Anda di halaman 1dari 27

MENCINTAI TAKDIR CINTA

Oleh : Nurwanti PL

K irana berlari keluar dari KRL yang dinaikinya menuju pintu keluar stasiun Kota, dan langsung
meraih ponselnya untuk memesan Ojol. Mengingat lalu lintas Jakarta di jam masuk kantor pastilah tidak
memungkinkan baginya menaiki bis atau pun taxi. Dia menunggu beberapa saat sampai Mba Ojol yang
dipesannya datang saat terdengar olehnya suara ponselnya berdering. Rana menerima panggilan dari
Hani yang sudah menjadi Bosnya selama tiga tahun.

“Assalamuallaikum”

“Walaikumussalam. Rana kamu dimana? kenapa belum sampai dikantor?”

“Maaf tadi saya ketinggalan kereta Bos, sepuluh menit lagi saya sampai kantor”

“Rana kamu jangan kekantor hari ini. Kamu langsung ke butik Golda, pengantinnya akan
langsung fitting baju pengantin” Hani mengatakan dengan suara tegas “Jangan sampai terlambat! kalau
terlambat bonus kamu dipotong sepuluh persen “ Hani langsung menutup telponnya. Dia memang
sahabat Rana, tapi untuk masalah pekerjaan Hani tidak pernah membedakan Rana dengan semua
pegawainya. Sahabatnya yang sudah susah payah dirayu olehnya untuk mengisi posisi sebagai weding
planer tiga tahun lalu itu memang harus dipush dulu untuk mengeluarkan potensi dirinya. Terkhusus
proyek kali ini kliennya meminta langsung agar ditangani oleh Kirana. Hani ingat pada siang itu seorang
nenek menemuinya dikantor. Dilihat dari pakaiannya Nenek tersebut adalah bukan orang sembarangan
bahkan Hani menaksir harga blazer yang dikenakanya harganya lebih dari sepuluh juta. Ia memilih
layanan VVIP untuk paket pernikahan cucunya tiga bulan kedepan.

Rana langsung meminta driver Ojolnya untuk memutar balik arah menuju butik Golda. “Mba
tujuannya berubah, ke butik Golda. Mau ga mba ?”

“Tapi tadi mbanya pesan kan kearah Gunung Ashari”

“Iya tapi berubah acaranya, cepet mba ke butik Golda. Nanti saya bayar dua kali lipat dari
bayaran semula.”

Si Mba Ojol langsung menyetujui keinginan penumpangnya dan langsung memutar balik
motornya. Sesampainya di butik Golda yang hanya membutuhkan waktu 15 menit Rana langsung
membayar Mba ojol dan berlari ke halaman parkir yang rindang. Ia berhenti untuk menarik nafas agar
tidak terengah-engah, merapihkan jas kerjanya dan hijabnya. Kemudian memasuki ruang loby, karena
butiknya sudah terkenal ke mancanegara dan memiliki klien dari berbagai negara sehingga bangunan
butik ini sangat canggih dan besar. Tetapi untuk lahan parkir justru ditumbuhi oleh beberapa pohon
besar yang rindang, sangat kontras dengan bangunannya yang begitu futuristik.

“Selamat pagi Nona Kirana” Sapa beberapa pegawai butik di meja resepsionis yang sudah sering
bertemu dengannya karena masalah pakaian pengantin kliennya.

“Selamat pagi” Balas Kirana

“Mba Kirana “ Seorang pegawai butik yang lain melambaikan tangan padanya seraya berjalan
kearahnya “Mba Kirana sudah ditunggu”

“Ok. Kliennya sudah ditempat gallery?”

“Iya Mba” Sahut pegawai butik Golda yang bernama Kiki itu seraya membantu Kirana
membawakan tas kerjanya.

Kirana memasuki ruang gallery tempat pasangan pengantin mencoba baju pengantin dan
mengepaskan baju tersebut sesuai dengan bentuk tubuhnya. Selain itu ruangan ini cukup luas sehingga
calon pengantin dapat mencoba baju pengantin seraya berjalan. Kiki menunjukkan pasangan pengantin
yang sedari tadi menunggunya di ruang tunggu VVIP. Kirana sedikit terkejut karena yang menunggunya
seorang wanita tua dengan seorang laki-laki yang berdiri menghadap jendela.

“Assalamuallaikum” Kirana melihat wanita tua itu menggunakan hijab sehingga ia pun
mengucapkan salam.

“Walaikumussalam” Wanita tua itu menjawab salamnya seraya tersenyum padanya. Pada saat
itulah ia melihat laki-laki yang menghadap jendela itu membalikkan badannya dan menjawab
“Walaikumussalam” seraya menatap tajam kepadanya. Wanita tua itu menatapnya seraya melirik
kepada laki-laki itu, ia sedang mengamati Kirana dan Laki-laki itu.

“Saya minta maaf, hari ini saya ketinggalan kereta jadi tadi sempat terkena macet sedikit.
Mudah-mudaha Nyonya dan Tuan belum terlalu lama menunggu saya”
Wanita tua itu tersenyum, tetapi laki-laki itu tidak, ia malah terang-terangan menatap kearahnya
dengan tajam. “Mohon maaf perkenalkan nama saya Kirana, pegawai dari ECO organizer yang akan
menjadi wedding planner Anda”

“Saya Ani, panggil saja saya Nenek Ani. Ini cucu saya yang bernama Fauzan “ Nenek Ani
menunjuk kepada Fauzan. Fauzan tidak mengatakan apapun, ia hanya menatap lebih tajam kepada
Kirana. Sudah lima tahun berlalu, akhirnya mereka bertemu kembali seperti ini, dunia memang kecil.
Kirana mengambil posisi duduk di depan Nenek Ani diseberang meja kecil yang tersedia dan mulai
menjelaskan mengenai program pernikahan VVIP yang mereka pilih.

“Maafkan saya karena kesibukan saya kemarin saya baru tahu jika hari ini ada fitting pakaian
pengantin”

“Tidak apa-apa Nak Rana”


“Baiklah klo begitu, maaf Nek jika saya bertanya pernikahan ini pernikahan siapa?” Tanya Kirana
dengan lembut

“Tentu saja bukan pernikahan Nenek” Jawab Nenek Ani dengan sopan “Ini pernikahan cucu
Nenek ini” Tambah Nenek Ani seraya memperhatikan perubahan air muka Kirana yang tiba-tiba
membeku. Ia pun kemudian melihat kearah Fauzan dan mendapati air muka Fauzan menjadi sedih. “Ada
apa sebenarnya yang terjadi antara mereka berdua?” Tanya Nenek Ani dalam hati. “Begini lho nak Rana,
cucu Nenek ini sangat sibuk. Sudah bertahun-tahun Nenek menunggu agar dia bisa menikah dan hidup
berkeluarga, tapi tidak ada satu pun wanita yang ia inginkan. Ini pun calon istrinya sangat sibuk bahkan
untuk fitting pakaian pengantin saja ia tidak bisa datang. “

“Tidak apa-apa Nek, jika tidak bisa datang hari ini mungkin bisa datang besok atau lusa?”

“Dia tidak mungkin akan datang, dia tidak menyayangi cucu Nenek”

“Biasanya pengantin wanita yang memberitahukan keinginannya dan kami akan berusaha
mewujudkan impian pernikahannya. Karena pengantin wanita bisanya sangat peduli dengan detail.”

Nenek mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam, kartu unlimited tanpa batas pengeluaran
untuk membayar semua pengeluaran. “Nak Rana jangan khawatir, persiapkan semua detailnya
sesuaikan saja dengan keinginan Fauzan dan Nak Rana, biasanya pengantin wanita sukanya seperti apa.
Silahkan Nak Rana pegang kartu ini untuk membayarnya. ”

“Maaf Nek masalah pembayaran biasanya sudah ada yang mengurusnya sendiri, jadi saya tidak
bisa menerima kartu ini.“ Kirana menyodorkan kembali kartu unlimited milik Nenenk Ani “Saya belum
bertemu dengan Bos saya, mungkin kemarin Nenek sudah menjelaskan kepada beliau perihal acara
resepsi yang akan dilaksanakan. Jika Nenek berkenan, saya minta Nenek menceritakan kembali kepada
saya sekarang, terkhusus soal gaun pengantin yang akan dipilih hari ini. “ Kirana tersenyum kepada
Nenek Ani. Dan Nenek Ani pun tersenyum padanya, tidak disangka ternyata perempuan muda ini sangat
pintar membawa dirinya. Kesan pertama yang ia rasakan ketika melihat Kirana adalah seorang gadis
yang lembut, ternyata setelah berbicara dengannya terlihat jelas Kirana memiliki kepribadian yang kuat.

“Kalau boleh tahu Nenek ingin pesta pernikahan seperti apa?”

“Akad nikahnya dilakukan sesuai dengan adat jawa. Sedang untuk resepsinya kedua mempelai
menggunakan pakaian gaun pengantin dan jas. “

“Kalau Nak Rana sendiri apakah sudah menikah ?”

“Ah saya belum menikah Nek “ Jawab Rana seraya tersenyum

“Tapi Nak Rana sudah punya calon belum?”

“Nenek bisa aja, tema yang akan diambil apa Nek?” Rana berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Mengenai itu Nenek serahkan kepada pengantinnya saja. Rana mungkin sebaiknya kita
memilih gaun pengantin dulu sekarang, karena satu jam lagi Nenek harus menghadiri pertemuan” Sahut
Nenek Ani dengan lembut

“Aduh bagaimana ini” Sahut Kirana dalam hati . Kirana tidak pernah menduga ternyata dibalik
senyum Nenek Ani tersimpan kekuatan yang luar biasa karena ia mampu mengetahui apa yang coba
Kirana hindari.

“Silahkan Nyonya” sahut Kiki “Ini gaun pengantin keluaran terbaru “ Kiki menunjukkan
kesederetan gaun pengantin yang sangat indah.

“Saya mencari gaun yang ukurannya sesuai dengan Rana, calon pengantinnya sama ukurannya
dengan Rana”

Fauzan berjalan mendekati Nenek dan berbisik “Nenek kenapa harus sampai seperti ini?”

“Fauzan, lebih baik kamu diam saja. “

“Aku ga akan diem Nek, jika Nenek sudah kelewatan seperti ini “

“Rana coba tolong kamu coba gaun yang ini” Nenek menujukkan gaun pengantin yang sangat
indah bertaburkan berlian dibagian dada dengan potongan terbuka dan rendah.

