Anda di halaman 1dari 29

ETIKA KARYA ILMIAH

Makalah Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia

`Dosen: Ary Fatmawati, M.Pd

Disusun Oleh:
Yefananda Purnomo Putra (1113082000089)
Laras Kusuma (11140820000038)
Reka Faradilla (11140820000052)
Isyarah Fadilah (11140820000088)
Pratiwi Hayuningtyas Hartono (11140820000095)
Halimatu Sa’diyah (11140820000106)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad S.A.W karena berkat rahmat dan hidayatnya kita selalu berada dalam
lindungannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas presentasi
kelompok kami dalam mata kuliah Bahasa Indonesia dengan materi “Ejaan dalam
Bahasa Indonesia”. Penyusun juga meminta maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Penyusun mengharapkan kritik dan sarannya demi penyempurnaan
makalah ini. Harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, 9 Mei 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................ii

BAB 1 (PENDAHULUAN) ..........................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................1
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................2

BAB 2 (ISI) ..............................................................................................3

A. Pengertian Etika Karya


Ilmiah .........................................................3
B. Tujuan Etika Karya Ilmiah ..............................................................4
C. Fungsi Etika Karya Ilmiah ...............................................................4
D. Etika Penulitan Karua Ilmiah ..........................................................4
E. Pelanggaran Etika Publikasi Karya Ilmiah .......................................10

BAB 3 (PENUTUP) ...................................................................................25

Kesimpulan ...................................................................................25

Saran.. .............................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha


memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang
penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan
sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk
mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran
tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Maka sudah
selayaknyalah, jika tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-hal
yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain. Jikapun, tulisan
tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah
sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu. Disebut juga dengan
penelitian lanjutan.
Ada banyak jenis karya ilmiah, diantaranya yaitu makalah, tesis,
laporan penelitian dan lain-lain. Karangan ilmiah memiliki aturan baku
dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan
penggunaan bahasa. Sedangkan karangan non ilmiah adalah karangan
yang tidak terikat pada karangan baku. Seringkali kita jumpai penulis
suatu karya ilmiah yang dalam penulisannya tidak memperhatikan etika
dalam karya ilmiah, yaitu meniru atau mengambil hasil karya orang lain
tanpa menyebutkan sumbernya. Padahal kita tahu, bahwa seorang penulis
selain harus dapat menyajikan karya ilmiahnya dengan metodologi yang
baik dan benar, penulis juga dituntut supaya dapat mematuhi etika karya
ilmiah tersebut. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya pencegahan seorang
penulis dalam melakukan tindakan penjiplakan (plagiarism). Oleh karena
itulah, tim pemakalah akan membahas materi mengenai etika karya ilmiah
yang sejatinya harus dimiliki oleh setiap penulis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika karya ilmiah?
2. Apa tujuan etika karya ilmiah?
3. Apa fungsi etika karya ilmiah?
4. Bagaimana etika penulisan karya ilmiah?
5. Apa saja pelanggaran dalam etika publikasi karya ilmiah?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian etika karya ilmiah.
2. Menjelaskan tujuan etika penulisan karya ilmiah.
3. Menjelaskan fungsi etika peneliti.
4. Menjelaskan bagaimana etika penulisan karya ilmiah.
5. Menjelaskan pelanggaran etika publikasi karya ilmiah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Karya Ilmiah


Etika berasal dari Bahasa Yunani ethos, yang merupakan nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Etika juga berkaitan dengan ahlak (moral): yang
baik dan yang buruk. Nilai dan norma bersumber dari agama yang mengatur
perilaku manuasia yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Kode etik
merupakan seperangakat norma yang perlu diperhatikan dalam penulisan
karya ilmiah. Norma ini berkaitan dengan pengutipan dan perujukan,
perizinan terhadap bahan yang digunakan, dan penyebutan sumber data atau
informan. Sedangkan karya ilmiah atau tulisan ilmiah merupakan karya
seorang ilmuan (yang berupa hasil pengembangan) yang mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan,
kumpulan pengalaman, dan pengetahuan orang lain sebelumnya.
Dalam penulisan karya ilmiah, penulis harus secara jujur menyebutkan
rujukan terhadap bahan atau pikiran yang diambil dari sumber lain. Pemakain
bahan atau pikiran dari suatu sumber atau orang lain yang tidak disertai
rujukan dapat didentik dengan pencurian. Penulis karya ilmiah harus
menghindarkan diri dari tindakan kecurangan yang lazim disebut dengan
plagiat. Plagiat merupakan tindakan kecurangan yang yang berupa
pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain yang diakui sebagai hasil
tulisan atau pemikiran sendiri. Oleh sebab itu, penulis skiripsi dan tesis wajib
membuat dan mencantumkan pernyataan dalam skiripsi, tesis atau
disertasinya bahwa karyanya itu bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pemikiran orang lain.
Dalam menggunakan bahan dari suatu sumber (misalnya instrumen,
bagan, gambar, dan tabel), penulis wajib meminta izin kepada pemilik
tersebut. Permintaan izin dilakukan secara tertulis. Jika pemilik bahan tidak

3
dapat dijangkau, penulis harus menyebutkan sumbernya dan menjelaskan
apakah bahantersebut diambil secara utuh, diambil sebagian, dimodifikasi
atau dikembangkan. Nama sumber data atau informan, terutama dalam
penelitian kualitatif, tidak boleh dicantumkan apabila pencamtuman nama
tersebut dapat merugikan sumber data atau informan. Sebagai gantinya, nama
sumber data atau informan dinyatakan dalam bentuk nama samaran.

B. Tujuan Etika Karya Ilmiah


Tujuan dari etika karya ilmiah antara lain:
1. Menjamin akurasi temuan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
2. Untuk melindungi haki peneliti.
3. Untuk melindungi objek peneliti dari pemalsuan dan kerusakan.
4. Menjaga reputasi ilmuwan.
5. Menegakkan etika moral dalam berperilaku.

