Pasal 1
Ketentuan Umum
1. Yang dimaksud dengan Surat Perjanjian Kerja Pendamping Lokal Desa adalah perjanjian hukum dimana
PIHAK PERTAMA mengikat PIHAK KEDUA, sebagaimana PIHAK KEDUA mengikat diri kepada PIHAK
PERTAMA dalam hubungan kerja sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD), untuk melaksanakan kewajiban-
kewajiban dan tugas-tugas sebagaimana tersebut dalam pasal-pasal yang diperjanjikan, serta dokumen-
dokumen lain yang dirujuk sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerja ini.
2. Dalam hubungan hukum Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (1), PIHAK PERTAMA
menetapkan status kepegawaian PIHAK KEDUA sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD) pada Program
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).
Pasal 2
Hubungan Kerja dan Jangka Waktu Ikatan Kerja
1. PIHAK PERTAMA memberi tugas pekerjaan kepada PIHAK KEDUA sesuai dengan bidang dan
keahliannya sebagaimana dimaksud oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), dan PIHAK KEDUA menerima
baik penugasan dari PIHAK PERTAMA tersebut dan menjabarkannya dalam Rencana Kerja (RK), serta
untuk bertindak sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD) di Desa-Desa pada Kecamatan sebagaimana
lokasi tugas yang ditetapkan dalam Surat Perintah Tugas (SPT) oleh PIHAK PERTAMA.
2. Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan seperti yang tertulis pada pasal 2 ayat (1) di atas, maka PIHAK
KEDUA akan bekerja dengan jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Surat Perintah Tugas (SPT)
oleh PIHAK PERTAMA.
3. Mengesampingkan dari Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PIHAK PERTAMA
dapat memutuskan Kontrak PIHAK KEDUA melalui pemberitahuan tertulis setelah terjadinya hal-hal
sebagai berikut:
a. PIHAK KEDUA dinyatakan tidak layak untuk diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi kinerja yang
ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA.
b. Tidak atau belum adanya Dokumen Anggaran Pemerintah dan Peraturan perundangan yang berlaku
(DIPA), sebagaimana ditetapkan dalam surat pemberitahuan PIHAK PERTAMA.
4. PIHAK KEDUA wajib menyelesaikan dengan baik dan menyerahkan hasil kerjanya kepada PIHAK
PERTAMA.
5. Jika dalam periode waktu penugasan yang telah ditetapkan terdapat pekerjaan (sebagaimana disebutkan
dalam Rencana Kerja) yang belum diselesaikan secara tuntas oleh PIHAK KEDUA, maka PIHAK KEDUA
wajib menyelesaikan dengan konsekuensi tidak ada penambahan pembiayaan.
6. PIHAK KEDUA wajib bertempat tinggal di salah satu Desa lokasi tugas pada Kecamatan lokasi tugas
dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan berkewajiban memberitahukan alamat tempat tinggal di lokasi
tugas kepada PIHAK PERTAMA.
7. Selama Perjanjian Kerja ini berlangsung, PIHAK KEDUA tidak diperkenankan mengadakan ikatan kerja
dengan pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
8. PIHAK KEDUA wajib bekerja purna waktu, dengan jumlah waktu kerja minimal 7 jam/hari atau 40
jam/minggu. Mengingat lingkup pekerjaan meliputi jasa fasilitasi, asistensi, konsultasi dan pendampingan
masyarakat di pedesaan, maka jam kerja disesuaikan dengan kebutuhan tugas, situasi dan kondisi
pelayanan kepada masyarakat
PIHAK I
PIHAK II
Pasal 3
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
1. Tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA harus mengikuti petunjuk yang berlaku,
yaitu melaksanakan tugas sesuai Kerangka Acuan Kerja (KAK), menjadikan Regulasi atau Peraturan-
peraturan tentang Desa sebagai basis kerja pendampingan, fasilitasi, asistensi, konsultasi dan advokasi
masyarakat, serta mengikuti dokumen-dokumen pemerintah rujukan yang berupa surat perintah atau
bentuk surat formal lain (berisi pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, atau standar operasional
prosedur), yang diterbitkan oleh atau dari Satker Ditjen PPMD, Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi.