Rana mendekati Nenek Ani dan Fauzan “Maaf Nek, saya menggunakan hijab. Jika memakai
gaun seperti ini maka dada dan paha saya akan terlihat”Sahut Rana lembut dan tegas. Rana bergerak
sedikit ke kiri karena baru menyadari ternyata jaraknya dengan Fauzan terlalu dekat.

“Anak pintar” Puji Nenek Ani dalam hati. “Wah maaf Kirana Nenek sampai lupa klo Kirana
berhijab” sahut Nenek Ani kemudian tersenyum “Mba ada gaun yang khusus untuk wanita berhijab ?”
Tanya Nenek Ani kepada Kiki

“Ada Nyonya. Disebelah sana “ Kiki menunjukkan lemari dibagian tengah.

Nenek Ani berjalan kearah lemari itu dan memilih beberapa gaun pengantin “Tolong ya Rana
kamu coba gaunnya”

Spontan Kirana menatap ke arah Fauzan, dan ternyata Fauzan sedang menatap ke arahnya
dengan mata yang sendu. Saat itu lah tiba-tiba ponselnya berbunyi, Kirana menerima panggilan dari
Bosnya tersebut “Maaf saya harus menerima telpon sebentar”

“Assalamuallaikum”

“Walaikumussalam. Kirana bagaimana dengan gaunnya?” Tanya Hani dari ujung telepon.

“Pengantin perempuannya ga datang Bos “


“Kirana lakukan apa yang harus kamu lakukan, ingat saya tidak akan memaafkan jika sampai
paket VVIP ini gagal kita tangani” Sahut Hani seraya menutup telponnya tanpa menunggu Kirana untuk
menjawab perkataannya.

“Kirana ada apa?” Tanya Nenek Ani seraya menyodorkan satu gaun pengantin berhijab “ Tolong
ya Kirana, tolong coba gaun ini” Kemudian Nenek Ani mendekati Fauzan, sehingga tidak ada pilihan lagi
bagi Kirana untuk menghindar. Akhirnya Kirana pun berjalan ketempat ganti baju, dibantu oleh Kiki dan
dua pegawai yang lain ia pun mencoba sebuah gaun pengantin yang indah dengan hijab senada.

Entah kenapa air matanya meluncur dengan sendirinya, seluruh tekanan perasaan yang ia
rasakan keluar sudah . Ia berjalan keluar kamar ganti dan mencari tisu, khawatir jika airmatanya
mengenai gaun ini. Tanpa ia sadari Fauzan sudah berada disampingnya dan mengulurkan tisu padanya.
Kirana meraih tisu tersebut dan mengucapkan “Terimakasih”

“Apakah kamu masih kuat?”

Kirana tidak menjawab ia hanya mengangguk.

“Dina belum datang, sepertinya ia tidak akan datang hari ini. Jika kamu tidak menginginkannya
kamu tidak perlu memaksakan dirimu sendiri untuk mencoba gaun ini”

“Ah jadi nama perempuan itu Dina” sahut Kirana dalam hati. “Tidak apa-apa” Kirana menyeka
airmatanya lagi dengan tisu “Aku hanya sedikit lelah saja”

“Aku tidak berharap kamu akan mengacaukan semuanya”

“Maksudmu?” Tanya Kirana yang membuat hati Fauzan berbunga-bunga.

“Yah kamu tahu sendiri, disini peranmu sebagai wedding planer tetapi kamu hampir menikah
dengan calon pengantinnya, kira-kira jika terjadi sesuatu diantara kita siapa yang akan disalahkan?”

“Itu urusanmu bukan urusanku” Sergah Kirana sesaat sebelum tirai pembatas ruang ganti baju
dibuka.

Fauzan mendekati Kirana, mendekati seseorang yang membuat hatinya bahagia. Sudah
seminggu ini Nenek Ani memaksanya untuk mendatangi wedding planer yang ternyata adalah calon
cucunya yang dulu ia tolak kehadirannya dikeluarganya.

Nenek Ani tersenyum bahagia, ia melihat Fauzan dan Kirana mengenakan gaun pengantin.
Wajah Fauzan terlihat sangat bahagia sedangkan Rana terlihat malu-malu. Nenek Ani langsung saja
mengabadikan momen itu dengan memfoto mereka tanpa mereka sadari.

Kemudian Kiki mendekatai mereka dan menceritakan jika Nenek sudah pergi dari tadi karena
harus menghadiri rapat dan menyerahkan masalah gaun pengantin ini kepada mereka. Saat Kiki
menjelaskan kepada Kirana, ponsel Fauzan berbunyi, ia langsung menerima panggilan tersebut
“Selanjutnya Nenek serahkan padamu. Nenek sudah membantumu, jika kamu tetap tidak bisa
mempertahannya terimalah sebagai takdirmu ok, jadi jangan marah sama Nenek lagi. Dan kamu akan
bertunangan dengan Yeny” Sahut Nenek Ani yang langsung menutup panggilannya setelah mengatakan
kalimat tersebut.

Fauzan menatap Kirana, tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Kirana menyadari tatapan Fauzan dan bertanya “Nenek kemana? “

“Nenek tidak menyukai model gaun pengantin yang kamu pakai, jadi sebaiknya kita memilih
gaun yang benar-benar indah” Jawab Fauzan seraya menatap ke arah Kiki “ Tolong perlihatkan gaun
pengantin yang paling indah yang dimiliki oleh butik ini”

“Tapi Tuan, ini gaun yang terbaru”

“Kalau seperti itu, maka saya ingin bertemu dengan desainer gaun pengantin di butik ini”

“Ada yang salah dengan gaun ini ?” Tanya Kirana berusaha meredakan kegusaran yang terlihat
di wajah Fauzan

“Apa kamu tidak merasa jika fayet dibagian dada itu mengganggu perhatian mu?”

Kirana meraba fayet yang memang sedari tadi ia pertanyakan fungsinya karena posisinya sedikit
tidak tepat. Kirana menatap Fauzan yang bertanya padanya “Apa?”

Kirana tidak menjawab pertanyaan tersebut, ia hanya menyadari jika Fauzan hanya mengatakan
hal-hal yang sebenarnya ingin ia katakan, “Apakah terlalu jelas tingkah lakunya bagi Fauzan sehingga ia
dapat dengan mudah di baca oleh nya?” Tanya Kirana dalam benaknya

Fauzan menepuk kepala Kirana dengan lembut menggunakan tangannya “Kenapa kamu
bertanya-tanya seperti tu, memang kamu pikir aku ini bodoh sehingga tidak bisa membaca pikiranmu?”

Wajah Kirana menjadi pucat. Bagaimana tidak, jalan pikirannya saja dapat dengan mudah
terbaca oleh Fauzan bagaimana dengan hatinya, perasaannya apakah terbaca juga olehnya. Kirana
menatap Fauzan yang ternyata sedari tadi tidak melepaskan pandangannya dari Kirana, dan Fauzan
hanya tersenyum. Tetapi senyuman yang penuh dengan kemenangan.

“Ada yang bisa saya bantu” Tanya seorang wanita berusia 40 tahunan yang sekarang sedang
berdiri didekat mereka.

“Ah Tante, ini Fauzan mau minta tolong” Fauzan menghampiri wanita tersebut dan mencium
tangannya “ Fayet di gaun ini sepertinya kurang pas Tan”

Kirana melongo mendengar perkataan Fauzan “Tante? berarti Fauzan ini ternyata keponakan
dari Golda pemilik salah satu butik terbesar di Asia Tenggara.” Pikir Kirana dalam benaknya

“Ah Kamu Fauzan, jika pengantinnya menggunakan hijab syar’i ya pastinya akan menjadi
mubazir , tergantung pengantinnya menggunakan hijab syar’i atau hijab modis?”
Fauzan tidak menjawab ia hanya menunjuk kepada Kirana. Sesaat Tante Golda tidak mengerti,
tapi karena keluarga mereka itu memang memiliki IQ yang lumayan cukup tinggi sehingga ia langsung
tersenyum “Ini Kirana dari ECO organizer bukan?”

Kirana tersenyum ketika mendengar namanya disebut “Iya Bu”

“Panggil saya Tante aja Kirana” Sahut Golda seraya tersenyum ketika melihat wajah Kirana
merona. “Wel wel what we have here?” Tante Golda menatap Kirana. Ia memperhatikan fayet pada
gaun pengantin yang Kirana kenakan “Mungkin sepertinya bukan masalah di fayetnya.” Golda
tersenyum lagi melihat wajah Kirana yang merona. “Berapa usiamu Kirana?”

“Saya tahun ini 25 tahun Tante”

“Tante sudah jarang melihat gadis seusiamu dengan wajah merona seperti kamu Rana, it’s very
rare” Tante Golda menatap Fauzan dan tersenyum padanya. “Kiki tolong kamu ambil gaun di kantor
yang baru selesai itu” Sahut Tante Golda seraya menjelaskan beberapa hal pada Kiki. Setelah mendengar
penjelasan dari Tante Golda, Kiki pun beranjak pergi. Beberapa saat kemudian Kiki sudah kembali
dengan membawa sebuah gaun berwarna putih.

“Ini Nyonya”

“Silahkan Kirana kamu ganti dulu dengan gaun yang ini” Tante Golda mempersilahkan Kirana,
yang kemudian beranjak pergi ke ruang ganti di bantu oleh Kiki. Tante Golda menatap ke arah Fauzan,
memeriksa setelan pengantin yang Fauzan kenakan. “Badan kamu bagus juga, lemaknya ga ada. Kamu
puasa terus ya. Kamu mau mampir kesini kok ga bilang sama Tante ?”

Fauzan hanya tersenyum. “Ga sengaja Tan” Jawab Fauzan sekenanya seraya kembali ke ruang
ganti.

“Kamu masih saja dingin seperti dulu. Masa mau fitting baju pengantin bilangnya ga sengaja ?”
Goda Tante Golda. Tante Golda selalu ingat dengan keponakannya ini yang selalu sangat dingin dan
penuh perhitungan. Sifatnya itulah yang membuat Fauzan bisa mengambil alih perusahaan konstruksi
yang di tinggalkan orangtuanya yang meninggal karena kecelakaan. Bahkan menjadikan perusahaan
berkembang begitu pesat selama lima tahun terakhir ini.

