Anda di halaman 1dari 10

SURAT PERJANJIAN KERJA

PENDAMPING LOKAL DESA (PLD)


Nomor :

Pada Hari ini Jumat, Tanggal Tiga, Bulan Januari, Tahun Dua Ribu Dua Puluh, dengan mengambil tempat
di Kantor Dinas PMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Jl. Basuki Rachmat No. 1 Gedung B Lantai 3
Naikolan Kota Kupang sebagai Domisili Hukum,

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ir. Hendrik S. Ngaddi, MM


NIP : 19660928 199903 1 007
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja Dekonsentrasi Program
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Alamat Kantor : Jl. Basuki Rachmat No. 1 Gedung B Lantai 3 Naikolan Kota Kupang

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Satuan Kerja Dekonsentrasi Program Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang selanjutnya disebut PIHAK
PERTAMA, dan

Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK
PERTAMA dan PIHAK KEDUA dengan ini menyatakan sepakat untuk membuat PERJANJIAN KERJA
dalam rangka pelaksanaan kegiatan Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(P3MD) dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam lampiran PASAL-PASAL
YANG DIPERJANJIKAN dari surat perjanjian kerja ini.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

Ir. Hendrik S. Ngaddi, MM


NIP. 19660928 199903 1 007

PASAL-PASAL YANG DIPERJANJIKAN

1/13
Pasal 1
Ketentuan Umum

1. Yang dimaksud dengan Surat Perjanjian Kerja Pendamping Lokal Desa adalah perjanjian hukum
dimana PIHAK PERTAMA mengikat PIHAK KEDUA, sebagaimana PIHAK KEDUA mengikat diri
kepada PIHAK PERTAMA dalam hubungan kerja sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD), untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban dan tugas-tugas sebagaimana tersebut dalam pasal-pasal yang
diperjanjikan, serta dokumen-dokumen lain yang dirujuk sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Surat Perjanjian Kerja ini.

2. Dalam hubungan hukum Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (1), PIHAK
PERTAMA menetapkan status kepegawaian PIHAK KEDUA sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD)
pada Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).

Pasal 2
Hubungan Kerja dan Jangka Waktu Ikatan Kerja

1. PIHAK PERTAMA memberi tugas pekerjaan kepada PIHAK KEDUA sesuai dengan bidang dan
keahliannya sebagaimana dimaksud oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), dan PIHAK KEDUA
menerima baik penugasan dari PIHAK PERTAMA tersebut dan menjabarkannya dalam Rencana
Kerja (RK), serta untuk bertindak sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD) di Desa-Desa pada
Kecamatan sebagaimana lokasi tugas yang ditetapkan dalam Surat Perintah Tugas (SPT) oleh PIHAK
PERTAMA.

2. Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan seperti yang tertulis pada pasal 2 ayat (1) di atas, maka PIHAK
KEDUA akan bekerja dengan jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Surat Perintah Tugas
(SPT) oleh PIHAK PERTAMA.

3. Mengesampingkan dari Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PIHAK
PERTAMA dapat memutuskan Kontrak PIHAK KEDUA melalui pemberitahuan tertulis setelah
terjadinya hal-hal sebagai berikut:
a. PIHAK KEDUA dinyatakan tidak layak untuk diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi kinerja yang
ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA.
b. Tidak atau belum adanya Dokumen Anggaran Pemerintah dan Peraturan perundangan yang
berlaku (DIPA), sebagaimana ditetapkan dalam surat pemberitahuan PIHAK PERTAMA.

4. PIHAK KEDUA wajib menyelesaikan dengan baik dan menyerahkan hasil kerjanya kepada PIHAK
PERTAMA.

5. Jika dalam periode waktu penugasan yang telah ditetapkan terdapat pekerjaan (sebagaimana
disebutkan dalam Rencana Kerja) yang belum diselesaikan secara tuntas oleh PIHAK KEDUA, maka
PIHAK KEDUA wajib menyelesaikan dengan konsekuensi tidak ada penambahan pembiayaan.

6. PIHAK KEDUA wajib bertempat tinggal di salah satu Desa lokasi tugas pada Kecamatan lokasi tugas
dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan berkewajiban memberitahukan alamat tempat tinggal di
lokasi tugas kepada PIHAK PERTAMA.

