Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


Starbucks Corporation adalah adalah sebuah jaringan kedai kopi dari Amerika
Serikat yang bermarkas di Seattle, Washington. Starbucks merupakan perusahaan
roaster-retailer premium coffee terbesar di dunia dengan 22.519 kedai di 67
negara. Starbucks menjual minuman panas dan dingin (espresso, frappucino,
smoothies, teh), merchandise (gelas, tumbler, biji kopi), dan makanan (sandwich,
salad, kue). Sejak didirikan tahun 1971 di Seattle, Starbucks meluas dengan cepat.
Gambar 1.1 menjelaskan pertumbuhan jumlah kedai Starbucks di seluruh dunia
periode tahun 1997–2011.

Gambar 1.1 Pertumbuhan Kedai Starbucks Coffee Tahun 1971–2011


Sumber: Wikipedia

Starbucks masuk pertama kali ke Indonesia tahun 2002 dengan dioperasikan


oleh PT. Sari Coffee Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari PT. Mitra
Adi Perkasa Tbk, sebagai pemegang hak tunggal untuk memperkenalkan dan
memasarkan Starbucks di Indonesia. Berdasarkan data dari CNN Indonesia
(2014), Starbucks telah memiliki 188 gerai di seluruh Indonesia, diantaranya
terdapat enam kedai kopi Starbucks yang berada di kota Bandung. Kedai
Starbucks di Bandung pertama kali dibuka pada tahun 2005 di Cihampelas Walk,

1
selanjutnya menyusul dibuka di Braga Citywalk dan Bandung Indah Plaza
tahun 2006, lalu di Bandung Supermall dan Paris Van Java tahun 2007, dan di
KM 97 Padalarang pada tahun 2011 dengan konsep drive-thru.
Sejak merambah pasar Indonesia tahun 2002, jumlah kedai Starbucks terus
meningkat. Anthony Cottan (2014) selaku Direktur PT. Sari Coffee Indonesia
mengatakan daya beli masyarakat Indonesia terus meningkat sehingga mendorong
Starbucks untuk terus menambah kedai baru, karena Indonesia merupakan pangsa
pasar yang besar bagi Starbucks. Howard Schultz (2014) selaku CEO Starbucks
Corporation, menyatakan bahwa pertumbuhan Starbucks di Asia sangat pesat,
terutama di Indonesia dan dalam kurun waktu tiga tahun, sejak tahun 2013 sampai
2016, Starbucks berencana untuk menambah 100 kedai baru di Indonesia. Hal
yang memicu Starbucks untuk terus menambah gerai di Indonesia ialah
bertambahnya penduduk kelas menengah ditambah dengan merek Starbucks yang
telah terkenal akan membuat masyarakat antusias untuk membeli produk di
Starbucks Coffee.
Sari Siswarni (2012) selaku Senior Category and Food Manager PT. Sari
Coffee Indonesia, menyatakan bahwa konsumen kini tidak lagi datang ke
Starbucks hanya untuk meminum kopi, karena Starbucks tidak hanya menjual
produk melainkan juga menawarkan sebuah pengalaman (experience).
Pengalaman yang ditawarkan, antara lain konsumen yang datang ke Starbucks
tidak hanya sekedar untuk kebutuhan makan dan minum, tetapi untuk
bersosialisasi dengan teman-teman dan keluarga, suasana kedai yang dibuat
senyaman mungkin ditambah dengan musik yang diputar untuk menambah daya
tarik konsumen, serta diberikannya akses jaringan internet (Wi-Fi). Dengan cukup
besarnya biaya yang dikeluarkan konsumen untuk membeli kopi di Starbucks,
tentu konsumen memiliki alasan atau motivasi tersendiri dalam memutuskan
melakukan pembelian pada premium product seperti Starbucks.

