Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Cleft lip atau labioschisis adalah suatu kelainan bawaan berupa celah pada
bibir atas di antara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat komplit dan inkomplit.
Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral dan jika celah terdapat pada
kedua sisi disebut labioschisis bilateral. Kelainan ini terjadi karena adanya
gangguan pada kehamilan trimester pertama yang menyebabkan terganggunya
proses tumbuh kembang janin.1,2

Permasalahan pada penderita celah pada bibir dan langit-langit sudah


muncul sejak penderita lahir. Derita psikis yang dialami pula oleh penderita
setelah menyadari dirinya berbeda dengan yang lain. Secara fisik adanya celah
akan membuat kesukaran minum karena adanya daya hisap yang kurang. Se1ain
itu terjadi permasalahan dalam segi estetik/kosmetik, perkembangan gigi yang
tidak sempurna serta gangguan pertumbuhan rahang dan gangguan bicara berupa
suara sengau. Penyulit yang juga mungkin terjadi pada penderita celah bibir
adalah infeksi pada telinga tengah hingga gangguan pendengaran.1

Secara umum, kelainan ini disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan
lingkungan. Sekitar 33-36 % dari kasus yang ditemukan menunjukkan riwayat
keluarga yang menderita celah pada bibir berisiko menderita kelainan yang sama.
Cleft lip dengan atau palate dikaitkan dengan lebih dari 150 sindrom, sindrom
yang paling umum adalah Van der Woude. Sedangkan faktor lingkungan antara
lain infeksi virus misalnya Rubella, penggunaan obat-obat teratogenik selama
trimester pertama kehamilan seperti steroid dan antikonvulsan, penyalahgunaan
alkohol, kebiasaaan merokok saat hamil, serta kekurangan nutrisi saat hamil
khususnya asam folat.3,4,5,6

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Labioschisis

Bibir sumbing atau Labioschisis adalah suatu kelainan bawaan yang


terjadi pada bibir yang dapat disertai kelainan pada langit-langit. Bibir sumbing
merupakan suatu gangguan pada pertumbuhan wajah sejak embrio umur minggu
ke IV. Bibir sumbing adalah salah satu cacat lahir yang paling banyak dijumpai
didunia ini. Sumbing adalah kondisi terbelah pada bibir yang dapat sampai pada
langit-langit, akibat dari embriologi perkembangan struktur wajah yang
mengalami gangguan.7 Celah pada bibir disebut labiochisis sedangkan celah pada
langit-langit mulut disebut palatoschisis. Penanganan celah adalah dengan cara
pembedahan.8

2.2 Etiologi Labioschisis

Etiologi celah bibir adalah multifaktorial dan etiologi celah bibir belum
dapat diketahui secara pasti. Pembentukan bibir terjadi pada masa embrio minggu
keenam sampai minggu kesepuluh kehamilan. Penyebab kelainan ini dipengaruhi
berbagai faktor, disamping faktor genetik sebagai penyebab celah bibir, juga
faktor non genetik yang justru lebih sering muncul dalam populasi, kemungkinan
terjadi satu individu dengan individu lain berbeda.8

2.2.1 Faktor genetik

Faktor herediter mempunyai dasar genetik untuk terjadinya celah bibir


telah diketahui tetapi belum dapat dipastikan sepenuhnya. Kruger (1957)
mengatakan sejumlah kasus yang telah dilaporkan dari seluruh dunia tendensi
keturunan sebagai penyebab kelainan ini diketahui lebih kurang 25-30%. Dasar
genetik terjadinya celah bibir dikatakan sebagai gagalnya mesodermal

2
berproliferasi melintasi garis pertemuan, di mana bagian ini seharusnya bersatu
dan biasa juga karena atropi dari pada epithelium ataupun tidak adanya perubahan
otot pada epithelium ataupun tidak adanya perubahan otot pada daerah tersebut.
Sebagai tanda adanya hipoplasia mesodermal. Adanya gen yang dominan dan
resesif juga merupakan penyebab terjadinya hal ini.9