C. Fungsi Etika Karya Ilmiah


Etika karya ilmiah memiliki fungsi antara lain:
1. Sebagai bagian sistem iptek yang menentukan kemajuan ilmu
pengetahuan.
2. Memelihara hati nurani diri peneliti dengan berpegang pada moralitas
peneliti.
3. Mengawal penghormatan pada nilai-nilai etika dalam penelitian.
4. Membangun iklim penelitian yang sehat, kuat dan bermartabat.

D. Etika Penulisan Karya Ilmiah

Etika penulisan adalah hal yang lebih dari pada masalah teknis penulisan
itu sendiri. Ia sudah bicara tentang apa yang seharusnya dilakukan dan yang
tidak. Seseorang secara teknis, boleh telah menulis dengan cara yang benar,
namun tetap ada resiko melanggar etika penulisan ilmiah. Etika lebih
menyentuh hati daripada nalar pikiran.

1. Kejujuran

4
Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data,
pelaksanaan metode dan prosedur penelitian, publikasi hasil. Dalam
melakukan penelitian atau penulisan karya ilmiah, kejujuran sangat
dibutuhkan mengenai bagaimana peneliti mengumpulkan data,
melaksanakan metode dan prosedur penelitian, mengumpulkan sumber
atau referensi data berupa bahan pustaka, serta bagaimana peneliti
mempublikasikan hasilnya.
Jujur pada kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan.
Apabila terdapat kekurangan atau kegagalan dalam melaksanakan metode
penelitian, peneliti harus mengakui secara jujur akan hal tersebut. Dengan
di akuinya kekurangan oleh peneliti, akan dapat diberikan saran atau
kritik yang membangun bagi peneliti atau penelitian-penelitian
berikutnya.
Dalam melakukan penelitian, antara peneliti satu dengan peneliti
lainnya memiliki tugas atau pekerjaan yang berbeda-beda. Maka dari itu,
jangan mengakui atau merebut pekerjaan rekan peneliti lain sebagai
pekerjaan anda. Karena hal ini dapat membuat rekan peneliti lain merasa
terganggu atas klaim anda.
2. Objektivitas
Upayakan minimalisasi kesalahan dengan cara:
a. Rancangan percobaan
Sebelum melakukan percobaan atau penelitian, membuat
rancangan percobaan dapat membantu atau memudahkan peneliti
dalam melakukan penelitiannya. Selain itu rancangan juga dapat
meminimalkan tingkat kesalahan dalam penelitian, karena segala
sesuatu yang sebelumnya sudah dirancang akan mudah diaplikasikan
dan sedikit terhindar dari kesalahan.
b. Analisis dan interpretasi data
c. Penilaian ahli/rekan peneliti
Dalam sebuah penelitian yang sedang dilakukan ataupun sudah
selesai dilakukan apabila mendapat penilaian dari ahli penelitian atau
rekan peneliti lain akan dapat meminimalisasikan tingkat kesalahan

5
pada penelitian tersebut. Penilaian yang diberikan biasanya dapat
berupa pujian atau kritikan maupun saran. Saran atau kritikan
tersebut yang dapat membangun sebuah penelitian agar dapat
menjadi penelitian yang menghasilkan bukti atau data yang relevan.
d. Keputusan pribadi
e. Pengaruh pemberi dana/sponsor
Dana merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi
berlangsungnya sebuah penelitian. Besar atau kecilnya dana yang
tersedia sangat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya sebuah
penelitian. Apabila dana yang diberikan oleh sponsor cukup besar
maka dana tersebut akan lebih memberikan banyak manfaat bagi
peneliti. Peneliti yang baik dan profesional akan menggunakan dana
penelitian hanya untuk keperluan penelitain, maka dari itu dana yang
tersedia cukup besar apabila digunakan dengan baik, peneliti dapat
melakukan penelitian yang berhasil.
3. Integritas
Tepati selalu janji dan perjanjian. Dalam melakukan penelitian tentu
saja pihak peneliti akan melakukan janji atau perjanjian dengan pihak
lain, yang mana perjanjian ini berhubungan dengan proses penelitian baik
dalam pengumpulan data maupun metode dan prosedur penelitian. Ketika
peneliti melakukan perjanjian dengan pihak lain, maka peneliti harus
menepati janji tersebut. Apabila perjanjian yang telah dibuat diingkari
oleh peneliti maka akan merusak integritas peneliti itu sendiri.
Lakukan penelitian dengan tulus. Penelitian yang dilakukan dengan
tulus atau dengan kata lain sesuai keinginan atau hati nurani peneliti ,
maka penelitian akan berjalan secara efektif dan efisien.
Upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan.
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan pikiran dan
perbuatan secara konsisten atau tidak berubah-ubah. Fikiran peneliti yang
berubah – ubah akan mengakibatkan penelitian tidak berjalan secara
efektif dan efisien, dan hal tersebut juga dapat menyebabkan hasil
penelitian yang tidak relevan.

6
4. Ketelitian
Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpedulian. Ketelitian
dalam sebuah penelitian merupakan point yang sangat penting. Ketelitian
ini muncul karena adanya rasa kepedulian dari peneliti. Bentuk dari
ketelitian ini bisa dilakukan dari hal – hal yang sangat mudah dan simple.
Contoh mencatat pekerjaan yang akan dilakukan tiap peneliti. Misalnya
kapan dan di mana pengumpulan data dilakukan. Selain itu, catat alamat
korespondensi responden, jurnal atau agen publikasi lainnya.