1.2 Latar Belakang Penelitian


Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, dalam Tempo (2014), mencatat bahwa
konsumsi kopi orang Indonesia terus meningkat sejak empat tahun silam yang

2
terungkap dari hasil survei AEKI terkait kebutuhan kopi yang naik sebesar 36%
sejak tahun 2010 hingga 2014. Moelyono Soesilo (2014), selaku Anggota
Kompartemen Industri dan Kopi Spesialti AEKI, menjelaskan kenaikan konsumsi
kopi di Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang memicu
kemunculan masyarakat kelas menengah dimana masyarakat kelas menengah
memiliki gaya hidup yang bermacam-macam, salah satunya mengkonsumsi kopi
di kedai-kedai kopi modern. Hasil survei yang dilakukan oleh AC Nielsen yang
dicatat dalam Koran Jakarta (2014) menyatakan bahwa pertumbuhan kelas
menengah di Indonesia dalam kurun waktu dari 2010–2020 diperkirakan akan
mencapai 174%.
Yuswohady (2012:61), menjelaskan bahwa kalangan middle class mengejar
experience atau bisa disebut experiencer, jadi tidak hanya sebuah produk yang
menjadi tujuan utama konsumen dalam mengkonsumi, tapi pengalaman dalam
mendapatkannya, menikmati suasana tempatnya sampai pada setelah konsumen
mengkonsumsi sebuah produk itu menjadi penting untuk menghasilkan sebuah
kepuasan. Gambar 1.2 berikut ini menjelaskan perkembangan minat beli
konsumen terhadap kelompok barang periode Agustus 2011.

Gambar 1.2 Pengeluaran Penduduk Rata-rata Perkapita Sebulan


Menurut Kelompok Barang Tahun 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, (Agustus 2011)

Gambar 2.1 menunjukkan permintaan masyarakat terhadap kelompok barang


makanan dan minuman lebih tinggi 49% dibandingkan dengan kelompok barang,
seperti kelompok barang untuk pakaian, kelompok barang untuk fasilitas rumah
tangga, dan kelompok barang lainnya.

3
Kesuksesan PT. Mitra Adiperkasa Tbk yang selama ini memegang linsesi
perusahaan-perusahaan internasional untuk dipasarkan di dalam negeri, salah
satunya Starbucks Coffee, sangat didukung dengan peningkatan daya beli
masyarakat Indonesia. Xavier Jean, dalam Merdeka (2012), selaku Direktur
Rating Korporasi Standard & Poor’s Ratings Services (S&P), mengatakan bahwa
masyarakat Indonesia lebih suka membelanjakan uang ke gerai-gerai waralaba
seperti gerai produk makanan, minuman, sampai busana yang dibuka PT. Mitra
Adiperkasa Tbk, yang mana lebih menawarkan gaya hidup barat bagi konsumen
lokal. Konsumen Indonesia yang ingin merasakan gaya hidup barat berpikiran jika
mereka memiliki uang, untuk apa mereka membeli produk kopi di kedai kopi
lokal kalau mereka bisa ke Starbucks. Rhenald Kasali (2008:27), mengungkapkan
bahwa kopi kini bukan lagi sekedar untuk menghilangkan kantuk, tapi sebagai
bagian dari gaya hidup, dimana kedai kopi menjadi tempat untuk “hang out”
yang sangat diminati. Hal serupa juga diungkapkan oleh Melia Imanita (2014:1)
yang menjelaskan bahwa meminum kopi di kedai kopi telah menjadi kebiasaan
(lifestyle) di masyarakat. Konsumen tidak hanya sekedar meminum kopi, tetapi
kedai kopi kini menjadi tujuan beberapa kalangan untuk melakukan kegiatan
tertentu, seperti bertemu klien, sebagai tempat untuk meeting point, tempat untuk
berkumpul dan berdiskusi dengan teman-teman serta tempat untuk belajar bagi
kelompok dari kalangan mahasiswa.
Starbucks sendiri bukan nama asing bagi masyarakat Bandung, salah satunya
Starbucks yang berada di Trans Studio Mall yang merupakan coffee shop pioneer
yang ada di Trans Studio Mall Bandung. Namun, Starbucks juga bukanlah satu-
satunya kafe dengan produk utama kopi yang ada di Trans Studio Mall Bandung.
Tabel 1.1 dibawah ini memberikan daftar beberapa kafe di Trans Studio Mall
Bandung dengan produk utamanya, yaitu kopi.

