Anda di halaman 1dari 11

BAB XII

UJI TEKAN TRIAXIAL UNCONSOLIDATED UNDRAINED


(UU)

XII.I. Tujuan Percobaan


Menentukan parameter kuat geser tanah kohesif dengan keadaan tidak
terdrainase (undrained parameters) dengan specimen berbentuk silinder
yang dikenakan confining fluid pressure di dalam triaxial chamber.

XII.II. Dasar Teori


Saat runtuh, tegangan geser sepanjang bidang runtuh mencapai
nilai kuat gesernya. Semakin tinggi nilai kuat geser tanah (c dan φ),
semakin tinggi pula tinggi kuat gesernya. Seperti persamaan berikut ini

τ =c + (−u ) tan φ

Keterangan :

τ =¿ kekuatan geser tanah

c = kohesi efektif tanah

= tegangan total pada bidang geser

u = tegangan air pori

Φ = sudut geser dalam efektif

Pada uji geser triaksial ini sampel tanah (benda uji) ditutup dengan
membrane karet yang tidak tebal serta ditempatkan di dalam suatu bejana
silinder berbahan plastik, kemudian bejana itu diisi air/larutan gliserin. Di
dalam bejana tadi, benda uji akan memperoleh tekanan hidrostatis yang
akan mengakibatkan terjadinya keruntuhan geser pada benda uji
(tengangan triaksial/vertikal diberikan lewat satu piston vertikal). Ada 2
langkah dalam pembebanan vertikal :

1. Dengan memberi beban mati (dead load) secara kontinu (dilakukan


penambahan beban terus menerus) hingga benda uji roboh
2. Dengan memberi deformasi aksial yang memiliki kecepatan
deformasi tetap dengan bantuan gigi-gigi mesin/pembebanan hidrolis.

Gambar XII.1 Diagram Alat Uji Triaksial

Tegangan 1 disebut sebagai tegangan utama mayor (mayor


principal test) sedangkan tegangan 3 disebut sebagai tegangan utama
minor (minor principal test). Untuk tegangan keliling biasa disebut
tegangan sel (confining stress) 2. Selisih antara 1 dan 3 disebut
sebagai deviator stress.
Alat pengujian dilengkapi dengan pipa-pipa yang berfungsi
untuk mengalirkan air dari dan menuju sampel tanah. Pipa-pipa tersebut
juga berfungsi sebagai pengukur tegangan air pori (pada keadaan uji).
Terdapat 3 tipe standar uji triaksial yang umum yang dikerjakan, antara
lain :
1. Consolidated Drained Test (CD Test)
Tekanan cell tertentu diterapkan pada tanah dengan katup drainase
terbuka hingga proses konsolidasi selesai. Tegangan deviator
diterapkan dengan kecepatan yang rendah dengan katup drainase
yang terbuka hingga tanah mengalami keruntuhan. Selama proses
pergeseran, volume tanah juga berkurang. Pergeseran dengan
kecepatan yang sangat rendah dilakukan untuk mencegah terjadinya
tekanan air pori yang berlebih. Proses uji geser triaksial ini dilakukan
dengan cara mengalirkan air pada tanah lempung dalam kurun waktu
tertentu dan berbeda-beda tiap benda uji. Uji triaksial CD ini jarang
dilakukan karena kecepatan menambahkan tegangan deviator cukup
lambat untuk mengalirkan air seutuhnya dari dalam benda uji.

Gambar XII.2 Effective stress failure envelope from drained tests on


sand and normally consolidated clay

2. Consolidated Undrained Test (CU Test)


Tekanan cell tertentu diterapkan pada sampel tanah dengan kondisi
katup drainase yang terbuka untuk membiarkan air keluar hingga
proses konsolidasi selesai. Tegangan deviator diterapkan pada
kondisi drainase yang tertutup hingga benda uji mengalami
keruntuhan (tidak terjadi perubahan volume selama penggeserannya).
Pada uji ini, nilai tegangan air pori pada waktu berlangsungnya
keruntuhan dapat diukur.

