IKBAL KAMALUDIN
IKBAL KAMALUDIN
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Departemen Budidaya Perairan
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
IKBAL KAMALUDIN
C.14062559
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul “Efektivitas ekstrak lidah buaya Aloe vera untuk pengobatan infeksi
Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. melalui pakan”.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
penyelesaian skripsi ini, diantaranya :
1. Kedua orang tua penulis, Ir. Unang Supriadi dan Nina Tresnasari, serta adik
tersayang Yunita Puspitasari dan keluarga besar Enung Murba dan Achmad
Syafari, atas doa dan dukungan baik moril maupun materil yang sangat
besar artinya bagi perjalanan hidup penulis.
2. Dr. Munti Yuhana dan Dr. Sri Nuryati selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan baik secara teknis
maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik, juga Dr. Nur Bambang Priyo Utomo selaku
dosen penguji pada saat ujian skripsi.
3. Meika Purnamasyari, S.E atas segenap perhatian, dukungan dan
pengorbanan sehingga memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
dengan penuh semangat.
4. Rekan-rekan LKI, Rekan-rekan satu angkatan (BDP 43), dan rekan-rekan
Wisma byru.
5. Staf pengajar serta Tata Usaha Departemen Budidaya Perairan, yang telah
memberikan banyak ilmu serta membantu berjalannya proses seminar dan
siding
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain
yang membutuhkan.
Ikbal Kamaludin
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ v
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
II. BAHAN DAN METODE ...................................................................... 3
2.1 Pengadaptasian Ikan Uji .............................................................. 3
2.2 Penyediaan Bakteri Uji................................................................ 3
2.3 Pembuatan Sediaan Mengandung Ekstrak Lidah Buaya............. 4
2.4 Aplikasi Imunostimulan Ekstrak Lidah Buaya dalam Pakan
untuk Mengobati Penyakit MAS secara Uji tantang dan in vivo . 4
2.5 Parameter yang Diamati .............................................................. 5
2.5.1 Respons Makan ............................................................... 5
2.5.2 Kelangsungan Hidup Ikan ............................................... 5
2.5.3 Gejala Klinis .................................................................... 6
2.5.4 Perubahan Bobot ............................................................. 6
2.5.5 Hematologi ...................................................................... 7
2.5.6 Kualitas Air ..................................................................... 9
2.5.7 Pengamatan Organ Dalam ............................................... 9
2.6 Rancangan Penelitian .................................................................. 9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 10
3.1 Penyediaan Bakteri Uji, Postulat Koch dan Identifikasi bakteri .. 10
3.2 Respons Makan dan Pertambahan Bobot Ikan ............................ 11
3.3 Gejala Klinis dan Survival rate (SR) Ikan .................................. 13
3.4 Hematologi Ikan .......................................................................... 21
3.5 Pengamatan Organ Dalam ........................................................... 24
3.6 Kualitas air .................................................................................. 26
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 28
4.1 Kesimpulan....................................................................................... 28
4.2 Saran ................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 29
LAMPIRAN .................................................................................................. 33
DAFTAR TABEL
Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
4. Pengamatan gejala klinis pada ikan lele perlakuan dosis ekstrak lidah
buaya 10 ppt ............................................................................................. 16
5. Pengamatan gejala klinis pada ikan lele perlakuan dosis ekstrak lidah
buaya 20 ppt ............................................................................................. 17
6. Pengamatan gejala klinis pada ikan lele perlakuan dosis ekstrak lidah
buaya 40 ppt ............................................................................................. 18
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
v
I. PENDAHULUAN
Ikan lele dumbo (Clarias sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air
tawar yang bernilai ekonomis tinggi. Berdasarkan data dari KKP (2010),
permintaan lele ukuran konsumsi untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok,
Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek) setiap harinya sekitar 150 ton, dan 65-70%
(± 100 ton per hari) diserap oleh warung tenda.
Saat ini sebagian besar kegiatan budidaya ikan lele dumbo dilakukan dengan
menggunakan sistem budidaya intensif. Sistem ini dilakukan untuk memperoleh
hasil produksi yang maksimal dengan luas lahan yang minimal. Sistem budidaya
intensif yang menerapkan padat penebaran tinggi menyebabkan ikan lebih rentan
terserang penyakit. Pemeliharaan ikan lele dumbo sebagai ikan komoditas
budidaya seringkali terkendala oleh penyakit Motile Aeromonad Septicemia
(MAS) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.
Penanggulangan penyakit pada sistem budidaya umumya menggunakan
antibiotik. Akan tetapi, penggunaan antibiotik saat ini sudah dilarang karena dapat
menimbulkan efek resisten pada bakteri patogen serta mengakibatkan pencemaran
pada lingkungan. Penggunaan antibiotik pada ikan konsumsi dapat meninggalkan
residu pada tubuh inangnya, sehingga tidak aman apabila terkonsumsi oleh
manusia, karena dapat menyebabkan efek resistensi pada bakteri yang bersifat
infectious bagi manusia. Oleh karena itu diperlukan alternatif pengobatan lain
yang lebih ramah lingkungan dan tidak menimbulkan efek resisten terhadap
bakteri.
Pengobatan tradisional dengan fitofarmaka dan pemanfaatan bahan obat
alamiah lainnya mulai menjadi perhatian dunia sekarang. Hal ini disebabkan
karena obat kemoterapi serta obat kimia lainnya mempunyai efek samping yang
mengganggu keseimbangan kesehatan dan lingkungan (Simanungkalit, 2000).
Beberapa bahan fitofarmaka telah digunakan untuk menanggulangi penyakit
MAS, baik untuk pencegahan maupun pengobatan, diantaranya adalah paci-paci,
daun papaya, jeruk nipis, meniran, bawang putih, daun ketapang, mahkota dewa,
lidah buaya, daun jambu biji, sambilooto, dan daun sirih (Lampiran 1).
