Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2015-2018 adalah sebanyak 85 perusahaan. Dari 85 perusahaan tersebut

hanya 10 perusahaan yang memenuhi kriteria yang akan digunakan dalam

penelitian ini. Berikut daftar 10 perusahaan sektor keuangan dalam penelitian

ini:

4.1.1 PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) didirikan 05 Juli 1946 di

Indonesia sebagai Bank Sentral. Pada tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi

“Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi Bank Umum Milik

Negara. Kantor pusat Bank BNI berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta

10220 – Indonesia.Bank BNI memiliki 196 kantor cabang, 944 cabang pembantu

domestik serta 829 outlet lainnya. Selain itu, jaringan Bank BNI juga meliputi 5

kantor cabang luar negeri yaitu Singapura, Hong Kong, Tokyo, London dan

Korea Selatan serta 1 kantor perwakilan di New York. Pemegang saham yang

memiliki 5% atau lebih saham Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk adalah

Negara Republik Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 60,00%.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Bank BNI

adalah melakukan usaha di bidang perbankan (termasuk melakukan kegiatan

berdasarkan prinsip syariah melalui anak usaha). Selain itu, Bank BNI juga

menjalankan kegiatan usaha diluar perbankan melalui anak usahanya, antara


lain: asuransi jiwa, pembiayaan, sekuritas dan jasa keuangan. Pada tanggal 28

Oktober 1996, BBNI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBNI (IPO) Seri B kepada

masyarakat sebanyak 1.085.032.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham

dengan harga penawaran Rp850,- per saham. Saham-saham tersebut

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 25 November 1996.

4.1.2 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.

PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) didirikan 16 Desember

1895. Kantor pusat BBRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman Kav.

44-46, Jakarta 10210. Pada saat ini BBRI memiliki 18 kantor wilayah, 16 kantor

inspeksi, 442 kantor cabang domestik, 1 kantor cabang khusus, 3 kantor

perwakilan di luar negeri, 545 kantor cabang pembantu, 914 kantor kas, 5.000

BRI unit, dan 1.778 teras. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang

lingkup kegiatan BBRI adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan

program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada

umumnya, khususnya dengan melakukan usaha di bidang perbankan, termasuk

melakukan kegiatan operasisesuai dengan prinsip syariah. Pada tanggal 31

Oktober 2003, BBRI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBRI (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 3.811.765.000 dengan nilai nominal Rp. 500,-per saham dengan

harga penawaran Rp. 875,-per saham. Selanjutnya, opsi pemesanan lebih

sejumlah 381.176.000 lembar saham dan opsi penjatahan lebih sejumlah

571.764.000 lembar saham masing-masing dengan harga Rp. 875,-setiap

lembar saham telah dilaksanakan masing-masing pada tanggal 10 November

2003 dan 3 Desember 2003. Setelah IPO BRI dan opsi pemesanan lebih dan
opsi penjatahan lebih dilaksanakan oleh Penjamin Pelaksana Emisi, Negara

Republik Indonesia memiliki 59,50% saham di BRI. Saham-saham BBRI

dicatatkan atau listing (pencatatan) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 10 November 2003.

4.1.3 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) didirikan 09 Februari

1950 dengan nama “Bank Tabungan Pos. Pemegang saham yang memiliki 5%

atau lebih saham Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk adalah Negara

Republik Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 60,03%.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Bank BTN

adalah menjalankan kegiatan umum perbankan, termasuk melakukan kegiatan

Bank berdasarkan prinsip syariah. Bank BTN mulai melakukan kegiatan

berdasarkan prinsip syariah sejak 14 Februari 2005. Pada tanggal 08 Desember

2009, BBTN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan

Penawaran Umum Perdana Saham BBTN (IPO) Seri B kepada masyarakat

sebanyak 2.360.057.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga

penawaran Rp800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Desember 2009.

4.1.4 PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Persero) Tbk.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Persero) Tbk (BJTM)

didirikan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan nama PT. Bank Pembangunan

Daerah Djawa Timur dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun

1961. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BJTM

adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan, termasuk perbankan


berdasarkan prinsip syariah serta kegiatan perbankan lainnya yang lazim sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada tanggal 29 Juni

2012, BJTM memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk

melakukan Penawaran Umum perdana Saham BJTM (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 2.983.537.000 Saham Seri B dengan nilai nominal Rp250,- per saham

dan harga penawaran Rp430,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Juli 2012.

