Kista Duktus Nasopalatinus
Kista Duktus Nasopalatinus
Disusun Oleh :
Meiza Pratiwi (04111004025)
Dosen Pembimbing :
drg. Shanty Chairani, M. Si.
GAMBARAN RADIOGRAFI
silia (C) ditemukan.1
Lokasi
Kista duktus nasopalatinus banyak ditemukan di foramen atau kanal
nasopalatinus pada anterior maksila. Kista terletak apikal pada akar gigi insisivus
rahang atas dan jarang menyebabkan resorpsi akar. Namun, apabila kista ini
memanjang ke arah posterior dan melibatkan palatum keras, sering disebut sebagai
kista median palatal. Jika memanjang ke arah anterior antara gigi insisivus sentral
dan
meyebabkan gigi menyimpang, sering disebut sebagai kista median anterior
maksilaris. Posisi kista ini tidak selalu simetris.2,4
Gambar 3. Skema menunjukkan dua lokasi kista duktus nasopalatinus yang paling
sering. 1
Gambar 4.1
Radiografi panoramik menunjukkan radiolusen berbatas jelas dikelilingi garis
radiopak,
berbentuk hati pada garis tengah rahang atas antara gigi 11 dan 21.
Pada gambaran radiografi, kista akan terletak ditengah dan biasanya unilateral.
Pada beberapa kasus, kista duktus nasopalatinus
Gambar 5.3
Pasien berusia 35 tahun memiliki keluhan utama bengkak dan elevasi daerah
nasolabial
kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu. Pada palpasi, ditemukan massa yang lembut,
berfluktuasi dan memanjang dari daerah bukal anterior ke dasar hidung. Pemeriksaan
radiografi (orthopan-tomograph dan CT scan) menunjukkan dua daerah radiolusen
berbeda
yang terpisah di daerah periapikal dari gigi insisivus atas. Lamina dura terlihat
utuh dan tidak
terjadi resorpsi akar meskipun apeks gigi anterior rahang atas tampak berada dalam
kista.
Gambar 6.1
Radiografi periapikal menunjukkan kista dengan batas jelas, radiolusen berbentuk h
ati, tanpa
mempengaruhi akar dan dua gigi insisivus sentral permanen atas.
Gambar 7.1
Radiografi oklusal menunjukkan kista dengan batas jelas, radiolusen berbentuk bulat
pada
garis tengah rahang atas dan menyebabkan resorpsi akar gigi 11 dan 21.
Gambar 8.1
Axial CT scan menunjukkan translusensi radial bulat pada garis tengah rahang atas.
Lesi
terletak di posisi hidung atau dalam, dan tampaknya melubangi lapisan kortikal
palatal.
Teknik diagnostik lainnya juga dapat digunakan untuk menilai lesi radiologis
semacam ini, seperti tomografi multimodal, yang selain memberikan dosis radiasi
lebih rendah dan akuisisi tomografi sectional pada bidang sagital untuk
menghasilkan
gambar tiga dimensi. Magnetic resonance imaging (MRI) juga mungkin berguna
dalam menegakkan diagnosis, khususnya kontras interior kista duktus nasopalatinus
dengan intensitas sinyal tinggi. MRI dapat menggambarkan adanya bahan cairan,
kental dan protein dalam kista, serta keratin yang melimpah pada superfisial.
Dengan
demikian, MRI sangat baik dalam mendiagnosis kista duktus nasopalatinus, kista akar
atau kista odontogenik lainnya.1
←
←
yang tidak perlu seperti prosedur endodontik pada gigi insisivus maksila yang
vital.
Diagnosis sementara harus didasarkan pada pengujian vitalitas dan perkusi negatif
yang ditemukan pada gigi insisivus maksila dan tidak memiliki masalah periodontal
atau pulpa. Diagnosis banding harus ditetapkan dengan kondisi lain seperti
pembesaran duktus nasopalatinus (diameter kurang dari 6 mm), central giant cell
granuloma, kista akar yang berhubungan dengan gigi insisivus sentral atas, kista
folikular gigi supernumerary (biasanya mesiodens), kista primordial, kista
nasoalveolar, osteitis dengan palatal fistulization, dan hubungan bucconasal
dan/atau
buccosinusal.1
PERAWATAN
Perawatan kista duktus nasopalatinus adalah dengan penghapusan lengkap
lesi, umumnya dengan pendekatan palatal. Seringkali prosedur biopsi menghasilkan
perawatan yang memadai. Rekurensi pun jarang ditemukan. Enukleasi adalah
perawatan pilihan dengan rekurensi yang sangat rendah. Pengobatan pilihan lain yang
dapat dilakukan adalah dengan bedah exeresis pada kista, meskipun beberapa penulis
mengusulkan marsupialisasi pada kista duktus nasopalatinus yang besar. Rangkaian
neurovaskular pada nasopalatinus memiliki struktur halus dan sangat vaskular
sehingga menimbulkan perdarahan berlimpah jika secara tidak sengaja dipotong
selama operasi. Elektrokoagulasi diperlukan dalam kasus tersebut. Oleh karena itu,
electroscalpel menawarkan keamanan yang memadai dalam prosedur pembedahan
tersebut. Paresthesia dari anterior palatal merupakan komplikasi yang jarang
terjadi.1,2
Gambar 9.1
Tampilan saat operasi menunjukkan penggunaan electroscalpel selama penghapusan
kista,
digenggam dengan mosquito forcep dan periosteotome.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jaume EF, Nieves AM, Leonardo BA, Cosme GE. Nasopalatine duct cyst:
report of 22 cases and review of the literature. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.
2008 Jul 1;13(7):438-443.
2. Brenda LN, Ronald LL. Nasopalatine duct cyst head and neck pathol.
2010;4:121–122.
3. Marco C, Giovanni BG, Andrea B, Giacomo S, Francesco P, Carlo M. Rare
bilateral nasopalatine duct cysts: a case report. The Open Dentistry Journal.
2010;4:8-12.
4. White, Stuart C., Pharoah, Michael J. 2008. Oral Radiology: Principles and
Interpretation Ed.6. St Louis: Mosby.
5. Elaine CBB, Edson R, Luciano LD, Claudio C. An unusual case of
nasopalatine cyst in Brazilian population. J Health Sci Inst. 2012;30(3):292294.