Anda di halaman 1dari 18

ADISVIA RAMADHANTY AMALIA  Epitelium terdeskuamasi ke dalam lumen  protein

1706030434 meningkat  cairan memasuki limen  terjadi


PBL 9 IKGK 7 tekanan osmosis  pembesaran lesi
 Periapical cyst tumbuh lambat dan tidak mencapai
MODUL II SKENARIO 4 ukuran besar
 Pasien tidak memiliki simptom, kecuali inflamasi
Definisi kista
eksaserbasi akut
• Menurut Regezi (2012), kista merupakan rongga
patologis yang dibatasi epitelium  Ketika ukuran sudah maksimal, terjadi pembengkakan,
• Menurut Sapp (2004), kista merupakan rongga rasa sensitif, tetapi gigi: test therma; (-) dan electric
patologis dikelilingi oleh epitelium dan berisi cairan pulp testing (-)
atau material semisolid  Palpasi keras  ukuran kista kecil dan di dalam tulang
• Menurut Cawson (2008), kista merupakan kavitas  Fluktuasi (+)  kista bsar dan mengerosi tulang
atau rongga berisi cairan patologis yang dibatasi atau di  Gigi nonvital
lapisi oleh epitelium  Mengakibatkan resorpsi tulang
 Awalnya pembengkakan membulat dan keras saat
RADICULAR CYST dipalpasi. Jika tulang sudah teresorpsi hingga ketebalan
Epidemiologi : hanya setebal cangkang telur (eggshell thickness) dapat
 Kista yang paling sering terjadi terasa crackling sensation saat dipalpasi
o 52.2% dari kista rahang  Jika bagian tulang sudah sepenuhnya teresorpsi,
o 62% dari kista odontogenik pembengkakan menjadi fluktuan dan berwarna
 Menyerang usia 30-an; rata-rata 37,3 tahun kebiruan
 Lebih sering menyerang laki-laki (58.5%) dibanding
perempuan (41.5%)
 60% terdapat pada maksilla; 40% pada mandibula;
khususnya anterior maksilla (RA anterior > RA posterior
> RB posterior > RB anterior)

Etiologi dan Patho:


 Kista periapikal berkembang dari periapical granuloma,
yang merupakan inflamasi kronis jaringan granulasi
pada apeks gigi nonvital Terdapat 2 macam:
 Periapikal granuloma diinisiasi oleh degradasi produk o Periapical pocket cyt  epithelial lining yang tidak
nekrotik jaringan pulpa
sempurna, akibat ekstensi dari apikal gigi ke lumen
 Terjadi stimulasi epithelial rest of malassez  respon
kista
produk inflamasi
o Periapical true cyst  epithelial lining sempurna yang
 Pembentukan kista terjadi karena proliferasi epitel
yang membantu memisahkan stimulus inflamasi (pulpa berbentuk seperti kantung dan terpisah dari apikal gigi
nekrotik) dari tulang sekitar
Gambaran Radiografis:
 Radiolusen yang membulat dengan batas yang jelas
 Biasanya terlihat ada radiolusen kavitas karies pada gigi
yang menyebabkan kista
 Gigi di sebelahnya dapat terlihat tilted atau displaced
 Dapat menyebabkan resorpsi akar gigi penyebab
ataupun gigi sebelah
 Infeksi pada kista menyebabkan batas tepi menjadi
tidak jelas karena vaskularitas yang meningkat dan
resorpsi tulang sekitar

Gambaran klinis:
 Dinding jaringan konektif fibrosa dengan lumen yang
mengandung cairan dan debris selular
o Istilah Lateral periodontal cystdulu digunakan untuk
menggambarkan setiap kista yang berkembang di
sepanjang permukaan akar lateral, termasuk ateral
radicular cysts dan odontogenic keratocysts. Namun,
Lateral periodontal cystmemiliki ciri klinis dan
mikroskopis yang berbeda dan membedakannya dari
lesi lain yang kadang berkembang di lokasi yang sama.
o Klasifikasi WHO 2017  Lateral periodontal cyst and
botryoid odontogenic cyst
 Gambaran radiograf mirip dengan periapical granuloma
 Lamina dura hilang di gigi yang berdekatan Etiologi
 Biasa terdapat di gigi molar Diyakini timbul dari rests of the dental lamina, reduced
enamel epithelium, or rests of Malassez
Gambaran Histopatologi:
 Kista dilapisi oleh sel epitel skuamosa bertingkat dan
Epidemiologi :
tidak terkeratinisasi, menunjukan eksotosis, spongiosis
o Lateral periodontal cyst menyumbang kurang dari 2%
atau hiperplasia
 Umumnya terjadi transmigrasi sel inflamasi melalui dari semua epithelium-lined jaw cysts.
epitelium o Paling sering terjadi pada pasien di dekade kelima
 Banyak terdapat neutrophil, limfosit lebih sedikit hingga ketujuh
 Jaringan ikat dibawahnya dapat terinfiltrasi oleh sel-sel o Jarang terjadi pada seseorang yang lebih muda dari
inflamasi usia 30 tahun.
 Pada beberapa kasus dapat terlihat hyaline/Rushton o Predileksi pasien  pria
bodies pada epithelial lining  terlihat seperti hairpin o Paling sering terjadi di mandibula, dengan <20% timbul
(slightly curved shape) pada rahang atas.
 Seperti yang tampak pada kista dentigerous, sel-sel o Sekitar 75% hingga 80% kasus terjadi di daerah
scattered mucous atau area ciliated pseudostratified mandibular premolar canine-lateral incisor.
columnar epithelium tampak pada kista periapikal.
 Maksila : dibatasi oleh pseudostratified columnar
epithelium
 Mandibula : bisa ditemukan keberadaan sel-sel mucous
atau respiratory-like epithelium
 Lumen kista bisa diisi dengan cairan maupun debri-
debri sel. Pada keadaan tertentu, epitel pembatas bisa
kalsifikasi berbentuk linear maupun lengkung yang
dikenal sebagai Rushton bodies

Gambaran klinis :
o Lateral periodontal cystpaling sering tidak
menimbulkan gejala dan biasanya terdeteksi hanya
selama pemeriksaan radiograf.
o They cause no symptoms unless they erode through
the bone to extend into the gingiva.
o Ekspansi tulang biasanya pada aspek bukal  jarang
terjadi

LATERAL RADICULAR CYST


o Lateral periodontal cyst (LPC) adalah developmental
odontogenic cyst yang dilapisi oleh epitel non-keratin.
o Lateral periodontal cyst  jenis kista odontogenik yang
jarang terjadi dan biasanya berlokasi di sepanjang
permukaan lateral akar gigi atau antara akar gigi yang
erupsi.
o Beberapa gambaran dapat menunjukkan penebalan
focal nodular dari lapisan epitel, yang terutama terdiri
dari clear cells (Gbr. 15-40).
o Clear cell epithelial rests kadang-kadang terlihat di
dalam dinding fibrosa.

Gambaran radiografis :
o Secara radiografis, kista muncul sebagai area
radiolusen yang terfragmentasi dengan baik yang
terletak dari lateral akar ke akar gigi vital.
o Sebagian besar kista tersebut berdiameter paling besar
1,0 cm (Gambar 15-37 dan 15-38).