4
Tabel 1.1 Daftar Kedai Kopi di Trans Studio Mall Bandung
No Nama Kafe Lokasi Slogan Kafe
1 Excelso Coffee L1 When coffee is your lifestyle
2 Starbucks Coffee GF The Third Place
3 The Coffee Bean GF dan L3 Find Your Flavor
4 Brew&Bite GF -
5 J.CO Donuts & Coffee L1 Sharing The J.CO Way
Sumber: data yang telah diolah

Semakin banyaknya kedai kopi modern saat ini membuat persaingan diantara
sesama perusahaan yang menawarkan produk serupa semakin sengit untuk
menarik perhatian konsumen. Anthony Cottan (dalam Bari Ibnu, 2014), selaku
Direktur PT. Sari Coffee Indonesia, menjelaskan bahwa minat orang Indonesia
terhadap pembelian kopi Starbucks, antara lain karena Starbucks memiliki kopi
yang berkualitas, lokasi yang aman dan nyaman untuk keluarga, pelayanan barista
yang sangat bersahabat, serta atmosfir toko yang membuat konsumen betah
berlama-lama di Starbucks. Wisnu Reza (2014) dalam penelitiannya yang
membandingkan beberapa kedai kopi modern berdasarkan persepsi konsumen,
menjelaskan bahwa Starbucks berada di peringkat pertama pada beberapa atribut,
antara lain kualitas pelayanan, suasana, keunggulan ekstra, dan gaya hidup. Selain
itu, berdasarkan penelitian Bari Ibnu (2014), Starbucks di Trans Studio Mall
Bandung memiliki kelebihan dibandingkan dengan gerai Starbucks lainnya yang
ada di Bandung, antara lain kualitas rasa minuman yang lebih enak jika
dibandingkan dengan gerai Starbucks di Cihampelas Walk, serta kualitas
pelayanan dan suasana yang lebih baik jika dibandingkan dengan gerai Starbucks
di Paris Van Java dan gerai Starbucks di Bandung Indah Plaza. Melia Imanita
(2014:1) mengungkapkan bahwa banyaknya konsumen yang memilih produk
Starbucks Coffee selain karena citra produknya, Starbucks Coffee juga memiliki
rasa yang khas pada setiap rasa minumannya sehingga membuat produk Starbucks
dapat dibedakan dengan produk dari perusahaan lainnya.
Perkembangan budaya konsumerisme dimana rasionalitas konsumsi telah
jauh berubah dan mempengaruhi cara-cara masyarakat dalam mengekspresikan
estetika dan gaya hidup sehingga konsumen berbelanja tidak hanya berorientasi

5
pada produk (utilitarian), akan tetapi menginginkan nilai lebih dari apa yang telah
ditawarkan perusahaan. Jadi, konsumen berbelanja di Starbucks karena
membutuhkan hiburan, ingin mendapatkan perhatian, ingin bersosialisasi dengan
teman-teman atau keluarga, serta untuk bertemu orang-orang yang mempunyai
minat yang serupa. (dalam Herga Swara, 2011). Sebelum melakukan suatu
pembelian, biasanya seorang individu mempunyai suatu alasan atau motivasi
tertentu untuk melakukan suatu pembelian (Ria Arifianti et al. 2010:75). Motivasi
konsumen untuk berbelanja karena berbelanja merupakan suatu kesenangan
tersendiri sehingga tidak memperhatikan manfaat dari produk yang dibeli
merupakan motivasi belanja hedonis (Utami, 2010:47). Handi Irawan (dalam Ria
Arifianti et al. 2010:75) selaku Chairman Frontier Consulting Group membagi
karakter konsumen Indonesia yang mendukung konsumen membeli suatu produk
disebabkan oleh sifat hedonis oleh konsumen itu sendiri, yaitu:
1. Konsumen yang cenderung fokus terhadap konteks bukan konten, karena
konsumen tidak mencerna jumlah informasi yang memadai sebelum
memutuskan untuk memilih dan membeli suatu produk.
2. Konsumen yang menyukai produk luar negeri.
3. Konsumen yang tidak mempunyai perencanaan.
4. Konsumen yang menyukai pujian yang didapat dari lingkungan sekitarnya
sehingga akan memperlihatkan status mereka.
Konsumen yang memiliki gaya berbelanja secara hedonis, melakukan
kegiatan belanja untuk mendapatkan kesenangan tersendiri sehingga tidak
memperhatikan manfaat dari produk yang dibeli (dalam Anisa Nurul, 2015).
Khyene Molekandela (2013), menjelaskan bahwa konsumen Indonesia bukanlah
konsumen yang cerdas dalam mengkonsumsi kopi seperti Starbucks. Mereka
masih bertujuan demi mendapatkan gengsi atau pengakuan dari lingkungan
sekitar. Hal ini semakin menjelaskan bahwa motivasi utilitarian bukan merupakan
motivasi berbelanja untuk melakukan pembelian produk di Starbucks. Proses
pembentukan keputusan pembelian yang selalu diawali dengan kebutuhan yang
dirasakan dan akan membangun suatu motivasi seseorang dalam bertindak untuk
mencapai pemenuhan kebutuhan. Dengan demikian muncul motivasi belanja

