Anda di halaman 1dari 6

RESENSI DISERTASI KIDUNG SURAJAYA

KARYA DR. KARTIKA SETYAWATI


Resensi ini disusun untuk memenuhi tugas UAS Teks Puisi Jawa Pertengahan

Dosen Pengampu:
Zakariya Aminullah, S.S., M.A.

Disusun oleh :
Wahyu Muthoharoh 17/415071/SA/19121

PROGRAM STUDI SASTRA JAWA


DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
PENGANTAR
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia resensi merupakan pertimbangan atau
pembicaraan tentang buku, atau ulasan buku. Tulisan yang akan disajikan berikut adalah hasil
resensi atau review disertasi Kidung Surajaya. Disertasi Kidung Surajaya ini merupakan buah
karya dari Ibu Kartika Setyawati sebagai tugas akhirnya di Leiden University. Ulasan yang akan
dipaparkan berikut murni pendapat penulis disertai beberapa referensi yang relevan.
Kidung Surajaya merupakan salah satu karya sastra Jawa Klasik yang kalah pamor
dibandingkan dengan naskah sejenis pada zamannya. Naskah ini berbahasa Jawa Pertengahan
dan merupakan salah satu koleksi naskah Merapi-Merbabu. Aksara yang digunakan merupakan
aksara Buda. Literasi mengenai naskah ini tergolong minim karena belum banyak yang
menelitinya. Jumlah pupuh dalam naskah Kidung Surajaya sebanyak 7 pupuh yang berisi 796
bait yang berupa tembang macapat. Disertasi Kidung Surajaya merupakan kajian filologi berupa
suntingan teks, terjemahan serta berisi analisis makna isi dari teks. Naskah ini hanya tersimpan di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).
RINGKASAN ISI
Disertasi ini menyajikan alih aksara, terjemahan, suntingan teks, dan analisis makna
Kidung Surajaya. Metode dalam penyajian suntingan menggunakan metode diplomatik, yaitu
teks disajikan seteliti-telitinya tanpa perubahan, disajikan sebagaimana adanya [ CITATION
Edw02 \l 1033 ].
Analisis makna naskah berfokus pada teks saja, tidak disebutkan mengenai latar
belakang, kondisi sosial, serta agama dari penulis. Alur penyajiannya dimulai dari deskripsi
naskah yang berupa bentuk cerita, fragment, serta ringkasan. Kemudian alihaksara teks dari
aksara Buda ke dalam aksara Latin. Selanjutnya penerjemahan teks yang pada prosesnya terdapat
koreksi atau usul pembacaan.
Kritik teks merupakan hal yang wajib disertakan dalam penelitian filologi. Kritik teks
mempunyai tujuan dan tugas untuk mencapai teks yang sedekat mungkin dengan aslinya dan
membuat rekonstruksi teks [CITATION LDR78 \l 1033 ]. Pendekatan penelitian ini menempuh jalur
filologi dan sastra. Bidang filologi untuk membedah teksnya, bidang sastra untuk membedah
metrum, isi, maknanya [ CITATION Set15 \l 1033 ].
Kidung Surajaya mempunyai dua versi dalam hal panjang-pendek teksnya. Pembicaraan
dalam tesis ini (cerita ringkas, metrum, bahasa, pupuh) berdasarkan dari teks versi panjang
[ CITATION Set15 \l 1033 ] . Setelah penyajian kritik teks, bagian selanjutnya adalah ringkasan isi
dari naskah Kidung Surajaya.
Cerita Kidung Surajaya bermula dari meninggalnya penguasa Majapahit yang memiliki
anak bernama Singamada. Singamada kabur dari kota masuk ke dalam hutan karena bersedih
tidak ada yang menyanyanginya. Kemudian Singamada bertemu dengan Ki Panguwusan dan
dinasehati untuk bertapa. Ia berguru pada Ki Ajar lalu diberi nama Ki Surawani atau Surajaya.
Surajaya bertemu Ni Darmakawi yang kemudian diketahui bahwa Surajaya adalah
keponakannya. Surajaya diajak oleh Ni Darmakawi ke Wanapala, kemudian bertemu dengan
Tejasari dan dijelaskan bahwa keduanya adalah saudara misan. Mereka saling tertarik satu sama
lain, namun tidak bisa menikah karena masih bersaudara. Tejasari menyarankan untuk melarikan
diri, namun Surajaya hanya menghiburnya. Surajaya melanjutkan perjalanan lagi dan bertemu
Ragasamaya yang senasib dalam percintaan. Sepanjang perjalanan Surajaya terus bersedih dan
dihibur oleh Ragasamaya. Hingga pada akhirnya mereka berhenti berkelana di Sunyagati.
Surajaya didatangi Sang Hyang Sukma kemudian diberi nama Hantakarana. Surajaya mengajak
Ragasamaya untuk moksa yang kemudian ia berhasil, namun Ragasamaya gagal. Tejasari
mengetahui Surajaya mati lalu ia melakukan yoga dan sukmanya kembali ke Kahyangan.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan:
Analisis dalam penelitian ini sangat terperinci dan mudah dicerna dengan baik oleh
pembaca. Meskipun ada beberapa hal yang memerlukan pemahaman lebih dalam. Penulis
menyajikan hasil penelitiannya dengan baik. Terdapat pemaparan kesalahan salin yang dapat
membuka mata pembaca. Dijelaskan pula jenis-jenis kesalahan salin beserta contohnya.
Peneliti juga menjelaskan beberapa varian ejaan pada ketiga naskah yang diteliti, yaitu
naskah D, F, H. Varian ejaan terkadang bisa menyulitkan peneliti dalam melakukan pembacaan
dan alihaksara teks. Namun peneliti memberikan rinciannya dengan cermat. Seperti kata wwaṅ
yang ada juga ditulis woṅ. Hal ini menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penyalin dalam
menuliskan kembali. Jika tidak berhati-hati dalam melakukan pembacaan maka akan keliru.
Contoh wwaṅ menjadi woṅ tersebut masih mudah untuk dipahami. Namun apabila kata-kata
yang lain seperti margajita dengan mrabajita butuh lebih banyak pemahaman karena
konsonannya saja sudah berbeda, antara g dan b.
Meskipun teks yang disajikan adalah versi panjangnya, namun pada disertasi ini
dijelaskan mengenai teks versi pendek pula. Penjelasan teks versi pendek menandakan
bahwasanya Kidung Surajaya dinilai memiliki daya tarik oleh masyarakat. Selain itu, penjelasan
ini sedikit menambah pengetahuan tentang perbedaan kedua versi tersebut.
Pada bagian deskripsi naskah disertasi ini dijelaskan beberapa perbedaan macam-macam
naskah Kidung Surajaya. Deskripsi naskah merujuk pada beberapa teks yang ada, sedangkan
hanya naskah yang memuat Kidung Surajaya yang dijelaskan lebih terperinci. Adanya
pemaparan tentang perbedaan macam-macam naskah Kidung Surajaya sangat membantu
memberikan pencerahan terhadap pembaca.
Kekurangan :
Penjelasan kodikologi pada disertasi ini memang sedikit kurang. Deskripsi naskah yang
merupakan bagian dari kodikologi hanya dijelaskan secara deskriptif tanpa penyertaan ilustrasi
yang ada. Penjelasan hanya berupa ukuran naskah, jumlah lempir, dan lain-lain. Penulis tidak
mengetahui apakah kebutuhan kodikologi dalam suatu disertasi benar-benar dibutuhkan atau
tidak. Bisa saja peneliti memang lebih terfokus pada kajian isi teks.
Terdapat beberapa typo dalam penulisan, seperti penggunaan kata yang ganda, kesalahan
penulisan, dan penggunaan kata hubung yang tidak tepat. Contohnya terletak pada halaman 550
pada kalimat Hal ini terjadi karena karena kata-kata yang dipakai oleh penyair Kidung
Surajaya tidak standar seperti kata Jawa lazimnya kita kenal. Penggunaan kata karena
mengalami pengulangan dikarenakan typo. Tentu saja hal ini bisa terjadi apabila kurang jelinya
dalam melakukan proof-reading.
TANGGAPAN, KRITIK, DAN SARAN
Tanggapan :
Pertama kali melihat disertasi sepanjang 587 halaman ini penulis sangat terkesima karena
penyajiannya sungguh detail. Mulai dari pemaparan ringkasan isi, alih aksara, serta terjemahan
disajikan dengan sebaik mungkin dan memberi pengetahuan kepada pembaca begitu luas.
Apalagi naskah yang dikaji kurang popular di antara naskah Merapi-Merbabu lainnya. Namun
setelah dikuak isinya Kidung Surajaya memberi pengetahuan tentang naskah kidung yang
menarik. Analisis isi maknanya sangat detail, mengungkap tujuan tersurat dan tersirat dari
penulisan nakah Kidung Surajaya ini.
Penggunaan aksara Buda dalam naskah Kidung Surajaya terbilang menyulitkan jika
dialihaksarakan. Namun peneliti mampu melakukan hal itu dengan baik, sehingga menjadi hasil
akhir yang memuaskan. Apalagi ini adalah disertasi keluaran universitas bergengsi di Belanda.
Meskipun pada beberapa bagian terdapat kata sulit yang tidak dapat diterjemahkan karena
keterbatasan yang dimiliki peneliti.
Naskah Kidung Surajaya menceritakan tentang siswa lelana brata yang juga hampir
sama dengan santri lelana. Tentunya hal ini memberikan gambaran baru dan beberapa konteks
perbedaan antara pencarian ilmu oleh orang beragama Hindu dengan seorang santri yang
notabene-nya beragama Islam. Tujuan akhir siswa lelana brata adalah untuk moksa atau
meninggalkan hingar bingar dunia untuk keabadian.
Kritik :
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam mengerjakan naskah Kidung Surajaya
menggunakan metode diplomatik. Metode diplomatik adalah metode yang kurang lazim
digunakan dalam penyuntingan naskah. Metode diplomatik digunakan apabila isi cerita dalam
naskah itu dianggap suci atau dianggap penting dari sejarah [ CITATION Edw02 \l 1033 ].
Pembelaan dari peneliti mengenai penggunaan metode diplomatik adalah untuk sarana
studi lanjutan nantinya. Hal itu sah-sah saja karena memang kuasa penuh dari peneliti yang ingin
menyajikan hasil yang sedekat mungkin dengan pembaca.
Saran :
Ciri khas naskah kidung adalah tidak adanya pemenggalan yang tepat. Terkadang dalam
perjalanan titik satu ke titik selanjutnya terdapat beberapa kalimat. Peneliti harus jeli dalam
mengetahui letak pemenggalannya sehingga tercipta kalimat yang sinkron. Pada penelitian
Kidung Surajaya ini letak pemenggalan sudah sesuai, namun penerjemahannya menggunakan
terjemahan harafiah saja. Terjemahan tidak bisa dibaca begitu saja, melainkan perlu pemahaman
lebih. Menurut penuturan dari Zakariya 1 bahasa yang digunakan dalam Kidung Surajaya
memiliki kekhususan, sehingga terjemahan hanya menggunakan harafiah, hanya saja kekhususan
itu tidak dijelaskan oleh peneliti. Saran dari hal tersebut adalah sebaiknya kekhususan tersebut
dijelaskan secara rinci, jika tidak bisa maka cukup sebagai gambaran saja. Apakah yang
membedakan bahasa Kidung Surajaya dengan bahasa kidung-kidung yang lain.

1
Zakariya Aminullah: Dosen Sastra Nusantra Universitas Gadjah Mada
Penjelasan kodikologi memang sedikit kurang. Apabila diperbolehkan untuk
menambahkan dalam penyajian suatu disertasi, maka sebaiknya dalam lampiran disertakan
ilustrasi covernya saja. Adanya penyajian ilustrasi akan menambah wawasan pembaca dan
setidaknya mereka dapat melihat gambarannya secara langsung melalui cuplikan yang
disampaikan.
KESIMPULAN
Disertasi ini menyajikan suntingan teks, terjemahan, dan analisis isi makna teks Kidung
Surajaya karya Kartika Setyawati. Pendekatan yang digunakan adalah metode diplomatik yang
mana peneliti bertujuan untuk menyajikan teks sedekat mungkin dengan pembaca. Ringkasan
isinya berupa Kelebihan dari disertasi ini adalah analisis teksnya sangat detail dan terperinci,
sehingga memudahkan pembaca dalam memahami. Kekurangannya adalah penjelasan
kodikologi sedikit kurang dan terdapat beberapa typo penulisan. Saran dari penelitian ini adalah
perlunya menambah penjelasan mengenai perbedaan bahasa Kidung Surajaya dengan bahasa
kidung yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Djamaris, E. (2002). Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV. Manasco.


Reynolds, L. D., & Wilson, N. G. (1978). Scribes and Scholars: A Guide to the Transmission of
Greek and Latin Literature. Oxford: The Clarendon Press.
Setyawati, K. (2015, November 12). Kidung Surajaya: Suntingan Teks, Terjemahan, dan
Analisis Makna Isi Teks. Kidung Surajaya. Leiden University.

Anda mungkin juga menyukai