2.2.2 Faktor Non-Genetik

Faktor non-genetik memegang peranan penting dalam keadaan krisis dari


penyatuan bibir pada masa kehamilan. Beberapa hal yang berperan penyebab
terjadinya celah bibir :

a. Defisiensi nutrisi

Nutrisi yang kurang pada masa kehamilan merupakan satu hal


penyabab terjadinya celah. Melalui percobaan yang dilakukan pada
binatang dengan memberikan vitamin A secara berlebihan atau kurang.
Yang hasilnya menimbulkan celah pada anak-anak tikus yang baru lahir.
Begitu juga dengan defisiensi vitamin riboflavin pada tikus yang sedang
dan hasilnya juga adanya celah dengan persentase yang tinggi, dan
pemberiam kortison pada kelinci yang sedang hamil akan menimbulkan
efek yang sama.9

b. Zat kimia

Pemberian aspirin, kortison dan insulin pada masa kehamilan


trimester pertama dapat meyebabkan terjadinya celah. Obat-obat yang
bersifat teratogenik seperti thalidomide dan phenitonin, serta alkohol,
kaffein, aminoptherin dan injeksi steroid.9

c. Virus rubella

Frases mengatakan bahwa virus rubella dapat menyebabkan cacat


berat, tetapi hanya sedikit kemungkinan dapat menyebabkan celah.8

3
c. Beberapa hal lain yang juga berpengaruh yaitu :

 Kurang daya perkembangan


 Radiasi merupakan bahan-bahan teratogenik yang potent
 Infeksi penyakit menular sewaktu trimester pertama kehamilan
yang dapat menganngu foetus
 Gangguan endokrin
 Pemberian hormon seks, dan tyroid
 Merokok, alkohol, dan modifikasi pekerjaan

Faktor-faktor ini mempertinggi insiden terjadinya celah mulut, tetapi


intensitas dan waktu terjadinya lebih penting dibandingkan dengan jenis
faktor lingkungan yang spesifik.

d. Trauma

Strean dan Peer melaporkan bahwa trauma mental dan trauma fisik
dapat menyebabkan terjadinya celah. Stress yang timbul menyebabkan
fungsi korteks adrenal terangsang untuk mensekresi hidrokortison
sehingga nantinya dapat mempengaruhi keadaan ibu yang sedang
mengandung dan dapat menimbulkan celah, dengan terjadinya stress yang
mengakibatkan celah yaitu: terangsangnya hipothalamus
adrenocorticotropic hormone (ACTH). Sehingga merangsang kelenjar
adrenal bagian glukokortikoid mengeluarkan hidrokortison, sehingga akan
meningkat di dalam darah yang dapat menganggu pertumbuhan.9

2.3 Anatomi Bibir dan Hidung

4
Anatomi bibir dan hidung merupakan hal yang penting dalam memahami
kelainan yang disebabkan oleh celah facial. Elemen yang terdapat pada bibir
normal terdiri dari philtrum sentral, sebelah lateral dibatasi oleh collum philtral
dan sebelah inferior dibatasi oleh tuberkel dan cupid bow. Cupid bow merupakan
bagian tengah dari bibir atas yang dibentuk oleh philtrum groove dan collum
philtral yang kedalamannya berbeda untuk tiap individu, sedangkan tuberkel
adalah bagian tengah vermillion yang menonjol. Pertemuan antara vermillion dan
kulit merupakan jembatan mukokutaneus yang biasa disebut white roll. Dua
cuping hidung dipisahkan oleh kolumella pada bagian luar dan septum pada
bagian dalam.4,5

Gambar 1. Anatomi
Bibir.10

Bibir bagian bawah memiliki satu unit kosmetik yaitu pada bagian mental
crease yang memisahkan bibir dengan dagu. Vermilion merupakan bagian bibir
yang paling penting dari sisi kosmetik. Lapisan sagital bibir dari luar ke dalam
yaitu epidermis, dermis, jaringan subkutaneus, m. orbicularis oris, submukosa dan
mukosa. Bibir atas yang normal mempunyai otot orbicularis oris utuh, 2 buah
philthrum ridge yang sejajar dan sama panjang dengan di tengahnya terbentuk
philthrum collum. Disamping itu mempunyai cupid bow, dibagian permukaan
mempunyai vermilion yang simetris.11

5
Otot primer pada bibir adalah orbicularis oris, yang memiliki dua
komponen yaitu komponen eksternal dan internal. Serabut otot internal berjalan
horizontal atau sirkumferensial yang berperan dalam proses makan. Sedangkan
serabut otot eksternal berjalan obliq dan berfungsi untuk membentuk ekspresi dan
pergerakan bibir saat berbicara.4,5

