Anda di halaman 1dari 21

BAB III

TEORI DASAR

3.1 Struktur Geologi

Secara geometri, unsur struktur geologi dianggap sebagai bidang-bidang dan


garis-garis. Garis atau bidang tidak selalu merupakan bidang batas dari suatu batuan,
tetapi merupakan unsur yang mewakili batuan atau satuan batuan. Dalam prinsip
geometri, suatu bidang atau garis adalah unsur yang mempunyai kedudukan atau
orientasi yang pasti di dalam ruang dan hubungan antara satu dan lainnya dapat
dideskripsikan. Dalam hal ini, suatu bidang atau garis harus mempunyai komponen
kedudukan yang pada umumnya dinyatakan dalam koordinat grafis, arah (bearing atau
azimuth), dan kecondongan (inclination). Secara geometris, unsur struktur geologi
dapat dibedakan menjadi:

• Struktur bidang (planar), misalnya: bidang perlapisan, bidang foliasi, bidang


rekahan, bidang sesar, bidang belahan (cleavage).
• Struktur garis (linear), misalnya: lineasi mineral, sumbu lipatan, gores garis
(striation).
3.1.1 Struktur Patahan
Patahan adalah rekahan atau zona rekahan pada batuan yang memperlihatkan
pergeseran. Pergeseran pada patahan dapat terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau
terputar (rotasi) (Ragan, 1973). Patahan dapat diklasifikasikan dengan suatu
pendekatan geometri, antara lain dengan karakteristik sifat relatif pergeserannya,
sehingga patahan secara umum terbagi atas dip-slip fault, strike-slip fault, oblique
fault, dan rotational fault (Gambar 3.1). Patahan dapat terbentuk sebagai rekahan
tunggal maupun berupa jalur yang terdiri dari beberapa patahan minor (Gambar 3.2).
Jalur patahan atau jalur penggerusan tersebut mempunyai dimensi panjang dan lebar
yang beragam, mulai dari skala minor hingga puluhan kilometer.

23

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.1 Karakteristik pergeseran blok patahan (Twiss dan Moores, 1992).

Gambar 3.2 Tipe pergerakan patahan (Twiss dan Moores, 1992).

Berdasarkan uraian diatas, klasifikasi penamaan patahan oleh Rickard (1972)


merupakan sebuah ringkasan. Klasifikasi ini berdasarkan dip dari bidang patahan serta
pitch dari perpotongan gores garis dengan bidang perlapisan (Gambar 3.3).
Klasifikasi tersebut dipadukan dengan arah relatif dari pergerakan blok patahan,
sehingga hasil pergerakan berdasarkan nilai pitch dengan hasil pergerakan di lapangan
dapat saling mengkoreksi untuk mendapatkan rekonstruksi yang mendekati
sebenarnya. Selain itu, untuk lebih mempertegas penamaan tersebut, hasil analisis
stereografi dan orthografi terhadap unsur-unsur struktur geologi juga harus

24

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
disebandingkan, agar besaran pitch yang didapat di lapangan memproyeksikan arah
sebenarnya terhadap arah gerakan dari blok patahan.

Gambar 3.3 Klasifikasi penamaan patahan (Rickard, 1972).

Untuk dapat melakukan penamaan patahan, terlebih dahulu harus


direkonstruksikan arah dan besarnya pergerakan patahan tersebut. Suatu pergerakan
dari patahan dapat direkonstruksi arah dan besarnya dengan menggunakan unsur-unsur
yang dihasilkan oleh pergerakan blok patahan tersebut. Unsur-unsur tersebut dapat
dijumpai di permukaan, antara lain dapat berupa slickenline, slickolites, slickenside,
dan kekar gerus (Gambar 3.4).

25

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.4 Unsur-unsur yang dihasilkan oleh suatu patahan (Twiss dan Moores,
1992).

Pada lapisan batuan yang bersifat ductile suatu pergerakan blok patahan menghasilkan
unsur-unsur yang umumnya berbeda dengan lapisan batuan yang bersifat brittle.
Unsur-unsur pada lapisan ductile umumnya dipengaruhi oleh pensejajaran mineral
pipih, pembentukan tail, rotasi butiran mineral, dan pergeseran butiran mineral
(Gambar 3.5).

26

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.5 Unsur-unsur yang dihasilkan oleh lapisan batuan yang bersifat ductile
(Twiss dan Moores, 1992).