5. Keterbukaan
Dalam membuat suatu karya ilmiah, seorang peneliti harus bisa
mempertanggungjawabkan penelitian yang kita lakukan dengan cara
menginterpretasikan hasil dari penelitian tersebut ke dalam bentuk
laporan. Hasil dari penelitian yang telah dibuat ini nantinya diharapkan
akan berguna bagi para pembaca dan menjadi salah satu sumber acuan
peneliti-peneliti lainnya dalam melakukan penelitian selanjutnya. Untuk
itu, dalam menuliskan hasil laporan penelitiannya, seorang peneliti harus
terbuka dalam berbagi data, hasil, ide, alat dan juga sumber daya
penelitian terhadap para pembaca. Selain itu, peneliti juga harus terbuka
terhadap kritik dan ide-ide baru yang disampaikan oleh para pembaca
meskipun pada akhirnya masukan tersebut tidak diterima karena adanya
perbedaan pendapat.
6. Penghargaan terhadap HAKI
Penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah teori-teori yang ada
sesuai dengan kenyataannya atau tidak. Jika hasil dari penelitian tersebut
tidak sesuai dengan teori yang ada, maka dapat terjadi munculnya teori
yang baru. Untuk dapat membuktikan apakah teori-teori yang ada sesuai
dengan prakteknya, peneliti tentu membutuhkan referensi dari berbagai
pihak sebagai lanadan teori yang ingin digunakan dalam menunjang
proses penelitiannya. Referensi-referensi yang digunakan oleh peneliti
harus dituliskan secara jelas sumbernya dalam laporan penelitian. Para

7
peneliti harus memperhatikan paten, copyrights dan bentuk hak-hak
intelektual lainnya. Tidak boleh menggunakan data, metode atau hasil
yang belum dipublikasi tanpa izin penelitinya. Jika peneliti tidak
memperhatikan hak kekayaan intelektual dalam melakukan penelitiannya,
maka hasil penelitian tersebut dapat tergolong ke dalam plagiasi. Oleh
sebab itu, peneliti harus menuliskan semua narasumber yang memberikan
kontribusi pada penelitiannya.
7. Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden)
Sebuah penelitian pastinya memuat atau menyajikan berbagai data
sebagai pendukung dari hasil penelitiannya. Namun, jika data tersebut
menyangkut data pribadi, kriminal dan lain sebagainya yang dianggap
sebagai rahasia oleh responden, maka peneliti harus menjaga kerahasiaan
tersebut. Contohnya peneliti melakukan suatu studi kasus pada suatu
perusahaan dimana data yang diberikan oleh perusahaan merupakan data
rahasia perusahaan, maka peneliti harus menjaga kerahasiaan tersebut
misal dengan tidak menyebutkan nama perusahaan atau menggantinya
dengan nama samaran.
8. Publikasi yang Terpercaya
Dalam mempublikasikan hasil penelitian yang telah dilakukan,
sebaiknya peneliti menghindari publikasi penelitian yang sama secara
berulang-ulang ke berbagai media (jurnal, seminar).
9. Pembinaan yang Konstruktif
Dalam sebuah penelitian tidak menutup kemungkinan seorang peneliti
mempunyai seorang pembimbing. Peran seorang pembimbing dalam
penelitian adalah memberi arahan dan masukan bagi mahasiswa ataupun
peneliti pemula yang masih membutuhkan pembimbing. Seorang
pembimbing yang baik tidak memaksakan pendapat ataupun ide yang dia
miliki kepada peneliti. Perkenankan peneliti untuk mengembangkan ide
mereka menjadi penelitian yang berkualitas.
10. Penghargaan terhadap Kolega/Rekan Kerja
Jika dalam penelitian, peneliti mempunyai tim, maka etika yang harus
dilakukan adalah menghargai dan memperlakukan rekan penelitian

8
dengan semestinya dan layak. Urutan menunjukkan besarnya kontribusi
anggota dalam tim. Peneliti dengan konstribusi terbesar ditetapkan
sebagai penulis pertama, sedangkan yang lain menjadi penulis kedua dan
selanjutnya.
11. Tanggung Jawab Sosial
Upayakan penelitian yang disusun berguna demi kemaslahatan
masyarakat, meningkatkan taraf hidup, memudahkan serta membuat
aktivitas kehidupan menjadi lebih efisien dan efektif, meringankan beban
hidup, serta bertanggung jawab mendampingi masyarakat dalam
mengaplikasikan hasil penelitian.

12. Tidak Melakukan Diskriminasi


Hindari melakukan pembedaan pada rekan kerja atau mahasiswa
karena jenis kelamin, ras, suku dan faktor-faktor lain yang tidak ada
hubungannya dengan kompetensi dan integritas ilmiah.
13. Kompetensi
Setiap peneliti mengharapkan hasil penelitian berupa karya ilmiah
yang baik, andal, dapat diterima dan bermanfaat bagi khalayak umum.
Kompetensi dan keahlian diperlukan untuk menghasilkan karya ilmiah
yang semakin baik kedepannya. Hal ini dapat dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan. Semakin sering seseorang melakukan
pembelajaran dan penelitian, maka hasil penelitiannya akan semakin baik
di kemudian hari. Hal ini dikarenakan pengalaman dan pengetahuan yang
bertambah ikut andil dalam pengembangan cara berpikir serta teknik
peneliti. Peningkatan kompetensi juga dapat dilakukan dengan
pembelajaran seumur hidup yang terus dilakukan secara bertahap hingga
mahir dalam melakukan penelitian.
14. Legalitas
Peneliti haruslah memahami dan mematuhi segala peraturan
institusional dan kebijakan pemerintah yang terkait dengan penelitian agar
tidak merugikan banyak pihak, baik diri sendiri maupun orang lain.
Aturan legalitas ini, biasanya terkait dengan hak cipta. Peneliti diharuskan

9
untuk selalu meminta izin sebelum mengambil data/bahan penelitian baik
secara langsung ataupun dengan menyebutkan nama/sumber penelitian
dalam hasil karya ilmiahnya. Pemerintah telah mengatur secara tegas
mengenai aspek legalitas ini dalam undang-undang, terdapat sanksi yang
pasti dalam setiap pelanggaran etika penulisan karya ilmiah mulai dari
pencabutan karya ilmiah hingga hukuman denda dan kurungan.