Treatment dan Prognosis


o Conservative enucleation  treatment of choice.
Biasanya, dapat dilakukan tanpa merusak gigi yang
berdekatan.
o Rekurensi  jarang terjadi
o BOC  dilaporkan sekitar 20% mengalami rekurensi
o Gambaran radiografis, LPC berbatas jelas, seringkali kemungkinan karena sifat lesi multikistik.
radiolusen unilocular pada lateral akar gigi.
o Kadang-kadang, lesi mungkin memiliki penampilan RESIDUAL CYST
Definisi
polikistik  ini disebut kista odontogenik botryoid.
Kista yang terbentuk akibat jaringan fibrosa dan granulasi
o Varian botryoid sering menunjukkan tampilan
inflamasi pada apeks / daerah periapikal gigi yang tidak
radiografi multilokular diangkat / dikuret pada saat ekstraksi gigi.
o Secara mikroskopis, mereka menunjukkan grapelike
cluster of small individual cysts (Gbr. 15-39). Etiologi
● Trauma, lesi karies atau kolonisasi bakteri dari anomali
perkembangan yang mempengaruhi gigi yang
ireversibel akan merusak pulpa gigi
● Pulpa gigi mengalami degenerasi, kemudian terjadi
inflamasi, dan produk inflamasi keluar dari gigi melalui
foramen apikal dan mengakses daerah periapikal
sekitar rahang.
o Lesi-lesi ini umumnya dianggap mewakili varian kista
periodontal lateral, kemungkinan akibat degenerasi Patofisiologi
● Patofisiologi kista apikal dan kista residual serupa
kistik dan subsequent fusion of adjacent foci of dental
lamina rests ● Sel T yang teraktivasi dalam granuloma periapikal
o Gambaran radiografis Lateral periodontal cystdapat menghasilkan sitokin yang bekerja pada epitel rest of
mirip dengan odontogenic keratocyst dan radicular Malassez yang menyebabkan proliferasi dan perubahan
cyst. diferensiasi yang mengarah pada pembentukan kista.
● Massa epitel berkembang menjadi edematosa, cairan
Gambaran Histopatologis menumpuk dan menyatu, membentuk mikrokista yang
o Lateral periodontal cystmemiliki dinding berserat tipis, mengandung sel-sel epitel dan sel inflamasi
umumnya noninflamed, dengan lapisan epitel yang ● Dinding kista tampaknya memiliki sifat membran semi-
tebalnya hanya satu hingga tiga sel. Epitel ini biasanya permeabel, sehingga osmosis berkontribusi untuk
terdiri atas sel skuamosa yang pipih, tetapi kadang- meningkatkan ukuran kista
kadang selnya berbentuk kuboid. ● Produk litik dari sel-sel epitel dan inflamasi dalam
o Foci of glycogen-rich clear cells kadang tersebar rongga kista menghasilkan banyak molekul kecil, di
mengelilingi sel-sel epitel.
mana molekul kecil inilah yang meningkatkan tekanan
osmotik dari cairan kista.

Gambaran Klinis
Tanpa gejala dan hanya terdeteksi secara kebetulan pada
foto radiograf, hingga perluasan daerah rahang yang
terkena, hingga nyeri dan drainase. infiltrat inflamasi dengan celah kolesterol

Terlihat fokus kalsifikasi yang distrofi


Gambaran Radiografis ● Lapisan kista epitel: epitel skuamosa berlapis yang
dapat menunjukkan adanya proses eksositosis,
spongiosis, atau hiperplasia
● Epitel mungkin terpisah sebagian dan ketebalannya
berkisar dari 1 hingga 50 lapisan sel, namun
kebanyakan ada 6 - 20 lapisan sel
● Radiolusensi bulat hingga oval dengan ukuran variabel ● Sifat lapisan mungkin tergantung pada usia atau tahap
di dalam tooth-bearing area dari rahang di lokasi perkembangan kista, atau pada intensitas peradangan
ekstraksi gigi sebelumnya berbatas jelas ● Pada kista awal, lapisan epitel mungkin proliferatif dan
● Seiring bertambahnya usia kista, degenerasi isi seluler menunjukkan lengkung dengan proses inflamasi yang
dalam lumen terkadang menyebabkan kalsifikasi terkait kuat, tetapi, ketika kista membesar, lapisan
distrofi dan lesi menjadi lebih radiopak. menjadi statis dan cukup teratur dengan derajat
diferensiasi tertentu menyerupai epitel skuamosa
Lokasi berlapis sederhana.
Kista residual terjadi di kedua rahang, meskipun mereka
● Pada kasus yang jarang, terlihat adanya sel-sel mukosa
sedikit lebih sering ditemukan di rahang bawah. Episentrum
diposisikan di bekas daerah periapikal gigi yang terlibat dan yang tersebar atau daerah epitel kolumnar bersilia
hilang. Pada mandibula, episentrum selalu di atas kanal saraf pseudostratifikasi.
alveolar inferior (Gbr. 21-6). ● Dinding kista dapat menunjukkan
○ Jaringan ikat fibrosa yang padat, seringkali dengan
Outline dan Bentuk infiltrat inflamasi yang mengandung limfosit yang
Kista residual memiliki margin sklerotik, kecuali jika ada bercampur dengan neutrofil, sel plasma, histiosit,
infeksi sekunder. Bentuknya oval atau bundar.
dan (jarang) sel mast dan eosinofil
Struktur internal ○ Kadang-kadang berisi hyaline yang tersebar (pulse
Aspek internal kista residual biasanya radiolusen. Kalsifikasi granuloma giant cell hyaline angiopathy). yang
distrofik dapat ditemukan pada kista yang sudah muncul sebagai kumpulan-kumpulan kecil bahan
berlangsung lama. eosinofilik yang terbatas, memperlihatkan
pinggiran bergelombang dari kolagen
Efek pada Struktur Sekitarnya terkondensasi yang sering dikelilingi oleh limfosit
- Kista residual dapat menyebabkan perpindahan atau
dan multinucleated giant cells.
resorpsi gigi, atau dapat menyebabkan perluasan
lempeng kortikal luar rahang. Kista dapat ○ Remodeling spikula tulang
menginvaginasi ke dalam antrum maksila atau
menekan saraf alveolar inferior.
- Pada kasus yang dibiarkan lama, dapat terlihat masa
kalsifikasi dan bentuknya bervariasi, terlihat fine grain
radiopacities, irregular dan diameternya kurang dari 0,5
cm.
- Kalsifikasi dapat terjadi karena adanya persipitasi dari
calcium salts sebagai primary sites dari inflamasi kronis
atau penumpukan dead tissue. Prosedur Diagnosis
 Karena gigi etiologi (penyebab)nya sudah tidak ada,
Gambaran Histologis maka lesi kista ini DDnya menjadi luas.
 Diagnosis dikonfirmasi melalui pengangkatan lesi • Molar > premolar > kaninus
dan pengajuan untuk pemeriksaan histologis. • Molar 3 > Molar 1 atau Molar 2
 Idealnya, jika terdapat foto pemeriksaan radiografi • Madibula > Maksila
gigi nekrotik atau karies (sebelum ekstraksi gigi) • 24% paradental cyst pada molar 1 atau molar 2
untuk dikorelasikan. adalah bilateral

Epidemiologi:
Diagnosis Banding
• 1-5% dari kasus-kasus kista odontogenik
● Unicystic ameloblastoma, inflamed
• Puncak kejadian pada umur 20-40 tahun
● Odontogenic keratocyst, inflamed • Rasio pria banding wanita adalah 2:1
● Glandular odontogenic keratocyst, inflamed
● Lateral periodontal cyst, inflamed Patofisiologi
● Maxillary surgical ciliated cyst, inflamed • Berdasarkan beberapa teori, kista paradental berasal
dari:
Rencana Perawatan • Reduced enamel epithelium
● kista dan tumor odontogenik dan nonodontogenik • Epithelial rest of Malassez
dapat meniru penampilan kista periapikal residual, oleh • Crevicular epithelium
• Epithelial remnants of dental lamina
karena itu, lesi ini harus dieksisi melalui pembedahan,
bahkan bila lesi tanpa adanya gejala.  enukleasi Tanda klinis
● Kista residual tidak kambuh setelah manajemen yang • Infalamasi periodotal yang rekuren (perikoronitis)
tepat • Gejala: Tidak nyaman, bengkak, sakit
● Ada kemungkinan terbentuk bekas luka berserat • Kadang asymptomatic
intraoseus, terutama ketika kedua plat kortikal telah
hilang. Inilah yang dapat menyebabkan lesi radiolusen Gambaran klinis: cyst-like soft tissue yang menenpel pada
CEJ atau melekat pada permukaan vestibulum akar
persisten.
● Perawatan → surgical removal atau marsupialisasi,
atau lakukan keduanya bila kista besar.

Prognosis Perawatan
● Sebagian besar memiliki prognosis yang sangat baik
● True Residual Cyst tidak kambuh setelah perawatan
yang tepat dan tidak premallignant, sehingga tidak
Gambaran histologi
memiliki peningkatan risiko karsinoma sel skuamosa • Infiltrasi sel mononuclear inflammatory
● Kadang-kadang patologi sekunder, seperti karsinoma • Hyperplastic nonkeratinizing stratified squamous
sel skuamosa, muncul dari lapisan epitel radikular, atau epithelium
kista gnathic (odontogenik) lainnya. Itulah mengapa • Hemosiderin pigment atau chlosterol cleft (Jarang)
prosedur anamnesis dan pemeriksaan klinis dilakukan, • Secara histologi tidak ada ciri khusus, sehingga
terlihat mirip dengan kista odontogenic inflammatory
untuk mengecualikan neoplasma atau metastasis
lainnya
mukosa oral primer.
● Selain itu, pemeriksaan histologis juga menentukan
prognosis pasien.