Gambar XII.3 Total stress failure envelope obtained from consolidated-


undrained tests in overconsolidated clay

3. Unconsolidated Undrained Test (UU Test)


Pengujian ini biasa juga disebut sebagai quick test karena lebih cepat
dilakukan dibandingkan dua uji triaksial sebelumnya. Pada kondisi
UU pengujian dilakukan dengan katup drainase yang tertutup
sehingga terjadi peningkatan tekanan air pori (U).Dari uji ini akan
didapatkan nilai kohesi (c) dan juga E yang didapat dengan lingkaran
Mohr serta regresi linier. Pada uji ini, awalnya benda uji dibebani
dengan aplikasi tegangan sel dan dibebani dengan beban normal
lewat aplikasi tegangan deviator hingga tercapai keruntuhan. Oleh
karena pada saat pengujian tidak boleh ada air yang keluar, maka
beban normal tidak ditransfer ke butiran tanahnya. Kondisi tanpa ada
drainase ini akan mengakibatkan adanya excess pore water pressure
dengan tidak adanya tahanan geser hasil perlawanan dari butiran
tanahnya.
Gambar XII.4 Total stress Mohr’s circles and failure envelope (φ= 0) obtained
from unconsolidated-undrained triaxial tests on fully saturated cohesive soil

Tabel XII.1 Perbedaan 3 tipe standar uji triaksial

Berikut ini merupakan persamaan – persamaan yang digunakan pada


percobaan ini :
 Perhitungan axial strain (ε) untuk setiap perubahan beban aksial

ΔH
ε=
H0

Keterangan :
Δ H = perubahan panjang spesimen yang bisa dibaca dari
deformation
indicator

H 0 = panjang spesimen mula-mula

 Perhitungan luas penampang rata – rata (A) untuk setiap


penambahan beban aksial. A0 merupakan luas penampang rata-
rata mula-mula dari spesiemen.

A0
A=
[ ]
(1−ε )

 Perhitungan perbedaan principal stress σ 1 −σ 3

P
σ 1 −σ 3= P=dial reading x angka kalibrasi
A

Keterangan :

σ 1 = mayor principal test σ 3 = minor principal test

 Pembuatan lingkaran tegangan Mohr pada saat failure dengan


shear stress sebagai ordinat dan normal stress sebagai absis
σ 1+ σ 3
Pusat lingkaran=
2
σ 1−σ 3
Jari− jari lingkaran=
2
Plot lingkaran Mohr dilakukan untuk setiap sampel dalam satu
grafik yang sama. Kemudian dibuat garis singgung dari ketiga
lingkaran Mohr untuk mendapatkan persamaan keruntuhan
Mohr-Coulomb. Garis singgung ini diteruskan hingga memotong
sumbu tegangan geser yang menyatakan besar kohesi (C) dan
sudut kemiringan garis singgung dengan sumbu mendatar (absis)
menyatakan sudur perlawanan geser (φ). Harga C dan φ dapat
juga dihitung secara geometri.