Kompetensi oris dikendalikan oleh m. orbicularis oris, dengan musculus


ekspresi wajah lainnya daerah otot ini dikenal dengan istilah modiolus.
1. Muskulus elevator terdiri dari m. levator labii superior alaeque nasi, m. levator
labii superior, m. zygomaticum major, m. zygomaticum minor dan m. levator
anguli oris.
2. Muskulus retraktor bibir atas disusun oleh m. zygomaticum major, m.
zygomaticum minor dan m. levator anguli oris.
3. Muskulus depresor meliputi m. depresor anguli oris dan m. depresor labii
inferior. Muskulus retraktor bibir bawah terdiri dari m. depresor anguli oris
dan m. platysma, sedangkan m. mentalis berfungsi untuk protrusi bibir.12
Serabut superficial dari orbicularis menembus garis tengah dan masuk ke
lateral kulit yang berlawanan dengan philtral groove forming dari philtrum
collum. Hasilnya bagian sentral philtral collum tertekan akibat tidak adanya
serabut otot yang secara langsung masuk ke dermis pada garis tengahnya.
Tuberkel bibir terbentuk oleh pars marginalis, pembagian orbicularis sepanjang
vermillion membentuk tuberkel bibir dengan terjadinya eversi dari otot,
vermillion cutaneous junction.5,6

Pada bibir atas, levator labii superioris berperan dalam pembentukan bibir.
Serabutnya berjalan dari arah medial lingkaran infraorbita, melingkupi kebawah
masuk ke daerah dekat vermillion cutaneus junction. Hampir semua dari serabut
medial elevator labii superioris ke bawah untuk masuk ke sudut ipsilateral dari
collum philtrum dan vermillion junction, membantu untuk mempertahankan
daerah terbawah collum philtrum dan puncak dari cupid bow.4,5

6
Gambar 2. Otot pada bibir.13
(A – m. levator labii superioris, B – m. zygomaticus minor, C - m. zygomaticus
major, D - m. risorius, E - m. depressor anguli oris, F - m. labii inferioris, G - m.
orbicularis oris)
Begitu halnya dengan otot-otot nasal juga memegang peranan penting.
Levator superioris alaeque berjalan dari arah processus frontralis maxillaris dan
masuk pada permukaan mukosa pada bibir dan ala nasalis transverse berjalan
sepanjang dorsum nasal dan melingkupi sekeliling ala untuk masuk sepanjang
ambang nasi dari lateral ke medial menuju tulang nasal anterior dan puncak
incisal. Kemudian seratnya bergabung dengan serabut obliq dari orbicularis dan
depressi septi, dimana berjalan dari alveolus diantara sentral dan lateral incisors
kemudian masuk ke kulit culomella selanjutnya ke puncak nasi dan lantai dasar
dari crura media.4,5
Celah unilateral demikian mengganggu perjalaran akhir yang normal
serabut otot yang menyilang embryologic fault line dari processus nasalis dan
maxillaris. Hasilnya simetris tetapi terjadi pembentukan otot yang abnormal
diantara equilibrium normal yang ada dengan kelompok otot oral dan nasolabial.
Dengan adanya premaksila yang tidak terkendali, terbentuk deformitas dengan
perbedaan pertumbuhan dari masing-masing elemen. Alar cartilages merenggang
keluar dan berputar ke arah caudal, dimana terjadi subluksasi dari posisi yang
normal. Konsekuensinya puncak nasi melebar, columella memendek serta dasar
ala nasi berputar menjauhi kepala.4,5

7
Vaskularisasi berasal dari a. labialis superior dan inferior, cabang dari a.
facialis. Arteri labialis terletak antara m. orbicularis oris dan submukosa sampai
zona transisi vemlilion-mukosa.12

Inervasi
Inervasi sensoris bibir atas berasal dari cabang n. cranialis V (n.
trigeminus) dan n. infraorbitalis. Bibir bawah mendapat inervasi sensoris dari n.
mentalis. Pengetahuan inervasi sensoris ini penting untuk melakukan tindakan
blok anestesi. Inervasi motorik bibir berasal dari n. cranialis VII (n. facialis).
Ramus buccalis n.facialis menginervasi m. orbicularis oris dan m. elevator labii.
Ramus mandibularis n. facialis menginervasi m. orbicularis oris dan m. depressor
labii.12