E. Pelanggaran Etika Publikasi Karya Ilmiah


1. Research Fraud: Fabrikasi dan Falsifikasi Data
Salah satu dari berbagai pelanggaran etika termasuk kecurangan yang
sering terjadi dalam penelitian (Scientific misconduct) adalah fabrikasi
dan falsifikasi. Tindakan fabrikasi dan falsifikasi merupakan jenis
kesalahan karena unsur kesengajaan. Kedua kegiatan ini juga termasuk ke
dalam jenis pelanggaran etika terhadap isi dikarenakan pelanggaran etika
dan kecurangan yang dilakukan terkait dengan data penelitian.
Menurut Sudigdo Sastroasmoro dalam editorial yang berjudul
beberapa catatan tentang plagiarisme menjelaskan bahwa fabrikasi
(fabrication) merupakan tindakan yang membuat data fiksi menjadi
seolah-olah ada. Hal ini berarti tidakan fabrikasi membuat hasil penelitian
menjadi tidak valid karena sampel yang tidak benar. Menciptakan data
sendiri demi kebutuhan bahan penelitian yang jelas jelas tidak
diperobehkan.
Ada kalanya data penelitian yang peneliti dapatkan cenderung tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu, keinginan
memanipulasi agar data sesuai dengan kehendak penelitipun
bermunculan. Salah satunya yang disebut dengan falsifikasi data.
Falsifikasi (falsification) merupakan tindakan merubah data, menjadikan
data agar seperti yang diinginkan oleh penulis. Dengan kata lain dapat
diartikan dengan memanipulasi data yang diperoleh. Data yang digunakan
dalam suatu penelitian hendaklah merupakan data yang valid dan jujur
agar hasil penelitian dapat menggambarkan yang sebenarnya. Jika data

10
yang diguanakan merupkan data manipulasi, maka hasil penelitian yang
didapatkan akan salah, menyesatkan dan menyimpang dari kenyataan.
2. Memanfaatkan Data/Informasi Bukan dari Sumber Asal
Data menjadi hal penting dan tidak terlewatkan di dalam suatu
penelitian. Data dalam penelitian sendiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat
secara langsung dari sumbernya. Sebagai contoh adalah data yang didapat
secara langsung melalui kuisioner, hasil observasi maupun wawancara.
Cara mendapatkan data primer, peneliti berinteraksi langsung dengan
objek penelitian. Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara
langsung, yaitu melalui perantara berupa media, seperti mengakses data
dokumen melalui internet, mendapatkan data melalui laporan keuangan
dan lainnya.
Kecurangan atau pelanggaran etika terhadap penelitian terkait dengan
data sekunder adalah memanfaatkan data/informasi bukan dari sumber
asalnya. Memanfaatkan data.informasi bukan dari sumber asalnya yang
dimaksud secara negatif adalah dengan tidak mencantumkan sumber
inormasi kedua dalam rantai data dari sumber data yang diambil oleh
peneliti. Dengan kata lain, peneliti hanya mengambil data penelitian yang
teliti orang lain melalui penelitian orang lain dengan tidak mencantumkan
sumber.
3. Salami Slicing
Salami Slicing merupakan salah satu dari tindak pelanggaran publikasi
karya ilmiah, hal tersebut dapat terjadi apabila terdapat sebuah studi yang
berskala besar namun studi tersebut dibagi menjadi dua publikasi yang
terpisah. Hal tersebut dapat menimbulkan kepercayaan kepada pembaca
bahwa sampel yang digunakan pada dua publikasi tersebut merupakan
sampel yang berbeda padahal hal tersebut tidaklah benar. Adapun hal lain
yang menyangkut permasalahan salami slicing ini adalah data
augmentation, pada data augmentation dapat terjadi apabila seorang
penulis melakukan penulisan karya ilmiah lalu karya tersebut
dipublikasikan namun selanjutnya penulis terus memperdalam penelitian

11
karya ilmiah tersebut dengan hanya menambahkan atau memperdalam
data-data terkait lalu mengklaim penelitian tersebut sebagai penelitian
baru. Salami slicing dan data augmentation keduanya berpotensi
menimbulkan pelanggaran hak cipta karena data atau teks yang tampil
dilebih dari satu copywrited publication.
4. Pelanggaran Hak Kepenulisan, Kepemilikan dan Ucapan
Terimakasih
Pelanggaran hak kepenulisan sering terjadi ketika seorang penulis
hanya berfokus untuk menyusun karya ilmiahnya tanpa memerhatikan
untuk mencantumkan sumber atau data yang ia peroleh untuk dapat
menyusun karyanya tersebut. Tentu saja tindakan ini akan berakibat fatal
kepada penulis terlebih apabila seorang penulis tersebut telah
berkecimpung dalam dunia pendidikan dan telah memiliki nama besar.
Untuk itu perlu adanya sikap mawas diri dalam penyusunan suatu karya
ilmiah, adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari hal
tersebut salah satunya adalah dengan membuat kutipan langsung atas
sebuah pernyataan milik orang lain. Selain mengenai pencantuman, dalam
karya ilmiah seorang penulis juga harus memerhatikan mengenai ucapan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak dalam proses penulisan karya ilmiah, hal ini
dianggap penting sebagai salah satu etika karena sebuah karya ilmiah
yang akan dipublikasikan merupakan sesuatu yang prestisius dan akan
membawa dampak terhadap citra diri penulis maupun nama baik dari
suatu lembaga organisasi yang telah membantu dalam penulisan karya
ilmiah.
5. Publikasi Ganda
Publikasi ganda merupakan praktik kecurangan dalam etika karya
ilmiah dimana hal tersebut terjadi ketika seorang penulis karya ilmiah
mengirimkan data yang sama ke lebih dari satu penerbit tanpa adanya
pemberitahuan kepada penerbit sebelumnya. Adapun pelanggaran lainnya
yang terkait publikasi ganda adalah redundant publication, redundant
publication timbul apabila penulis menerbitkan karya ilmiah dengan data

