TEORI DASAR
23
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.1 Karakteristik pergeseran blok patahan (Twiss dan Moores, 1992).
24
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
disebandingkan, agar besaran pitch yang didapat di lapangan memproyeksikan arah
sebenarnya terhadap arah gerakan dari blok patahan.
25
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.4 Unsur-unsur yang dihasilkan oleh suatu patahan (Twiss dan Moores,
1992).
Pada lapisan batuan yang bersifat ductile suatu pergerakan blok patahan menghasilkan
unsur-unsur yang umumnya berbeda dengan lapisan batuan yang bersifat brittle.
Unsur-unsur pada lapisan ductile umumnya dipengaruhi oleh pensejajaran mineral
pipih, pembentukan tail, rotasi butiran mineral, dan pergeseran butiran mineral
(Gambar 3.5).
26
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.5 Unsur-unsur yang dihasilkan oleh lapisan batuan yang bersifat ductile
(Twiss dan Moores, 1992).
Selain dari unsur-unsur yang telah disebutkan diatas, suatu patahan juga sangat
ditentukan oleh kedalaman. Pada kedalaman, temperatur sangat berperan dalam
menghasilkan unsur-unsur akibat pergerakan blok patahan (Gambar 3.6). Salah satu
unsur yang terbentuk akibat temperatur dan tekanan yang tinggi pada suatu kedalaman
besar adalah struktur milonit pada batuan. Apabila unsur tersebut ditemukan di
permukaan maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi deformasi yang berlangsung
lebih dari satu kali yang menyebabkan unsur yang terbentuk jauh dibawah permukaan
tersebut dapat tersingkap di permukaan.
27
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.6 Unsur-unsur struktur geologi yang terbentuk akibat perbedaan
temperatur dan tekanan pada pergerakan blok patahan (Sibson, 1977).
Secara morfologi suatu patahan dapat diindikasikan dengan terdapatnya sebuah gawir.
Gawir merupakan unsur linier yang ditandai dengan peningkatan tajam lereng
topografi. Terdapat dua tipe gawir (Gambar 3.7), antara lain:
1. Gawir patahan adalah pemutus secara menerus suatu lereng dan merupakan
hasil dari perpindahan topografi yang diakibatkan oleh suatu patahan.
2. Gawir erosi adalah sebuah gawir patahan yang seluruh bidang patahannya telah
ditutupi oleh material sedimen akibat erosi pada gawir patahan tersebut.
28
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.7 Tipe dan kenampakan-kenampakan gawir (Twiss dan Moores, 1992).
Selain unsur-unsur yang terdapat pada bidang patahan, suatu patahan juga ditandai
dengan hadirnya rekahan-rekahan atau kekar-kekar yang dihasilkan oleh pergerakan
blok patahan tersebut. Kekar-kekar tersebut terletak pada zona patahan. Berdasarkan
genesanya, umumnya kekar terdiri dari dua jenis, yaitu shear joint dan extension joint.
Kekar-kekar tesebut memiliki karakteristik sudut pembentukan yang berbeda satu
dengan lainnya terhadap arah tegasan utama.
Shear joint merupakan rekahan yang bidang-bidangnya terbentuk akibat adanya
kecenderungan untuk saling bergeser. Sedangkan extension joint merupakan rekahan
yang bidang-bidangnya terbentuk akibat adanya kecenderungan untuk saling
menarik/merenggang. Extension joint dapat dibagi menjadi dua yaitu tension joint atau
gash fracture yang bidang rekahnya searah dengan arah tegasan utama dan release
joint yang bidang rekahnya tegak lurus terhadap arah tegasan utama. Beberapa
referensi menyatakan bahwa shear joint membentuk sudut sekitar 30° terhadap bidang
pasangannya dan apabila sudut yang terbentuk adalah 30° maka merupakan hybrid
joint. McClay (1987) menyatakan bahwa hybrid joint secara genetik merupakan
perpaduan antara extension joint dan shear joint (Gambar 3.8). Kenampakan yang
dihasilkan dari hybrid joint adalah merenggang dan bergeser.
29
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.8 Kenampakan dari jenis joint secara genetik (McClay, 1987).
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau
bidang didalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan
adalah struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan
gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi, terutama gambaran
geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran
(rotasi) menurut Sapiie (2009).
Secara geometri suatu lipatan dapat dideskripsikan sebagai suatu permukaan bidang
lengkung yang tunggal. Bentuk suatu lipatan sangat beragam, mulai dari yang
sederhana hingga sangat rumit, yang sulit dideskripsikan secara rinci. Sebagai
penyederhanaan, suatu lipatan dapat dianggap sebagai suatu bentuk permukaan yang
silindris dengan sumbu lipatan sebagai kerangka permukaan tersebut, dan
unsurunsurnya dapat ditunjukkan pada suatu penampang lipatan (Gambar 3.9).
