Anda di halaman 1dari 16

CANDRANING WANITA

DALAM SERAT KAWI WYANJANA

ARTIKEL

oleh

Nama : Wahyu Purnawati


NIM : 2611413005
Program Studi : Sastra Jawa
Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Artikel yang berjudul Candraning Wanita dalam Serat Kawi Wyanjana

telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, 16 Mei 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hardyanto, M.Pd. Widodo, S.S., M.Hum.

NIP 195811151988031002 NIP 198204042014041001


CANDRANING WANITA DALAM SERAT KAWI WYAJANA
Wahyu Purnawati
Drs. Hardyanto, M.Pd
Widodo, S.S, M.Hum
Program studi Sastra Jawa, S1
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
Email : purnawahyuu@gmail.com

ABSTRAK
Naskah Kawi Wyanjana (KW) merupakan salah satu naskah yang
disimpan di Perpustakaan Balai Bahasa Yogyakarta. Naskah ini ditulis
menggunakan aksara Jawa dan berbahasa Jawa. Naskah KW memuat tentang
bahasa Jawa kawi disertai dengan artinya dan ada beberapa suku kata bahasa kawi
yang memiliki makna lebih dari satu atau disebut dengan polisemi. Pada halaman
terakhir, naskah memuat tentang panyandra yang didalamnya menjelaskan
tentang sifat wanita Jawa berdasarkan dari ciri fisik dan anggota tubuh wanita.
Tujuan penelitian ini menyajikan teks KW mulai dari kodikologi, transliterasi,
suntingan teks dan terjemahan. Sumber data penelitian ini yaitu naskah KW.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian standar dan
menggunakan terjemahan bebas supaya dapat dipahami dengan mudah oleh
pembaca. Dalam teks terdapat aparat kritik dan terjemahan dalam bentuk bahasa
Indonesia.

Kata Kunci: Filologi, Naskah Jawa, Serat Kawi Ywajana, Suntingan Teks.

ABSTRACT

Kawi Wyanjana Manuscript (KW) is one of the manuscripts which is stored in the
Balai Bahasa Yogyakarta Library. This manuscript is written by using Javanese
script and in Javanese. The KW manuscript contains the kawi, Javanese language
accompanied by its meaning and there are several kawi language syllables which
have more than one meaning called polysemy. On the last page, the manuscript
contains a panyandra, which explains about the nature of Javanese women based
on her physical characteristics and her body parts. The purpose of this study
presents KW manuscript by its codicology, transliteration, text editing and
translation. The source of this study is the KW manuscript. The research
methodology which used is a standard research methodology and free translation
so that it can be easily understood by the reader. In the text there are criticisms
and Indonesian translation.

