1771 3509 1 SM PDF
1771 3509 1 SM PDF
Fokky Fuad
Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia
Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta 12110
fokkyf@gmail.com
Abstract
Legal philosophy Pancasila philosophy of the nation formed from Indonesia. He unearthed in
ontology, epistemology, and axiology qualify as a science of law. This study uses normative law
with a conceptual approach. Pancasila as staatsfundamentalnorm has undergone ups and downs.
Now, after rolling back reform of the Indonesian nation awakened to the importance of Pancasila
as a staatsfundamentalnorm. Value Pacasila now poured in primary values, namely: value-
communality Religiosity and Values Diversity. Those values are about to direaktualisasi with a
series of specific methods to put it back as the soul of Indonesian law.
Abstrak
Falsafah Hukum Pancasila terbentuk dari falsafah bangsa Indonesia.Ia tergali secara ontologi,
epistemology, maupun aksiologi memenuhi syarat sebagai sebuah ilmu pengetahuan hukum.
Penelitian ini menggunakan metode hukum normative dengan pendekatan konseptual. Pancasila
sebagai staatsfundamentalnorm telah mengalami proses pasang-surut. Kini setelah bergulir
reformasi kembali Bangsa Indonesia disadarkan akan arti penting Pancasila sebagai sebuah
staatsfundamentalnorm. Nilai Pacasila kini dituangkan dalam nilai-nilai utamanya, yaitu: Nilai
Religiusitas dan Nilai Komunalitas-Kebhinekaan. Nilai-nilai tersebut hendak direaktualisasi
dengan serangkaian metode tertentu untuk meletakkannya kembali sebagai jiwa hukum Indonesia.
Ketiga, Pancasila yang sejatinya menjadi yang mencoba menelaah dan mengkaji esensi
ruh setiap hukum di Indonesia masih juga jiwa hukum Indonesia, Pancasila.
belum mendapatkan pemaknaan yang
hakiki.Belum tercipta kesamaan pandangan di Ontologi-Epistemologi Falsafah Hukum
kalangan ahli hukum sejak Indonesia merdeka Pancasila
tiba-tiba era reformasi meluluhlantakkan ide Falsafah hukum Pancasila tidak terlepas
besar Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm dari lima Sila yang terkandung dalam
dalam hubungan berbangsa dan bernegara. Pancasila. Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan,
Fokus pandangan akan eksistensi Pancasila Nilai Persatuan, Nilai Musyawarah, dan Nilai
segera beralih kepada nilai-nilai dasar lainnya Keadilan Sosial. Dari lima nilai tersebut dapat
atas nama demokratisasi. Optik hukum para dilihat terdapat dua inti nilai utama: Nilai
ahli hukum pun tidak lagi menjadikan Religiusitas dan Nilai Komunalitas. Nilai
Pancasila sebagai staats fundamentalnorm.Kini Religiusitas mengandung makna adanya
tantangan Pancasila menjadi semakin berat sebuah konsep berfikir bahwa dalam ruang
sebagai sebuah sistem filsafat dalam hukum kosmik berfikir dan berhukum selalu
untuk mewarnai setiap aturan hukum di mengkaitkan dengan nilai-nilai
Indonesia. ketuhanan.Meletakkan Tuhan sebagai pusat
Metode Penelitian yang dilakukan dari gerak alam sekaligus gerak dinamika
dalam penelitian ini adalah menggunakan berhukum masyarakat Indonesia.Nilai
metode hukum normatif dengan pendekatan komunalitas adalah sebuah ruang kosmik
konseptual (conseptual approach). Dalam bahwa manusia Indonesia menyadari tak dapat
pendekatan konseptual ini akan dilihat hidup sendiri. Dalam berkehidupan ia selalu
bangunan falsafah hukum Pancasila sebagai bersama dengan orang lain. Ia menyadari
rancang bangun hukum Indonesia. Nilai-nilai bahwa eksistensi dirinya ada ketika ia hidup
Pancasila dikaji untuk ditemukan sebuah bersama dan mengakui, menghormati
formulasi akan makna falsafah hukum sesamanya. Ia menjadi manusia justru ketika ia
Pancasila. Penelitian ini mengajukan hidup bersama dengan manusia lainnya.
pertanyaan yang dirumuskan dalam sebuah Bukankah hukum baru muncul ketika ada lebih
rumusan masalah sebagai berikut: dari satu manusia yang hidup bersama? Nilai
Pertama, bagaimanakah makna komunalitas ini berpadu dengan nilai
ontologis Falsafah Hukum Pancasila sebagai Religiusitas membentuk sebuah falsafah
fondasi dalam rancang bangun struktur hukum hukum hukumnya sendiri yaitu: Falsafah
Indonesia? Hukum Pancasila.