4.1.5 PT Bank Bumi Arta Tbk.

PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) didirikan 03 Maret 1967. Kantor pusat

BNBA berlokasi di Jl. Wahid Hasyim No. 234, Jakarta. Bank memiliki 9 kantor

cabang, 19 kantor cabang pembantu, 16 kantor kas dan payment points yang

seluruhnya berlokasi di Indonesia. Pada Tanggal 18 September 1976, BNBA

menggabungkan usahanya (merger) dengan PT Bank Duta Nusantara sesuai

dengan anjuran pemerintah untuk memperluas jaringan operasional perbankan

dan meningkatkan struktur permodalan. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BNBA adalah melakukan usaha di bidang

perbankan. Pada tanggal 1 Juni 2006 Bank Bumi Arta melaksanakan IPO (Initial

Public Offering) dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta sebanyak

210.000.000 saham atau sebesar 9,10% dari saham yang ditempatkan,

sehingga sejak saat itu Bank Bumi Arta menjadi Perseroan Terbuka.

4.1.6 PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk.

PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) (ADMF) yang

didirikan pada tanggal 13 Nopember 1990 dan memulai operasisecara komersial

tahun 1991. Kantor pusat ADMF berdomisili di The Landmark I Lantai 26-31, Jl.
Jend. Sudirman No.1, Jakarta Selatan 12910. Adira Finance memiliki 531

jaringan usaha yang terdiri dari kantor cabang, kantor perwakilan, kios dan

dealer outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Sejak Januari 2004,

Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) menjadi pemegang saham pengendali di

Adira Dinamika Multi Finance Tbk, yakni dengan persentase kepemilikan

sebesar 92,07% saham yang ditempatkan dan disetor penuh Adira Finance.

Pada tanggal 23 Maret 2004, ADMF memperoleh pernyataan efektif dari

BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ADMF

(IPO) kepada masyarakat melalui pasar modal sejumlah 100.000.000 saham

dengan nilai nominal Rp100,-per saham, dengan harga penawaran perdana

sebesar Rp2.325,-per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 31 Maret 2004.

4.1.7 PT BFI Finance Indonesia Tbk.

PT BFI Finance Indonesia Tbk (Sebelumnya bernama Bunas Finance

Indonesia Tbk) (BFIN) didirikan 07 April 1982 dengan nama PT Manufacturers

Hanover Leasing dan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1982. Kantor

pusat BFIN berlokasi di BFI Tower, Sunburst CBD Lot 1.2, Jl. Kapt. Soebijanto

Djojohadikusumo BSD City, Tangerang Selatan 15322 -Indonesia. Saat ini, BFI

Finance mempunyai 210 kantor cabang dan 100 gerai yang tersebar di wilayah

Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham BFI Finance

Indonesia Tbk adalah Trinugraha Capital & CO SCA (42,81%).Pada tahun 1990,

BFIN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK atas nama Menteri

Keuangan Republik Indonesia untuk melakukan Penawaran Umum Perdana

Saham BFIN (IPO) kepada masyarakat sebanyak 2.125.000 dengan nilai

nominal Rp1.000,-per saham dengan harga penawaran Rp5.750,-per saham.


Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 16 Mei 1990.