Inflammatory Collateral Cyst (Paradental cyst, Buccal


bifurcation cyst, Juvenile paradental cyst)
Sumber : WHO Classification Head and Neck Tumor 2017

Definisi: kista yang terdapat pada permukaaan bukal akar Gambaran radiologi
molar mandibula yang fully erupted atau partial erupted • Terkadang bila lesi terlalu halus,tepi lesi tidak teliht
hasil inflamasi jaringan perikoronal jelas hal ini juga terjadi bila terdapat superimposed
• Paradental cyst: M3 mandibula • Terkadang lesi terlihat jeas batas kortikalnya, dan lesi
• Buccal bifurcation cyst: Juvenil paradental cyst: M1 terlihat besar
atau M2 mandibula • Struktur interna radiolusen
• Sinonim: buccal bifurcation cyst, • Efek pada jaringan sekitar : gigi tipping
inflammatory paradental cyst, juvenile paradental
cyst

Sites:
• Bukal > mesial
• Pada gigi full erupted atau partially erupted
Keberadaan proses destruktif atau osteolitik dengan argin
yang irregular. Terdapat pola multilocular pada beberapa
kasus.ketika segmen alveolar mandibula dan maksila
terlibat, gigi dapat mengalami displaced dengan atau tanpa
resoprsi eksternal akar.

DD
• Apical radicular cyst
• Dentigerous cyst
• Inflamasi poket periodontal
• Lateral radicular cyst
• Residual cyst Gambaran Histopatologi
• Prognosis
• Baik
• Belum ada laporan rekurensi

ANEURYSMAL BONE CYST


Adalah pseudokista karena lesi ini muncul secara radiografis
sebagai lesi yang menyerupai kista, tetapi secara
mikroskopis tidak menunjukan lapisan epitel. Lesi ini
merupakan lesi jinak pada tulang yang mungkin timbul pada
mandibula, maksila, maupun pada tulang lain. Dalam Fibrous connective tissue stroma mengandung
kompleks kraniofasial, terjadi sekitar 40% pada mandibula, multinucleated giant cells. Sinusoidal blood space dilapisi
dan 25% pada maksila. oleh fibroblast dan makrofag. Dengan pengecualian
sinusoid, lesi ini mirip dengan central giant cell granuloma.
Etiopatogenesis Pembentukan tulang baru yang reaktif umumnya
Pathogenesis kista ini tidak dipahami dengan baik, beberapa ditemukan.
bukti menunjukan proses reaktif, namun bukti lain Lesi berupa ruang yang berisi darah dengan berbagai
menunjukan tumor. Jika sesuai dengan bukti yang ukuran.
menunjukan patogensis lesi ini seperti tumor, diifentifikasi
tejadi translokasi lokus TRE17 / USP 6, menghasilkan DD
ekspresi TRE17 yang berlebihan pada lebih dari 60% kasus ini Odontogenic Keratocyst, central giant cell granuloma, and
pada tulang panjang. ameloblastic fibroma should be included in the differential
diagnosis. Ameloblastoma and odontogenic myxoma could
Lesi primer antesenden yang tidak berhubungan dengan be included, although these lesions more typically appear in
tulang, seperti fibrous dysplasia, central giant cell older patients.
granuloma, nonossifying fibroma, chondroblastoma, and
other primary bone lesions, diyakini menginisiasi malformasi Pengobatan dan Prognosis
vascular dan menghasilkan lesi sekunder atau aneurysmal Tingkat kekambuhan yang relatif tinggi telah dikaitkan
bone cycst. dengan kuretase sederhana. Eksisi atau kuretase dengan
cryotherapy tambahan adalah pengobatan pilihan.
Hasil dari aktivasi ko genik gen USP6 dan kromosom 17p13.

Gambaran Klinis
Biasanya lesi ini terjadi pada usia <30 tahun. Insiden
puncaknya terjadi pada decade kedua kehidupan. Ketika
mandibula dan maksila terkena, daerah posterior lebih
sering terkena, terutama daerah milar. Pada setengah kasus,
pasien merasakan nyeri, dan pembengkakan
nonpulsatile(tidak berdenyut) dan firm adalah gambaran
klinis yang umum terjadi. Pada auskultasi, bruit tidak
terdengar, mengindikasikan darah didah terletak di dalam
tulang arteri, pada palpasi yang keras, dapat terdapat
krepitus.
SOLITARY CYST/ TRAUMATIC BONE CYST
Gambaran Radiografis Nelson BL. Solitary bone cyst. Head Neck Pathol.
2010;4(3):208–9.
- Merupakan benign cavity pada tulang, biasanya kosong  Well-delineated area of radiolucency pada
- Tidak dilapisi epithelium posterior mandibula
- Disebut juga traumatic bone cyst, traumatic bone  Terdapat inter-radicular scalloping/push up
cavity, simple bone cyst, idiopathic bone cyst, disekeliling akar
hemorrhagic bone cyst  Sering dikaitkan dengan florid osseous dysplasia
- Etiologi: tidak diketahui, bisa trauma ataupun  Terkadang dapat terjadi slight root resorption
developmental  Biasanya tidak berkaitan dengan resorpsi akar, dan
- 10% dari solitary bone cyst berada pada tulang rahang, gigi yang terkait biasanya masih vital
sering terjadi pada mandibular posterior  Lesi yang lebih besar dapat memperlihatkan
- Lebih sering terjadi pada pria daripada wanita multilocular appearance
- Biasanya pada usia 20 tahun
- Asymptomatic Gambaran Histopatologi
- Merupakan empty intrabony cavity yang tidak memiliki  Hanya terlihat sedikit fibrous tissue dari dinding
epithelial lining tulang
- 10% solitary bone cyst berada pada tulang rahang,  Lesi biasanya mengandung darah atau
sering terjadi pada posterior mandibular serosanguineous fluid
 Solitary bone cyst bias any terdiri dari scant
fragments of fibrovascular connective tissue,
extravasated red blood cells dan pieces of reactive
vital bone
 Tidak terdapat cystic epithelium
 Secara mikroskopis terlihat jaringan ikat fibrous
yang tervaskularisasi dengan baik tanpa adanya
komponen epitel

Etiologi dan Patogenesis


 Tidak diketahui, namun biasanya terkaiy dengan
antecedent trauma
 Adanya traumatically-incduced hematoma, yang
kemudian terjadi clot breakdown, sehingga
meninggalkan rongga yang kosong
 Dapat juga terjadi secara developmental:
o Adanya degenerasi kista pada tumor di
tulang, yaitu central giant cell granuloma,
disorders of calcium metabolism, ischemic Differential diagnosis, perawatan, dan prognosis
necrosis of bone marrow • DD: calcifying solitary bone cyst, fibrous dysplasia,
chondroma, low-grade chondrosarcoma, dan
Gambaran klinis osteosarcoma (jurnal)
 Biasanya tejadi pada remaja, namun ada juga studi • Perawatan  intralesional steroid injection atau
yang mengatakan traumatic bone cyst terjadi pada surgical curettage.
variasi usia yang luas • Setelah surgical exploration dengan atau tanpa
 Distribusi gender merata kuretase dari dinding tulang, pembentukan tulang
 Paling sering terjadi di posterior mandibular (tetapi baru umumnya cepat.
• Rekurensi lesi jarang terjadi.
dapat juga terjadi di anterior)
• Prognosisnya sangat baik.
 Jarang terjadi secara bilateral
 Pembengkakan dan rasa sakit sering terjadi ERUPTION CYST
Referensi:
Gambaran radiografis 1. Neville, Damm, Allen, Chi. Oral and Maxillofacial Pathology 4th
ed . 2015
2. Regezi, Sciubba, Jordan. Oral Pathology : Clinical Pathologic
Correlations 7th ed. 2015