1
Daun lidah buaya telah dilaporkan mengandung beberapa bahan therapeutic
penting, termasuk untuk mempercepat peyembuhan luka, immunostimulan, anti
kanker, dan anti virus pada mamalia (Stuart et al., 1997). Penggunaan lidah buaya
sebagai immunostimulan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila
telah dilakukan pada ikan lele dumbo (Clarias sp.) oleh Faridah (2010) dengan
menggunakan dosis 5, 10, dan 20 ppt yang dicampur dengan pakan komersil.
Untuk itu perlu dilakukan pengujian lanjutan untuk mengetahui efektivitas ekstrak
lidah buaya dalam mengobati ikan lele yang diinfeksi bakteri Aeromonas
hydrophila. Pada penelitian ini digunakan beberapa dosis ekstrak lidah buaya
dengan metode pancampuran melalui pakan, untuk mengobati penyakit MAS
pada ikan lele dumbo. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis efektif
ekstrak lidah buaya yang diaplikasikan melalui pencampuran pada pakan, sebagai
upaya mengobati penyakit MAS pada ikan lele dumbo Clarias sp.
2
II. BAHAN DAN METODE
3
2.3 Pembuatan Sediaan Mengandung Ekstrak Lidah Buaya
Ekstrak lidah buaya yang digunakan untuk perlakuan berupa serbuk dan
berasal dari Balai Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO), Cimanggu, Bogor.
Pembuatan campuran pakan dengan lidah buaya diawali dengan ditimbangnya
lidah buaya (bobot kering) sesuai dengan dosis yang diperlukan: 0 g/kg pakan
(kontrol), 10 g/kg (dosis 10 ppt), 20 g/kg (dosis 20 ppt), dan 40 g/kg (dosis 40
ppt).
Langkah selanjutnya adalah ekstrak lidah buaya yang telah ditimbang
dicampurkan dengan putih telur sebanyak 2% dari bobot pakan, dan diaduk
hingga merata pada sebuah mortar. Setelah itu sejumlah pakan yang sudah
ditimbang sesuai dengan kebutuhan untuk masing-masing perlakuan dimasukan
ke dalam mortar, lalu diaduk merata dengan menggunakan sendok makan. Pakan
yang telah tercampur merata dengan ekstrak lidah buaya selanjutnya
dikeringudarakan, dan dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu -20oC. Pakan
tersebut telah siap digunakan.
4
pakan. Pemberian pakan perlakuan dilakukan sampai 7 hari pasca uji tantang, dan
diamati selama 7 hari pasca uji tantang.
Keterangan :
SR : Tingkat kelangsungan hidup %
Nt : Jumlah ikan yang hidup pada akhir pengamatan (ekor)
No : Jumlah ikan yang hidup pada uji tantang (ekor)
5
2.5.3 Gejala Klinis
Gejala klinis diamati secara visual setiap hari setelah ikan diuji tantang
sampai akhir masa pemeliharaan selama kurun waktu 7 hari. Perkembangan dan
perubahan dari gejala klinis yang timbul diamati dengan melakukan skoring,
mengikuti sistem skoring seperti yang dilakukan Faridah (2010) yang merupakan
modifikasi dari Angka (2005), yaitu sebagai berikut :
Radang Nilai skor = 1
Hemoragi Nilai skor = 2
Radang dan hemoragi Nilai skor = 3
Nekrosis Nilai skor = 4
Radang dan Nekrosis Nilai skor = 5
Hemoragi dan Nekrosis Nilai skor = 6
Radang, Hemoragi, dan Nekrosis Nilai skor = 7
Tukak Nilai skor = 8
Mati Nilai skor = 9
Sembuh atau Normal Nilai skor = 0
Radang merupakan gejala yang timbul akibat adanya patogen yang masuk
ke dalam tubuh inang dan menyebabkan infeksi. Gejala yang nampak adalah
berupa pembengkakan pada permukaan tubuh dan adanya perubahan warna.
Hemoragi merupakan suatu proses keluarnya darah dari sistem pembuluh darah
sebagai akibat adanya luka. Nekrosis adalah kematian sel yang diakibatkan
kerusakan sel secara akut, ditandai dengan adanya jaringan otot mati yang masih
menempel pada permukaan tubuh ikan. Tukak adalah luka terbuka akibat lepasnya
jaringan otot yang sudah mati pada permukaan tubuh.
2.5.4 Perubahan Bobot
Perubahan bobot diamati dengan cara menimbang bobot ikan saat uji
tantang dan pada akhir masa pengamatan. Nilai perubahan bobot diketahui dengan
cara menghitung selisih bobot ikan pada akhir masa pengamatan dengan bobot
ikan pada saat uji tantang.
6
2.5.5 Hematologi
Pengamatan gambaran darah ikan selama penelitian meliputi jumlah
eritrosit, total leukosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin. Pasca uji tantang,
darah ikan diambil dari vena caudal dengan menggunakan syringe. Syringe dan
eppendorf yang akan digunakan dibilas terlebih dahulu dengan anti koagulan
(Lampiran 3). Ikan disuntik dari belakang anal kearah tulang sampai menyentuh
tulang vertebrae. Darah dihisap perlahan kemudian dimasukkan ke dalam
eppendorf (Svobodova et al., 1991). Pengamatan gambaran darah dilakukan pada
H-1 sebelum uji tantang, dan H3, H5, H8 pasca uji tantang.
2.5.5.1 Penghitungan Jumlah Eritrosit (Svobodova et al., 1991)
Penghitungan jumlah eritrosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet yang
berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 0,5, selanjutnya ditambah
Larutan Hayem (Lampiran 3) sampai skala 101. Darah dalam pipet diaduk dengan
cara menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga
darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut
dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer
yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat
dihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan
dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya dihitung dengan
rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989) (Lampiran 4) :
7
yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat
dihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan
dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya dihitung dengan
rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989) (Lampiran 4):
8
dalam Hb-meter tersebut. Skala hemoglobin dapat dilihat pada skala jalur gr %
(kuning) yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah.
2.5.6 Kualitas Air
Kualitas air diamati pada awal dan akhir percobaan terdiri dari pH, suhu,
DO (Dissolve Oxygen), dan TAN (Total Amonia Nitrogen).