Kedua, bagaimaimanakah epistemol-ogi Falsafah Hukum Pancasila dapat
Falsafah Hukum Pancasila untuk diartikan sebagai norma-norma dasar yang
mereaktualisasikannya dalam struktur Ilmu berisi nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan,
Hukum di Indonesia? dalam sekelompok manusia yang bersatu dan
Secara teoritik kajian ini mencoba mengutamakan musyawarah demi tercipta-nya
menelaah ajaran Mazhab Sejarah Hukum yang sebuah keadilan social (Fuad, 2015).Disinilah
mengkaji hukum dari jiwa hukum sebuah hukum tercipta, terbentuk sesuai dengan ruang
bangsa. Jiwa hukum sebuah bangsa akan kosmik berfikir manusia Indonesia. Falsafah
menentukan corak hukum yang akan hukum Pancasila ini tidak sekedar berada
diterapkan dalam keberlakuan hukumnya dalam konstruksi ilmu pengetahuan hukum
secara dogmatik. Frederich Karl von Savigny saja, tetapi iatelah terefleksikan dalam gerak
menjelaskan bahwa hukum tidak berlaku dinamikafikir, sikap-tindak, serta perilaku
secara universal, melainkan ditemukan dalam manusia Indonesia. Ruang kosmik ini tidak
jiwa bangsa itu.Hukum merupakan gejala- terlepas dari alam ketimuran yang selalu
gejala sejarah yang tumbuh dan berkembang meletakkan posisi dunia dan alam akhirat
bersama dengan pertumbuhan sebuah secara bersama dan tidak terpisah. Tuhan
bangsa.Dalam konteks ini maka hukum digali bukan sekedar sebagai sebuah gagasan yang
ke dalam jiwa bangsa.Ajaran mazhab sejarah menghiasi akal, tetapi ia tertanam dalam jiwa
hukum ini sesuai dengan struktur penelitian ini sehingga terefleksikan dalam gerak manusia
Indonesia (Gazalba,1992).Hubungan gerak
manusia dalam kehendak akal dengan tak dapat menerima ruang religius
kehendak Illahiah dapat dijelaskan melalui komunal.Disinilah ruang pengadilan yang
konsep-konsep ilmu pengetahuan. menghadirkan gagasan keadilan individual
Dalam struktur ilmu pengetahuan hukum barat begitu asing dalam pemahaman
terdapat hirarki ilmu pengetahuan.Pada lapisan berhukum manusia Indonesia.
atas terdapat ilmu-ilmu Ketuhanan melalui Dalam ruang Falsafah Hukum Pancasila
ilmu agama, dan pada lapisan kedia terdapat terdapat dua sifat: Sifat Konstanta dan Sifat
ilmu duniawi.Pada inti keilmuan terdapat azas Dinamis. Sila Ketuhanan mengandung sifat
kemanfaatan ilmu.Ilmu Pengetahuan mencoba konstanta karena pengakuan atas eksistensi
untuk menerangkan eksistensi Tuhan sebagai Tuhan sifatnya adalah pasti dan tidak berubah.
ilmu pengetahuan yang pertama.Menjelaskan Sifat Dinamis diwujudkan dalam Sila Kedua
hubungan-koneksitas antara diri manusia dan hingga Kelima, karena Sila Kemanusiaan, Sila
Tuhan. Ilmu pengetahuan pada lapisan kedua Persatuan, dan Sila Demokrasi musyawarah
akan mampu membingungkan manusia, ketika hingga Keadilan Sosial menunjukkan dinamika
ilmu pengetahuan pertama tidak mampu antar dan intersubjek. Sila Ketiga-Keempat
membimbing ilmu pengetahuan kedua. adalah Proses kebersatuan melalui
Manusia akan terjebak pada suasana pencarian musyawarah menunjukkan sifat dinamis
tujua dan makna kehdupa yang penuh Bangsa Indonesia dalam beragam
keraguan dan kesalahan (Husaini,2013). kondisi.Konflik, sengketa, dan juga kerjasama
Manusia Indonesia yang berhukum antar subjek menunjukkansifat dinamis ini.