30
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.9 Titik-titik yang dideskripsi pada profil permukaan lipatan silindris
(Ragan, 1973).
31
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Tabel 3.1 Klasifikasi jenis lipatan (McClay, 1987).
32
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.11 Unsur-unsur umum pada suatu lipatan (McClay, 1987).
Selain unsur-unsur umum yang telah dijelaskan diatas, suatu lipatan juga dapat
berasosiasi dengan suatu kekar (Gambar 3.12). Sehingga data-data kekar tersebut
dapat membantu merekonstruksi suatu lipatan yang unsur-unsur umumnya telah
tergerus atau tererosi. Pada suatu lipatan umumnya kekar yang berkembang adalah
shear joint dan tension joint. Hal ini dikarenakan pada fasa perlipatan umumnya
tegasan yang bekerja adalah tegasan kompresional, meskipun terdapat pula lipatan
yang terbentuk akibat tegasan ekstensional. Shear joint umumnya membentuk sudut
sekitar 30o terhadap arah tegasan utama sedangkan tension joint atau gash fracture
memiliki arah yang relatif sama dengan arah tegasan utama.
Gambar 3.12 Kenampakan kekar-kekar yang berasosiasi dengan lipatan (Twiss dan
Moores, 1992).
33
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Pada umumnya suatu lipatan terbentuk terlebih dahulu dari suatu patahan,
namun suatu patahan juga dapat membentuk suatu lipatan. Lipatan tersebut dikenal
dengan drag fold. Drag fold dapat terbentuk oleh berbagai macam patahan, baik
patahan naik, normal, maupun patahan oblique (Gambar 3.13). Drag fold ditandai
dengan adanya strike dan dip acak pada suatu daerah dan apabila direkonstruksi pada
penampang maka akan menghasilkan korelasi berupa lipatan.
Suatu struktur geologi baik berupa sesar maupun lipatan, tentunya terbentuk
akibat adanya suatu tegasan yang bekerja. Definisi tegasan adalah suatu kekuatan baik
berupa tarikan (ekstensi) maupun dorongan (kompresi) yang mengakibatkan suatu
benda yang dikenainya mengalami perubahan posisi atau kedudukan dan atau berubah
bentuk. Suatu benda atau bahan apabila dikenakan suatu tegasan akan mengalami
tegangan (stress) maupun regangan (strain) (Gambar 3.14). Stress merupakan
perbandingan antara gaya yang bekerja pada benda dengan luas penampang benda.
Sedangkan strain merupakan perbandingan antara pertambahan panjang benda dengan
panjang mula-mula. Tegangan diberikan pada suatu bahan dari arah luar, sedangkan
regangan adalah tanggapan dari suatu bahan terhadap tegangan.
34
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.14 Kenampakan tegangan (ơ) dan regangan (S) (Anderson, 1951).
Stress terbagi menjadi dua jenis, yaitu uniform stress dan differensial stress
(Gambar 3.15). Uniform stress adalah stress dengan besaran yang sama dari segala
arah. Pada batuan dinamakan confining stress karena setiap tubuh batuan didalam
litosfer dibatasi oleh batuan lain disekitarnya dan ditekan secara merata (uniform) oleh
berat batuan diatasnya. Differensial stress adalah stress yang menekan dari segala arah
namun dengan besaran yang berbeda. Dalam sistem orthogonal diuraikan dengan
stress terbesar, menengah, dan terkecil. Differensial stress terbagi atas 3 jenis, yaitu
tensional stress, compressional stress, dan shear stress (Gambar 3.16). Tensional
stress memiliki arah yang berlawanan pada satu bidang dan sifatnya menarik batuan.
Compressional stress memiliki arah yang saling berhadapan dan bersifat
memampatkan atau menekan batuan. Shear stress memiliki arah yang berlawanan,
tidak dalam satu bidang yang menyebabkan terjadinya pergeseran atau translasi.
35
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.15 Kenaampakan stress pada suatu bahan (Nelson, 2003).
Gambar 3.16 Kenampakan differensional stress pada suatu bahan (Nelson, 2003).
36
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
struktur geologi ke dalam tiga periode struktur, dimana orde dua dan tiga merupakan
implikasi akibat adanya wrench lateral fault (Gambar 3.20).
37
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.19 Perbandingan model struktur pure shear dan simple shear (Thomas et.
al., 1973).
Gambar 3.20 Model urutan pola struktur geologi berdasarkan wrench lateral fault
(Moody dan Hill, 1956).