Definisi
- Kista Erupsi adalah analog jaringan lunak dari
dentigerous cyst.
- Kista ini disebabkan oleh pemisahan dental follicle dari
mahkota gigi yang sedang erupsi dalam jaringan lunak
yang menutupi tulang alveolar.
- Pemisahan ini terjadi karena adanya akumulasi cairan odontogenic keratocyst lebih masuk ke klasifikasi benign
di dalam space follicular dari gigi yang sedang erupsi. cystic neoplasm dibandingkan kista. Beberapa text book juga
- Epithelium lining dari space ini adalah simply reduced menyatakan bahwa nomenclature dari keratocystic
epithelium lining odontogenic tumor termasuk dalam klasifikasi odontogenic
tumor WHO. Pada odontogenic keratocyst terlihat molekul
Gambaran Klinis genetik yang terdapat pada lesi neoplasma.
- Banyak terjadi pada anak-anak dibawah umur 10 tahun Diagnosis dan treatment odontogenic keratocyst sangat
- Soft, translucent swelling pada mukosa gingiva yang penting karena:
menutupi mahkota gigi sulung/permanen yang sedang 1) Pertumbuhan lebih rapid daripada kista
erupsi. odontogenik lainnya
- Walaupun kista ini bisa terjadi pada gigi manapun yang 2) Memiliki higher rate of recurrance daripada kista
sedang erupsi, lesi ini paling umum berhubungan
odontogenik lainnya
dengan gigi I1 sulung mandibular, molar 1 permanen,
3) Sering berasosiasi dengan nevoid basal cell
dan insisor sulung maksila.
- Surface trauma dapat menyebabkan adanya sejumlah carcinoma syndrome yang mungkin ditemukan
darah pada cairan kista, sehingga akan tampak blue to multiple cyst di rahang sehingga diperlukan
purple-brown color. Lesi ini sering disebut sebagai pemeriksaan lengkap untuk mendiagnosis
eruption hematoma. syndrome ini

Klasifikasi
Terdapat 2 jenis OKC yaitu:
 Sporadic cyst
 Syndromic cyst associated with the nevoid basal cell
carcinoma syndrome
Kedua jenis ini berasal dari sisa dental lamina.

Patogenesis
 Patogenesisnya berbeda dengan dentigerous cyst
Gambaran Histopatologis karena perkembangannya berhubungan dengan
- Kista erupsi yang masih intact jarang dikirim ke
unknown factor yang berada di epithelium atau adanya
laboratorium bedah mulut. Sebagian besar yang dikirim
hanya excised roof of the cyst, yang dibuang untuk aktivitas enzimatik di dinding fibrous
menfasilitasi erupsi dari gigi  Dibandingkan dengan kista lain, OKC menunjukkan
- Dari excised roof of the cyst ini, tampak : lebih banyak proliferating cell nuclear antigen (PCNA)
o Permukaan oral epithelium dari aspek superior dan Ki-67 khususnya di suprabasilar layer
o Lamina propria dibawahnya terlihat mengalami  Pada 30% sporadic cyst dan 85% syndromic cyst
infiltrasi berbagai sel inflammatory associated with NBCCS menunjukkan adanya mutasi
o Bagian dalam dari spesimen, menunjukkan
PTCH1 (molekul Hedgehog signalling pathway:
lapisan tipis dari nonkeratinizing squamous
epithelium. transmits information to embryonic cells required for
proper cell differentiation)
 Analisis genetik menunjukkan adanya berkurangnya
tumor suppressor genes seperti p16, p53, MCC, TSLC1,
LATS2, dan FHIT

Epidemiologi
Odontogenic keratocyst dapat ditemukan pada pasien dari
usia bayi (infant) sampai lansia.
Treatment  60% kasus ditemukan pada pasien usia 10 – 40
- Biasanya tidak diperlukan treatment karena kista tahun
biasanya ruptur secara spontan, dan memperbolehkan
 Penelitian Brannon (312 kasus)
gigi untuk erupsi
- Jika kista tidak ruptur, simple excision dari roof of the o Rata-rata usia pasien 38 tahun
cyst secara general memperbolehkan erupsi cepat dari o Peak prevalence: dekade ke-2 dan ke-3
gigi. o 15% kasus pada pasien di atas 60 tahun
 Penelitian Woolgar (682 kasus)
ODONTOGENIC KERATOCYST o Rata-rata usia pasien 40 tahun pada pasien
Odontogenic keratocyst (OKC) adalah merupakan bentuk
single nonrecurrent cyst dan 26,5 tahun
perkembangan dari odontogenic cyst yang memerlukan
perawatan dan special consideration karena memiliki pada pasien multiple cyst of the nevoid
gambaran histopatologis spesifik dan aggresive clinical basal cell carnicoma syndrome
behavior. Beberapa peneliti menyatakan bahwa
 60% - 80% kasus menyerang mandibula, khususnya  Cystic lumen bisa berisi cairan bening yang mirip
pada posterior body dan ascending ramus dengan transudat serum atau berisi cheesy material
yang merupakan keratinaceous debris
 Jarang ditemukan rete ridge
 Pada luminal surface terdapat parakeratotic epithelial
cell yang terlihat wavy atau corrugated (fig. 15-17)

Gambaran klinis
 OKC yang kecil biasanya asymptomatic dan hanya
dapat terlihat secara radiografis
 OKC yang lebih besar menimbulkan rasa sakit dan
terdapat swelling
 Namun OKC yang sangat besar bisa tidak menimbulkan
symptoms

Gambaran radiografis
 Gambaran well-defined area radiolusen yang halus
dengan corticated margin
 Lesi yang lebih besar (di area posterior body dan
ramus) terlihat multilocular (fig. 15-13)
 Terkadang ditemukan juga orthokeratin
 Basal epithelial layer tersusun dari cuboidal atau
columnar epithelial cell yang biasanya hyperchromatic
 Pada tahap inflamasi, parakeratinized luminal surface
menghilang, terbentuk rete ridges (fig. 15-18)

 25% - 40% kasus mengenai gigi yang belum erupsi,


gambaran radiografis tidak dapat dibedakan
dengan dentigerous cyst. Namun jarang
menimbulkan resorpsi gigi unerupted dibandingkan
dengan dentigerous cyst

Rencana perawatan dan prognosis


 Rencana perawatan OKC sama dengan kista
odontogenik lainnya yaitu enukleasi dan kuretase
 Pengambilan kista dalam 1 bagian agak sulit karena
dindingnya tipis dan rapuh
 Peterson: idealnya diangkat dalam 1 bagian, dilakukan
 Pemeriksaan radiografis terkadang tidak dapat di bawah general anesthesia (khususnya pada kista
digunakan untuk penegakkan diagnosis karena yang besar).
gambarannya sulit dibedakan dengan kista
odontogenik lain
 Terlihat adanya multilocular

