar
Parker (1961) menjelaskan bagaimana kehadiran dari komunikasi. Sejatinya menjadi masyarakat di-
tetevisi telah mengurangi waktu bermain, tidur, gital bukan untuk dihindari, melainkan kita lebih
membaca dan menonton film di Amerika. Hasil banyak mengambil peran di dalamnya dengan se-
yang sama terjadi juga di Inggris (Himmelweit, et baik-baiknya. Tuntutan menjadi smartperson untuk
al., 1958), di Norwegia (Werner, 1971) dan di Jepang memanfaatkan smartphone yang kita miliki, sudah
(Furu, 1971). Gejala displacement effect yang disam- pula menjadi conditio sine quanon. Idealnya, sema-
paikan Joice Crammond, sebagai: “the reorganiza- kin smart alat yang menghantar kita ke dunia maya,
tion of activities which take place with the introduction akan semakin smart pula kita sebagai pengguna un-
of television, some activities may be cut down and other tuk mengoptimumkan maslahatanya. Kita menjadi
abandoned entirely to make time for viewing” (reorgani- smartperson yang senantiasa update mengungguli
sasi kegiatan yang terjadi karena kehadiran televisi update nya smartphone seri terbaru yang berada di
yaitu beberapa kegiatan dikurangi dan sebagian di- dalam genggaman kita.
hentikan sama sekali karena waktunya digunakan
untuk menonton televisi). Referensi
Bennett, W. L., & Iyengar, S. (2008). A new era of
Lihatlah, waktu kita tercurah untuk selalu ingin minimal effects? The changing foundations of
masuk dunia maya ketika kita berada di dunia nya- political communication. Journal of Commu-
ta. Merujuk riset bahwa 69% tempat tidur sebagai Bennett, W. L., & Iyengar, S. (2008). A new era
lokasi yang tertinggi masyarakat Indonesia masuk of minimal effects? The changing foundations
pada dunia maya, melalui online. Pantas lah, kita of political communication. Journal of Commu-
mengurangi kegiatan lain sebelum tidur (to be cut nication. Vol. 58 No. 4, pp. 707–731.
down) dan menggantikannya dengan mengurus
smartphone terlebih dahulu dengan men-charge ba- Brasel, S. Adam & James Gips. (2011). Media Mul-
terenya, menyimpannya samping tempat tidur, bah- titasking Behavior: Concurrent Television and
kan tidak lupa menengok pesan WA atau melihat Computer Usage. Cyberpsychology, Behavior,
berita online yang terkini, bahkan menyimak terle- and Social Networking. Vol. 14. No. 9, pp. 527-
bih dahulu khutbah online pilihan atau menonton 534.
film-film terbaru. Ketika bangun tidur pun, yang
pertama kali dilakukan adalah melihat pesan pada Crammond, Joice & R Brown (1976). (Ed.) Introduc-
smartphone kita, menggantikan do’a bangun tidur. tion of Television Effects upon Children’s Daily
Pergi ke kampus atau kantor akan merasa tidak per- Life. Children and Television. Beverly Hills : Sage
caya diri jika perangkat telepon genggam kita ter- Publication.
tinggal di rumah. Pada saat rapat atau kuliah, tidak
sempurna juga jika tidak melirik isi pesan singkat Cross, R., Parker, A., Prusak, L. & Borgatti. (2001).
yang disampaikan di grup WA atau BBM yang kita Knowing what we know: Supporting know-
ikuti. Pada saat mendengar khatib khutbah Jumat, ledge creation and sharing in social networks.
mulut tidak berbicara karena dengan keyakinan Organizational Dynamics. Vol. 30. No. 2, pp.
akan membatalkan pahala shalat Jumat, tetapi jari 100–120.
tangan tidak terlepas dari BBM atau WA. Pada saat
menjelang makan, bukan berdoa sebelum makan Furu, T. (1971). The Function of Television for Live Chil-
yang didahulukan, akan tetapi memotret makanan, dren and Adolesence. Tokyo: Sophia University
mengunggah dan melaporkannya melalui akun fa- Press.
cebook atau membaginya ke teman grup WA. Sete-
ngah abad lalu, displacement effect seperti ini terjadi Himmelweit, H.T., Oppenheim, A.N., & Vince, P.
dengan memuat kegiatan baru dan menggantikan (1958) Television and The Child: An Empirical
kegiatan sebelumnya pada saat kehadiran televisi. Study of The Effect of Television on The Child.
Seandainya kita memprediksi 50 tahun yang akan London : Oxford University Press.
datang, kebiasaan baru apa yang akan mengganti-