Beberapa saat kemudian Fauzan kembali dari ruang ganti mengenakan pakaian yang tadi ia
kenakan, kemeja pendek berwarna biru pupus dengan motif salur, celana panjang kain berwarna hitam,
serta jas berwarna biru tua dan sepatu pantofel santai.

“Kamu tadi pagi sudah makan apa ?” Tante bertanya pada Fauzan setelah Fauzan kembali duduk
di sofa

“Minum kopi”

Tante Golda tersenyum, “Sarapan itu makan bukan cuma minum Fauzan. Ok kalau begitu kita
makan siang sama-sama ya”
Saat itulah Kirana keluar mengenakan gaun pengantin yang baru. Tante Golda dan Fauzan
terpesona ketika melihat Kirana. Tante Golda langsung menghampiri Kirana dan memeriksa setiap
jahitan pada lengkuk gaun yang dikenakan Kirana. “Kirana kamu cantik sekali. Tubuhmu sangat kurus
semuanya sudah pas hanya bagian pinggang harus di perkecil sedikit lagi. “ Tante Golda memandangi
Kirana dari ujung kaki sampai ujung kepala “Kamu cantik , dan baju ini sesuai dengan keinginanmu kan,
bagian dada tertutup serta tidak menampakkan siluet tubuhmu yang indah. Ini hadiah dari Tante ya buat
pernikahan kalian. “

“Tante ini gaun untuk Dina”

“Siapa Dina? Tanya Tante Golda sekenanya

“Dina calon pengantinnya Fauzan Tante.”

“Tante tidak mengenal satu pun gadis bernama Dina” Tambah Tante Golda tanpa
memperdulikan jawaban dari Kirana.

Kirana menatap ke arah Fauzan, mengharapkan Fauzan bisa menjelaskan kepada Tante Golda
mengenai Dina. Diluar dugaan Kirana, Fauzan hanya tersenyum dan mengatakan “Terimakasih Tante
atas hadiahnya”. Yang membuat Kirana menjadi kesal. “Tenang…tenang, dia adalah seorang klien” sahut
Kirana dalam hati, ia teringat akan pesan Bosnya yang berharap mereka bisa menyelenggarakan
pernikahan VVIP ini agar menjadi promosi untuk organizer tempatnya bekerja.

“Ok Kirana, semua udah Tante periksa. Fauzan juga sudah ganti baju. Sekarang kamu ganti baju
dulu ya kita mau makan siang.”

“Tapi saya harus kembali ke kantor Tante”

“Kirana tadi Fauzan cuma sarapan minum kopi, anak itu masih saja tidak bisa mengurus dirinya
sendiri. Kasihan Fauzan kalau kita ga makan siang bareng dia, pati dia juga ga bakal makan lagi”

“Sebaiknya aku ganti baju dulu, baru nanti jelaskan sama Tante “ Pikir Kirana dalam benaknya
seraya beranjak ke arah ruang ganti dan mengganti gaun pengantin yang dikenakannya dengan bajunya
tadi, kulot lebar warna biru dengan atasan putih dan hijab warna biru pupus.

“Sudah Fauzan, orangnya sudah ga kelihatan” Goda Tante Golda ketika melirik ke arah Fauzan
yang sendari tadi tidak melepaskan tatapnnya dari Kirana. “Tante mau telpon Oom dulu ya biar kita bisa
makan siang bareng”. Tante Golda sedang menelpon Oom Rudi suaminya saat Kirana datang mendekati
Fauzan.

“Ayo” Ajak Fauzan

“Maaf Tuan, sepertinya saya ga bisa ikut makan siang”


“Yang undang kamu itu Tante Golda bukan saya” Sahut Fauzan dengan nada dingin seraya
menatap Kirana dengan tajam dan mengambil ponselnya menelpon sesorang. Karena melihat Fauzan
seperti tidak peduli, Kirana pun meraih tas kerjanya di ujung sofa.

“Ayo cepat” Sahut Fauzan seraya berjalan menjauhi Kirana “Kamu masih mau bekerjasama
dengan butiknya Tante kan?” Tambah Fauzan saat menyadari Kirana masih belum berpindah dari
tempatnya berdiri. Dia memandangi gadis yang dicintainya itu dengan penuh harap agar Kirana mau
mengikutinya bahkan dia berdoa pada Allah SWT.

Dan Allah SWT tidak pernah mengecewakan hamba-Nya yang berdoa pada-Nya, Kirana pun
berjalan mendekatinya “Aku tidak tahu apakah keputusanku ini benar” .

“Tentu saja benar sayang” Fauzan pun meminpin mereka berdua untuk keluar dari butik. Di
depan pintu luar sudah siap sebuah mobil lengkap dengan supir yang berdiri di sampingnya.

“Silahkan Tuan” Sahut Supir tersebut seraya membuka pintu mobil.

“Ayo” Fauzan mempersilahkan Kirana untuk menaiki mobil lebih dulu. Kirana pun menaiki mobil,
tapi ia kemudian berkata “Tante Golda ?”

Fauzan menaiki mobil dan pintu mobil pun ditutup oleh Supir dari luar. Fauzan tidak menjawab
pertanyaan Kirana, ia malah tersenyum dan berkata “Ada Pa Supir jadi kamu ga usah khawatir “ Fauzan
melirik kearah Kirana “Kamu juga jangan khawatir, di tempat kita akan makan siang itu rame, ga cuma
kita berdua” Fauzan pun tersenyum melihat Kirana cemberut. “Jalan Pa “ Sahut Fauzan pada Supir.
Mobil pun melaju di jalanan aspal berdebu.

“Ok kalau begitu, ini kan kesempatan buat menggali informasi dari klien” Sahut Kirana dalam
hati. Kirana mengeluarkan ponselnya, dan akan mulai mengajukan pertanyaan. Pada saat mengangkat
kepalanya menatap Fauzan, ternyata Fauzan sedang menatap kearahnya dan langsung meraih ponsel
Kirana. “Eh Tuan “

“Aku masukan dulu nomor hp ku” Sahut Fauzan “Biar gampang kalau kamu mau tanya apa-apa”
Setelah menyimpan nomor ponselnya di ponsel Kirana, Fauzan tidak langsung mengembalikan ponsel
tersebut kepada empunya ia malah membuka gallery dan mengecek nomor kontak.

Kirana mengurungkan diri untuk merebut ponselnya, ia melirik kearah Fauzan yang dengan
serius sedang mengamati isi ponselnya. “Sudah puas belum ?”

“Belum” Jawab Fauzan sekenanya “Aku sedang mencari foto anak-anak atau foto pernikahan,
ternyata tidak ada disini. Goda Fauzan dengan jujurnya “Jangan-jangan kamu belum menikah?” Tanya
Fauzan.

“Tuan kan udah denger sendiri kalau aku tadi sudah bilang sama Nenek”

“Ok kalau begitu “ Fauzan memasukkan ponsel Kirana kedalam saku kemejanya. Dan malah
meraih ponselnya sendiri dan menghubungi beberapa orang bawahannya, sepertinya dia
membicarakan masalah rapat. Hari ini melelahkan, terlalu banyak tekanan dalam hatinya terlebih
semalam ia tidak bisa tidur sehingga bangun kesiangan. Dan tanpa disadari oleh Kirana, ia pun tertidur
dengan pulasnya.

“Kirana… kirana” Ada seseorang yang memanggil-manggil namanya beberapa kali. Kirana pun
terbangun. “Sudah bangun ? “ Tanya seseorang yang duduk di samping kirinya. Kirana masih bingung
dengan keadaan di sekitarnya, dan juga bingung ketika melihat ada seorang laki-laki duduk didekatnya.

Fauzan tersenyum, “Kenapa bingung ?”

Kirana bingung kenapa dia bisa bangun didalam mobil bersama dengan Fauzan.

“Tadi kita janji untuk makan siang dengan Tante Golda, tapi di tengah jalan kamu malah
ketiduran. Karena dibangunin ga bangun juga, ya terpaksa kamu aku bawa ke proyek tempat kejaku.”
Fauzan menjelaskan dengan suara lembut dan tenang.

“Tapi ini dimana?” Tanya Kirana seraya mencari petunjuk dari balik jendela mobil yang ia naiki.

“Kita sedang menuju proyek yang sedang aku kerjakan.”

“Astagfirullah” Kirana baru teringat dia belum sholat dzuhur tadi.

“Sebentar lagi kita akan berhenti di rest area untuk sholat dzuhur. Tadi kita ga berhenti karena
memang dari tadi kita kena macet.” Fauzan menatap ke arah Kirana. Karena Kirana ketiduran, dia jadi
punya alasan untuk membawa Kirana ke rumah keluarga besarnya.

Kirana bingung kenapa laki-laki ini memiliki semua jawaban untuk semua hal yang baru saj ia
pikirkan dan belum ia tanyakan. Biasanya semua laki-laki akan mundur secara teratur jika dia sudah
bersikap acuh, tapi laki-laki ini begitu tidak terpengaruh oleh sikapnya yang menunjukkan
ketidaksukaannya.

“Apa?”

“Aku benci sama kamu!”

“Aku tahu” Sahut Fauzan tersenyum. Tak lama mobil pun memasuki rest area terakhir di tol
Jagorawi sebelum melaju kearah puncak. Fauzan pun turun ia tidak menunggu Kirana untuk turun.
Fauzan langsung berjalan kearah mushola. Kirana turun dari mobil dan berjalan di belakang Fauzan,
menatap Fauzan dari belakang. Fauzan dan Kirana pun melaksanakan sholat masing-masing di bagian
laki-laki dan perempuan secara terpisah. Setelah sholat Kirana tiba-tiba memiliki ide untuk melarikan
diri, tapi ia kemudian teringat bahwa ponsel tadi masih dikantong Fauzan.
“Ya ampun Kirana, kenapa si kamu bodoh banget.” Gumam Kirana dalam hati. “Dia itu klien,
kenapa jadi begini? ”

“Ini” Fauzan tiba-tiba berada di depan Kirana dan menyerahkan paper bag berisi dua buah
burger.

Kirana meraih paper bag itu tapi tdak membukanya.