2. PIHAK KEDUA wajib membuat Rencana Kerja Individu yang disahkan oleh disahkan oleh Pendamping
Desa (PD) dan disampaikan kepada PIHAK PERTAMA.
3. Apabila dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab seperti tercantum dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat
(3) tersebut di atas terjadi kesalahaan yang semata-mata dilakukan oleh PIHAK KEDUA, maka atas
kesalahan tersebut menjadi tanggungjawab PIHAK KEDUA, termasuk didalamnya kesalahan prosedural
dan konseptual terhadap program dan administrasi, meliputi:
a. Pelaksanaan Rencana Kerja dan perubahaannya;
b. Penyusunan laporan bulanan dan perubahannya;
c. Penyusunan laporan lembar waktu kerja (timesheet) dan perjalanan dinas; dan
d. Pelanggaran yang bersifat pidana atau perdata.
4. PIHAK KEDUA wajib memiliki dan menyediakan peralatan kerja pribadi, serta bertanggungjawab atas
pengelolaan alat-alat kerja dan inventaris kantor apabila disediakan oleh PIHAK PERTAMA.
5. PIHAK KEDUA wajib memberikan data-data pekerjaan dan dokumen pendukung lainnya yang telah
dilakukan kepada Auditor yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA.
6. PIHAK PERTAMA mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.
7. PIHAK PERTAMA meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh PIHAK KEDUA.
8. PIHAK PERTAMA membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak yang telah
ditetapkan kepada PIHAK KEDUA.
PASAL 4
HAK DAN CARA PEMBAYARANNYA
1. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan Pelatihan Pratugas atau pembekalan termasuk penjelasan terkait
poin-poin penting pada SOP Pembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional dan SOP
Evaluasi Kinerja, sebelum dilakukan penempatan di lokasi kerja terhadap PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA berhak menerima imbalan jasa berupa Honorarium, Bantuan Biaya Operasional secara
lumpsum dan Tunjangan Asuransi sebagai berikut:
a. PIHAK KEDUA berhak menerima Honorarium secara lumpsum, kecuali pada bulan pertama bertugas
dan bulan terakhir penugasan maka pembayaran honorarium akan diperhitungkan sesuai dengan
jumlah kehadiran di lokasi tugas dengan rumus: Honorarium: (jumlah hari kehadiran pada bulan
pertama atau terakhir : jumlah hari kerja dalam bulan tersebut) X besaran honorarium.
b. PIHAK KEDUA mendapatkan Bantuan Biaya Operasional secara lumpsum. Pada bulan pertama
bertugas dan bulan terakhir penugasan maka pembayaran honorarium akan diperhitungkan sesuai
dengan jumlah kehadiran di lokasi tugas dengan rumus: (jumlah hari kehadiran pada bulan pertama
atau terakhir : jumlah hari kerja dalam bulan tersebut) X besaran operasional, sedangkan untuk absen,
ijin dan cuti pembayaran biaya operasional sesuai dengan SOP yang berlaku.
c. PIHAK KEDUA mendapatkan tunjangan asuransi selama masa kontrak, untuk itu wajib memiliki Polis
Asuransi dan menyerahkan copy Polis tersebut kepada PIHAK PERTAMA
d. PIHAK KEDUA tidak mendapatkan tunjangan lain selain yang telah disebutkan pada pasal 4 ayat (2)
huruf a, b, dan c
3. Honorarium, bantuan biaya operasional dan tunjangan asuransi akan dibayarkan oleh PIHAK PERTAMA
kepada PIHAK KEDUA setiap tanggal 1 — 7 (satu sampai dengan tujuh) awal bulan berikutnya, dengan
catatan tidak adanya keterlambatan PIHAK KEDUA dalam penyusunan laporan dan pengiriman seluruh
data pendukung bulan sebelumnya.
