6 LP Kista Ovarium
6 LP Kista Ovarium
KISTA OVARIUM
Gambar Ovarium
Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel
primordiial dan medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos. (Bobak, 2011).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik (Sjamsoehidayat, 2011).
2.3 ETIOLOGI
Berdasarkan (Smelzer & Bare, 2012), penyebab dari kista belum diketahui secara
pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan hormon
dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri (ketidakseimbangan
hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang
gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang
terjadi didalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar
bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat
fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifat
bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah
adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah
abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium.
Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan karsinogen
seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang, bahan-bahan
tambang.
Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kista terdahulu
2. Siklus haid tidak teratur
3. Perut buncit
4. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
5. Sulit hamil
6. Penderita hipotiroid
Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih
dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista di
tenga-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis
dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum
mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama
kehamilan.
Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan luteal yang kadang-kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuik
FSH dan HCG.
2.5 PATHWAY
Ketidakseimbangan dan kegagalan salah satu pembentukan hormon
yang mempengaruhi indung telur
Hambatan mobilisasi
fisik b.d kelemahan
fisik
2.6 KOMPLIKASI
Berdasarkan Winkjosastro (2010) bahwa beberapa ahli mencurigai kista ovarium
bertanggung jawab atas terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun.
Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita
yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap
kemungkinan terjadinya kanker ovarium. Faktor resiko lain yang dicurigai
adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan terjadinya
ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan metode
konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih
baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.
2.8 PROGNOSIS
William helm, c. 2005. Dkk mengatakan : prognosis dari kista jinak sangat baik.
Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium
kontralateral. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan
dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini
sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9%
untuk stadium figo ia dan 11.1% untuk stadium iv. Tumor sel granuloma
memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang
berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian
besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki
prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan
dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor
nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan
yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan
angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5
tahun adalah 86.2%.
2.9 PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Hamylton (2011); Bobak, Lowdermilk, & Jensen (2011);
Winkjosastro (2010) bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien
dengan kista ovarium sebagai berikut:
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi,
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan
tuba (Salpingo-oovorektomi).
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen
yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik atau tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda-
tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
5. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi.
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan
keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik
biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman,
perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan
emosional Ibu.
6. Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena
kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-
tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus
mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan,
berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak
boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat
benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti
darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah
operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran.
Inspeksi
a. Kepala: Rambut rontok, mudah tercabut, warna rambut.
b. Mata: Konjungtiva tampak anemis, icterus pada sklera.
c. Leher: Tampak adanya pembesaran kelenjar limfe dan bendungan vena
jugularis.
d. Payudara: Kesimetrisan bentuk, adanya massa.
e. Dada: Kesimetrisan, ekspansi dada, tarikan dinding dada pada inspirasi,
frekuensi per-nafasan.
f. Perut: Terdapat luka operasi, bentuk, warna kulit, pelebaran vena-vena
abdomen, tampak pembesaran striae.
g. Genitalia: Sekret, keputihan, peradangan, perdarahan, lesi.
h. Ekstremitas: Oedem, atrofi, hipertrofi, tonus dan kekuatan otot.
Palpasi
a. Leher: Pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar submandibularis.
b. Ketiak: Pembesaran kelenjar limfe aksiler dan nyeri tekan.
c. Payudara: Teraba massa abnormal, nyeri tekan.
d. Abdomen: Teraba massa, ukuran dan konsistensi massa, nyeri tekan,
perabaan hepar, ginjal dan hati.
Perkusi
a. Abdomen: Hipertympani, tympani, redup, pekak, batas-batas hepar.
Refleks: Fisiologis dan patologis
Auskultasi
a. Abdomen meliputi peristaltik usus, bising usus, aorta abdominalis arteri
renalis dan arteri iliaca.
Diagnosa 1:
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkanyang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual atau potensial.
b. Batasan Karakteristik
Ekspresi wajah nyeri
Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
Focus pada diri sendiri
Perilaku distraksi
c. Faktor yang berhubungan
Agens cedera biologis (neoplasma)
Agens cedera fisik (prosedur bedah)
Agen cedera kimia (toksin)
Diagnosa 2:
a. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
otonom.
b. Batasan Karakteristik
Gelisah
Gugup
Ketakutan
Gemetar
Kesedihan yang mendalam
Berfokus pada diri sendiri
c. Faktor yang berhubungan
Perubahan status kesehatan
Stressor
Ancaman kematian
Ancaman status terkini
Hereditas
Hubungan interpersonal
Krisis situasi
Diagnosa 3:
a. Definisi
Keterlambatan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah.