Selain dari unsur-unsur yang telah disebutkan diatas, suatu patahan juga sangat
ditentukan oleh kedalaman. Pada kedalaman, temperatur sangat berperan dalam
menghasilkan unsur-unsur akibat pergerakan blok patahan (Gambar 3.6). Salah satu
unsur yang terbentuk akibat temperatur dan tekanan yang tinggi pada suatu kedalaman
besar adalah struktur milonit pada batuan. Apabila unsur tersebut ditemukan di
permukaan maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi deformasi yang berlangsung
lebih dari satu kali yang menyebabkan unsur yang terbentuk jauh dibawah permukaan
tersebut dapat tersingkap di permukaan.

27

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.6 Unsur-unsur struktur geologi yang terbentuk akibat perbedaan
temperatur dan tekanan pada pergerakan blok patahan (Sibson, 1977).

Secara morfologi suatu patahan dapat diindikasikan dengan terdapatnya sebuah gawir.
Gawir merupakan unsur linier yang ditandai dengan peningkatan tajam lereng
topografi. Terdapat dua tipe gawir (Gambar 3.7), antara lain:
1. Gawir patahan adalah pemutus secara menerus suatu lereng dan merupakan
hasil dari perpindahan topografi yang diakibatkan oleh suatu patahan.
2. Gawir erosi adalah sebuah gawir patahan yang seluruh bidang patahannya telah
ditutupi oleh material sedimen akibat erosi pada gawir patahan tersebut.

28

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.7 Tipe dan kenampakan-kenampakan gawir (Twiss dan Moores, 1992).

Selain unsur-unsur yang terdapat pada bidang patahan, suatu patahan juga ditandai
dengan hadirnya rekahan-rekahan atau kekar-kekar yang dihasilkan oleh pergerakan
blok patahan tersebut. Kekar-kekar tersebut terletak pada zona patahan. Berdasarkan
genesanya, umumnya kekar terdiri dari dua jenis, yaitu shear joint dan extension joint.
Kekar-kekar tesebut memiliki karakteristik sudut pembentukan yang berbeda satu
dengan lainnya terhadap arah tegasan utama.
Shear joint merupakan rekahan yang bidang-bidangnya terbentuk akibat adanya
kecenderungan untuk saling bergeser. Sedangkan extension joint merupakan rekahan
yang bidang-bidangnya terbentuk akibat adanya kecenderungan untuk saling
menarik/merenggang. Extension joint dapat dibagi menjadi dua yaitu tension joint atau
gash fracture yang bidang rekahnya searah dengan arah tegasan utama dan release
joint yang bidang rekahnya tegak lurus terhadap arah tegasan utama. Beberapa
referensi menyatakan bahwa shear joint membentuk sudut sekitar 30° terhadap bidang
pasangannya dan apabila sudut yang terbentuk adalah 30° maka merupakan hybrid
joint. McClay (1987) menyatakan bahwa hybrid joint secara genetik merupakan
perpaduan antara extension joint dan shear joint (Gambar 3.8). Kenampakan yang
dihasilkan dari hybrid joint adalah merenggang dan bergeser.

29

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.8 Kenampakan dari jenis joint secara genetik (McClay, 1987).

3.1.2 Struktur Lipatan

Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau
bidang didalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan
adalah struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan
gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi, terutama gambaran
geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran
(rotasi) menurut Sapiie (2009).
Secara geometri suatu lipatan dapat dideskripsikan sebagai suatu permukaan bidang
lengkung yang tunggal. Bentuk suatu lipatan sangat beragam, mulai dari yang
sederhana hingga sangat rumit, yang sulit dideskripsikan secara rinci. Sebagai
penyederhanaan, suatu lipatan dapat dianggap sebagai suatu bentuk permukaan yang
silindris dengan sumbu lipatan sebagai kerangka permukaan tersebut, dan
unsurunsurnya dapat ditunjukkan pada suatu penampang lipatan (Gambar 3.9).

30

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.9 Titik-titik yang dideskripsi pada profil permukaan lipatan silindris
(Ragan, 1973).

Suatu lipatan dapat diklasifikasikan dengan berbagai macam kriteria. Umumnya


klasifikasi lipatan didasarkan kepada sifat unsur-unsurnya yang dapat dideskripsikan
secara geometri. Klasifikasi dan penamaan jenis lipatan secara tidak langsung akan
mencerminkan sifat material dan proses pembentukannya. Lipatan yang ketat (tight)
mencerminkan deformasi yang kuat, sedangkan lipatan yang sejajar (paralel)
umumnya terjadi pada lapisan yang kompeten (Gambar 3.10 dan Tabel 3.1).

Gambar 3.10 Klasifikasi bentuk lipatan (McClay, 1987).

31

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Tabel 3.1 Klasifikasi jenis lipatan (McClay, 1987).