7. Selama Perjanjian Kerja ini berlangsung, PIHAK KEDUA tidak diperkenankan mengadakan ikatan
kerja dengan pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2/13
8. PIHAK KEDUA wajib bekerja purna waktu, dengan jumlah waktu kerja minimal 7 jam/hari atau 40
jam/minggu. Mengingat lingkup pekerjaan meliputi jasa fasilitasi, asistensi, konsultasi dan
pendampingan masyarakat di pedesaan, maka jam kerja disesuaikan dengan kebutuhan tugas, situasi
dan kondisi pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 3
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1. Tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA harus mengikuti petunjuk yang
berlaku, yaitu melaksanakan tugas sesuai Kerangka Acuan Kerja (KAK), menjadikan Regulasi atau
Peraturan-peraturan tentang Desa sebagai basis kerja pendampingan, fasilitasi, asistensi, konsultasi
dan advokasi masyarakat, serta mengikuti dokumen-dokumen pemerintah rujukan yang berupa surat
perintah atau bentuk surat formal lain (berisi pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, atau
standar operasional prosedur), yang diterbitkan oleh atau dari Satker Ditjen PPMD, Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

2. PIHAK KEDUA wajib membuat Rencana Kerja Individu yang disahkan oleh Koordinator Program
Provinsi (KPP) dan disampaikan kepada PIHAK PERTAMA.

3. PIHAK KEDUA berkewajiban melakukan supervisi, monitoring, assistensi teknik dan pemberdayaan
pada lokasi Desa, Kecamatan dan kunjungan koordinasi ke kantor-kantor Dinas dan pihak terkait
lainnya di Kabupaten paling sedikit 15 (lima belas) hari dalam setiap bulannya.

4. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk menyusun laporan atas pelaksanaan supervisi, monitoring
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), untuk selanjutnya disampaikan kepada PIHAK
PERTAMA dan atau yang ditunjuk PIHAK PERTAMA.

5. Apabila dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab seperti tercantum dalam Pasal 3 ayat (1) dan
ayat (3) tersebut di atas terjadi kesalahaan yang semata-mata dilakukan oleh PIHAK KEDUA, maka
atas kesalahan tersebut menjadi tanggungjawab PIHAK KEDUA, termasuk didalamnya kesalahan
prosedural dan konseptual terhadap program dan administrasi, meliputi:
a. Pelaksanaan Rencana Kerja dan perubahaannya;
b. Penyusunan laporan bulanan dan perubahannya;
c. Penyusunan laporan lembar waktu kerja (timesheet) dan perjalanan dinas; dan
d. Pelanggaran yang bersifat pidana atau perdata.

6. PIHAK KEDUA bersama koordinator TA di Kabupaten berkewajiban menyimpan semua tanda bukti
atau kwitansi biaya operasional kantor untuk sewaktu-waktu dilakukan pemeriksaan oleh PIHAK
PERTAMA atau pihak lain yang ditunjuk serta pihak lain karena jabatan yaitu instansi pemerintah
bidang perpajakan, pengawasan, serta penyidikan.

7. PIHAK KEDUA bertanggungjawab atas realisasi pengadaan fasilitas operasional, dimana jenis, jumlah
dan besarannya ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA.

8. PIHAK KEDUA wajib memiliki dan menyediakan peralatan kerja pribadi, serta bertanggungjawab atas
pengelolaan alat-alat kerja dan inventaris kantor apabila disediakan oleh PIHAK PERTAMA.

9. PIHAK KEDUA wajib memberikan data-data pekerjaan dan dokumen pendukung lainnya yang telah
dilakukan kepada Auditor yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA.

10. PIHAK PERTAMA mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.

11. PIHAK PERTAMA meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh PIHAK KEDUA.

3/13
12. PIHAK PERTAMA membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak yang
telah ditetapkan kepada PIHAK KEDUA.

PASAL 4
HAK DAN CARA PEMBAYARANNYA

1. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan Pelatihan Pratugas atau pembekalan termasuk penjelasan
terkait poin-poin penting pada SOP Pembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional
dan SOP Evaluasi Kinerja, sebelum dilakukan penempatan di lokasi kerja terhadap PIHAK KEDUA.