Keywords: Philology, Javanese Manuscript, Serat Kawi Ywajana, Text Editing


A. PENDAHULUAN

Naskah Jawa merupakan warisan budaya nusantara yang


keberadaannya saat ini semakin memudar karena tidak pernah digunakan
lagi dalam kehidupan sehari-hari. Naskah kuno atau dalam bahasa Inggris
disebut manuscript dan dalam bahasa Belanda disebut handscript.
Manuskrip adalah tulisan tangan asli yang berumur minimal 50 tahun dan
memiliki arti penting bagi peradaban, sejarah, kebudayaan, dan ilmu
pengetahuan.
Sebagai peninggalan masa lampau, naskah kuno mampu memberi
informasi mengenai berbagai aspek kehidupan masyarakat masa lampau
seperti politik, ekonomi, sosial budaya, pengobatan tradisional, tabir
gempa, fisikologi manusia, dan sebagainya. Informasi tersebut dapat
ditemukan dalam kandungan naskah untuk dipelajari oleh semua orang.
Naskah-naskah Jawa memiliki nilai yang penting yaitu sebagai identitas,
kebanggan, dan warisan budaya yang berharga yang dapat dijadikan objek
pengajaran untuk mengambil nilai dan kandungan isi naskah tersebut.
Menurut penelitian, naskah kuno perlu untuk dilestarikan keberadaannya
agar tidak musnah dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakatnya (Yona,
2010:120).
Upaya pemeliharaan naskah-naskah kuno, dapat dilakukan melalui
penyimpanan di museum atau perpustakaan, serta mengolah dengan
mengkaji isi yang terkandung di dalamnya agar mudah dipahami dan
dimanfaatkan oleh pengembang kebudayaan maupun mengkaji dalam ilmu
filologi. Dalam pelaksanaan pemeliharaan naskah kuno memerlukan
keterampilan dan ilmu yang khusus, yang tidak semua orang dapat
melakukannya. Pengelola naskah kuno, sebagai sumber daya manusia
yang memiliki tugas dan fungsi di bidang kearsipan, memegang peranan
penting terutama dalam pelaksanaan pemeliharaan. Peranan arsiparis
dalam pemeliharaan naskah dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung yaitu melalui peningkatan wawasan masyarakat dalam hal
kearsipan pada umumnya dan pemeliharaan pada khususnya (Boedi,
1994:56).
Penelitian ini mengkaji Candraning Wanita dalam Serat Kawi
Wyanjana dengan kajian Filologis. Naskah Kawi Wyanjana (KW)
merupakan naskah kuno yang ditulis menggunakan aksara Jawa dan
berbahasa Jawa. Kawi artinya “pujangga” dan Wyanjana berarti “aksara”.
Kawi Wyanjana dapat diartikan “aksara pujangga”.
Naskah KW adalah naskah yang berbentuk prosa yang didalamnya
berisi urutan aksara Jawa disertai maknanya. Makna yang terkandung
dalam naskah KW tidak diuraikan secara langsung melainkan secara
tersirat. Adapun hal menarik yang ditemukan dalam naskah KW adalah
ditemukannya banyak suku kata bahasa kawi yang memiliki makna lebih
dari satu atau polisemi dan panyandra. Adapun penulisan nakah KW ditulis
dalam bentuk tabel, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami
naskah.
Penelitian dalam Naskah KY mengkaji tentang kritik teks dan
suntingan teks. Kritik teks merupakan usaha untuk mendapatkan teks yang
dekat dengan teks aslinya dan bebas dari kesalahan maupun perubahan
baik huruf atau ejaan selama proses penyalinan (Suryani, 2006:79).
Kesalahan penyalinan naskah terjadi karena kurangnya pemahaman isi dan
bahasa dalam naskah yang disalin (Zoetmulder, 1985:70). Seorang filolog
harus mampu memahami setiap kata demi kata maupun bahasa dalam teks
yang dipilih pengarang sehingga dapat disampaikan dengan jelas kepada
pembaca pada umumnya. Mulyadi (1991:9) mengungkapkan bahwa
filologi bertujuan mendeskripsikan isi naskah untuk mendapatkan makna
sesuai dengan teks aslinya.
B. DATA DAN SUMBER DATA
Pada penelitian ini data yang diteliti adalah naskah Serat Kawi
Wyanjana. Sumber data diperoleh dari naskah Serat Kawi Wyanjana di
Perpustakaan Balai Bahasa Yogyakarta. Naskah KW berbahasa Jawa dan
penulisan menggunakan aksara Jawa.
Transliterasi
Transliterai adalah pengalihan huruf dari huruf abjad yang satu ke
abjad yang lain. Teks KW ditulis menggunakan aksara Jawa, maka teks
dialihaksarakan ke huruf latin. Adapun metode yang digunakan yaitu
metode standar, sehingga akan lebih mudah dipahami oleh pembaca.
Penyuntingan
Metode penyuntingan bertujuan untuk mendapatkan kembali teks yang mendekati
aslinya dan membebaskan teks dari kesalahan sehingga teks dapat dipahami
dengan baik.
Penyuntingan merupakan proses perbaikan naskah yang sudah ditransliterasi
agar teks dapat dibaca dengan mudah oleh masarakat luas. Adapun tujuan
penyuntingan teks adalah untuk mendapatkan teks yang mendekati asli dan untuk
membebaskan teks dari kesalahan yang terjadi pada proses penyalinan, sehingga
teks dapat dipahami dengan baik. Suntingan teks KW ini merupakan langkah akhir
untuk mendapatan teks yang bebas dari kesalahan penulisan. Penyuningan teks
KW menggunakan metode standar.