2.5.7 Pengamatan Organ Dalam
Organ dalam yang diamati meliputi organ hati, empedu, limpa dan ginjal.
Pengamatan organ dalam dilakukan secara visual pada akhir masa pengamatan
dengan cara membedah ikan perlakuan. Kelainan yang diamati berupa perubahan
warna dan ukuran organ dalam.
9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil identifikasi bakteri Aeromonas hydrophila sebelum (A) dan setelah
uji Postulat Koch (B).
Isolat Morfologi Koloni Uji Biokimia
Warna Elevasi Tepian Gram Motilitas O/F Oksidase Katalase Gelatinase
A Krem Cembung Halus - + F + + +
B Krem Cembung Halus - + F + + +
10
3.2 Respons Makan dan Pertambahan Bobot Ikan
Respons makan dan banyaknya pakan yang dikonsumsi (Tabel 3) oleh ikan
selama masa percobaan (Lampiran 5), akan mempengaruhi efektivitas
pengobatan. Semakin banyak pakan perlakuan yang dimakan, maka semakin
efektif pula proses pengobatan, karena akan semakin banyak ekstrak lidah buaya
yang dikonsumsi oleh ikan.
Tabel 3. Jumlah konsumsi pakan harian (gram) ikan lele dumbo Clarias sp. pada
perlakuan kontrol negatif, kontrol positif, dan pemberian ekstrak lidah
buaya (10 ppt, 20 ppt, 40 ppt), dari H1 sampai H7 pasca uji tantang.
Jumlah konsumsi pakan harian pada hari ke
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
KN 4,30 6,00 6,00 4,11 3,90 2,06 2,76
KP 0,25 1,43 0,67 0,79 0,67 0,66 0,68
10 ppt 0,50 1,63 2,19 2,23 2,30 2,31 2,59
20 ppt 0,58 1,68 2,02 2,33 2,59 2,48 2,43
40 ppt 1,00 2,74 3,98 3,21 3,44 4,18 3,40
Tabel 4. Respons makan ikan lele Clarias sp. pada perlakuan pemberian kontrol
negatif (KN), kontrol positif (KP), dan pemberian ekstrak lidah buaya
(10 ppt, 20 ppt, 40 ppt) selama masa percobaan.
Respons makan pada perlakuan
Hari KP KN 10 ppt 20 ppt 40 ppt
Ke Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
-7 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
-6 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
-5 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
-4 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
-3 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
-2 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
-1 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
0 x x x x x x x x x x x x x x x
1 - - - ++ +++ ++ - - - - - - - - +
2 + + - +++ +++ +++ + + + + + + + ++ +
3 + + + +++ +++ +++ ++ ++ + + ++ + ++ ++ +
4 + + + +++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ +++ ++ ++ +++ ++
5 + + + +++ +++ ++ ++ +++ ++ +++ +++ ++ +++ +++ ++
6 + + + ++ +++ ++ ++ +++ ++ +++ +++ ++ +++ +++ +++
7 + + + ++ +++ ++ +++ +++ ++ +++ +++ ++ +++ +++ ++
11
Keterangan : x = Tidak diberi pakan
- = Respons makan tidak ada
+ = Respons makan rendah
++ = Respons makan sedang
+++ = Respons makan tinggi
Respons makan setiap ikan uji sebelum dilakukan penyutikan, baik dengan
PBS maupun bakteri A. hydrophila memiliki respons yang tinggi. Perubahan
respons makan ikan uji pada setiap perlakuan terjadi setelah ikan disuntik untuk
diuji tantang. Respons makan ikan uji setelah uji tantang memiliki kecenderungan
menurun. Hal ini dikarenakan ikan mengalami stress ketika dilakukan
penyuntikan, sehingga nafsu makannya berkurang bahkan tidak mau makan.
Kondisi ini berlangsung selama 1 hari, hingga pada hari kedua pasca uji tantang
kondisinya mulai stabil dan respons makan kembali meningkat. Ikan uji pada
perlakuan kontrol negatif memiliki respons makan sedang, sedangkan pada
perlakuan 10 ppt, 20 ppt, dan 40 ppt menunjukan respons makan rendah dan
sedang. Respons makan pada kontrol negatif dan perlakuan ekstrak lidah buaya
lebih cepat kembali normal bila dibandingkan dengan kontrol positif. Terlihat
bahwa pada ikan uji kontrol positif memiliki respons makan rendah sampai akhir
masa perlakuan, sedangkan pada perlakuan kontrol negatif dan ekstrak lidah
buaya menunjukkan respons makan sedang dan tinggi mulai hari keempat.
Tinggi rendahnya respons makan pada ikan uji berkaitan erat dengan
pertambahan bobot (Gambar 1). Berdasarkan hasil pengamatan bobot ikan uji,
diketahui bahwa perubahan bobot antar pelakuan tidak berbeda nyata (Lampiran
6). Hal ini karena respons makan ikan uji pada setiap perlakuan relatif sama
sampai akhir perlakuan.
12
Keterangan, data (rerata bobot ± SD) pada waktu pengamatan yang sama dengan huruf berbeda
menunjukkan perbedaan hasil yang nyata (p<0,05)
Gambar 1. Perubahan bobot ikan lele Clarias sp. pada perlakuan pemberian
ekstrak lidah buaya (10 ppt, 20 ppt, 40 ppt), KN, dan KP pada awal
( ) dan akhir percobaan ( ).
13
Kontrol Negatif
14
Kontrol Positif
15
Perlakuan 10 ppt
Gambar 4. Pengamatan gejala klinis pada ikan lele perlakuan dosis ekstrak lidah
buaya 10 ppt.
16
Perlakuan 20 ppt
Gambar 5. Pengamatan gejala klinis pada ikan lele perlakuan dosis ekstrak lidah
buaya 20 ppt.
17
Perlakuan 40 ppt
Gambar 6. Pengamatan gejala klinis pada ikan lele perlakuan dosis ekstrak lidah
buaya 40 ppt.