2. PIHAK KEDUA berhak menerima imbalan jasa berupa Honorarium, Bantuan Biaya Operasional
secara lumpsum dan Tunjangan Asuransi sebagai berikut:
a. PIHAK KEDUA berhak menerima Honorarium secara lumpsum, kecuali pada bulan pertama
bertugas dan bulan terakhir penugasan maka pembayaran honorarium akan diperhitungkan sesuai
dengan jumlah kehadiran di lokasi tugas dengan rumus: Honorarium: (jumlah hari kehadiran pada
bulan pertama atau terakhir : jumlah hari kerja dalam bulan tersebut) X besaran honorarium.
b. PIHAK KEDUA mendapatkan Bantuan Biaya Operasional secara lumpsum untuk Perumahan,
Komunikasi, Transportasi, Pelaporan dan lain sebagainya. Khusus biaya bantuan operasional
kantor disalurkan melalui rekening Koordinator di kabupaten/kota lokasi tugasnya.
c. PIHAK KEDUA mendapatkan tunjangan asuransi kecelakaan dan kesehatan selama masa
kontrak, untuk itu wajib memiliki Polis Asuransi dan menyerahkan copy Polis tersebut kepada
PIHAK PERTAMA.
d. PIHAK KEDUA tidak mendapatkan tunjangan lain selain yang telah disebutkan pada pasal 4 ayat
(1) huruf a, b, dan c.

3. Honorarium, bantuan biaya operasional dan tunjangan asuransi akan dibayarkan oleh PIHAK
PERTAMA kepada PIHAK KEDUA setiap tanggal 1 - 7 (satu sampai dengan tujuh) awal bulan
berikutnya, dengan catatan tidak adanya keterlambatan PIHAK KEDUA dalam penyusunan laporan
dan pengiriman seluruh data pendukung bulan sebelumnya.

4. Honorarium, bantuan biaya operasional dan tunjangan asuransi akan berlaku efektif sejak PIHAK
KEDUA melaksanakan pekerjaan di lokasi tugas yang dibuktikan dengan pengesahan Surat Perintah
Tugas (SPT) dari PIHAK PERTAMA.

5. Pembayaran honorarium, bantuan biaya operasional dan tunjangan asuransi akan dilakukan PIHAK
PERTAMA secara langsung ke rekening PIHAK KEDUA.

6. Pajak Penghasilan PIHAK KEDUA dan atau pajak-pajak lain yang timbul jika ada, akan ditanggung
dan dibayar sendiri oleh PIHAK KEDUA sebagai wajib pajak, sesuai dengan Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku, untuk itu PIHAK KEDUA wajib memiliki NPWP.

7. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan cuti dengan ketentuan:


a. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan cuti tahunan maksimal 12 (dua belas) hari kerja selama 1
(satu) tahun.
b. Hak Cuti tahunan dapat digunakan setelah PIHAK KEDUA bekerja sekurang-kurangnya 3 (tiga)
bulan secara terus-menerus. Sisa cuti tahunan tidak dapat diakumulasikan pada tahun berikutnya
(jika terjadi perpanjangan kontrak kerja).
c. Jika PIHAK KEDUA dikontrak kurang dari 12 (dua belas) bulan dalam 1 (satu) Tahun anggaran,
maka hak cuti tahunan dihitung secara proporsional.
d. Cuti bersama, yaitu cuti yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Cuti bersama diberikan kepada
PIHAK KEDUA yang sudah mempunyai hak cuti tahunan. Pengambilan hak cuti bersama
mengurangi hak cuti tahunan.
e. Cuti melahirkan, maksimal selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.

4/13
f. Cuti Sakit, maksimal 15 (lima belas) hari dengan melampirkan bukti Surat Keterangan Dokter,
dengan tetap memperoleh Honorarium dan tunjangan lainnya.
g. Hak-hak cuti dan penjelasan lainnya mengacu pada SOP Pembinaan dan Pengendalian Tenaga
Pendamping Profesional.

PASAL 5
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Jika terjadi perselisihan kerja antara kedua belah pihak maka akan diselesaikan melalui proses
musyawarah dan mufakat.

2. Apabila perselisihan kerja antara kedua belah pihak tidak dapat diselesaikan melalui proses
musyawarah dan mufakat, maka kedua belah pihak akan menyelesaikan melalui Panitia Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) di Provinsi yang anggotanya terdiri atas:
a. Seorang wakil PIHAK PERTAMA
b. Seorang wakil PIHAK KEDUA
c. Seorang wakil yang dipilih oleh kedua wakil tersebut.