-52-
Engkus Kuswarno/ Potret Wajah Masyarakat Digital Indonesia

Holbert, R. L., R. Kelly Garrett, & Laurel S. Gleason Strömbäck, Jesper, Monika Djerf-Pierre, and Adam
(2010). A new era of minimal effects? A res- Shehata. (2013). The Dynamics of Political
ponse to Bennett and Iyengar. Journal of Com- Interest and News Media Consumption: A
munication. Vol. 60. No. 1, pp. 15-34. Longitudinal Perspective. International Journal
of Public Opinion Research. Vol. 25. No. 4, pp.
Howard, Philip N. & Muzammil M. Hussain. (2011). 414-435.
The Upheavals in Egypt and Tunisia: The Role
of Digital Media. Journal of Democracy. Vol. 22. Stroud, N. J. (2011). Niche News. The politics of news
No. 3, pp. 35-48. choice. New York: Oxford University Press.

Kankanhalli, A., Tan, B.C.Y., & Kwok-Kee,W. (2005). Wasserman, S., & Faust, K. (1994). Social network
Understanding seeking from electronic know- analysis: Methods and applications. NewYork:
ledge repositories: An empirical study. Journal Cambridge University Press.
of the American Society for Information Science &
Technology. Vol. 56. No. 11, pp. 1156–1166. Webster, James G. & Thomas B. Ksiazek. (2012). The
Dynamics of Audience Fragmentation : Public
Lee, S., & Kim, B.G. (2009). Factors affecting the usa- Attention in an Age of Digital Media. Journal of
ge of intranet: A confirmatory study. Computers Communication. Vol. 62, pp. 39–56.
in Human Behavior. Vol. 25 No. 1, pp. 191–201.
Werner, A. (1971). Children and Television in Norweg.
McLuhan, M. (1964). Understanding Media: The Exten- Gazette.
sive of Man. New York : McGraw-Hill.
Yuan, Y., Carboni, I., & Ehrlich, K. (2010). The im-
Monge, P., & Contractor, N. (2003). Theories of com- pact of awareness, social accessibility and me-
munication networks. NewYork: Oxford Uni- dia multiplexity on expertise retrieval. Journal
versity Press. of the American Society for Information Science
and Technology. Vol. 61. No. 4, pp. 700–714.
Morrison, E.W. (2002). Information seeking within
organizations. Human Communication Resear- ------------(2007). Access to information in connective
ch. Vol. 28. No. 2, pp. 229–242. and communal transactive memory systems.
Communication Research. Vol. 34. No. 2, pp.
Noor, Juliansyah. (2014). Metodologi Penelitian; Skrip- 131–155.
si, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta: Pre-
nada Media Group. Zanden, Vander, J.W. (1975). Social Psychology. New
York: Random House
Palazzolo, E. (2005). Organizing for information ret-
rieval in transactive memory systems. Commu- Zhou, Tao. (2011). Understanding online community
nication Research. Vol. 32. No. 6, pp. 726–761. user participation: a social influence perspective.
Internet Research. Vol. 21. No. 1, pp. 67-81.
Prior, M. (2005). News vs. entertainment: How in-
creasing media choice widens gaps in political
knowledge and turnout. American Journal of
Political Science. Vol. 49 No. 3, pp. 577–592.

_______ (2007). Post-broadcast democracy: How media


choice increases inequality in political involvement
and polarizes elections. New York : Cambridge
University Press.

Schramm, W., J. Lyle & E.B. Parker (1961). Television


in The Lives of Our Children. Standford: Stand-
ford University Press.

-53-

Anda mungkin juga menyukai