18
Enzim-enzim ekotoksin dari A. hydrophila seperti protease dan elastase
diduga menyebabkan kerusakan pada permukaan tubuh yang terinfeksi, karena
pada jaringan otot dan saluran pembuluh darah terdapat banyak kandungan
protein. Ketika terjadi kerusakan pada pembuluh darah akibat eksotoksin, maka
darah akan keluar dari pembuluh darah dan terjadilah hemoragi pada permukaan
tubuh. Efek eksotoksin yang berkelanjutan akan menyebabkan semakin banyak
sel-sel pada jaringan otot mati, sehingga akan nampak gejala klinis berupa
nekrosis pada permukaan tubuh.
Rendahnya jumlah kematian ikan (Gambar 7) dan terjadinya penyembuhan
luka pada perlakuan pemberian dosis ekstrak lidah buaya (10 ppt, 20 ppt, dan 40
ppt) menunjukan bahwa lidah buaya memiliki kemampuan untuk meningkatkan
imunitas pada ikan dan mempercepat penyembuhan luka. Menurut Morsy (1991),
kadar protein dalam lidah buaya secara kualitatif kaya akan asam amino esensial.
Seperti diketahui, bahwa protein dalam tubuh berperan untuk pembentukan
jaringan baru dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Rostita (2008)
menegaskan bahwa lidah buaya dapat berfungsi sebagai anti inflamasi, anti jamur,
anti bakteri dan mampu menstimulasi kekebalan tubuh. Kemampuan ekstrak lidah
buaya sebagai anti bakteri dan sebagai immunostimulan akan mampu menurunkan
aktifitas bakteri A. hydrophila, sehingga daya infeksinya semakin rendah. Kondisi
seperti ini akan membantu mempercepat proses pemulihan pada bagian tubuh
yang mengalami kelainan klinis, sehingga terjadi penyembuhan luka.
19
Gambar 7. Tingkat kelangsungan hidup perlakuan kontrol negatif, kontrol positif,
dan pemberian ekstrak lidah buaya (10 ppt, 20 ppt, 40 ppt), selama
masa perlakuan.
20
Rendahnya tingkat kelangsungan hidup ikan pada kontrol positif diduga
karena pakan yang diberikan tidak ditambahkan dengan ekstrak lidah buaya,
sehingga manfaat ekstrak lidah buaya yang dapat meningkatkan sistem imun tidak
terjadi pada ikan kontrol positif. Hal ini mengakibatkan ikan kontrol positif
menjadi lebih rentan terhadap penyakit MAS dan laju penyembuhan lukanya
lambat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ekstrak lidah buaya mampu
meningkatkan sistem imun ikan, seperti yang terjadi pada ikan yang diberikan
pakan dengan campuran ekstrak lidah buaya.
21
A B
C D
Keterangan, data (rerata hematologi) pada waktu pengamatan yang sama dengan huruf berbeda
menunjukkan perbedaan hasil yang nyata (p<0,05)
Gambar 8. Jumlah eritrosit (A) ; Total leukosit (B) ; Kadar hemoglobin (C) ;
Kadar hematokrit (D) ikan lele Clarias sp. pada perlakuan pemberian
imunostimulan lidah buaya (10 ppt ( ), 20 ppt ( ), dan 40 ppt ( ),
KN ( ), KP ( ) pasca uji tantang.
Darah akan mengalami perubahan yang serius khususnya apabila terkena
penyakit infeksi (Amlacher, 1970). Berdasarkan gambar 8A, 8B, 8C, dan 8D
dapat diketahui bahwa secara kualitatif pemberian ekstrak lidah buaya
memberikan pengaruh terhadap jumlah eritrosit, total leukosit, kadar hemoglobin
dan hematokrit. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kecenderungan nilai kontrol
positif yang selalu lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, mulai H3
sampai H8.
Hasil gambaran darah pada H3 pasca uji tantang, menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak lidah buaya terlihat memberikan pengaruh nyata (P<0,05)
terhadap jumlah eritrosit (Gambar 8A), kadar hemoglobin (Gambar 8C), dan nilai
hematokrit (Gambar 8D). Jumlah eritrosit pada perlakuan kontrol negatif dan
perlakuan dosis 10 ppt berbeda nyata dengan kontrol positif, tetapi tidak berbeda
nyata dengan perlakuan dosis 20 ppt dan 40 ppt (Lampiran 8). Nilai hematokrit
kontrol negatif berbeda nyata dengan perlakuan dosis 10 ppt dan kontrol positif,
22
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis 20 ppt, dan 40 ppt (Lampiran
10). Kadar hemoglobin perlakuan kontrol positif memiliki nilai paling rendah dan
berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya (Lampiran 11).
Hasil gambaran darah pada H5 pasca uji tantang, menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak lidah buaya tampak tidak memberikan pengaruh yang berbeda
nyata (P>0,05) terhadap total leukosit (Gambar 8B), kadar hemoglobin (Gambar
8C) dan nilai hematokrit (Gambar 8D). Pemberian ekstrak lidah buaya hanya
tampak memberikan pengaruh nyata tarhadap nilai eritrosit (Gambar 8A). Nilai
eritrosit kontrol positif menunjukkan nilai yang paling rendah dan berbeda nyata
(P<0,05) dengan perlakuan lainnya (Lampiran 8).
Hasil gambaran darah pada H8 pasca uji tantang, menujukkan bahwa
pemberian ekstrak lidah buaya terlihat tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05)
pada jumlah eritrosit (Gambar 8A), total leukosit (Gambar 8B), kadar hemoglobin
(Gambar 8C), dan nilai hematokrit (Gambar 8D).
Jumlah eritrosit pasca uji tantang (Gambar 8A) khusunya pada H3,
menunjukkan kecenderungan semakin menurun. Hal ini dikarenakan enzim
hemolisin yang merupakan salah satu eksotoksin dari A. hydrophila memiliki
kemampuan untuk melisis sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah pada
pembuluh darah berkurang. Terjadinya peningkatan sel darah merah pada H5 pada
perlakuan dosis, menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak lidah buaya mampu
meredam infeksi akibat serangan bakteri A. hydrophila, sehingga produksi
hemolisin berkurang, dan jumlah sel darah merah dapat kembali meningkat.