3. Apabila dengan cara Pasal 5 ayat (2) tidak dapat diselesaikan maka kedua belah pihak akan
menyelesaikan melalui Pengadilan Negeri Provinsi ........................ dimana PIHAK PERTAMA
berkedudukan atau berdomisili.

4. Biaya penyelesaian perselisihan kerja termasuk dalam ayat (2) pasal ini, akan ditanggung secara
bersama-sama yang sama besarnya.

PASAL 6
PEMUTUSAN PERJANJIAN KERJA

1. PIHAK PERTAMA dapat membatalkan secara sepihak Perjanjian Kerja ini apabila:
a. PIHAK KEDUA meninggal dunia.
b. PIHAK KEDUA atas permintaan sendiri memutuskan hubungan kerja, setelah mengajukan
pemberitahuan dan permohonan kepada PIHAK PERTAMA selambat-Iambatnya satu bulan
sebelumnya, dan yang bersangkutan wajib menyelesaikan tugas dan kewajibannya serta
meyerahkannya kepada pengganti yang ditunjuk PIHAK PERTAMA.
c. PIHAK KEDUA menderita sakit yang berakibat tidak dapat melaksanakan pekerjaannya selama 3
(tiga) bulan secara terus-menerus.
d. PIHAK KEDUA tidak menjalankan tugas tanpa keterangan selama 10 hari kerja berturut-turut atau
20 hari kerja dalam satu tahun.
e. PIHAK KEDUA tidak mengirimkan laporan/ terlambat mengirimkan Laporan Individu dan Kolektif
selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.
f. PIHAK KEDUA tidak memenuhi standar nilai evaluasi kinerja reguler.
g. PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran Kode Etik Pendamping atau menjalani pemeriksaan
PIHAK YANG BERWAJIB sebagai TERSANGKA.
h. PIHAK KEDUA terbukti menjadi pengurus partai politik dan melakukan kegiatan politik praktis
yang dapat mengganggu kinerja program.
i. Adanya kebijakan pemerintah yang menyebabkan berkurangnya kemampuan dana dan atau
terganggunya pelaksanaan kegiatan.

2. PIHAK PERTAMA wajib memberitahukan kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja sepihak oleh PIHAK PERTAMA.

3. PIHAK KEDUA dapat melakukan pemutusan perjanjian kerja secara sepihak apabila PIHAK
PERTAMA secara sengaja atau karena kelalaian tidak memenuhi hak PIHAK KEDUA.

5/13
4. Selain dari yang tersebut dalam ayat (1) dan ayat (3), maka Perjanjian Kerja ini dapat dibatalkan
dengan persetujuan tertulis kedua belah pihak.
PASAL 7
BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA

Dengan berakhirnya hubungan kerja antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA, maka:
1. PIHAK KEDUA tidak akan mendapatkan uang pesangon dan status kepegawaian dari PIHAK
PERTAMA.
2. PIHAK KEDUA wajib menyerahkan seluruh tugas dan tanggung jawabnya yang telah diselesaikan
kepada PIHAK PERTAMA atau pihak lain yang ditunjuknya.
3. PIHAK PERTAMA wajib menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada PIHAK KEDUA sebagaimana
yang tercantum dalam Surat Perjanjian Kerja ini.
4. PIHAK PERTAMA wajib memberikan Surat Keterangan Kerja kepada PIHAK KEDUA.

PASAL8
LAMPIRAN

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerja ini, berupa Standar
Perilaku (Code of Conduct), Kode Etik Tenaga Pendamping Profesional, Daftar Honorarium, Biaya
Operasional dan Tunjangan Asuransi, Tugas Pokok dan Fungsi sesuai Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan
Aspek-aspek Penilaian Evaluasi Kinerja yang ditetapkan PIHAK PERTAMA.

PASAL 9
PENUTUP

Surat Perjanjian Kerja ini dianggap sah setelah ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal,
bulan, dan tahun tersebut diatas, dan dibuat dalam rangkap 3 (tiga), 2 (dua) lembar asli dan bermeterai
secukupnya dan 1 (satu) lembar asli tanpa meterai, serta mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA. Biaya Meterai dan pengadaan Salinan Surat Perjanjian Kerja ini
menjadi tanggungjawab PIHAK KEDUA.