4.1.8 PT Tifa Finance Tbk.

PT Tifa Finance Tbk (TIFA) didirikan tanggal 14 Juni 1989 dengan nama

PT Tifa Mutual Finance Corporation dan memulai kegiatan komersial pada tahun

1989. Kantor pusat TIFA terletak di Gedung Tifa, Lantai 4,Jalan Kuningan Barat

No. 26, Jakarta 12710, Indonesia. TIFA memiliki 1 Cabang di Surabaya, dan 5

Kantor Perwakilan di Semarang, Samarinda, Pekanbaru, Banjarmasin dan

Makassar. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham TIFA, antara

lain: PT Dwi Satrya Utama (38,61%) dan Tan Chong Credit Pte. Ltd., Singapura

(35,64%). Pada tanggal 30 Juni 2011, TIFA memperoleh pernyataan efektif dari

BAPEPAM & LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TIFA

(IPO) kepada masyarakat sebanyak 278.000.000 saham dengan nilai nominal

Rp100,-per saham dan harga penawaran Rp200,-per saham yang terdiri dari

sebanyak 55.800.000 saham baru yang berasal dari portepel Perusahaan dan

sebanyak 222.200.000 saham atas nama Pemegang Saham yang terdiri dari

sejumlah 115.544.000 saham atas nama PT Dwi Satrya Utama dan 106.656.000

saham atas nama Tan Chong Credit Pte. Ltd. Saham-saham tersebut telah

tercatat di Bursa Efek Indonesia padatanggal 08 Juli 2011.

4.1.9 PT Mandala Multifinance Tbk.

PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) didirikan 13 Agustus 1983 dengan

nama PT Vidya Cipta Leasing Corporation dan mulai beroperasi secara

komersial pada tahun1984. Kantor pusat Mandala Multifinance berlokasi di Jalan

Menteng Raya No. 24 A-B, Jakarta Pusat dan memiliki 236 jaringan kantor
pelayanan yang beroperasi di 27 propinsi di Indonesia. Pemegang saham yang

memiliki 5% atau lebih saham Mandala Multifinance, antara lain PT Jayamandiri

Gemasejati (pengendali) (70,42%) dan Alex Hendrawan (Komisaris) (5,05%).

Pada tanggal 23 Agustus 2005, MFIN memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MFIN (IPO)

kepada masyarakat sebanyak 325.000.000 dengan nilai nominal Rp100,-per

saham dengan harga penawaran Rp195,-per saham. Saham-saham tersebut

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 06 September 2005.

4.1.10 PT Asuransi Jasa Tania Tbk.

PT Asuransi Jasa Tania Tbk (Asuransi Jastan) (ASJT) didirikan tanggal

25 Juni 1979 dengan nama PT Maskapai Asuransi Jasa Tania dan memulai

kegiatan komersial pada bulan Juni 1979. Kantor pusat Asuransi Jastan terletak

di Wisma Jasa Tania Jalan Teuku Cik Ditiro No. 14 Jakarta Pusat 10350, dan

memiliki 12 kantor cabang serta 11 kantor pemasaran. Pemegang saham yang

memiliki 5% atau lebih saham Asuransi Jasa Tania Tbk, antara lain: Dana

Pensiun Perkebunan (seluruh PT Perkebunan Nusantara (Persero)) (90,33%)

dan Reksadana HPAM Premium 1 (6,47%). Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ASJT menjalankan usaha bidang asuransi

kerugian. Saat ini, ASJT menyediakan berbagai jenis asuransi, antara lain:

asuransi kebakaran, asuransi kendaraan bermotor dan alat berat, asuransi

rekayasa, asuransi pengangkutan, asuransi penerbangan (aviation), asuransi

kesehatan, asuransi uang, asuransi kecelakaan diri, asuransi tanaman

perkebunan, asuransi ternak, asuransi rangka kapal, asuransi kredit karyawan

dan asuransi surety bond. Pada tanggal 18 Desember 2003, ASJT memperoleh

pernyataan efektif Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana


Saham ASJT (IPO) kepada masyarakat sebanyak 50.000.000 Saham Biasa

atau 16,67 % dari 300 juta saham yang ditempatkan dan disetor penuh dengan

nilai nominal Rp200,- per saham, dengan harga penawaran sebesar Rp300,-

per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada tanggal 29 Desember 2003.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

1.2.1 Hasil Perhitungan Capital Gain (X1)

Capital Gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu saham

yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Capital gain juga

merupakan hasil yang diperoleh dari selisih antara harga pembelian (kurs beli)

dengan harga penjualan (kurs jual). Artinya jika kurs beli lebih kecil daripada

kurs jual maka investor dikatakan memperoleh capital gain, dan sebaliknya jika

kurs beli lebih besar daripada kurs jual maka investor akan memperoleh capital

loss. Capital gain yang dihitung merupakan data yang terdapat pada laporan

keuangan perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2015-2018 dan telah dihitung dalam tabel 4.1.