PIHAK I
PIHAK II
4. Honorarium, bantuan biaya operasional dan tunjangan asuransi akan berlaku efektif sejak PIHAK KEDUA
melaksanakan pekerjaan di lokasi tugas yang dibuktikan dengan pengesahan Surat Perintah Tugas (SPT)
dari PIHAK PERTAMA.
5. Pembayaran honorarium, bantuan biaya operasional dan tunjangan asuransi akan dilakukan PIHAK
PERTAMA secara langsung ke rekening PIHAK KEDUA.
6. Pajak Penghasilan PIHAK KEDUA dan atau pajak—pajak lain yang timbul jika ada, akan ditanggung dan
dibayar sendiri oleh PIHAK KEDUA sebagai wajib pajak, sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku, untuk itu PIHAK KEDUA wajib memiliki NPWP.
7. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan cuti dengan ketentuan:
a. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan cuti tahunan maksimal 12 (dua belas) hari kerja selama 1 (satu)
tahun.
b. Hak Cuti tahunan dapat digunakan setelah PIHAK KEDUA bekerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
secara terus—menerus. Sisa cuti tahunan tidak dapat diakumulasikan pada tahun berikutnya (jika
terjadi perpanjangan kontrak kerja).
c. Jika PIHAK KEDUA dikontrak kurang dari 12 (dua belas) bulan dalam 1 (satu) Tahun anggaran, maka
hak cuti tahunan dihitung secara proporsional.
d. Cuti bersama, yaitu cuti yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Cuti bersama diberikan kepada PIHAK
KEDUA yang sudah mempunyai hak cuti tahunan. Pengambilan hak cuti bersama mengurangi hak cuti
tahunan.
e. Cuti melahirkan, maksimal selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.
f. Cuti Sakit, maksimal 15 (lima belas) hari dengan melampirkan bukti Surat Keterangan Dokter, dengan
tetap memperoleh Honorarium dan tunjangan lainnya.
g. Hak-hak cuti dan penjelasan lainnya mengacu pada SOP Pembinaan dan Pengendalian Tenaga
Pendamping Profesional.
PIHAK I
PIHAK II
PASAL 5
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Jika terjadi perselisihan kerja antara kedua belah pihak maka akan diselesaikan melalui proses
musyawarah dan mufakat.
2. Apabila perselisihan kerja antara kedua belah pihak tidak dapat diselesaikan melalui proses musyawarah
dan mufakat, maka kedua belah pihak akan menyelesaikan melalui Panitia Penyelesaian Perselisihan
Perburuhan Daerah (P4D) di Provinsi yang anggotanya terdiri atas:
a. Seorang wakil PIHAK PERTAMA
b. Seorang wakil PIHAK KEDUA
c. Seorang wakil yang dipilih oleh kedua wakil tersebut.
3. Apabila dengan cara Pasal 5 ayat (2) tidak dapat diselesaikan maka kedua belah pihak akan
menyelesaikan melalui Pengadilan Negeri di Provinsi Sulawesi Tenggara dimana PIHAK PERTAMA
berkedudukan atau berdomisili.
4. Biaya penyelesaian perselisihan kerja termasuk dalam ayat (2) pasal ini, akan ditanggung secara bersama-
sama yang sama besarnya
PASAL 6
PEMUTUSAN PERJANJIAN KERJA
1. PIHAK PERTAMA dapat membatalkan secara sepihak Perjanjian Kerja ini apabila:
a. PIHAK KEDUA meninggal dunia.
b. PIHAK KEDUA atas permintaan sendiri memutuskan hubungan kerja, setelah mengajukan
pemberitahuan dan permohonan kepada PIHAK PERTAMA selambat-Iambatnya satu bulan
sebelumnya, dan yang bersangkutan wajib menyelesaikan tugas dan kewajibannya serta
meyerahkannya kepada pengganti yang ditunjuk PIHAK PERTAMA.
c. PIHAK KEDUA menderita sakit yang berakibat tidak dapat melaksanakan pekerjaannya selama 3 (tiga)
bulan secara terus-menerus.