Gambaran histopatologis
 Terlihat uniform layer stratified squamous epithelium
(ketebalan 6 – 8 sel)
 Dindingnya tipis dan rapuh sehingga sulit dilakukan
enukleasi dari tulang dalam satu bagian
cystic change in the remains of the enamel organ after
enamel formation is complete. Division between the
remnants of the internal enamel epithelium covering the
enamel and the external enamel epithelium, forming the
greater part of the cyst lining, can occasionally be seen at
the attachment of the cyst to the neck of tooth (Figs 7.18
and 7.19).
Progressive growth of the cyst leads to dilatation of the
dental follicle. Factors triggering these changes are not
known. However, there is a strong association between
failure of eruption of teeth and formation of dentigerous
cysts which predominantly affect teeth which are
particularly prone to failure of eruption, namely, maxillary
canines and mandibular third molars in particular.
The lining of dentigerous cysts typically consists of thin,
 Bedanya dengan kista odontogenik lainnya, OKC sering sometimes bilaminar, stratified epithelium (Fig. 7.20),
terjadi rekurensi sekitar (30%) frequently with numerous mucous cells. This epithelium may
 Rekurensi terjadi biasanya 5 tahun setelah surgery occasionally keratinise by metaplasia. The fibrous wall is
 Rekurensi terjadi akibat similar to that of radicular cysts, but inflammatory changes
o Terdapat sisa dental lamina di rahang yang tidak are typically absent (Fig. 7.21).
berhubngan dengan OKC sebelumnya
o Pengangkatan kista yang tidak baik (masih tersisa
dinding tipis kista) Gambaran Radiograf
o Tersisa dental lamina setelah enukleasi Radiographically, the dentigerous cyst presents as a
 Setelah dilakukan surgery, perlu dilakukan clinical dan welldefined unilocular radiolucency, often with a sclerotic
radiographic follow-up border (Figure 29-3). Because the epithelial lining is derived
from the reduced enamel epithelium, this radiolucency
 Beberapa dokter bedah merekomendasikan dilakukan
typically and preferentially surrounds the crown of the
peripheral osteoctomy dengan bur tulang untuk tooth. A large dentigerous cyst may give the impression of a
mengurangi potensi rekurensi multilocular process because of the persistence of bone
 Williams dan Connor merekomendasikan dilakukan trabecule within the radiolucency. However, dentigerous
enukleasi dan kuretasi (menggunakan methylene blue cysts are grossly and histopathologically unilocular processes
untuk marking) lalu menggunakan Carnoy’s solution and probably are never truly multilocular lesions.2 Three
types of dentigerous cyst have been described
selama 3 menit, tujuannya adalah untuk melepaskan
radiographically, including the central variety, in which the
dinding kista dari permukaan tulang
radiolucency surrounds just the crown of the tooth, with the
 Pada kista yang ukurannya besar, setelah dilakukan crown projecting into the cyst lumen. In the lateral variety,
cystotomy dan incisional biopsy diinsesi polyethylene the cyst develops laterally along the tooth root and partially
drainage tube untuk dekompresi dan mengurangi surrounds the crown. The circumferential variant of the
ukuran kavitas kista (fig. 15-19) dentigerous cyst exists when the cyst surrounds the crown
but also extends down along the root surface, as if the entire
DENTIGEROUS CYST tooth were located within the cyst.
By definition, a dentigerous cyst occurs in association with One diagnostic dilemma for oral and maxillofacial surgeons
an unerupted tooth, most commonly, mandibular third is distinguishing between a dentigerous cyst and an enlarged
molars. Other common associations are with maxillary third dental follicle. This distinction becomes clinically significant
molars, maxillary canines, and mandibular second when the surgeon considers whether to submit tissue
premolars.2 They may also occur around supernumerary removed with an impacted third molar for histopathologic
teeth and in association with odontomas; however, they are examination as opposed to clinical designation as a follicle,
only rarely associated with primary teeth.2,3 Although with simple disposal of the tissue. The radiographic
dentigerous cysts occur over a wide age range, they are distinction becomes somewhat arbitrary; however, any
most commonly seen in 10- to 30-yearolds. There is a slight pericoronal radiolucency that is greater than 4 or 5 mm is
male predilection, and their prevalence appears to be higher considered suggestive of cyst formation and should be
in whites than in blacks. Many dentigerous cysts are small submitted for microscopic examination. It is noteworthy that
asymptomatic lesions that are discovered serendipitously on pathologists also struggle with the distinction between
routine radiographs, although some may grow to dental follicles associated with developing teeth and
considerable size, causing bony expansion that is usually odontogenic lesions.4,5 It seems that odontogenic cysts,
painless until secondary infection occurs. odontogenic fibroma, and odontogenic myxoma are the
lesions most often inappropriately diagnosed by surgical
Pathogenesis and Pathology pathologists owing to a general unfamiliarity with the
Attachment of the cyst lining at or near the amelocemental normal process of odontogenesis.4
junction suggests that dentigerous cysts arise as a result of Of perhaps even greater concern is the large unilocular
radiolucency. Although most commonly classified
radiographically as dentigerous cysts, it is incumbent upon
the surgeon to section these excised specimens in the
operating room and to consider frozen-section analysis. In
fact, some specimens may contain a focus of unicystic
ameloblastoma and, therefore, require consideration of
more extensive treatment.

Gambaran Histologi
The histologic features of dentigerous cysts may vary greatly
depending mainly on whether or not the cyst is inflamed. In
the noninflamed dentigerous cyst, a thin epithelial lining
may be present with the fibrous connective tissue wall
loosely arranged (Figure 29-4). In the inflamed dentigerous
cyst, the epithelium commonly demonstrates hyperplastic
rete ridges, and the fibrous cyst wall shows an inflammatory
infiltrate.

Treatment and Prognosis


Most dentigerous cysts are treated with enucleation of the
cyst and removal of the associated tooth, often without a PEMERIKSAAN
James Hupp, Cawson . Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine.
preceding incisional biopsy (Figure 29-5). Larger cysts that Little and Fallace. Dental Management of The Medically Compromised
are treated in the operating room should probably undergo Patient 8th edition, 2012.
frozen-section diagnosis and appropriate treatment that Burket’s Oral Medicine, 12th edition.
might be dictated by other diagnoses. Curettage of the cyst
cavity is usually advisable at the time of removal of the cyst PENGUMPULAN INFORMASI
in the event that a more aggressive cyst or an odontogenic 1. Mengumpulkan informasi penting untuk menentukan
tumor is diagnosed histopathologically after removal in an diagnosis dari keluhan utama pasien
office setting. Such diagnoses would include the odontogenic 2. Menentukan pengaruh kesehatan sistemik pasien dan
keratocyst and the unicystic ameloblastoma. kesehatan gigi dan mulut pasien
Large dentigerous cysts may be treated with 3. Mendeteksi adanya kondisi sistemik yang mungkin
marsupialization pasien tidak ketahui
(Figure 29-6) when enucleation and curettage might 4. Memberikan dasar untuk menentukan apakah
otherwise result in neurosensory dysfunction or predispose perawatan gigi akan memengaruhi kondisi sistemik
the patient to an increased chance of pathologic fracture. pasien
Some patients who are not candidates for general 5. Memberikan dasar untuk menentukan modifikasi
anesthesia may also be treated with a marsupialization perawatan dental
procedure in an office setting under local anesthesia. This 6. Memantau kondisi medis
permits decompression of the large dentigerous cyst with a
resultant reduction in the size of the cyst and bony defect.
At a later date, the reduced cyst can be removed in a
smaller-scale surgery.
The author emphasizes the need for histopathologic
examination of all radiolucencies that are empirically
diagnosed as dentigerous cysts. This includes those that are
enucleated as well as those that undergo marsupialization,
during which it is important to inspect the cyst lumen and
submit a representative portion of the lesion for Demographic
histopathologic examination. Support of this statement Nama, usia pekerjaan. Pekerjaan penting ditanyakan karena
stems from the occasional formation of a squamous cell bisa lihat kalau pasiennya kerjanya outdoor lalu sering
carcinoma, mucoepidermoid carcinoma, or ameloblastoma terpapar sinar matahari
from or in association with a dentigerous cyst.6–8 The
prognosis for most histopathologically diagnosed Keluhan Utama
dentigerous cysts is excellent, with recurrence being a rare Tanyakan keluhan utama pasien melalui anamnesis dengan
finding. menanyakan
 date of onset : Kapan sakitnya terjadi?
 duration : Sudah berapa lama?
 location : Di sebelah mana/ bagian mana?
 aggravating and relieving factors : kalau makan sakit
gak? Kalau (ngapain) sakit gak?
 investigations thus far : sudah pernah periksa ke
dokter/dokter gigi sebelumnya?
 treatment already received : sudah minum obat apa? mengarahkan ke pertanyaan tentang keadaan rumah dan
Sudah pernah dirawat dengan dokter atau drg lain? kerabat.

Medical History PATIENT EXAMINATION


Riwayat medis harus diambil untuk setiap pasien yang akan Pemeriksaan pasien merupakan tahap kedua dari evaluasi
menerima perawatan gigi. Dua teknik dasar digunakan untuk dan penilaian yang ditetapkan rutin untuk mengurangi
memperoleh riwayat medis. kemungkinan mengabaikan kondisi patologis yang belum
1. Teknik pertama terdiri dari wawancara pasien (model ditemukan. Pemeriksaan paling mudah dilakukan dengan
medis), di mana pewawancara mempertanyakan duduk di dental chair dengan posisi tegak. Ketika dental
pasien dan kemudian mencatat narasi tanggapan charting dilibatkan, mintalah asisten mencatat temuannya
verbal pasien pada lembar kosong. menghemat waktu dan membatasi kontaminasi silang.
2. Teknik kedua adalah penggunaan kuesioner tercetak Sebelum meminta pasien untuk duduk, dokter harus
yang diisi pasien. Pendekatan yang terakhir ini paling mengamati penampilan umum dan gaya berjalan pasien dan
sering digunakan dalam praktek gigi dan sangat harus mencatat segala hambatan deformitas fisik.
nyaman dan efisien.
Cek Tanda Vital
Namun demikian, penting bahwa informasi medis yang • Tingkat kesadaran
diperoleh dengan cara ini ditinjau oleh dokter gigi dan • Temperature : apakah pasiennya demam atau suhu
didiskusikan atau diklarifikasi dengan pasien sebagaimana tubuhnya lebih/kurang dari normal.
mestinya, untuk menentukan banyaknya pertemuan dan • Tekanan Darah tekanan darah normal sekitar 90/60
modifikasi yang diperlukan dalam perawatan gigi. mmHg hingga 120/80 mmH
• Pernafasan pasien
Kartu peringatan medis dapat menunjukkan bahwa pasien, • Berat badan dan tinggi badan pasien
misalnya, hemofilia, sedang menjalani terapi
kortikosteroid jangka panjang atau alergi terhadap Extraoral Examination
penisilin. Juga bermanfaat untuk membiarkan bagian akhir Ada beberapa gejala yang dapat dilihat dari EO seperti
tetap terbuka bagi pasien untuk memberikan informasi anemia, penyakit tiroid, perawatan kortikosteroid jangka
lain yang mereka anggap relevan. Riwayat obat yang panjang, pembengkakkan parotid dan kelenjar serviks
terperinci sangat penting. Obat-obatan dapat memiliki membesar secara signifikan. Perhatikan karakter (berada di
efek oral atau mempersulit manajemen gigi dengan cara daerah mana, bentuk, ukuran, tekstur permukaan, dan
yang penting konsistensi) dari pembesaran apa pun.