12
yang sama dengan penelitian sebelumnya namun penulis hanya
mengganti beberapa teks dalam penulisan karya ilmiah tersebut seperti
adanya perbedaan kalimat dalam bab pendahuluan. Contoh lainnya terkait
hal ini pun terjadi di lingkungan universitas, yakni seorang mahasiswa
yang mengajukan sebuah penelitian karya ilmiah untuk mata kuliah
tertentu namun penelitian tersebut sebenarnya sudah diajukan untuk mata
kuliah lain, kasus seperti ini pun sudah banyak terjadi dan memiliki
respon yang berbeda-beda terkait peraturan universitas yang berlaku.
6. Konflik Kepentingan
Dalam melakukan penulisan karya ilmiah, seorang penulis tidak boleh
melibatkan konflik kepentingan golongan tertentu maupun pribadi penulis
dalam melihat permasalahan serta mencari solusi atas isu yang terdapat
dalam penulisan. Hal ini disebabkan karena dalam penulisan karya ilmiah
seorang penulis dituntut untuk adil serta bijaksana dalam mencari solusi
terkait permasalahan yang diangkat. Selain karena itu, penulis dalam
karya ilmiah dituntut objektif karena hasil karya tersebut akan
dipublikasikan ke masyarakat sehingga akan membentuk opini publik
terkait isu yang diangkat yang tentu saja hal ini akan berhubungan dengan
kepercayaan masyarakat terhadap dunia ilmiah serta stabilisasi kondisi
masyarakat.
7. Plagiarisme
a. Definisi Plagiarisme
Plagiarisme adalah tindakan menyalin sebagian atau seluruh hasil
karya orang lain baik secara sengaja maupun tidak sengaja tanpa
mencantumkan sumber yang didapat untuk penulisan karya tersebut,
sehingga seakan-akan karya tersebut merupakan murni dari hasil
penelitian diri sendiri.
b. Jenis Plagiarisme
1) Jenis Plagiarisme Berdasarkan Aspek yang Dicuri
(a) Plagiarisme Ide: Mengambil ide yang sudah ada tanpa
menyebut sumber dengan jelas.

13
(b) Plagiarisme isi (data penelitian): Mengambil data penelitian
orang lain.
(c) Plagiarisme kata, kalimat, paragraph.
(d) Plagiarisme total
2) Klasifikasi Berdasarkan Sengaja atau Tidaknya Plagiarisme
(a) Plagiarisme yang disengaja
(b) Plagiarisme yang Tidak Disengaja: Menggunakan ide, kata,
frase, kalimat, atau paragraf orang lain tanpa menyebut
sumber, baik disengaja atau pun tidak disengaja karena
ketidaktahuan.
3) Klafisikasi Berdasarkan Proporsi atau Persentasi Kata, Kalimat,
Paragraf yang Dibajak
(a) Plagiarisme ringan : <30 %
(b) Plagiarisme sedang : 30-70%
(c) Plagiarisme berat atau total : >70%
4) Berdasarkan pada Pola Plagiarisme
(a) Plagiarisme kata demi kata (word for word plagiarizing):
Mengambil sebagian kecil (kalimat) dapat satu paragraf, atau
bahkan seluruh makalah tanpa digubah menurut aturan
penulisan dan tidak menyebutkan sumber.
(b) Plagiarisme mosaik: Menyalin dengan menyisipkan kata,
frase atau kalimat dari penulis lain lalu menyambungkannya
secara acak.
5) Self-Plagiarism
Autoplagiarism atau self-plagiarism (vide infra) yaitu memakai
karya sendiri secara identik tanpa melampirkan sumber karya
aslinya.Jadi, apabila kita membuat suatu karya tulis ilmiah lalu
diterbitkan, maka tulisan tersebut merupakan gagasan milik si
penulis (kita). Ketika kita berkesempatan membuat karya ilmiah
yang sama dengan struktur gagasan, kalimat-kalimat, kata per
kata, yang tepat sama dengan yang sudah diterbitkan tanpa
menyantumkan nama penulis ataupun penerbit terdahulu

14
walaupun penulisnya kita sendiri maka tindakan tersebut
merupakan plagiat atau self-plagiarism.
c. Lingkup dan Pelaku Plagiarisme
Berdasarkan Pasal 2 Nomor 17 Tahun 2010 dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia:
1) Plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada (pasal 1, ayat 1):
(a) Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau
kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa
menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa
menyatakan sumber secara memadai;
(b) Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata
dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber
tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau
menyatakan sumber secara memadai;
(c) Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau
teori tanpa menyatakan sumber secara memadai;
(d) Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari
sumber kata- kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat,
pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara
memadai;
(e) Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau
telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya
tanpa menyatakan sumber secara memadai.
2) Yang dimaksud dengan sumber terdiri atas (pasal 1, ayat 2):
Orang perseorangan atau kelompok orang, masing-masing
bertindak untuk diri sendiri atau kelompok atau untuk dan atas
nama suatu badan, atau anonim penghasil satu atau lebih karya
dan/atau karya ilmiah yang dibuat, diterbitkan, dipresentasikan,
atau dimuat dalan bentuk tertulis baik cetak mapun elektronik.
3) Yang dimaksud dengan yang dibuat dapat berupa (pasal 1, ayat
3):
(a) Komposisi musik:

15
(b) Perangkat lunak komputer;
(c) Fotografi;
(d) Lukisan;
(e) Sketsa;
(f) Patung; atau
(g) Karya dan/atau karya ilmiah sejenis yang tidak termasuk
kategori angka a s.d f.
4) Yang dimaksud dengan diterbitkan dapat berupa (pasal 1, ayat 4):
(a) Buku yang dicetak dan diedarkan oleh penerbit atau
perguruan tinggi;
(b) Artikel yang dimuat dalam berkala ilmiah, majalah, atau surat
kabar;
(c) Kertas kerja atau makalah profesional dari organisasi
tertentu;
(d) Isi laman elektronik; atau
(e) Hasil karya dan/atau karya ilmiah yang tidak termasuk pada
angka a s.d e.
5) Yang dimaksud dengan dipresentasikan dapat berupa (pasal 1,
ayat 5):
(a) Presentasi di depan khalayak umum atau terbatas;
(b) Presentasi melalui radio/televisi/video/cakram padat/ cakram
video digital; atau
(c) Bentuk atau cara lain sejenis yang tidak termasuk pada angka
1 dan 2.
6) Dimuat dalam bentuk tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berupa cetakan dan/atau elektronik
7) Pernyataan sumber memadai apabila dilakukan sesuai dengan tata
cara pengacuan dan pengutipan dalam gaya selingkung setiap
bidang ilmu, teknologi, dan seni.