Tabel 4.1

Hasil perhitungan Capital Gain periode 2015-2018

Kode Tahun
No
Perusahaan 2015 2016 2017 2018
1 BBNI 0,04722 0,10721 0,59276 0,12500
2 BBRI 0,46970 0,10309 0,36075 0,00549

3 BBTN 0,07469 0,34363 0,45977 0,40551

4 BJTM 0,05263 0,23913 0,21053 0,02899

5 BNBA 0,20253 0,05263 0,34000 0,03731

6 ADMF 0,04355 0,04328 0,05556 0,27719

7 BFIN 0,11554 0,25000 0,05143 0,27174

8 TIFA 0,22000 0,13934 0,13669 0,21519

9 MFIN 0,14474 0,01724 0,10734 0,48980

10 ASJT 0,06803 0,18471 0,93548 0,66667


Rata-rata (Mean) 0,14380 0,14803 0,32503 0,25229
Sumber: idx (diolah)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata capital

gain perusahaan sektor keuangan tahun 2015-2018 berfluktuasi cenderung

meningkat. Pada tahun 2015 memiliki nilai rata-rata 0,14380 dengan nilai

capital gain tertinggi sebesar 0,46970 pada perusahaan Bank Rakyat

Indonesia Tbk dan nilai terendah sebesar 0,04355 pada perusahaan Adira

Dinamika Multi Finance Tbk. Tahun 2016 mengalami peningkatan nilai rata-

rata sebesar 0,42% menjadi 0,14803 dengan nilai capital gain tertinggi

sebesar 0,34363 pada perusahaan Bank Tabungan Negara Tbk dan nilai

terendah sebesar 0,01724 pada perusahaan Mandala Multifinance Tbk.

Tahun 2017 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 17,70% menjadi


0,32503 dengan nilai capital gain tertinggi sebesar 0,93548 pada

perusahaan Asuransi Jasa Tania Tbk dan nilai terendah sebesar 0,05143

pada perusahaan BFI Finance Indonesia Tbk. Tahun 2018 mengalami

penurunan rata-rata sebesar 7,27% menjadi 0,25229 dengan nilai capital

gain tertinggi 0,66667 pada perusahaan Asuransi Jasa Tania Tbk dan nilai

terendah 0,00549 pada perusahaan Bank Rakyat Indonesia Tbk.

1.2.2 Hasil Perhitungan Dividen (X2)

Dividen merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan

kepada para pemegang saham. Dividen tersebut dapat berupa uang, skrip

(script), saham perusahaan (berupa saham investasi atau barang lainnya).

Dividen timbul setelah direksi mengumumkan akan membagikan dividen, dan

kebijakan pembagian harus berdasarkan persetujuan RUPS (Rapat Umum

Pemegang Saham). Dividen yang dihitung merupakan data yang terdapat pada

laporan keuangan perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2015-2018 dan telah dihitung dalam tabel 4.2.


Tabel 4.2

Hasil Perhitungan Dividen Periode 2015-2018

Tahun
No Kode Perusahaan
2015 2016 2017 2018
1 BBNI 0,25160 0,34887 0,35008 0,25005
2 BBRI 0,30246 2,00248 0,45051 0,53584

3 BBTN 0,19977 0,20024 0,19990 0,20008

4 BJTM 0,72525 0,63357 0,56896 0,54201

5 BNBA 0,25152 0,25073 0,25793 0,27350

6 ADMF 0,41982 0,75940 0,69822 0,69553

7 BFIN 0,16787 0,28626 0,20253 0,50000

8 TIFA 0,43750 0,36810 0,28156 0,27153

9 MFIN 0,10215 0,25907 0,59761 0,39683

10 ASJT 0,34633 0,29625 0,49711 0,50000

Rata-rata (Mean) 0,32043 0,54050 0,41044 0,41654


Sumber: idx (diolah)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dividen

perusahaan sektor keuangan tahun 2015-2018 berfluktuasi cenderung

meningkat. Pada tahun 2015 memiliki nilai rata-rata 0,32043 dengan nilai

dividen tertinggi sebesar 0,72525 pada perusahaan Bank Pembangunan

Daerah Jawa Timur Tbk dan nilai terendah sebesar 0,10215 pada

perusahaan Mandala Multifinance Tbk. Tahun 2016 mengalami peningkatan

nilai rata-rata sebesar 22,01% menjadi 0,54050 dengan nilai dividen tertinggi

sebesar 2,00248 pada perusahaan Bank Rakyat Indonesia Tbk dan nilai

terendah sebesar 0,20024 pada perusahaan Bank Tabungan Negara Tbk.

