Anda di halaman 1dari 3

 Komplikasi makrovaskular

Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada pasien DM


adalah penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit
pembuluh darah perifer. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada pasien DM tipe II
yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia, dan atau kegemukan (Nabyl,
2009). Komplikasi ini timbul akibat aterosklerosis dan tersumbatnya
pembuluhpembuluh darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plak ateroma.
Komplikasi makrovaskular atau makroangiopati tidak spesifik pada diabetes, namun
pada DM timbul lebih cepat, lebih sering, dan lebih serius.

Berbagai studi epidemiologi menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit


kardiovaskular dan diabetes meningkat 4 -5 kali dibandingkan pada orang normal.
Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada hubungannya dengan kontrol kadar
gula darah yang baik. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa angka
kematian akibat hiperinsulinemia merupakan suatu faktor resiko mortalitas
kardiovaskular, di mana peninggian kadar insulin menyebabkan resiko kardiovaskular
semakin tinggi pula. Kadar insulin puasa > 15 mU/ml akan meningkatkan resiko
mortalitas kardiovaskular sebanyak 5 kali lipat. Hiperinsulinemia kini dikenal sebagai
faktor aterogenik dan diduga berperan penting dalam menyebabkan timbulnya
komplikasi makrovaskular.

 Neuropati
Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Dalam jangka
waktu yang cukup lama, kadar glukosa dalam darah akan merusak dinding pembuluh
darah kapiler yang berhubungan langsung ke saraf. Akibatnya, saraf tidak dapat
mengirimkan pesan secara efektif. Keluhan yang timbul bervariasi, yaitu nyeri pada
kaki dan tangan, gangguan pencernaan, gangguan dalam mengkontrol BAB dan
BAK, dan lain-lain (Tandra, 2007). Manifestasi klinisnya dapat berupa gangguan
sensoris, motorik, dan otonom. Proses terjadinya komplikasi neuropati biasanya
progresif, di mana terjadi degenerasi serabutserabut saraf dengan gejala nyeri, yang
sering terserang adalah saraf tungkai atau lengan

 Kaki diabet karena neuropati


Pasien diabetes mellitus sering mengalami neuropati perifer, terutama
pada pasien dengan gula darah yang tidak terkontrol.

Di samping itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan


mengalami infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk
berkembanguya bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri
yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob.( Misnadiarly,2007)

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya


kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita
neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan
yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak
ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan
bahkan amputasi.

Secara klinis dijumpai parestesi, hiperestesi, nyeri radikuler, hilangnya


reflek tendon, hilangnya sensibilitas, anhidrosis, pembentukan kalus, ulkus tropik,
perubahan bentuk kaki karena atrofi otot ataupun perubahan tulang dan sendi
seperti Bunion, Hammer Toes (ibujari martil), dan Charcot Foot. Secara radiologis
akan nampak adanya demineralisasi, osteolisis atau sendi Charcot. (Mayfield
JA,2007)

 Klasifikasi Kaki Diabetik


Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari klasifikasi oleh
Edmonds dari King’s College Hospital London, klasifikasi Liverpool, klasifikasi
wagner, serta yang lebih banyak digunakan adalah yang dianjurkan oleh
International Working Group On Diabetic Foot karena dapat menentukan kelainan
apa yang lebih dominan, vascular, infeksi, neuropatik, sehingga arah pengelolaan
dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik. (Waspadji S,2009)

1. Klasifikasi Edmonds (King’s College Hospital, London, 2004-2005)

Stage 1 : Normal foot

Stage 2 : High Risk Foot

Anda mungkin juga menyukai