Berdasarkan Pasal 3 Nomor 17 Tahun 2010 Dalam Peraturan


Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia:
Plagiator di perguruan tinggi adalah:

16
 Satu atau lebih mahasiswa
 Satu atau lebih dosen/peneliti/tenaga kependidikan atau;
 Satu atau lebih dosen/peneliti/tenaga kependidikan bersama satu
atau lebih mahasiswa.
d. Pencegahan Plagiarisme
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya plagiarisme pada karya tulis, antara lain sebagai berikut.
1) Kejujuran pada diri seorang penulis.  Kejujuran merupakan dasar
untuk menegakkan kebenaran, termasuk menegakkan dan
membangun kebenaran ilmiah sangat diperlukan kejujuran. 
Kejujuran merupakan nilai nurani (lubuk hati yang paling dalam)
yang hakekatnya tidak bisa dibuat-buat, tetapi bisa ditempa
melalui pendidikan moral atau mental, kemudian diperkaya
dengan ilmu pengetahuan.  Suatu kejujuran yang hakiki hanya
diketahui secara pasti oleh diri sendiri dan oleh Allah, sedangkan
orang lain hanya bisa mengetahui ekspresi dari kejujurannya itu. 
Hanya diri sendiri dan Allah yang benar-benar tahu bahwa materi
yang dikemukakan dalam bentuk kalimat ataupun data pada karya
tulisnya itu asli milik dirinya atau bersumber dari karya tulis
orang lain.  Kadang-kadang seorang penulis ingin mengemukakan
kalimat (konsep, teori, ataupun pernyataan) serta data (baik
gambar maupun angka) yang bersumber dari tulisan orang lain,
namun tidak tahu cara merujuk sumber secara benar.  Di sinilah
diperlukan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tata tulis;
membuat kalimat yang benar, mengutip kalimat baik kutipan
langsung maupun kutipan tidak langsung, mengutip gambar
dan/atau angka, dan lain sebagainya.
2) Pengakuan terhadap karya orang lain.  Pengakuan terhadap karya
orang lain yang dijadikan bahan pustaka merupakan salah satu
tindakan jujur seorang penulis karena hal ini merupakan salah
satu faktor yang memengaruhi berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi.  Pengakuan terhadap karya orang lain dapat

17
terekspresikan pada cara pengutipan kalimat dan data yang
dituangkan dalam isi tulisan, cara penulisan daftar pustaka, dan
pada kata pengantar maupun sanwacana.
3) Meningkatkan peran pendidik dalam mencegah plagiarisme. 
Pendidik dalam segala tingkatan institusi pendidikan memiliki
kewajiban membimbing anak didiknya dalam segala aspek
pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kurikulumnya.  Seorang
pendidik yang diberi tugas pimpinan untuk membimbing anak
didiknya dalam penulisan karya tulis ilmiah atau skripsi harus
menjalankan peranannya secara baik dan penuh tanggungjawab. 
Peranan seorang pembimbing sangat banyak, antara lain:
(a) Memberi ide penelitian atau karya tulis ilmiah ketika siswa
yang dibimbingnya tidak mempunyai ide yang sesuai dengan
bidangnya,
(b) Memberikan arahan tentang garis besar atau kerangka isi
karya tulis ilmiah yang akan dibuat,
(c) Membimbing tata cara penulisan dan metode penelitian yang
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,
(d) Membimbing cara pengolahan dan penyajian data yang akan
dituliskan dalam karya tulis ilmiahnya,
(e) Memberikan arahan tentang interpretasi serta pembahasan
data yang telah diperoleh,
(f) Membaca secara teliti semua yang dituliskan bimbingannya
dalam karya tulis ilmiah,
(g) Memberikan masukkan atau koreksi terhadap segala
kekurangan yang dijumpai pada karya tulis bimbingannya
mencakup kaidah penulisan kalimat, cara merujuk suatu
sumber pustaka, dan kaidah keilmuan,
(h) Memberikan teladan atau contoh yang baik dan benar
berkaitan dengan pembuatan karya tulis ilmiah.

Jika peran pendidik dijalankan dengan baik, maka plagiarisme dapat


berkurang. Hal ini secara langsung dapat mendorong terciptanya

18
kejujuran ilmiah untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Pendidik
harus menjadi teladan atau contoh yang baik dan benar, jangan
sampai pendidik sendiri yang justru menjadi plagiator (orang yang
melakukan plagiarisme). Masalah seperti ini sangat mungkin terjadi
karena menyangkut moral individu seseorang. Misalnya,
pembimbing skripsi yang menulis karya tulis ilmiah persis isinya
dengan isi sebuah skripsi mahasiswa bimbingannya mulai dari
pendahuluan hingga kesimpulan tanpa mecantumkan nama penulis
skripsi dalam jurnal ilmiah (publikasi resmi). Ada ketentuan
bagaimana cara merujuk data dari sebuah skripsi atau beberapa buah
skripsi bimbingannya untuk ditulis kembali menjadi sebuah tulisan. 
Pendidik harus lebih mengetahui tentang ketentuan yang dimaksud
agar mahasiswa bimbingannya bisa terdidik dengan lebih baik lagi.