Tahun 2017 mengalami penurunan rata-rata sebesar 13,01% menjadi


0,41044 dengan nilai dividen tertinggi sebesar 0,69822 pada perusahaan

Adira Dinamika Multi Finance Tbk dan nilai terendah sebesar 0,19990 pada

perusahaan Bank Tabungan Negara Tbk. Tahun 2018 mengalami kenaikan

rata-rata sebesar 0,61% menjadi 0,41654 dengan nilai dividen tertinggi

0,69553 pada perusahaan Adira Dinamika Multi Finance Tbk dan nilai

terendah 0,20008 pada perusahaan Bank Tabungan Negara Tbk.

1.2.3 Hasil Perhitungan Volume Perdagangan Saham (Y)

Volume perdagangan saham merupakan banyaknya jumlah saham yang

diperdagangkan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Volume

perdagangan saham merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk

melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter volume

saham yang diperdagangkan di pasar. Volume perdagangan saham yang

dihitung merupakan data yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan

sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018 dan

telah dihitung dalam tabel 4.3.


Tabel 4.3

Hasil Perhitungan Volume Perdagangan Saham Periode 2015-2018

Tahun
No Kode Perusahaan
2015 2016 2017 2018
1 BBNI 0,00620 0,00668 0,00781 0,00435
2 BBRI 0,28585 0,26283 0,18818 0,22807

3 BBTN 0,00011 0,00008 0,00008 0,00011

4 BJTM 0,00002 0,00009 0,00007 0,00002

5 BNBA 0,01069 0,01015 0,07661 0,07233

6 ADMF 0,00770 0,02895 0,02792 0,03580

7 BFIN 0,01804 0,01565 0,02254 0,01619

8 TIFA 0,00205 0,00932 0,32819 0,21888

9 MFIN 0,02043 0,04137 0,09704 0,01688

10 ASJT 0,18169 0,08535 0,38174 0,03894


Rata-rata (Mean) 0,05328 0,04605 0,11302 0,06316
Sumber: idx (diolah)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata volume

perdagangan saham perusahaan sektor keuangan tahun 2015-2018

berfluktuasi cenderung menurun. Pada tahun 2015 memiliki nilai rata-rata

0,05328 dengan nilai volume perdagangan saham tertinggi sebesar 0,28585

pada perusahaan Bank Rakyat Indonesia Tbk dan nilai volume perdagangan

saham terendah sebesar 0,00002 pada perusahaan Bank Pembangunan

Daerah Jawa Timur Tbk. Tahun 2016 mengalami penurunan nilai rata-rata

sebesar 0,72% menjadi 0,04605 dengan nilai volume perdagangan saham

tertinggi sebesar 0,26283 pada perusahaan Bank Rakyat Indonesia Tbk dan

nilai terendah sebesar 0,00008 pada perusahaan Bank Tabungan Negara


Tbk. Tahun 2017 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 6,70% menjadi

0,11302 dengan nilai dividen tertinggi sebesar 0,38174 pada perusahaan

Asuransi Jasa Tania Tbk dan nilai terendah sebesar 0,00007 pada

perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. Tahun 2018

mengalami penurunan rata-rata sebesar 4,99% menjadi 0,06316 dengan

nilai dividen tertinggi 0,22807 pada perusahaan Bank Rakyat Indonesia Tbk

dan nilai terendah 0,00002 pada perusahaan Bank Pembangunan Daerah

Jawa Timur Tbk.

