LAPSUS Perdarahan Vitreus
LAPSUS Perdarahan Vitreus
FAKULTAS KEDOKTERAN
APRIL 2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Disusun Oleh :
105505405418
Pembimbing :
dr. St. Soraya Taufik, Sp. M
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. EK
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 69 tahun
Alamat : Jl. Aroepala
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata buram
Anamnesis Terpimpin : Pasien datang ke Poli Mata dengan keluhan
penglihatan mata kanan buram sejak 1 tahun yang lalu. Buram dirasakan
mendadak dan menutupi seluruh lapang pandang. Pasien sering merasa terdapat
benda yang melayang di mata kanannya dan tidak hilang walaupun mata
dibersihkan, akhirnya pasien hanya membiarkan dan akan hilang sendiri. Pasien
tidak pernah merasakan adanya kilatan cahaya dan pandangan seperti tertutup tirai
pada mata kanan. Beberapa bulan sebelumya, pasien sudah mengeluhkan
penglihatan mata kedua yang semakin buram. Buram dirasakan seperti ada kabut
yang menutupi penglihatan kedua mata. Namun, setelah penglihatan mata kanan
buram mendadak 1 tahun yang lalu, penglihatan mata kiri semakin bertambah
buram dan mulai dirasakan mengganggu sejak 3 bulan terakhir. Pasien
mengatakan bahwa buram pada mata kiri mengakibatkan ia tidak bisa membaca
teks di televisi yang sebelumnya dapat ia lakukan. Pasien juga mengeluhkan silau
pada mata kiri jika melihat cahaya, namun pasien merasa lebih baik saat berada
ditempat terang. Pasien tidak memiliki riwayat mata merah berulang pada kedua
mata dan riwayat trauma baik yang langsung ataupun tidak langsung pada kedua
mata.
Pasien sebelumnya berobat ke Rumah Sakit dan didiagnosis katarak pada
kedua mata, serta sudah direncanakan untuk dilakukan operasi. Namun, saat hari
operasi dokter menemukan kelainan lainnya pada mata kanan, sehingga operasi
tidak dilakukan.
C. STATUS GENERAL
Kesadaran : Kuantitatif : E4M6V5
Kualitatif : Composmentis
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi OD OS
TIO Tn Tn
Nyeri tekan Tidak nyeri Tidak nyeri
4. Visus
VOD : 1/300
Koreksi : TDD
6. Oftalmoskopi
FOD : Refleks fundus (+) sangat menurun, papil N II sulit dinilai, CDR : sulit
dinilai, A/V sulit dinilai, retina : sulit dinilai. Cairan vitreus : Keruh derajat III-
IV, Perdarahan (+).
FOS : Refleks fundus (+) menurun, papil N II berbatas tegas, CDR : 0,3, A/V
2/3, refleks makula (+), retina : Eksudat (-), perdarahan (-), fibrosis (-). Cairan
vitreus : Jernih.
E. RESUME
Ny. EK, 69 tahun datang ke Poli Mata dengan keluhan penglihatan mata
kanan buram sejak 1 tahun yang lalu. Buram dirasakan mendadak dan menutupi
seluruh lapang pandang. Pasien sering merasa terdapat benda yang melayang di
mata kanannya dan tidak hilang walaupun mata dibersihkan, akhirnya pasien
hanya membiarkan dan akan hilang sendiri. Beberapa bulan sebelumya, pasien
sudah mengeluhkan penglihatan mata kedua yang semakin buram. Buram
dirasakan seperti ada kabut yang menutupi penglihatan kedua mata. Namun,
setelah penglihatan mata kanan buram mendadak 1 tahun yang lalu, penglihatan
mata kiri semakin bertambah buram dan mulai dirasakan mengganggu sejak 3
bulan terakhir. Pasien mengatakan bahwa buram pada mata kiri mengakibatkan ia
tidak bisa membaca teks di televisi yang sebelumnya dapat ia lakukan. Pasien
juga mengeluhkan silau pada mata kiri jika melihat cahaya, namun pasien merasa
lebih baik saat berada ditempat terang. Pasien memiliki riwayat menggunakan
kacamata untuk membaca jauh sejak berada di bangku SMP, dan menyatakan
sering berganti kacamata karena sudah tidak sesuai, namun pasien tidak dapat
mengingat besarnya dioptri lensa yang digunakan untuk kacamatanya. Pasien
memiliki riwayat gangguan katup jantung dan 6 bulan terakhir rutin
mengkonsumsi obat spironolakton 1 x 25 mg dan Cilostazol 1 x 50 mg.