38
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Suatu wrench lateral fault atau strike-slip fault apabila terbentuk berpasangan
dengan orientasi yang relatif sejajar maka akan membentuk patahan naik yang
termanifestasi menjadi sebuah pegunungan maupun patahan normal yang
termanifestasi menjadi sebuah cekungan (Gambar 3.21). Patahan naik tersebut
dikenal sebagai push-up sedangkan patahan normal tersebut dikenal sebagai pull-apart
basin. Orientasi push-up tegak lurus terhadap orientasi pull-apart basin.
39
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
(Marshak dan Mitra, 1988) yaitu, prinsip keseimbangan panjang lapisan, prinsip
keseimbangan luas, dan prinsip keseimbangan bentuk sesar. Untuk mendapatkan
penampang yang memiliki keseimbangan panjang dan luas, maka pembuatan
model penampang geologi menggunakan metode Kink.
Gambar 3.22 Penyajian data kemiringan lapisan dan satuan pada penampang
geologi (dimodifikasi dari Ahmad, 2008)
40
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
Gambar 3.23 Penentuan domain dip diantara dua kedudukan (dimodifikasi dari
Ahmad, 2008)
Gambar 3.24 Menarik batas kesatuan mengikuti arah dari Domain Dip
(dimodifikasi dari ahmad, 2008).
41
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
dibuat seimbang atau tidak. Batas dimana detachment berada akan dipakai sebagai
dasar untuk menarik garis sesar selanjutnya, serta akan berguna untuk mengetahui
posisi satuan diatasnya. Permasalahan yang ditemui yaitu jika ditemukan adanya sesar
diantara satuan yang terlipat dengan detachment dikarenakan perhitungan kedalaman
detachment akan menjadi tidak tepat (Marshak dan Mitra 1988).
Perhitungan detachment menggunakan prinsip dasar persamaan luas antara
lapisan yang terangkat dengan luas lapisan pada awalnya. Sehingga rumus
perhitungannya sebenarnya adalah rumus perhitungan luas yang sederhana yaitu
Ao=Af. Rumus untuk luas sebuah bidang pada dasarnya adalah panjang x lebar.
Pada kasus perhitungan detachment ini lebar diganti menjadi kedalaman
detachment (l) x kedalaman detachment (d) (A = d x lf). Sehingga kedalaman
detachment (d) = panjang / luas. Panjang didapat dari selisih antara panjang lapisan
terderformasi dengan panjang lapisan secara lurus hingga titik yang sama. Untuk
penguraian penurunan rumus dapat dilihat pada (Gambar 3.25)
42
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom
adalah keseimbangan panjang lapisan, keseimbangan luas lapisan, serta
keseimbangan bentuk sesar. Keseimbangan panjang lapisan berarti panjang lapisan
sebelum dan sesudah restorasi harus tetap sama. Prinsip keseimbangan luas lapisan
berarti luas lapisan setelah dan sebelum restorasi harus sama. Prinsip keseimbangan
luas ini tidak akan berjalan ketika prinsip panjang lapisan tidak diterapkan. Karena
luas lapisan pada kasus ini adalah hasil kali antara panjang dan tebal lapisan.
Sedangkan prinsip keseimbangan bentuk sesar menjadi faktor penting untuk
melakukan interpolasi dari geometri ramp dan flat dari sesar. Interpolasi diperlukan
karena bentuk sesar dipengaruhi oleh pergerakan sesar yang lebih muda. Dalam
restorasi penampang seimbang terdapat dua titik penting sebagai berikut:
Pin line merupakan titik-titik tetap yang dibuat tegak lurus terhadap
bidang lapisan dan bertujuan untuk membantu penentuan lokasi sesar dan
lokasi area tererosi. Pin line diletakan pada bagian foot wall penampang
yang memiliki satuan lengkap dan tidak terdeformasi.
Loose line merupakan titik-titik tidak tetap yang berguna untuk
mengetahui validitas penampang. Loose line diletakkan pada bagian
hanging wall penampang terdeformasi. Penampang yang ideal setelah
dilakukan restorasi penampang seimbang akan menghasilkan loose line
yang lurus. Namun loose line yang miring juga dapat diterima dengan
syarat garis loose line miring berlawanan dengan arah energi transport
batuan (Marshak dan Mitra, 1988).
Jika sudah didapatkan penampang yang seimbang maka dapat
dihitung besarnya pemendekan (shortening) dan rasio kontraksi pada
penampang terdeformasi. Besarnya pemendekan dihitung dengan
menghitung selisih antara panjang penampang terdeformasi dikurang
panjang penampang seimbang kemudian hasilnya dibagi oleh panjang
penampang seimbang ((lf-l0)/l0). Rasio kontraksi dihitung dengan
menggunakan perbandingan antara panjang lapisan terdeformasi dengan
panjang lapisan seimbang (lf/lo).
43
Geologi dan pemodelan penampang seimbang daerah Sidomulyo dan sekitarnya provinsi Jawa Tengah
Fadhil Muhammad Akrom