d. PIHAK KEDUA tidak menjalankan tugas tanpa keterangan selama 10 hari kerja berturut-turut atau 20
hari kerja dalam satu tahun.
e. PIHAK KEDUA tidak memenuhi standar nilai evaluasi kinerja reguler.
f. PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran Kode Etik Pendamping atau menjalani pemeriksaan PIHAK
YANG BERWAJIB sebagai TERSANGKA.
g. PIHAK KEDUA terbukti menjadi pengurus partai politik dan melakukan kegiatan politik praktis yang
dapat mengganggu kinerja program.
h. Adanya kebijakan pemerintah yang menyebabkan berkurangnya kemampuan dana dan atau
terganggunya pelaksanaan kegiatan.
2. PIHAK PERTAMA wajib memberitahukan kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja sepihak oleh PIHAK PERTAMA.
3. PIHAK KEDUA dapat melakukan pemutusan perjanjian kerja secara sepihak apabila PIHAK PERTAMA
secara sengaja atau karena kelalaian tidak memenuhi hak PIHAK KEDUA.
4. Selain dari yang tersebut dalam ayat (1) dan ayat (3), maka Perjanjian Kerja ini dapat dibatalkan dengan
persetujuan tertulis kedua belah pihak.
PIHAK I
PIHAK II
PASAL 7
BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA
Dengan berakhirnya hubungan kerja antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA, maka:
1. PIHAK KEDUA tidak akan mendapatkan uang pesangon dan status kepegawaian dari PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK KEDUA wajib menyerahkan seluruh tugas dan tanggung jawabnya yang telah diselesaikan kepada
PIHAK PERTAMA atau pihak lain yang ditunjuknya.
3. PIHAK PERTAMA wajib menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada PIHAK KEDUA sebagaimana yang
tercantum dalam Surat Perjanjian Kerja ini.
PIHAK PERTAMA wajib memberikan Surat Keterangan Kerja kepada PIHAK KEDUA.
PASAL8
LAMPIRAN
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerja ini, berupa Standar Perilaku
(Code of Conduct), Kode Etik Tenaga Pendamping Profesional, Daftar Honorarium, Biaya Operasional dan
Tunjangan Asuransi, Tugas Pokok dan Fungsi sesuai Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Aspek-aspek Penilaian
Evaluasi Kinerja yang ditetapkan PIHAK PERTAMA.
PASAL 9
PENUTUP
Surat Perjanjian Kerja ini dianggap sah setelah ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal, bulan, dan
tahun tersebut diatas, dan dibuat dalam rangkap 3 (tiga), 2 (dua) lembar asli dan bermeterai secukupnya dan 1
(satu) lembar asli tanpa meterai, serta mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk PIHAK PERTAMA dan
PIHAK KEDUA. Biaya Meterai dan pengadaan Salinan Surat Perjanjian Kerja ini menjadi tanggungjawab
PIHAK KEDUA.
PIHAK I
PIHAK II
Lampiran 1
Surat Perjanjian Kerja
Nomor :
Tanggal :
4. Menerima Imbalan
Pendamping Profesional tidak diperbolehkan menerima atau meminjam uang dan/atau barang sebagai
imbalan pengerjaan sesuatu atau kegiatan yang bersumber dari APBDes.
7. Jabatan Publik
Pendamping Profesional dilarang menduduki jabatan publik.
10. Narkoba
Pendamping Profesional dilarang Terlibat dalam penggunaan dan peredaran Narkoba.
PIHAK I
PIHAK II
Lampiran 2
Surat Perjanjian Kerja
Nomor :
Tanggal :
2. Tidak manipulatif: Tenaga Pendamping Profesional tidak boleh melakukan manipulasi data, baik yang
bersifat dokumen administratif maupun yang bersifat informatif untuk memberikan keuntungan kepada
pihak tertentu atau pendamping dan dapat merugikan masyarakat.
3. Menghormati pendapat dan kedudukan orang lain: Tenaga Pendamping Profesional harus
menghormati pendapat dan kedudukan orang lain dalam melaksanakan tugasnya.