b. Batasan Karakteristik
Hambatan kemampuan bergerak telentang, miring, telungkup.
c. Faktor yang berhubungan
Perubahan metabolism Kurang dukungan lingkungan
Indeks massa tubuh di atas fisik atau social
persentil ke-75 sesuai usia Hilangnya intergritas struktur
Gangguan kognitif tulang
Penurunan kekuatan, kendali atau Nyeri
massa otot Gangguan musculoskeletal
Keadaan alam perasaan depresi Gangguan neuromuscular
atau ansietas Program pembatasan pergerakan
Keterlambatan perkembangan Keengganan untuk memulai
Ketidaknyamanan pergerakan
Intoleran aktivitas dan penurunan Gaya hidup yang kurang gerak
kekuatan dan ketahanan
Kaku sendi atau kontraktur
Defesiensi pengetahuan tentang
nilai aktivitas fisik
Diagnosa 4:
a. Definisi
Kerusakan pada epidermis dan/ atau dermis
b. Batasan Karakteristik
Benda asing menusuk permukaan kulit
Kerusakan integritas kulit
c. Faktor yang berhubungan
Eksternal
Agens farmaseutikal Hipertermia
Cedera kimiawi kulit (mis.., luka Hipotermia
bakar, kapsaisin, metilenklorida, Kelembapan
agens mustard) Lembap
Faktor mekanik (mis.., daya gesek, Terapi radiasi
tekanan, imobilitas fisik) Usia eksterm
Internal
Gangguan metabolism Gangguan volume cairan
Gangguan pigmentasi Imunodefesiensi
Gangguan sensai (akibat cedera Nutrisi tidak adekuat
medulla spinalis, dll) Perubahan hormonal
Gangguan sirkulasi Tekanan pada tonjolan tulang
Gangguan tumor kulit
Diagnosa 5:
a. Definisi
Rentan mengalami invasi dan multipikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan.
b. Faktor risiko
Kurang pengetahuan untuk Obesitas
menghindari pemajanan pathogen Penyakit kronis
Malnutrisi Prosedurr invasive
Pertahanan tubuh yang tidak adekuat
Gangguan integritas kulit Pecah ketuban lambat
Gangguan peristalsis Perubahan pH sekresi
Merokok Statis cairan tubuh
Pecah ketuban dini
Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat
Imunosupresi
Penurunan hemoglobin
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat
Terpajan pada wabah
III.3 PERENCANAAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan NIC: Pain Management 1. Mengetahui kualitas nyeri
agen cedera keperawatan 3x24 jam 1. Melakukan pengkajian pasien
biologi diharapkan pasien dapat secara komprehensif 2. Dapat mengurangi rasa
mengontrol nyerinya, nyeri mengenai lokasi, cemas dan takut sehingga
berkurang dengan kriteria karakteristik, lamanya, mampu mengurangi rasa
hasil: frekuensi, kualitas nyeri dan sakit
Indikator faktor presipitasi 3. Menurunkan nyeri
2. Mengobservasi penyebab 4. Komunikasi terapeutik
1. Pasien mampu ketidaknyamanan klien mampu menurunkan
mengenali faktor secara verbal dan nonverbal kecemasan
penyebab nyeri 3. Menyakinkan klien akan 5. Mengetahui kondisi
2. Mengenali onset pemberian analgesik ketidaknyamanan klien yang
nyeri 4. Menggunakan komunikasi kemungkinan mampu
3. Memberikan teraupetik untuk mengetahui mengagnggu kualitas
analgesik pengalaman nyeri pasien hidupnya
(kolaborasi dengan 5. Mengkaji dampak dari 6. Meminimalkan nyeri dengan
tim kesehatan lain) pengalaman nyeri (ggg menciptakan lingkungan
4. Melaporkan kontrol tidur, ggg hubungan) nyaman
nyeri 6. Mengontrol faktor 7. Meningkatkan relaksasi
5. Pasien mampu lingkungan yang
melaporkan menyebabkan klien merasa
nyerinya tidak nyaman (ruangan,
6. Klien mengetahui temperatur, cahaya)
frekuensi nyeri. 7. Instruksikan pasien untuk
Keterangan:
melakukan teknik relaksasi
1: tidak pernah menunjukan
seperti bimbingan imajinasi,
2: jarang menunjukan
nafas dalam
3: kadang-kadang
menunjukan
4: sering menunjukan
5: konsisten menunjukan
Kecemasan b.d Setelah Dilakukan Tindakan 1. Jelaskan semua prosedur 1. Mengurangi kecemasan
perubahan peran Keperawatan 3x24 Jam dan apa yang dirasakan selama tindakan untuk