“Aku beli dua burger, itu kesukaan kamu kan?” Kemudian Fauzan memberikan dua botol air
mineral dan duduk di depan Kirana tetapi tidak terlalu dekat ataupun terlalu jauh. “Kamu belum makan
kan?. Disini ga ada makanan yang enak”

Kirana membuka paper bag dan melihat ada dua burger disana, diambilnya satu bungkus burger
dan Kirana bergerak mendekati Fauzan “Kamu makan juga. Tadi pagi belum makan kan?”

Fauzan meraih burger dan sebotol air mineral “Hati-hati kamu bisa mengacaukan pernikahanku
jika terus perhatian padaku seperti ini ”

“Tidak mungkin.” Kirana tersenyum pada Fauzan “Cintamu pastilah sangat dalam padanya
hingga kamu mau menikahinya” Tambah Kirana seraya kembali ke tempatnya semula.

Fauzan langsung tidak bernafsu untu memakan burgernya. Rasanya ia ingin memukul seseorang
karena rasa sakit dalam hatinya yang kini ia rasakan. Kirana melihat air muka Fauzan berubah. “Apakah
aku sudah keterlaluan?” Tanyanya dalam hati.

“Kalau sudah selesai, kita kembali lagi ke mobil supaya bisa cepat sampai dan bisa cepat pulang
ke Jakarta” Sahut Fauzan dingin seraya beranjak dari hadapan Kirana berjalan menuju mobil.

“Tunggu sebentar “ Kirana meraih burger dan botol air mineral milik Fauzan “Kamu belum
makan apapun, ini juga belum dimakan” Kirana sedikit berlari mengejar Fauzan. “Memangnya dia
siapa?” Sergah Kirana berusaha mensejajarkan langkahnya “Bisa kita berhenti sebentar?”

Fauzan tidak menjawab ia hanya memandang perempuan disebelahnya.

“Kita makan ini dulu?” Kirana mengacungkan burger pada Fauzan, karena Fauzan tidak
merespon tiba-tiba saja datang keberanian Kirana “Ini kan kamu yang beli. Ayo kita makan dulu” Sahut
Kirana.

“Ok” Jawab Fauzan seraya melangkah ke mobil. “Kita makan didalam mobil aja, supaya ga
kesorean” Sahut Fauzan seraya tersenyum.

Betapa malunya Kirana, kenapa ga kepikir sama dia jika Fauzan mau memakan burgernya di
dalam mobil. Kirana pun mengikuti Fauzan menuju mobil. Kirana menatap Fauzan yang berdiri di
samping mobil, mempersilahkan dirinya untuk masuk mobil lebih dulu.
Kirana memasuki mobil diikuti oleh Fauzan, ia langsung memberikan sebuah burger dan sebotol
air mineral kepada Fauzan seraya tersenyum. “Aku harus bekerja, kamu juga punya pekerja yang sedang
menunggumu kan”

“Apa yang akan kamu lakukan jika aku tidak mau memakannya ?”

Kirana berpikir sejenak sebelum berkata “Aku akan mengganggumu terus sampai kamu mau
makan” .

Mendengar jawaban dari Kirana, tiba-tiba Fauzan tertawa terbahak-bahak sampai Pa Supir
terlihat senyum-senyum di kaca sepion dalam.

“Apanya yang lucu?” Tanya Kirana bingung karena hanya dirinya yang tidak mengerti apa yang
sedang terjadi.

“Ok. Aku akan makan” Sahut Fauzan seraya tersenyum dan meraih burger tersebut. “Kenapa
aku tidak menyadarinya lebih cepat” Gumamnya dalam hati.

Akhirnya Kirana dan Fauzan memakan burger masing-masing, dan mobil pun melaju menuju
puncak. Setelah menyelesaikan makannya Kirana teringat dengan ponsel miliknya.

“Tuan, saya minta ponsel saya”

“Aku sudah membuangnya” Jawab Fauzan dengan dingin.

“Apa Tuan? ” Tanya Kirana dengan kesal, ponsel yang baru ia beli bulan lalu. “Saya harus telpon
Bos saya, data-data pekerjaan saya.” Gerutu Kirana, akan tetapi Fauzan tidak bergeming sedikit pun.
Akhirnya keduanya hanya diam dalam keheningan. Sampai beberapa saat kemudian mobil yang
membawa mereka memasuki sebuah lahan yang agak lapang dengan pemandangan menakjubkan disisi
sebelah kanannya, bisa terlihat kota Bogor dengan rumah yang berukuran kecil-kecil. Sekitar 200 meter
berjarak dari jalan utama akhirnya mobil berhenti disebuah vila berwarna putih nan asri.

“Sudah sampai Tuan” Sahut Pa Supir memecah keheningan.

“Ayo” Ajak Fauzan. Kirana membutut di belakang Fauzan keluar dari pintu samping Fauzan
karena entah mengapa pintu samping bagian Kirana tidak bisa di buka. Kirana langsung celingukan
melhat lingkungan sekitarnya, berusaha menemukan jalan untuk melarikan diri dari sini.

“Kenapa?” Tanya Fauzan “Baru sampai, sudah mau pergi aja” Tambah Fauzan seraya tersenyum
penuh sarkasme “Tadi aku udah telpon ke Hani Bos kamu itu. Aku sudah bilang kalau kamu ikut kesini
untuk melihat tempat pernikahan kita”

Kirana menatap Fauzan, laki-laki ini asal bicara atau memang dia tidak sengaja. Tapi Fauzan
sepertinya tidak menyadari apa yang ia katakan. “Jadi ini hanya sebatas pekerjaanku “ Pikir Kirana dalam
benaknya.
Fauzan melirik ke arah Kirana, berharap ia akan menanyakan atau mengoreksi perkataanya, tapi
kenapa Kirana hanya diam membisu. Fauzan menatap Kirana pada saat gadis itu memalingkan wajahnya
menatap lahan di hadapannya. Tapi Fauzan adalah seorang CEO perusahaan konstruksi yang sudah
terlatih untuk memiliki strategi perang dalam usahanya karenanya selain kecewa akan reaksi yang ia
lihat pada Kirana, tapi ia dapat menangkap kegundahan hati Kirana yang coba ia sembunyikan. Walau
bagaimanapun ia tidak sebodoh apa yang gadis itu pikirkan terhadapnya. Malam ini ia akan
menunjukkan pada gadis ini ketulusan hatinya.

“Ayo kita masuk. “Sahut Fauzan dengan lembut dan penuh perhatian gesture tubuhnya
menunjukkan apa yang ada dihatinya. Saat itu lah Fauzan memperhatikan Kirana telah memakai sarung
tangan tipis senada dengan warna kulitnya. Mereka memasuki sebuah ruangan besar, sepertinya
digunakan sebagai ruang tamu utama di vila itu. “Silahkan duduk” Fauzan menunjuk ke salah satu sofa
yang terlihat sekali sangat empuk. Kirana mendekati sofa tersebut dan duduk di ujung sebelah
kanannya. Matanya mengamati lingkungan disekitarnya dengan teliti. Karena bagaimanapun ia adalah
seorang pekerja yang berprofesi sebagai weding planner dan telah mengenyam pendidikan Sarjana
jurusan desain interior di fakultas teknik sipil tempatnya bertemu dengan Fauzan yang merupakan kakak
tingkat tiga tahun diatasnya.

Dilihat dari interior yang digunakan vila ini sepertinya sudah mengalami renovasi secara besar-
besaran, terbukti semua bagian dalam dari vila ini tampak baru dan modern. Begitu asri ketika tampak
dari luar dan begitu menyenangkan hati ketika memasuki ruangnnya. Sepertinya vila ini sengaja di
bangun untuk dijadikan tempat tinggal sehari-hari, karena fasilitas yang ada sangat lengkap dengan
pencahayaan alami yang begitu terang sehingga bagian dalam vila tidak gelap, seperti bermandikan
cahaya.

Kirana membayangkan Fauzan dan Dina tinggal disana, pasti mereka menjad pasangan yang
berbahagia. Tiba-tiba muncul dalam vila seorang perempuan yang sangat cantik, ia tersenyum dan
menghampiri Kirana.

“Halo” Sahut perempuan cantik yang mengenakan gaun pendek selutut yang agak tipis seraya
mengulurkan tangan.

Kirana menjabat tangan perempuan tersebut juga seraya tersenyum dan berkata “Halo,
perkenalkan saya Kirana. “

“Silahkan Kirana” Perempuan itu mempersilahkan Kirana untuk duduk seraya duduk
berseberangan dengan Kirana “ Saya Arie, ada yang bisa saya bantu” Tanya Arie seraya menyilangkan
kakinya sehingga bagian paha kakinya terlihat oleh Kirana. Melihat itu Kirana pun beristigfar dalam hati
memohon ampun kepada Allah SWT sebelum berkata “Saya wedding planner untuk pernikahan Tuan
Fauzan”

Mendengar perkataan Kirana perempuan itu terlihat senang sekali, wajahnya tiba-tiba menjadi
glowing. “Oh ya. Kirana kesini dengan siapa?”
“Saya tadi datang bersama Tuan Fauzan”

“Seperti apa rencana pernikahannya ?”

Ketika mendengar pertanyaan dari Arie tersebut Kirana baru berpikir siapakah Arie ini, karena
tadi ia mengira Arie adalah Dina calon mempelai perempuan. “Saya baru dihubungi oleh Nenek Ani, jadi
belum tau mengenai detailnya. “

“Oh begitu” Sahut Arie agak kecewa.

Seorang gadis cantik lain dengan rambut panjang lurus yang indah muncul dari ruangan dalam
vila “Hai” Sahut gadis cantik itu dengan ramah seraya mengulurkan tangannya.

Kirana berdiri dan menjabat tangan gadis itu “Hai “ Baru saja Kirana hendak memperkenalkan
namanya perempuan cantik yang umurnya masih sekitar 17 tahun itu memperkenalkan diri lebih dulu
“Kenalkan saya Mita, adik Bang Fauzan”

“Saya Kirana”

“Silahkan duduk mba “ Sahut Mita “Saya tinggal sebentar ya mba” Dan Mita pun beranjak
kembali ke ruangan bagian dalam vila.