4. Dilarang bertindak sebagai suplier bahan dan alat, menunjuk salah satu suplier atau berfungsi sebagai
perantara.
5. Dilarang bertindak sebagai juru bayar, menerima titipan uang, atau merekayasa pembayaran atau
administrasi atas pengelolaan keuangan pemerintah desa.
6. Dilarang menyalahgunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) untuk kepentingan
pribadi, keluarga, atau kelompok.
7. Dengan sengaja membiarkan, tidak melaporkan, atau menutupi proses penyimpangan yang terjadi dalam
pelaksanaan pembangunan desa yang mengakibatkan kerugian Negara dan masyarakat.
8. Wajib menjunjung dan menghormati tatanilai, norma agama, norma hukum, norma susila, norma
kesopanan dan adat istiadat setempat.
Pelanggaran terhadap Tata Perilaku dan Etika Profesi adalah perbuatan yang bertentangan dengan Tata
Perilaku dan Etika Profesi di atas dikenai sanksi sesuai kategorisasi sebagai berikut:
a. Sanksi Adminstratif
b. Sanksi Pemutusan Hubungan Kerja.
Tatacara pemberian sanksi diatur dalam Standar Operasional Prosedur Pembinaan dan Pengendalian Tenaga
Pendamping Profesional (SOP P2TPP).
PIHAK I
PIHAK II
Lampiran 4
Surat Perjanjian Kerja
Nomor :
Tanggal :
Tugas Pokok dan Fungsi Pendamping Lokal Desa adalah sebagai berikut:
PIHAK I
PIHAK II
Lampiran 4
Aspek penilaian dalam evaluasi kinerja tenaga pendamping profesional mencakup 4 (empat) aspek utama
yaitu: kinerja pendampingan, kinerja supervisi, kinerja koordinasi, dan kinerja administrasi.
A. Kinerja Pendampingan
1) Kewajiban Pendampingan
Yang dimaksud dengan kinerja pendampingan adalah unjuk kerja tenaga pendamping profesional
dalam bekerja sesuai Tupoksi. Untuk itu, pendamping profesional berkewajiban memenuhi
pelaksanaan Tupoksi dengan mengacu pada:
Etika profesi sebagai tenaga pendamping profesional;
Norma kebijakan yang secara substansial terkandung dalam asas-asas Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa yakni, rekognisi, subsidiaritas, keberagaman, kebersamaan, gotong
royong, kekeluargaan, musyawarah, demokrasi, kemandirian, partisipasi, kesetaraan,
pemberdayaan dan keberlanjutan;
Uraian tugas, yakni paparan tugas teknis penjabaran Tupoksi tenaga pendamping profesional.
2) Indikator Penilaian
Kinerja pendampingan oleh tenaga pendamping profesional dinilai berdasarkan pencapaian output
sesuai dengan Tupoksi setiap individu dengan rincian indikator penilaian sebagai berikut:
Konsistensi dan ketegasan tenaga pendamping profesional menerapkan etika profesi;
Kemampuan tenaga pendamping profesional dalam memfasilitasi pelaksanaan Undang-undang
Nomor 6/2014 tentang Desa dan peraturan pelaksanaannya;
Kemampuan tenaga pendamping profesional untuk memfasilitasi penggunaan data dalam
pengambilan keputusan;
Kemampuan tenaga pendamping profesional untuk menganalisis situasi untuk mengambil tindakan
yang tepat dan memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi.
B. Kinerja Supervisi
1) Kewajiban Supervisi
Yang dimaksud dengan kinerja supervisi adalah unjuk kerja tenaga pendamping profesional dalam
bekerja sesuai Tupoksi sebagai Supervisor. Untuk itu, tenaga pendamping profesional berkewajiban
memenuhi pelaksanaan Tupoksi dengan mengacu pada:
Norma kebijakan yang secara sistematik terkandung dalam asas—asas Undang-undang Nomor
6/2014 tentang Desa yakni: rekognisi, subsidiaritas, keberagaman, kebersamaan, gotong royong,
kekeluargaan, musyawarah, demokrasi, kemandirian, partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan dan
keberlanjutan;
Uraian tugas, yakni paparan tugas teknis penjabaran Tupoksi tenaga pendamping profesional
sebagai supervisor.
