BAB V
ANALISA DAN PEMECAHAN PEMECAHAN MASALAH
1 K1 0%
2 K4 2%
3 DO K1-K4 6,5 %
4 Komplikasi kebidanan ditangani 3%
5 Persalinan nakes 0
6 KF1 0
7 KF3 0
8 KN1 0
9 KN3 0
10 Neonatus komplikasi ditangani 0
11 Kunjungan bayi 0
12 Bayi BBLR ditangani 5,7
13 Deteksi dini tumbuh kembang balita 2,6%
14 Deteksi dini tumbuh kembang prasekolah 0
15 Pelayanan Kesehatan remaja 3,3
16 Peserta KB aktif 2%
17 Rumah Tangga Sehat 30%
18 Posyandu Purnama 0
19 Konsumsi garam Yodium 0
20 Bayi mendapat ASI Eksklusif 0
21 Balita Di Timbang (D/S) 0
22 Penjaringan Murid Baru SD 6,9
23 Penjaringan murid Baru SLTP 12,5
24 Penjaringan murid Baru SLTA 3,5
25 Rumah Sehat 4,46
26 Jamban Sehat 4
27 Sarana Air Bersih yang layak 0
28 TTU Yang Memenuhi Syarat 0
29 Pemberian Vitamin A Balita 2 kali / Tahun 0
30 Bayi Mendapatkan ASI Eksklusif 0
31 Cakupan pemberian tablet besi 90 hari 0
32 Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi BGM Keluarga 0
Miskin.
33 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan. 0
34 Pemberian Vitamin A Bufas 0
Manusia Metode
Kwalitas pelayanan ANC yang
masih belum memenuhi standar
Keterbatasan pengetahun pelayanan (tidak sesuai SOP)
dan ketrampilan bidan Cakupan pemberian tablet besi 90
dalam mendeteksi status hari 712 (99,4%)
gizi ibu hamil KPKIA tidak AktBelum
Tenaga teknis gizi maksimalnya penyuluhan dan
1 : 49.605 jiwa konseling terhadap ibu hamil
Rendahnya pengetahuan Belum maksimalnya pemantauan
ibu tentang kehamilan status gizi ibu hamil.
Cakupan kunjungan rumah
(Perkesmas) masih rendah Masih ditemukan kasus
Surveilens gizi belum maksimal ibu hamil Kekurangan
Energi Kalori (KEK); 39
kasus.
Alat pemantauan hanya
dengan ukuran LILA
Dana BOK
Dana JKN
Manusia Metode
Manusia Metode
Manusia Metode
Manusia Metode
Manusia Metode
Dana Lingkungan
Sarana
5.5. PEMECAHAN MASALAH
N
Prioritas Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Pemecahan Masalah
O
1 Potensial penularan Petugas belum maksimal dalam penjaringan pada petugas tentang penemuan TB Pengadaan tenaga analis kesehatan
penyakit TB Paru, penyakit pneumoni Paru klinis Opersionalkan laboratorium
Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan Meningkatkan penemuan kasus TB Mengintensifkan pelaksanaan PAL dan
dikarenakan karena petugas dalam hal pendiagnosaan Pneumoni Paru Klinis dan TB Paru BTA + MTBS dalam penanganan penyakit saluran
penemuan TB paru masih Belum semua petugas paham pendiagnosaan Meningkatkan mutu pelaksanaan PAL nafas.
rendah dan penanganan dengan methoda PAL dan MTBS Penyegaran petugas pemberi dan pengelola
penyakit TB Paru belum Tidak ada tenaga analis Meningkatkan Kwalitas pelayanan TB program pemberantasan penyakit TB Paru.
maksimal, Penemuan TB Survey kontak serumah belum optimal. Paru (QA) Pelaksanaan Pengawasan Minum Obat
Penemuan Kasus bersifat pasif. Meningkatkan mutu dan akurasi (PMO) oleh keluarga.
Paru BTA (+) hanya 19 Informasi dan promosi penanggulangan TB rendah kegaiatan survei kontak TB paru Pemeriksaan BTA di laboratorium
kasus (12,2%) kesenjangan Jangkauan Yankes jauh Meningkatkan pemantauan minum puskesmas.
30 (68%). Pelaksanaan PAL dan MTBS tidak maksimal. Obat pengobatan TB Paru (PMO). Meminta laporan /rujukan tersangka TB Paru
PMO belum maksimal Pengadaan tenaga analis kesehatan.. dari pelayanan kesehatan swata.
Pendiagnosaan kurang tepat Meningkatkan cakupan rumah tangga Promosi dan penyuluhan kesehatan tentang
Pelaksanaan MTBS belum maksimal, sehat. penyakit TB Paru, penanganan dan
Pelaksnaaan PAL belum maksimal Meningkatkan kwalitas kegiatan PHN penalakasanaan TB Paru.
Laboratorium belum operasional.. Pelaporan susfect TB dari Yankes Pelacakan TB Paru mangkir
Dana BOK dan JKN. swasta. Memberikan perawatan lanjutan pada pasien
Taraf.Pendidikan pddk rendah Promosi dan penyuluhan kesehatan TB Paru dirumah (PHN)
Rendahnya sosial ekonomi penduduk tentang penyakit TB Paru, penanganan Melaksanakan survey kontak serumah
Peran serta masyarakat kurang dan penalakasanaan TB Paru. penderita TB Paru.
Lintas program & Lintas Sektor kurang. Pelacakan TB Mangkir (Case Finding. Membuat SOP penatalaksanaan penyakit TB
Pengetahuan masyarakat tentang TB Paru kurang. Follow up kasus TB Paru (PHN) Paru.
Pelacakan TB Paru dari rumah ke Pelacakan TB Paru dari rumah ke rumah
rumah (Knocking door) (Knocking door)
Mengopersionalkan laboratorium Optimalkan opersionalkan laboratorium
puskesmas.
2. Masih ditemukan kasus ibu Keterbatasan pengetahun dan ketrampilan bidan Meningkatkan pengetahuan dan Refrhesing bidan tentang deteksi status gizi
hamil Kekurangan Energi dalam mendeteksi status gizi ibu hamil ketrampilan bidan tentang deteksi ibu hamil
Tenaga teknis gizi status gizi ibu hamil Kunjungan petugas gizi ke setiap posyandu
Kalori (KEK); 39 kasus. 1 : 49.605 jiwa Mengatur jadwal petugas gizi dalam Refrhesing bidan tentang kwalitas pelayanan
Rendahnya pengetahuan ibu tentang kehamilan pemantauan status gizi ibu hamil di ANC
Kwalitas pelayanan ANC yang masih belum posyandu Penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu hamil.
memenuhi standar pelayanan (tidak sesuai SOP) Meningkatkan kwalitas pelayanan Konseling gizi pada ibu hamil (terutama ibu
Cakupan pemberian tablet besi 90 hari 712 ANC hamil KEK).
(99,4%) Memberikan pengetahuan pada ibu Pelacakan kasus ibu hamil KEK
KPKIA tidak Aktif hamil tentang status gizi dan Pemberian PMT-P pada kasus ibu hamil KEK
Kurangnya penyuluhan dan konseling terhadap ibu pemenuhan gizi makanan sewaktu Monitoring dan evaluasi pada kasus ibu hamil
hamil. hamil. KEK
Kurangnya pemantauan status gizi ibu hamil. Mengaktifkan kegiatan KPKIA
Cakupan kunjungan rumah masih rendah Melakukan kunjungan rumah pada
Surveilens gizi tidak maksimal penderita ibu hamil KEK
Alat pemantauan hanya dengan ukuran LILA Memantau ibu hamil KEK tidak hanya
Dana BOK dan JKN dengan pengukuran LILA
Taraf.Pendidikan pddk rendah Memberikan penyuluhan kepada ibu
Pola makan ibu hamil kurang baik (tidak hami tentang kebutuhan gizi ibu hamil.
memenuhi kecukupan gizi ibu hamil) Meningkatkan peran serta masyarakat
Rendahnya sosial ekonomi penduduk
Peran serta masyarakat kurang
3. Masih ditemukan kasus Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan bidan Meningkatkan pengetahuan dan Pelatihan bidan tentang pendeteksian
kematian Neonatus, dalam mendeteksi neonatal Resti sejak dalam ketrampilan bidan dalam pendeteksian neonatal resti.
kandungan neonatal resti. Pengadaan alat dan obat-obatan resusitasi
Ditemukan kasus kematian Tidak semua bidan mahir melakukan resusitasi Pengadaan alat resusitasi bayi bayi.
Neonatus 8 kasus dengan bayi baru lahir Pengadaan obat-obatan resusitasi bayi Pelatihan bidan tentang penanganan kegawat
penyebab kematian Bidan belum dilatih kegawat daruratan obgyn Melatih bidan dalam hal kegawat daruratan obgyn.
Kelainan Bawaan 3 kasus, Kurangnya pengetahuan ibu tentang kelainan pada daruratan obgyn. Penyuluhan KIA tentang perawatan bayi baru
IUFD 1 kasus, dan neonatal. Menigkatkan kwalitas pelayanan bayi lahir.
Kurangnya promosi dan penyuluhan kesehatan baru lahir. Membentuk dan mengaktifkan KPKIA dan
Asfiksia 4 kasus. lingkungan Meningkatkan pengetahuan Kelas ibu balita.
Kurangnya konseling tentang kesehatan masyarakat khususnya ibu dalam hal Membuat SOP yang baku tata laksana bayi
lingkungan perawatan bayi baru lahir. baru lahir dan resusitasi.
Kegiatan Inspeksi Sanitasi rumah, tempat-tempat, Meningkatkan cakupan pemberian ASI Konseling pada ibu balita tentang pola asuh
institusi, TPM tidak maksimal. Eksklusif anak (bayi)
Cakupan kunjungan rumah masih rendah Mengaktifkan kegiatan KPKIA Audit Maternal pada kasus kematian bayi
Belum ada SOP penanganan bayi baru lahir Membuat SOP tata laksana bayi baru Pertemuan pembahasan hasil audit maternal
Peralatan yang belum lengkap dalam lahir dan resusitasi belum ada. Penjaringan dan pemetaan ibu hamil resti
penatalaksanaan kasus resti pada neonatal Meningkatkan sistem rujukan .
(sungkup) Memberikan penyuluhan dan
Ketersediaan obat dan alat untuk resusitasi bayi konseling pada ibu balita tentang pola
belum lengkap. asuh anak
KIA set kurang Meningkatkan perasn serta
Dana BOK dan JKN masyarakat/kader.
Taraf.Pendidikan pddk rendah Pendataan ibu hamil terutama ibu
Rendahnya sosial ekonomi penduduk hamil resti
Ibu yang melahirkan di dukun bayi
Peran serta masyarakat kurang
4. Kecendrungan Tenaga perawat kurang Meningkatkan jumlah , pengetahuan, Pelatihan dan refrhesing petugas tentang
menurunnya derajat Kurangnya pemahaman pengelola program ketrampilan dan profesionalisme pelayanan kunjungan rumah pada keluarga
perkesmas perawat/petugas rawan..
kesehatan masyarakat oleh Tenaga medis masih TKS. Meningkatkan mutu pencatatan dan Melakukan pertemuan lintas program dalam
karena tidak terlayani Tidak ada pemetaan keluarga rawan/ resti pelaporan rangka pelaksanaan Perkesmas.
kesehatan secara paripurna Tidak ada SOP pelaksanaan Kiunjungan rumah Meningkatkan kerjasama lintas Melakukan pertemuan lintas sektoral dalam
pada keluarga rawan dan pada keluarga rawan/resti program dan lintas sektoral rangka mendapat dukungan pelaksanaan
keluarga resiko tinggi Manajemen ketenagaan belum tertata baik Melengkapi sarana dan prasarana yang Perkesmas
Egosentris program diperlukan dalam pelaksanaan Melakkukan pendataan dan pemetaan
kesehatan, ditandai dengan Tidak ada Perkesmas KIT (PHN Kit) kunjungan rumah (Perkesmas/PHN) keluarga rawan/resti
rendahnya cakupan Family Folder tidak ada Menentukan SOP pelaksanaan Membuat SOP pelayanan kunjungan rumah
pelayanan perawatan pada Register Pencatatan imunisasi kurang valid kunjungan rumah perkesmas.
keluarga rawan dan Taraf.Pendidikan pddk rendah Pendataan pada keluarga rawan/resti Melaksanakan kegiatan kunjungan rumah
keluarga resiko tinggi Rendahnya sosial ekonomi penduduk Melakukan kunjungan rumah dan pada keluarga rawan/resti dengan pelayan
Kurangnya dukungan lintas program dan lintas pembinaan kesehatan kleuarga pada paripurna.
(Resti) masih belum sektoral keluarga rawan/resti Memberikan konseling pada keluarga
maksimal. Peran serta masyarakat kurang rawan/resti
5. Potensial terjadinya Bidan desa banyak program Meningkatkan pengetahuan bidan Refrhesing bidan tentang pelayanan ANC
komplikasi persalinan, Kurangnya keterampilan bidan dalam pemberian tentang pelayanan ANC Dan pendeteksian ibu hamil resti
pelayanan ANC. Dan pendeteksian ibu hamil resti Mapping dan membuat peta ibu hamil per
kematian Neonatus Keterbatasan pengetahuan bidan dalam Pemetaan ibu hamil dusun.
ditandai deangan pendeteksian bumil resti. Memberikan pelayanan ANC sesuai Membuat SOP pelayanan ANC
komplikasi bidan yang Pengetahuan ibu yang kurang tentang bahaya- standar Sweeping K1 dan Do-Fu K4
ditangani 120 ( 93,6% ) bahaya pada kehamilan dan persalinan. Memberikan pengetahuan kepadsa Penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu
dan Neonatus komplikasi Kwalitas pelayanan ANC yang masih belum mayarakat tentang pelayanan KIA hamil.
memenuhi standar pelayanan (tidak sesuai SOP) Meningkatkan cakupan K1 dan K4 Konseling pada ibu hamil terutama ibu hamil
di tangani 54 (42,5%). Cakupan kunjungan rumah masih rendah Memotivasi ibu hamil supaya rajin resti
Pemetaan ibu hamil tidak lengkap memeriksakan kehamilannya Meningkatkan peran kader
Kurangnya pengawasan dari Kerjasama lintas sektoral dan lintas Mengadakan pendampingan kader dalam
puskesmas/penyeliaan program pemeriksaan ibu hamil sampai dengan
Kurangnya promosi dan penyuluhan kesehatan persalinan.
KIA Advokasi dengan kecamatan, desa dalam hal
SOP pelayanan KIA belum dilaksanakan peningkataan kunjungan ibu hamil ke
Monitoring dan evaluasi belum berjalan optimal posyandu.
Register Pencatatan ibu hamil tidak digunakan
Dana BOK dan JKN
Taraf.Pendidikan pddk rendah
Rendahnya sosial ekonomi penduduk
Peran serta masyarakat kurang
Geografis yang jauh dari posyandu
Jarak yang jauh dari sarana pelayanan kesehatan
Kurangnya dukungan dari lintas program dan
lintas sektoral sektoral
6. Kecendrungan terjadinya Bidan desa banyak program Menambah petugas pelayanan Pelayan posyandu dilaukan oleh 2 atau 3
penyakit menular (PD3I) Jumlah petugas di posyandu 1 orang kesehatan di posyandu orang.
Peran kader tidak maksimal Meningkatkan pengetahuan Penyuluhan tentang penyakit imunisasi di
dikarenakan cakupan Kurangnya sosialisasi imunisasi masyarakat tentang imunisasi. masyarakat secara perorangan atau kelompok
imunisasi yang belum Pemetaan ibu hamil tidak lengkap Meningkatkan peran serta kader Meningkatkan fungsi kader di posyandu.
mencapai target, Desa UCI Kurangnya promosi dan penyuluhan kesehatan posyandu Melaksanakan sweeping dan Do-fu imunisasi
20 ( 90,9%) dari 22 desa tentang Imunisasi Melengkapi dan merapikan pencatatan
yang ada. Register Pencatatan imunisasi kurang valid imunisasi.
Dana BOK dan JKN Meningkatkan kerjasama lintas sektor
Taraf Pendidikan pddk rendah dengan kecamatan dan desa.
Rendahnya sosial ekonomi penduduk Peningkatan peran serta masyarakat.
Peran serta masyarakat kurang Mendekatkan pelayanan posyandu ke
Geografis yang jauh dari posyandu masyarakat.
7. Kecendrungan terjadinya Bidan desa banyak program Menambah petugas pelayanan Pelayan posyandu dilaukan oleh 2 atau 3
anemia ibu hamil, Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya kesehatan di posyandu orang.
tablet FE Penyuluhan kesehatan pada ibu hamil Penyuluhan kesehatan pada ibu hamil tentang
perdarahan ante/pasca Bumil mual minum FE tentang tablet tambah darah. tablet tambah darah
persalinan oleh sebab Kurangnya promosi dan penyuluhan kesehatan Meningkatkan peran serta kader Refrhesing kader posyandu.
pemberian tablet besi 90 tentang FE posyandu. .
hari pada ibu hamil tidak Kohort bumil tidak digunakan maksimal Meningkatn peran serta masyarakat
Peran kader tidak maksimal
mencapai target 712 Dana BOK dan JKN.
(99,4%). Taraf.Pendidikan pddk rendah
Rendahnya sosial ekonomi penduduk
Peran serta masyarakat kurang
8. Resiko terjadinya gizi Bidan desa banyak program Menambah petugas pelayanan Pelayan posyandu dilaukan oleh 2 atau 3
buruk dan stunting oleh Keterbatasan kemampuan /kompetensi Bidan desa kesehatan di posyandu orang.
dalam hal gizi Meningkatkan pengetahuan Penyuluhan tentang kebutuhan gizi pada
sebab cakupan bayi Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif masyarakat kebutuhan gizi. masyarakat secara perorangan atau kelompok
mendapat ASI Eksklusif Kurangnya promosi dan penyuluhan kesehatan Meningkatkan pengetahuan Penyuluhan tentang ASI Eksklusif pada
sangat rendah 28 bayi ASI Eksklusif masyarakat tentang ASI Eksklusif. masyarakat secara perorangan (ibu hamil)
(77,8%). Inissiasi Dini Menyusui (IMD) tidak dilakukan Melakukan sosialisasi IMD pada atau kelompok
oleh Bidan petugas kesehatan/bidan Sosialisasi pada petugas
Rendahnya cakupan kunjungan neonatus Meningkatkan kunjungan neonatus kesehatan/bidan/BPS/ klinik bersalin untuk
Register Pencatatan bayi baru lahir. dalam rangka monitoring pelaksanaan melakukan IMD pada bayi baru lahir.
Register Pencatatan IMD dan Busui pemberiaan ASI Eksklusif Meningkatkan fungsi kader di posyandu.
Dana BOK dan JKN Penyuluhan/sosilaisasi pentingnya Monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Taraf.Pendidikan pddk rendah pemberian ASI Eksklusif pemberian ASI Eksklusif
Rendahnya sosial ekonomi penduduk Monitoring status gizi bayi agar tidak Pengukuran status gizi bayi.
Peran serta masyarakat kurang terjadi stunting/gizi buruk
Mitos bayi baru lahir harus diberi makan