Gambar 8B menunjukkan bahwa total leukosit setelah infeksi pada semua
perlakuan (KP, 10 ppt, 20 ppt, dan 40 ppt) mengalami penurunan. Penurunan
leukosit ini menunjukkan bahwa ikan mengalami infeksi, sehingga leukosit yang
berfungsi sebagai pertahanan non spesifik digunakan untuk melokalisasi dan
mengeliminir patogen melalui fagositosis. Anderson (1993), menyatakan leukosit
merupakan salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan non
spesifik yang akan melokalisasi dan mengeliminir patogen melalui fagositosis.
Hematokrit merupakan perbandingan antara volume sel darah dan plasma
darah. Hasil yang relatif tidak berbeda dengan kontrol menunjukkan bahwa
23
ekstrak lidah buaya sebagai immunogenic tidak berdampak negatif pada kondisi
ikan. Menurut Kwang (1996) sejauh ini pemberian immunostimulan tidak
mempunyai efek samping. Gambar 8D menunjukkan bahwa nilai hematokrit
setelah infeksi mengalami penurunan pada perlakuan kontrol positif dan perlakuan
dosis 10 ppt. Penurunan nilai hematokrit ini mengindikasikan bahwa tingkat
infeksi pada perlakuan ini lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya
yang diuji tantang dengan bakteri A. hydrophila. Sesuai pendapat Wedemeyer dan
Yasutake (1977), menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk
mengenai rendahnya kandungan protein, defisiensi vitamin atau ikan
mendapatkan infeksi. Secara kualitatif, kadar hematokrit pada ikan kontrol positif
selalu lebih rendah dibanding dengan perlakuan uji lainnya mulai dari awal
sampai dengan akhir perlakuan. Akan tetapi hanya berbeda nyata pada
pengamatan kadar hematokrit H3. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan
ekstrak lidah buaya pada pakan mampu mempercepat proses penyembuhan infeksi
yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila, dibanding ikan yang tidak diberikan
tambahan ekstrak lidah buaya pada pakan (kontrol positif).
Menurut Angka (2001), jumlah eritrosit ikan lele normal adalah 3,18 x 106
sel/ml. Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh.
Leukosit memiliki ciri-ciri tidak berwarna dan jumlah leukosit ikan lele sehat
berkisar antara (20-150) x 103 sel/mm3 (Alamanda, 2006).
KN KP
Gambar 9. Organ dalam ikan lele Clarias sp. pada perlakuan pemberian
imunostimulan lidah buaya (10 ppt, 20 ppt, 40 ppt), KN, KP pada
akhir percobaan (keterangan : a = hati ; b = empedu ; c = ginjal ; d =
limpa).
Aeromonas hydrophila yang patogen, diduga memproduksi faktor-faktor
eksotoksin dan endotoksin, yang sangat berpengaruh pada patogenitas bakteri ini.
Menurut Angka (2001) toksin yag dihasilkan oleh A. hydrophila adalah
eksotoksin serta struktur dinding sel berupa fosfolipid dan karbohidrat
(lipopolysacharida) yang dikenal sebagai endotoksin. Endotoksin dapat
menyebabkan radang, demam dan rejatan (shock) pada hewan inang. Endotoksin
dilepaskan hanya bila sel dari bakteri tersebut hancur karena lisis. Karena itu,
umunya endotoksin hanya memegang peranan membantu dalam menyebarkan
25
penyakit. Eksotoksin yang diproduksi oleh Aeromonas hydrophila meliputi
hemolisin, protease, elastase, lipase, sitotoksin, enterotoksin, gelatinase,
kaseinase, lecithinase dan leucocidin. Hemolisin merupakan enzim yang mampu
melisiskan sel-sel darah merah dan membebaskan hemoglobinnya. Protease
adalah enzim proteolitik yang berfungsi untuk melawan pertahanan tubuh inang
untuk berkembangnya penyakit dan mengambil persediaan nutrient inang untuk
berkembangbiak.
Perubahan warna hati dan empedu adalah karena pada masa infeksi, kerja
hati untuk menimbun zat-zat metabolik dan serta menetralkannya kembali
menjadi meningkat. Karena kinerja hati yang meningkat itulah, pigmen warna
pada empedu juga mengalami peningkatan. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri A.
hydrophila sebagai produk ekstraseluler merupakan racun bagi ikan yang dapat
menyebabkan perubahan warna dan struktur organ dalam organisme yang
terinfeksi (Lallier & Daigneault, 1984). Perubahan warna cairan empedu
disebabkan karena adanya gangguan pada organ hati sehingga menghambat
pembongkaran hemoglobin eritrosit menjadi hemin, Fe dan globin sehingga
produksi hemin sebagai zat asal warna empedu menurun (Hafsah, 1994).
26
Tabel 5. Kualitas air media pemeliharaan ikan lele Clarias Sp. pada perlakuan
kontrol negatif (KN), Kontrol positif (KP), dan pemberian ekstrak lidah
buaya (10 ppt, 20 ppt, 40 ppt), selama masa percobaan.
Parameter
Perlakuan o
Suhu ( C) DO (mg/l) pH TAN (mg/l)
Kontrol Negatif 27-29 5.61-5.80 6.63-6.68 0.125-0.342
Kontrol Positif 28-29 5.02-5.71 6.82-6.83 0.289-0.363
10 ppt 27-29 5.68-5.80 6.80-6.88 0.178-0.359
20 ppt 27-29 5.11-5.91 6.94-6.98 0.249-0.384
40 ppt 28-29 5.68-5.94 6.88-6.91 0.278-0.363
27
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak
lidah buaya yang dicampur dengan pakan berpengaruh positif terhadap
peningkatan derajat kelangsungan hidup dan penyembuhan luka pada ikan lele
dumbo yang terinfeksi bakteri A. hydrophila. Dosis 40 ppt merupakan dosis yang
efektif digunakan untuk mengobati ikan lele dumbo (Clarias sp.) yang terinfeksi
bakteri A. hydrophila.