Dalam penamaan lipatan menggunakan kriteria-kriteria diatas, hal yang perlu


diperhatikan adalah koreksi terhadap unsur-unsur lipatan tersebut. Penggunaan unsur
plunge dari hinge line atau fold axis serta dip dari axial plane, harus dikoreksi satu
sama lain agar mendapatkan penamaan lipatan yang dapat menggambarkan kondisi
lipatan sebenarnya.
Secara sederhana suatu lipatan terdiri dari hinge point, crest, fold axis, axial
plane, fold limb, bedding surface, dan inflexion point (Gambar 3.11). Hinge line
adalah puncak tertinggi dari suatu lipatan. Crest adalah garis terketat dalam suatu
lipatan yang merupakan garis retakan terbesar. Fold axis atau merupakan hinge line
adalah garis memanjang yang menunjukan arah dari suatu lipatan. Axial plane adalah
bidang khayal yang kedudukannya menunjukan besarnya arah sumbu lipatan dan
kemiringan sumbu lipatan. Fold limb adalah sisi atau sayap dari suatu lipatan. Bedding
surface merupakan permukaan dari perlapisan batuan yang menyusun suatu lipatan.
Serta inflexion point adalah titik dengan slope maksimum.

32

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.11 Unsur-unsur umum pada suatu lipatan (McClay, 1987).

Selain unsur-unsur umum yang telah dijelaskan diatas, suatu lipatan juga dapat
berasosiasi dengan suatu kekar (Gambar 3.12). Sehingga data-data kekar tersebut
dapat membantu merekonstruksi suatu lipatan yang unsur-unsur umumnya telah
tergerus atau tererosi. Pada suatu lipatan umumnya kekar yang berkembang adalah
shear joint dan tension joint. Hal ini dikarenakan pada fasa perlipatan umumnya
tegasan yang bekerja adalah tegasan kompresional, meskipun terdapat pula lipatan
yang terbentuk akibat tegasan ekstensional. Shear joint umumnya membentuk sudut
sekitar 30o terhadap arah tegasan utama sedangkan tension joint atau gash fracture
memiliki arah yang relatif sama dengan arah tegasan utama.

Gambar 3.12 Kenampakan kekar-kekar yang berasosiasi dengan lipatan (Twiss dan
Moores, 1992).

33

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Pada umumnya suatu lipatan terbentuk terlebih dahulu dari suatu patahan,
namun suatu patahan juga dapat membentuk suatu lipatan. Lipatan tersebut dikenal
dengan drag fold. Drag fold dapat terbentuk oleh berbagai macam patahan, baik
patahan naik, normal, maupun patahan oblique (Gambar 3.13). Drag fold ditandai
dengan adanya strike dan dip acak pada suatu daerah dan apabila direkonstruksi pada
penampang maka akan menghasilkan korelasi berupa lipatan.

Gambar 3.13 Jenis drag fold (Twiss dan Moores, 1992).

3.1.3 Mekanisme Pembentuk Struktur Geologi

Suatu struktur geologi baik berupa sesar maupun lipatan, tentunya terbentuk
akibat adanya suatu tegasan yang bekerja. Definisi tegasan adalah suatu kekuatan baik
berupa tarikan (ekstensi) maupun dorongan (kompresi) yang mengakibatkan suatu
benda yang dikenainya mengalami perubahan posisi atau kedudukan dan atau berubah
bentuk. Suatu benda atau bahan apabila dikenakan suatu tegasan akan mengalami
tegangan (stress) maupun regangan (strain) (Gambar 3.14). Stress merupakan
perbandingan antara gaya yang bekerja pada benda dengan luas penampang benda.
Sedangkan strain merupakan perbandingan antara pertambahan panjang benda dengan
panjang mula-mula. Tegangan diberikan pada suatu bahan dari arah luar, sedangkan
regangan adalah tanggapan dari suatu bahan terhadap tegangan.

34

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.14 Kenampakan tegangan (ơ) dan regangan (S) (Anderson, 1951).

Stress terbagi menjadi dua jenis, yaitu uniform stress dan differensial stress
(Gambar 3.15). Uniform stress adalah stress dengan besaran yang sama dari segala
arah. Pada batuan dinamakan confining stress karena setiap tubuh batuan didalam
litosfer dibatasi oleh batuan lain disekitarnya dan ditekan secara merata (uniform) oleh
berat batuan diatasnya. Differensial stress adalah stress yang menekan dari segala arah
namun dengan besaran yang berbeda. Dalam sistem orthogonal diuraikan dengan
stress terbesar, menengah, dan terkecil. Differensial stress terbagi atas 3 jenis, yaitu
tensional stress, compressional stress, dan shear stress (Gambar 3.16). Tensional
stress memiliki arah yang berlawanan pada satu bidang dan sifatnya menarik batuan.
Compressional stress memiliki arah yang saling berhadapan dan bersifat
memampatkan atau menekan batuan. Shear stress memiliki arah yang berlawanan,
tidak dalam satu bidang yang menyebabkan terjadinya pergeseran atau translasi.

35

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.15 Kenaampakan stress pada suatu bahan (Nelson, 2003).

Gambar 3.16 Kenampakan differensional stress pada suatu bahan (Nelson, 2003).

Berdasarkan arah tegasannya, suatu bahan dapat membentuk struktur geologi


yang memiliki orientasi. Billing (1972) membagi struktur geologi menjadi ke dalam
satu model periode struktur yang dikenal sebagai pure-shear (Gambar 3.17). Harding
(1973) membagi struktur geologi ke dalam satu model periode struktur akibat wrench
lateral fault yang dikenal sebagai simple-shear (Gambar 3.18). Sedangkan Thomas
et. al. (1973) membagi struktur geologi ke dalam dua model pure shear dan simple
shear (Gambar 3.19). Model-model tersebut apabila digabungkan maka akan sesuai
dengan model struktur geologi oleh Moody dan Hill (1956). Model tersebut membagi

36

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
struktur geologi ke dalam tiga periode struktur, dimana orde dua dan tiga merupakan
implikasi akibat adanya wrench lateral fault (Gambar 3.20).

Gambar 3.17 Model struktur geologi pure shear (Billings, 1972).

Gambar 3.18 Model struktur geologi simple shear (Harding, 1973).

37

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.19 Perbandingan model struktur pure shear dan simple shear (Thomas et.
al., 1973).

Gambar 3.20 Model urutan pola struktur geologi berdasarkan wrench lateral fault
(Moody dan Hill, 1956).

38

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Suatu wrench lateral fault atau strike-slip fault apabila terbentuk berpasangan
dengan orientasi yang relatif sejajar maka akan membentuk patahan naik yang
termanifestasi menjadi sebuah pegunungan maupun patahan normal yang
termanifestasi menjadi sebuah cekungan (Gambar 3.21). Patahan naik tersebut
dikenal sebagai push-up sedangkan patahan normal tersebut dikenal sebagai pull-apart
basin. Orientasi push-up tegak lurus terhadap orientasi pull-apart basin.

Gambar 3.21 Unsur-unsur struktur geologi akibat adanya strike-slip fault


berpasangan (Cunningham dan Mann, 2007).

3.2 Penampang Seimbang (Balanced Cross Section)


Penampang seimbang (balanced cross section) penting digunakan untuk
membuat model penampang geologi yang mendekati keadaan sebenarnya. Dengan
menggunakan metode penampang seimbang dapat diketahui validitas dari geometri
struktur geologi yang dihasilkan, mencakup analisis model sesar, panjang lapisan
batuan dan konsistensi area penampang (Marshak dan Mitra, 1988). Dari
penampang seimbang juga dapat diketahui restorasi palinspatik yang mendekati
keadaan sebenarnya. Selain itu dengan analisa penampang geologi menggunakan
restorasi penampang simbang memberikan informasi menyangkut sejarah
deformasi pada suatu daerah.
Restorasi penampang seimbang berpegang teguh kepada tiga prinsip dasar

39

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
(Marshak dan Mitra, 1988) yaitu, prinsip keseimbangan panjang lapisan, prinsip
keseimbangan luas, dan prinsip keseimbangan bentuk sesar. Untuk mendapatkan
penampang yang memiliki keseimbangan panjang dan luas, maka pembuatan
model penampang geologi menggunakan metode Kink.

3.2.1 Metode Kink

Metode Kink digunakan untuk menghasilkan penampang geologi dengan


ketebalan lapisan yang konstan. Metode kink merupakan metode rekontruksi
penampang yang menggunakan dip domain sebagai batas tempat kemiringan
lapisan sesuai dengan perubahan dip yang ada (Usdansky & Groshong, 1984; Fail,
1969 op. cit Marshak dan Mitra 1988). Penggunaan metode kink dalam restorasi
penampang seimbang sangat penting karena memudahkan dalam perhitungan panjang
lapisan dan luas area lapisan. Tahapan metode kink dapat dilihat pada gambar berikut
(Gambar 3.22 – Gambar 3.24).