Setelah melihat Mita menjauh, Kirana mengalihkan pendangannya kepada Arie yang tanpa
disadarinya sedang memandanginya dari ujung kaki ke ujung rambut. Dan sepertinya apa yang
dilihatnya tidak menyenagkan hatinya. Hal itu tampak di wajah ovalnya yang cantik. Usianya beberapa
tahun diatas dirinya, dan sepertinya perempuan ini tidak menyukainya. Tapi apa ada yang salah
dengannya hingga perempuan ini tidak menyukainya.Tiba-tiba Kirana melihat tatapan mata Arie
berubah terhadapnya, tidak menunjukkan ketidaksukaannya pada Kirana, lebih kepada melihat orang
yang dicintainya.

“Kalian sudah saling mengenal?” Suara Fauzan terdengar dari belakang Kirana. Kirana tidak
menengok kebelakang untuk memastikannya karena Fauzan memegang bahunya dari belakang sekilas.
Dan Kirana langsung melihat kilatan cemburu di wajah cantik Arie.

“Sudah” Sahut Arie dan Kirana bersamaan. Kirana memperhatikan Arie menurunkan kaki yang
tadi ia silangkan. Fauzan berjalan ke depan sofa dan mengambil posisi duduk disebelah Kirana.

“Syukurlah kalau begitu” Fauzan mengatur gesture tubuhnya dengan elegan menghadap ke Arie
dengan begitu kokoh sehingga kakinya mengenai kaki Kirana. Kirana mencoba menggeser kakinya, tapi
Fauzan malah meraih tangannya.

Pada saat itulah muncul Mita bersama dengan seorang pembantu rumah tangga yang
membawa baki yang berisi minuman. “Ah Abang sudah ada” Sahut Mita menghampiri Fauzan dan
mencium tangannya serta pipinya “Tolong Bi buat minuman Abang” Tambah Mita seraya duduk
disamping Arie berhadapan dengan Fauzan dan Kirana.
Datangnya Mita membuat Fauzan melepaskan tangan Kirana. Kirana bisa melihat wajah Arie
tidak menegang lagi. Ketika tidak menegang Arie malah menatap kearah Kirana.

“Abang berangkat jam berapa tadi?” Tanya Mita memecah keheningan

“Dari butik langsung kesini”

“Tadi Nenek telpon suruh Mita kesini, kebetulan Mita sedang sama Arie jadi langsung Mita ajak
kesini.”

“Memangnya kalian tidak ada kerjaan?” Tanya Fauzan dengan dingin.

“Hari ini ga ada kuliah, tadi main kekantor ketemu sama Arie. “

“Ngapain kekantor ? “ Fauzan mencondongkan tubuhnya ke Kirana “Kamu lapar?” Tanya Fauzan
dengan lembut sehingga Arie dan Mita sampai melongo melihatnya. Seorang laki-laki yang biasanya
begitu dingin dengan makhluk Allah SWT yang bernama perempuan itu kini berbicara dengan lembut
kepada seorang weding planner yang baru ditemuinya. Mita langsung menatap kearah Arie, sahabat
Abangnya ini sudah lama memiliki perasaan lebih pada Abangnya.

“Aku kangen ma Abang.” Jawab Mita seraya menatap kearah Fauzan dan Kirana yang terlihat
malu-malu ketika menggelengkan kepala ke Fauzan.” Selain itu tadi Nenek yang menyuruhku untuk
datang kesini. Tadi Nenek berpesan supaya aku belanja sebelum kesini, aku pikir Abang udah kehabisan
bahan makanan. Jadi aku ajak Arie sekalian.”

“Ya sudah tolong bilang ke Bibi supaya makan malemnya agak dipercepat”

“Ok siap” Mita beranjak pergi kedapur

“Kamu ga ada kerjaan ?” Tanya Fauzan pada Arie yang kebetulan merupakan salah satu
bawahan Fauzan di kantor. Arie bekerja di kantor Fauzan sebagai manajer pemasaran.

“Oh iya. Aku datang bawa proposal kerjasama dengan PT. Bahtiar Group “ Jawab Arie seraya
menatap Kirana “Mungkin kita bisa membicarakan mengenai proposal tersebut “

“Kamu bisa menjelaskannya di sini. “ Sahut Fauzan dengan dingin. Fauzan mengerti maksud Arie
agar mereka bisa membicarakan proposal ini berdua, dan Kirana harus pergi.

Kirana juga menangkap sinyal yang di berikan oleh Arie sehingga berkata “Mungkin sebaiknya
saya membantu Bibi di dapur jika Tuan hendak membicarakan bisnis.” Sahut Kirana seraya berdiri
hendak pergi.

“Gadis bodoh ini selalu saja langsung menyerah ketika diintimidasi oleh orang lain” Pikir Fauzan
dalam benaknya. “Tunggu Kirana, kamu tidak harus pergi kemana-mana. Kamu harus mulai belajar
sekarang juga.” Sahut Fauzan seraya menarik tangan Kirana.
“Laki-laki ini, untung saja aku memakai sarung tangan, kalau tidak sudah berapa kali aku kena
dosa di rajam di akhirat nanti” Gumam Kirana dalam hati. Tapi Kirana hanya berkata “Belajar ? “

“Belajar untuk menangani proyek “ Jawab Fauzan sekenanya.

Arie melihat pemandangan yang ada didepan matanya, ia dapat melihat bahwa Fauzan sedang
jatuh cinta pada seorang gadis bernama Kirana, dan gadis itu tidak mengetahuinya. Hal ini merupakan
kondisi yang berkebalikan antara dirinya dan Fauzan. “Ok kalau begitu aku sudah bisa menjelaskan
sekarang?” Tanya Arie.

Kirana duduk kembali ke tempatnya dan melepaskan tangan Fauzan. Fauzan pun mengangguk
kepada Arie agar Arie memulai penjelasan mengenai proyek yang akan mereka tangani. Arie
menjelaskan panjang lebar mengenai proyek tersebut yang berhubungan dengan bagi keuntungan,
kemudahan akomodasi dan logistic serta beberapa hal yang berkaitan dengan bidang konstruksi.

Selama Arie menjelaskan Kirana hanya diam mendengarkan, walaupun sebenarnya ia tertarik
juga karena memang dasar pendidikannya adalah desain interior yang berhubungan dalam pengerjaan
suatu proyek konstruksi. Ada beberapa pemikiran Arie yang bertentangan dengan prinsip yang
diketahui oleh Kirana dalam konstruksi, akan tetapi ia tidak mengungkapkannya selama Arie dan Fauzan
membicarakan proyek ini.

“Ok kalau begitu. Tinggalkan aja proposalnya di ruang kerja, aku akan mengantar Kirana untuk
melihat lahan didepan.” Sahut Fauzan pada Arie seraya berdiri “Ayo Kirana” Ajak Fauzan. Kirana pun
bediri mengikuti Fauzan. Mereka berjalan kearah depan ke lahan luas yang Kirana lihat pertama kali tadi
merupakan halaman luas di depan vila ini. Dibeberapa sisinya terdapat pohon palem dan buah mangga
serta jambu air dan jambu biji.

“Bagaimana menurutmu ? “ Tanya Fauzan setelah berhenti disebuah kursi taman yang ada
dibawah pohon mangga.

“Lahannya luas, ini bisa dijadikan tempat dilaksanakan resepsi pernikahan bertemakan kebun”
Jawab Kirana seraya menatap ke depan.

Fauzan tersenyum “Memangnya kamu mau tema kebun?”

Kirana terkesiap dengan pertanyaan Fauzan, laki-laki ini kenapa sekarang sering sekali bercanda.
“Aku tidak bisa menentukan tema, karena itu biasanya yang memilih para calon pengantinnya” Jawab
Kirana seraya tersenyum.

Fauzan balas tersenyum, ia lupa perempuan disebelahnya ini pintar dalam segala hal.
Bagaimana mungkin ia dapat langsung menyerangnya begitu saja. “Tentu saja. Malam ini aku sudah
mengundang beberapa kolegaku untuk datang. Jika tidak keberatan apakah mungkin kamu menginap
disini malam ini?” Tanya Fauzan dengan suara yang lembut.

Kirana teringat akan Dina “Apakah Dina juga akan datang? “


“Ada banyak orang,Tante Golda dan Nenek pun akan datang. Ditambah beberapa saudara
sepupu dan anak-anak mereka, juga Arie dan Mita.” Jawab Fauzan .

“Aku ingin bertemu dengan Dina, tapi jika harus menginap sepertinya aku tidak bisa. Bisakah aku
disini sampai bertemu dengan Dina saja ?”

“Ok “ Jawab Fauzan. Fauzan ingin meraih tangan Kirana, tetapi Kirana menghindar darinya. “Ikut
aku dan jangan coba melarikan diri” Sahut Fauzan agar Kirana mengikutinya berjalan kearah kanan lebih
ke arah selatan untuk melihat pemandangan hijau yang luas. Kirana takjub dengan pemandangan
didepan matanya.

“Bagaimana menurutmu tentang proposal proyek PT. Bahtiar group tadi ?”

“Aku rasa, aku bukan orang yang tepat untuk berbicara mengenai proyek tersebut.”

“Begitu kah?” Fauzan berdiri didepan Kirana “Tapi ada yang kamu pikirkan bukan?. Jika boleh
aku ingin tahu apa itu?”

“Aku hanya berpikir, mengapa proposal itu sangat mengiurkan “ Jawab Kirana seraya mundur
dua langkah dari Fauzan.

“Sangat cerdas” Sahut Fauzan seraya tersenyum puas. “Tidak ada yang salah dengan
proposalnya. Mereka hanya menawarkan kerjasama dengan mengajukan syarat. “ Jawab Fauzan ia tidak
akan mengatakan kepada Kirana bahwa Bapak Abbas pemegang saham terbesar di PT.Bahtiar Group
menginginkan dia untuk menikahi putrinya.

“Pastinya syarat yang sangat mudah untuk dilakukan? ”

“Tentu saja” Jawab Fauzan seraya tersenyum. Sudah tidak bertemu selama lima tahun tapi
kecerdasan perempuan ini tidaklah berkurang. Wajahnya semakin cantik, berbicara dengan gaya yang
sangat bersahaja dan sederhana, bagaimana mungkin Fauzan dapat melupakannya begitu saja. Setelah
ia memutuskan untuk menikahi Kirana, mereka pun berjanji tidak akan saling meninggalkan. Pada sore
itu ia berjanji akan menjemput Kirana dan mereka akan menikah dikampung halaman Kirana. Akan
tetapi disaat yang sama orangtuanya mengalami kecelakaan. Pilhannya menjemput cintanya atau pergi
ke rumah sakit menemui orangtuanya di akhir hayatnya. Dan tentu saja Fauzan pun memilih untuk pergi
kerumah sakit. Ketika dia sampai di rumah sakit ternyata ia baru tahu jika orang tuanya meninggal di
tempat kejadian kecelakaan. Setelah kedua orangtuanya meninggal, Nenek memaksanya untuk
mengambil alih pimpinan perusahaan.