4.2 Saran
Sebaiknya diteliti lebih lanjut mengenai pencegahan dan pengobatan
penyakit MAS pada ikan lele dumbo, menggunakan ekstrak lidah buaya yang
dicampurkan langsung ke dalam formulasi pakan dengan tetap memperhatikan
proses pembuatan pakan, agar zat-zat aktif yang terkandung dalam ekstrak lidah
buaya tetap terjaga.
28
DAFTAR PUSTAKA
[BSNI] Badan Standarisasi Nasiaonal Indonesia, 2000. Produksi benih ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar (SNI 01- 6484.4 -
2000). wordpress.com. [20 November 2010].
Anderson, D.P., Siwicki, A.K., 1993. Basic haematology and serology for fish
health programs. Paper Presented in Second Symposium on Disease in
Asian Aquaculture “Aquatic Animal Health and the Environment”. Phuket,
Thailand: 25-29.
Angka, S.L., 2001. Studi karakterisasi dan patologi Aeromonas hydrophila pada
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Makalah Falsafah Sains. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Angka, S.L., 2005. Kajian penyakit Motile Aeromonad Septicemia (MAS) pada
ikan lele dumbo (Clarias sp.): patologi, pencegahan dan pengobatannya
dengan fitofarmaka. [Disertasi]. Program pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Ashry, N., 2007. Pemanfaatan ekstrak daun ketapang Terminalia cattapu untuk
pencegahan dan pengobatan ikan patin Pangasianodon hypophthalmus yang
terinfeksi Aeromonas hydrophila. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Chinabut, S., Limsuwan, C., Kitsawat, P., 1991. Histology of The Walking
Catfish Clarias batrachus. Departement of Fisheries Thailand. Thailand,
96p.
Faridah, N., 2010. Efektivitas ekstrak lidah buaya Aloe vera dalam pakan sebagai
imunostimulan untuk mencegah infeksi Aeromonas hydophila pada ikan lele
dumbo Clarias Sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hafsah, S., 1994. Pengaruh penyuntikan Freud’s Complete Adjuvant dan bakteri
Aeromonas hydrophila galur virulen L38 terhadap ikan lele dumbo (Clarias
sp.) dewasa. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kordi, 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
dan PT Bina Adiaksara.
Kurniawan, D., 2010. Efektivitas campuran bubuk meniran Phyllantus niruri dan
bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri
Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. [Skripsi].
Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lagler, K.F., Bardach, J.E., Miller, R.R., Passiono, D.R., 1977. Ichtyology. John
Wiley and Sons Inc, New York-London.Lentera. 2002. Pembesaran Ikan
Mas di Kolam Air Deras. PT. Argomedia Pustaka, Depok.
Lallier, R., Daigneault, P., 1984. Antigenic differentiation of phili from non
virulent and fish pathogenic strain of Aeromonas hydophila. Fish Diseases
7, 509-512.
Morsy, E.M., 1991. The Final Technical Report of Aloe vera: Stabilization and
Processing for The Cosmetics Beveage and Food Industries. Aloe Industry
and Technologi Institute. Phoenix. USA.
Nabib, R., Pasaribu, F.H., 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Pusat Antar
Universitas Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Normalina, I., 2007. Pemanfaatan ekstrak bawang putih Allium sativum untuk
pencegahan dan pengobatan pada ikan patin Pangasianodon hypophthalmus
yang diinfeksi Aeromonas hydrophila. [Skripsi]. Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Puspasari, N., 2010. Efektivitas ekstrak rumput laut Gracillaria verrucosa sebagai
imunostimulan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila
pada ikan lele dumbo Clarias sp.. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahman, M.F., 2008. Potensi antibakteri ekstrak daun papaya pada ikan gurami
yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. [Skripsi]. Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rostita, 2008. Sehat,Cantik, dan Penuh Vitalitas Berkat Lidah Buaya. Bandung :
Penerbit Qanita.
Satryadi, J., 2007. Efektivitas bawang putih Allium sativum sebagai pencegahan
dan oengobatan pada ikan patin Pangasianodon hypophthalmus yang
diinfeksi Aeromonas hydrophila . [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setiaji, A., 2009. Efektivitas ekstrak daun papaya Carica papaya L. untuk
pencegahan dan pengobatan ikan lele dumbo Clarias sp. yang diinfeksi
bakteri Aeromonas hydrohila. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Simanungkalit, S., 16 Jan 2000. Thailand dan masa depan fitofarmaka. Kompas.
31
Solikhah, E.H., 2009. Efektivitas campuran meniran Phyllanthus niruri dan
bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pengendalian bakteri
Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.. [Skripsi].
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Stuart, R.W., Lefkowitz, D.L., Lincoln, J.A., Howard, K., Gelderman, M.P.,
Lefkowitz, S.S., 1997. Upregulation of phagocytosis and candidicidal
activity of macrophages exposed to the immunostimulant acemannan. Int. J.
Immunopharmacol. 19, 75-82
Sutama, I.K.J., 2002. Efektivitas ekstrak daun jambu biji Psidium guajava L.,
sambiloto Andrographis paniculata, dan daun sirih Piper betle L. terhadap
infeksi bakteri Aeromonas hydrophila L31 pada ikan lele dumbo Clarias
sp.. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Svobodova, Z., Vykusova, B., 1991. Diagnostic Prevention and Therapy of Fish
Diseases and Intoxication. Reseacrh Intitute of Fish Culture and
Hydrobiology Vodnany, Czechoslovakia. Available at http://www.fao.org.