4.3 Hasil Analisis Data

4.3.1 Analisi Deslriptif

Statistik deskriptif menjelaskan deskripsi data dari seluruh variabel yang

dimasukkan dalam penelitian. Statistik deskriptif merupakan gambaran singkat

dari hasil penelitian ini diantaranya nilai tertinggi, nilai terendah, rata-rata dan

standar deviasi dari masing-masing variabel. Lampiran 5 menunjukkan statistik

deskriptif dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Berdasarkan lampiran 5 halaman 68 menunjukkan bahwa nilai N adalah

banyaknya data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 40 data

yang merupakan jumlah sampel dengan periode penelitian 2015-2018 yang

diambil dari laporan keuangan tahunan yang dipubikasikan melalui situs resmi

Bursa Efek Indonesia.

Variabel Capital gain memiliki nilai terendah sebesar 0,00549 terdapat pada

perusahaan Bank Rakyat Indonesia Tbk dan nilai tertinggi sebesar 0,93548 pada

perusahaan Asuransi Jasa Tania Tbk, dengan nilai rata-rata 0,2173022 dan nilai

standar deviasi sebesar 0,20371722. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan
sektor keuangan yang terdaftar di BEI memiliki capital gain sebesar 0,20371722

dari seluruh harga saham periode sekarang dibandingkan dengan harga saham

periode sebelumnya.

Variabel dividen (DPR) memiliki nilai terendah 0,10215 terdapat pada

perusahaan Mandala Multifinance Tbk, dan nilai tertinggi 2,00248 pada

perusahaan Bank Rakyat Indonesia Tbk, dengan nilai rata-rata 0,4219755 dan

nilai standar deviasi 0,30858023. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan

sektor keuangan yang terdaftar di BEI memiliki dividen sebesar 0,30858023 dari

DPS dibandingkan dengan EPS.

Variabel volume perdagangan saham (VPS) memiliki nilai terendah 0,00002

terdapat pada perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk dan nilai

tertinggi 0,38174 pada perusahaan Asuransi Jasa Tania Tbk, dengan nilai rata-

rata 0,0688750 dan nilai standar deviasi 0,10369128. Hal ini berarti bahwa rata-

rata perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI yang diukur dengan S-

score, memiliki tingkat volume perdagangan saham sebesar 0,10369128.

4.4 Uji Asumsi Klasik

4.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi

secara normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan pada

lampiran 6, perhitungan pertama sebelum data di outlier menunjukkan nilai

Asymp.Sig sebesar 0,000 atau dikatakan tidak normal. Outlier merupakan data

yang menyimpang terlalu jauh dari data yang lainnya dalam suatu rangkaian data

atau bisa disebut dengan nilai esktrem. Data yang menyimpang atau nilai
eskrem yang terlalu tinggi dan terlalu rendah yaitu data 40, 39, 34, 32, 30, 8, 7, 6,

dan 5, sehingga nilai esktrem tersebut harus dihilangkan agar data bisa normal

kembali dan mendapatkan nilai Asymp.Sig diatas 0,05. Setelah data di outlier

diperoleh nilai Asymp.Sig 0,200 lebih besar dari 0,05 maka hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa nilai residual pada penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji

normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov -Smirnov (K-S) dapat

dilihat pada lampiran 6 halaman 69.

4.4.2 Uji Multikolonieritas

Uji multikolinieritas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Cara mendeteksi ada

tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai toleransi dan nilai VIF. Jika nilai

toleransi diatas 0,10 dan VIF dibawah nilai 10 maka dinyatakan bebas

multikolinieritas. Dapat disimpulkan bahwa antar variabel bebas tidak ada

korelasi, karena nilai toleransi dari capital gain = 0,997>0,10, dividen =

0,997>0,10, dan nilai VIF dari capital gain = 1,003<10, dividen = 1,003<10. Jadi

dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas. Hasil uji

multikolinieritas dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 70.

4.4.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas pada model dapat

dilihat pada pola gambar scatterplot model. Tidak terdapatnya model

heteroskedatisitas yaitu, jika pola yang dihasilkan oleh grafik scatterplot

menyebar rata diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y. Berdasarkan hasil
uji heteroskedastisitas scatterplot terlihat bahwa titik-titik tidak berkumpul, tetapi

menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y.Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak teradi

heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada lampiran 8

halaman 71.