Hal-hal yang mungkin dilihat EO:


• pembengkakan, terlihat pada gangguan inflamasi dan
neoplastik khususnya
• pucat, terutama terlihat pada konjungtiva atau lipatan
kulit pada anemia
• ruam, seperti ruam malar pada lupus eritemato
sistemik. Erythema malar dapat mengindikasikan
stenosis katup mitral.
• Erythema, terutama terlihat pada wajah dalam
keadaan malu atau pasien yang marah, atau demam
(tangan berkeringat atau
hangat), dan kemudian biasanya menunjukkan infeksi

Intraoral Examination
 Sebagian besar penyakit mulut memiliki penyebab
Dental History lokal dan dapat dikenali dengan cukup mudah..
Dental History akan memberikan gambaran tentang: Lesi apa pun yang bertahan selama 3 minggu harus
• Keteraturan kehadiran untuk perawatan gigi dianggap serius.
• Sikap terhadap dokter gigi dan perawatan  Banyak penyakit sistemik, terutama infeksi dan
• Masalah gigi terbaru yang relevan penyakit darah, saluran pencernaan dan kulit, juga
• Perawatan restoratif baru-baru ini. menyebabkan tanda atau gejala oral yang mungkin
merupakan keluhan utama, terutama, misalnya,
The Family and Social History pada beberapa pasien dengan HIV, leukopenia
Setiap kali gejala atau tanda menunjukkan kelainan bawaan, atau leukemia
seperti hemofilia, riwayat keluarga harus dipertanyakan.  Oleh karena itu, pemeriksaan harus dilakukan
Idealnya, ini dicatat sebagai diagram silsilah yang mencatat secara sistematis untuk memastikan bahwa semua
proband (kasus presentasi) dan semua anggota keluarga area dimasukkan. Semua permukaan mukosa
setidaknya selama tiga generasi. Bahkan ketika tidak ada harus diperiksa, mulai dari lokasi lesi yang
penyakit keluarga yang dicurigai, pertanyaan tentang diketahui atau fokus keluhan, dan lesi dicatat pada
anggota keluarga lainnya sering kali berguna untuk diagram
supernumerary) atau defisiensi gigi (kehilangan sebagian -
hipodontia atau oligodontia – atau kehilangan total
(anodontia)) dapat menjadi ciri dari banyak sindrom, tetapi
gigi jauh lebih sering hilang karena tidak erupsi, terkena
dampak, atau hilang sebagai akibatnya. karies atau penyakit
periodontal. Gigi harus diperiksa sepenuhnya untuk melihat
tandatanda penyakit, baik malformasi, seperti hipoplasia
atau warna abnormal, atau gangguan yang didapat seperti
karies gigi, pewarnaan, kehilangan permukaan gigi atau
patah tulang. Penyumbatan gigi juga harus diperiksa; ini
mungkin menunjukkan gesekan atau mungkin terganggu,
seperti pada beberapa fraktur rahang atau dislokasi kondilus
mandibula.

Tes Vitalitas Gigi


Vitalitas gigi harus diperiksa jika tampaknya menyebabkan
kelainan pada pasien. Penting juga untuk menentukan
vitalitas gigi di daerah kista dan lesi radiolusen lainnya di
rahang saat presentasi.