[18 September 2010]
Yulita, I., 2002. Efektivitas daun jambu biji Psidium guajava L., daun sirih Piper
betle L., dan daun sambiloto Andrographis paniculata untuk pencegahan
dan pengobatan pada ikan lele dumbo Clarias sp. yang diinfeksi bakteri
Aeromonas hydrophila [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1. Ikhtisar berbagai penelitian penanganan bakteri Aeromonas
hydrophila dengan menggunakan bahan-bahan fitofarmaka
34
Lampiran 1. Lanjutan
Autor Tujuan Uji Inang Bahan Dosis Aplikasi
(Tahun) Fitofarmaka
Maharani Pencegahan Ikan Lele Jeruk Nipis Pencegahan -pencegahan
(2009) dan Dumbo (Clarias (Citrus = 5% sari dilakukan
Pengobatan sp.) aurantifolia) jeruk dengan
metode
Pengobatan injeksi sari
= jeruk nipis
10% sari sebanyak 0,1
jeruk ml/ekor 7 hari
sebelum uji
tantang.
-pengobatan
dilakukan
dengan
metode
injeksi sari
jeruk nipis
sebanyak 0,1
ml/ekor 2 hari
setelah uji
tantang.
35
Lampiran 1. Lanjutan
Autor Tujuan Uji Inang Bahan Dosis Aplikasi
(Tahun) Fitofarmaka
Normalina Pencegahan Ikan Patin Ekstrak bawang Pencegahan -pencegahan
(2007) dan (Pangasionodon putih (Allium = 25 mg/l dilakukan
Pengobatan hypophthalmus) sativum) dengan
Pengobatn metode
= 50 mg/l injeksi
ekstrak
bawang putih
sebanyak 0,1
ml/ekor 7 hari
sebelum uji
tantang.
-pengobatan
dilakukan
dengan
metode
injeksi
ekstrak
bawang putih
sebanyak 0,1
ml/ekor 2 hari
setelah uji
tantang
36
Lampiran 1. Lanjutan
Autor Tujuan Uji Inang Bahan Dosis Aplikasi
(Tahun) Fitofarmaka
Ashry Pencegahan Ikan Patin Ekstrak daun Pencegahan -pencegahan
(2007) dan (Pangasianodon ketapang = 60 g/l dilakukan
Pengobatan hypophthalmus) (Terminalia dengan
cattapu) Pengobatan metode
= 120 g/l injeksi
ekstrak daun
ketapang
sebanyak 0,1
ml/ekor 7 hari
sebelum uji
tantang.
-pengobatan
dilakukan
dengan
metode
injeksi
ekstrak daun
ketapang
sebanyak 0,1
ml/ekor
setelah
terlihat gejala
klinis.
37
Lampiran 1. Lanjutan
Autor Tujuan Uji Inang Bahan Dosis Aplikasi
(Tahun) Fitofarmaka
daun papaya
selama 1 jam.
38
Lampiran 1. Lanjutan
Autor Tujuan Uji Inang Bahan Dosis Aplikasi
(Tahun) Fitofarmaka
mengandung
meniran dan
bawang putih
dibuat melalui
proses
repelleting.
Angka Pencegahan Ikan lele dumbo Daun jambu biji Daun sirih -Pencegahan
(2005) dan (Clarias sp.) (Psidium = 0,1 g/60 dilakukan
Pengobatan guajava), ml dengan
sambiloto pemberian
(Andrographis Daun pakan yang
paniculata) dan jambu biji sudah
daun sirih = 1 g/60 ml ditambahkan
(Piper betle) bahan
Sambiloto fitofarmaka
= 1 g/60 ml selama 7 hari
sebelum uji
Dosis tantang.
pencegahan -Pengobatan
= 2 kali dilakukan
dosis/ 100 dengan
g pakan pemberian
pakan yang
Dosis sudah
pengobatan ditambahkan
= 4 kali bahan
dosis/ 100 fitofarmaka
g pakan. selama 12
hari, mulai
hari ketiga
setelah ikan
diuji tantang.
-Pakan
diberikan 2
kali sehari
secara ad
satiation
Sutama Pencegahan Ikan lele dumbo Daun jambu biji Daun sirih -Pencegahan
(2002) dan (Clarias sp.) (Psidium = 0,2 g/60 dilakukan
pengobatan guajava L.), ml dengan
sambiloto pemberian
(Andrographis Daun pakan yang
paniculata jambu biji sudah
Nees) dan daun = 2 g/60 ml ditambahkan
sirih (Piper bahan
betle L.) Sambiloto fitofarmaka
= 2 g/60 ml selama 7 hari
sebelum dan
sesudah uji
39
Lampiran 1. Lanjutan
Autor Tujuan Uji Inang Bahan Dosis Aplikasi
(Tahun) Fitofarmaka
Dosis tantang.
pencegahan -Pengobatan
= 1 kali dilakukan
dosis/ 100 dengan
g pakan pemberian
pakan yang
Dosis sudah
pengobatan ditambahkan
= 2 kali bahan
dosis/ 100 fitofarmaka
g pakan. selama 14
hari, mulai
hari ketiga
setelah ikan
diuji tantang.
-Pakan
diberikan 2
kali sehari
secara ad
libitum
Yulita Pencegahan Ikan lele dumbo Daun jambu biji Daun sirih -Pencegahan
(2002) dan (Clarias sp.) (Psidium = 0,2 g/60 dilakukan
Pengobatan guajava L.), ml dengan
sambiloto, daun pemberian
sirih (Piper Daun pakan yang
betle L.), dan jambu biji sudah
(Andrographis = 2 g/60 ml ditambahkan
paniculata bahan
Nees) Sambiloto fitofarmaka
= 2 g/60 ml selama 14
hari sebelum
Dosis uji tantang
pencegahan dan 21 hari
= 1 kali setelah uji
dosis/ 100 tantang.
g pakan -Pengobatan
dilakukan
Dosis dengan
pengobatan pemberian
= 2 kali pakan yang
dosis/ 100 sudah
g pakan. ditambahkan
bahan
fitofarmaka
selama 14
hari, mulai
hari ketiga
setelah ikan
diuji tantang.
40
Lampiran 1. Lanjutan
Autor Tujuan Uji Inang Bahan Dosis Aplikasi
(Tahun) Fitofarmaka
Sholikhah Pencegahan Ikan lele dumbo Campuran Pencegahan -Pencegahan
(2009) dan (Clarias sp.) meniran = 5 ppt dilakukan
pengobatan (Phyllanthus meniran + dengan
niruri) dan 20 ppt pemberian
bawang putih bawang pakan yang
(Alium sativum) putih sudah
ditambahkan
Pengobatan campuran
= 10 ppt meniran dan
meniran + bawang putih
40 ppt selama 7 hari
bawang sebelum uji
putih tantang.
