Anda di halaman 1dari 4

LITERATURE REVIEW

PENGGUNAAN PIRANTI ORTODONTI LEPASAN DENGAN SEKRUP EKSPANSI PADA


GELIGI PERGANTIAN
Nama Mahasiswa : Dicky Daruanggono
NIM : 021423143008

PENDAHULUAN
Peranti ortodonti lepasan adalah peranti ortodonti yang dapat dipasang dan dilepas oleh
pasien. Hal ini tidak berarti bahwa peranti lepasan dimaksudkan untuk dipakai paruh waktu.
Peranti lepasan dapat memberikan hasil yang maksimal apabila dipakai terus-menerus. Menurut
Proffit (2007), penggunaan peranti ortodonti lepasan ditujukan untuk kasus yang bisa diatasi
dengan mengekspansi lengkung gigi, yaitu dengan cara menggerakkan gigi geligi sehingga
menempati lengkung yang lebih lebar atau mereposisi gigi secara individual untuk masuk ke
dalam lengkung.
Komponen utama peranti lepasan adalah komponen aktif dan komponen pasif.
Komponen aktif dapat terdiri atas pegas, busur dan sekrup ekspansi. Komponen pasif yang
utama adalah cangkolan Adams dan beberapa modifikasinya, cangkolan Southend serta busur
pendek. Peranti lepasan dapat juga dihubungkan dengan headgear untuk menambah
penjangkaran.
Ukuran dan bentuk lengkung rahang memiliki pengaruh penting dalam diagnosis dan
rencana perawatan kasus ortodonti mempengaruhi tempat yang tersedia, estetik, serta stabilitas
dari geligi. Dimensi lengkung rahang tidak tetap, tetapi merupakan sesuatu yang dapat berubah
secara sistematik selama periode pertumbuhan dan perkembangan. Berubahnya ukuran dan
bentuk lengkung rahang disebabkan karena berbagai faktor, seperti melebarnya garis tengah
maksila, perubahan bentuk tulang alveolar, dan hubungan gigi antar rahang. Ukuran gigi,
panjang lengkung, lebar dimensi merupakan beberapa dari banyak faktor herediter yang
berkontribusi terjadinya gigi berdesakan.
Crowding atau berdesakan dapat diartikan sebagai kondisi dimana gigi-gigi terlalu
berdekatan satu dengan yang lainnya dan terjadi malposisi seperti overlapping, perpindahan
tempat, atau rotasi. Hal ini seringkali terjadi karena ukuran lengkung rahang lebih kecil daripada
ukuran mesio-distal gigi, sehingga gigi tersebut kekurangan tempat dan bergeser keluar dari garis
lengkung rahang yang seharusnya. Dengan mempertimbangkan jumlah kekurangan ruang,
crowding dibagi menjadi tiga kategori, yaitu crowding ringan (mild crowding), crowding sedang
(moderate crowding), dan crowding berat (severe crowding).
Dalam melakukan perawatan ortodonti sering sekali diperlukan penambahan ruang untuk
mengatur gigi-gigi yang malposisi, sehingga setelah perawatan gigi-gigi dapat tersusun dalam
lengkung yang baik. Tergantung pada jumlah kekurangan ruang yang diperlukan untuk mengatur
gigi-gigi yang malposisi tersebut, dapat dilakukan grinding/slicing/stripping pada gigi-gigi
anterior, melebarkan (ekspansi) perimeter lengkung gigi, kombinasi antara ekspansi lengkung
gigi dan grinding gigi-gigi anterior dan pencabutan satu atau beberapa gigi.
Pelebaran dengan alat ekspansi dapat dilakukan secara ortodonti (pelebaran lengkung
gigi) maupun ortopedik (pelebaran lengkung basal). Pelebaran lengkung gigi sangat efektif
dilakukan pada periode gigi pergantian, saat sutura palatina masih belum menutup dan
pertumbuhan pasien masih aktif sehingga selain lengkung gigi melebar, maka lengkung basal
juga mengalami pelebaran. Sedangkan pada periode gigi permanen orang dewasa hanya dapat
dilakukan perubahan inklinasi gigi saja, yaitu melebarkan lengkung gigi tanpa diikuti pelebaran
lengkung basal.
Ekspansi lengkung gigi merupakan ekspansi ortodonti dilakukan salah satunya untuk
perawatan gigi yang mengalami crowding. Sekrup ekspansi dapat digunakan untuk
mengekspansi lengkung geligi ke arah transversal maupun sagital, anterior maupun posterior
tergantung jenis dan penempatan sekrup. Sekrup yang kecil dapat menggerakkan satu gigi ke
arah labial atau bukal.
PEMBAHASAN
LITERATUR PERTAMA

Penulis : Nor Sakinah, Universitas Lambung Mangkurat


Judul : Peningkatan Lebar Lengkung Gigi Rahang Atas Melalui Perawatan Ortodonti
Menggunakan Sekrup Ekspansi
Tujuan : Mengetahui peningkatan lebar lengkung gigi rahang atas melalui perawatan
ortodonti menggunakan sekrup ekspansi
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel terdapat peningkatan lebar
lengkung gigi rahang atas.

Pada penelitian yang bertujuan untuk melihat peningkatan lebar lengkung gigi rahang
atas ini dilakukan di RSGM Gusti Hasan Aman Banjarmasin. Penelitian dilakukan dengan
mengukur jarak interpremolar dan intermolar pada sebelum perwatan, setelah 5 kali aktivasi dan
setelah 10 kali aktivasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel terdapat peningkatan
lebar lengkung gigi rahang atas, dengan rata-rata peningkatan setelah aktivasi interpremolar 5
kali aktivasi 0,92 mm, 10 kali aktivasi 1,86 mm dan intermolar 5x aktivasi 0,99 mm, 10x aktivasi
1,96 mm.

LITERATUR KEDUA

Penulis : Ester Vania, Universitas Padjajaran


Judul : Kemajuan Perawatan Ortodontik Dengan Sekrup Ekspansi Rahang Atas Pada
Berdesakan Ringan.
Tujuan : Mengetahui kemajuan perawatan pasien yang menggunakan piranti dengan
sekrup ekspansi pada rahang atas.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terdapat pertambahan yang bermakna pada lebar
lengkung gigi, jarak interpremolar dan jarak intermolar

Pada penelitian yang bertujuan untuk melihat kemajuan perawatan pasien yang
menggunakan piranti dengan sekrup ekspansi ini di lakukan di RSGM FKG UNPAD. Penelitian
dilakukan dengan mengukur jarak interpremolar dan intermolar
KESIMPULAN
Penggunaan sekrup ekspansi pada perwatan maloklusi yang membutuhkan adanya
ekspansi dari rahang seperti berdesakan cukup efektif. Untuk setiap kali aktivasi, sekrup ekspansi
mampu memerikan ruang sekitar 0.2 mm, maka dibutuhkan aktifasi berulang untuk mengkoreksi
adanya maloklusi

Anda mungkin juga menyukai