Pengkhianatan akan cinta mereka menjadikan ia pribadi yang dingin dan keras. Baginya setelah
pengkhianatannya itu hidupnya sangat sulit untuk dijalani, tapi mereka sudah berjanji jika mereka tidak
bertemu pada saat itu mereka tidak akan mempertanyakan keputusan masing-masing. Karena itu ia
hanya bisa berusaha sebaik mungkin untuk mengurus perusahaaan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Ia pun mulai lebih mendekatkan diri pada Allah SWT Sang pemberi kehidupan agar ia dapat terus
bersyukur dan dapat menjalani dengan baik takdir yang diberikan-Nya.
Ponsel Fauzan berbunyi, Fauzan pun menerima panggilan itu. Terdengar suara Mita diujung
telepon “Abang dimana? Ini masakannya sudah siap, kita bisa makan sekarang”

“Ok” Jawab Fauzan dan langsung menutup ponselnya. “Aku bertanya-tanya selama ini.
Bagaimana keadaanmu saat itu, saat aku tidak datang untuk memenuhi janji kita?”

Kirana menatap Fauzan yang sedang menatap dirinya. Kirana tersenyum dan berkata “Aku tidak
datang saat itu.” Kirana tersenyum dan mengalihkan pandangannya .

Fauzan terkejut mendengar jawaban Kirana, karena ia mendengar dengan jelas pada saat itu
pengawal yang biasa mengikuti Kirana atas perintah Nenek mengatakan bahwa Kirana menunggunya di
terminal, akan tetapi ketika mereka mengangkat koper Kirana ternyata kopernya kosong. Kirana
menunggunya akan tetapi ia hanya ingin memastikan bahwa Fauzan memang tidak akan datang dan
tidak mencintainya. Dan perempuan itu sekarang berdiri didepannya mengatakan hal yang sebaliknya.
“Benarkah?” Tanya Fauzan.

“Kita sudah berjanji untuk tidak mempertanyakan keputusan kita masing-masing bukan”

“Aku hanya ingin bertanya langsung padamu”

Kirana tersenyum, laki-laki ini sudah mau menikah dengan Dina tapi masih saja
mempertanyakan peristiwa yang sudah lama terjadi. “Sudahlah jangan dipikirkan lagi. Kita sudah
menjalani hidup kita masing-masing, banyak suka dan duka didalamnya yang menjadikan diri kita saat
ini. Jadi tidak ada yang perlu disesali”

“Apakah kamu masih mencintaiku ?”

“Apakah terlihat seperti itu?” Kirana tersenyum walau hatinya sangat kesal dan terasa ngilu
“Apakah aku terlihat seperti seorang penggoda ?”

“Tidak. Aku yang sedang menggodamu. Ayo kita makan dulu, Mita dan yang lain sudah
menunggu kita” Fauzan meraih lengan Kirana tanpa terduga sebelumnya oleh Kirana sehingga ia tidak
sempat menepisnya “Kamu menggunakan sarung tangan kan?” Kemudian Fauzan menariknya agar
Kirana mengikutinya “Aku sudah menahannya dari tadi. Jangan lepaskan tanganku kali ini saja” Sahut
Fauzan dengan suara yang lembut sehingga Kirana pun mengikutinya.

Mita dan Arie memandangi pemandangan antara Fauzan dan Kirana. Mita terenyuh melihat
Abang satu-satunya berubah dari kebiasaannya. Ia melihat Abangnya begitu lembut pada Kirana,
siapakah Kirana sebenarnya. Bahkan Arie yang sudah lama melakukan pendekatan pada Abangnya,
tetap saja tidak pernah mampu menembus perisai yang di bangun oleh Abangnya tersebut.

Mita mengajak Arie ke ruang makan. Mita memposisikan Arie duduk disebelah Abangnya yang
duduk dikursi kepala keluarga yang berada di ujung meja seperti biasanya agar Arie tidak terlalu merasa
sedih. Sedangkan Kirana di posisikan disebelah dirinya, sehingga jauh dari Fauzan.
Fauzan dan Kirana tiba di ruang makan. Ketika melihat posisi duduk Kirana berada lebih jauh
darinya Fauzan langsung berpindah ke ujung meja yang lain sehingga duduknya bersebelahan dengan
Kirana. Melihat perilaku Abangnya, Mita menjadi yakin akan perasaan Abangnya terhadap perempuan
bernama Kirana ini. Dan merekapun makan bersama dengan tatapan Fauzan hanya tertuju pada Kirana
dan sekali-sekali ke arah Arie dan Mita. Setelah beberapa saat mereka pun menyelasikan makannya.

“Mita sebaiknya kamu antarkan Kirana kekamarnya. Ia belum istirahat dari pagi tadi” Sahut
Fauzan.

“Ah tidak usah, saya tidak berencana untuk menginap Tuan”

Mita memandang kearah Abangnya yang ternyata sedang memandangnya dengan tajam “Ah
Mba Kirana klo begitu istirahat di kamar Mita aja ya.” Mita mendekati Kirana “Ayo Mba, biar Mita anter
ke kamar Mita gimana” Bujuk Mita, sehingga Kirana pun beranjak pergi menurutinya.

Kirana mengikuti Mita masuk kedalam satu ruang kamar yang cukup besar dengan wardrobe
dan kamar mandi dalam.

“Silahkan masuk Mba”

“Mba numpang mau ke kamar mandi dulu. Dimana kamar mandinya?”

“Itu Mba” Mita menunjuk sebuah pintu di ujung kamar “Mba nya sekalian mandi saja. Acaranya
nanti setelah sholat isya, tapi biasanya tamu datang dari habis magrib”

“Tapi Mba ga ikutan ke acara, Mba cuma mau bertemu dengan Dina” Sahut Kirana sebelum
berdoa dengan doa untuk memasuki kamar mandi.

Mita mengetuk pintu kamar mandi dengan sopan “Mba ini handuknya” Ketika Kirana membuka
pintu kamar mandi, Mita berdiri didepan pintu mengulurkan handuk dan sebuah gamis baru yang baru
saja di berikan oleh Abangnya. “Ini gamisnya Mba untuk acara nanti habis magrib. Pakaian Mba kan
udah dipakai dari tadi pagi.” Kirana meraih gamis dan handuk yang diberikan oleh Mita serta
mengucapkan terimakasih.

Ketika selesai mandi dan hendak memakai baju di perhatikannya kotak pakaian tersebut,
ternyata juga tersedia pakaian dalam dan hijab syar’i didalamnya. Dan semua yang ada di kotak tersebut
masih memiliki label. Kirana pun keluar dari kamar mandi dengan menggunakan gamis putih yang
anggun serta hijab syar’i.

“Wah pas sekali” Sahut Mita “Itu semua dari Abang lho Mba, barusan dia datang kesini hanya
untuk memberikan kotak pakaian Mba”

“Jangan ceritakan sama Dina ya Mit.”

“Siapa Dina ?”

“Calon istri Tuan Fauzan”


Mita tersenyum, ternyata Abangnya sudah menipu Kirana. “Sebaiknya Mba jangan panggil Tuan
sama Abang, dia itu paling ga suka jika ada yang memanggilnya Tuan selain para pekerja”

“Aku kan juga bekerja untuknya Mit”

“Mba sayang ga sama Abang ?”

Kirana tersenyum “Sudah ga boleh lagi”

“Kenapa Mba?”

“Kan sudah ada Dina”

“Mba yakin ada seseorang bernama Dina disini?” Mita tersenyum pada Kirana “ Disini hanya ada
Arie yang menyukai Abang. Yang datang nanti pun hanya saudara-saudara dekat, jadi tidak ada yang
bernama Dina” Tambah Mita “Oh iya ada Yeni anaknya Pa Abbas dari PT.Bahtiar group yang mau
dijodohkan dengan Abang.” Mita buru-buru berhenti bicara, ia baru menyadari jika ia terlalu banyak
bicara ketika melihat air muka Kirana berubah. “Mba istirahat dulu aja di sini, Mita mau ngecek
persiapan untuk acara nanti.”

“Iya” Sahut Kirana. Kirana menatap bayangan dirinya pada cermin didepannya, dan bertanya
pada dirinya sendiri “Apa yang telah kamu lakukan Kirana?” Jawaban yang ia peroleh tersembunyi dalam
hatinya keluar begitu saja memenuhi pikirannya. Baik dulu atau pun sekarang, ia hanya akan menyerah
pada cintanya.

Kirana beranjak keluar dari kamar Mita setelah mengganti gamis yang ia kenakan dengan
pakaian miliknya. Kirana berjalan menuju pintu depan, ia bertemu dengan beberapa pembantu rumah
tangga yang sedang sibuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk acara perjodohan Fauzan dengan
Yeni. Karenanya semua tidak memperhatikan jika Kirana keluar rumah dan berjalan menelusuri jalan
masuk yang tadi ia lalui dengan menaiki mobil.

Fauzan menghampiri kamar Mita setelah selesai mandi. Setelah beberapa kali ia mengetuk
pintu tetapi tidak ada jawaban ia pun membuka pintu kamar dan mendapati kamar Mita kosong. Fauzan
langsung berlari ke lantai bawah mencari Kirana. Ia menemukan Mita di ruang tengah

“Apa yang sudah kamu katakan pada Kirana?” Tanya Fauzan dengan wajah marah dan
menyeramkan.

“Aku ga mengatakan apa-apa Bang” Jawab Mita

“Sebaiknya kamu berdoa aku bisa menemukannya. jika tidak, aku akan membuatmu menyesal!”

“Aku hanya mengatakan tentang acara nanti malam. “ Mita berpikir sejenak “Aku mengatakan
bahwa Abang akan dijodohkan dengan Yeni” Mita teringat dengan perkataannya, tapi ia tidak berani
mengatakan pada Fauzan.
Fauzan berlalu, ia langsung memanggil Doni pembantunya yang biasa mengurusi taman. Juga
menelpon Boby, pengawalnya yang biasanya sore seperti ini dia berjaga di pos satpam di gerbang
depan.