2.4 Klasifikasi Labioschisis

Pembagian berdasarkan International Classification of the Diseases


(ICD), mencakup celah anatomis organ terlibat, lengkap atau tidaknya celah,
unilateral atau bilateral yang digunakan untuk sistem pencatatan dan pelaporan
yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO).12
Selain itu, celah pada bibir dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori:
unilateral komplit atau inkomplit dan bilateral komplit atau inkomplit.12
1. Unilateral komplit
Jika celah bibir yang terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung atau dengan kata lain unilateral komplit memberikan
gambaran keadaan dimana te1ah terjadi pemisahan pada salah satu sisi bibir,
cuping hidung dan gusi. Unilateral komplit memiliki dasar dari palatum durum
yang merupakan daerah bawah daripada kartilago hidung.

8
Gambar 3. Tipe unilateral komplit.14

2. Unilateral Inkomplit
Jika celah bibir terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang
hingga ke hidung atau dengan kata lain bahwa unilateral inkomplit
memberikan gambaran keadaan dimana terjadi pemisahan pada salah satu sisi
bibir, namun pada hidung tidak mengalami kelainan.

Gambar 4. Tipe unilateral inkomplit.14

3. Bilateral Komplit
Jika celah bibir terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
Dapat terlihat adanya penonjolan pada daerah premaxilla, yang disebabkan
tidak adanya hubungan dengan daerah lateral dari palatum durum.

9
Gambar 5. Tipe bilateral komplit.14

4. Bilateral Inkomplit
Jika celah ini terjadi secara inkomplit dimana kedua hidung dan daerah kedua
premaxilla tidak mengalarni pemisahan dan hanya menyertakan dua sisi bibir.

Gambar 6. Tipe bilateral inkomplit.15

2.5 Patofisiologi Labioschisis

Ketika proses perkembangan embriologi dari kepala dan leher terjadi, akan
diikuti dengan proses pembentukan celah pada wajah. Selama minggu ketiga dan
kedelapan, lima prominences pada wajah digabungkan. Bibir kemudian
berkembang antara minggu ketiga dan ketujuh yang diikuti dengan langit-langit
antara minggu kelima dan kedua belas minggu. Karena proses ini sangat rumit,
beberapa faktor-faktor genetik dan lingkungan dapat mempengaruhi jenis dan
tingkat keparahan celah bibir dan langit-langit dan mengakibatkan kerusakan
berbagai jaringan yang terlibat.6

10
Terjadi fusi antara prominensia maxillaris, nasal media dan lateral melalui
apoptosis, diferensiasi epithelial, dan subepitelial mesenkim. Celah bibir dan
celah palatum terjadi jika terdapat kegagalan fusi dari jaringan ini. Beberapa
penelitian menunjukkan kelainan ini merupakan akibat sekunder dari defek
pertumbuhan mesenkim atau differensiasi epitel. Selain itu kesalahan dari
pemprograman genetik juga dapat mengganggu fusi prominensia maxillaries dan
nasal medial. Akibatnya, suplai darah dan otot terganggu dan mengakibatkan
terjadinya cacat pada bibir dan palatum.6

Gambar 7. Tipe
bilateral inkomplit.13

2.6 Penatalaksanaan

Labioplasty adalah tindakan pembedahan untuk menutup celah pada bibir.

Rekonstruksi celah bibir ini bertujuan untuk mengembalikan bentuk anatomi

senormal mungkin. Sebenarnya terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan

untuk koreksi celah bibir yaitu Barsky, Straight Line Clossure, Millard,

Manchester.17

11
Indikasi umum dilakukannya labioplasty adalah anak/bayi sehat, tidak

menderita penyakit atau kelainan sistemik. Selain indikasi tersebut, terdapat

pedoman yang dikenal dengan “The Rule of Tens” dari Millard, yaitu :17

1. Umur anak lebih besar dari 10 minggu

2. Berat badan lebih besar dari 10 pound (± 5 Kg) 

3. Hemoglobin lebih besar dari 10 mg % (10 mg per 100 ml)

4. Leukosit lebih kecil dari 10.000 sel per mm3 

A. Metode untuk Unilateral Cleft Lip

1) Metode Tennison Randall 

Metode ini menggunakan flap triangular dari sisi lateral, dimasukkan ke

sudut di sisi medial dari celah tepat di atas batas vermillion, melintasi collum

philtral sampai ke puncak cupid. Flap ini menambah panjang di sisi terpendek dari