XII.III. Alat dan Bahan


a. Axial Loading Device
Alat triaxial compression berupa dongkrak yang digerakkan oleh
motor elektronik melalaui gigi transmisi, pengatur beban hidrolik
ataupun alat kompresi lainnya yang memiliki kapasitas dan kontrol
yang cukup untuk memberikan pembebanan. Deviasi dari pembebanan
tidak boleh melebihi ± 5%. Getaran akibat alat harus cukup kecil
sehingga dimensi spesimen tidak berpengaruh. Dilengkapi dengan
kompresor untuk memberikan tegangan hidrolik ke dalam chamber
triaxial.
b. Axial Load Measuring Device
Berupa poving ring, strain gauge, hydraulic load cell atau berbagai
alat ukur lainnya yang mampu mengukur axial load dengan keakuratan
1% dari axial load failure yang terjadi.
c. Pressure Control Device
Alat pengukur chamber pressure harus dapat mengontrol sampai
ketelitian 2 kPa (0,25 psi) untuk tekanan kurang dari 200 kpa (28 psi)
dan sampai dengan ketelitian ± 1,00% untuk tekanan lebih dari 200
kPa. Alat ini terdiri dari reservoir yang disambungkan pada triaxial
chamber yang terisi sebagian dengan cairan (biasanya air), bagian atas
reservoir dihubungkan dengan tekanan udara (gas supply).
Tekanan udara dikontrol dengan pressure regulator dan diukur
dengan pressure gauge. Tetapi alat lain yang berupa hydraulic system
yang ditekan dengan piston dapat pula digunakan untuk mengontrol
tekanan chamber.
d. Triaxial Compression Chamber
Suatu alat terdiri dari pelat atas, dan pelat dasar (baseplate) yang
dipisahkan oleh silinder. Silinder bisa terbuat dari material apapun
yang dapat menahan tekanan yang bekerja, namun lebih disarankan
menggunakan material yang transparan agar spesimen dapat diamati.
Pelat atas harus mempunyai sedikit ventilasi sehingga udara dapat
keluar ketika chamber diisi. Pelat dasar harus memiliki inlet supaya
cairan bertekanan bisa masuk.
e. Axial Load Piston
Piston dipasang diatas untuk meneruskan beban axial, yang
mengakibatkan spesimen tertekan pada arah axial diantara cap dan
base. Piston harus dibuat sedemikian rupa sehingga gesekannya sangat
keciil (tidak melebihi 0,1%) beban axial pada saat failure.
f. Speciment Cap dan Speciment Base
Cap yang impermeable dan kaku dapat digunakan untuk mencegah
drainase. Dibuat dari bahan tahan karat, berpenampang bulat. Barat
cap harus kurang dari 1kN/m2. Diameter speciment cap dan base harus
sama dengan diameter inisial spesimen. Speciment base dihubungkan
dengan triaxial chamber sedemikian rupa sehingga tidak dapat
bergeser pada arah horizontal (tetap sentris) dan eksentris dari piston
ke cap tidak boleh melebihi 1,3 mm (0,05 in). Speciment cap dibuat
sedemikian rupa agar dapat memegang piston tetap sentris. Permukaan
silinder dari speciment base dan cap yang berhubungan dengan
membran (karet pembungkus tanah) harus rata dan bebas dari geseran-
geseran agar tidak terjadi kebocoran-kebocoran.
g. Deformation Indicator
Deformasi vertikal spesimen diukur dengan akuraasi setidaknya 0,03%
dari tinggi spesimen. Rentang dari indikator deformasi setidaknya 20%
dari tinggi spesimen.
h. Rubber Membranes
Digunakan untuk membungkus spesimen dan menjaga kebocoran,
tebal total membran tidak boleh melebihi 1% dari diameter spesimen.
Untuk memberikan tahanan yang minimal pada spesimen, diameter
membran sebelum ditarik harus berkisar antara 90-95% diameter
spesimen. Membran diikat pada speciment base dan cap dengan ring
karet yang memiliki ukuran diameter dalam sebelum ditarik < 75-78%
dari diameter base dan cap. Membran harus diperiksa terlebih dahulu
sebelum dipakai, jika ada kebocoran harus diganti.
i. Sample Extruder
Harus dapat mengeluarkan inti tanah dari tabung sampel pada arah
yang sama seperti waktu sampel tersebut dimasukkan ke dalam tabung,
dan tidak merusak sampel. Jika sampel tidak dikeluarkan secara
vertikal hati-hati terhadap bending stresses yang terjadi diakibatkan
gravitasi, keadaan sampel pada saat dikeluarkan sangat bergantung
terhadap ara pengeluaran sampel. Hal yang perlu diperhatikan adalah
menjaga agar disturbansi yang terjadi sangat kecil.
j. Speciment sie measuring device
Harus cocok untuk mendapatkan ukuran spesimen sampai ketelitian
0,1% dari panjang aktual dan alat yang digunakan dipastikan tidak
membuat sampel menjadi terganggu.
k. Timer
Alat pengukur kelangsungan waktu sampai ketelitian 1 second
digunakan untuk menetapkan strain seperti yang diuraikan pada
prosedur.
l. Moisture content containers
m. Remoulding apparatus
n. Membrane expander
o. Speciment trimming
XII.IV. Prosedur Percobaan

Gambar XII.5 Diagram Alir Prosedur Percobaan Uji Tekan Triaxsial


Referensi

Broto, Cipto Adi. 2008. “Uji Triaksial”. Depok : Universitas Indonesia (Fakultas
Teknik)

Das, Braja M. 2012. “ Principles of Geotechnical Engineering ”, 8th Edition.


Stamford: Cengage Learning. Hlm. 445-463 (Shear Strength of Soil).

Anda mungkin juga menyukai