“Dimana Kirana?!”

“Tadi Nona barusan keluar Tuan”

“Cari dia, temukan sampai dapat!”

“Baik Tuan” Jawab Boby

“Jika kau sudah menemukannya telpon balik, jangan membuatnya takut “

“Siap Tuan” Boby pun langsung menaiki motor Yamaha Vixionnya keluar mencari Kirana setelah
sebelumnya ia menelpon beberapa bawahannya untuk berpencar mencari Kirana.

Fauzan meraih jaket hitamnya dan menaiki motor Kawasaki Ninja H2R nya yang sudah
dikeluarkan oleh Doni dari bagasi. “Perempuan ini selalu saja ingin meninggalkanku” Sahut Fauzan
dalam hatinya. Barusan Boby menelponnya dan mengatakan telah menemukan Kirana di dekat pintu
masuk kebun binatang Safari, yang berjarak sekitar dua kilometer dari vila Fauzan.

Jalanan puncak sudah ramai oleh para wisatawan yang hendak menghabiskan akhir minggunya
berlibur disini. Tapi Fauzan hanya membutuhkan waktu lima menit untuk sampai ke tempat Kirana
berada. Ia berhenti tepat di depan beberapa pengawalnya yang sedang meringis kesakitan.

“Tuan “ Boby menghampiri Fauzan

“Mana Kirana?”

“Itu Tuan “ Boby menunjuk ke arah belakang, Kirana sedang duduk di sebuah kursi kayu.

Fauzan langsung turun dari motor, betapa senangnya ia bisa melihat Kirana kembali. Tapi dia
tidak ingin para pengawalnya mengetahui betapa ia mencintai Kirana. “Dia kenapa?” Fauzan menunjuk
seorang pengawalnya yang sedang meringis tadi.

“Tangannya hampir patah oleh Nona Kirana Tuan”

Mendengar perkataan Boby langkah Fauzan terhenti, ternyata ia telah memandang rendah
perempuan yang tampak begitu lembut itu. “Bawa dia kerumah sakit.” Sahut Fauzan seraya berjalan
mendekati Kirana. Perempuan itu menatapnya sesaat sebelum memalingkan wajahnya. Fauzan berhenti
tepat didepan Kirana. Perempuan yang ia cintai selama lima tahun ini adalah jenis makhluk yang keras
kepala sama seperti dirinya. Tapi cukup tahu diri dengan tidak mencoba berhadapan dengannya. Ia tidak
mencoba memprovokasinya atau pun menjadi pribadi yang besar kepala karena mengetahui betapa
dalamnya cinta Fauzan padanya. Dia hanya menjadi dirinya yang mencintai Fauzan dengan caranya
sendiri.
“Ayo” Fauzan mengulurkan tangannya.

Kirana tidak menanggapi tangan Fauzan, ia hanya berdiri dan berdiam diri. Kirana tidak tahu apa
yang dipikirkan Fauzan tentangnya. Dia akan di jodohkan dengan orang lain tapi malah mengejar
perempuan yang pergi meninggalkannya. Dia sudah menyerah untuk yang kedua kalinya. Tapi pengawal
Fauzan telah menemukannya begitu cepat, hampir saja ia mematahkan tangan pengawalnya yang
berusaha menyentuhnya. Dengan tiba-tiba sekitar sepuluh orang laki-laki berbada tegap mengepungnya
seperti maling saja. Jika sekarang dia tidak menuruti Fauzan apa yang akan terjadi. Dia tidak bisa
menduganya sama sekali apa yang akan dilakukannya.

“Marah padaku ?” Tanya Fauzan dengan lembut.

Kirana menatap Fauzan, dan ia terkejut karena melihat cinta berpendar di mata Fauzan. “Aku
tidak berani” Jawab Kirana seraya tersenyum.

“Kita pulang ?” Fauzan menundukkan wajahnya sehingga matanya sejajar dengan mata Kirana.

“Aku tidak punya rumah disekitar sini” Sahut Kirana sekenanya.

“Kamu baru saja pergi dari rumahmu sendiri, kenapa sekarang mengatakan bahwa kamu tidak
punya rumah?”

“Sebentar lagi akan ada Nyonya rumah yang datang mengisi rumah itu” Sahut Kirana seraya
tersenyum, hatinya remuk tapi pilihan hidup baginya tetaplah kebahagian untuk Fauzan.

Para pengawal memperhatikan pergulatan sengit antar keduanya, keduanya menampakkan air
muka seperti biasanya tapi mereka menyadari betul udara diantara keduanya sangat penuh tekanan dan
menyesakkan dada. Boby memberi kode kepada mereka untuk menjauh mundur beberapa langkah.

“Apakah kamu cemburu ? “

“Tidak” Jawab Kirana cepat

“Nyonya rumah ada disini. Dan rumah itu adalah rumah kita berdua. Jangan berpikir macam-
macam.” Sahut Fauzan berusaha untuk meyakinkan Kirana. “Ayo kita pulang”

Kirana tidak mau berdebat lagi, ia hanya mengangguk. Fauzan langsung menarik lengan Kirana
tanpa menyentuh tangannya dan berjalan menuju motornya diikuti oleh Kirana. Kirana tidak ingin
berpikir macam-macam ia hanya merasa bahagia saat mendengar perkataan Fauzan tadi. Sesampainya
di motor Fauzan langsung naik, dan meminta Kirana untuk naik kemotor.

“Ayo naik, jalan macet kalau sore begini, jadi aku bawa motor” Sahut Fauzan.

Kirana naik keatas motor dan meletakkan tas kerjanya ditengah antara dirinya dan Fauzan.
Motor pun menderu jalanan puncak, mereka tidak langsung pulang ke vila Fauzan melainkan ke puncak
pass. Fauzan memasang standar motornya dan meminta Kirana untuk turun.
“Kita sholat ashar dulu, tadi sudah adzan kan?”Fauzan berjalan menuju masjid besar itu diikuti
oleh Kirana. Mereka melaksanakan sholat ashar berjamaah bersama dengan yang lain. Setelah selesai
sholat Kirana keluar masjid, dan Fauzan sudah menunggunya di teras.

Fauzan tersenyum padanya, air bekas wudhunya masih menetes ke dahinya. “Ya Allah semoga
ini bukan hanya ilusi” Sahut Kirana dalam hati. Beberapa orang yang melewati Fauzan tidak ada yang
tidak takjub menatapnya.

“Ayo, mereka semua sudah menunggu kita” Sahut Fauzan yang saat ini tengah bersandar di
salah satu tiang penyangga masjid, mengenakan celana jeans hitam, kaos oblong putih dan jaket kulit
warna hitam, juga sepatu sneakers warna hitam.

Kirana tersenyum seraya mengangguk pada Fauzan. Mereka pun kembali menaiki motor dan
dalam waktu sepuluh menit sudah berada di depan vila milik Fauzan. Mita menyambut Kirana dengan
senang hati. Ia bahkan meminta maaf padanya karena sudah mengatakan hal-hal bohong hanya untuk
mengujinya. Kirana sampai bingung mendengarnya berbicara melantur, saking takutnya ia pada Fauzan.
Kirana baru mengerti setelah Arie menjelaskan padanya pelan-pelan saat menemaninya mengganti
pakaiannya dengan gamis yang tadi ia kenakan.

Pada saat Kirana keluar dari kamar Mita dan menuruni tangga menuju ruang tengah, Nenek Ani
menyambutnya dengan ramah. Semua orang memperhatikan gerak geriknya, yang membuat Kirana
bingung dibuatnya. Bahkan Tante Golda pun ada disana dan menyambutnya dengan hangat. Semua
orang yang ia kenal ada, dan banyak lagi yang belum ia ketahui namanya. Akan tetapi batang hidung
Fauzan malah sama sekali tidak terlihat. Acara arisan pun berlangsung dengan meriah dan suka cita
terkhusus yang namanya keluar sebagai pemenang arisan bulan ini. Tidak lama adzan magrib pun
berkumandang, sehingga mereka pun melaksanakan sholat magrib berjamaah.

Setelah melaksanakan sholat magrib, tiba-tiba terdengar pengumuman dari Pamannya Fauzan,
bahwa akan ada acara lanjutan yaitu akad nikah jadi para hadirin tidak diperkenankan untuk
meninggalkan acara. Kirana pergi ke kamar Mita karena kebelet ke kamar mandi. Tetapi beberapa saat
kemudian ia mendengar pintu kamar Mita di ketuk dari luar. Tanpa pikir panjang Kirana menghampiri
pintu dan membukanya, disana sudah berdiri Fauzan di depan pintu.

“Aku mencarimu”

“Oh tadi aku ke kamar mandi” Kirana beranjak keluar kamar.

“Kirana, apakah kamu punya keluarga lain selain kedua orang tua mu?”

Kirana menatap ke arah Fauzan, dan berkata “Kedua orang tua ku sudah meninggal, mereka
sama-sama anak tunggal di keluarganya seperti aku. Jadi karena Kakek dan Nenek pun sudah meninggal
semua, jadinya aku tidak memiliki keluarga yang lain”

Fauzan menatap kedalam mata Kirana.


“Ada yang salah ? “ Air muka Kirana berubah menjadi penuh kecemasan. “Aku akan mengambil
tas ku jika begitu “ Kirana hendak beranjak pergi masuk kedalam kamar Mita untuk mengambil tasnya
dan pergi.

Tapi Fauzan buru-buru mencegahnya “Tidak” Sahut Fauzan dengan lembut tapi tegas “ Tidak
ada yang salah.”

“Lalu ? “

“Aku pikir mulai malam ini, kamu tidak dapat pergi dari sini”

“Kenapa? Apakah kamu sakit?” Tanya Kirana.

“Dibawah akan ada pertunangan, antara aku dengan seseorang. Nenek malah memintaku untuk
menikahinya malam ini juga, bagaimana menurutmu?”

Kirana terdiam sesaat walau hatinya remuk berkeping-keping. Untuk sesaat ia hanya berdiam
diri, baru kemudian berkata “Wel, sebaiknya aku akan memberikan ucapan selamat padamu.” Suara
yang tercekat itu meluncur begitu saja.