Penerjemahan

Menerjemahkan adalah mengalih bahasakan dari satu bahasa ke


bahasa lain. Namun, Kozok (1999:120) menyebutkan bahwa
menerjemahkan adalah sebuah seni dan dianggap sangat sulit.
Menerjemahkan teks perlu ketelitian dan konsentrasi agar dalam
menerjemahkan mendapatkan hasil yang baik dan mendekati teks aslinya,
dalam menerjemahkan naskah cara menerjemahkan berbeda-beda
tergantung dari jenis naskah tersebut. Menerjemahkan perlu menggunakan
metode yang relevan agar isi teks naskah yang diteliti mudah dipahami.
Terjemahan yang dilakukan dalam penelitian naskah Kawi Wyanjana
(KW) menggunakan terjemahan bebas. Hal ini dilakukan karena
terjemahan bebas dalam penelitian ini akan menghasilkan terjemahan yag
mudah dipahami oleh pembaca.
Langkah Kerja Penelitian Filologi
Langkah-langkah kerja penelitian filologi digunakan peneliti agar
kesahihan data tetap terjaga. Adapun langkah kerja penelitian terhadap naskah
Kawi Wyanjana yaitu, (1) penelusuran naskah melalui katalog, (2) menentukan
naskah yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian yakni naskah KW, (3)
membuat deskripsi naskah, (4) membuat transliterasi teks KW, (5) membuat
suntingan teks KW, dengan menggunakan metode standar dalam melakukan
kritik teks, serta menambahkan footnote untuk memperjelas pernyataan yang
penting, sehingga tulisan menjadi mudah dipahami oleh pembaca, (6)
menterjemahkan teks KW, ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
terjemahan bebas, (7) membuat glosarium dan indeks.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi naskah Kawi Ywajana. Judul naskah : Serat Kawi
Ywajana, Nomor naskah : 1175, Bahan naskah : Kertas Eropa, Tempat
penyimpanan : Balai Bahasa Yogyakarta, Keadaan Naskah : Naskah
dalam keadaan baik, Jenis tulisan : Aksara Jawa, Bentuk huruf :
Miring, Keadaan tulisan : Jelas, Jarak antar huruf : rapat, Warna tinta
: hitam, Cara Penulisan : Pemakaian lembar bolak balik,
penempatan tulisan sejajar, pengaturan ruang tulisan berbentuk daftar tabel
dan penomoran tiap halaman menggunakan aksara Jawa, Bentuk Teks :
Berbentuk Prosa, Isi Naskah : dalam Serat Kawi Ywajana Sastra itu
berisikan tentang arti huruf Jawa yaitu ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la,
pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga ,bha, tha, nga, polisemi atau satu kata
memiliki banyak makna, panyandra. Catatan Lain : Sampul terbuat dari
kulit berwarna coklat dan berembos, kertas yang dipakai kertas folio
bergaris dan pemandu garis kanan dan kiri berupa pensil.

a) Panyandra
Pada halaham terakhir dalam naskah KW terdapat sebuah panyandra.
Panyandra merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
keadaan. Panyandra dalam naskah KW merupakan tambahan isi naskah KW
yang ditulis berdasarkan teks sebelumnya. Isi panyandra dalam naskah KW
menggambarkan ciri fisik pada wanita yang digunakan untuk menggambarkan
watak seorang wanita Jawa sesuai dengan imajinasi penulis pada saat itu.
Berikut contoh panyandra dalam naskah KW.
1) condra wela, pakulitan jene, pasuryan anyremimih, lathi ngintip, payudara
sumongga waru, punika sae setya tuhu ing laki. Artinya, (Bulan Terang)
wanita ini mempunyai raut muka nampak sedih dan seolah ketakutan. Bibir
kecil dan agak menjorok kedepan, buah dadanya montok. Kulitnya kuning.
Wanita ini berwatak baik dan setia pada suami, namun mengenai asmara
kurang menggemari.
2) raseksi durga mangsah, pasuryan luncup sarira kepara panjang suku
panjang punika awon, boros, sedheng. Artinya, (Raksasa Perempuan
Durga) wanita ini berwajah agak lebar, dahi lebar dan melengkung seperti
angsa, rambutnya lemas, payudara besar, tubuh kecil dan berkulit kuning.
Tipe wanita ini pantang dinikahi karena wataknya yang buruk. Wanita ini
suka membunuh suaminya tetapi dalam bersenggama sangat suka.
3) retna kancana, pakulitan jene, rema kathah akas sarta panjang, suku alit
punika sae. kancana utawi konca lepasan, pakulitan cemeng sarira ageng
rema lemes punika sae. Artinya, (Permata dan Emas) wanita ini berdahi
cukup atau sedang lebarnya, mulutnya kecil. Rambutnya tebal, panjang,
dan kering. Badannya tegap, kakinya kecil dan warna kulitnya kuning. Tipe
wanita ini baik terhadap suaminya dan sesuai harapan suami.
4) kunci kancana, pakulitan cemeng sarira ageng panjang saku radi celak
punika sae. Artinya, (Kunci Emas) wanita ini bermuka kecil dan dahinya
kecil, rambutnya tebal lebat. Warna perkulitannya hitam dan tebal serta
tubuhnya besar dan panjang, kakinya agak pendek, kepalanya tumbuh
rambut yg lebat, wanita tipe ini berwatak baik serta dalam hal beradu kasih
sesuai harapan sang suami.
5) kusumastuti, pakulitan pethak rema akas, sugih wicara sae raket nyugihi
karem dhateng agami. Artinya, (Bunga Restu) Wanita ini bermuka dan
berdahi kecil, mulutnya agak lebar, rambut bercabang. Tubuhnya besar
tetapi pendek serta warna kulitnya keputih-putihan dan agak higienis.
Watak wanita tipe ini baik sekali, dia mampu mendatangkan banyak rezeki.
Biasanya berputra sedikit, tetapi untuk memadu kasih kurang bersemangat
6) durgasari, pasuryannan samu abrit, rema akas, dedeg lencir, cekapan,
saresmenipun wahananipun boten kasebut Artinya, (Raksasa Durga Yang
Memakai Bunga) wanita ini mempunyai wajah yang kemerah-merahan dan
bibirnya tipis, kepalanya tumbuh rambut yg mengering, dahinya menonjol,
tubuhnya tinggi ramping dan kulitnya kering serta badannya berisi.
Kakinya padat berisi dan tumitnya ramping. Wanita ini sangat diperlukan
oleh para pria karena amat menyayangi suaminya.
7) durga mangsah, pasuryan luncup sarira kepara panjang suku panjang
punika awon, boros, sedheng. Artinya, (Raksasa Durga Yang Siaga
Tempur), wanita ini mempunyai bentuk muka yg lancip kebawah dan
dahinya sempit, mulutnya lebar, bibir bawah lebih tebal/menonjol,
rambutnya berwarna merah, tubuhnya memanjang, kakinya panjang dan
bertumit besar. Wataknya seperti tokoh durga, jelek, dalam hal memadu
kasih dirasa hambar, kurang memberi rasa nyaman pada pasangannya.
8) durga ngerik, pakulitanjene, rema akas panjang semu abrit ing pucuk awon
candhala ing budi tur tarabas. Artinya, Raksasa Durga Mengerik), wanita
ini bermuka bulat, dahinya kecil dan melengkung. Bibirnya agak melebar
tipis dan berwarna kemerah-merahan, rambutnya kering panjang, pucuknya
berwarna merah, perawakannya pendek, pinggul tampak meggantung,
lututnya menunjuk kedalam. wanita ini berwatak jelek, tangannya licin
kalau memegang uang, tidak bisa berhemat dan tidak amanah, gemar dalam
hal berolah asmara.
9) tarabas, pakulitan jene, rema abrit dumugi pucuk pisan talingan wonten
adheng-adhengipun punika awon, benter, boros. Artinya, (Boros), wanita
ini bermulut lebar, bibir tebal menonjol, bermata kebiru-biruan. Hidungnya