INFORMED CONSENT
Sangat penting untuk mendapatkan persetujuan pasien
untuk prosedur apa pun. Paling tidak, prosedur yang akan
digunakan harus dijelaskan kepada pasien dan persetujuan
lisan diperoleh. Sebelum tindakan, lebih baik mendapatkan
persetujuan tertulis. Pasien sering meminta jenis perawatan
tertentu, seperti restorasi atau ekstra
Pasien memiliki hak hukum untuk menolak perawatan.
Setiap penolakan semacam itu kadang-kadang mungkin
disebabkan oleh kegagalan dokter untuk menjelaskan
perlunya prosedur tertentu, atau kegagalan untuk
menenangkan ketakutan pasien tentang kemungkinan
komplikasi
.
Formulir inform consent seharusnya berisi:
Soft Tissue
 Jaringan lunak mulut biasanya harus diperiksa 1. Jenis operasi atau penyelidikan.
terlebih dahulu. Pemeriksaan harus sistematis 2. Kemungkinan risiko dan komplikasi
untuk memasukkan semua area mulut. Area 3. Pernyataan yang ditandatangani dan bertanggal
mukosa yang tampak tidak normal harus dipalpasi oleh dokter bahwa pasien telah menjelaskan hal-hal
untuk mengindikasikan ulserasi, inflamasi, atau ini dan opsi apa pun yang mungkin tersedia agar
kelainan sebelumnya. Pemeriksaan harus dapat dipahami oleh pasien, orang tua atau wali.
mencakup jaringan yang lebih dalam yang dapat 4. Bagian untuk mengkonfirmasi pasien, orang tua
diakses dengan palpasi, termasuk kelenjar atau wali;
submandibular. a. informasi itu dapat dimengerti.
 Jika lesi meluas mendekati gingiva, celah atau b. bahwa orang yang menandatangani
kantong gingiva harus diperiksa untuk komunikasi formulir memiliki hak hukum atas tindakan
apa pun. Nodul mukosa, terutama pada mukosa ini yaitu pasien, orang tua atau wali
gingiva atau alveolar, yang menunjukkan c. bahwa prosedur telah dijelaskan dan
pembukaan sinus harus diperiksa untuk disepakati
mengidentifikasi adanya sinus atau fistula. Jangan d. bahwa ada prosedur tambahan tertentu
salah mengira variasi anatomi untuk penyakit. yang akan dilakukan sepenuhnya tidak
dapat diterima dan tidak boleh dilakukan.
Gigi 5. Formulir ini harus ditandatangani dan diberi tanggal
Gigi yang terlihat dengan adanya kelainan periodontal, oleh dokter gigi dan pasien/orang tua pasien/wali
karies, dan keadaan restoratifnya harus dicatat. Keausan gigi
harus diperiksa sebagai 'parafungsi'. Pemeriksaan gigi harus Diagnosis dan Diagnosis Banding Kasus
menyeluruh baik untuk kepentingan pasien maupun untuk Kasus:
alasan medis. Seorang wanita usia 35 tahun datang ke klinik RSKGM FKGUI
Keluhan:
• Gusi gigi depan atas teraba benjolan keras.
Gigi harus diperiksa untuk memastikan bahwa komplemen
gigi yang diharapkan hadir untuk usia pasien. Gigi ekstra (gigi
• 10 tahun yang lalu pasien terjatuh saat odontogenic berasal dari insisif
mengendarai motor dan gigi depan terbentur tumor / lateral maksila dan
trotoar. odontogenic lokasinya berada
Klinis keratocyst antara akar insisif
/lateral lateral dan caninus
• Teraba benjolan keras dan tidak nyeri di gingiva
periodontal cyst
regio 21 ukuran diameter kurang lebih 2 cm,
• Gigi 21 mahkota utuh
• Odontogenic keratocyst: radiolusensi di apical gigi,
• Perubahan warna menjadi lebih gelap pada gigi
asymptomatic, unilocular.
tersebut.
• Abses periapical: radiolusensi di apical, trauma gigi
Radiologis: gambaran radiolusen di apical gigi 21.
yang terlibat.
• Radicular cysts kecil  apikal granuloma atau
Diagnosis Kasus: Radicular Cyst
periapikal pocket cysts
Alasan:
• Radiolusen periapikal lain  tahap awal periapikal
• Kista yang paling umum terjadi di rahang.
osseous displasia (semental) dan apical scar atau
• Etiologi: muncul dari gigi nonvital (mis., gigi yang
surgical defect karena tulang normal mungkin tidak
memiliki pulpa nekrotik) karena karies luas, restorasi
pernah terisi pada defect dalam kasus seperti itu.
besar, atau trauma sebelumnya).
• Radicular cysts dari gigi insisif lateral RA dan
• Kista radikular sering tidak memberikan gejala
posisinya terletak di antara akar dari gigi insisif lateral
kecuali jika terjadi infeksi sekunder.
dan cuspid mungkin sulit dibedakan  keratocystic
• Jika kista membesar dapat menyebabkan
odontogenic tumor (KOT), juga dikenal sebagai
pembengkakan.
odontogenic keratocystic, atau lateral periodontal
• Ketika dipalpasi, pembengkakan mungkin terasa
cysts.
bony dan hard (jika korteksnya utuh), crepitant (tulang
menipis), dan rubbery dan fluctuant (outer korteks
Prognosis = baik
perforated)
Alasan: apabila dilakukan pengangkatan lesi dan disertai
kuretase akar apical secara baik, maka risiko rekurensi
Interpretasi hasil gambaran Radiograf sumber pharaoh
sangat kecil. Lama waktu proses healing mengikuti proses
• Lokasi: terletak apex gigi non-vital,
bone remodelling (karena pada area kista yang sudah
• Struktur internal: radiolusen
terangkat akan ada rongga yang akan digantikan oleh
• Batas dan bentuk: well-defined cortical border,
tulang). Healing jaringan gingiva cukup cepat, 1 minggu
kecuali ada infeksi sekunder maka reaksi inflamasi dari
pasca surgery suture dapat dilepas.
tulang sekitar akan menyebabkan loss or this cortex
• Outline: curved/circular kecuali dipengaruhi oleh
Rencana Perawatan Kista
sturktur sekitar
Simple / Solitary Bone Cyst
• Efek terhadap struktur sekitar: jika ukurannya
 Pada tulang panjang simple bone cyst biasanya
besar, maka displacement atau resorpsi akar mungkin
terjadi dilakukan perawatan invasive dengan kombinasi
kuretase, cryosurgery, decompression, intralesional
steroid injection, bone substitute, bone grafting
 Pada tulang rahang dilakukan perawatan dengan
surgical exploration dan kuretase
 Dinding lesi biasanya smooth dan shiny, kemudian
dilakukan kuretase dan sebagian kecil jaringan tersebut
dilakukan microscopic examination
 Surgical exploration dengan atau tidak dengan kuretase
Diagnosis Banding biasanya menstimulasi regenerasi tulang
DD PERSAMAAN PERBEDAAN  Setelah 12-17 bulan setelah surgery ditemukan
Granuloma bentuk membulat, Ukuran granuloma gambaran radiograf yang normal
periapical well-defined memiliki diameter  Pemeriksaan radiograf secara periodik perlu dilakukan
(chronic radiolucent, <0.5 cm
periapical dikelilingi dense
sampai gambaran radiograf kembali terlihat normal
granuloma): sclerotic bone  Tingkat terjadi rekurensi redah yaitu 1-2% namun
menurut beberapa report kejadian rekurensi sekitar
Early stage lesi radiolusen di vitalitas gigi 27%
periapical apical  Resiko rekurensi akan meningkat pada lesi yang
osseous
(cemental)
multiple atau yang berkaitan dengan cemento-osseus-
dysplasia dysplasia
 Beberapa buku menyarankan packing material
apical scar / Lesi radiolusen  anamnesis pasien (absorbable gelatin sponge) atau dengan injeksi darah
surgical defect tulang normal tidak autologous  menurunkan resiko rekurensi
mengisi kerusakan
secara sempurna
 Prognosis: excellent
Keratocyst jika kista radicular vitalitas gigi
Aneurysmal Bone Cyst
 Kuretase  sering recurrent
 Eksisi atau kuret dengan cryotherapy (treatment of
choice)
 End bloc resection  untuk lesi ekstensif dan recurrent
 Surgical defect sembuh setelah 6 bulan hingga 1 tahun,
tidak memerlukan bone grafting
 Rekurensi 8-70%, namun demikian prognosis jangka
panjangnya baik

Inflamatory Collateral Cyst


 Inflamatory Collateral Cyst dirawat dengan enukleasi
sederhana.
 Molar ketiga yang terlibat biasanya diekstraksi, tetapi
molar yang terlibat Mandibular Buccal Bifurcation Cyst
dapat dibiarkan

Radicular cyst
• Lesi periapikal (kista / granuloma) dapat berhasil
diatasi dengan ekstraksi gigi nonvital terkait dan
kuretase dari zona apikal.
• Alternatif perawatan :
• PSA dilakukan bersama dengan apikoektomi dan
kuretase lesi
• Pengisian saluran akar saja, dengan harapan lesi
periapikal dapat sembuh setelah pengangkatan
stimulus inflamasi (pulpa nekrotik)  paling
sering dilakukan
TATALAKSANA KISTA
• Pembedahan (apikoektomi dan kuretase) dilakukan Sumber: James Hupp, Cawson . Essentials of Oral Pathology
untuk lesi yang persisten, menunjukkan adanya kista and Oral Medicine.
atau perawatan saluran akar yang tidak memadai.
• Ketika gigi nekrotik diekstraksi tetapi lapisan kista Enukleasi
tidak sepenuhnya dihilangkan, kista residual dapat • Definisi Enukleasi: Proses pengangkatan kista
berkembang berbulan-bulan sampai bertahun-tahun secara total (pengambilan keseluruhan lesi kista tanpa
setelah ekstirpasi awal. rupture). Enukleasi kista harus dilakukan dengan hati-
• Jika sisa kista atau kista periapikal asli tetap tidak hati dalam upaya untuk menghilangkan kista dalam
diobati, pertumbuhan yang berkelanjutan dapat satu potong tanpa fragmentasi, yang mengurangi
menyebabkan resorpsi tulang yang signifikan dan kemungkinan untuk terjadinya rekurensi.
• Indikasi: Pengangkatan kista rahang (digunakan
melemahnya mandibula maupun maksila.
pada kista rahang yang dapat dihilangkan dengan aman
tanpa mempengaruhi struktur yang berdekatan)
Residual cyst
• Advantages: Keuntungan utama enukleasi adalah
 Surgical removal (enukleasi) -> kista
pemeriksaan patologis seluruh kista dapat dilakukan
 Marsupialisasi
• Disadvantages: Apabila terdapat indikasi untuk
 Keduanya jika kista berukuran besar
dilakukan marsupialisasi, dimana enukleasi menjadi
tidak menguntungkan. Co: dapat membahayakan
Paradental cyst
jaringan normal, terjadinya fraktur rahang, kerusakan
 Enukleasi -> efektif
gigi dapat terjadi,dll. Dokter harus menimbang pro dan
 Kuretase, namun ada bbrp kasus sembuh tanpa
kontra antara enukleasi dan marsupialisasi.
dilakukan perawatan
• Teknik:
 Tidak mengalami rekurensi
a. Pada Kista Periapikal (co: Kista Radicular) yang
kecil Enukleasi dapat dilakukan melalui tooth
socket setelah gigi di ekstraksi menggunakan
kuret
• Marsupialisasi  pembuatan surgical window pada
dinding kista, mengambil isi dari kista, serta menjaga
kontinuitas antara kista dengan rongga mulut.
• Satu-satunya bagian dari kista yang dihilangkan
adalah bagian yang dihilangkan untuk menghasilkan
surgical window, sementara lapisan kistik yang tersisa
dibiarkan in situ. Proses ini mengurangi tekanan
intrakistik dan meningkatkan penyusutan kista dan
bone fill.

Indikasi marsupialisasi
Beberapa faktor harus diperhatikan apakah kista harus
dihilangkan dengan marsupialisasi :
b. Pada Kista yang besar  dilakukan flap
1. Amount of tissue injury.
mucoperiosteal dan akses lesi dari lempeng
- Perlu diperhatikan apakah letak kista dekat
tulang labial (tujuannya agar alveolar crest
dengan struktur vital.
tetap utuh untuk memastikan terdapat tinggi
- Jika enukleasi kista akan menyebabkan
tulang yang cukup setelah proses
oroantral communication atau menyebabkan
penyembuhan)
cedera pada struktur neurovaskular utama (mis.,
1. Melakukan Anestesi
Saraf alveolar inferior) atau gigi sehat,
2. Dilakukan Flap Mucoperiosteal
marsupialisasi harus dipertimbangkan.
3. Bur digunakan untuk mengangkat
2. Surgical Access.
tulang kortikal terdapat di sekitar kista
Jika akses untuk mengangkat keseluruhan kista sulit,
(lakukan secara hati-hati agar kista
maka kemungkinan akan terdapat bagian dari dinding
tidak rupture)
kista yang tertinggal, sehingga dapat mengakibatkan
4. Dilakukan pengangkatan kista dari
rekurensi. Marsupialisasi harus dipertimbangkan.
tulang dengan menggunakan spoon-
3. Assistance in eruption of teeth.
type currete. (Permukaan kuret yang
Jika terdapat gigi yang tidak erupsi dimana gigi tersebut
konkaf (cekung) menghadap ke tulang
terlibat dengan kista (yaitu, kista dentigerous),
dan permukaan kuret yang cembung
marsupialisasi dapat memungkinkan gigi untuk erupsi
menghadap ke kista).
ke rongga mulut
5. Setelah semua kista terangkat, periksa
4. Extent of surgery.
kembali apakah terdapat sisa-sisa
Pada pasien yang memiliki kondisi kesehatan yang
jaringan pada rongga tulang.
buruk, marsupialisasi merupakan alternatif dari
6. Lakukan irigasi dan keringan rongga
enukleasi karena sederhana less stressful bagi pasien.
tulang dengan kasa
5. Size of cyst.
7. Tepi-tepi tulang yang kasar dihaluskan
Pada kista yang sangat besar, mungkin terdapat risiko
dengan menggunakan bone file
fraktur rahang selama enukleasi. Sehingga lebih baik
8. Dilakukan penutupan flap dengan
untuk dilakukan marsupialisasi kista dan menunda
suture
enukleasi sampai terjadi bone fill.

Advantages:
• Prosedur sederhana untuk dilakukan.
• Marsupialisasi juga dapat menyelamatkan
struktur vital dari kerusakan yang dapat disebabkan
apabila langsung dilakukan teknik bedah enukleasi

Disadvantages:
• Terdapat sisa jaringan patologis yang
dibiarkan in situ sehingga tidak dapat dilakukan
pemeriksaan histologis menyeluruh. Meskipun jaringan
yang diambil dapat diajukan untuk pemeriksaan
patologis, tetapi lesi yang lebih agresif dapat
ditemukan pada jaringan residu.
• Pasien mengalami ketidaknyamanan
dalam beberapa hal: Rongga kistik harus dijaga
kebersihannya untuk mencegah infeksi akibat
terperangkapnya sisa makanan di dalam rongga
tersebut  Pasien harus mengirigasi rongga beberapa
kali setiap hari dengan jarum suntik.

Marsupialisasi Teknik:
1. Melakukan anestesi. Setelah itu lakukan aspirasi, jika
aspirasi mengkonfirmasi diagnosis dugaan kista,
prosedur marsupialisasi dapat dilanjutkan.
2. Sayatan awal biasanya berbentuk lingkaran atau elips
dan menciptakan jendela besar (1 cm atau lebih besar)
ke dalam rongga kistik.
3. Jika tulang disekitarnya tebal, osseous window dapat
dihilangkan secara hati-hati dengan bur atau rongeurs.
4. Kista kemudian diinsisi untuk menghilangkan window
of the lining, yang kemudian akan diajukan untuk
pemeriksaan patologis.
5. Isi dari kista dikeluarkan dan jika mungkin, pemeriksaan
visual dari lapisan residu kista dilakukan.
6. Lakukan irigasi untuk menghilangkan fragmen atau
debri yang tersisa
7. Jika lapisan kistik cukup tebal dan jika akses
memungkinkan, perimeter dinding kistik di sekitar
window dapat dijahit ke mukosa mulut. Apabila tidak,
maka harus dilakukan packing dengan kain kasa yang
diberi tincture of benzoin atau antibiotic ointment dan
didiamkan selama 10-14 hari Enukleasi Setelah Marsupialisasi
Prosedur enukleasi dilakukan setelah initial healing setelah
prosedur marsupialisasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi
morbiditas dan mempercepat penyembuhan defek.
Prosedur ini harus mempertimbangkan beberapa hal seperti:
• Besarnya injury yang akan terjadi pada jaringan
• Akses yang akan diberikan untuk prosedur
enukleasi
• Pengaruh prosedur pada gigi yang belum erupsi
• Kondisi sistemik pasien
• Ukuran lesi
Indikasi:
• Jika setelah marsupialisasi, lesi tidak hilang
seluruhnya
• Jika pasien mengalami kesulitan dalam
membersihkan kavitas yang terbentuk karena
marsupialisasi
• Saat operator ingin melakukan pemeriksaan
histologis pada keseluruhan lesi
Keuntungan:
• Memiliki keuntungan marsupialisasi yaitu menjaga
integritas struktur vital disekitarnya
• Memiliki keuntungan enukleasi yaitu dapat
memeriksa keseluruhan lesi secara histologis
• Pembentukan cystic lining yang lebih tebal sehingga
enukleasi dapat dilakukan dengan lebih mudah
Kerugian:
• Memiliki kerugian marsupialisasi yaitu lesi tidak bisa
diperiksa secara histologis dari tahap paling awal
Teknik:
1. Dilakukan marsupialisasi dan memberikan waktu
untuk penyembuhan tulang
2. Selanjutnya dilakukan enukleasi saat ukuran kista
sudah mengecil dan penyembuhan tulang sudah
cukup untuk menutupi struktur vital yang
berdekatan dan tulang sudah cukup tebal agar
rahang tidak patah saat dilakukan enukleasi
3. Dilakukan insisi elips mengelilingi celah yang
terbentuk saat mersupialisasi. Insisi dilakukan
hingga tulang
4. Lakukan pengambilan jaringan lunak dari celah tadi
hingga semua jaringan lunak kista terangkat
5. Defek yang ada ditutup oleh jaringan lunak jika
memungkinkan
6. Jika tidak memungkinkan dapat dilakukan packing
dengan gauze yang direndam dengan antibiotik
yang harus diganti secara berkala hingga terbentuk
jaringan granulasi dan epitel mulai menutup

Enukleasi dengan Kuretase


Setelah prosedur enukleasi dilakukan kuretase
dengan menggunakan instrument kuret atau bur untuk
mengambil 1-2mm tulang di sekeliling lesi. Prosedur ini
dilakukan untuk menghilangkan sisa jaringan epitel yang
mungkin masih tersisa. Hal ini mengurangi kemungkinan
adanya proliferasi sel kista yang tersisa sehingga tidak terjadi
rekurensi
Indikasi:
• Pada kasus odontogenic keratocyst karena
merupakan kista yang agresif dan memiliki tingkat
rekurensi tinggi (20-60%)
• Karena kista ini memiliki aktivitas mitotik
yang tinggi pada epiteliumnya dan
memiliki kemungkinan adanya daughter
cyst atau satellite cyst di dekatnya
• Selain itu lapisan epitel dari kista ini sangat
tipis dan mudah terfragmentasi
• Jika sudah dilakukan prosedur ini tetapi
masih terdapat rekurensi, dapat dilakukan
reseksi
• Pada kasus rekurensi kista yang sudah dihilangkan
dengan enukleasi

Keuntungan:
Menghilangkan sisa epitel yang mungkin menyebabkan
rekurensi

Kerugian:
Lebih destruktif pada jaringan sekitarnya, harus berhati-hati
agar tidak menarik jaringan neurovaskular pulpa jika
dilakukan kuretase dekat dengan apikal akar gigi, juga harus
memperhatikan jaringan neurovaskular lain disekitarnya

Teknik:
1. Dilakukan pengangkatan kista dengan enukleasi
2. Memeriksa kedekatan kavitas tulang dengan
struktur penting di sekitarnya
3. Menggunakan kuret yang tajam atau bur tulang
dengan irigasi, menghilangkan 1-2mm jaringan
tulang yang mengelilingi kista yang sudah di
enukleasi
4. Harus berhati-hati jika melakukan hal ini di dekat
jaringan yang vital
5. Setelah selesai kuretasi, lakukan irigasi hingga
bersih dan menutup kavitas dengan jaringan lunak

Anda mungkin juga menyukai