“Benarkah?” Tanya Fauzan tidak percaya

“Semoga kalian berbahagia “ Kirana mengatakannya dengan suara yang lebih tegar dari yang
pertama. “Allah SWT memang selalu menguji hamba-Nya bukan?” Tanya Kirana dalam hati. “Sebentar,
aku akan mengambil tas ku dulu” Kirana langsung masuk kedalam kamar Mita, setelah meraih tasnya
Kirana tidak langsung keluar kamar, tubuhnya terlalu lemas sehingga ia pun duduk di ujung tempat
tidur, dan ia tidak melihat Fauzan masuk kedalam.

“Kamu sedang apa?” Suara Fauzan terdengar seperti kesal, ia menatap Kirana dengan tajam.

“Aku hanya siap-siap, ini aku mau ambil tas ku” Kirana menunjukkan tasnya.

Fauzan berdiri didepan Kirana dan menatapnya dengan lebih tajam “Aku tanya, kamu mau
kemana? ” Fauzan hendak memegang bahu Kirana, tapi Kirana berhasil menepis tangannya.

“Jangan …” Sahut Kirana berusaha menjauh tetapi tas dari bahu Kirana terjatuh ke lantai,
Kirana pun berusaha menguatkan kakinya dan berkata “Aku akan pulang ke Tangerang sebelum kalian
menikah”

“Kau pikir aku mengijinkanmu pergi?”

“Aku tidak perlu ijin darimu.”

“Coba saja kalau kamu bisa melarikan diri dari ku “

“Aku tidak perlu mencobanya. Kau hanya akan melepaskanku begitu saja” Kirana hendak
melangkah pergi tetapi tasnya tertahan di tangan Fauzan.
“Bagaimana jika aku tidak mau melepaskanmu?” Fauzan menatap tajam kearah Kirana. “Aku
sudah pernah melepaskanmu sekali dan aku membayar kesalahanku dengan hidup menderita selama
lima tahun. Kali ini aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama” Pikir Fauzan dalam benaknya.

“Pada akhirnya kamu akan bersedia” Kirana tidak menatap Fauzan. Ia tahu pasti bahwa dirinya
tidak boleh berharap kepada siapapun selain kepada-Nya.

“Benarkah?” Jawab Fauzan seraya tersenyum. “Aku tidak akan pernah bersedia untuk
melepaskanmu seumur hidupku”

“Untuk apa menyimpan barang yang tidak berharga bagimu?”

“Siapa barang yang tidak berharga itu?” Tanya Fauzan

“Tentu saja aku” Jawab Kirana kesal, ia kesal karena lama-lama ia tidak dapat mengendalikan
perasaannya. Pada saat itulah Kirana memperhatikan Fauzan yang sudah berdiri lagi di hadapannya. Dia
kesal karena tidak bisa menganalisis masalah dengan bijak jika berhubungan dengan laki-laki ini.

“Tapi aku ingin menikahimu”

“Maaf aku tidak mau menjadi orang ketiga”

“Kalau kamu bersedia menjadi istriku malam ini maka kamu tidak perlu menjadi orang ketiga”

“Apa?!” Kirana kesal sekali, laki-laki di hadapannya ini mengatakan hal-hal yang tidak ia sukai
sama sekali.

“Bagaimana tawaranku?” Tanya Fauzan sang CEO ulung itu berusaha menggiring mangsanya.

Pikiran dan perasaan Kirana saling berjuang untuk memenangkan pertarungan masing-masing.
Mencoba menelaah langkah yang mugkin dapat ia lakukan melawan perasaannya yang menginginkan
yang sebaliknya merupakan bukan hal yang mudah. Kirana hanya terdiam, sepertinya ia tidak sanggup
lagi mengikuti permainan perasaan dan pikiran ini.

Fauzan menatap Kirana dan ia tahu pasti perempuan ini pada akhirnya akan menyerah dan
memilih untuk pergi. Sebelum itu terjadi ia harus melakukan langkah terakhir. Fauzan langsung
menghubungi beberapa orang yang berkompeten dibidangnya untuk membantunya.

“Aku anggap diam mu sebagai jawaban iya untuk ku” Sahut Fauzan, diikuti oleh munculnya
Tante Golda, Mita dan beberapa perempuan cantik yang tiba-tiba muncul didepan pintu kamar yang
sedari tadi terbuka lebar kemudian mereka pun masuk kedalam kamar. Fauzan pergi ke kamarnya untuk
mengganti kemejanya dengan setelan jas nikahnya yang tadi siang ia pesan ke Tante Golda setelah ia
dan Kirana pergi untuk makan siang.

“Apa ini?” Tanya Kirana saat Tante Golda memintanya untuk mengganti gamisnya dengan
setelan kebaya. Pada saat Kirana bingung Mita dan Arie membantunya untuk makeup dan memakai
hijab. Kurang dari setengah jam Kirana sudah selesai berdandan.
“Ayo” Sahut Tante Golda. Dan merekapun menuntun Kirana untuk turun kelantai bawah.

Kirana dapat melihat beberapa orang terpesona ketika melihatnya. Jumlah tamu undangan
sudah lebh banyak dari sebelumnya. Ada banyak wajah-wajah baru yang tidak ia lihat tadi, ada juga yang
terlihat tidak senang atau pun sinis. Tapi itu tidak menjadi masalah lagi baginya, diujung tangga ini sudah
ada seorang laki-laki yang akan dicintainya seumur hidupnya sedang menunggunya.

Mita menyerahkan tangan Kirana pada Fauzan. Kirana pun berpegang pada lengan Fauzan untuk
berjalan ke meja yang sudah ada KH. Riffat yang malam ini akan menjadi penghulu pernikahan mereka.
Juga Oom Azzam yang akan menjadi wali hakim untuk Kirana.

Fauzan pun mengucapkan akad nikah dan dikuti oleh para hadiri yang mengatakan “sah” dengan
suka cita. Kirana menatap laki-laki yang baru ditemuinya pagi tadi sekarang sudah menjadi suaminya.
Setelah kedua mempelai menandatangani surat nikah acara pun dikuti dengan posesi Kirana mencium
tangan suaminya. Fauzan meraih tangan Kirana dan membuka sarung tangannya sehingga para hadirin
pun tertawa dibuatnya.

Para hadirin kemudian mulai menyantap makanan yang disediakan. Seorang perempuan cantik
dengan gaun berwarna merah marun mendekati Kirana. Dari kejauhan Fauzan memperhatikan gerak
gerik mereka.

“Aku ucapkan selamat menempuh hidup baru”

“Terimakasih”

“Perkenalkan namaku Yeni”

“Saya Kirana”

“Wajahmu tidak asing. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” Tanya Yeni

Kirana hanya tersenyum “Mungkin wajah saya yang pasaran. “

“Ternyata dunia itu memang kecil ya” Suara laki-laki yang berada di belakang Yeni terdengar
oleh Kirana. Yeni menengok kebelakang dan menemukan si empu pemilik suara tersebut sedang
memandanginya. Kirana sangat terkejut ketika melihat si pemilik suara tersebut. Rasanya ia ingin kabur
saja dari situ. “Yeni perkenalkan di adalah mantan pacarku di SMA dulu”

Tiba-tiba ada tangan yang memeluknya dari belakang, Kirana tahu itu adalah tangan Fauzan.
“Kamu kenal dengannya sayang?” Mendengar nada suara Fauzan, Kirana bisa memastikan bahwa
Fauzan tidak menyukai laki-laki itu.

“Iya dia Toni temanku di SMA dulu” Jawab Kirana “Kami sekelas pas di kelas sebelas”

“Oh begitu. Maaf kami permisi dulu. “ Fauzan tersenyum pada Yeni dan Toni “Ok kalau begitu
cukup pestanya.” Fauzan langsung menarik tangan Kirana. Ia langsung berjalan ke kamarnya bersama
dengan Kirana.
“Sayang kamu sungguh berani mendekati laki-laki lain di malam pernikahan kita”

“Dia teman sekelasku di SMA dulu, dan aku tidak mendekatinya”

“Kalian pacaran?”

“Iya, tapi cuma seminggu dan kami tidak melakukan apa-apa”

“Kamu masih mencintainya?” Tanya Fauzan dengan serius.

“Tentu saja tidak” Kirana menatap Fauzan “Apakah kamu marah karena aku berbicara dengan
Yeni?” . Kirana merasa mungkin Fauzan malu kepada Yeni perihal dirinya.

“Apa yang kau pikirkan ?” Fauzan menangkap kesedihan di raut wajah Kirana.

“Aku tidak mengetahui jika perempuan itu bernama Yeni, ia hanya mengucapkan selamat itu
saja.” Kirana berjalan ke arah jendela “Maafkan aku, seharusnya dari awal aku mengatakan langsung
kepadamu dengan jelas, jadi kalian tidak terpisah seperti ini.”

Tiba-tiba Kirana mendapat ide “Aku tahu, aku akan menjelaskan padanya bahwa kamu terpaksa
menikah dengan gadis bodoh seperti aku, dikarenakan hanya untuk menepati janji. Tunggu saja tiga
bulan lagi, kalian akan menikah sesuai dengan rencana kalian semula”

Fauzan mendekati Kirana, ia hendak memeluk istrinya tapi diluar dugaan Kirana malah
menghindarinya.

“Atau aku akan menjelaskan padanya sekarang juga” Kirana berjalan ke arah pintu dengan
cepat, tapi Fauzan telah mencapai pintu dan menahannya sehingga pintu itu tidak dapat terbuka.

Perempuan ini masih saja akan melemparkannya untuk bersama perempuan lain. Fauzan tidak
berkata apapun, ia hanya memeluk Kirana. Kirana berusaha melepaskan pelukannya tetapi pelukan itu
malah bertambah erat.

“Jangan pikir kau masih bisa melarikan diri dariku. Aku akan mengejarmu walau kelubang semut
sekalipun. Karena aku mencintaimu” Bisik Fauzan ditelinga Kirana, yang membuat Kirana menangis di
pelukannya. “Takdirmu adalah menjadi istriku, menjadi milikku. Allah SWT telah menitipkanmu padaku
apakah kau tidak dapat menerimanya?. Bisakah kau mencoba untuk mencintaiku seumur hidupmu?”

“Tentu saja” Sahut Kirana seraya tersedu-sedu.

Anda mungkin juga menyukai