dengan konsep–konsep nilai religius komunal Dalam proses interaksi untuk membangun
ini kini berhadapan dengan nilai-nilai baru. nilai-nilai kemanusiaan terjadi dinamika sesuai
Kekagetan, eforia akan datangnya gagasan- dengan sifat relativitas manusia. Sila Kelima
gagasan dan nilai-nilai baru menjadikan mengandung Nilai Keadilan Sosial,dan nilai
Pancasila sebagai sebuah falsafah hukum kini terakhir ini adalah aksiologi dan teleleologis
terjauhkan dari ruang pembelajaran hukum di dari Nilai-nilai Pancasila secara keseluruhan.
banyak perguruan tinggi hukum. Ia bagai Dalam ruang kosmik religius-komunal-
benda usang dan tidak lagi mampu menarik kebhinekaan, apakah menghilang-kan sama
perhatian para penstudi hukum. Gagasan sekali ide atas perlindungan hak fundamental
kebebasan liberal mempengaruhi dinamika manusia yaitu Hak Azasi Manusia? Tidak sama
hukum Indonesia.Pancasila menjadi begitu sekali. Gagasan berketuhanan tidak pernah
lamban dalam menghadapi penetrasi gagasan- dilepaskan dalam hubungan
gagasan serta nilai-nilai baru dalam kosmik kemanusiaan.Berketuhanan tidak terlepas dari
hukum.Gagasan hukum kini jauh lebih logis, perikemanusiaan yang adil dan
perhitungan-perhitungan mekanis menjadi beradab.Melindungi hak komunal sebagai
pilihan yang rasional dalam gagasan-gagasan perlindungan yang utama juga menempatkan
hukum (Huijbers, 1993).Kosmik Religiusitas individu-individu di dalamnya untuk
hukum tergantikan oleh kosmik logika mekanis dilindungi haknya.Untuk itu yang lebih tepat
karena religiusitas dianggap sebagai adalah kemerdekaan individu sebagai
irasional.Ruang-ruang hukum kini lebih fokus pengganti kata kebebasan individu dalam
pada perlindungan individual dibandingkan hukum.Kebebasan dapat berarti membuang
perlindungan sekelompok manusia (komunal). jauh ide dan cita hukum religus-komunal-
Maka hukum kini menempatkan gagasan kebhinekaan dalam konstruksi falsafah hukum
pembuktian logika, persidangan pengadilan Pancasila.
begitu jauh dari pemaknaan keadilan yang Ia merdeka untuk berbuat, merasa,
dirasakan oleh masyarakat, karena ia memiliki bersikap, dan bertindak selama dalam bingkai
logikanya sendiri. Ruang-ruang peradilan tak kemerdekaannya sebagai manusia.
mampu difahami oleh kebanyakan manusia Kemerdekaan disini bukanlah kebebasan tak
Indonesia sendiri selaku subjek berbatas, karena kebebasan mutlak hanyalah
hukum.Pengadilan yang logis begitu sulit utopia, ia akan selalu terbatasi kebebasannya
menghadirkan keadilan sosial yang diharapkan oleh kebebasan orang lain. Maka ruang
oleh manusia Indonesia.Paradigma hukum dinamika gerak manusia akan selalu berada
barat dengan logika hukumnya yang mekanis dalam bingkai optik ketuhanan dan sekaligus
optic komunal: kebersamaan dengan manusia empirik telah begitu jauh dari ruang berfikir
lainnya. Dua nilai yang akan selalu menjadi penstudi hukum di Indonesia. Maka untuk
pembatas: Kehendak Tuhan dan kehendak membentuk kembali kesadaran akan gagasan
manusia lainnya (Fuad, 2015). Falsafah Hukum Pancasila perlu kembali
Ruang komunal ini memiliki sebuah menuangkan pemikiran-pemikiran klasikdan
kekhasan tertentu, yaitu: keberagaman. kontemporer akan Falsafah Pancasila.