besar, pipi menggantung rambut berwarna kemerah-merahan, buah
dadanya besar. Tubuhnya tinggi, ramping, kulitnya kuning tipis serta agak
kering. wanita ini berwatak jelek, penaik darah dan boros sekali. Dalam hal
berolah asmara tidak bisa memberi kenikmatan pasangan dan merasa selalu
dilanda demam isu kering.
10) tasik madu utawi tuma bisika, pundhak andhetheng suku alit merit
mikantuki saresmenipun pantesipun namung kangge klangbenan. Artinya,
(Telaga Madu) wanita tipe ini memeliki dahi sempit, tetapi daya tarik yang
memikat ada dalam bibirnya yang bernuansa merah jambu dan tipis.
Tubuhnya gemuk dan badannya tidak tinggi serta kedua belah kakinya
meruncing ke tumit. Bagian yang memikat lainnya adalah kulitnya yang
merona kuning kemilau. Dalam hal kasih-mengasihi wanita tipe ini mampu
membuat pasangannya menghela nafas karena puas, karena kepandaiannya
mengikuti arus gerakan badannya sang suami. Adapun wataknya
11) surya surup, pakulitan abrit pasuryan semu biru sinom ngarempel sarira alit
pinunjul ing resmi. Artinya, (Matahari Terbenam) wanita ini mempunyai
aura yg bersorot kebiru-biruan, bibirnya berwarna merah jambu temaram.
Rambut sinom (Rambut yg tumbuh diatas dahi) menggerombol, alisnya
dalam 2 belahnya melengkung kecil, wanita ini menjadi idaman setiap pria
karena kesetiaannya. Dalam hal berolah asmara wanita ini sangat pintar
12) sri tumurun, sarira panjang sembada rema cemeng sarta lemes pasuryanan
lonjong suku alit wangunipun kuku panjang alit punika sae nyugihi nanging
sok purikkan. Artinya, Dewi Sri Yang Turun) Wanita ini mempunyai muka
yg bulat, dahinya sempit, menonjol serta mulutnya lebar. Bibirnya tebal
dan kebiruan, rambutnya lemas, badannya panjang. Perkulitan kuning,
kukunya yg memanjang, kelemahannya adalah tumitnya yg besar.
Perwatakannya sangat bagus , mampu mendatangkan harta bagi suami dan
keluarganya serta anaknya. Kelemahannya kalau sedang marah dia sangat
sering purik (pergi paksa) balik kerumah orang tuanya tetapi bisusul oleh
suaminya atau reda temberangnya dia akan balik , dalam hal berolah
asmara kurang menggemari.
13) wulan dhadhari, pakulitan ambengle keris dedeg sarenteg pangawak dara
rema brintik tingal anjait wicara sareh saresmenipun waweg wahananipun
boten kasebut. Artinya, (bulan Purnama Yang Merekah) wanita ini
mempunyai wajah bulat, berdahi sedang, bermata rupawan, bibirnya agak
tebal. Ketebalan pula ditunjukkan oleh rambutnya, selain tebal rambutnya
agak mengombak. tubuhnya agak tinggi serta kulitnya kuning beserta
semburat kehijauan. Watak wanita ini baik, setia dalam suaminya dan
dalam sangat gemar berolah asmara.
14) pandam kanginan dedeg inggil tingal jait wicara gandes punika sae.
Artinya, ( Pandan yg Diterpa Angin) wanita ini mempunyai raut wajah
bulat telur, bibirnya tipis terlipat kedalam merah jambu. Tubuhnya tinggi
sedangkan kulitnya sedikit kering & berwarna kuning serta tipis,
perwatakan wanita ini sungguh terpuji dan bagus. Dia sangat ramah suka
bertutur kata, luwes. Dalam hal berolah asmara sangat membingungkan
15) menyan cinandhi, pakulitan lumer alus, rema atap cemeng pasuryan semu
kumetep, bangkekan alit sae sanget asih ing kakungipun. Artinya,
(Kemenyan yg Disusun) Wanita mememiliki raut wajah yg persegi. Namun
karena sorotnya, wajah yg sangat kaku itu memikat hati, biasanya berdahi
sempit serta mulutnya berukuran kecil bibir tipis anggun kemerahan.
Matanya tidak bisa diam, leher wanita ini tebal dan mempunyai dua belah
pundak yg merata. Payudaranya tidak besar tapi padat, panggulnya mini
tapi kencang. Kakinya mini dan berisi beserta ciri merincing ke bawahnya.
Wanita ini termasuk kategori amat peduli & cinta kepada suaminya serta
berwatak sangat baik. Dalam hal berolah asmara, wanita ini nisbi banyak
tingkahnya sehingga membuat sang suami kikuk bagaimana memulainya.
Namun dibalik itu dia sangat menjanjikan
16) menjangan ketawan, jongga manglung suku merit sae tumrap ingkang
nengenaken saresmi. Artinya, (Rusa yg Terluka) Wanita ini mempunyai
wajah berbentuk bulat telur, mempunyai dahi yg sempit serta bermulut
kecil & bibirnya berukuran tebal berona kemerahan. Biasanya berhidung