6
hedonis yang bisa mendorong minat, membangkitkan keinginan, dan
menghasilkan tindakan pembelian sampai perilaku pasca pembelian pada kedai
kopi modern, seperti Starbucks.
Kotler (dalam Hasma Laely, 2012:12) menjelaskan bahwa strategi perusahaan
adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli, mulai dari adanya
rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian. Aviv dan Vassilis
(dalam Frendy Prasetya, 2011:31) mengemukakan tujuh faktor utama yang
mempengaruhi keputusan pembelian, antara lain daya tarik harga, daya tarik
tempat, daya tarik merek, daya tarik produk, pilihan pada produk baru, kebiasaan
dalam membeli, dan adanya pengaruh orang lain dalam mempengaruhi keputusan
pembelian seseorang. Aldhila (2014) mengungkapkan bahwa keputusan
pembelian produk di Starbucks Coffee dipengaruhi oleh faktor evaluasi alternatif,
dimana evaluasi alternatif tersebut dipengaruhi oleh pencarian informasi, adanya
motivasi, dan pengetahuan konsumen mengenai kualitas produk serta citra produk
dari Starbucks. Hal serupa juga diungkapkan oleh Melia Imanita (2014)
mengungkapkan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian di Starbucks
paling dominan dipilih oleh konsumen karena adanya motivasi berkunjung karena
ingin membeli minuman dengan rasa yang khas, media promosi yang dilakukan
Starbucks mampu menarik perhatian konsumen untuk membeli, tempat yang
nyaman dalam membeli produk minuman, keputusan fasilitas penunjang yang
disediakan, serta perasaan puas setelah membeli minuman di Starbucks karena
keunggulan bahan baku dan rasa minuman yang khas.
Scott Maw, dalam Republika (2013), selaku Kepala Eksekutif Keuangan
Starbucks Indonesia mengatakan bahwa laba Starbucks meningkat 16%.
Peningkatan laba ini didorong oleh peningkatan belanja rata-rata pengunjung
kedai Starbucks. Angka penjualan Starbucks di pasar Amerika Serikat, mencatat
kenaikan penjualan sebesar 9%. Hal serupa juga terjadi di RRC dan sejumlah
negara Asia lainnya. Hal ini menunjukkan semakin loyalnya pelanggan Starbucks
Coffee. Anthony Cottan, dalam Tempo (2013), selaku Direktur PT. Sari Coffee
Indonesia, mengungkapkan bahwa pangsa pasar Starbucks di Indonesia tumbuh
sebanyak dua digit yang berkisar antara 10% - 20% dalam tiga tahun terakhir ini.