4.4.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah data model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan t-1.

Berdasarkan uji autokorelasi, dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (DW) sebesar

1,676 yang sesuai dengan syarat diantara -2 sampai +2, maka peneliti

menyimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari autokorelasi. Hasil uji autokorelasi

dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 72.

4.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui arah antara

variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel

independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari

variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau

penurunan. Berdasarkan lampiran 10 tentang pengujian hipotesis, maka

diperoleh persamaan yaitu:


Tabel 4.4
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisien Sig.


(Constant) 0,081 0,006
Capital Gain 0,059 0,279
Dividen -0,079 0,037
2
R 0,752
Sumber : Bursa Efek Indonesia (data diolah)

Sebelum di outlier

Y = α + β1 (X1) + β2 (X2) + e

= -0,05 + 0,149X1 + 0,97X2

Setelah di outlier

Y = α + β1 (X1) + β2 (X2) + e

= 0,081 + 0,059X1 – 0,079X2

Dimana:

Y : Volume perdagangan saham

X1 : Capital gain

X2 : Dividen

α : Konstanta

β : Koefisien regresi parsial

ε : error

Berdasarkan hasil persamaan analisis regresi pada lampiran 10 halaman 73,

dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:


a. Konstanta untuk persamaan diperoleh nilai 0,081 hasil ini menunjukkan

apabila X1 dan X2 tidak mengalami kenaikan atau tetap, maka nilai Y

sama dengan nilai konstanta yaitu 0,081.

b. Koefisien regresi variabel capital gain (X1) terhadap volume perdagangan

saham diperoleh sebesar 0,059, hal ini menunjukkan bahwa apabila ada

kenaikan capital gain satu persen dengan asumsi variabel lain tetap,

maka volume perdagangan saham perushaan akan meningkat sebesar

0,059 dan sebaliknya.

c. Koefisien regresi variabel dividen (X2) terhadap volume perdagangan

saham diperoleh sebesar -0,079, hal ini menunjukkan bahwa apabila ada

kenaikan dividen satu persen dengan asumsi variabel lain tetap, maka

volume perdagangan saham perusahaan akan menurun sebesar 0,079

dan sebaliknya.

4.6 Pengujian Hipotesis

4.6.1 Uji Signifikasi Parameter individual (Uji T)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara parsial. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 5%, jadi variabel yang tingkat signifikansinya kurang dari

0,05 (<5%) dinyatakan berpengaruh signifikan. Begitu juga sebaliknya, jika

tingkat signifikansi lebih dari 0,05 (>5%) maka tidak berpengaruh signifikan.

Berdasarkan uji t pada lampiran 11 halaman 74, dapat diambil kesimpulan

mengenai pengaruh masing-masing variabel terhadap volume perdagangan

saham, yaitu:

1. Capital gain secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap volume

perdagangan saham, karena nilai signifikan dari capital gain terhadap


volume perdagangan saham adalah 0,279. Dimana nilai tersebut lebih

besar dari 0,05 atau 5%.

2. Dividen secara statistik berpengaruh signifikan terhadap volume

perdagangan saham, karena nilai signifikan dari dividen terhadap volume

perdagangan saham adalah 0,037. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari

0,05 atau 5%.

4.7 Koefisien Determinasi (R2)

Uji R2 dilakukan untuk mengukur seberapa besar kemampuan variabel

independen dalam penelitian ini. Persamaan regresi linier berganda semakin

baik apabila nilai koefisien determinasi R2 semakin besar atau mendekati 1 dan

cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah variabel bebas.

Berdasarkan uji R2 dapat dilihat pada R Square menunjukkan nilai 0,752 artinya

75,2% variabel X1 dan X2 mampu menjelaskan terhadap variabel Y, dan 24,8%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Hasil Uji R2 (koefisien

determinasi) dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 72.

4.8 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

4.8.1 Pengaruh Capital Gain Terhadap volume Perdagangan Saham

Berdasarkan hasil analisis regresi, menunjukkan bahwa capital gain

mempunyai nilai koefisien sebesar 0,059 dan nilai signifikannya sebesar 0,279.