-Pengaobatan
dilakukan
dengan
pemberian
pakan yang
sudah
ditambahkan
campuran
meniran dan
bawang putih
3 hari setelah
uji tantang
selama 7 hari.
-Junlah
ekstrak daun
meniran dan
bawang putih
yang
dicampur
kepakan
adalah 0,1
ml/g pakan,
dengan
menggunakan
binder berupa
putih telur.
41
Lampiran 1. Lanjutan
Autor Tujuan Uji Inang Bahan Dosis Aplikasi
(Tahun) Fitofarmaka
Puspasari Pencegahan Ikan lele dumbo Ekstrak rumput 1,0 g/kg -Pencegahan
(2010) (Clarias sp.) laut (Gracilaria pakan dilakukan
verrucosa) dengan
pemberian
pakan yang
sudah
ditambahkan
ekstrak
rumput laut
selama 21
hari.
-pakan
diberikan 3
kali/hari
(08.00, 12.00,
dan 17.00
WIB) dengan
FR 3%.
42
Lampiran 2. Tagging (penomoran) ikan lele dumbo Clarias sp.
43
Lampiran 3. Bahan-bahan larutan Hayem, Turk, PBS (Phospat Buffer Saline)
dan Anti Koagulan
44
Lampiran 4. Perhitungan jumlah sel darah
45
Lampiran 5. Persentase pakan terkonsumsi selama masa pemeliharaan pada
perlakuan kontrol positif (KP), kontrol negatif (KN), dan perlakuan
dosis (10 ppt, 20 ppt, 40 ppt)
5.1 KP
5.2 KN
Σ pakan terkonsumsi % Pakan
Hari ke Biomassa (g) Σ pakan (g)
(g) terkonsumsi
1 200.00 6.00 4.30 71.67
2 200.00 6.00 6.00 100.00
3 200.00 6.00 6.00 100.00
4 186.67 5.60 4.11 73.39
5 160.00 4.80 3.90 81.25
6 160.00 4.80 2.06 42.92
7 160.00 4.80 2.76 57.50
46
5.4 Dosis 20 ppt
Σ pakan terkonsumsi % Pakan
Hari ke Biomassa (g) Σ pakan (g)
(g) terkonsumsi
1 200.00 6.00 0.58 9.67
2 133.33 4.00 0.68 17.00
3 120.00 3.60 2.02 56.11
4 106.67 3.20 2.33 72.81
5 93.33 2.80 2.59 92.50
6 93.33 2.80 2.48 88.57
7 93.33 2.80 2.43 86.79
47
Lampiran 6. Pertambahan bobot ikan lele Clarias sp. pada perlakuan pemberian
imunostimulan lidah buaya (10 ppt, 20 ppt, 40 ppt), KN, dan KP
pada awal dan akhir percobaan
Uji ANOVA
Jumlah Kuadrat df Kuadrat tengah F hit P
Antar Kelompok 27,037 4 6,759 2,511 0,170
Dalam Kelompok 13,458 5 2,692
Total 40,496 9
48
Lampiran 7. Mortalitas harian ikan lele dumbo Clarias sp. pada perlakuan
pemberian imunostimulan lidah buaya (10 ppt, 20 ppt, dan 40 ppt),
KN, KP pasca uji tantang
Uji ANOVA
Jumlah Kuadrat df Kuadrat tengah F hit P
Antar Kelompok 3040,000 4 760,000 19,000 0,003
Dalam Kelompok 200,000 5 40,000
Total 3240,000 9
Duncan
Perlakuan N Pasangan untuk α = 0,05 *)
1 2 3
KP 2 40,000
10 ppt 2 60,000
20 ppt 2 60,000
KN 2 80,000
40 ppt 2 90,000
sig 1,000 1,000 1,75
49
Lampiran 8. Eritrosit ikan lele Clarias sp. pada perlakuan pemberian
imunostimulan lidah buaya (10 ppt, 20 ppt, 40 ppt), KN, KP
pasca uji tantang
Uji ANOVA
Duncan (H3)
Perlakuan N Pasangan untuk α = 0,05 *)
1 2
KP 2 0,535
40 ppt 2 1,795 1,795
20 ppt 2 1,865 1,865
KN 2 3,320
10 ppt 2 3,615
sig 0,183 0.091
50
Duncan (H5)
Perlakuan N Pasangan untuk α = 0,05 *)
1 2
KP 2 1,8600
10 ppt 2 3,975
40 ppt 2 5,100
20 ppt 2 5,310
KN 2 5,710
sig 1,000 0.071
51
Lampiran 9. Leukosit ikan lele Clarias sp. pada perlakuan pemberian
imunostimulan lidah buaya (10 ppt, 20 ppt, 40 ppt), KN, KP
pasca uji tantang
52
Lampiran 10. Hematokrit ikan lele Clarias sp. pada perlakuan pemberian
imunostimulan lidah buaya (10 ppt, 20 ppt, 40 ppt), KN, KP
pasca uji tantang
Duncan (H3)
Perlakuan N Pasangan untuk α = 0,05 *)
1 2
KP 2 13,100
10 ppt 2 13,800
40 ppt 2 21,1000
20 ppt 2 23,2000
KN 2 25,3000
sig 0,800 0.180
53
Lampiran 11. Hemoglobin ikan lele Clarias sp. pada perlakuan pemberian
imunostimulan lidah buaya (10 ppt, 20 ppt, 40 ppt), KN, KP
pasca uji tantang
Duncan (H3)
Perlakuan N Pasangan untuk α = 0,05 *)
1 2 3
KP 2 5,000
10 ppt 2 6,900
40 ppt 2 8.150
KN 2 8,300
20 ppt 2 8,800
sig 1,000 1,000 0,201
54