bibir. Metode ini menghasilkan panjang bibir yang baik tetapi jaringan parut yang

terbentuk tidak terlihat alami. Pada pembedahan ini, potongan untuk memperbaiki

bagian miring cupid’s bow dibuat pada ⅓ bibir bagian bawah. Bagian yang

kosong kemudian diisi oleh flap segitiga dari kulit, otot dan mukosa yang berasal

dari bagian bawah bibir bagian  lateral sehingga memberikan kesan bibir yang

penuh pada ⅓ bawah bibir.18

12
Gambar 6. Metode Tennison Randall.17

Keuntungan: : 
 Mudah dilakukan karena cupid’s bow diambil dari daerah angulasinya dengan
posisi yang tegak lurus. 

 Jaringan tambahan pada daerah medial membantu daerah tersebut terlihat


protusif secara alami. 

 Scar zig-zag membantu menyembunyikan ikan garis dari vermilion border


hingga dasar hidung. 

Kerugian: : 
Bagian filtrum tidak diperbaiki.

 Tidak memperbaiki deformitas hidung sebaik teknik millard.

 Dapat membuat bibir terlihat lebih panjang.

2) Metode Rotasi Millard 

a. Menentukan titik tengah dan cupid’s bow, kemudian titik puncak cupid’s bow 
dari sisi yang intak.

b. Sebelum melakukan insisi maka dilakukan dulu pembuatan pola 

untuk rotasi dari sisi medial dan pola advancement dari sisi lateral dengan

methylen blue atau gentian violet.

c. Daerah yang akan diinsisi pada bibir kita anestesi secara infiltrasi 

dengan memakai bahan anestesi lokal ditambah dengan vasokonstriksi.

13
d. Insisi sesuai dengan pola rotasi pada vermilion, sehingga cupid’s bow akan

terotasi kebawah. Insisi dibuat sedikit tegak lurus dengan mucocutaneous junction

untuk menjaga kesembangan bibir. 

e. Insisi lagi sesuai dengan pola advancement pada sisi lateral. 

f. Insisi AB terletak pada posisi philtrume colummela sedangkan Z plasty dari

bagian atas tersembunyi pada lipatan dasar hidung.

g. Melakukan Penjahitan.

Jahitan pada kulit tidak boleh terlalu ketat tetapi diharapkan tepi kulit tidak dapat

bergerak untuk menghindarkan parut bekas tusukan jarum setelah penyembuhan.

Jahit lapis demi lapis, mukosa dengan mukosa, otot dengan otot, kulit dengan

kuIit. Untuk otot dengan benang absorbel (vicryl 0,5) mukosa dan kulit dengan

benang non absorbel (prolen 0,6).

Setelah selesai, kemudian luka ditutup dengan dressing dan kasa yang

lunak (selalu dibasahi dengan larutan ringer/air garam fisiologis) dan kasa diganti

setiap hari. Dresing dengan kasa basah ini bertujuan untuk menjaga jahitan tetap

bersih dan

mencegah terjadinya keropeng dan juga kekeringan dari sekresi hidung, juga

14
dapat dipakai dengan tule saja. Akhirnya dilapisi dengan plaster sambil

membebaskan ketegangan pipi.

Gambar 7. Metode Rotasi Millard.17

Keuntungan dari metode rotasi Millard adalah jaringan parut yang


terbentuk berada pada jalur anatomi normal dari collum philtral dan batas hidung.
Metode ini sangat fleksibel karena menganut paham “cut as you go”, jadi selama
pembedahan berlangsung masih dapat dilakukan perubahan-perubahan. Kerugian
dari metode rotasi Millard yaitu kurang baik dalam kasus celah bibir yang sangat
lebar dan komplit dan membutuhkan operasi bertahap. Hal ini dikarenakan, untuk
mendapatkan flap lateral yang adekuat, mungkin harus mengorbankan vermilion
lateral terlalu banyak sehingga mengakibatkan cupid’s bow menjadi asimetris.18

B. Metode untuk Bilateral Cleft Lip

Sebuah prosedur bedah dengan banyak variasi untuk perbaikan dari

bilateral cleft lip telah banyak dijelaskan oleh para ahli. Diantaranya adalah teknik

yang diperkenalkan Veau III, Tennison, Manchester, Millard, dan lain-lain. Dua

metode umum yang digunakan untuk membangun pusat bibir vermilion. Pertama.

melibatkan mukosa terlihat pada aspek yang lebih rendah dari prolabial kulit

15
untuk membentuk pusat vermilion, seperti yang digunakan Manchester.