(a) Meningkatkan peran pemeriksa karya tulis ilmiah dalam


mencegah plagiarisme.  Pemeriksa karya tulis ilmiah bertugas
untuk memeriksa kelayakan karya tulis dalam berbagai aspek,
misalnya: kelayakan bidang ilmu (baik relevansi bidang ilmu
maupun mutu isinya), kelayakan format, dan kebahasaan
termasuk kaidah pengutipan yang benar.  Pemeriksa karya tulis
ilmiah harus benar-benar memeriksa/membaca karya tulis
ilmiah yang ditugasi kepadanya, baik karya tulis ilmiah untuk
kenaikan pangkat para guru, para dosen, para peneliti, maupun
untuk dipublikasi.  Pemeriksaan yang dilakukan secara cermat
namun tidak bermaksud menghambat karir seseorang sangat
efektif dalam mencegah terjadinya plagiarisme pada karya tulis
ilmiah.  Pada bagian ini, keteladanan juga sangat diperlukan
terutama bagi para pemeriksa karya tulis ilmiah agar plagiarisme
tidak terjadi pada paper, kertas kerja, makalah seminar
(proseding seminar), makalah workshop, ataupun pada makalah
jurnal/buletin.
(b) Menyebarkan informasi hasil penelitian dan karya tulis lainnya
melalui publikasi dalam jurnal ataupun buletin ilmiah.  Publikasi

19
tersebut dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi
perkembangan IPTEKS melalui karya tulis ilmiah agar
memperkaya kasanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat, agar
bisa dijadikan bahan pustaka bagi para peneliti dan akademisi,
agar bisa dilakukan kajian/penelitian lebih lanjut oleh ilmuwan
yang memiliki minat bidang ilmu yang sama.  Jika para
pembaca mengerti maksud dan tujuan publikasi karya tulis
ilmiah serta memanfaatkannya dengan benar sesuai dengan
maksud dan tujuan tadi, maka plagiarisme dapat ditekan. 
Keteladanan para penulis kelas kaliber justru sangat diperlukan
agar plagiarisme tidak terjadi pada karya tulis ilmiah yang
dipublikasi dalam jurnal/buletin.
e. Penanggulangan Plagiarisme
Berdasarkan Pasal 10 Nomor 17 Tahun 2010 Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia:
1) Mahasiswa
(a) Dalam hal diduga telah terjadi plagiat oleh mahasiswa. Ketua
jurusan/departemen/bagian membuat persandingan antara
karya ilmiahMahasiswa dengan karya dan /atau karya ilmiah
yang diduga merupakan Sumber yang tidak dinyatakan oleh
mahasiswa.
(b) Ketua jurusan/departemen/bagian meminta seorang dosen
sejawat sebidang untuk memberikan kesaksian secara tertulis
tentang kebenaran plagiat yang diduga dilakukan oleh
mahasiswa.
(c) Mahasiswa yang diduga melakukan plagiat diberi
kesempatan melakukan pembelaan dihadapan ketua
jurusan/departemen/bagian.
(d) Apabila berdasarkan persandingan dan kesaksian telah
terbukti terjadi plagiat,maka ketua jurusan/departemen/bagian
menjatuhkan sanksi kepada mahasiswa sebagai plagiator

20
(e) Apabila salah satu dari persandingan atau kesaksian,ternyata
tidak dapat membuktikan terjadinya plagiat, maka sanksi
tidak dapat dijatuhkan kepada mahasiswa yang diduga
melakukan plagiat
2) Dosen/Penelilti/Tenaga kependidikan
(a) Dalam hal diduga telah terjadi plagiat oleh
dosen/peneliti/tenaga kependidikan pimpinan perguruan
tinggi membuat persandingan antara karya ilmiah
dosen/peneliti/tenaga kependidikan dengan karya ilmiah yang
diduga merupakan sumber yang tidak dinyatakan oleh
dosen/peneliti/tenaga kependidikan.
(b) Pemimpin/pimpinan perguruan tinggi meminta senat
akademik untuk memberikan pertimbangan secara tertulis
tentang kebenaran plagiat yang diduga telah dilakukan
dosen/peneliti/tenaga kependidikan.
(c) Sebelum senat akademik memberikan pertimbangan, senat
meminta komisi etik dari senat akademik untuk melakukan
telaah tentang 1. Kebenaran plagiat 2. Proporsi karya
dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya
ilmiah plagiator, yang diduga telah dilakukan
dosen/peneliti/tenaga kependidikan.
(d) Senat akademik menyelenggarakan sidang dengan membahas
hasil telaah komisi etik dan mendengarkan pertimbangan para
anggota senat, serta merumuskan pertimbangan yang akan
disampaikan kepada pemimpin/pimpinan perguruan tinggi.
(e) Dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang diduga melakukan
plagiat, diberi kesempatan melakukan pembelaan dihadapan
sidang senat akademik.
(f) Apabila berdasarkan persandingan dan telaah telah terbukti
terjadinya plagiat, maka senat akademik merekomendasikan
sanksi untuk dosen/peneliti/tenaga kependidikan sebagai

21
plagiator kepada pemimpin/pimpinan perguruan tinggi untuk
dilaksanakan.
(g) Apabila salah satu dari persandingan atau hasil telaah,
ternyata tidak dapat membuktikan terjadinya plagiat, maka
sanksi tidak dapat dijatuhkan kepada dosen/peneliti/tenaga
kependidikan yang diduga melakukan plagiat.
f. Sanksi Plagiarisme
Berdasarkan Pasal 12 Nomor 17 Tahun 2010 Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia:
1) Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 10 ayat (4) berurutan dari
yang ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri atas:
(a) Teguran
(b) Peringatan tertulis
(c) Penundaan pemberian sebahagian hak mahasiswa
(d) Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang
diperoleh mahasiswa
(e) Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
(f) Pemberhentian tdk dengan hormat
(g) Pembatalan ijazah apabila mahasiwa telah lulus UU
Sisdiknas : Mempergunakan karya ilmiah jiplakan untuk
memperoleh gelar akademik, profesi, vokasi dipidana penjara
paling lama 2 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp200.000.000
(h) No Pelaku Ketentuan yang Dilanggar Urutan Sanksi
Tambahan Sanksi Lain Menurut Peraturan Per-UU-an:
Bagi mahasiswa sanksi berupa teguran/peringatan tertulis/
penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa, dijatuhkan
sesuai dengan proporsi plagiat hasil telaah dan apabila
dilakukan secara tidak sengaja. Sanksi berupa pembatalan
nilai/pemberhentian dengan hormat/pemberhentian dengan
tidak hormat/pembatalan ijazah kepada mahasiswa,