F. DIAGNOSIS KERJA
OD : Kekeruhan vitreus ec. susp perdarahan pada katarak senilis imatur
OS : Katarak senilis imatur, astigmat miopia simpleks
G. DIAGNOSIS BANDING
OD : Ablasio Retina, Oklusi pembuluh darah retina.
OS :-
H. TERAPI
Pro Fekoemulsifikasi + Vitrectomi + IOL OD
Catarlens 3x1 tetes ODS
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam : dubia ad bonam
J. DISKUSI
Penglihatan turun mendadak tanpa tanda radang ekstraokular dapat
disebabkan oleh beberapa kelainan. Kelainan ini dapat terlihat pada neuritis optik,
ablasi retina, obstruksi vena retina sentral, kekeruhan dan perdarahan badan kaca,
ambliopia toksik, histeria, retibopati serosa sentral, amaurosis fugaks, dan
koroiditis.(1,3,12)
Salah satu kelainan yang dapat terjadi pada badan kaca yaitu kekeruhan badan
vitreus. Kekeruhan badan vitreus dapat disebabkan oleh genetik, inflamasi,
degeneratif, traumatik, neoplasma, idiopatik, dan perdarahan. Perdarahan vitreus
dapat terjadi spontan pada diabetes mellitus, ruptur retina, ablasi badan kaca
posterior, oklusi vena retina dan pecahnya pembuluh darah neovaskular. (1,3,12)
Pasien pada kasus ini mengalami mata kanan buram mendadak sejak 1 tahun
yang lalu, dan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan tanda
radang ekstraokular. Oleh karena itu, penyakit mata pasien tergolongkan dalam
mata tenang penglihatan turun mendadak. Adapun yang menyebabkan hal
tersebut adalah kekeruhan vitreus, hal ini dibuktikan dengan adanya keluhan
pasien berupa floater atau benda yang melayang pada mata kanan dan pada
pemeriksaan fisik didapatkan refleks fundus yang sangat menurun dan pada
funduskopi didapatkan vitreus keruh dengan derajat III-IV.
Kekeruhan yang terjadi pada badan vitreus pasien diduga disebabkan oleh
perdarahan, hal ini dikarenakan terdapat bagian yang lebih merah pada saat
funduskopi yang dicurigai adalah perdarahan. Adapun perdarahan yang terjadi
diduga berhubungan dengan kelainan katup jantung yang diderita pasien yang
meningkatkan resiko terjadinya emboli pada pembuluh darah termasuk pembuluh
darah mata sehingga dapat terjadi CRVO, BRVO, CRAO, dan BRAO, yang
berujung pada terbentuknya neovaskularisasi yang rentan menyebabkan
perdarahan pada vitreus. Selain itu, resiko terjadinya perdarahan menjadi semakin
tinggi dengan adanya faktor obat yang diminum oleh pasien yaitu cilostazol yang
merupakan golongan antiplatelet.
Adapun kelainan lain yang mungkin menyebabkan terjadinya penurunan
penglihatan yang mendadak pada mata kanan pasien adalah ablasi retina.
Walaupun faktor resiko seperti miopia tinggi dan terdapatnya TIO yang rendah
pada mata kanan, namun diagnosis ini tidak diambil karena berdasarkan
anamnesis pasien tidak pernah merasakan kilatan cahaya dan penglihatan seperti
tertutup tirai serta tidak ditemukan riwayat trauma pada mata kanan. Sedangkan
pada funduskopi tidak dapat tentukan apakah retina mata kanan pasien mengalami
ablasi atau tidak, karena kekeruhan vitreus.