7
Selain itu, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia dimana pertumbuhan
pasar Starbucks naik secara konsisten. Media Indonesia (2014) mencatat bahwa
penjualan kedai kopi asal Amerika Serikat sepanjang tahun 2014 meningkat
sebanyak 4%. Peningkatan ditunjang oleh penjualan kopi instan, minuman khusus
liburan, dan kenaikan harga untuk produk-produk tertentu. Selain itu, berdasarkan
data dari VOA Indonesia (2015) penjualan makanan di Starbucks juga naik
sebesar 16% dari periode yang sama pada tahun lalu. Bisnis Indonesia (2015)
mengungkapkan bahwa Starbucks meningkatkan estimasi keuntungannya untuk
tahun 2014 berupa peningkatan share sebesar US$ 2,72 dan pendapatan untuk
tahun 2015 diprediksikan akan meningkat minimal 10% dengan pendapatan share
meningkat sebesar 20%. VOA Indonesia (2015) mencatat penjualan Starbucks di
Indonesia melonjak sebanyak 7% dalam triwulan Januari–Maret lalu. Hal ini
dikarenakan adanya kenaikan penjualan di Asia sebanyak 12%.
Megan Adams dalam Bloomberg Businessweek (2015), selaku juru bicara
Starbucks Corporation mengungkapkan bahwa peluncuran produk baru
berpengaruh besar terhadap angka penjualan, salah satunya adalah penjualan
produk minuman seperti macchiato hazelnut dan vanilla spice latte yang
mendongkrak pertumbuhan penjualan sebanyak dua poin. Sari Siswarni, dalam
Marketeers (2015), selaku Senior Category and Food Manager PT. Sari Coffee
Indonesia, mengungkapkan bahwa penjualan kopi di Starbucks Indonesia di
dominasi oleh kopi espresso. Hal ini hanya terpaut 10% dari penjualan
frappuccino. sedangkan untuk minuman diluar kopi yang paling banyak dipesan
oleh konsumen adalah green tea latte dan chocolate. Yuti Resani, dalam Detik
(2014), selaku Marketing Communication & CSR Manager Starbucks Indonesia
menjelaskan bahwa 176 gerai Starbucks di Indonesia sudah memiliki sertifikat
halal oleh MUI dan dengan ini, Starbucks resmi menjadi kedai kopi kelas
premium pertama yang bersertifikat halal di Indonesia. Pemberian sertifikat halal
ini diharapkan semakin membuat masyarakat Indonesia bisa lebih nyaman
menikmati kopi dan sajian Starbucks lainnya.

8
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis memberi judul penelitian ini
dengan “PENGARUH HEDONIC SHOPPING MOTIVE TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI STARBUCKS COFFEE
TRANS STUDIO MALL BANDUNG”.

1.3 Perumusan Masalah


Daya beli masyarakat Indonesia yang terus meningkat mendorong Starbucks
untuk terus menambah gerai-gerai baru di Indonesia. Selain itu, Indonesia
merupakan pangsa pasar yang besar bagi Starbucks dimana Indonesia merupakan
satu-satunya negara di Asia dengan pertumbuhan pasar Starbucks naik secara
konsisten. Hal yang memicu Starbucks untuk terus menambah gerai di Indonesia
ialah bertambahnya penduduk kelas menengah ditambah dengan merek Starbucks
yang telah terkenal semakin membuat masyarakat antusias untuk membeli produk
di Starbucks Coffee. Sebelum melakukan pembelian, biasanya seorang individu
mempunyai suatu alasan atau motivasi tertentu untuk melakukan suatu pembelian.
Motivasi belanja konsumen terdiri dari dua motivasi, yaitu motivasi utilitarian
(berbelanja karena sangat membutuhkan manfaat dari produk yang dibeli) dan
motivasi hedonis (berbelanja untuk kesenangan diri sendiri sehingga tidak
memperhatikan manfaat dari produk yang dibeli). Namun, dari beberapa studi
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini mengungkapkan bahwa konsumen
Indonesia bukanlah konsumen yang cerdas dalam mengkonsumsi kopi seperti
Starbucks. Mereka masih bertujuan demi mendapatkan gengsi atau pengakuan
dari lingkungan sekitar.
Hal ini terjadi karena saat seseorang berbelanja secara hedonis, maka individu
tersebut tidak akan mempertimbangkan suatu manfaat dari produk yang dibeli.
Beberapa hal yang melengkapi perilaku pembelian konsumen, yaitu kebutuhan,
faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, pengaruh perilaku, dan hedonic
dan mengkonsumsi kopi kini bukan lagi sekedar untuk menghilangkan kantuk,
tapi sebagai bagian dari gaya hidup, dimana kedai kopi menjadi tempat untuk
“hang out” yang sangat diminati sehingga motivasi belanja utilitarian tidak
termasuk ke dalam motivasi belanja konsumen di Starbucks Coffee.

9
1.4 Pertanyaan Penelitian
Motivasi belanja konsumen terdiri dari dua motivasi, yaitu motivasi utilitarian
dan motivasi hedonis. Namun, sesuai dengan hasil dari beberapa studi yang
relevan dengan penelitian Khyene Molekandela (2013), menjelaskan bahwa
konsumen Indonesia bukanlah konsumen yang cerdas dalam mengkonsumsi kopi
seperti Starbucks karena mereka masih bertujuan untuk mencari kelas sosial dan
pengakuan dari lingkungan sekitar. Konsumen yang memiliki gaya berbelanja
secara hedonis, melakukan kegiatan belanja untuk mendapatkan kesenangan
tersendiri sehingga tidak memperhatikan manfaat dari produk yang dibeli (dalam
Anisa Nurul, 2015). Dengan demikian, maka pertanyaan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hedonic shopping motive pada konsumen Starbucks Coffee Trans
Studio Mall Bandung?
2. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada Starbucks Coffee Trans
Studio Mall Bandung?
3. Seberapa besar pengaruh hedonic shopping motive terhadap keputusan
konsumen baik secara parsial maupun simultan pada Starbucks Coffee Trans
Studio Mall Bandung?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui hedonic shopping motive pada konsumen Starbucks Coffee
Trans Studio Mall Bandung.
2. Untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen Strabucks Coffee Trans
Studio Mall Bandung.
3. Untuk mengetahui besar pengaruh dari hedonic shopping motive baik secara
parsial maupun simultan terhadap keputusan pembelian konsumen Starbucks
Coffee Trans Studio Mall Bandung.

10
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang
terkait dengan pembahasan penelitian ini.
1.6.1 Aspek Teoritis
a. Penelitian ini sebagai bentuk aplikasi ilmu dan teori yang dijelaskan dalam
kurikulum prodi S-1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika
Fakultas Manajemen Bisnis dan Eknonomi sehingga dapat digunakan
sebagai bahan pembelajaran mengenai pengaruh hedonic shopping motive
pada bidang bisnis roaster-retailer kopi bagi civitas akademika
Universitas Telkom.
b. Penelitian ini merupakan bentuk pengembangan kemampuan analisis
pengaruh hedonic shopping motive pada bidang bisnis roaster-retailer
kopi Starbucks Coffee yang dikaitkan dengan teori pendukung dan
penerapan antara teori perkuliahan dan praktek lapangan.
c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat dijadikan informasi tambahan khususnya untuk
yang ingin melakukan penelitian dengan objek yang sama.
1.6.2 Aspek Praktis
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat,
dapat dijadikan referensi penulisan dalam membantu para praktisi untuk
melihat pengaruh hedonic shopping motive terhadap keputusan pembelian di
bidang bisnis–bisnis roaster-retailer kopi, serta dapat dijadikan masukan bagi
perusahaan yang terkait sebagai bahan pertimbangan dalam mengahadapi
perilaku konsumen agar bisa bersaing dengan perusahaan lain.

1.7 Ruang lingkup penelitian


Untuk menjaga konsistensi penelitian, diperlukan batasan-batasan sehingga
masalah yang dibahas tidak meluas dan sesuai tujuan. Lingkup penelitian yang
digunakan adalah penelitian ini dilakukan di gerai Starbucks Trans Studio Mall,
Kota Bandung, Jawa Barat, variabel-variabel dalam penelitian ini adalah variabel
bebas (X) “Hedonic Shopping Motive” yang mempunyai sub variabel, yaitu

11
adventure shopping, social shopping, gratification shopping, idea shopping, role
shopping, dan value shopping. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah
“Keputusan Pembelian”, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh
antara kedua variabel tersebut, dan waktu penelitian ini dimulai pada bulan Maret
2015 sampai dengan skripsi ini selesai.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir


Sistematika penulisan dibuat untuk memberikan gambaran umum mengenai
penelitian yang dilakukan untuk memperjelas alur penulisan penelitian.
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang tinjauan objek studi, latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan
bahasan permasalahan penelitian dan teori tersebut digunakan sebagai
pendukung pemecahan permasalahan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang metode penelitian yang terdiri dari desain
penelitian, variabel penelitian, skala pengukuran, teknik pengumpulan
data, teknik sampling, transformasi data, teknik analisis data, dan uji
hipotesis.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas tentang hasil pengolahan data dari instrumen
penelitian mengenai pengaruh hedonic shopping motive terhadap
keputusan pembelian konsumen di Starbucks Coffee TSM Bandung.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan kesimpulan mengenai hasil penelitian dan bahasan
mengenai saran-saran yang dapat di implementasikan sebagai kegunaan
penelitian untuk pihak terkait.

12

Anda mungkin juga menyukai