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel capital gain memiliki pengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap volume perdagangan saham, maka

hipotesis penelitian ini ditolak.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara

capital gain dengan volume perdagangan saham. Hal tersebut berarti semakin
tinggi capital gain maka volume perdagangan saham akan semakin meningkat,

begitu pula sebaliknya semakin rendah capital gain maka volume perdagangan

saham akan semakin menurun.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa variabel capital gain tidak

berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham. Hal ini

menunjukkan bahwa investor lebih menyukai dividen karena pembayaran

dividen resikonya lebih kecil dari capital gain, selain itu dividen lebih dapat di

perkirakan sebelumnya. Sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan,

sehingga pembayaran dividen yang tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan

mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik. Hal ini disebabkan karena

rata-rata prosentase peningkatan dan penurunan antara kedua variabel (capital

gain dan volume perdagangan saham) tidak proposional. Seperti yang terjadi

pada perusahaan Asuransi Jasa Tania Tbk dan perusahaan Bank Rakyat

Indonesia Tbk.

Pada tahun 2018 nilai capital gain perusahaan Asuransi Jasa Tania Tbk

mengalami penurunan sebesar 26,88% dengan nilai capital gain sebesar

0,66667 dari tahun 2017. Pada tahun yang sama volume perdagangan saham

mengalami penurunan sebesar 34,28% dengan nilai volume perdagangan

saham sebesar 0,03894.

Pada tahun 2018 nilai capital gain perusahaan Bank Rakyat Indonesia

Tbk mengalami penurunan sebesar 35,53% dengan nilai capital gain sebesar

0,05143 dari tahun 2017. Pada tahun yang sama volume perdagangan saham

mengalami peningkatan sebesar 3,99% dengan nilai volume perdagangan

saham sebesar 0,22807.


Kedua perusahaan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan

sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018

yang memiliki nilai capital gain tinggi atau rendah tidak berpengaruh terhadap

volume perdagangan saham perusahaan, karena prosentase peningkatan atau

penurunan kedua variabel tidak proporsional.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Novita Sari N. (2012) yang menunjukkan bahwa capital gain tidak

berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham.

4.8.2 Pengaruh Dividen Terhadap volume Perdagangan Saham

Berdasarkan hasil analisis regresi, menunjukkan bahwa dividen

mempunyai nilai koefisien sebesar -0,079 dan nilai signifikannya sebesar 0,037

lebih kecil dari toleransi kesalahan α = 0,05. Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa variabel dividen memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap volume

perdagangan saham, maka hipotesis penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi dividen perusahaan, maka semakin menurun volume

perdagangan saham.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dividen berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap volume perdagangan saham disebabkan karena

penurunan deviden akan memberikan sinyal buruk (perusahaan membutuhkan

dana atau kesulitan dana). Perusahaan yang mempunyai fluktuasi laba yang

tinggi kemungkinan juga mempunyai fluktuasi pembayaran deviden yang tinggi,

hal ini tentu saja akan memberikan sinyal yang tidak baik, khususnya bila

deviden turun. Hal ini bisa terjadi karena informasi yang terkandung dalam

pengumuman pembagian dividen tidak direspon positif oleh investor, investor


menangkap sinyal, atau informasi tersebut dianggap tidak akan menambah

keuntungan, sehingga tidak terdapat perubahan berarti pada aktifitas

perdagangan saham.

Salah satunya pada perusahaan Asuransi Jasa Tania Tbk, pada tahun

2018 nilai dividen perusahaan mengalami kenaikan sebesar 0,58% dengan nilai

dividen sebesar 0,49711 dari tahun 2017. Pada tahun yang sama volume

perdagangan saham mengalami penurunan sebesar 89,80% dengan nilai

volume perdagangan saham sebesar 0,03894.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Septy Indra

Santoso (2015) dimana penerapan kebijakan dividen terhadap pembagian

dividen akan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume perdagangan

saham. Hal tersebut menunjukkan sejumlah dividen yang dibayarkan ke investor

memiliki pengaruh terhadap volume perdagangan saham perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai