1
Departemen Ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Indonesia
*Korespondensi: nadhira15002@mail.unpad.ac.id
Submisi: 14 Juni 2020; Penerimaan: 30 April 2021; Publikasi online: 30 April 2021
DOI: 10.24198/jkg.v32i2.28012
ABSTRAK
Pendahuluan: Gigi berjejal adalah salah satu kasus maloklusi yang sering dikeluhkan oleh
pasien dalam perawatan ortodonti, khususnya pada regio anterior. Sekrup ekspansi adalah salah satu
komponen aktif dalam alat ortodonti lepasan yang digunakan untuk melebarkan lengkung gigi dalam
kasus gigi berjejal. Keberhasilan perawatan dengan sekrup ekspansi dapat dievaluasi dengan mengukur
lebar interkaninus. Evaluasi ini dapat dilihat dalam satu sampai tiga minggu setelah aktivasi. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis perubahan lebar interkaninus rahang bawah setelah aktivasi sekrup ekspansi
pada perawatan ortodonti lepasan dengan membandingkan waktu aktivasi dua dan tiga minggu sekali.
Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel secara
purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur lebar interkaninus pada 18 model
studi rahang bawah pasien sebelum dan setelah sepuluh kali aktivasi sekrup ekspansi pada kelompok
waktu aktivasi dua dan tiga minggu sekali di Klinik Ortodonti RSGM Unpad. Data dianalisis dengan uji t
menggunakan aplikasi SPSS 23. Hasil: Lebar interkaninus rahang bawah mengalami perubahan secara
bermakna pada kelompok waktu aktivasi tiga minggu sekali, yaitu sebesar 1,38 mm, yang dua kali lebih
besar daripada kelompok waktu aktivasi dua minggu sekali, yaitu sebesar 0,6 mm, dengan p<0,05. Nilai
standar deviasi dari seluruh data terbilang kecil, menunjukkan bahwa data bersifat homogen. Simpulan:
Perawatan ortodonti menggunakan sekrup ekspansi rahang bawah menunjukkan tidak terdapat perubahan
yang bermakna pada kelompok waktu aktivasi dua dan tiga minggu sekali, namun secara klinis aktivasi
lebih efektif apabila dilakukan lebih dari dua minggu sekali.
25
Evaluasi penggunaan sekrup ekspansi terhadap perubahan lebar interkaninus rahang bawah (Rahmaningrum dkk.)
26
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2021; 33(1): 25-30.
27
Evaluasi penggunaan sekrup ekspansi terhadap perubahan lebar interkaninus rahang bawah (Rahmaningrum dkk.)
Tabel 1. Perubahan lebar interkaninus rahang bawah pada kelompok waktu aktivasi dua minggu sekali
Lebar interkaninus rahang bawah Sebelum perawatan (mm) Setelah perawatan mm) Perubahan (mm)
Jumlah sampel 10 10 10
Nilai rata-rata 26,06 26,66 0,60
Nilai standar deviasi 1,865 1,943 0,538
Nilai t-test 3,536
Nilai p-value 0,003
Tabel 2. Perubahan lebar interkaninus rahang bawah pada kelompok waktu aktivasi tiga minggu sekali
Lebar interkaninus rahang bawah Sebelum perawatan (mm) Setelah perawatan mm) Perubahan (mm)
Jumlah sampel 8 8 8
Nilai rata-rata 25,55 26,93 1,38
Nilai standar deviasi 1,819 1,727 1,006
Nilai t-test 3,886
Nilai p-value 0,003
lepasan yang menyatakan bahwa aktivasi sekrup bermakna atau siginifikan, sama dengan waktu
ekspansi dilakukan setiap satu minggu sekali.6 aktivasi tiga minggu sekali.
Nilai rata-rata lebar interkaninus rahang bawah
pasien setelah sepuluh kali aktivasi menggunakan PEMBAHASAN
sekrup ekspansi yang mengalami peningkatan
dari sebelumnya, baik pada kelompok waktu Hasil penelitian pada tabel 1 dan 2
aktivasi dua minggu sekali, maupun tiga minggu menunjukkan bahwa lebar interkaninus rahang
sekali. Tabel 1 dan 2 juga menunjukkan nilai bawah pasien setelah sepuluh kali aktivasi
standar deviasi pada kedua kelompok lebih kecil mengalami peningkatan dari sebelumnya, baik
(kelompok aktivasi dua minggu sekali adalah 0,538 pada model studi pasien dengan waktu aktivasi
dan kelompok aktivasi tiga minggu sekali adalah dua minggu sekali, maupun tiga minggu sekali.