22
dijatuhkan sesuai dengan proporsi plagiat hasil telaah dan
apabila dilakukan secara sengaja dan/atau berulang.
2) Sanksi bagi dosen/ peneliti /tenaga kependidikan yang terbukti
melakukan plagiat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(6) berurutan dari yang ringan sampai dengan yang paling berat,
terdiri atas:
(a) Teguran
(b) Peringatan tertulis
(c) Penundaan pemberian hak
(d) Penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional
(e) Pencabutan hak unit diusulkan sebagai profesor/jenjang
utama bagi yang memenuhi syarat
(f) Pemberhentian dengan hormat dari status dosen/peneliti
/tendik
(g) Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai
dosen/peneliti/ tendik
(h) Pembatalan ijazah yg diperoleh. Apabila
dosen/peneliti/tendik menyandang sebutan profesor/jenjang
utama : Diberhentikan dari jabatan profesor/ jenjang utama.
UU Sisdiknas : Mempergunakan karya ilmiah jiplakan
untuk memperoleh gelar akademik, profesi, vokasi dipidana
penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp200.000.000
(i) No Pelaku Ketentuan yang Dilanggar Urutan Sanksi
Tambahan Sanksi Lain Menurut Peraturan Per-UU-an Bagi
Dosen/Peneliti/Tenaga Kependidikan:
(1) Sanksi berupa teguran/peringatan tertulis/penundaan
pemberian hak, dijatuhkan sesuai dengan proporsi plagiat
hasil telaah dan apabila dilakukan secara tidak sengaja;
(2) Sanksi berupa penurunan pangkat dan jabatan akademik/
fungsional/pencabutan hak untuk diusulkan ke guru
besar/jenjang utama/pemberhentian dengan hormat/

23
pemberhentian dengan tidak hormat/pembatalan ijazah,
dijatuhkan sesuai dengan proporsi plagiat hasil telaah
dan apabila dilakukan secara sengaja dan/atau berulang;
(3) Penjatuhan sanksi-sanksi tersebut di atas tidak
menghapuskan sanksi lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Pemberhentian sebagai profesor/guru besar bagi dosen
dilakukan oleh Mendiknas atas usul perguruan tinggi
yang bersangkutan atau atas usul perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh masyarakat melalui Kopertis;
(5) Pemberhentian dari jenjang jabatan fungsional utama
untuk peneliti/tenaga kependidikan dengan mekanisme
yang sama untuk diteruskan oleh Mendiknas kepada
pejabat yang berwenang;
(6) Mendiknas atau pejabat yang berwenang dapat menolak
usul pengangkatan kembali dosen/peneliti/tenaga
kependidikan ke dalam jabatan semula apabila
dosen/peneliti/tenaga kepend. dijatuhi sanksi tambahan
berupa pemberhentian dari jabatan guru besar/peneliti
utama/jenjang utama.
(7) Dalam hal pemimpin perguruan tinggi tidak menjatuhkan
sanksi, Menteri dapat menjatuhkan sanksi kepada
plagiator dan kepada pemimpin perguruan tinggi yang
tidak menjatuhkan sanksi kepada plagitor;
(8) Sanksi kepada pemimpin perguruan tinggi berupa:
1.teguran 2.peringatan tertulis 3.pernyataan pemerintah
bahwa perguruan tinggi yang bersangkutan tidak
berwenang melakukan tindakan hukum dalam bidang
akademik.
BAB III

PENUTUP

24
Kesimpulan

1. Penjiplakan (plagiarism) merupakan kegiatan mengambil atau


menjadikan ide-ide atau kata-kata  orang lain menjadi milik sendiri
tanpa menyebutkan sumbernya. Sedangkan definisi Kamus Besar
Bahasa Indonesia, diartikan sebagai tindakan atau perbuatan yang
mengambil, menyalin, menduplikasi, dan sebagainya, karya oran
lain dan menjadikannya karya sendiri tanpa sepengatahuan atau
izin sang pemiliknya.
2. Banyak sekali contoh dari tindakan penjiplakan, salah satunya
yaitu menggunakan atau mengambil teks, data atau gagasan orang
lain tanpa memberikan pengakuan terhadap sumber secara benar
dan lengkap.
3. Banyak cara yang dapat kita lakukan dalam meghindari tindakan
plagiarism, salah satunya yaitu dengan membiasakan diri untuk
menulis setiap hari dengan mematuhi etika karya ilmiah.

Saran

Sebaiknya dalam membuat karya ilmiah yang bersumber dari


tulisan sesorang jangan pernah lupa untuk mencantumkan sumber
asal tulisan tersebut supaya penulis karya ilmiah tidak dikenakan
sanksi pelanggaran atas etika karya ilmiah.

25
DAFTAR PUSTAKA

Tanjung, Bahdin Nur, dan Ardial. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana Prena Media Group.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun


2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.
2010.

Gorby Situmorang, “Research Writing Skill and Plagiarisme”, diakses dari


http://cumilangit-binus.blogspot.co.id/2014/03/research-writing-skills-and-
plagiarisme.html, pada tanggal 6 Mei 2017.
http://pusbangdik.unsri.ac.id/files/ACADEMICRECHARGING2015/ETIKA
%20PENELITIAN%20DAN%20KI.pdf diakses pada tanggal 6 Mei 2017.

http://fkep.unand.ac.id/images/PENCEGAHAN_DAN_PENANGGULANGAN_
Plagiat.pdf diakses pada tanggal 7 Mei 2017.
http://slideplayer.info/slide/2779648/ diakses pada tanggal 7 Mei 2017.
(Presentasi berjudul: "ETIKA PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
Disampaikan Oleh: Jaka Sriyana jakasriyana@yahoo.com Disampaikan
pada “Workshop Penulisan Artikel Nasional, Sub Direktorat.)
http://staff.unila.ac.id/indriyanto/2012/01/17/cara-mencegah-plagiarisme/ diakses
pada tanggal 7 Mei 2017.

26

Anda mungkin juga menyukai