Kebersamaan ini merupakan ruang dinamis, Buya Hamka menjelaskan bahwa
didalamnya terdapat kerjasama untuk saling Pancasila sebagai landasan falsafah Bangsa
bergotong-royong antar individu dan Indonesia terbentuk oleh pengakuan manusia
kelompok.Kebersamaan ini berada dalam Indonesia atas eksistensi Tuhan pada
ruang multikultur, multi etnik, multi Bahasa, dirinya.Tuhan menurut Buya Hamka lebih
dan multi religi. Maka ruang komunal ini dahulu ada daripada manusia, dan Tuhan
menjadi ruang yang diisi oleh proses berkehendak atas Bangsa Indonesia berupa
penerimaan antar beragam unsur budaya, kemerdekaan. Ia menolak Pancasila semata
religi, dan nilai-nilai yang hanya dimaknai sebagai Gotong-Royong
membentuknya.Layak apabila dinyatakan seperti ide dan gagasan Soekarno
bahwa komunal bangsa Indonesia adalah (Rajagukguk,2016), karena ketika hanya
komunal keragaman, komunal kebhinekaan. menempatkan gotong-royong sebagai inti
Jika dikaitkan dengan eksistensi keyakinan Pancasila berarti menafikan peran Tuhan dalam
akan wujud Immateri Tuhan, maka dapat proses pembentukan Bangsa Indonesia. Buya
dinyatakan sebagai: Religius-komunal Hamka bahkan menjelaskan bahwa Ketuhanan
kebhinekaan.Nilai religius-komunal Yang Maha Esa sebagai urat tunggang
kebhinekaan ini diturunkan dari nilai falsafah Pancasila.Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
hukum Pancasila sebagai melahirkan sila-sila Pancasila lainnya (Hamka,
staatsfundamentalnorm. Darinya akan dibentuk 2005).
grundnorm yaitu Konstitusi, Undang-Undang Pemikiran Buya Hamka ini
Dasar. membuktikan bahwa ruang kosmik manusia
Pada kondisi inilah maka manusia Indonesia tidaklah terlepas pada keyakinan
Indonesia menyadari akan arti penting falsafah atas eksistensi Yang Maha Ghaib yaitu
hukum Pancasila sebagai sebuah kebenaran. Tuhan.Manusia menyadari bahwa hubungan
Bahwa manusia Indonesia menyadari akan interaksi manusia selalu tidak terlepas dari
posisinya dalam hubungannya dengan Tuhan interaksinya kepada Tuhannya.Membangun
dan kebersamaan dengan manusia lainnya. manusia tidak semata membangun konsep-
Manusia Indonesia berhukum dengan dua nilai konsep akal budi sebagai gerak kendali
tersebut, sehingga ketika terdapat keberlakuan perilaku, melainkan juga dengan meletakkan
hukum yang menghilangkan konsep religius gagasan Ketuhanan sebagai kendali
atau komunal-kebhinekaan, maka ia akan perilaku.Gotong-royong yang membangun
terasing dengan hukumnya sendiri. Hukum nilai kebersamaan sesama manusia sebagai
mengajarkan bahwa ia lahir dan berkembang sebuah gerak dinamis dikukuhkan pula oleh
bersama dengan jiwa bangsanya. Jiwa bangsa semangat bertuhan untuk menyempurnakan
Indonesia akan melahirkan hukum yang sesuai peran akal dalam gerak dinamis
dengan ruang jiwa bangsa Indonesia. Forma tersebut.Membangun manusia berarti
hukum baik hukum negara maupun hukum membangun sebuah nilai-nilai keadaban,
rakyat secara ideal akan terisi oleh dua nilai manusia yang memahami bahwa ada kekuatan
utama sebagai esensi dari hukum: Nilai diluar dirinya yang mengendalikan, mengatur
Religiusitas dan Nilai Komunalitas- ruang kosmik hidupnya.Ia menyadari bahwa ia
Kebhinekaan. (Kartohadi-prodjo, 2010) tak hidup sendiri, ia hidup bersama dengan
Mewujudkan Nilai-nilai Falsafah lainnya dalam rumah Indonesia dengan
Hukum Pancasila sebagai sebuah nilai-nilai semangat kegotong-royongannya. Inilah
fundamen hukum Indonesia bukanlah hal yang pencapaian kesempurnaan manusia Indonesia
mudah untuk dilakukan.Nilai-nilai hukum yang kini mulai tergantikan oleh penanaman
barat yang sangat logis individual telah nilai baru berupa euforia kebebasan.