Dalam rangka menegakkan diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan penunjang
seperti USG agar keadaan bagian posterior mata yang tidak dapat dilihat dengan
funduskopi akibat kekeruhan vitreus dapat ketahui. Selain itu, karena diduga
terdapat hubungan antara keluhan pasien dengan kelainan katup jantung yang
dimiliki maka pasien disarankan untuk konsultasi kepada spesialis kardiologi dan
penyakit dalam.
Katarak merupakan keadaan lensa yang mengalami kekeruhan sehingga
cahaya sulit mencapai retina. Kekeruhan lensa disebabkan hidrasi (penambahan
cairan) lensa, pemecahan protein karena proses oksidasi, hidrasi lensa, ataupun
keduanya. Klasifikasi katarak berdasarkan usia terjadinya dibagi menjadi katarak
kongenital, katarak juvenile, dan katarak senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan
lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Dan berdasarkan
maturitasnya katarak dibagi menjadi 4 stadium, yaitu: insipien, imatur, matur,
hipermatur.
Pasien mengeluhkan penglihatan buram seperti tertutup kabut sejak beberapa
bulan sebelum mata kanan mengalami penurunan penglihatan mendadak. Selain
itu, mata kiri pasien juga dirasakan semakin memburuk dan silau dirasakan saat
melihat cahaya, terutama 3 bulan terakhir. Dan pada pemeriksaan fisik didapatkan
kekeruhan pada lensa kedua mata. Hal ini mengarah pada diagnosis katarak.
Karena usia pasien sudah lebih dari 50 tahun dan tidak ditemukan faktor lain yang
mempengaruhi katarak pasien, maka katarak yang dialami pasien adalah katarak
senilis. Adapun stadium maturitas dari katarak senilis yang dialami pasien adalah
katarak senilis imatur, hal ini dibuktikan dengan adanya shadow test pada
pemeriksaan fisik dan kekeruhan hanya terjadi pada sebagian lensa pada kedua
mata. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedua mata pasien mengalami
katarak senilis imatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.3. Patofisiologi
Patofisiologi katarak masih belum dipahami sepenuhnya. Pada usia lanjut,
terjadi perubahan lensa berupa peningkatan berat dan tebalnya sementara terjadi
penurunan kemampuan akomodasi lensa. Seiring lapisan kortikal bertambah secara
konsentrik, nukleus sentral akan mengalami pemadatan dan pengerasan yang disebut
sklerosis lensa. Dan dengan bertambahnya umur , terjadi peningkatan protein yang
tidak larut air, sehingga dapat menyebabkan deposisi pigmen urochrome dan atau
melanin yang merupakan turunan asam amino di lensa.7
Terjadinya modifikasi kimiawi dan proses proteolitik pada kristalin
menyebabkan terbentuknya agregat protein sehingga mengurangi transparansi lensa.
Selain itu, terjadinya penurunan transparansi lensa dipengaruhi beberapa mekanisme.
Semakin tua umur, akan terjadi penurunan fungsi dari pompa Na+/K+ sehingga rasio
antara Na dan K berbalik. Terjadi penurunan kadar kalium dan peningkatan kadar
natrium sehingga terjadilah hidrasi serat lensa yang akan mempengaruhi transparansi
lensa. 7
Selain itu, terjadi penurunan reaksi oksidatif sehingga kadar asam amino
menurun. Kadar asam amino yang menurun akan berdampak pada penurunan sintesis
protein serat lensa lalu dapat terjadi denaturasi protein lensa. Adanya denaturasi
protein lensa itu dapat mempengaruhi transparansi lensa.7
dan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi, tergantung jenis katarak
2.3.5. Diagnosis
Diagnosa katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
dilakukan untuk menilai kekeruhan lensa selain itu juga dapat dinilai struktur okuler
lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Pemeriksaan terhadap lensa
perlu diperiksa juga sebab bila ada subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya
trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Selain itu,
pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis.