6/13
Lampiran 1
Surat Perjanjian Kerja
Nomor :
Tanggal : 3 Januari 2020

TATA PERILAKU (Code of Conduct) TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL

1. Tunduk Terhadap Hukum, Peraturan dan Adat-istiadat


Pendamping Profesional tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas atau berpartisipasi dalam
aktivitas yang melawan hukum, peraturan serta adat istiadat masyarakat setempat yang akan
berpengaruh buruk terhadap citra Satker/Pemerintah.

2. Kebenaran Data Pribadi


Data pribadi Pendamping Profesional yang diberikan kepada Satker/Pemerintah harus benar dan
dijamin kebenarannya sehingga secara yuridis tidak merugikan Satker/Pemerintah sebagai Pihak
Pemberi Kerja.

3. Konflik Kepentingan Pribadi


Setiap Pendamping Profesional, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, harus selalu
berpedoman pada panduan yang digariskan serta melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Konflik kepentingan pribadi baik yang menyangkut keuangan maupun proses pelaksanaan tugas
harus dihindarkan.

4. Menerima Imbalan
Pendamping Profesional tidak diperbolehkan menerima atau meminjam uang dan/atau barang
sebagai imbalan pengerjaan sesuatu atau kegiatan yang bersumber dari APBDes.

5. Tingkat Kehadiran di Lokasi Pekerjaan


Setiap Pendamping Profesional harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta berada di
lokasi tugas secara purna waktu, sehingga tidak ada keluhan dari masyarakat atau pihak terkait
tentang sulitnya melakukan pertemuan dan koordinasi.

6. Laporan dan Akurasi Data


 Setiap Pendamping Profesional harus menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
 Permintaan data dan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen program dan
Satker/Pemerintah harus segera dipenuhi;
 Pendamping Profesional harus memberikan data alamat, nomor handphone dan nomor
rekening tabungan yang benar guna menjamin kelancaran komunikasi dan transfer pembayaran
honorarium dan tunjangan;
 Setiap perubahan alamat, nomor handphone dan nomor rekening tabungan harus diberitahukan
secara cepat dan tertulis;

7. Jabatan Publik
Pendamping Profesional dilarang menduduki jabatan publik.

8. Pengurus partai politik


Pendamping Profesional dilarang menjadi pengurus partai politik.

9. Fitnah, Hasutan, Propaganda Negatif


Pendamping Profesional dilarang menyebarkan fitnah, hasutan, propaganda yang merugikan
masyarakat, pemerintah dan program.

10. Narkoba
Pendamping Profesional dilarang Terlibat dalam penggunaan dan peredaran Narkoba.

11. Kerja Rangkap


Dilarang terlibat kontrak kerja dengan institusi lain.

7/13
Lampiran 2
Surat Perjanjian Kerja
Nomor :
Tanggal : 3 Januari 2020

KODE ETIK TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL

Etika Tenaga Pendamping Profesional:

1. Tidak memaksakan kehendak: Peran Tenaga Pendamping Profesional dalam memfasilitasi


musyawarah atau kegiatan hanya bersifat fasilitasi dan mediasi, boleh memberikan masukan sesuai
etika profesi dan tidak diperbolehkan memaksakan kehendak apalagi mengambil atau menentukan
keputusan.

2. Tidak manipulatif: Tenaga Pendamping Profesional tidak boleh melakukan manipulasi data, baik
yang bersifat dokumen administratif maupun yang bersifat informatif untuk memberikan keuntungan
kepada pihak tertentu atau pendamping dan dapat merugikan masyarakat.

3. Menghormati pendapat dan kedudukan orang lain: Tenaga Pendamping Profesional harus
menghormati pendapat dan kedudukan orang lain dalam melaksanakan tugasnya.

4. Dilarang bertindak sebagai suplier bahan dan alat, menunjuk salah satu suplier atau berfungsi
sebagai perantara.

5. Dilarang bertindak sebagai juru bayar, menerima titipan uang, atau merekayasa pembayaran atau
administrasi atas pengelolaan keuangan pemerintah desa.

6. Dilarang menyalahgunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) untuk


kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok.

7. Dengan sengaja membiarkan, tidak melaporkan, atau menutupi proses penyimpangan yang terjadi
dalam pelaksanaan pembangunan desa yang mengakibatkan kerugian Negara dan masyarakat.

8. Wajib menjunjung dan menghormati tatanilai, norma agama, norma hukum, norma susila, norma
kesopanan dan adat istiadat setempat.

Sanksi pelanggaran tata perilaku dan etika Tenaga Pendamping Profesional:

Pelanggaran terhadap Tata Perilaku dan Etika Profesi adalah perbuatan yang bertentangan dengan Tata
Perilaku dan Etika Profesi di atas dikenai sanksi sesuai kategorisasi sebagai berikut:
a. Sanksi Adminstratif;
b. Sanksi Pemutusan Hubungan Kerja;

Tatacara pemberian sanksi diatur dalam Standar Operasional Prosedur Pembinaan dan Pengendalian
Tenaga Pendamping Profesional (SOP P2TPP).

8/13
Lampiran 3

Surat Perjanjian Kerja


Nomor :
Tanggal : 3 Januari 2020

Lokasi Tugas Komponen


Nama Posisi Jumlah
Desa Kecamatan Kabupaten Pembiayaan
-Honorarium Rp.
-Bantuan Biaya Rp.
Operasional
-Asuransi Rp. 48.800
Total Rp.

Keterangan:

Honorarium dan Bantuan Biaya Operasional dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku, dan ditanggung serta dibayarkan sendiri oleh PIHAK
KEDUA sebagai wajib pajak.

Satuan Kerja Dekonsentrasi P3MD


Dinas PMD Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Pejabat Pembuat Komitmen,

Ir. Hendrik S. Ngaddi, MM


NIP. 19660928 199903 1 007

9/13
Lampiran 4
Surat Perjanjian Kerja
Nomor :
Tanggal : 3 Januari 2020

TUGAS POKOK DAN FUNGSI PENDAMPING LOKAL DESA

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output


1) Mendampingi Desa Perencanaan dan a) Terlaksananya sosialisasi Undang-
dalam perencanaan penganggaran Desa Undang No. 6 Tahun 2014 tentang
pembangunan dan berjalan sesuai aturan dan Desa dan peraturan turunannya;
keuangan Desa. \ ketentuan yang berlaku. b) Terfasilitasinya musyawarah Desa
yang partisipatif untuk menyusun
RPJM Desa, RKP Desa dan APBDes;
c) Tersusunnya Rancangan Peraturan
Desa tentang kewenangan lokal
berskala Desa dan kewenangan Desa
berdasarkan hak asal-usul dan
Peraturan lain yang diperlukan;
2) Mendampingi Desa Pelaksanaan pembangunan a) Adanya koordinasi dengan PD dan
dalam pelaksanaan Desa berjalan sesuai aturan pihak terkait mengenai pembangunan
pembangunan Desa. dan ketentuan yang berlaku. Desa;
b) Terfasilitasinya kerjasama antar Desa;
c) Terfasilitasinya pelaksanaan
pembangunan desa yang sesuai
dengan prinsip tata kelola yang baik.
d) Terfasilitasinya ketersediaan informasi
publik terkait pembangunan desa
3) Mendampingi Penyelengaraan Terlaksananya kegiatan peningkatan
masyarakat Desa pemberdayaan masyarakat kapasitas kader desa, masyarakat dan
dalam kegiatan dan Desa dengan kelembagaan Desa.
pemberdayaan melibatkan kelompok
masyarakat dan perempuan,
Desa. difabel/berkebutuhan
khusus, kelompok
masyarakat miskin dan
marginal.

4) Mendampingi Desa Proses pelaksanaan dan a) Terlaksananya peningkatan kapasitas


dalam pemantauan evaluasi kegiatan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dan evaluasi kegiatan pembangunan Desa berjalan dalam melakukan pemantauan dan
pembangunan Desa. sesuai ketentuan yang evaluasi pembangunan Desa;
berlaku. b) Terlaksananya evaluasi pembangunan
Desa melalui musyawarah Desa;
c) Masyarakat terlibat dalam
pelaksanaan evaluasi kegiatan
pembangunan desa.
5) Berkoordinasi dan Program kerja prioritas Terlaksananya koordinasi dan kerjasama
bekerjasama dengan Kementerian Desa, dengan tenaga ahli dalam rangka
tenaga ahli lain terkait Pembangunan Daerah mensukseskan program kerja prioritas
dengan program kerja Tertinggal dan Transmigrasi Kementerian Desa, Pembangunan
prioritas Kementerian dapat terlaksana sesuai Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Desa, Pembangunan dengan target yang sudah
Daerah Tertinggal dan ditetapkan.
Transmigrasi.

10/13

Anda mungkin juga menyukai