tertanam dengan azas konkordansi secara
terpisahkan dari arena-arena sosial. Ia sebagai dan ia berhak untuk mempertahankan apa
pribadi yang harus dihormati hak-hak yang menjadi hak miliknya. Negara dengan
privatnya, pada saat yang bersamaan ia hukumnya wajib melindungi hak individu
menyadari posisinya sebagai bagian dari tersebut.Kepemilikan individu diakui sebagai
lingkungannya. bagian dari kepemilikan sosial. (Hamka, 2015)
Dalam nilai komunal terdapat nilai Keadilan sosial menempatkan individu-
individu, karena pada dasarnya nilai komunal individunya yang kooperatif.Kepentingan
terbentuk dari satuan individu.Akan tetapi sekelompok kecil orang yang memiliki
mengingat posisi nilai komunal berada pada kekuasaan ekonomi tidaklah dapat
lingkaran luarnya yang melindungi nilai dan mengganggu kepentingan rakyat banyak yang
hak individu di dalamnya, maka nilai komunal miskin.Keadilan yang diharapkan adalah
tampak memiliki ruang yang lebih besar keadilan didasarkan atas kemakmuran dan
dibandingkan nilai individu.Disnilah kebahagiaan.Prinsip negara yang terbangun
pertemuan kedua nilai dalam falsafah hukum dengan semangat nilai keadilan sosial ini
Pancasila.Kebenaran dalam gagasan falsafah adalah sebuah negara kesejahteraan.Dalam
hukum Pancasila selalu melihat pada nilai negara kesejahteraan Indonesia yang dituntut
Ketuhanan sebagai kebenaran tertingginya. adalah etika politiknya bukanlah penghapusan
Kebenaran ini akan diaktualisasikan dalam hak milik pribadi, melainkan bahwa hak milik
ruang gerak dinamika sosial-komunal, dan pribadi itu memiliki fungsi sosial.Negara
kebenaran nilai komunal tidak mengabaikan bertanggungjawab atas kesejahteraan social
nilaikebenaran individu. Mengapa (Latif, 2011).
demikian?Karena aksiologi dalam falsafah
hukum Pancasila adalah mencapai sebuah Kesimpulan
keadilan sosial dan bukan keadilan individu Falsafah Hukum Pancasila adalah
semata. sebuah keniscayaan, ia ada sebagai bentuk dari
Keadilan sosial adalah pencapaian nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia. Dalam
keadilan terhadap manusia Indonesia secara falsafah hukum Pancasila dapat terlihat paduan
menyeluruh.Proses pencapaian keadilan sosial utama nilai hukumnya yaitu: Nilai Religius dan
ini tercapai melalui konsep musyawarah. Nilai Komunal. Nilai Religius adalah sebuah
Capaian keadilan sosial ini membuktikan pengakuan manusia atas eksistensi Tuhan yang
bahwa nilai-nilai Ketuhanan tidaklah terpisah mengendalikan alam semesta dan manusia.
dari nilai kesejahteraan manusia.Unsur jiwa Nilai ini menuntun manusia Indonesia dalam
ruhani tak terpisahkan dari unsur tubuh fisik bertindak, berbuat dan berinteraksi dengan
manusia.Musyawarah dilaksanakan untuk sesama manusia, dan dengan
mencapai sebuah kesejahteraan secara lingkungannya.Dalam hubungan interaksi
menyeluruh bagi manusia Indonesia.Dalam dengan sesama dan lingkungannya, maka
pencapaian keadilan sosial ini musyawarah tercipta nilai kedua yaitu nilai komunal.Nilai
menjadi sarana untuk mencapainya, sehingga kedua ini merupakan turunan dari nilai
keadilan dapat dirasakan oleh tiap pertama sebagai nilai yang utama dan pertama.
individu.Keadilan sosial dengan capaian Nilai komunal ini merupakan bentuk
kesejahteraan sosial tidak mengabaikan hak- kesadaran akan kebersamaan sebagai sebuah
hak individu atas kepemilikan benda.Benda bangsa yang bersatu. Kesadaran akan eksistensi
sebagai harta pada hakikatnya bukan dimiliki Tuhan sebagai pengendali diwujudkan dalam
oleh manusia secara mutlak, karena nilai-nilai komunal.
kemutlakannya menjadi milik Tuhan.Tuhan Pada hakikatnya berbuat baik dan benar
mendistribusikan milikNya kepada manusia adalah dalam hubungan erat dengan
untuk diatur oleh manusia.Manusia sebagai pelaksanaan kehendak-kehendak Tuhan.Dalam
pengatur dan distributor atas benda milik posisi ini kebenaran hukum yang tercipta
Tuhan ini selalu mendasarkan distribusinya adalah kebenaran yang berkait dengan fungsi
pada konsep keadilan.Keadilan yang tercipta nilai ketuhanan dan fungsi akal.Falsafah
tidak saja dirasakan secara individu, tetapi juga hukum Pancasila mencoba menuangkan dua
ada keadilan yang diperoleh masyarakat sosial. fungsi nilai tersebut secara operasional dalam
Setiap orang diakui kepemilikan individualnya, bentuknya yaitu peraturan perundang-
Daftar Pustaka
Arabi, I. (2010). Revolusi shalat. Bandung:
Penerbit Pustaka Hidayah.