mini, rambutnya berwarna kemerah-merahan. Perawakannya tinggi
semampai, berkulit hitam rabaanya tipis danterasa kebasahaannya.
Pinggulnya mini & homogen serta kakinya panjang & padat. Watak wanita
ini kurang terpuji yaitu kurang setia kepada suami, dalam berolah asmara
patut menerima decak kagum karena sangat menggemarinya
17) mutyara, pakulitan cemeng, rema lemes suku alit dariji alit sae, artinya,
(Mutiara) Wanita ini mempunyai raut wajah yg runcing, dahinya sedang
lebarnya serta mulutnya pula lebar. Bibir bawahnya terlihat lebih kedepam
asal bibir atasnya, punggungnya membungkuk udang & berpayudara mini
serta pinggulnya homogen. Watak wanita ini banyak mengundang pujian,
tuturnya halus karena selalu menunjuk kata yg akan dipergunakan bila
berbicara beserta orang lain serta berpembawaan tenang. Wanita ini suka
memperluas pengetahuan, sehingga berwawasan baik. Dalam hal berolah
asmarapenuh antusiasme sehingga membuat hati lega walaupun lelah
18) mrica pecah, dedeg andhap alit polatan sumringah awon, andhatenggaken
pakewet. Artinya, Wanita tipe ini mempunyai aura wajah yg jernih, nisbi
menawan meski dahinya ciut & menonjol. Mulutnya lebar tetapi bibirnya
tipis, rambutnya bernuansa kemerah-merahan serta sosok badannya pendek
& kecil. Perkulitannya kuning keputih-putihan & sedikit basah,
punggungnya agak membungkuk serta pinggulnya nisbi berat & mantap.
Wanita ini berperangai galak, membosankan, membikin sebal & gemar
ngrumpi. Banyak orang yg tidak suka berada dekat wanita ini karena
khawatir menerima kekecewaan. Dalam hal berolah asmara wanita ini
gairahnya tinggi sekali
19) gedhah seta, pakulitan bambang awak pasuryanan semu ijem polatan
manis, sae, ageng, sihe dhateng kakungipun. Artinya, (Warna Hijau
Keputih-Putihan) Wanita ini mempunyai wajah yg anggun dn bersorot
kehijau-hijauan, kulitnya kuning langsat & tidak membasah atau kering.
Berperawakan pendek tapi kakinya panjang, lebar dahinya sedang,
rambutnya sporadis & mempunyai pandangan mata yg tajam. Bibirnya
sedikit tebal & selalu nampak kedap tertutup, kedua pundaknya merendah
& payudaranya mini serta mempunyai pinggul yg amat tebal. Watak wanita
ini sangat bagus karena suami selu menjadi pusat kepeduliaannya, dalam
hal berolah asmara
20) gedhang suluh, pakulitan bambang awak pasuryan jene rema akas, dedeg
lencir tumrap ingkang nengenaken saresmi kadumugen. Artinya, (Pisang yg
Baru Menguning Atasnya) Wanita ini mempunyai raut muka yg kekuning-
kuningan, wajahnya mini & dahinya tidak lebar. Bibirnya agak menonjol &
pipinya bulat, rambutnya sporadis serta kkuning langsat. Perawakannya
tinggi & agak kerempeng, payudara & pinggulnya besar serta kedua
kakinya padat. Wanita ini berperangai pendiam tapi galak, gampang sekali
temberang. Dalam hal berolah asmara kegalakannya mampu membuahkan
rasa puas bagi suaminya
21) guntur madu, pakulitan jene dedeg lenjang, tingal anjait galak ulat sae
wahananipun tur mikantuki saresminipun. Artinya, Wanita ini mempunyai
sorot muka yg galak, wajah & dahi serta mulutnya lebar. Matanya mini &
bibirnya lebih sering merapat, perawakannya tinggi & kerempeng serta
kulitnya kuning alami. Rambutnya tebal & lebat serta payudaranya tegak
harmonis, pingulnya proporsional beserta kedua kainya padat & meruncing
ke tumit. Watak wanita ini baik, dalam hal berolah asmara dia senantiasa
mampu mengikuti motilitas & irama pasangannya
22) ngembat lawung, pakulitan jene, pasuryan semu ijem, dedeg, lencir,
lampahipun ningalupa sae, sugih dugi-dugi. Artinya, (Mengangkat
Tombak) Wanita tipe ini mempunya wajah yg bersorot kehijau-hijauan,
perawakannya tinggi & agak mini serta mempunyai warna kulit kuning.
Gayanya kalau tengah berjalan melenggang bagaikan macan yg sedang
lapar, dahinya lebar beserta alis yg tebal & mempunyai verbal yg mini
beserta bibir yg tebal pula serta enggan membuka mulutnya. Mempunyai
pundak yg proporsional beserta payudara yg besar akan tetapi tidak padat
elastis bahkan cenderung kendor & mepunyai kaki yg berisi. Wanita ini
tergolong pemberani tetapi bersikap hati-hati & cermat bila sedang uring-
uringan sering meninggalkan rumah kalau disusul suaminya dia akan
segera ikut balik . Dalam berolah asmara wanita ini hambar

D. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan naskah KW di atas dapat disimpulkan

naskah KW bersumber dari bahasa kawi. Sebagian terjemahan naskah KW

merupakan kumpulan suku kata bahasa kawi yang memiliki makna lebih

dari satu atau polisemi. Isi dari panyandra pada bagian akhir naskah KW

merupakan deskripsi yang menggambarkan wanita Jawa pada masa itu dan

ditulis sesuai dengan imajinasi penulis naskah KW, penulisan teks

panyandra diambil berdasarkan terjemahan naskah KW yang ditulis

sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kozok, U. 1999. Warisan Leluhur: Sastra Lama dan Aksara Batak. Jakarta:
gramedia.

Mulyadi. 1991. Naskah Dan Kita. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Primadesi, Yona. 2010. Peran Masyarakat Lokal dalam Usaha Pelestarian


Nasah-Naskah Kuno Paseban. Jurnal Bahasa dan Seni. 20 (11) : 120-127.

Sudibyo. 2007. Kembali ke Filologi : Filologi Indnesia Dan Tradisi Orientalisme.


Jurnal Humaniora. 19 (2) : 107-118.

Suryani NS, Elis. 2012. Filologi. Bogor : Ghaila Indonesia.

Yulianto, Doddie. 2012. Menelusuri Pelajaran Aksara Carakan di Cirebon


Melalui Pengalaman Transliterasi. Jurnal Manassa. 2 (1) :71-79.

Zoetmulder, P.J. 1985. Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang.


Djambatan.
Candraning Wanita Dalam Serat Kawi Wyanjana

Anda mungkin juga menyukai