1,006), sehingga data bersifat homogen. Nilai Namun, rata-rata perubahan lebar interkaninus
p-value pada kedua kelompok adalah 0,003, yang pada model studi pasien dengan waktu kontrol
berarti p < α (α=0,05), sehingga dapat dikatakan tiga minggu lebih besar daripada dua minggu.
bahwa lebar interkaninus rahang bawah sebelum Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
dan setelah sepuluh kali aktivasi tidak sama atau beberapa ahli, bahwa pada hari ke-7 sampai hari
mengalami perubahan. ke-28 proses pergerakan gigi terus meningkat.6–8
Pengujian hipotesis, hasil analisis dari tabel Fase pergerakan gigi, menurut beberapa ahli,
1 dan 2 diuji dengan t-Test pada kedua kelompok dibagi menjadi tiga, yaitu fase initial, fase lag, dan
tersebut. Hasil peneltian pada tabel 3 menunjukkan fase postlag.6,7,8 Pada fase initial, pergerakan gigi
nilai t stat yang lebih kecil dari nilai t Critical two- yang terjadi sangat cepat. Pergerakan ini terjadi
tail, yang artinya adalah H0 diterima dan H1 ditolak. segera setelah gaya atau tekanan diberikan, yaitu
Hasil yang didapatkan berdasarkan Tabel 3 24-48 jam pertama. Saat fase Lag, tidak terjadi
tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan antara pergerakan apapun, yaitu 2-7 hari pertama.7,8,17,18
kelompok waktu aktivasi dua minggu sekali dan Kemudian, fase postlag terjadi, yaitu saat gigi mulai
tiga minggu sekali. Hasil aktivasi dua minggu sekali bergerak lagi dan pergerakkanya terus meningkat
sama dengan aktivasi tiga minggu sekali. Hal ini dengan stabil pada hari ke-7 sampai hari ke-28,
menjelaskan bahwa kelompok waktu aktivasi dua lalu cenderung menurun setelahnya.6,7,8 Menurut
minggu sekali menunjukkan hasil perubahan yang Singh6, fase postlag hanya berlangsung pada hari
28
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2021; 33(1): 25-30.
ke-7 sampai hari ke-14. Hal ini menjelaskan bahwa Hasil perawatan ortodonti menggunakan sekrup
pergerakan gigi meningkat hanya sampai minggu ekpansi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor selain
kedua, sedangkan, pada tabel 2, menunjukkan jenis alat yang digunakan, banyaknya aktivasi, dan
rata-rata perubahan yang cukup tinggi pada waktu kontrol untuk aktivasi alat lepasaan dengan
lebar interkaninus rahang bawah dengan waktu sekrup ekspansi. Faktor pendukung lain seperti
aktivasi tiga minggu sekali. Kelompok sampel motivasi pasien, hubungan antara operator dan
ini memiliki nilai perubahan hampir dua kali lipat pasien dan cara komunikasi yang baik juga sangat
jika dibandingkan dengan kelompok sampel memengaruhi hasil perawatan yang diharapkan.
dengan waktu aktivasi dua minggu sekali. Hal Pasien harus bersifat kooperatif dan operator
tersebut dapat diartikan bahwa pergerakan gigi harus mampu memberikan instruksi dan motivasi
terus meningkat, bahkan lebih dari dua minggu yang baik terhadap pasiennya, oleh karena itu,
setelah aktivasi sekrup ekspansi dalam perawatan dibutuhkan kerjasama yang baik antara pasien dan
ortodonti lepasan. operator.
Berdasarkan analisis secara statistik, dua Keterbatasan penelitian ini adalah jangka
kelompok waktu aktivasi tersebut menunjukkan waktu perawatan berbeda dan tidak ada penentuan
hasil perubahan yang bermakna atau siginifikan jangka waktu pemakaian alat ortodonti lepasan
(tabel 1 dan 2). Kemudian, jika kedua kelompok per-hari. Waktu pemakaian alat ortodonti lepasan
tersebut dibandingkan, maka nilai perubahannya dengan sekrup ekspansi berbeda beda, sehingga
sama (tidak ada perbedaan). Hal ini menunjukkan terjadi perbedaan pergerakan lebar interkaninus
bahwa, baik kelompok waktu aktivasi dua minggu yang bervariasi. Waktu pengaktifan sekrup
sekali, maupun tiga minggu sekali, memilki nilai ekspansi juga berbeda untuk setiap pasien karena
perubahan yang sama. Tetapi, jika dilihat dari angka data yang digunakan adalah data sekunder.
rata-rata, perubahan kelompok waktu aktivasi tiga
minggu sekali lebih besar dua kali lipat. SIMPULAN
Hasil penelitian ini memiliki perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Vania 9, yang Perawatan ortodonti lepasan menggunakan
mengungkapkan bahwa jumlah aktivasi sekrup sekrup ekspansi rahang bawah menunjukkan tidak
ekspansi tranversal pada perawatan ortodonti terdapat perubahan yang bermakna secara statistik
lepasan memberikan pengaruh yang bermakna pada kelompok waktu aktivasi dua dan tiga minggu
pada perubahan lengkung gigi. Sampel yang sekali, namun secara klinis aktivasi lebih efektif
digunakan memiliki jumlah aktivasi 2-22 kali dengan apabila dilakukan lebih dari dua minggu sekali.
waktu aktivasi 7-24 hari, kemudian diambil rata-
ratanya. Sampel tersebut memiliki nilai simpangan DAFTAR PUSTAKA
baku yang tinggi, yaitu 4,84 pada kriteria kelompok
jumlah aktivasi, dan 5,08 pada kriteria kelompok 1. Choudhary A, Gautam AK, Chouksey A,
interval hari. Penelitian tersebut menunjukkan Bhusan M, Nigam M, Tiwari M. Interproximal
bahwa sampel tidak homogen. Vania9, dalam enamel reduction in orthodontic treatment: A
hasil penelitiannya, menyatakan bahwa interval review. J Appl Dent Med Scien. 2015;1(3):123–
hari tidak memberikan pengaruh yang bermakna. 7.
Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan 2. Oshagh M, Danaei SM, Hematian M. In vitro
penelitian ini. Penelitian ini menggunakan sampel evaluation of force-expansion characteristics
yang homogen karena pengambilannya dilakukan in a newly designed orthodontic expansion
menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi yang screw compared to conventional screws.
cukup rinci. Indian J Dent Res. 2010;20(4):437–41. DOI:
Keberhasilan perawatan dengan sekrup 10.4103/0970-9290.59447.
ekspansi pada setiap individu berbeda-beda.6 3. Sijabat M, Kusuma F, Wibowo D. Perbandingan
Berdasarkan hasil semua penelitian, perubahan jarak ekspansi antara suhu normal dan suhu
lengkung gigi setelah aktivasi, baik lebar tinggi dengan menggunakan modifikasi model
interkaninus, maupun lebar interpremolar atau lebar studi. Dentino J Ked Gi. 2017;I(1):78–83.
intermolar, memiliki hasil yang beragam.2,3,6,7,9,11,12 4. Proffit W, Fields H, Sarver D. Contemporary
29
Evaluasi penggunaan sekrup ekspansi terhadap perubahan lebar interkaninus rahang bawah (Rahmaningrum dkk.)
Orthodontics. 6th ed. Philadelphia: Elsevier 13. Ugolini A, Cerruto C, Di Vece L, Ghislanzoni LH,
Inc.; 2019. p. 395–401. Sforza C, Doldo T, et al. Dental arch response
5. Read MJF. The Integration of Functional to Haas-type rapid maxillary expansion
and Fixed Appliance Treatment. J Orthid anchored to deciduous vs permanent molars:
2014;28(1):13-18. DOI: 10.1093/ortho/28.1.13 A multicentric randomized controlled trial.
6. Singh G. Textbook of Orthodontics. 3th ed. New Angle Orthod. 2015;85(4):570–6. DOI:
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publichers (P) 10.2319/041114-269.1
Ltd.; 2015. p. 214, 238–241. 14. Allan D, Woods MG. Arch-dimensional changes
7. Krishnan, Z D. Biological Mechanisms of Tooth in non-extraction cases with finishing wires of
Movement. 2nd ed. Chichester: Wiley Blackwell; a particular material, size and arch form. Aust
2015. p. 205-256. Orthod J. 2015;31(1):26–36.
8. Ariffin SHZ, Yamamoto Z, Abidin IZZ, Wahab 15. Mauad BA, Silva RC, Aragón MLS de C,
RMA, Arifin ZZ. Cellular and molecular changes Pontes LF, Silva Júnior NG da, Normando
in orthodontic tooth movement. Sci World J. D. Changes in lower dental arch dimensions
2011;11:1788–803. DOI: 10.1100/2011/761768 and tooth alignment in young adults without
9. Vania E, Zenab Y, Sunaryo IR. Kemajuan orthodontic treatment. Dental Press J Orthod.
perawatan ortodontik dengan sekrup ekspansi 2015;20(3):64–8. DOI: 10.1590/2176-
rahang atas pada crowding ringan. J Ked Gi 9451.20.3.064-068.oar
Unpad. 2016;28(2):113–8. DOI: 10.24198/jkg. 16. Herzog C, Konstantonis D, Konstantoni N,
v28i2.19796 Eliades T. Arch-width changes in extraction
10. Zezo M. The biology of tooth movement vs nonextraction treatments in matched Class
[Internet]. Pocket Dentistry. 2015. p. 35. I borderline malocclusions. Am J Orthod
11. Omar H, Alhajrasi M, Felemban N, Hassan Dentofac Orthop. 2017;151(4):735–43. DOI:
A. Dental arch dimensions, form and tooth 10.1016/j.ajodo.2016.10.021.
size ratio among a Saudi sample. Saudi 17. Dentistry P. Establish Ideal Arch Form. 2014
Med J. 2018;39(1):86–91. DOI: 10.15537/ [cited 2019 Mar 16].
smj.2018.1.21035 18. Jiang N, Guo W, Chen M, Zheng Y, Zhou
12. Louly F, Nouer PRA, Janson G, Pinzan A. J, Kim SG, et al. Periodontal ligament and
Dental arch dimensions in the mixed dentition: alveolar bone in health and adaptation: Tooth
a study of Brazilian children from 9 to 12 years movement. Front Oral Biol. 2017;18:1–8. DOI:
of age. J Appl Oral Sci. 2011;19(2):169–74. 10.1159/000351894
DOI: 10.1590/s1678-77572011000200014
30