Dan pemeriksaan oftalmoskop direk maupun indirek dilakukan untuk menilain bagian
2.3.6. Tatalaksana
Tidak terdapat tatalaksana medikamentosa yang terbukti membalikkan,
menghambat, atau mencegah perkembangan katarak senilis.9 Namun penelitian obat-
obat antikatarak masih dilakukan, termasuk aldose reduktase inhibitor, obat-obatan
penurun kadar sorbitol, aspirin, obat-obat untuk meningkatkan glutation, antioksidan
seperti vitamin C dan E.9
Pengobatan terhadap katarak adalah teknik pembedahan. Indikasi yang paling
sering dari operasi katarak ialah indikasi sosial yaitu pasien menginginkan operasi
untuk memperbaiki penglihatannya. Apabila pasien memiliki katarak bilateral dengan
fungsi penglihatan yang signifikan maka operasi dilakukan pertama pada mata
dengan katarak yang lebih berat. Indikasi medis dari operasi katarak antara lain
glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dan dislokasi lensa
ke kamera okuli anterior. Tambahan indikasi dari operasi katarak yaitu apabila lensa
sudah keruh seluruhnya sehingga tidak dapat dinilai fundus dan dapat mengganggu
diagnosis dan manajemen penyakit mata lain misalkan retinopati diabetik dan
glaukoma. Selain itu, indikasi lain adalah kosmetik bila pasien ingin pupilnya
kembali hitam.7,8
C. Ultrasonografi
Ultrasonografi memberi gambaran anatomik dan topografik jaringan
intraokuler. Merupakan suatu alat yang mempergunakan gelombang suara
dengan frekuensi tinggi (8-10 MHZ). Untuk mendapatkan pantulan suara yang
didapat dari jaringan-jaringan lunak dengan bermacam-macam kepadatan.
Pada pemeriksaan ultrasonografi di kenal A-Scan dan B-scan.
A-scan : memberi gambaran 1 dimensi
B-Scan : memberi gambaran 2 dimensi mengenai penampang jaringan
sehingga didapat gambaran tofografik.
A-scan menambah keterangan yang lebih pasti terhadap gambaran B-
scan, dengan demikian kedua cara tersebut saling membantu. Dengan USG,
dapat ditentukan adanya kekeruhan di dalam badan kaca, vitreus membrane,
hubungan badan kaca dengan retina, ablasi retina, juga adanya benda asing
inraokuler bahkan plasik dan kaca.(2)
Ultrasonografi B-Scan adalah alat diagnostik dan prognostik
penting yang digunakan pada banyak kelainan segmen posterior yang
D. Peradangan (2,3,4)
Kekeruhan vitreus karena peradangan ditemukan pada penyakit
korioretinitis, endoftalmitis dan sarkoidosis. Peradangan corpus vitreum
mencakup bermacam-macam gangguan yang berkisar dari beberapa sel darah
putih sampai pembentukan abses. Pada umumnya disebabkan peradangan koroid
atau retina, yang menimbulkan invasi sel-sel radang ke dalam badan kaca,
sehingga menjadi keruh. Penderita pada keadaan ini mungkin agak terganggu
visusnya dan merasa adanya vitreus floaters. Dengan bertambah banyaknya
infiltrasi ini, ketajaman penglihatannya menurun dan fundus menjadi tidak
tampak. Di dalam badan kaca tampak masa yang berwarna putih kekuning-
kuningan. Karena keadaan ini mengenai segmen posterior, penderita tidak
merasa sakit dan mata bagian luar tampak tenang.
F. Perdarahan (2,3,4)
Kekeruhan vitreus akibat perdarahan ditemukan pada diabetes melitus,
hipertensi, leukemi, rudapaksa, tarikan vitreus pada neovaskularisasi dan robekan
retina. Perdarahan halus di dekat ora serrata biasanya merupakan tanda dini
robekan retina, kemudian dapat disusul oleh ablasi retina. Perdarahan pada
diabetes melitus biasanya oleh karena adanya neovaskularisasi yang mudah
berdarah.
Perdarahan vitreus adalah ekstravasasi darah ke salah satu dari beberapa
ruang potensial yang terbentuk di dalam dan di sekitar korpus vitreus. Kondisi ini
dapat diakibatkan langsung oleh robekan retina atau neovaskularisasi retina, atau
dapat berhubungan dengan perdarahan dari pembuluh darah yang sudah ada
sebelumnya. Perdarahan vitreus dapat terjadi akibat dari retinitis proliferans,
oklusi vena sentral, oklusi vena cabang, ablasio retina, kolaps posterior vitreus
akut tanpa harus ada robekan. Etiologi terjadinya perdarahan vitreus menjadi tiga
kategori utama yaitu :
1. Pembuluh darah retina abnormal
Pembuluh darah retina abnormal biasanya akibat iskemia pada
penyakit seperti diabetik retinopati, sickle cell retinopati, oklusi vena retina,
retinopati prematuritas atau sindrom iskemik okular. Retina mengalami
pasokan oksigen yang tidak memadai, Vascular Endotel Growth Factor
(VEGF) dan faktor kemotaktik lainnya menginduksi neovaskularisasi.
Pembuluh darah baru ini terbentuk karena kurangnya endotel tight junction
yang merupakan faktor predisposisi terjadinya perdarahan spontan. Selain
itu, komponen berserat yang sering menempatkan tekanan tambahan pada
pembuluh darah yang sudah rapuh serta traksi vitreus normal dengan
gerakan mata dapat menyebabkan pecahnya pembuluh tersebut
G. Neoplasma (4)
Kekeruhan vitreus akibat neoplasma retina misalnya pada retinoblastoma
lanjut.
2.5.3. Penatalaksanaan
Floaters di mata adalah tidak berbahaya dan hanya mengganggu penglihatan.
Kebanyaka akan hilang dengan sendirinya dan menjadi kurang mengganggu. Bila
floaters tersebut benar-benar menghalangi penglihatan, dokter akan menganjurkan
dilakukan tindakan operasi. Cara yang dapat dilakukan untuk membersihkan vitreus
dari bintik-bintik dan jaringan-jaringan adalah dengan mengangkat substansi gel dari
mata melalui prosedur vitrektomi.
Vitrektomi dibagi atas 3 tipe :
Anterior vitrektomi : pengangkatan bagian anterior vitreus
Core vitrektomi : pengangkatan bagian sentral vitreus
Subtotal dan total vitrektomi : pengangkatan seluruh bagian vitreus
Terdapat 2 teknik vitrektomi yaitu :
Open-sky vitrektomi
Teknik ini dipakai untuk anterior vitrektomi. Adapun indikasi teknik ini
adalah :
- kehilangan vitreous sewaktu ekstraksi katarak
- aphakic keratoplasty
- rekonstruksi ruang anterior pasca trauma yang menyebabkan hilangnya
vitreus
- pemindahan lensa yang dislokasi
Closed vitrektomi
Teknik ini dipakai untuk core, subtotoal dan total vitrektomi. Adapun indikasi
teknik ini :
- endoptalmitis disertai abses vitreus
- perdarahan vitreus
- proliferative diabetes retinopati
- komplikasi pelepasan retina
- pemindahan benda asing di intraocular
- hyperplasia vitreus primer yang persisten
- pemindahan lensa intraocular dari ruang vitreus
Harus diingat bahwa kemunculan secara tiba-tiba floaters dengan jumlah yang
signifikan, khususnya jika diikuti dengan kilatan cahaya atau gangguan penglihatan,
dapat mengindikasikan terjadinya pelepasan retina atau suatu masalah yang serius di
mata. Pelepasan retina (retinal detachment) adalah sesuatu yang emergensi, butuh
perhatian segera.12
2.5.4. Komplikasi
Komplikasi tersering yang terjadi adalah retinal detachment, meskipun
hal ini jarang terjadi. Hal ini terjadi karena penarikan retina oleh vitreous.
Setelah terjadinya floaters dan flashes, perlu dilakukan follow up selama 30-60
hari karena dalam periode waktu ini retinal detachment seing terjadi. Ketika gejala
tiba-tiba meningkat, penting untuk dilakukan pemeriksaan mata pada waktu onset
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA