Anda di halaman 1dari 18

JANUARI 2020 [PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS (PKP) 2019]

BAB V
ANALISA DAN PEMECAHAN PEMECAHAN MASALAH

5.1. IDENTIFIKASI MASALAH


Tabel 5.1 Kesenjangan antara target dengan capaian Upaya Kesehatan

NO. INDIKATOR KESENJANGAN

1 K1 0%
2 K4 2%
3 DO K1-K4 6,5 %
4 Komplikasi kebidanan ditangani 3%
5 Persalinan nakes 0
6 KF1 0
7 KF3 0
8 KN1 0
9 KN3 0
10 Neonatus komplikasi ditangani 0
11 Kunjungan bayi 0
12 Bayi BBLR ditangani 5,7
13 Deteksi dini tumbuh kembang balita 2,6%
14 Deteksi dini tumbuh kembang prasekolah 0
15 Pelayanan Kesehatan remaja 3,3
16 Peserta KB aktif 2%
17 Rumah Tangga Sehat 30%
18 Posyandu Purnama 0
19 Konsumsi garam Yodium 0
20 Bayi mendapat ASI Eksklusif 0
21 Balita Di Timbang (D/S) 0
22 Penjaringan Murid Baru SD 6,9
23 Penjaringan murid Baru SLTP 12,5
24 Penjaringan murid Baru SLTA 3,5
25 Rumah Sehat 4,46
26 Jamban Sehat 4
27 Sarana Air Bersih yang layak 0
28 TTU Yang Memenuhi Syarat 0
29 Pemberian Vitamin A Balita 2 kali / Tahun 0
30 Bayi Mendapatkan ASI Eksklusif 0
31 Cakupan pemberian tablet besi 90 hari 0
32 Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi BGM Keluarga 0
Miskin.
33 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan. 0
34 Pemberian Vitamin A Bufas 0

PUSKESMAS RAWAT INAP PENENGAHAN | 48


JANUARI 2020 [PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS (PKP) 2019]

35 Balita yang Naik Berat Badannya 0


36 Balita Bawah Garis Merah. 0,6
37 Cakupan BTA (+) 68%
38 Angka kesembuhan ( Cure Rate ) 29,1
39 Penderita DBD 0
40 Penemuan kasus Diare semua umur 0
41 Penemuan kasus Pneumonia 0
42 Penemuan kasus Malaria 0
43 Kasus GHPR 0
44 Kasus KUSTA 0
45 Campak 0
46 Desa Universal Child Imunisation (UCI) 10%
48 HBO 0
49 BCG 0
50 DPT-HB3 0
51 POLIO 4 0
52 CAMPAK 0
53 Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) 0
54 TT2+ 16%
55 BIAS CAMPAK klas 1 SD 0
56 BIAS DT,Td Klas 1,2,3 SD 0
57 Posbindu 72,7
58 Pengukuran/Screening Hipertensi 80%
59 Pengukuran/Screening Obesitas
60 Deteksi dini kanker serviks ( Pemeriksaan IVA ) 31%
61 Deteksi dini kanker payudara (CBE)
62 Perawatan Keluarga rawan
63 Pengobat tradisional terdaftar 0
64 Pembinaan terhadap Pengobat tradisional 0
65 Sarana distribusi obat tradisional yang memenuhi syarat 0
66 Cakupan KK yang menanam Toga 0
67 Pelayanan pra usila dan usila 45%
68 Upaya Program Peduli Kesehatan Remaja 0
69 Kunjungan rawat jalan 0
70 Kunjungan rawat jalan gigi 18%
71 Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR) 27%
72 Rata-rata perawatan (LOS) /efisiensi rawat inap 0
73 Turn Of Interval (TOI) adalah rata-rata jumlah hari Tempat Tidur 0
tidak terpakai dari saat kosong sampai saat terisi berikutnya.
74 Ketersediaan obat sesuai kebutuhan 0

5.2. URUTAN PRIORITAS MASALAH


Tabel 3.2. Urutan Prioritas masalah Kesehatan Tahun 2019

No Masalah /Indikator Kriteria / Tingkat Hasil


Penjumlahan
Urgensi Keseriusan Perkembangan (U+S+G)

PUSKESMAS RAWAT INAP PENENGAHAN | 49


JANUARI 2020 [PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS (PKP) 2019]

(U) (S) (G) Skor Ranking


1. Penemuan BTA (+) 19 95 91 93 279 I
(12,2%) kesenjangan 30
(68%)
2 Kasus Ibu hamil KEK 39 94 90 92 276 II
kasus
3 Cakupan bayi mendapat ASI 88 76 68 232 VII
Eksklusif 28 bayi (77,8%)
4 Cakupan Rumah Sehat 92 88 94 274 III
berdasarkan IS 7883(75,5%),
SAB 6300 (89%) . Jamban
3,210 (74%)
5 Cakupan TTU memenuhi 20 25 21 66 XXXIII
syarat kesehatan 82 TTU
(75%)
6 Kunjungan K1 ibu hamil 919 86 88 80 254 V
(100%), kunjungan K4 ibu
hamil 860 (93,6%), DO K1-
K4 83 (9.5%)
7 Penanganan komplikasi 62 70 60 192 XII
kebidanan 120 (96,8%)
8 Persalinan nakes 919 (100%) 62 61 57 180 XVI
kesenjangan 0 ( 0%)
9 Kunjungan ibu nifas Kf1 dan 52 35 34 121 XXIX
Kf3 820 (94,5%)
10 Neonatus komplikasi ditangani 56 54 51 161 XXII
54 ( 42,5 %) kesenjangan 45
( 56,5%)
11 Deteksi dini tumbuh kembang 65 62 61 188 XIII
balita 1540 (33,9%)
kesenjangan 2548 ( 57,1%).
12 Deteksi dini tumbuh kembang 60 60 68 188 XIV
prasekolah 1670 (80%)
13 Pelayanan pra usila dan usila 46 56 65 167 XX
793 (29,8%)
14 Peserta KB Aktif 5832 58 40 42 140 XXVII
(72,4%), kesenjangan ( 0 %)
15 Pemberian tablet besi 90 hari 80 70 60 210 IX
712 (99,4%) kesenjangan 0
16 Pemberian Vitamin A Bufas 60 42 40 142 XXV
733 (100%)
17 Balita Di Timbang (D/S) 2923 72 73 78 223 VIII
(92,6%)
18 Masih ada cakupan imunisasi 80 78 86 244 VI
yang belum mencapai target :
19 BCG 773 (113,6%) 0
kesenjangan 0 (0%)
20 Polio 4 792 (116,4%) 0

PUSKESMAS RAWAT INAP PENENGAHAN | 50


JANUARI 2020 [PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS (PKP) 2019]

21 Campak 796 (117%) 0


22 Imunisasi Dasar Lengkap 795 0
(116,8%)
23 TT2 (+) 690 (75%), 0
kesenjangan 300 (20%)
25 Penemuan kasus Pneumonia 60 58 68 186 XV
rendah 13 (100%)
26 Rendahnya penemuan kasus 46 43 38 127 XXVIII
malaria klinis 2, RDT + 1
kasus.
27 Cakupan rawat jalan umum 68 63 64 195 XI
24.291 (63%), kesenjangan
(3,1%), BP gigi 1607 (4,2%)
28 Penjaringan Murid Baru SD 58 50 60 168 XVII
750 (93,17%) kesejangan 55
(6,9%)
29 Penjaringan murid Baru SLTP 58 50 60 168 XVIII
583 (87,5%)
30 Penjaringan murid Baru 58 50 60 168 XIX
SLTA 289 (96,5%)
31 Pengobat tradisional terdaftar 48 40 52 140 XXVI
2
32 Pembinaan terhadap Pengobat 26 30 30 86 XXXI
tradisional 22
33 Cakupan Penanamam Toga 36 35 34 105 XXX
33 Deteksi dini kanker serviks 48 50 50 148 XXIII
(Pemeriksaan IVA)
34 Deteksi dini kanker payudara 48 50 50 148 XXIV
(CBE)
35 Angka Penggunaan Tempat 60 52 52 164 XXI
Tidur (BOR)
36 Perawatan Keluarga Rawan 91 89 84 264 IV
dan Keluarga Resiko Tinggi
(Resti)

5.3. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan identifikasi masalah dan prioritas masalah maka dapat dirumuskan
permasalahan kesehatan yang ada di UPT. Puskesmas Rawat Inap Penengahan sebagai
berikut:
1. Potensial penularan penyakit TB Paru, dikarenakan karena penemuan TB paru masih
rendah dan penanganan penyakit TB Paru belum maksimal, Penemuan TB Paru BTA
(+) hanya 19 kasus (12,2%) kesenjangan 30 (68%)
2. Masih ditemukan kasus ibu hamil Kekurangan Energi Kalori (KEK); 39 kasus.

PUSKESMAS RAWAT INAP PENENGAHAN | 51


JANUARI 2020 [PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS (PKP) 2019]

3. Masih ditemukan kasus kematian Neonatus, Ditemukan kasus kematian Neonatus 8


kasus dengan penyebab kematian Kelainan Bawaan 3 kasus, IUFD 1 kasus, dan
Asfiksia 4 kasus.
4. Kecendrungan menurunnya derajat kesehatan masyarakat oleh karena tidak terlayani
kesehatan secara paripurna pada keluarga rawan dan keluarga resiko tinggi kesehatan,
ditandai dengan rendahnya cakupan pelayanan perawatan pada keluarga rawan dan
keluarga resiko tinggi (Resti) masih belum maksimal.
5. Potensial terjadinya komplikasi persalinan, kematian Neonatus ditandai deangan
komplikasi bidan yang ditangani 120 ( 93,6% ) dan Neonatus komplikasi di tangani
54 (42,5%).
6. Kecendrungan terjadinya penyakit menular (PD3I) dikarenakan cakupan imunisasi
yang belum mencapai target, Desa UCI 20 ( 90,9%) dari 22 desa yang ada.
7. Kecendrungan terjadinya anemia ibu hamil, perdarahan ante/pasca persalinan oleh
sebab pemberian tablet besi 90 hari pada ibu hamil tidak mencapai target 712
(99,4%).
8. Resiko terjadinya gizi buruk dan stunting oleh sebab cakupan bayi mendapat ASI
Eksklusif sangat rendah 28 bayi (77,8%).

PUSKESMAS RAWAT INAP PENENGAHAN | 52


5.4. AKAR PENYEBAB MASALAH
Akar Penyebab Masalah (Manusia, Metode, Sarana Dana dan Lingkungan) dengan Metode Fishbone dari ishikawa
1. Potensial penularan penyakit TB Paru, dikarenakan karena penemuan TB paru masih rendah dan penanganan penyakit TB Paru belum
maksimal, Penemuan TB Paru BTA (+) hanya 19 kasus (12,2%) kesenjangan 30 (68%).

Manusia Metode  Survey kontak serumah belum optimal.


 Penemuan Kasus belum maksimal
 Informasi dan promosi penanggulangan TB rendah
Jangkauan Yankes jauh
 Petugas belum maksimal dalam  Pelaksanaan PAL dan MTBS tidak maksimal.
penjaringan penyakit pneumoni  PMO belum maksimal
 Keterbatasan pengetahuan dan  Pelaksnaaan PAL belum maksimal
ketrampilan petugas dalam hal
pendiagnosaan Pneumoni
 Belum semua petugas paham
pendiagnosaan dengan methoda
PAL Potensial penularan
 Kurangnya tenaga analis penyakit TB Paru,
dikarenakan karena
penemuan TB paru
masih rendah dan
 Laboratorium penanganan penyakit
(SDM) belum
maksimal
 Dana BOK
 Dana JKN  Taraf.Pendidikan pddk masih rendah
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk
 Peran serta masyarakat kurang
Lingkungan  Lintas program & Lintas Sektor kurang.
Sarana Dana  Pengetahuan masyarakat tentang TB Paru
masih kurang.
2. Masih ditemukan kasus ibu hamil Kekurangan Energi Kalori (KEK); 39 kasus.

Manusia Metode
 Kwalitas pelayanan ANC yang
masih belum memenuhi standar
 Keterbatasan pengetahun pelayanan (tidak sesuai SOP)
dan ketrampilan bidan  Cakupan pemberian tablet besi 90
dalam mendeteksi status hari 712 (99,4%)
gizi ibu hamil  KPKIA tidak AktBelum
 Tenaga teknis gizi maksimalnya penyuluhan dan
1 : 49.605 jiwa konseling terhadap ibu hamil
 Rendahnya pengetahuan  Belum maksimalnya pemantauan
ibu tentang kehamilan status gizi ibu hamil.
 Cakupan kunjungan rumah
(Perkesmas) masih rendah Masih ditemukan kasus
 Surveilens gizi belum maksimal ibu hamil Kekurangan
Energi Kalori (KEK); 39
kasus.
 Alat pemantauan hanya
dengan ukuran LILA
 Dana BOK
 Dana JKN

 Taraf.Pendidikan pddk rendah


 Pola makan ibu hamil kurang baik (tidak
Sarana Dana Lingkungan memenuhi kecukupan gizi ibu hamil)
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk
 Peran serta masyarakat kurang
3. Masih ditemukan kasus kematian Neonatus, Ditemukan kasus kematian Neonatus 8 kasus dengan penyebab kematian Kelainan Bawaan 3
kasus, IUFD 1 kasus, dan Asfiksia 4 kasus.

Manusia Metode

 Keterbatasan pengetahuan dan  Belum maksimalnya promosi


ketrampilan bidan dalam dan penyuluhan kesehatan
mendeteksi neonatal Resti lingkungan
sejak dalam kandungan  Belum maksimalnya konseling
 Tidak semua bidan mahir tentang kesehatan lingkungan
melakukan resusitasi bayi baru  Kegiatan Inspeksi Sanitasi
lahir rumah, tempat-tempat,
 Bidan belum dilatih kegawat institusi, TPM belum
daruratan obgyn maksimal.
 Kurangnya pengetahuan ibu  Cakupan kunjungan rumah Masih ditemukan kasus
tentang kelainan pada neonatal (Perkesmas) rendah kematian Neonatus,
Ditemukan kasus kematian
Neonatus 8 kasus dengan
penyebab kematian Kelainan
 Peralatan yang belum Bawaan 3 kasus, IUFD 1
lengkap dalam kasus, dan Asfiksia 4 kasus.
penatalaksanaan kasus
resti pada neonatal
(sungkup)
 Ketersediaan obat dan  JKN
alat untuk resusitasi bayi
 BOK  Taraf.Pendidikan pddk rendah
belum lengkap.
 KIA set kurang  Rendahnya sosial ekonomi penduduk
 Ibu yang melahirkan di dukun bayi
 Peran serta masyarakat kurang
Sarana Dana Lingkungan
4. Kecendrungan menurunnya derajat kesehatan masyarakat oleh karena tidak terlayani kesehatan secara paripurna pada keluarga rawan dan
keluarga resiko tinggi kesehatan, ditandai dengan rendahnya cakupan pelayanan perawatan pada keluarga rawan dan keluarga resiko tinggi
(Resti) masih belum maksimal.

Manusia Metode

 Tidak ada pemetaan keluarga


 Tenaga perawat kurang rawan/ resti
 Kurangnya pemahaman  Tidak ada SOP pelaksanaan
pengelola program Kiunjungan rumah pada
perkesmas keluarga rawan/resti
 Tenaga medis masih  Manajemen ketenagaan belum Kecendrungan menurunnya
TKS tertata baik derajat kesehatan masyarakat
 Egosentris program oleh karena tidak terlayani
kesehatan secara paripurna pada
keluarga rawan dan keluarga
resiko tinggi kesehatan, ditandai
dengan rendahnya cakupan
pelayanan perawatan pada
keluarga rawan dan keluarga
 Tidak ada Perkesmas KIT resiko tinggi (Resti) masih belum
(PHN Kit)  JKN maksimal
 Family Folder tidak ada
 BOK
 Taraf.Pendidikan pddk rendah.
 Rendahnya sosial ekonomi
penduduk
 Kurangnya dukungan lintas program
Sarana Dana Lingkungan dan lintas sektoral
 Peran serta masyarakat kurang
5. Potensial terjadinya komplikasi persalinan, kematian Neonatus ditandai deangan komplikasi bidan yang ditangani 120 ( 93,6% ) dan
Neonatus komplikasi di tangani 54 (42,5%).

Manusia Metode  Kwalitas pelayanan ANC yang masih belum memenuhi


standar pelayanan (tidak sesuai SOP)
 Cakupan kunjungan rumah (Perkesmas
 Pemetaan ibu hamil tidak lengkap
 Kurangnya pengawasan dari puskesmas/penyeliaan
 Bidan desa banyak program
 Kurangnya promosi dan penyuluhan kesehatan KIA
 Kurangnya keterampilan bidan
 SOP pelayanan KIA belum dilaksanakan
dalam pemberian pelayanan
 Monitoring dan evaluasi belum berjalan optimal
ANC.
 Keterbatasan pengetahuan bidan
dalam pendeteksian bumil resti.
 Pengetahuan ibu yang kurang
tentang bahaya-bahaya pada
kehamilan dan persalinan
Potensial terjadinya
komplikasi persalinan,
kematian ibu maternal dan
kematian bayi ditandai
deangan kunjungan K1 ibu
hamil 1.072 (91,8%)
 Register Pencatatan ibu
 Dana kesenjangan 14 (1,2%),
hamil tidak digunakan
BOK
 Dana JKN
 Taraf.Pendidikan pddk rendah
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk
Sarana  Peran serta masyarakat kurang
Dana Lingkungan  Geografis yang jauh dari posyandu
 Jarak yang jauh dari sarana pelayanan kesehatan
 Kurangnya dukungan dari lintas program dan lintas sektoral
sektoral
6. Kecendrungan terjadinya penyakit menular (PD3I) dikarenakan cakupan imunisasi yang belum mencapai target, Desa UCI 20 ( 90,9%) dari
22 desa yang ada.

Manusia Metode

 Bidan desa banyak program  Kurangnya sosialisasi imunisasi


 Jumlah petugas di posyandu 1  Pemetaan ibu hamil tidak lengkap
orang  Kurangnya promosi dan
 Peran kader tidak maksimal penyuluhan kesehatan tentang
Imunisasi
Kecendrungan terjadinya penyakit
menular (PD3I) dikarenakan cakupan
imunisasi yang belum mencapai
target, Desa UCI 20 (90,9%) dari 22
desa yang ada.
 Register Pencatatan
imunisasi kurang
valid  Dana BOK
 Dana JKN

 Taraf.Pendidikan pddk rendah (terutama Wanita)


penduduk melek huruf 73%.
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk Produk
Domestik Bruto (PDRB) Rp.18.535.506,- / tahun
Sarana Dana Lingkungan  Peran serta masyarakat kurang (D/S 68%)
 Geografis yang jauh dari posyandu
7. Kecendrungan terjadinya anemia ibu hamil, perdarahan ante/pasca persalinan oleh sebab pemberian tablet besi 90 hari pada ibu hamil tidak
mencapai target 712 (99,4%).

Manusia Metode

 Bidan desa banyak  Kurangnya promosi dan


program penyuluhan kesehatan tentang FE
 Kurangnya pengetahuan
ibu tentang pentingnya Kecendrungan terjadinya
tablet FE anemia ibu hamil,
 Bumil mual minum FE perdarahan ante/pasca
persalinan oleh sebab
pemberian tablet besi 90
hari pada ibu hamil tidak
mencapai target 712
(99,4%).
 Kohort bumil tidak
digunakan maksimal  Dana BOK
 Peran kader tidak  Dana JKN
maksimal
 Taraf.Pendidikan pddk rendah
 Rendahnya sosial ekonomi
penduduk
Sarana Lingkungan  Peran serta masyarakat kurang
Dana
8. Resiko terjadinya gizi buruk dan stunting oleh sebab cakupan bayi mendapat ASI Eksklusif sangat rendah 28 bayi (77,8%).

Manusia Metode

 Bidan desa banyak program  Kurangnya promosi dan


 Keterbatasan kemampuan penyuluhan kesehatan ASI
/kompetensi Bidan desa dalam hal Eksklusif
gizi  Inissiasi Dini Menyusui (IMD)
 Kurangnya pengetahuan ibu tidak dilakukan oleh Bidan Resiko terjadinya gizi
tentang ASI Ekslusif  Rendahnya cakupan kunjungan buruk dan stunting oleh
neonatus sebab cakupan bayi
mendapat ASI Eksklusif
sangat rendah 28 bayi
(77,8%).
 Register Pencatatan bayi
baru lahir.
 Register Pencatatan IMD  Dana BOK
dan Busui  Dana JKN
 Taraf.Pendidikan pddk rendah
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk
 Peran serta masyarakat kuran
 Mitos bayi baru lahir harus diberi makan

Dana Lingkungan
Sarana
5.5. PEMECAHAN MASALAH
N
Prioritas Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Pemecahan Masalah
O
1 Potensial penularan  Petugas belum maksimal dalam penjaringan  pada petugas tentang penemuan TB  Pengadaan tenaga analis kesehatan
penyakit TB Paru, penyakit pneumoni Paru klinis  Opersionalkan laboratorium
 Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan  Meningkatkan penemuan kasus TB  Mengintensifkan pelaksanaan PAL dan
dikarenakan karena petugas dalam hal pendiagnosaan Pneumoni Paru Klinis dan TB Paru BTA + MTBS dalam penanganan penyakit saluran
penemuan TB paru masih  Belum semua petugas paham pendiagnosaan  Meningkatkan mutu pelaksanaan PAL nafas.
rendah dan penanganan dengan methoda PAL dan MTBS  Penyegaran petugas pemberi dan pengelola
penyakit TB Paru belum  Tidak ada tenaga analis  Meningkatkan Kwalitas pelayanan TB program pemberantasan penyakit TB Paru.
maksimal, Penemuan TB  Survey kontak serumah belum optimal. Paru (QA)  Pelaksanaan Pengawasan Minum Obat
 Penemuan Kasus bersifat pasif.  Meningkatkan mutu dan akurasi (PMO) oleh keluarga.
Paru BTA (+) hanya 19  Informasi dan promosi penanggulangan TB rendah kegaiatan survei kontak TB paru  Pemeriksaan BTA di laboratorium
kasus (12,2%) kesenjangan Jangkauan Yankes jauh  Meningkatkan pemantauan minum puskesmas.
30 (68%).  Pelaksanaan PAL dan MTBS tidak maksimal. Obat pengobatan TB Paru (PMO).  Meminta laporan /rujukan tersangka TB Paru
 PMO belum maksimal  Pengadaan tenaga analis kesehatan.. dari pelayanan kesehatan swata.
 Pendiagnosaan kurang tepat  Meningkatkan cakupan rumah tangga  Promosi dan penyuluhan kesehatan tentang
 Pelaksanaan MTBS belum maksimal, sehat. penyakit TB Paru, penanganan dan
 Pelaksnaaan PAL belum maksimal  Meningkatkan kwalitas kegiatan PHN penalakasanaan TB Paru.
 Laboratorium belum operasional..  Pelaporan susfect TB dari Yankes  Pelacakan TB Paru mangkir
 Dana BOK dan JKN. swasta.  Memberikan perawatan lanjutan pada pasien
 Taraf.Pendidikan pddk rendah  Promosi dan penyuluhan kesehatan TB Paru dirumah (PHN)
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk tentang penyakit TB Paru, penanganan  Melaksanakan survey kontak serumah
 Peran serta masyarakat kurang dan penalakasanaan TB Paru. penderita TB Paru.
 Lintas program & Lintas Sektor kurang.  Pelacakan TB Mangkir (Case Finding.  Membuat SOP penatalaksanaan penyakit TB
 Pengetahuan masyarakat tentang TB Paru kurang.  Follow up kasus TB Paru (PHN) Paru.
 Pelacakan TB Paru dari rumah ke  Pelacakan TB Paru dari rumah ke rumah
rumah (Knocking door) (Knocking door)
 Mengopersionalkan laboratorium  Optimalkan opersionalkan laboratorium
puskesmas.

2. Masih ditemukan kasus ibu  Keterbatasan pengetahun dan ketrampilan bidan  Meningkatkan pengetahuan dan  Refrhesing bidan tentang deteksi status gizi
hamil Kekurangan Energi dalam mendeteksi status gizi ibu hamil ketrampilan bidan tentang deteksi ibu hamil
 Tenaga teknis gizi status gizi ibu hamil  Kunjungan petugas gizi ke setiap posyandu
Kalori (KEK); 39 kasus. 1 : 49.605 jiwa  Mengatur jadwal petugas gizi dalam  Refrhesing bidan tentang kwalitas pelayanan
 Rendahnya pengetahuan ibu tentang kehamilan pemantauan status gizi ibu hamil di ANC
 Kwalitas pelayanan ANC yang masih belum posyandu  Penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu hamil.
memenuhi standar pelayanan (tidak sesuai SOP)  Meningkatkan kwalitas pelayanan  Konseling gizi pada ibu hamil (terutama ibu
 Cakupan pemberian tablet besi 90 hari 712 ANC hamil KEK).
(99,4%)  Memberikan pengetahuan pada ibu  Pelacakan kasus ibu hamil KEK
 KPKIA tidak Aktif hamil tentang status gizi dan  Pemberian PMT-P pada kasus ibu hamil KEK
 Kurangnya penyuluhan dan konseling terhadap ibu pemenuhan gizi makanan sewaktu  Monitoring dan evaluasi pada kasus ibu hamil
hamil. hamil. KEK
 Kurangnya pemantauan status gizi ibu hamil.  Mengaktifkan kegiatan KPKIA 
 Cakupan kunjungan rumah masih rendah  Melakukan kunjungan rumah pada
 Surveilens gizi tidak maksimal penderita ibu hamil KEK
 Alat pemantauan hanya dengan ukuran LILA  Memantau ibu hamil KEK tidak hanya
 Dana BOK dan JKN dengan pengukuran LILA
 Taraf.Pendidikan pddk rendah  Memberikan penyuluhan kepada ibu
 Pola makan ibu hamil kurang baik (tidak hami tentang kebutuhan gizi ibu hamil.
memenuhi kecukupan gizi ibu hamil)  Meningkatkan peran serta masyarakat
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk
 Peran serta masyarakat kurang

3. Masih ditemukan kasus  Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan bidan  Meningkatkan pengetahuan dan  Pelatihan bidan tentang pendeteksian
kematian Neonatus, dalam mendeteksi neonatal Resti sejak dalam ketrampilan bidan dalam pendeteksian neonatal resti.
kandungan neonatal resti.  Pengadaan alat dan obat-obatan resusitasi
Ditemukan kasus kematian  Tidak semua bidan mahir melakukan resusitasi  Pengadaan alat resusitasi bayi bayi.
Neonatus 8 kasus dengan bayi baru lahir  Pengadaan obat-obatan resusitasi bayi  Pelatihan bidan tentang penanganan kegawat
penyebab kematian  Bidan belum dilatih kegawat daruratan obgyn  Melatih bidan dalam hal kegawat daruratan obgyn.
Kelainan Bawaan 3 kasus,  Kurangnya pengetahuan ibu tentang kelainan pada daruratan obgyn.  Penyuluhan KIA tentang perawatan bayi baru
IUFD 1 kasus, dan neonatal.  Menigkatkan kwalitas pelayanan bayi lahir.
 Kurangnya promosi dan penyuluhan kesehatan baru lahir.  Membentuk dan mengaktifkan KPKIA dan
Asfiksia 4 kasus. lingkungan  Meningkatkan pengetahuan Kelas ibu balita.
 Kurangnya konseling tentang kesehatan masyarakat khususnya ibu dalam hal  Membuat SOP yang baku tata laksana bayi
lingkungan perawatan bayi baru lahir. baru lahir dan resusitasi.
 Kegiatan Inspeksi Sanitasi rumah, tempat-tempat,  Meningkatkan cakupan pemberian ASI  Konseling pada ibu balita tentang pola asuh
institusi, TPM tidak maksimal. Eksklusif anak (bayi)
 Cakupan kunjungan rumah masih rendah  Mengaktifkan kegiatan KPKIA  Audit Maternal pada kasus kematian bayi
 Belum ada SOP penanganan bayi baru lahir  Membuat SOP tata laksana bayi baru  Pertemuan pembahasan hasil audit maternal
 Peralatan yang belum lengkap dalam lahir dan resusitasi belum ada.  Penjaringan dan pemetaan ibu hamil resti
penatalaksanaan kasus resti pada neonatal  Meningkatkan sistem rujukan .
(sungkup)  Memberikan penyuluhan dan
 Ketersediaan obat dan alat untuk resusitasi bayi konseling pada ibu balita tentang pola
belum lengkap. asuh anak
 KIA set kurang  Meningkatkan perasn serta
 Dana BOK dan JKN masyarakat/kader.
 Taraf.Pendidikan pddk rendah  Pendataan ibu hamil terutama ibu
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk hamil resti
 Ibu yang melahirkan di dukun bayi
 Peran serta masyarakat kurang

4. Kecendrungan  Tenaga perawat kurang  Meningkatkan jumlah , pengetahuan,  Pelatihan dan refrhesing petugas tentang
menurunnya derajat  Kurangnya pemahaman pengelola program ketrampilan dan profesionalisme pelayanan kunjungan rumah pada keluarga
perkesmas perawat/petugas rawan..
kesehatan masyarakat oleh  Tenaga medis masih TKS.  Meningkatkan mutu pencatatan dan  Melakukan pertemuan lintas program dalam
karena tidak terlayani  Tidak ada pemetaan keluarga rawan/ resti pelaporan rangka pelaksanaan Perkesmas.
kesehatan secara paripurna  Tidak ada SOP pelaksanaan Kiunjungan rumah  Meningkatkan kerjasama lintas  Melakukan pertemuan lintas sektoral dalam
pada keluarga rawan dan pada keluarga rawan/resti program dan lintas sektoral rangka mendapat dukungan pelaksanaan
keluarga resiko tinggi  Manajemen ketenagaan belum tertata baik  Melengkapi sarana dan prasarana yang Perkesmas
 Egosentris program diperlukan dalam pelaksanaan  Melakkukan pendataan dan pemetaan
kesehatan, ditandai dengan  Tidak ada Perkesmas KIT (PHN Kit) kunjungan rumah (Perkesmas/PHN) keluarga rawan/resti
rendahnya cakupan  Family Folder tidak ada  Menentukan SOP pelaksanaan  Membuat SOP pelayanan kunjungan rumah
pelayanan perawatan pada  Register Pencatatan imunisasi kurang valid kunjungan rumah perkesmas.
keluarga rawan dan  Taraf.Pendidikan pddk rendah  Pendataan pada keluarga rawan/resti  Melaksanakan kegiatan kunjungan rumah
keluarga resiko tinggi  Rendahnya sosial ekonomi penduduk  Melakukan kunjungan rumah dan pada keluarga rawan/resti dengan pelayan
 Kurangnya dukungan lintas program dan lintas pembinaan kesehatan kleuarga pada paripurna.
(Resti) masih belum sektoral keluarga rawan/resti  Memberikan konseling pada keluarga
maksimal.  Peran serta masyarakat kurang rawan/resti

5. Potensial terjadinya  Bidan desa banyak program  Meningkatkan pengetahuan bidan  Refrhesing bidan tentang pelayanan ANC
komplikasi persalinan,  Kurangnya keterampilan bidan dalam pemberian tentang pelayanan ANC Dan pendeteksian ibu hamil resti
pelayanan ANC. Dan pendeteksian ibu hamil resti  Mapping dan membuat peta ibu hamil per
kematian Neonatus  Keterbatasan pengetahuan bidan dalam  Pemetaan ibu hamil dusun.
ditandai deangan pendeteksian bumil resti.  Memberikan pelayanan ANC sesuai  Membuat SOP pelayanan ANC
komplikasi bidan yang  Pengetahuan ibu yang kurang tentang bahaya- standar  Sweeping K1 dan Do-Fu K4
ditangani 120 ( 93,6% ) bahaya pada kehamilan dan persalinan.  Memberikan pengetahuan kepadsa  Penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu
dan Neonatus komplikasi  Kwalitas pelayanan ANC yang masih belum mayarakat tentang pelayanan KIA hamil.
memenuhi standar pelayanan (tidak sesuai SOP)  Meningkatkan cakupan K1 dan K4  Konseling pada ibu hamil terutama ibu hamil
di tangani 54 (42,5%).  Cakupan kunjungan rumah masih rendah  Memotivasi ibu hamil supaya rajin resti
 Pemetaan ibu hamil tidak lengkap memeriksakan kehamilannya  Meningkatkan peran kader
 Kurangnya pengawasan dari  Kerjasama lintas sektoral dan lintas  Mengadakan pendampingan kader dalam
puskesmas/penyeliaan program pemeriksaan ibu hamil sampai dengan
 Kurangnya promosi dan penyuluhan kesehatan persalinan.
KIA  Advokasi dengan kecamatan, desa dalam hal
 SOP pelayanan KIA belum dilaksanakan peningkataan kunjungan ibu hamil ke
 Monitoring dan evaluasi belum berjalan optimal posyandu.
 Register Pencatatan ibu hamil tidak digunakan
 Dana BOK dan JKN
 Taraf.Pendidikan pddk rendah
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk
 Peran serta masyarakat kurang
 Geografis yang jauh dari posyandu
 Jarak yang jauh dari sarana pelayanan kesehatan
 Kurangnya dukungan dari lintas program dan
lintas sektoral sektoral

6. Kecendrungan terjadinya  Bidan desa banyak program  Menambah petugas pelayanan  Pelayan posyandu dilaukan oleh 2 atau 3
penyakit menular (PD3I)  Jumlah petugas di posyandu 1 orang kesehatan di posyandu orang.
 Peran kader tidak maksimal  Meningkatkan pengetahuan  Penyuluhan tentang penyakit imunisasi di
dikarenakan cakupan  Kurangnya sosialisasi imunisasi masyarakat tentang imunisasi. masyarakat secara perorangan atau kelompok
imunisasi yang belum  Pemetaan ibu hamil tidak lengkap  Meningkatkan peran serta kader  Meningkatkan fungsi kader di posyandu.
mencapai target, Desa UCI  Kurangnya promosi dan penyuluhan kesehatan posyandu  Melaksanakan sweeping dan Do-fu imunisasi
20 ( 90,9%) dari 22 desa tentang Imunisasi  Melengkapi dan merapikan pencatatan
yang ada.  Register Pencatatan imunisasi kurang valid imunisasi.
 Dana BOK dan JKN  Meningkatkan kerjasama lintas sektor
 Taraf Pendidikan pddk rendah dengan kecamatan dan desa.
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk  Peningkatan peran serta masyarakat.
 Peran serta masyarakat kurang  Mendekatkan pelayanan posyandu ke
 Geografis yang jauh dari posyandu masyarakat.

7. Kecendrungan terjadinya  Bidan desa banyak program  Menambah petugas pelayanan  Pelayan posyandu dilaukan oleh 2 atau 3
anemia ibu hamil,  Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya kesehatan di posyandu orang.
tablet FE  Penyuluhan kesehatan pada ibu hamil  Penyuluhan kesehatan pada ibu hamil tentang
perdarahan ante/pasca  Bumil mual minum FE tentang tablet tambah darah. tablet tambah darah
persalinan oleh sebab  Kurangnya promosi dan penyuluhan kesehatan  Meningkatkan peran serta kader  Refrhesing kader posyandu.
pemberian tablet besi 90 tentang FE posyandu. .
hari pada ibu hamil tidak  Kohort bumil tidak digunakan maksimal  Meningkatn peran serta masyarakat
 Peran kader tidak maksimal
mencapai target 712  Dana BOK dan JKN.
(99,4%).  Taraf.Pendidikan pddk rendah
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk
 Peran serta masyarakat kurang

8. Resiko terjadinya gizi  Bidan desa banyak program  Menambah petugas pelayanan  Pelayan posyandu dilaukan oleh 2 atau 3
buruk dan stunting oleh  Keterbatasan kemampuan /kompetensi Bidan desa kesehatan di posyandu orang.
dalam hal gizi  Meningkatkan pengetahuan  Penyuluhan tentang kebutuhan gizi pada
sebab cakupan bayi  Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif masyarakat kebutuhan gizi. masyarakat secara perorangan atau kelompok
mendapat ASI Eksklusif  Kurangnya promosi dan penyuluhan kesehatan  Meningkatkan pengetahuan  Penyuluhan tentang ASI Eksklusif pada
sangat rendah 28 bayi ASI Eksklusif masyarakat tentang ASI Eksklusif. masyarakat secara perorangan (ibu hamil)
(77,8%).  Inissiasi Dini Menyusui (IMD) tidak dilakukan  Melakukan sosialisasi IMD pada atau kelompok
oleh Bidan petugas kesehatan/bidan  Sosialisasi pada petugas
 Rendahnya cakupan kunjungan neonatus  Meningkatkan kunjungan neonatus kesehatan/bidan/BPS/ klinik bersalin untuk
 Register Pencatatan bayi baru lahir. dalam rangka monitoring pelaksanaan melakukan IMD pada bayi baru lahir.
 Register Pencatatan IMD dan Busui pemberiaan ASI Eksklusif  Meningkatkan fungsi kader di posyandu.
 Dana BOK dan JKN  Penyuluhan/sosilaisasi pentingnya  Monitoring dan evaluasi pelaksanaan
 Taraf.Pendidikan pddk rendah pemberian ASI Eksklusif pemberian ASI Eksklusif
 Rendahnya sosial ekonomi penduduk  Monitoring status gizi bayi agar tidak  Pengukuran status gizi bayi.
 Peran serta masyarakat kurang terjadi stunting/gizi buruk
 Mitos bayi baru lahir harus diberi makan

Anda mungkin juga menyukai