Manchester tidak mengembalikan kontinuitas orbicularis oris. Teknik ini tidak

memberikan hasil yang memuaskan karena mengakibatkan penampilan abnormal

pada bibir atas. Sebaliknya, Millard memperbaiki ketinggian lengkap terlibat

prolabium dan reconstitution orbicularis di premaxilla. Selain itu, Millard

membelok segmen lateral prolabium yang dimaksudkan untuk menambahkan

tinggi columellar pada tahap berikutnya.

Gambar 8. Teknik Millard pada

bilateral cleft lip.18

16
Gambar 9. Teknik Manchester pada bilateral cleft lip.18

2.6 Postoperasi

1. Makanan oral

Untuk anak yang masih menyusui, setelah operasi boleh langsung disusui.
Namun ada beberapa center yang masih menganjurkan untuk memberikan
makanan lewat NGT (NasoGastric Tube) sampai 10 hari postoperatif kemudian
baru bisa makan sebagaimana biasa.5

2. Aktifitas

Menginstruksikan kepada kedua orang tua untuk tidak memberikan


mainan atau dot yang memiliki permukaan yang tajam selama 2 minggu setelah
operasi. Beberapa center menganjurkan untuk memakai Velcro elbow
immobilizers pada pasien selama 10 hari untuk meminimalisir resiko cedera pada
bibir yang telah direkonstruksi. Secara periodik diganti beberapa kali sehari
dibawah supervisi.5

3. Perawatan Bibir

17
Garis jahitan luka yang terbuka pada dasar dari bibir dan hidung dapat
dibersihkan menggunakan cotton swabs yang dicelupkan ke hidrogen peroksida
serta antibiotik topikal dapat diberikan beberapa kali sehari. Pengangkatan jahitan
luka yang permanen pada 5 sampai 7 hari postoperatif jika menggunakan
cyanoacrylate adhesive, tidak ada penatalaksanaan tambahan selama periode
pertengahan postoperatif dan secara bertahap mulai meningkat 6-12 bulan setelah
rekonstruksi. Kedua orang tua juga diinstruksikan untuk memijat bibir atas selama
fase ini dan mencegah untuk menempatkan anak pada daerah yang terkena cahaya
matahari langsung sampai scarnya sembuh.5

2.7 Komplikasi jika tidak dilakukan pembedahan16


a. Masalah asupan makanan
Masalah asupan makanan merupakan masalah pertama yang terjadi pada
bayi penderita celah bibir. Adanya celah bibir memberikan kesulitan pada bayi
untuk melakukan hisapan payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi
dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral.
Keadaan tambahan yang ditemukan adalah refleks hisap dan refleks menelan pada
bayi dengan celah bibir tidak sebaik normal, dan bayi dapat menghisap lebih
banyak udara pada saat menyusu. Cara memegang bayi dengan posisi tegak lurus
mungkin dapat membantu proses menyusui bayi dan menepuk-nepuk punggung
bayi secara berkala dapat membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau
dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi
dengan labiopalatochisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot
khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat
untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan masalah pemberian makan/
asupan makanan tertentu.

b. Masalah dental

18
Anak yang lahir dengan celah bibir mungkin mempunyai masalah tertentu
yang berhubungan dengan kehilangan gigi, malformasi, dan malposisi dari gigi
geligi pada area dari celah bibir yang terbentuk.

c. Infeksi telinga
Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi
telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang
mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.

d. Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas
pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole
tidak dapatmenutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara
dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of 6 speech). Meskipun
telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk
menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali
sepenuhnya normal. Penderita celah palatum memiliki kesulitan bicara, sebagian
karena palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat bergerak
sehingga selama berbicara udara keluar dari hidung. Anak mungkin mempunyai
kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, dan ch", dan
terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.

19

Anda mungkin juga menyukai