dan status Diharapkan kecemasan selama prosedur kesehatan klien
kesehatan menurun dengan kriteria 2. Temani pasien untuk 2. Mengalihkan perhatian
hasil sebagai berikut: memberikan keamanan dengan berbincang-bincang
Indikator dan mengurangi takut 3. Mengurangi kecemasan
1. Klien mampu 3. Berikan informasi faktual 4. Keluarga dapat memberikan
mengidentifikasi mengenai diagnosis, kenyamanan pada pasien
dan tindakan prognosis 5. Untuk meningkatkan
mengungkapkan
gejala cemas 4. Libatkan keluarga untuk kenyamanan dan
2. Mengidentifikasi, mendampingi klien mengurangi kecemasan
mengungkapkan 5. Instruksikan pada pasien
dan menunjukkan untuk menggunakan
tehnik untuk tehnik relaksasi
mengontol cemas 6. Dengarkan dengan penuh
3. Vital sign dalam perhatian
batas normal 7. Identifikasi tingkat
4. Postur tubuh, kecemasan
ekspresi wajah, 8. Bantu pasien mengenal
bahasa tubuh dan situasi yang menimbulkan
tingkat aktivitas kecemasan
menunjukkan 9. Dorong pasien untuk
berkurangnya mengungkapkan perasaan,
kecemasan ketakutan, persepsi
Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tak ada keluhan
Hambatan Setelah Dilakukan Tindakan 1. Monitoring vital sign 1. Mengetahui status
mobilitas fisik Keperawatan 3x24 Jam sebelm/sesudah latihan kemampuan klien dalam
b.d kelemahan Diharapkan hambatan dan lihat respon pasien latihan ambulasi
fisik mobilitas fisik dapat teratasi saat latihan 2. Merubah posisi mencegah
dengan kriteria hasil sebagai 2. Ajarkan pasien atau dekubitus
berikut: tenaga kesehatan lain
Indikator tentang teknik ambulasi
1. Klien meningkat 3. Kaji kemampuan pasien
dalam aktivitas dalam mobilisasi
fisik 4. Latih pasien dalam
2. Mengerti tujuan pemenuhan kebutuhan
dari peningkatan ADLs secara mandiri
mobilitas sesuai
3. Memverbalisasikan kemampuan
perasaan dalam 5. Ajarkan pasien bagaimana
meningkatkan merubah posisi dan
kekuatan dan berikan bantuan jika
kemampuan diperlukan
berpindah
Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tak ada keluhan
Kerusakan Setelah Dilakukan Tindakan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Mengurangi penekanan
integritas Keperawatan 3x24 Jam menggunakan daerah luka
jaringan b.d Diharapkan Integritas pakaian yang longgar 2. Mengurangi kelembapan
faktor mekanik Jaringan Baik Dengan 2. Hindari kerutan pada 3. Menjaga kebersihan luka
Kriteria Hasil Segabai tempat tidur 4. Untuk mempercepat
Berikut: 3. Jaga kebersihan kulit agar penyembuhan luka
Indikator tetap bersih 5. Memungkinkan infeksi
1. Integritas Kulit Yang dan kering 6. Mengetahui sejauh mana
Baik Bisa Dipertahankan 4. Anjurkan pasien untuk klien dapat melakukan
(Sensasi, Elastisitas, melakukan mobilisasi mobilisasi
Temperatur, Hidrasi, 5. Monitor kulit akan adanya 7. Protein menyebabkan
Pigmentasi) kemerahan percepatan penyembuhan
2. Perfusi Jaringan Baik 6. Monitor aktivitas dan luka
3. Menunjukan Proses mobilisasi pasien 8. Mengetahui kondisi luka
Perbaikan Kulit 7. Monitor status nutrisi untuk perbaikan luka
4. Mempertahankan pasien 9. Mempercepat granulasi
Kelembaban Kulit 8. Observasi luka : lokasi, luka
5. Menunjukkan dimensi, kedalaman luka,
Terjadinya Proses karakteristik,warna cairan,
penyembuhan luka granulasi, jaringan
Keterangan:
nekrotik, tanda-tanda
1: keluhan ekstrim
infeksi lokal
2: keluhan berat
9. Ajarkan pada keluarga
3: keluhan sedang
tentang luka dan
4: keluhan ringan
perawatan luka
5: tak ada keluhan
10. Lakukan tehnik perawatan
luka
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
Dwi (2013). Mengenali Keadaan Patologis pada Organ Reproduksi Wanita. Jakarta:
Kapita Selecta
Sanders (2007). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II. Jakarta : EMS, Erlangga
Medical Series.