2) Indikator Penilaian
Kinerja supervisi oleh tenaga pendamping profesional dinilai berdasarkan pencapaian output sesuai
dengan Tupoksi sebagai supervisor untuk setiap individu dengan rincian indikator penilaian sebagai
berikut:
Kemampuan tenaga pendamping profesional dalam melakukan pelatihan dan peningkatan
kapasitas masyarakat dan tenaga pendamping profesional di bawahnya;
PIHAK I
PIHAK II
Kemampuan tenaga pendamping profesional dalam memberikan bimbingan kerja dan umpan balik
terhadap kinerja tenaga pendamping profesional di bawahnya;
Kemampuan tenaga pendamping profesional dalam memantau pelaksanaan kegiatan;
Jumlah kunjungan lapangan dalam rangka supervisi pendampingan sesuai wilayah tugasnya.
C. Kinerja Koordinasi
1) Kewajiban Koordinasi
Tenaga pendamping profesional berkewajiban untuk berkoordinasi dan bekerja sama dengan pihak lain
seperti; birokrasi, supervisor, sesama pendamping, lembaga lain dan tokoh masyarakat dalam setiap
kegiatan seperti: pendampingan masyarakat, supervisi, pelatihan, penanganan masalah dan lain—lain.
2) Indikator Penilaian
Tenaga pendamping profesional dinilai kinerjanya terkait kualitas koordinasi dan kerjasama dengan
pihak lain berdasarkan indikator penilaian sebagai berikut:
Kemampuan tenaga pendamping profesional dalam kerjasama dengan SKPD Kabupaten/Kota,
Camat, Kepala Desa, tenaga pendamping profesional lainnya serta pemangku kepentingan terkait;
Kemampuan tenaga pendamping profesional memanfaatkan peluang kerjasama dan koordinasi
secara optimal;
Kemampuan tenaga pendamping profesional untuk bekerja secara sistematis dan terkontrol sesuai
standar pelayanan maupun prosedur kerja sehingga pihak—pihak yang berkoordinasi dapat
bekerja sama secara baik;
Kemampuan tenaga pendamping profesional dalam memfasilitasi kerjasama Desa dengan SKPD
Kabupaten/Kota dan kerjasama Desa dengan pihak lain;
Kepemimpinan tenaga pendamping profesional dalam pengelolaan pekerjaan secara kolektif.
D. Kinerja Administrasi
1) Kewajiban Administrasi
Tenaga pendamping profesional berkewajiban memenuhi tanggung jawab administrasi yang meliputi:
Lembar Waktu Kerja (LWK) sebagai bukti kehadiran di lokasi tugas
Laporan Individu (Rencana dan Realisasi Kegiatan Bulanan)
Form Kunjungan Lapangan
Laporan Kegiatan.
Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)
SPPD dan laporan hasil kunjungan (jika ada kegiatan kunjungan lapangan)
2) Indikator Penilaian
Indikator kinerja administrasi meliputi:
Kepatuhan tenaga pendamping profesional pada standar pelayanan maupun prosedur kerja;
Ketaatan dan kedisiplinan dari tenaga pendamping profesional dalam menyusun dan
menyampaikan laporan, dokumen dan bukti-bukti administrasi kepada Satker Provinsi melalui
supervisor secara reguler;
Kemampuan tenaga pendamping profesional untuk menyusun laporan, dokumen dan bukti—bukti
administrasi secara benar sesuai dengan format yang berlaku;
Akurasi tenaga pendamping profesional dalam pembuatan laporan, dokumen administrasi secara
lengkap sesuai ketentuan yang ditetapkan;
Kemampuan tenaga pendamping profesional untuk menyampaikan dokumen administrasi secara
cepat dan tepat waktu sesuai jadwal yang ditetapkan.
PIHAK I
PIHAK II
PIHAK I
PIHAK II