Gambar 3.22 Penyajian data kemiringan lapisan dan satuan pada penampang
geologi (dimodifikasi dari Ahmad, 2008)

40

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.23 Penentuan domain dip diantara dua kedudukan (dimodifikasi dari
Ahmad, 2008)

Gambar 3.24 Menarik batas kesatuan mengikuti arah dari Domain Dip
(dimodifikasi dari ahmad, 2008).

3.2.1 Perhitungan Kedalaman Detachment Sesar

Perhitungan kedalaman detachment sesar menjadi penting karena menyangkut


geometri sesar yang nantinya menentukan apakah penampang terdeformasi yang

41

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
dibuat seimbang atau tidak. Batas dimana detachment berada akan dipakai sebagai
dasar untuk menarik garis sesar selanjutnya, serta akan berguna untuk mengetahui
posisi satuan diatasnya. Permasalahan yang ditemui yaitu jika ditemukan adanya sesar
diantara satuan yang terlipat dengan detachment dikarenakan perhitungan kedalaman
detachment akan menjadi tidak tepat (Marshak dan Mitra 1988).
Perhitungan detachment menggunakan prinsip dasar persamaan luas antara
lapisan yang terangkat dengan luas lapisan pada awalnya. Sehingga rumus
perhitungannya sebenarnya adalah rumus perhitungan luas yang sederhana yaitu
Ao=Af. Rumus untuk luas sebuah bidang pada dasarnya adalah panjang x lebar.
Pada kasus perhitungan detachment ini lebar diganti menjadi kedalaman
detachment (l) x kedalaman detachment (d) (A = d x lf). Sehingga kedalaman
detachment (d) = panjang / luas. Panjang didapat dari selisih antara panjang lapisan
terderformasi dengan panjang lapisan secara lurus hingga titik yang sama. Untuk
penguraian penurunan rumus dapat dilihat pada (Gambar 3.25)

Gambar 3.25 Perhitungan Kedalaman Detachment (Marshak dan Mitra, 1988)

3.2.2 Restorasi Penampang Seimbang

Tahapan terakhir dari proses restorasi penampang yaitu tahap evaluasi


penampang yang bertujuan untuk mengurangi adanya kesalahan yang muncul pada
saat restorasi dilakukan. Tiga prinsip utama dalam restorasi penampang seimbang

42

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
adalah keseimbangan panjang lapisan, keseimbangan luas lapisan, serta
keseimbangan bentuk sesar. Keseimbangan panjang lapisan berarti panjang lapisan
sebelum dan sesudah restorasi harus tetap sama. Prinsip keseimbangan luas lapisan
berarti luas lapisan setelah dan sebelum restorasi harus sama. Prinsip keseimbangan
luas ini tidak akan berjalan ketika prinsip panjang lapisan tidak diterapkan. Karena
luas lapisan pada kasus ini adalah hasil kali antara panjang dan tebal lapisan.
Sedangkan prinsip keseimbangan bentuk sesar menjadi faktor penting untuk
melakukan interpolasi dari geometri ramp dan flat dari sesar. Interpolasi diperlukan
karena bentuk sesar dipengaruhi oleh pergerakan sesar yang lebih muda. Dalam
restorasi penampang seimbang terdapat dua titik penting sebagai berikut:

 Pin line merupakan titik-titik tetap yang dibuat tegak lurus terhadap
bidang lapisan dan bertujuan untuk membantu penentuan lokasi sesar dan
lokasi area tererosi. Pin line diletakan pada bagian foot wall penampang
yang memiliki satuan lengkap dan tidak terdeformasi.
 Loose line merupakan titik-titik tidak tetap yang berguna untuk
mengetahui validitas penampang. Loose line diletakkan pada bagian
hanging wall penampang terdeformasi. Penampang yang ideal setelah
dilakukan restorasi penampang seimbang akan menghasilkan loose line
yang lurus. Namun loose line yang miring juga dapat diterima dengan
syarat garis loose line miring berlawanan dengan arah energi transport
batuan (Marshak dan Mitra, 1988).
Jika sudah didapatkan penampang yang seimbang maka dapat
dihitung besarnya pemendekan (shortening) dan rasio kontraksi pada
penampang terdeformasi. Besarnya pemendekan dihitung dengan
menghitung selisih antara panjang penampang terdeformasi dikurang
panjang penampang seimbang kemudian hasilnya dibagi oleh panjang
penampang seimbang ((lf-l0)/l0). Rasio kontraksi dihitung dengan
menggunakan perbandingan antara panjang lapisan terdeformasi dengan
panjang lapisan seimbang (lf/lo).

43

Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom

Anda mungkin juga menyukai